SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 21
Baixar para ler offline
K O N F E R E N S I P E R S
KINERJA INDUSTRI
KEHUTANAN, RISIKO DAN
DAMPAKNYA
Kesenjangan Persediaan Kayu Legal dan Implikasinya terhadap
Peningkatan Kapasitas Pabrik Industri Kehutanan di Indonesia
PENDAHULUAN
1. Kinerja Industri Kehutanan – dalam pemenuhan
pasokan kayunya.
2. Dampak dari kondisi industri kehutanan saat ini.
3. Proyeksi ke depan.
4. Rekomendasi.
KINERJA REVITALISASI INDUSTRI
KEHUTANAN
RENCANA AKSI
1. Pasokan bahan baku kayu yang legal dan lestari
tercapai yang berasal dari berbagai sumber, khususnya
dari hutan produksi yang dikelola secara lestari dan
disertifikasi Tingkat produksi kayu olahan sesuai
pasokan bahan baku lestari.
2. Rendemen yang tinggi dan tingkat pemanfaatan kapasitas di
atas 70 persen.
3. Minimum 20 persen dari produk-produk ekspor kayu olahan
primer dan lanjutan sudah disertifikasi.
4. Sistem dan pola pemasaran produk yang efektif dan efisien,
baik untuk pasar domestik maupun ekspor, terwujud.
5. Fokus pada komoditi yang bernilai tambah tinggi dan ramah
lingkungan.
1) Kurangnya persediaan
bahan baku; [dan]
2) Kapasitas yang berlebih.
KINERJA REVITALISASI INDUSTRI
KEHUTANAN
1. PASOKAN KAYU TIDAK TERPENUHI
Mengacu pada Peta Jalan, sektor kehutanan harus memenuhi
setidaknya 630 juta m3 dalam kurun waktu 2007-2014 (Fase 1).
Kenyataanya hanya 49% dari target yang bisa dipenuhi.
0
10
20
30
40
50
60
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Target Pasokan Kayu Menurut Peta Jalan
HTI Lainnya
50%
14%
36%
Realisasi
Terpenuhi
Tidak Terpenuhi Oleh HTI
Tidak Terpenuhi Sumber Lainnya
HTI harusnya
bisa
menghasilkan
46% lebih
banyak
KINERJA REVITALISASI INDUSTRI
KEHUTANAN
Pasokan HTI, dan perhutani
Pasokan HPH
Pasokan pembukaan lahan, IPK
Sumber lainnya
Totalpasokankayudalamjutam3
647
juta meter
kubik
IPK menurun drastis, dari 14,4 juta m3 menjadi hanya
600 ribu m3. Di saat yang sama, berasal dari sumber
“Lainnya” meningkat hampir enam kali lipat, dari 3,7
juta m3 menjadi 21,786.505 m3
2. PASOKAN KAYU BANYAK DIDOMINASI
PEMBUKAAN HUTAN
Sepanjang tahun 1991-2014, Kemenhut mencatat
bahwa pasokan kayu secara nasional mencapai 647
juta m3. Namun sumbernya, jika dilihat justru
mengerucut pada 3 hal: 1) HTI, 2) IPK atau
pembukaan lahan, dan 3) “Sumber lainnya.”
KINERJA REVITALISASI INDUSTRI
KEHUTANAN
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
2010 2011 2012 2013 2014
Target dan Realisasi Penanaman
Target Realisasi
Luas HTI yang dilakukan penanaman
Luasan izin HTI
Luasareal(jutaha)
3. REALISASI PENANAMAN SELALU LEBIH RENDAH
Target penanaman sendiri selalu jauh lebih rendah dari
target, sementara konsesi HTI selalu diperluas.
KINERJA REVITALISASI INDUSTRI
KEHUTANAN
Kayu gergajian
Kayu lapis
Pulp dan bubur kayu
Bahan olahan lain
Konsumsikayudalamjutam3(konversi)
4. ARAH EKSPLOITASI HUTAN UNTUK
INDUSTRI PULP
Sepanjang satu dekade terakhir,
produksi kayu Indonesia lebih banyak
