SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Download to read offline
SISTEM FONASI
ANISYAH DEWI SYAH FITRI.,M.Pd
• Fonasi atau proses bersuara adalah suatu proses di mana pita
suara di tenggorokan menghasilkan bunyi dengan atau tanpa
suara.
• Misalnya, konsonan ‘h’ dan ‘k’ dihasilkan tanpa getaran pita
suara, karena itu disebut bunyi tanpa suara.
• Bunyi vocal (a, i, u, e, o) dihasilkan dengan getaran pita suara,
maka disebut bunyi bersuara.
ANATOMI PENGHASIL SUARA
• Faring
• Nasofaring
• Orofaring
• Laringofaring
• Laring (Voice Box)
• Kartilago
• Otot dan Saraf
• Pita suara (vocal fold)
FARING
• Faring merupakan nama lain dari tenggorokan bagian atas,
berupa tabung yang terletak di belakang mulut dan rongga
hidung, dan menghubungkan keduanya ke trakea (batang
tenggorokan).
• Faring terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu nasofaring,
orofaring, dan laringofaring
Anatomi Faring
• Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti
corong,
• Besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada
bagian anterior kolum vertebra (Arjun S Joshi, 2011).
• Kantong ini mulai dari dasar tengkorak menyambung ke esophagus
setinggi vertebra servikal ke-6.
• Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke
depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan
ke bawah berhubungan dengan esophagus.
• Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm;
bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.
• Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia
faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal
(Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).
• Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring)
(Arjun S Joshi, 2011). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir
(mukosa blanket) dan otot (Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).
Nasofaring
• Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak,
• Fungsi utamanya sebagai jalur udara.
• di bagian bawah adalah palatum mole, Langit-langit lunak akan
• terangkat saat menelan untuk menutup nasofaring dan mencegah
makanan
• atau air liur kembali naik.
• Uvula adalah bagian dari langit-langit lunak
• yang dapat terlihat di bagian belakang tenggorokan.
• ke depan adalah rongga hidung
• ke belakang adalah vertebra servikal.
• Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat
dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid
pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fosa
Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur
embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring
di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare,
yang dilalui oleh n. glosofaring, n. vagus dan n.asesorius spinal saraf
cranial dan v.jugularis interna,
Orofaring
• Orofaring terletak di bagian belakang mulut; mukosanya
adalah
• epitel skuamosa bertingkat, terus berlanjut hingga rongga
mulut.
• Dinding lateralnya adalah amandel palatine, juga nodul getah
bening. Bersama dengan adenoid dan amunisi lingual di dasar
lidah, mereka membentuk cincin jaringan limfatik di sekitar
faring untuk menghancurkan patogen yang menembus
mukosa
Laringofaring
• Laringofaring terletak pada inferior atau di bawah orofaring
• berfungsi sebagai lorong untuk makanan ke kerongkongan.
• Kontraksi dinding otot orofaring dan laringofaring adalah
bagian dari refleks menelan.
ANATOMI LARING
Struktur rangka laring :
a. Kartilago tiroidea
* tulang rawan hialin & terbesar
* terdiri dari dua ala atau sayap  sudut lancip
b. Kartilago krikoidea
* Tulang rawan hialin, tidak berpasangan
* Satu-satunya cincin kartilago utuh di saluran napas
* Seluruh permukaan dilapisi membran mukosa
c. Kartilago aritenoidea
* Tulang rawan hialin berpasangan
* Berbentuk piramid
d. Kartilago kornikulata ( Santorini )
* Nodul fibroelastik
* Tidak berfungsi pada manusia
e. Kartilago kuneiformis ( Wrisberg )
* Bentuk tongkat, tulang rawan elastik
f. Epiglottis
* Tulang rawan tipis, btk. daun & fibroelastik
OTOT – OTOT LARING
• Ekstrinsik
- Berperan pada gerakan & fiksasi laring
- Kelompok elevator & depresor
• Intrinsik
1. Membuka & menutup glotis
2. Mengatur ketegangan ligamentum vokalis
3. Mengatur konstriksi kavum laring
 Semua otot-otot ini berpasangan, kecuali :
m. aritenoideus transversus
b. Potongan median laring ( dari medial )
c. Potongan melintang laring setinggi pita suara
• Voice box atau yang lebih dikenal dengan laring merupakan organ
yang menghubungkan bagian bawah faring dengan trakea. Ini
berfungsi sebagai katup untuk menjaga saluran udara, terutama
saat menelan, sebagai saluran napas, dan untuk menghasilkan
suara.
• Bagian anterior laring cukup dangkal, sedangkan bagian posterior
laring terhubung langsung dengan laringofaring, fasia, dan otot
prevertebralis, serta pada bagian vertebra serviks di level 3 sampai
6.
