1) Kinerja industri kehutanan Indonesia menghadapi tantangan kurangnya pasokan kayu yang legal dan berkelanjutan serta kapasitas produksi yang melebihi kemampuan pasokan;
2) Risiko tata kelola industri kehutanan tinggi karena data pemerintah tidak dapat diandalkan dan korupsi masih marak;
3) Dampaknya adalah potensi kayu ilegal yang tidak tercatat dan kerugian negara dari pajak dan royalti yang
1. K O N F E R E N S I P E R S
KINERJA INDUSTRI
KEHUTANAN, RISIKO DAN
DAMPAKNYA
Kesenjangan Persediaan Kayu Legal dan Implikasinya terhadap
Peningkatan Kapasitas Pabrik Industri Kehutanan di Indonesia
2. PENDAHULUAN
1. Kinerja Industri Kehutanan – dalam pemenuhan
pasokan kayunya.
2. Dampak dari kondisi industri kehutanan saat ini.
3. Proyeksi ke depan.
4. Rekomendasi.
3. KINERJA REVITALISASI INDUSTRI
KEHUTANAN
RENCANA AKSI
1. Pasokan bahan baku kayu yang legal dan lestari
tercapai yang berasal dari berbagai sumber, khususnya
dari hutan produksi yang dikelola secara lestari dan
disertifikasi Tingkat produksi kayu olahan sesuai
pasokan bahan baku lestari.
2. Rendemen yang tinggi dan tingkat pemanfaatan kapasitas di
atas 70 persen.
3. Minimum 20 persen dari produk-produk ekspor kayu olahan
primer dan lanjutan sudah disertifikasi.
4. Sistem dan pola pemasaran produk yang efektif dan efisien,
baik untuk pasar domestik maupun ekspor, terwujud.
5. Fokus pada komoditi yang bernilai tambah tinggi dan ramah
lingkungan.
1) Kurangnya persediaan
bahan baku; [dan]
2) Kapasitas yang berlebih.
4. KINERJA REVITALISASI INDUSTRI
KEHUTANAN
1. PASOKAN KAYU TIDAK TERPENUHI
Mengacu pada Peta Jalan, sektor kehutanan harus memenuhi
setidaknya 630 juta m3 dalam kurun waktu 2007-2014 (Fase 1).
Kenyataanya hanya 49% dari target yang bisa dipenuhi.
0
10
20
30
40
50
60
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Target Pasokan Kayu Menurut Peta Jalan
HTI Lainnya
50%
14%
36%
Realisasi
Terpenuhi
Tidak Terpenuhi Oleh HTI
Tidak Terpenuhi Sumber Lainnya
HTI harusnya
bisa
menghasilkan
46% lebih
banyak
5. KINERJA REVITALISASI INDUSTRI
KEHUTANAN
Pasokan HTI, dan perhutani
Pasokan HPH
Pasokan pembukaan lahan, IPK
Sumber lainnya
Totalpasokankayudalamjutam3
647
juta meter
kubik
IPK menurun drastis, dari 14,4 juta m3 menjadi hanya
600 ribu m3. Di saat yang sama, berasal dari sumber
“Lainnya” meningkat hampir enam kali lipat, dari 3,7
juta m3 menjadi 21,786.505 m3
2. PASOKAN KAYU BANYAK DIDOMINASI
PEMBUKAAN HUTAN
Sepanjang tahun 1991-2014, Kemenhut mencatat
bahwa pasokan kayu secara nasional mencapai 647
juta m3. Namun sumbernya, jika dilihat justru
mengerucut pada 3 hal: 1) HTI, 2) IPK atau
pembukaan lahan, dan 3) “Sumber lainnya.”
7. KINERJA REVITALISASI INDUSTRI
KEHUTANAN
Kayu gergajian
Kayu lapis
Pulp dan bubur kayu
Bahan olahan lain
Konsumsikayudalamjutam3(konversi)
4. ARAH EKSPLOITASI HUTAN UNTUK
INDUSTRI PULP
Sepanjang satu dekade terakhir,
produksi kayu Indonesia lebih banyak
digunakan untuk kepentingan pulp.
34%
15%
4%
47%
Alokasi Pasokan Peta Jalan (2014)
Kayu gergajian
Kayu lapis
Partikel
Pulp
8. RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
1. Data yang dihasilkan oleh Kementerian Kehutanan seringkali
menimbulkan anomali. Sehingga diragukan akuntabilitasnya.
a) Data yang produksi industri yang dicatat oleh Kementerian Kehutanan
secara konsisten selalu senjang dengan data yang diterbitkan oleh
asosiasi.
b) Data produksi olahan kayu yang dilaporkan tidak realistis jika
dibandingkan dengan pasokannya.
c) Data pasokan kayu kategori sumber lain tidak bisa ditelusuri asal-
usulnya, padahal memiliki signifikan yang cukup tinggi sebagai pemenuh
bahan baku industri.
2. Korupsi terjadi pada hampir seluk beluk bisnis proses perizinan
sektor kehutanan (KPK, 2014).
9. RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
APKI melaporkan sebanyak 1, 9 kali
lipat produksi pulp (38 juta ton kering)
lebih banyak daripada yang dilaporkan
oleh Kementerian Kehutanan.
Dengan data APKI, dapat terlihat bahwa
pasokan kayu dari HTI tidak memadai.
Data
Kemhut
Data APKI Data Kemhut (yang dikonversi ke ton kering pulp)
Produksipulp(tonkering)
10. RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
IPK + ‘sumber lain’
Permenhut
P.58/2009 (?)
Jika pembukaan lahan oleh HTI masuk dalam
kategori keduanya, atau salah satu
diantaranya, tidak memberikan kejelasan
jumlahnya, sehingga memperumit pengawasan
kewajiban pemungutan PNBP.