digunakan untuk kepentingan pulp.
34%
15%
4%
47%
Alokasi Pasokan Peta Jalan (2014)
Kayu gergajian
Kayu lapis
Partikel
Pulp
RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
1. Data yang dihasilkan oleh Kementerian Kehutanan seringkali
menimbulkan anomali. Sehingga diragukan akuntabilitasnya.
a) Data yang produksi industri yang dicatat oleh Kementerian Kehutanan
secara konsisten selalu senjang dengan data yang diterbitkan oleh
asosiasi.
b) Data produksi olahan kayu yang dilaporkan tidak realistis jika
dibandingkan dengan pasokannya.
c) Data pasokan kayu kategori sumber lain tidak bisa ditelusuri asal-
usulnya, padahal memiliki signifikan yang cukup tinggi sebagai pemenuh
bahan baku industri.
2. Korupsi terjadi pada hampir seluk beluk bisnis proses perizinan
sektor kehutanan (KPK, 2014).
RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
APKI melaporkan sebanyak 1, 9 kali
lipat produksi pulp (38 juta ton kering)
lebih banyak daripada yang dilaporkan
oleh Kementerian Kehutanan.
Dengan data APKI, dapat terlihat bahwa
pasokan kayu dari HTI tidak memadai.
Data
Kemhut
Data APKI Data Kemhut (yang dikonversi ke ton kering pulp)
Produksipulp(tonkering)
RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
IPK + ‘sumber lain’
Permenhut
P.58/2009 (?)
Jika pembukaan lahan oleh HTI masuk dalam
kategori keduanya, atau salah satu
diantaranya, tidak memberikan kejelasan
jumlahnya, sehingga memperumit pengawasan
kewajiban pemungutan PNBP.
9%
RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
Bahkan, bila menggunakan asumsi
potensi kayu yang terendah, yakni 38
m3/ha, volume kayu hutan alam dari
pembukaan lahan untuk HTI masih
hampir mencapai dua kali lipat dari
volume yang dilaporkan dalam IPK.
Pembukaan lahan untuk kelapa sawit
pada periode yang sama juga akan
menambahkan sekurangnya 2,8 kali
lipat dari volume yang dilaporkan dari
IPK.
Estimasi MTH yang diproduksi saat pembukaan
lahan untuk HTI
Estimasi MTH yang diproduksi saat pembukaan
lahan untuk perkebunan kelapa sawit
Laporan konsumsi kayu yang berasal dari
IPK
PotensiPanenKayu(dalamjutaanm3RWE)
TATA USAHA PRODUKSI HASIL HUTAN KAYUPERIZINAN
DAN
PENYIAPAN
KAWASAN
RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
RENTE IZIN
Permohona
n
Persiapan
permohonan
Penilaian
Izin
IIUP
TATA USAHA
PENGANGKUTAN
LHP
RENTE HASIL
HUTAN KAYU
RKT
DR-PSDH SKSKB
IHMB RKU
LHC
Working
Area
Indikasi state capture
Potensi suap, pemerasan, penjualan pengaruh
EVALUASI &
WASDAL
Sertifikasi
PHPL/LK
Tata Batas
Pengalihan
Izin&Saha
m
Sanksi
Administrat
if
Sanksi
Pidana
Rekonsiliasi
PNBP
Nilai uang
suap yang
beredar antara
22milyar-768
juta per tahun
(KPK, 2014)
1. Tengku Azmun Jaafar
(ex Bupati Pelalawan District
head) jailed by Supreme Court, 11
years
2. Arwin AS (ex Bupati Siak
District head) jailed by Riau
Corruption Court in Pekanbaru, 4
years
3. Syuhada Tasman (ex Riau
Forestry Service) jailed
by Riau Corruption
Court, 5 years
4. Asral Rachman (ex Riau
Forestry Service) jailed by Riau
