Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang perilaku kelekatan yang muncul pada anak usia dini dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Perilaku kelekatan merupakan ikatan emosional antara anak dengan pengasuh yang memberikan rasa aman.
3. Faktor pengaruh perilaku kelekatan antara lain rasa aman, kesusahan, dan bergantung pada orang lain.
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
Perilaku Kelekatan
1. PAPER
PERILAKU KELEKATAN (ATTACHMENT BEHAVIOR)
YANG MUNCUL PADA ANAK USIA DINI
Guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini
Dengan dosen pengampu: Muh. Munif S.MA
Disusun oleh:
Yogi Ardiani
K8110061
PG-PAUD 6B
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia dini merupakan usia dimana anak-anak belajar untuk memahami
lingkungan yang ada di sekitarnya. Lingkungan yang dipelajari anak, tentunya
lingkungan yang paling dekat dengan dirinya. Lingkungan tersebut ialah
lingkungan keluarga. Tak heran jika anak-anak usia dini sangat dekat dengan
kedua orang tuanya. Hal ini bisa terlihat ketika anak yang baru masuk dalam
lingkungan sekolah, terkadang enggan berpisah dengan orang tuanya, sehingga
harus ditunggui. Selain itu, ada pula contoh lain ketika seorang anak menangis
ketika digendong oleh orang lain yang belum dikenalnya dan justru diam ketika
digendong oleh ibunya sendiri. Perilaku-perilaku tersebut merupakan perilaku
kelekatan (attachment behavior).
Kecenderungan anak yang tak mau berpisah dari orang tuanya ini juga telah
dinyatakan oleh Bowbly (dalam Ellen Moss et. al, 2009) bahwa anak
mengembangkan hubungan keterikatan tertentu dengan satu atau beberapa orang
dewasa yang penting pada akhir tahun pertama kehidupan. Perilaku kelekatan
tersebut harus dimanfaatkan dengan menjadi model yang baik bagi anak
sehingga anak dapat menirunya, khususnya sebagai lingkungan awal bagi anak.
Pernyataan tersebut didukung darib hasil penelitian bahwa kualitas lingkungan
pengasuhan awal telah dianggap sebagai faktor utama dalam pengembangan
perilaku dan kognisi anak-anak (Torres et al.,2012)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan perilaku kelekatan?
2. Apa sajakah yang mempengaruhi perilaku kelekatan pada anak usia dini?
3. Apa sajakah dampak dari perilaku kelekatan pada anak usia dini?
3. C. Tujuan Penulisan
Berkorelasi dari rumusan masalah, maka tujuan penulisannya anatara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku kelekatan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pengaruh kelekatan pada anak usia dini.
3. Untuk mengetahui dampak perilaku kelekatan pada anak usia dini.
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Kelekatan
Bowlby (review dalam Koray dan Rodopman, 2011), memperkenalkan istilah
kelekatan yang merujuk kepada formulasi keamanan dasar antara hubungan
bayi-pengasuh. Menurutnya, kelekatan adalah ikatan emosional yang kuat yang
berkembang antara bayi dan pengasuh, sehingga memberikan bayi dengan
keamanan secara emosional. Lebih lanjut dia menjelaskan pula bahwa pada
pertengahan tahun pertama, bayi telah menjadi melekat pada orang-orang akrab
yang telah merespon kebutuhan mereka untuk perawatan fisik dan stimulasi .
Sehingga sistem kelekatan memiliki tujuan saling melengkapi untuk menjamin
keselamatan anak dengan mempertahankan kedekatan dengan atau mencapai
kontak dengan pengasuh jika ada peristiwa baru, stres dan / atau berbahaya yang
terjadi saat anak mengeksplorasi lingkungan.
Pada masa kanak-kanak pertengahan perilaku kelekatan, tidak hanya terjadi
pada orang tua, tetapi juga teman sebaya. Hal ini diduga terjadi karena persiapan
untuk memasuki masa remaja (Mayseless dalam Seibert and Kerns, 2009).
Perubahan ini memungkinkan anak-anak untuk mengalami lebih banyak
kebebasan untuk mengeksplorasi hubungan lain.
Anak-anak yang menunjukkan perilaku kelekatan pada kakek-nenek di duga
dikarenakan faktor adanya orang tua tiri. Sedangkan pada anak yang
menunjukkan kelekatan pada saudara yang berjenis kelamin sama dikarenakan
adanya faktor perceraian. Kedua pernyataan tersebut didukung oleh penelitian
yang dilakukan Hay dan Nash (a review dalam Seibert dan Kerns, 2009).