9%
11. RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
Bahkan, bila menggunakan asumsi
potensi kayu yang terendah, yakni 38
m3/ha, volume kayu hutan alam dari
pembukaan lahan untuk HTI masih
hampir mencapai dua kali lipat dari
volume yang dilaporkan dalam IPK.
Pembukaan lahan untuk kelapa sawit
pada periode yang sama juga akan
menambahkan sekurangnya 2,8 kali
lipat dari volume yang dilaporkan dari
IPK.
Estimasi MTH yang diproduksi saat pembukaan
lahan untuk HTI
Estimasi MTH yang diproduksi saat pembukaan
lahan untuk perkebunan kelapa sawit
Laporan konsumsi kayu yang berasal dari
IPK
PotensiPanenKayu(dalamjutaanm3RWE)
12. TATA USAHA PRODUKSI HASIL HUTAN KAYUPERIZINAN
DAN
PENYIAPAN
KAWASAN
RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
RENTE IZIN
Permohona
n
Persiapan
permohonan
Penilaian
Izin
IIUP
TATA USAHA
PENGANGKUTAN
LHP
RENTE HASIL
HUTAN KAYU
RKT
DR-PSDH SKSKB
IHMB RKU
LHC
Working
Area
Indikasi state capture
Potensi suap, pemerasan, penjualan pengaruh
EVALUASI &
WASDAL
Sertifikasi
PHPL/LK
Tata Batas
Pengalihan
Izin&Saha
m
Sanksi
Administrat
if
Sanksi
Pidana
Rekonsiliasi
PNBP
Nilai uang
suap yang
beredar antara
22milyar-768
juta per tahun
(KPK, 2014)
13. 1. Tengku Azmun Jaafar
(ex Bupati Pelalawan District
head) jailed by Supreme Court, 11
years
2. Arwin AS (ex Bupati Siak
District head) jailed by Riau
Corruption Court in Pekanbaru, 4
years
3. Syuhada Tasman (ex Riau
Forestry Service) jailed
by Riau Corruption
Court, 5 years
4. Asral Rachman (ex Riau
Forestry Service) jailed by Riau
Corruption Court, 5 years
5. Burhanuddin Husin (ex Riau
Forestry Service) jailed by Riau
Corruption Court, 2.5 years
6. Rusli Zainal
(Governor Riau), jailed
by Riau Corruption
Court, 14 years
RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
14. Bagaimana statusnya Hutan Tanaman Industri
dimana proses perizinannya ternyata tersangkut
pidana korupsi secara bersama-sama sepanjang
tahun 2002-2006 di Kabupaten Pelalawan dan
Siak ;
RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
15. Hutan Tanaman Industri; Legalitas dan pasokan
bahan baku industri pulp and paper di Riau.
APP
Asia Pulp and Paper
PT. Indah Kiat Pulp and Paper
Perawang Riau
APRIL
Asia Pacific Resources International Limited
PT. Riau Andalan Pulp and Paper
Pangkalan Kerinci, Riau
Produksi Pabrik pulp di Riau (2002-2003) 5 juta ton pulp per tahun.
Dengan asumsi (sangat konservatif) yang keduanya disediakan oleh kayu hutan alam 50% &
50% acasia, (Keb: 24.500.000 m3/2=12.250.000/80m3=153.000 ha hutan alam ditebang setiap
tahunnya
16. Pelalawan: 23 (176.476 ha) , Siak : 6
(105.064 ha), Indragiri Hulu : 5 (70.262
ha), Indragiri Hilir : 3 (51.720 ha)
37 Perusahaan konsesi, 404.513 ha.
Hutan Tanaman Industri; Legalitas dan pasokan
bahan baku industri pulp and paper di Riau.
Total HTI Riau 1,653,184
18. DAMPAK KONDISI INDUSTRI
KEHUTANAN
0
20
40
60
80
1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013
>25%
219
juta meter
kubik
647
juta meter
kubik
866
juta meter
kubik
>30%
Tahun 2014
20
juta meter
kubik
Data konsumsi kayu dan
produksi kayu yang aktual
berpotensi tidak tercatat.
Catatan.
1. Konsumsi jika dihitung
dengan RWE yang
standar (CIFOR)
19. DAMPAK KONDISI INDUSTRI
KEHUTANAN
219
juta meter
kubik
55
trilyun
rupiah
20,8T
PSDH
34,2T
DR
Catatan.
1. Nilai konversi rupiah, 12.500 per dolar.
2. Harga kayu berdasarkan harga patokan
3. Tarif PSDH/DR berdasaran
Tidak tercatatnya konsumsi kayu, memberikan
indikasi kayu yang digunakan belum terpenuhi
kewajiban PNBPnya.
Negara Suap/pemerasan Nilai hilang
Untuk suap dan biaya
transaksi informal (22
milyar – 768 juta per
tahun per izin, KPK
2014)
Pembayaran
PNBP
Nilai PNBP dari
konsumsi kayu yang
tidak tercatat (5
trilyun tahun 2014)
20. REKOMENDASI
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
• Melakukan evaluasi menyeluruh
tentang kemampuan pasokan kayu
Indonesia dan konsumsi industrinya.
• Menunda rencana perizinan
penambahan kapasitas industri hingga
evaluasi selesai dengan data yang
akuntabel dan akurat.
• Menghindari insentif bagi industri yang
memungkinkan penggunaan kayu yang
berasal dari hutan alam dengan cara
konversi hutan (hutan alam ke hutan
tanaman).
Penyedia Jasa Pembiayaan
• Melakukan due diligence yang lebih
ketat terhadap industri kehutanan
untuk menghindari resiko hukum dan
resiko pembiayaan.