Corruption Court, 5 years
5. Burhanuddin Husin (ex Riau
Forestry Service) jailed by Riau
Corruption Court, 2.5 years
6. Rusli Zainal
(Governor Riau), jailed
by Riau Corruption
Court, 14 years
RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
Bagaimana statusnya Hutan Tanaman Industri
dimana proses perizinannya ternyata tersangkut
pidana korupsi secara bersama-sama sepanjang
tahun 2002-2006 di Kabupaten Pelalawan dan
Siak ;
RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI
KEHUTANAN
Hutan Tanaman Industri; Legalitas dan pasokan
bahan baku industri pulp and paper di Riau.
APP
Asia Pulp and Paper
PT. Indah Kiat Pulp and Paper
Perawang Riau
APRIL
Asia Pacific Resources International Limited
PT. Riau Andalan Pulp and Paper
Pangkalan Kerinci, Riau
Produksi Pabrik pulp di Riau (2002-2003) 5 juta ton pulp per tahun.
Dengan asumsi (sangat konservatif) yang keduanya disediakan oleh kayu hutan alam 50% &
50% acasia, (Keb: 24.500.000 m3/2=12.250.000/80m3=153.000 ha hutan alam ditebang setiap
tahunnya
Pelalawan: 23 (176.476 ha) , Siak : 6
(105.064 ha), Indragiri Hulu : 5 (70.262
ha), Indragiri Hilir : 3 (51.720 ha)
37 Perusahaan konsesi, 404.513 ha.
Hutan Tanaman Industri; Legalitas dan pasokan
bahan baku industri pulp and paper di Riau.
Total HTI Riau 1,653,184
Hutan Tanaman Industri; Legalitas dan pasokan
bahan baku industri pulp and paper di Riau.
DAMPAK KONDISI INDUSTRI
KEHUTANAN
0
20
40
60
80
1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013
>25%
219
juta meter
kubik
647
juta meter
kubik
866
juta meter
kubik
>30%
Tahun 2014
20
juta meter
kubik
Data konsumsi kayu dan
produksi kayu yang aktual
berpotensi tidak tercatat.
Catatan.
1. Konsumsi jika dihitung
dengan RWE yang
standar (CIFOR)
DAMPAK KONDISI INDUSTRI
KEHUTANAN
219
juta meter
kubik
55
trilyun
rupiah
20,8T
PSDH
34,2T
DR
Catatan.
1. Nilai konversi rupiah, 12.500 per dolar.
2. Harga kayu berdasarkan harga patokan
3. Tarif PSDH/DR berdasaran
Tidak tercatatnya konsumsi kayu, memberikan
indikasi kayu yang digunakan belum terpenuhi
kewajiban PNBPnya.
Negara Suap/pemerasan Nilai hilang
Untuk suap dan biaya
transaksi informal (22
milyar – 768 juta per
tahun per izin, KPK
2014)
Pembayaran
PNBP
Nilai PNBP dari
konsumsi kayu yang
tidak tercatat (5
trilyun tahun 2014)
REKOMENDASI
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
• Melakukan evaluasi menyeluruh
tentang kemampuan pasokan kayu
Indonesia dan konsumsi industrinya.
• Menunda rencana perizinan
penambahan kapasitas industri hingga
evaluasi selesai dengan data yang
akuntabel dan akurat.
• Menghindari insentif bagi industri yang
memungkinkan penggunaan kayu yang
berasal dari hutan alam dengan cara
konversi hutan (hutan alam ke hutan
tanaman).
Penyedia Jasa Pembiayaan
• Melakukan due diligence yang lebih
ketat terhadap industri kehutanan
untuk menghindari resiko hukum dan
resiko pembiayaan.
TERIMA
KASIH
Nursamsu
(WWF-ID)
Riko Kurniawan
(WALHI Riau)
Emerson Yuntho
(ICW)
Grahat Nagara
(AURIGA)