• Secara lateral, laring berhubungan dengan selubung karotid, otot
infrahyoid, otot sternomastoid, dan kelenjar tiroid.
• Laring meningkat (terutama oleh otot palatopharyngeus)
selama kepala memanjang dan selama deglutisi.
• Laring terdiri dari beberapa komponen, yaitu kartilago, otot-otot,
saraf-saraf, dan pita suara.
• Fungsi utama dari laring adalah membuka dan menutup glotis
(ruang antara dua lipatan pita suara) sesuai dengan proses yang
ingin dilakukan
Kartilago
Terdapat 3 kartilago, yaitu thyroid cartilage, cricoid
cartilage, arytenoid cartilage.
Thyroid cartilage terbentuk di depan laring yang
merupakan rumah bagi pita suara.
Sebagian besar berupa jakun atau Adam’s apple.
Cricoid cartilage berada di bawah thyroid cartilage.
Berbentuk seperti cincin dan merupakan bagian
terpanjang dari laring.
Sedangkan arytenoid cartilage berbentuk seperti
piramida kecil terhubung dengan cricoid cartilage di
belakang pita suara bersama-sama membentuk
hubungan cricoarytenoid
Hubungankartilago,otot,dansaraflaring
Peran otot-otot dan kartilago Saraf input Peran otot-otot dan
kartilago Saraf input
Otot ketika pita suara berada di posisi tengah selama produksi
suara
(glotis tertutup)
1. Otot thyroarytenoid
a. Otot R & L ; menempel pada thyroid cartilage
dan arytenoid cartilage di setiap sisinya
b. Bertindak memperpendek dan melemaskan
vocal ligament
Recurrent Laryngeal
Nerve (RLN)
2. Otot cricoarytenoid lateral (otot R & L)
a. Melekat pada cricoid cartilage dan arytenoid di
setiap sisinya
b. Menutup atau menambahkan lipatan vokal
Recurrent Laryngeal
Nerve (RLN)
3. Otot inter-arytenoid (melintang dan miring) Terlampir
antara arytenoid cartilage kanan dan kiri Otot-otot
ini bekerja secara koordinatif untuk memposisikan
kedua lipatan pita suara tepat di garis tengah selama
produksi suara yang berperan dalam:
1. Memproduksi suara
2. Melindungi jalan napas saat menelan
Superior Laryngeal
Nerve
(SLN)
Otot yang memisahkan pita suara (glotis terbuka)
Otot cricoarytenoid posterior
a. Melekat pada cricoid cartilage dan arytenoid
b. Memindahkan arytenoid cartilage sehingga
dapat menggerakkan kedua pita suara agar
terpisah, “terbuka”
c. Berperan dalam proses bernapas
Recurrent Laryngeal
Nerve (RLN)
Otot yang menyesuaikan panjang dan ketegangan pita suara
1. Otot vokal (berasal dari serat dalam dari otot
thyroarytenoid)
a. Mengubah ketegangan lipat vokal/ relaksasi
saat berbicara atau bernyanyi
b. Berperan dalam produksi suara
Recurrent Laryngeal
Nerve (RLN)
2. Otot cricothyroid
a. Melekat pada cricoid cartilage dan tiroid
b. Memiringkan thyroid cartilage, sehingga
meningkatkan ketegangan pita suara
c. Berperan dalam bernyanyi dengan nada tinggi
d. Berperan dalam menaikkan pitch ketika nyanyian
Superior Laryngeal
Nerve
(SLN)
sebagai
Pita suara (vocalfold)
Jaringanlembut berupalipatan-lipatanyang
menjadi komponengetaran utama pada
laring.
Terdiri atas sebuahcover(epithelium,
basementmembrane, dan superficiallamina
propria),vocal ligament(intermediateand
deep lamina propria),dan inti (thyroarytenoid
muscle).
Lapisan-lapisanini saling bekerjasama
menghasilkangetaran pitasuara
A curved structure k/a epiglottis
arise from the closed point of the vocal folds
cover airway during swallowing and direct food intothe
esophagus toward the stomach
Pita suara bergerak mirip seperti wiper kaca mobil yang
terpasang di bagian tengah kaca depan dan terbuka ke arah luar.
Ujung depan kedua pita suara dilekatkan ke bagian depan-
tengah (anterior commissure). Sedangkan
bagian belakang kedua lipatan vokal dilekatkan pada arytenoid
cartilage.
Ketika arytenoid cartilage dibuka oleh otot krikoidinoid
posterior, pita suara (vocal fold) dan glotis juga akan terbuka.
Sebaliknya, saat arytenoid cartilage ditutup oleh otot
cricoarytenoid lateral dan inter arytenoid cartilage,
pita suara dibawa ke garis tengah sehingga mengakibatkan
terjadinya penutupan glotis
Pergerakan pita suara
Berdasarkan proses produksi suara dari kata-kata atau suara
yang biasa ucapkan dapat dibedakan menjadi tiga proses, yaitu
voiced sound, resonansi, dan artikulasi
1. Voiced sound
Suara dasar yang dihasilkan oleh getaran pita suara. Hal ini
sering digambarkan seperti “buzzy sound”. Voiced sound untuk
bernyanyi akan sangat berbeda secara signifikan dari voiced
sound untuk berbicara.
2. Resonansi
Voiced sound diperkuat dan dimodifikasi oleh resonator saluran
vokal
(tenggorokan, rongga mulut, dan saluran hidung). Resonator
berperan dalam menghasilkan suara yang dapat dikenali.
3. Artikulasi
Artikulator vokal (lidah, langit-langit lunak, dan bibir)
memodifikasi voiced sound. Artikulator terebut menghasilkan
kata-kata yang dapat dikenali.
Suaradihasilkanketikaterjadifenomena
aerodinamikayangmenyebabkanpitasuarabergetar
dengancepat.
Kecepatansiklusgetarandapatdibedakan
berdasarkanjeniskelamindanusia.
Padapriadewasa,pitasuarahanyabergetarsekitar