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kelekatan
Setiap interaksi sosial dengan orang lain, belum tentu bisa disebut dengan
kelekatan. Ciri-ciri dari suatu kelekatan adalah anak akan stress dan mengalami
kesusahan bahkan menangis saat dipisahkan orang yang dia lekati (Seibert and
Kerns, 2009). Lebih lanjut Schuengel dan van IJzendoorn (a review dalam
Seibert dan Kerns, 2009) menjelaskan bahwa teori kelekatan telah diterapkan
5. dalam hubungan anak-orang tua dang yang paling sering adalah kelekatan anak-
ibu. Penjelasan tersebut didukung pula oleh hasil penelitian Koray dan
Rodopman (2011) yang hasilnya menunjukkan bahwa kelekatan terhadap ibu
secara signifikan berhubungan dengan masalah emosional dan perilaku balita.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kelekatan antara lain:
1. Faktor Kesusahan
Penelitian yang dilakukan oleh Kerns (a review dalam Ellen Moss et al.
2009) menunjukkan bahwa pada masa kanak-kanak menengah merupakan
waktu yang aktif dalam mencari dari kelekatan terhadap seorang figur atau
sosok yang dapat membuat kesusahannya berkurang. Hal ini dapat terlihat
pula ketika seorang anak TK yang mendekat dan mempercayai gurunya
karena dia merasa gurunya dapat membantu kesulitannya saat mengerjakan
tugas-tugasnya.
2. Faktor Keamanan
Seorang peneliti yang bernama Zimmerman (a review dalam Ellen Moss et
al. 2009) menunjukkan bahwa meskipun kelekatan anak dan orang tua tidak
dapat digantikan dengan yang lain, tapi anak juga tidak menutup
kemungkinan jika model internal dalam pengaturan diri lebih adaptif ketika
merasa tidak aman. Berdasarkan pengamatan sehari-hari pada anak-anak,
ketika tidak ada orang tua disekitarnya dia menunjukkan perilaku kelekatan
pada orang lain, misalnya kakaknya. Hal tersebut dikarenakan dia mencari
rasa aman dari sang kakak.
3. Faktor Mengandalkan
Anak-anak menunjukkan kecenderungan untuk mengandalkan kelekatan
seorang figur yang berbeda dalam konteks yang berbeda untuk semua situasi
(Mayseless dalam Seibert and Kerns, 2009). Misalnya, anak-anak mungkin
perlu bergantung pada orang lain, seperti rekan-rekan, saudara, atau guru,
untuk memenuhi kebutuhan kelekatan mereka ketika akses ke sosok
kelekatan yang utama mereka (orang tua) diblokir. Ketika anak-anak
bersekolah dan secara fisik dipisahkan dari orang tua mereka. Dengan
6. demikian, penting untuk fokus pada masa kanak-kanak tengah sebagai anak-
anak dapat mengarahkan perilaku kelekatan.
Sejalan dengan faktor-faktor tersebut, Koray dan Rodopman (2011),
menyatakan 3 dimensi dalam kelekatan, yaitu: (1) nyaman dengan kedekatan,
(2) dia merasa dapat bergantung pada orang lain, dan (3) cemas atau takut
seperti ditinggalkan atau tidak dicintai.
Peneliti lain Hazan dan Zeifman (review dalam Seibert dan Kerns 2009)
menyebutkan bahwa untuk memperoleh perilaku dasar yang aman ada empat
komponen kelekatan: (1) kedekatan pengasuhan, dapat dipercaya,
menghindarkan kesusahan, dan keamanan dasar. Sebuah penelitian terhadap
anak-anak usia 6-17, mereka menemukan bahwa kebanyakan anak-anak, pada
semua kelompok usia, mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan teman
sebaya daripada dengan orang tua. Mereka menemukan tren usia untuk mencari
faktor keamanan. Komponen kepercayaan terjadi pergeseran dari orang tua
menuju teman-temannya yang terjadi antara kelompok 8-10 tahun dan 11-14
tahun. Anak-anak pada semua kelompok umur telah mengarahkan komponen
“menghindarkan kesusahan” dan perilaku keamanan dasar dari orang tua ke
teman-temannya.
Hazan dan Zeifman menunjukkan temuan ini bahwa anak di masa kanak-
kanak menengah telah mengalihkan komponen kelekatan dari orang tua ke
teman lain dan sedang dalam proses mentransfer komponen kepercayaan.
Penelitian tersebut dapat terlihat ketika anak-anak tidak mau berpisah dengan
teman sepermainannya ketika ia diminta oleh orang tuanya untuk pulang.