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a OPTIMALKAN PASOKAN KAYU

Peranan Sektor Perkayuan Berau Menuju Pembangunan Hijau
Peranan Sektor Perkayuan Berau Menuju Pembangunan HijauPeranan Sektor Perkayuan Berau Menuju Pembangunan Hijau
Peranan Sektor Perkayuan Berau Menuju Pembangunan HijauCIFOR-ICRAF
 
PERHUTANAN SOSIAL PADA HUTAN PRODUKSI
PERHUTANAN SOSIAL  PADA HUTAN PRODUKSIPERHUTANAN SOSIAL  PADA HUTAN PRODUKSI
PERHUTANAN SOSIAL PADA HUTAN PRODUKSIAdi Pujakesuma
 
Greenwarriorindonesia
Greenwarriorindonesia Greenwarriorindonesia
Greenwarriorindonesia zhakim farsi
 
Pengembangan Pemasaran Bahan Olah Karet di Provinsi Sumatera Selatan
Pengembangan Pemasaran Bahan Olah Karet di Provinsi Sumatera SelatanPengembangan Pemasaran Bahan Olah Karet di Provinsi Sumatera Selatan
Pengembangan Pemasaran Bahan Olah Karet di Provinsi Sumatera SelatanAprizal Alamsyah
 
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi RiauKebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi RiauPeople Power
 
pre fs kaliandra (3)
pre fs kaliandra (3)pre fs kaliandra (3)
pre fs kaliandra (3)shaukat1607
 
5 pilar kelayakan green property
5 pilar kelayakan green property5 pilar kelayakan green property
5 pilar kelayakan green propertydmanaf
 
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_property
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_propertyProposal 5 pilar_kelayakan_green_property
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_propertyanom monalope
 
Perkembangan_Industri_Pengolahan_Kayu_da.pdf
Perkembangan_Industri_Pengolahan_Kayu_da.pdfPerkembangan_Industri_Pengolahan_Kayu_da.pdf
Perkembangan_Industri_Pengolahan_Kayu_da.pdfHairilteaholic Tux
 
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan Ancaman
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan AncamanLembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan Ancaman
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan AncamanPeople Power
 
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...Yandi Novia (Debu Yandi)
 
Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi furnitur berbahan baku kayu...
Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi  furnitur berbahan baku kayu...Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi  furnitur berbahan baku kayu...
Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi furnitur berbahan baku kayu...Zeth Patty
 
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunankomitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunanInstansi
 
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)npgkuja
 
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)npgkuja
 
BALSA PLANTATION PROPOSAL PRESENTATION.pdf
BALSA PLANTATION PROPOSAL PRESENTATION.pdfBALSA PLANTATION PROPOSAL PRESENTATION.pdf
BALSA PLANTATION PROPOSAL PRESENTATION.pdfProfDrMdNasirIbrahim
 
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus Riau
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus RiauKejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus Riau
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus RiauCIFOR-ICRAF
 

Semelhante a OPTIMALKAN PASOKAN KAYU (20)

Peranan Sektor Perkayuan Berau Menuju Pembangunan Hijau
Peranan Sektor Perkayuan Berau Menuju Pembangunan HijauPeranan Sektor Perkayuan Berau Menuju Pembangunan Hijau
Peranan Sektor Perkayuan Berau Menuju Pembangunan Hijau
 
PERHUTANAN SOSIAL PADA HUTAN PRODUKSI
PERHUTANAN SOSIAL  PADA HUTAN PRODUKSIPERHUTANAN SOSIAL  PADA HUTAN PRODUKSI
PERHUTANAN SOSIAL PADA HUTAN PRODUKSI
 
Greenwarriorindonesia
Greenwarriorindonesia Greenwarriorindonesia
Greenwarriorindonesia
 