110siklusperdetiksehinggamenghasilkan
pitchyangrendah.
Wanitadewasamenghasilkanpitch yanglebihtinggi
denganjumlahsiklus180–220perdetik.
Pitchtertinggidimilikianak-anakdenganjumlah
getaran300tiapdetik.
proses menghasilkan suara
1. Tekanan udara digerakkan menuju pita suara Udara dipindahkan dari paru-paru dan
diarahkan menuju pita suara dengan gerakan yang dikoordinasi oleh diafragma, otot
perut, otot dada, dan tulang rusuk.
2. Pita suara bergetar sesuai dengan siklus getaran. Pita suara dipindahkan ke garis
tengah oleh otot-otot laring, saraf, dan tulang rawan. Siklus getaran terjadi berulang
kali; satu siklus getaran berupa getaran ke arah atas dari garis dasar (nol), kembali
menuju garis dasar, terus mencapai puncak (amplitudo) pada arah yang berlawanan
dengan getaran pertama, kembali lagi pada garis dasar. Getaran cepat pada udara
yang diciptakan oleh siklus getaran berulang akan menghasilkan “ voiced sound“
yang sebenarnya hanya berupa “buzzy sound”, yang kemudian diperkuat dan
dimodifikasi oleh resonator saluran suara dan menghasilkan suara seperti yang kita
kenal.
3. Saluran suara–resonator dan artikulator Hidung, faring, dan mulut berfungsi
menguatkan dan memodifikasi suara sehingga menjadi susunan huruf dan kata-kata
yang kita kenal
KLASIFIKASI PHARYNGEAL
Kategori pharyngealized voice, raised larynx voice, lowered larynx voice,
and faucalized voice dibedakan dengan modal voice untuk menentukan
karakteristik artikulatornya dengan lebih tepat, mengidentifikasi titik
referensi fisiologis yang mereka bagikan atau yang membedakannya, dan
memeriksa artikulator mereka yang berhubungan dengan kualitas suara
laring. Penelitian perceptual dan akustik sebelumnya menunjukkan bahwa
suara faring dan suara laring yang meningkat terkait secara artikulatoris,
namun dibedakan berdasarkan pitch; dan penurunan suara laring dan suara
faucalized terkait secara artikulatoris, namun juga dibedakan berdasarkan
pitch juga. Untuk memahami alasan mengapa harus terdapat hubungan
antara faringisasi dan peningkatan laring, dan antara postur faring dan tipe
fonasi, diperlukan interpretasi literatur fonetik.
Eksperimentasi di Universitas Victoria mengidentifikasi kategori
epiglottis pharyngeal Catford sebagai fungsi mekanisme
sphincteraryepiglottic di bawah puncak epiglotis. Faring dapat
diidentifikasi terjadi di lokasi ini, terutama penutupan yang sering
diidentifikasi bersamaan dengan penutupan glotis. Semua artikulasi ini
ditandai dengan penarikan kembali akar lidah ke dinding belakang
faring. Suara “menggeram” dan “membersihkan tenggorokan”, terjadi
sebagai sifat suara konsonan atau vokal yang bermakna dalam beberapa
bahasa, juga terbukti aryepiglottic,
yang melibatkan peredaran lipatan aryepiglottic karena mereka
mendekati dasar epiglotis.
Perbedaan konsonan glottal dan pharyngeal berdasarkan tempat dan
posisi
[] Plosif glotis (tanpa suara)
[h] Frikatif (geseran) glotis tanpa suara
[] Getaran glotis suara (peningkatan frikatif)
[] Plosif faringeal (tanpa suara) (penghentian glotis “besar”)
[ħ] Frikatif faringeal tanpa suara
[] Getaran faringeal tanpa suara (peningkatan frikatif)
[] Frikatif faringeal suara/pendekatan
[] Getaran faringeal suara (peningkatan frikatif)
DAFTARPUSTAKA
1. Voice Anatomy & Physiology [Internet]. The Voice Foundation.
2013. Available from: http://voicefoundation.org/health-science/voice disorders/anatomy-
physiology-of-voice-production/.
2. Brian CMD, John LMD. Chapter 53: The Pharynx And Larynx [Internet]. Dartmouth Medical
School; 2008. Available from:
https://www.dartmouth.edu/~humananatomy/part_8/chapter_53.html.
3. Various Function of the Pharynx [Internet]. HealthnCure.org. Available
from: https://www.healthncure.org/various-function-of-the-pharynx/
4. Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of Ear, Nose and Throat - E-Book [Internet]. Elsevier Health
Sciences; 2014. 491 p. Available from: https://books. google.co.id/books?id=0ByMBgAAQBAJ.
5. About the voice [Internet]. Available from: http://www.lionsvoiceclinic. umn.edu/page2.htm.
6. A Systematic Review of Voice Therapy: What “Eff ectiveness” Really Implies - Science Direct
[Internet]. Available from: http://www.
sciencedirect.com/science/article/pii/S0892199716302995.
7. Esling JH. Voice quality settings of the pharynx. ICPhS99 [Internet]:2449–
52. Available from: https://www.internationalphoneticassociation. org/icphs-
proceedings/ICPhS1999/papers/p14_2449.pdf
8. Ofuka E, Valbret H, Waterman M, Campbell N. Roach P. ISCA Archive 3. Processing. 1994;
(September): 1447–50.
9. Esling, JH. (to appear). The IPA Categories “Pharyngeal” and “Epiglottal”: Laryngoscopic
Observations of Pharyngeal Articulations and Larynx Height. Language and Speech.
10. Sundberg J, Askenfelt A. Larynx height and voice source. A relationship?
STL-QPSR. R Inst Technol. 1981; 22: 23–36.