C. Dampak Perilaku Kelekatan
Karena anak mengembangkan hubungan keterikatan tertentu dengan satu atau
beberapa orang dewasa yang penting pada akhir tahun pertama kehidupan
(Bowlby dalam Ellen Moss et al., 2009), maka setiap keterikatan atau kelekatan
tersebut akan berdampak baginya, baik positif maupun negatif. Tidak baik jika
perilaku kelekatan itu terlalu dekat, begitu pula bila terlalu jauh. Kelekatan yang
dimaksud adalah kelekatan anak pada orang tuanya.
7. Berdasarkan temuan pada penelitian yang dilakukan oleh Seibert dan Kerns
(2009), menemukan bahwa anak-anak akan mencalonkan orang tua untuk
pertanyaan umum tentang kelekatan dan rekan-rekan jika pertanyaan tengang
persahabatan umum. Sehingga orang tua memang menjadi orang pertama yang
harus menjadi contoh atau model baginya.
Sebelumnya telah dijelaskan dalam studi yang dilakukan Bowlby (review
dalam Koray dan Rodopman, 2011) bahwa terdapat gaya kelekatan yang tidak
aman (insecure attachment) yang berkorelasi dengan psikopatologi (kerugian
psikologis/ dampak buruk terhadap psikologis). Sedangkan gaya kelekatan yang
aman (secure attachment) diprediksi mempunyai efek baik bagi psikologis.
1. Dampak kelekatan yang berlebih
Dampak negatif dari kelekatan yang berlebih adalah, anak akan selalu
bergantung pada orang tua dan merasa takut serta tak nyaman jika berada
jauh dari orang tuanya. Sehingga rasa takut pun secara otomatis akan
menyelimutinya. Kenyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian dari
Seibert dan Kerns (2009) yang menunjukkan bahwa anak-anak yang beralih
ke orang tua untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan hanya minoritas anak-
anak pergi memenuhi kelekatannya ke rekan-rekan, saudara, atau kakek-
nenek. Namun adapula dampak yang positif dari kelekatan berlebih, yaitu
orang tua mudah untuk menasehati, membimbing, dan memotivasi anak
dalam suatu perbuatan.
2. Dampak kelekatan yang kurang
Dampak kelekatan yang kurang dari hubungan antara orang tua dan anak,
yaitu anak menjadi tak percaya pada orang tua. Sedangkan dampak
positifnya adalah anak dapat menjalin hubungan sosial yang mudah dengan
orang lain dan tidak tergantung pada orang tua.
Pada dasarnya jarak perilaku kelekatan yang baik adalah tidak kurang dan
tidak lebih.
8. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku kelekatan
(attachment behavior) adalah perilaku yang terikat secara psikologis dengan
orang lain yang membuat aman dan memberikan dukungan emosional. Faktor-
faktor yang dapat memunculkan perilaku keletan adalah adanya rasa aman,
nyaman, terhindar dari kesusahan, dan adaya rasa takut akan ditinggalkan.
Sedanngkan dampak yang mucul dari perilaku kelekatan baik yang terlalu
berlebihan atau kurang akan mempengaruhi kondisi psikososial sesorang, seperti
takut berhadapan dengan orang lain dan komunikasi yang kurang efektif dengan
lingkungan.
B. Saran
Saran yang diberikan penulis, khususnya untuk orang dewasa yang menjadi
faktor kelekatan anak adalah manfaatkan masa kelekatannya itu dengan
memasukkan pembelajaran yang positif. Misalnya, ajarkan untuk berbagi,
berempati, berani, percaya diri, dan sopan terhadap orang lain.
9. DAFTAR PUSTAKA
Koray dan Rodopman-Arman (2011). Parental Attachment Style and Severity of
Emotional/Behavioral Problems in Toddlerhood. Archives of Neuropsychiatry,
48, 147-54.
Moss, Ellen et al (2009). Links between Children’s Attachment Behavior at Early
School-age, Their Attachment-related Representations, and Behavior Problems
in Middle Childhood. International Journal of Behavioral Development, 33 (2),
155–166. Diperoleh 27 Juni 2013, dari http://www.sagepublications.com.
Seibert, A. C. Dan Kathryn A. Kerns (2009). Attachment Figures in Middle Childhood.
International Journal of Behavioral Development, 33 (4), 347–355. Diperoleh
27 Juni 2013, dari http://www.sagepublications.com.
Torres, Nuno et al. (2012). Attachment Security Representations in Institutionalized
Children and Children Living with Their Families: Links to Problem Behaviour.
Clinical Psychology and Psychotherapy, 19, 25–36. Diperoleh 27 Juni 2013,
dari ww.wileyonlinelibrary.com.