Pengembangan Pemasaran Bahan Olah Karet di Provinsi Sumatera Selatan
Pengembangan Pemasaran Bahan Olah Karet di Provinsi Sumatera SelatanPengembangan Pemasaran Bahan Olah Karet di Provinsi Sumatera Selatan
Pengembangan Pemasaran Bahan Olah Karet di Provinsi Sumatera Selatan
 
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi RiauKebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
 
Tsr siaran pers
Tsr   siaran persTsr   siaran pers
Tsr siaran pers
 
Moratorium Hutan
Moratorium HutanMoratorium Hutan
Moratorium Hutan
 
pre fs kaliandra (3)
pre fs kaliandra (3)pre fs kaliandra (3)
pre fs kaliandra (3)
 
5 pilar kelayakan green property
5 pilar kelayakan green property5 pilar kelayakan green property
5 pilar kelayakan green property
 
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_property
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_propertyProposal 5 pilar_kelayakan_green_property
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_property
 
Perkembangan_Industri_Pengolahan_Kayu_da.pdf
Perkembangan_Industri_Pengolahan_Kayu_da.pdfPerkembangan_Industri_Pengolahan_Kayu_da.pdf
Perkembangan_Industri_Pengolahan_Kayu_da.pdf
 
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan Ancaman
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan AncamanLembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan Ancaman
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan Ancaman
 
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
 
Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi furnitur berbahan baku kayu...
Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi  furnitur berbahan baku kayu...Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi  furnitur berbahan baku kayu...
Analisis kebutuhan bahan baku dan biaya produksi furnitur berbahan baku kayu...
 
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunankomitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
 
295. c. iku dinas pertanian dan ketahanan pangan
295. c. iku dinas pertanian dan ketahanan pangan295. c. iku dinas pertanian dan ketahanan pangan
295. c. iku dinas pertanian dan ketahanan pangan
 
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
 
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
 
BALSA PLANTATION PROPOSAL PRESENTATION.pdf
BALSA PLANTATION PROPOSAL PRESENTATION.pdfBALSA PLANTATION PROPOSAL PRESENTATION.pdf
BALSA PLANTATION PROPOSAL PRESENTATION.pdf
 
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus Riau
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus RiauKejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus Riau
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus Riau
 

Mais de Antonius Marhenanto

Siaran Pers - Konferensi Pers Rakernas AMAN
Siaran Pers - Konferensi Pers Rakernas AMANSiaran Pers - Konferensi Pers Rakernas AMAN
Siaran Pers - Konferensi Pers Rakernas AMANAntonius Marhenanto
 
Lembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa Lingkungan
Lembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa LingkunganLembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa Lingkungan
Lembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa LingkunganAntonius Marhenanto
 
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di IndonesiaKuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di IndonesiaAntonius Marhenanto
 
Surat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowi
Surat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowiSurat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowi
Surat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowiAntonius Marhenanto
 
Seminar Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...
Seminar  Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...Seminar  Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...
Seminar Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...Antonius Marhenanto
 
RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN...
RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN  DALAM RANGKA PENCEGAHAN  KEBAKARAN HUTAN...RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN  DALAM RANGKA PENCEGAHAN  KEBAKARAN HUTAN...
RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN...Antonius Marhenanto
 
Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014Antonius Marhenanto
 

Mais de Antonius Marhenanto (8)

2 tahun mk 35 siaran pers
2 tahun mk 35   siaran pers2 tahun mk 35   siaran pers
2 tahun mk 35 siaran pers
 
Siaran Pers - Konferensi Pers Rakernas AMAN
Siaran Pers - Konferensi Pers Rakernas AMANSiaran Pers - Konferensi Pers Rakernas AMAN
Siaran Pers - Konferensi Pers Rakernas AMAN
 
Lembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa Lingkungan
Lembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa LingkunganLembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa Lingkungan
Lembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa Lingkungan
 
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di IndonesiaKuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia
 
Surat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowi
Surat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowiSurat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowi
Surat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowi
 
Seminar Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...
Seminar  Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...Seminar  Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...
Seminar Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...
 
RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN...
RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN  DALAM RANGKA PENCEGAHAN  KEBAKARAN HUTAN...RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN  DALAM RANGKA PENCEGAHAN  KEBAKARAN HUTAN...
RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN...
 
Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014
 

Último

OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptOPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptRyanWinter25
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptxPENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptxRyanWinter25
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024ssuser8905b3
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 

Último (14)

OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptOPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptxPENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 

OPTIMALKAN PASOKAN KAYU

  • 1. K O N F E R E N S I P E R S KINERJA INDUSTRI KEHUTANAN, RISIKO DAN DAMPAKNYA Kesenjangan Persediaan Kayu Legal dan Implikasinya terhadap Peningkatan Kapasitas Pabrik Industri Kehutanan di Indonesia
  • 2. PENDAHULUAN 1. Kinerja Industri Kehutanan – dalam pemenuhan pasokan kayunya. 2. Dampak dari kondisi industri kehutanan saat ini. 3. Proyeksi ke depan. 4. Rekomendasi.
  • 3. KINERJA REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN RENCANA AKSI 1. Pasokan bahan baku kayu yang legal dan lestari tercapai yang berasal dari berbagai sumber, khususnya dari hutan produksi yang dikelola secara lestari dan disertifikasi Tingkat produksi kayu olahan sesuai pasokan bahan baku lestari. 2. Rendemen yang tinggi dan tingkat pemanfaatan kapasitas di atas 70 persen. 3. Minimum 20 persen dari produk-produk ekspor kayu olahan primer dan lanjutan sudah disertifikasi. 4. Sistem dan pola pemasaran produk yang efektif dan efisien, baik untuk pasar domestik maupun ekspor, terwujud. 5. Fokus pada komoditi yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan. 1) Kurangnya persediaan bahan baku; [dan] 2) Kapasitas yang berlebih.
  • 4. KINERJA REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN 1. PASOKAN KAYU TIDAK TERPENUHI Mengacu pada Peta Jalan, sektor kehutanan harus memenuhi setidaknya 630 juta m3 dalam kurun waktu 2007-2014 (Fase 1). Kenyataanya hanya 49% dari target yang bisa dipenuhi. 0 10 20 30 40 50 60 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Target Pasokan Kayu Menurut Peta Jalan HTI Lainnya 50% 14% 36% Realisasi Terpenuhi Tidak Terpenuhi Oleh HTI Tidak Terpenuhi Sumber Lainnya HTI harusnya bisa menghasilkan 46% lebih banyak
  • 5. KINERJA REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN Pasokan HTI, dan perhutani Pasokan HPH Pasokan pembukaan lahan, IPK Sumber lainnya Totalpasokankayudalamjutam3 647 juta meter kubik IPK menurun drastis, dari 14,4 juta m3 menjadi hanya 600 ribu m3. Di saat yang sama, berasal dari sumber “Lainnya” meningkat hampir enam kali lipat, dari 3,7 juta m3 menjadi 21,786.505 m3 2. PASOKAN KAYU BANYAK DIDOMINASI PEMBUKAAN HUTAN Sepanjang tahun 1991-2014, Kemenhut mencatat bahwa pasokan kayu secara nasional mencapai 647 juta m3. Namun sumbernya, jika dilihat justru mengerucut pada 3 hal: 1) HTI, 2) IPK atau pembukaan lahan, dan 3) “Sumber lainnya.”