More Related Content

What's hot (20)

Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Anatomi fisiologi sistem pernafasan tm1
Anatomi fisiologi sistem pernafasan   tm1Anatomi fisiologi sistem pernafasan   tm1
Anatomi fisiologi sistem pernafasan tm1
 
Sistem Rangka
Sistem RangkaSistem Rangka
Sistem Rangka
 
struktur histologis otot
struktur histologis ototstruktur histologis otot
struktur histologis otot
 
Sistim kardiovaskuler
Sistim kardiovaskulerSistim kardiovaskuler
Sistim kardiovaskuler
 
Sistem Indra Pada Manusia
Sistem Indra Pada ManusiaSistem Indra Pada Manusia
Sistem Indra Pada Manusia
 
Definisi & Pengertian Cluttering.pdf
Definisi & Pengertian Cluttering.pdfDefinisi & Pengertian Cluttering.pdf
Definisi & Pengertian Cluttering.pdf
 
Otitis media akut
Otitis  media  akutOtitis  media  akut
Otitis media akut
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
 
Sistim kardiovaskuler slideku
Sistim  kardiovaskuler slidekuSistim  kardiovaskuler slideku
Sistim kardiovaskuler slideku
 
Peran Terapis Wicara Dalam Model Pendidikan Inklusi
Peran Terapis Wicara Dalam Model Pendidikan Inklusi Peran Terapis Wicara Dalam Model Pendidikan Inklusi
Peran Terapis Wicara Dalam Model Pendidikan Inklusi
 
Berbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistikBerbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistik
 
indera pengecap
indera pengecapindera pengecap
indera pengecap
 
Indra peraba (kulit) ppt
Indra peraba (kulit) pptIndra peraba (kulit) ppt
Indra peraba (kulit) ppt
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
 
Anatomi
AnatomiAnatomi
Anatomi
 
Hormon tiroid
Hormon tiroidHormon tiroid
Hormon tiroid
 
Saraf cranial
Saraf cranialSaraf cranial
Saraf cranial
 
Presentasi Sistem Saraf Otonom
Presentasi Sistem Saraf OtonomPresentasi Sistem Saraf Otonom
Presentasi Sistem Saraf Otonom
 
Osteologi da psik SEMESTER 2 kd 2 anatomy
Osteologi da psik SEMESTER 2 kd 2 anatomyOsteologi da psik SEMESTER 2 kd 2 anatomy
Osteologi da psik SEMESTER 2 kd 2 anatomy
 

Similar to SISTEM FONASI.pdf

Similar to SISTEM FONASI.pdf (20)

PPT tenggorok.pptx
PPT tenggorok.pptxPPT tenggorok.pptx
PPT tenggorok.pptx
 
Tugas Biologi kelas IX
Tugas Biologi kelas IXTugas Biologi kelas IX
Tugas Biologi kelas IX
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3
 
Anatomi saluran nafas
Anatomi saluran nafasAnatomi saluran nafas
Anatomi saluran nafas
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
 
makalah PERNAFASAN 2.docx
makalah PERNAFASAN 2.docxmakalah PERNAFASAN 2.docx
makalah PERNAFASAN 2.docx
 
Karsinoma laring
Karsinoma laringKarsinoma laring
Karsinoma laring
 
Anatomi sistem pendengaran
Anatomi sistem pendengaranAnatomi sistem pendengaran
Anatomi sistem pendengaran
 
Mengenal indra pembau
Mengenal indra pembauMengenal indra pembau
Mengenal indra pembau
 