  • 6. KINERJA REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 2010 2011 2012 2013 2014 Target dan Realisasi Penanaman Target Realisasi Luas HTI yang dilakukan penanaman Luasan izin HTI Luasareal(jutaha) 3. REALISASI PENANAMAN SELALU LEBIH RENDAH Target penanaman sendiri selalu jauh lebih rendah dari target, sementara konsesi HTI selalu diperluas.
  • 7. KINERJA REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN Kayu gergajian Kayu lapis Pulp dan bubur kayu Bahan olahan lain Konsumsikayudalamjutam3(konversi) 4. ARAH EKSPLOITASI HUTAN UNTUK INDUSTRI PULP Sepanjang satu dekade terakhir, produksi kayu Indonesia lebih banyak digunakan untuk kepentingan pulp. 34% 15% 4% 47% Alokasi Pasokan Peta Jalan (2014) Kayu gergajian Kayu lapis Partikel Pulp
  • 8. RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI KEHUTANAN 1. Data yang dihasilkan oleh Kementerian Kehutanan seringkali menimbulkan anomali. Sehingga diragukan akuntabilitasnya. a) Data yang produksi industri yang dicatat oleh Kementerian Kehutanan secara konsisten selalu senjang dengan data yang diterbitkan oleh asosiasi. b) Data produksi olahan kayu yang dilaporkan tidak realistis jika dibandingkan dengan pasokannya. c) Data pasokan kayu kategori sumber lain tidak bisa ditelusuri asal- usulnya, padahal memiliki signifikan yang cukup tinggi sebagai pemenuh bahan baku industri. 2. Korupsi terjadi pada hampir seluk beluk bisnis proses perizinan sektor kehutanan (KPK, 2014).
  • 9. RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI KEHUTANAN APKI melaporkan sebanyak 1, 9 kali lipat produksi pulp (38 juta ton kering) lebih banyak daripada yang dilaporkan oleh Kementerian Kehutanan. Dengan data APKI, dapat terlihat bahwa pasokan kayu dari HTI tidak memadai. Data Kemhut Data APKI Data Kemhut (yang dikonversi ke ton kering pulp) Produksipulp(tonkering)
  • 10. RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI KEHUTANAN - 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 IPK + ‘sumber lain’ Permenhut P.58/2009 (?) Jika pembukaan lahan oleh HTI masuk dalam kategori keduanya, atau salah satu diantaranya, tidak memberikan kejelasan jumlahnya, sehingga memperumit pengawasan kewajiban pemungutan PNBP. 9%
  • 11. RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI KEHUTANAN Bahkan, bila menggunakan asumsi potensi kayu yang terendah, yakni 38 m3/ha, volume kayu hutan alam dari pembukaan lahan untuk HTI masih hampir mencapai dua kali lipat dari volume yang dilaporkan dalam IPK. Pembukaan lahan untuk kelapa sawit pada periode yang sama juga akan menambahkan sekurangnya 2,8 kali lipat dari volume yang dilaporkan dari IPK. Estimasi MTH yang diproduksi saat pembukaan lahan untuk HTI Estimasi MTH yang diproduksi saat pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit Laporan konsumsi kayu yang berasal dari IPK PotensiPanenKayu(dalamjutaanm3RWE)
  • 12. TATA USAHA PRODUKSI HASIL HUTAN KAYUPERIZINAN DAN PENYIAPAN KAWASAN RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI KEHUTANAN RENTE IZIN Permohona n Persiapan permohonan Penilaian Izin IIUP TATA USAHA PENGANGKUTAN LHP RENTE HASIL HUTAN KAYU RKT DR-PSDH SKSKB IHMB RKU LHC Working Area Indikasi state capture Potensi suap, pemerasan, penjualan pengaruh EVALUASI & WASDAL Sertifikasi PHPL/LK Tata Batas Pengalihan Izin&Saha m Sanksi Administrat if Sanksi Pidana Rekonsiliasi PNBP Nilai uang suap yang beredar antara 22milyar-768 juta per tahun (KPK, 2014)