Chordata
ChordataChordata
Chordata
 
PPT Pernapasan.pptx
PPT Pernapasan.pptxPPT Pernapasan.pptx
PPT Pernapasan.pptx
 
Ringkasan Materi Telinga
Ringkasan Materi TelingaRingkasan Materi Telinga
Ringkasan Materi Telinga
 
Anatomi sistem pendengaran
Anatomi sistem pendengaranAnatomi sistem pendengaran
Anatomi sistem pendengaran
 
anatomi laring faring.pptx
anatomi laring faring.pptxanatomi laring faring.pptx
anatomi laring faring.pptx
 
abses peritonsil pembahasan THT
abses peritonsil pembahasan THT abses peritonsil pembahasan THT
abses peritonsil pembahasan THT
 
pilek
pilekpilek
pilek
 
Anatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telingaAnatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telinga
 
Makalah Hidung buntu
Makalah Hidung buntu Makalah Hidung buntu
Makalah Hidung buntu
 
Kel 6 sistem respirasi vertebrata
Kel 6 sistem respirasi vertebrataKel 6 sistem respirasi vertebrata
Kel 6 sistem respirasi vertebrata
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran fitri ereke
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran fitri erekeAsuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran fitri ereke
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran fitri ereke
 

More from Anisyah Dewi Syah Fitri,M.Pd

METODE & INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN.pdf
METODE & INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN.pdfMETODE & INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN.pdf
METODE & INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN.pdfAnisyah Dewi Syah Fitri,M.Pd
 
Penanganan Keterampilan Bahasa Bagi anak Berkebutuhan Khusus Prasekolah.pdf
Penanganan Keterampilan Bahasa Bagi anak Berkebutuhan Khusus Prasekolah.pdfPenanganan Keterampilan Bahasa Bagi anak Berkebutuhan Khusus Prasekolah.pdf
Penanganan Keterampilan Bahasa Bagi anak Berkebutuhan Khusus Prasekolah.pdfAnisyah Dewi Syah Fitri,M.Pd
 
Peran Terapi Wicara dalam Model Pendidikan Inklusi.pdf
Peran Terapi Wicara dalam Model Pendidikan Inklusi.pdfPeran Terapi Wicara dalam Model Pendidikan Inklusi.pdf
Peran Terapi Wicara dalam Model Pendidikan Inklusi.pdfAnisyah Dewi Syah Fitri,M.Pd
 

More from Anisyah Dewi Syah Fitri,M.Pd (15)

Intervensi bahasa pada ASD.pdf
Intervensi bahasa pada ASD.pdfIntervensi bahasa pada ASD.pdf
Intervensi bahasa pada ASD.pdf
 
STATISTIK DESKRIPTIF.pdf
STATISTIK DESKRIPTIF.pdfSTATISTIK DESKRIPTIF.pdf
STATISTIK DESKRIPTIF.pdf
 
modifikasi perilaku ASD.pdf
modifikasi perilaku ASD.pdfmodifikasi perilaku ASD.pdf
modifikasi perilaku ASD.pdf
 
Populasi, Sampel, dan Variabel Penelitian.pdf
Populasi, Sampel, dan Variabel Penelitian.pdfPopulasi, Sampel, dan Variabel Penelitian.pdf
Populasi, Sampel, dan Variabel Penelitian.pdf
 
METODE & INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN.pdf
METODE & INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN.pdfMETODE & INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN.pdf
METODE & INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN.pdf
 
KONSEP DASAR STUTTERING.pdf
KONSEP DASAR STUTTERING.pdfKONSEP DASAR STUTTERING.pdf
KONSEP DASAR STUTTERING.pdf
 
PENELITIAN KUALITATIF.pdf
PENELITIAN KUALITATIF.pdfPENELITIAN KUALITATIF.pdf
PENELITIAN KUALITATIF.pdf
 
PENELITIAN KUANTITATIF.pdf
PENELITIAN KUANTITATIF.pdfPENELITIAN KUANTITATIF.pdf
PENELITIAN KUANTITATIF.pdf
 
Tahapan tahapan Penelitian.pdf
Tahapan tahapan Penelitian.pdfTahapan tahapan Penelitian.pdf
Tahapan tahapan Penelitian.pdf
 
SKEMA GAMBARAN UMUM PROSES PENELITIAN ILMIAH.pdf
SKEMA  GAMBARAN UMUM PROSES PENELITIAN ILMIAH.pdfSKEMA  GAMBARAN UMUM PROSES PENELITIAN ILMIAH.pdf
SKEMA GAMBARAN UMUM PROSES PENELITIAN ILMIAH.pdf
 
KONSEP DASAR PENELITIAN ILMIAH.pdf
KONSEP DASAR PENELITIAN ILMIAH.pdfKONSEP DASAR PENELITIAN ILMIAH.pdf
KONSEP DASAR PENELITIAN ILMIAH.pdf
 
Penanganan Keterampilan Bahasa Bagi anak Berkebutuhan Khusus Prasekolah.pdf
Penanganan Keterampilan Bahasa Bagi anak Berkebutuhan Khusus Prasekolah.pdfPenanganan Keterampilan Bahasa Bagi anak Berkebutuhan Khusus Prasekolah.pdf
Penanganan Keterampilan Bahasa Bagi anak Berkebutuhan Khusus Prasekolah.pdf
 
Peran Terapi Wicara dalam Model Pendidikan Inklusi.pdf
Peran Terapi Wicara dalam Model Pendidikan Inklusi.pdfPeran Terapi Wicara dalam Model Pendidikan Inklusi.pdf
Peran Terapi Wicara dalam Model Pendidikan Inklusi.pdf
 
Tujuan dan Landasan Pendidikan Inklusi.pdf
Tujuan dan Landasan Pendidikan Inklusi.pdfTujuan dan Landasan Pendidikan Inklusi.pdf
Tujuan dan Landasan Pendidikan Inklusi.pdf
 
Latihan motorik mulut/ oral motor exercice
Latihan motorik mulut/ oral motor exerciceLatihan motorik mulut/ oral motor exercice
Latihan motorik mulut/ oral motor exercice
 

Recently uploaded

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

SISTEM FONASI.pdf

  • 1. SISTEM FONASI ANISYAH DEWI SYAH FITRI.,M.Pd
  • 2. • Fonasi atau proses bersuara adalah suatu proses di mana pita suara di tenggorokan menghasilkan bunyi dengan atau tanpa suara. • Misalnya, konsonan ‘h’ dan ‘k’ dihasilkan tanpa getaran pita suara, karena itu disebut bunyi tanpa suara. • Bunyi vocal (a, i, u, e, o) dihasilkan dengan getaran pita suara, maka disebut bunyi bersuara.
  • 3. ANATOMI PENGHASIL SUARA • Faring • Nasofaring • Orofaring • Laringofaring • Laring (Voice Box) • Kartilago • Otot dan Saraf • Pita suara (vocal fold)
  • 4. FARING • Faring merupakan nama lain dari tenggorokan bagian atas, berupa tabung yang terletak di belakang mulut dan rongga hidung, dan menghubungkan keduanya ke trakea (batang tenggorokan). • Faring terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring
  • 6. • Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, • Besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian anterior kolum vertebra (Arjun S Joshi, 2011). • Kantong ini mulai dari dasar tengkorak menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. • Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esophagus. • Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. • Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal (Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007). • Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring) (Arjun S Joshi, 2011). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mukosa blanket) dan otot (Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).
  • 7. Nasofaring • Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, • Fungsi utamanya sebagai jalur udara. • di bagian bawah adalah palatum mole, Langit-langit lunak akan • terangkat saat menelan untuk menutup nasofaring dan mencegah makanan • atau air liur kembali naik. • Uvula adalah bagian dari langit-langit lunak • yang dapat terlihat di bagian belakang tenggorokan. • ke depan adalah rongga hidung • ke belakang adalah vertebra servikal. • Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n. glosofaring, n. vagus dan n.asesorius spinal saraf cranial dan v.jugularis interna,
  • 8. Orofaring • Orofaring terletak di bagian belakang mulut; mukosanya adalah • epitel skuamosa bertingkat, terus berlanjut hingga rongga mulut. • Dinding lateralnya adalah amandel palatine, juga nodul getah bening. Bersama dengan adenoid dan amunisi lingual di dasar lidah, mereka membentuk cincin jaringan limfatik di sekitar faring untuk menghancurkan patogen yang menembus mukosa
  • 9. Laringofaring • Laringofaring terletak pada inferior atau di bawah orofaring • berfungsi sebagai lorong untuk makanan ke kerongkongan. • Kontraksi dinding otot orofaring dan laringofaring adalah bagian dari refleks menelan.
  • 10.
  • 11.
  • 12. ANATOMI LARING Struktur rangka laring : a. Kartilago tiroidea * tulang rawan hialin & terbesar * terdiri dari dua ala atau sayap  sudut lancip b. Kartilago krikoidea * Tulang rawan hialin, tidak berpasangan * Satu-satunya cincin kartilago utuh di saluran napas * Seluruh permukaan dilapisi membran mukosa
  • 13. c. Kartilago aritenoidea * Tulang rawan hialin berpasangan * Berbentuk piramid d. Kartilago kornikulata ( Santorini ) * Nodul fibroelastik * Tidak berfungsi pada manusia e. Kartilago kuneiformis ( Wrisberg ) * Bentuk tongkat, tulang rawan elastik f. Epiglottis * Tulang rawan tipis, btk. daun & fibroelastik