  • 13. 1. Tengku Azmun Jaafar (ex Bupati Pelalawan District head) jailed by Supreme Court, 11 years 2. Arwin AS (ex Bupati Siak District head) jailed by Riau Corruption Court in Pekanbaru, 4 years 3. Syuhada Tasman (ex Riau Forestry Service) jailed by Riau Corruption Court, 5 years 4. Asral Rachman (ex Riau Forestry Service) jailed by Riau Corruption Court, 5 years 5. Burhanuddin Husin (ex Riau Forestry Service) jailed by Riau Corruption Court, 2.5 years 6. Rusli Zainal (Governor Riau), jailed by Riau Corruption Court, 14 years RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI KEHUTANAN
  • 14. Bagaimana statusnya Hutan Tanaman Industri dimana proses perizinannya ternyata tersangkut pidana korupsi secara bersama-sama sepanjang tahun 2002-2006 di Kabupaten Pelalawan dan Siak ; RESIKO TATA KELOLA INDUSTRI KEHUTANAN
  • 15. Hutan Tanaman Industri; Legalitas dan pasokan bahan baku industri pulp and paper di Riau. APP Asia Pulp and Paper PT. Indah Kiat Pulp and Paper Perawang Riau APRIL Asia Pacific Resources International Limited PT. Riau Andalan Pulp and Paper Pangkalan Kerinci, Riau Produksi Pabrik pulp di Riau (2002-2003) 5 juta ton pulp per tahun. Dengan asumsi (sangat konservatif) yang keduanya disediakan oleh kayu hutan alam 50% & 50% acasia, (Keb: 24.500.000 m3/2=12.250.000/80m3=153.000 ha hutan alam ditebang setiap tahunnya
  • 16. Pelalawan: 23 (176.476 ha) , Siak : 6 (105.064 ha), Indragiri Hulu : 5 (70.262 ha), Indragiri Hilir : 3 (51.720 ha) 37 Perusahaan konsesi, 404.513 ha. Hutan Tanaman Industri; Legalitas dan pasokan bahan baku industri pulp and paper di Riau. Total HTI Riau 1,653,184
  • 17. Hutan Tanaman Industri; Legalitas dan pasokan bahan baku industri pulp and paper di Riau.
  • 18. DAMPAK KONDISI INDUSTRI KEHUTANAN 0 20 40 60 80 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 >25% 219 juta meter kubik 647 juta meter kubik 866 juta meter kubik >30% Tahun 2014 20 juta meter kubik Data konsumsi kayu dan produksi kayu yang aktual berpotensi tidak tercatat. Catatan. 1. Konsumsi jika dihitung dengan RWE yang standar (CIFOR)
  • 19. DAMPAK KONDISI INDUSTRI KEHUTANAN 219 juta meter kubik 55 trilyun rupiah 20,8T PSDH 34,2T DR Catatan. 1. Nilai konversi rupiah, 12.500 per dolar. 2. Harga kayu berdasarkan harga patokan 3. Tarif PSDH/DR berdasaran Tidak tercatatnya konsumsi kayu, memberikan indikasi kayu yang digunakan belum terpenuhi kewajiban PNBPnya. Negara Suap/pemerasan Nilai hilang Untuk suap dan biaya transaksi informal (22 milyar – 768 juta per tahun per izin, KPK 2014) Pembayaran PNBP Nilai PNBP dari konsumsi kayu yang tidak tercatat (5 trilyun tahun 2014)
  • 20. REKOMENDASI Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan • Melakukan evaluasi menyeluruh tentang kemampuan pasokan kayu Indonesia dan konsumsi industrinya. • Menunda rencana perizinan penambahan kapasitas industri hingga evaluasi selesai dengan data yang akuntabel dan akurat. • Menghindari insentif bagi industri yang memungkinkan penggunaan kayu yang berasal dari hutan alam dengan cara konversi hutan (hutan alam ke hutan tanaman). Penyedia Jasa Pembiayaan • Melakukan due diligence yang lebih ketat terhadap industri kehutanan untuk menghindari resiko hukum dan resiko pembiayaan.