  • 14. OTOT – OTOT LARING • Ekstrinsik - Berperan pada gerakan & fiksasi laring - Kelompok elevator & depresor • Intrinsik 1. Membuka & menutup glotis 2. Mengatur ketegangan ligamentum vokalis 3. Mengatur konstriksi kavum laring  Semua otot-otot ini berpasangan, kecuali : m. aritenoideus transversus
  • 15. b. Potongan median laring ( dari medial )
  • 16. c. Potongan melintang laring setinggi pita suara
  • 17.
  • 18. • Voice box atau yang lebih dikenal dengan laring merupakan organ yang menghubungkan bagian bawah faring dengan trakea. Ini berfungsi sebagai katup untuk menjaga saluran udara, terutama saat menelan, sebagai saluran napas, dan untuk menghasilkan suara. • Bagian anterior laring cukup dangkal, sedangkan bagian posterior laring terhubung langsung dengan laringofaring, fasia, dan otot prevertebralis, serta pada bagian vertebra serviks di level 3 sampai 6. • Secara lateral, laring berhubungan dengan selubung karotid, otot infrahyoid, otot sternomastoid, dan kelenjar tiroid. • Laring meningkat (terutama oleh otot palatopharyngeus) selama kepala memanjang dan selama deglutisi. • Laring terdiri dari beberapa komponen, yaitu kartilago, otot-otot, saraf-saraf, dan pita suara. • Fungsi utama dari laring adalah membuka dan menutup glotis (ruang antara dua lipatan pita suara) sesuai dengan proses yang ingin dilakukan
  • 19. Kartilago Terdapat 3 kartilago, yaitu thyroid cartilage, cricoid cartilage, arytenoid cartilage. Thyroid cartilage terbentuk di depan laring yang merupakan rumah bagi pita suara. Sebagian besar berupa jakun atau Adam’s apple. Cricoid cartilage berada di bawah thyroid cartilage. Berbentuk seperti cincin dan merupakan bagian terpanjang dari laring. Sedangkan arytenoid cartilage berbentuk seperti piramida kecil terhubung dengan cricoid cartilage di belakang pita suara bersama-sama membentuk hubungan cricoarytenoid
  • 20. Hubungankartilago,otot,dansaraflaring Peran otot-otot dan kartilago Saraf input Peran otot-otot dan kartilago Saraf input Otot ketika pita suara berada di posisi tengah selama produksi suara (glotis tertutup) 1. Otot thyroarytenoid a. Otot R & L ; menempel pada thyroid cartilage dan arytenoid cartilage di setiap sisinya b. Bertindak memperpendek dan melemaskan vocal ligament Recurrent Laryngeal Nerve (RLN) 2. Otot cricoarytenoid lateral (otot R & L) a. Melekat pada cricoid cartilage dan arytenoid di setiap sisinya b. Menutup atau menambahkan lipatan vokal Recurrent Laryngeal Nerve (RLN) 3. Otot inter-arytenoid (melintang dan miring) Terlampir antara arytenoid cartilage kanan dan kiri Otot-otot ini bekerja secara koordinatif untuk memposisikan kedua lipatan pita suara tepat di garis tengah selama produksi suara yang berperan dalam: 1. Memproduksi suara 2. Melindungi jalan napas saat menelan Superior Laryngeal Nerve (SLN)
  • 21. Otot yang memisahkan pita suara (glotis terbuka) Otot cricoarytenoid posterior a. Melekat pada cricoid cartilage dan arytenoid b. Memindahkan arytenoid cartilage sehingga dapat menggerakkan kedua pita suara agar terpisah, “terbuka” c. Berperan dalam proses bernapas Recurrent Laryngeal Nerve (RLN) Otot yang menyesuaikan panjang dan ketegangan pita suara 1. Otot vokal (berasal dari serat dalam dari otot thyroarytenoid) a. Mengubah ketegangan lipat vokal/ relaksasi saat berbicara atau bernyanyi b. Berperan dalam produksi suara Recurrent Laryngeal Nerve (RLN) 2. Otot cricothyroid a. Melekat pada cricoid cartilage dan tiroid b. Memiringkan thyroid cartilage, sehingga meningkatkan ketegangan pita suara c. Berperan dalam bernyanyi dengan nada tinggi d. Berperan dalam menaikkan pitch ketika nyanyian Superior Laryngeal Nerve (SLN) sebagai
  • 22. Pita suara (vocalfold) Jaringanlembut berupalipatan-lipatanyang menjadi komponengetaran utama pada laring. Terdiri atas sebuahcover(epithelium, basementmembrane, dan superficiallamina propria),vocal ligament(intermediateand deep lamina propria),dan inti (thyroarytenoid muscle). Lapisan-lapisanini saling bekerjasama menghasilkangetaran pitasuara
  • 23. A curved structure k/a epiglottis arise from the closed point of the vocal folds cover airway during swallowing and direct food intothe esophagus toward the stomach
  • 24.
  • 25.
  • 26.
  • 27. Pita suara bergerak mirip seperti wiper kaca mobil yang terpasang di bagian tengah kaca depan dan terbuka ke arah luar. Ujung depan kedua pita suara dilekatkan ke bagian depan- tengah (anterior commissure). Sedangkan bagian belakang kedua lipatan vokal dilekatkan pada arytenoid cartilage. Ketika arytenoid cartilage dibuka oleh otot krikoidinoid posterior, pita suara (vocal fold) dan glotis juga akan terbuka. Sebaliknya, saat arytenoid cartilage ditutup oleh otot cricoarytenoid lateral dan inter arytenoid cartilage, pita suara dibawa ke garis tengah sehingga mengakibatkan terjadinya penutupan glotis
  • 29. Berdasarkan proses produksi suara dari kata-kata atau suara yang biasa ucapkan dapat dibedakan menjadi tiga proses, yaitu voiced sound, resonansi, dan artikulasi 1. Voiced sound Suara dasar yang dihasilkan oleh getaran pita suara. Hal ini sering digambarkan seperti “buzzy sound”. Voiced sound untuk bernyanyi akan sangat berbeda secara signifikan dari voiced sound untuk berbicara. 2. Resonansi Voiced sound diperkuat dan dimodifikasi oleh resonator saluran vokal (tenggorokan, rongga mulut, dan saluran hidung). Resonator berperan dalam menghasilkan suara yang dapat dikenali. 3. Artikulasi Artikulator vokal (lidah, langit-langit lunak, dan bibir) memodifikasi voiced sound. Artikulator terebut menghasilkan kata-kata yang dapat dikenali.
  • 31. proses menghasilkan suara 1. Tekanan udara digerakkan menuju pita suara Udara dipindahkan dari paru-paru dan diarahkan menuju pita suara dengan gerakan yang dikoordinasi oleh diafragma, otot perut, otot dada, dan tulang rusuk. 2. Pita suara bergetar sesuai dengan siklus getaran. Pita suara dipindahkan ke garis tengah oleh otot-otot laring, saraf, dan tulang rawan. Siklus getaran terjadi berulang kali; satu siklus getaran berupa getaran ke arah atas dari garis dasar (nol), kembali menuju garis dasar, terus mencapai puncak (amplitudo) pada arah yang berlawanan dengan getaran pertama, kembali lagi pada garis dasar. Getaran cepat pada udara yang diciptakan oleh siklus getaran berulang akan menghasilkan “ voiced sound“ yang sebenarnya hanya berupa “buzzy sound”, yang kemudian diperkuat dan dimodifikasi oleh resonator saluran suara dan menghasilkan suara seperti yang kita kenal. 3. Saluran suara–resonator dan artikulator Hidung, faring, dan mulut berfungsi menguatkan dan memodifikasi suara sehingga menjadi susunan huruf dan kata-kata yang kita kenal
  • 32. KLASIFIKASI PHARYNGEAL Kategori pharyngealized voice, raised larynx voice, lowered larynx voice, and faucalized voice dibedakan dengan modal voice untuk menentukan karakteristik artikulatornya dengan lebih tepat, mengidentifikasi titik referensi fisiologis yang mereka bagikan atau yang membedakannya, dan memeriksa artikulator mereka yang berhubungan dengan kualitas suara laring. Penelitian perceptual dan akustik sebelumnya menunjukkan bahwa suara faring dan suara laring yang meningkat terkait secara artikulatoris, namun dibedakan berdasarkan pitch; dan penurunan suara laring dan suara faucalized terkait secara artikulatoris, namun juga dibedakan berdasarkan pitch juga. Untuk memahami alasan mengapa harus terdapat hubungan antara faringisasi dan peningkatan laring, dan antara postur faring dan tipe fonasi, diperlukan interpretasi literatur fonetik.
  • 33. Eksperimentasi di Universitas Victoria mengidentifikasi kategori epiglottis pharyngeal Catford sebagai fungsi mekanisme sphincteraryepiglottic di bawah puncak epiglotis. Faring dapat diidentifikasi terjadi di lokasi ini, terutama penutupan yang sering diidentifikasi bersamaan dengan penutupan glotis. Semua artikulasi ini ditandai dengan penarikan kembali akar lidah ke dinding belakang faring. Suara “menggeram” dan “membersihkan tenggorokan”, terjadi sebagai sifat suara konsonan atau vokal yang bermakna dalam beberapa bahasa, juga terbukti aryepiglottic, yang melibatkan peredaran lipatan aryepiglottic karena mereka mendekati dasar epiglotis.
  • 34. Perbedaan konsonan glottal dan pharyngeal berdasarkan tempat dan posisi [] Plosif glotis (tanpa suara) [h] Frikatif (geseran) glotis tanpa suara [] Getaran glotis suara (peningkatan frikatif) [] Plosif faringeal (tanpa suara) (penghentian glotis “besar”) [ħ] Frikatif faringeal tanpa suara [] Getaran faringeal tanpa suara (peningkatan frikatif) [] Frikatif faringeal suara/pendekatan [] Getaran faringeal suara (peningkatan frikatif)
  • 35. DAFTARPUSTAKA 1. Voice Anatomy & Physiology [Internet]. The Voice Foundation. 2013. Available from: http://voicefoundation.org/health-science/voice disorders/anatomy- physiology-of-voice-production/. 2. Brian CMD, John LMD. Chapter 53: The Pharynx And Larynx [Internet]. Dartmouth Medical School; 2008. Available from: https://www.dartmouth.edu/~humananatomy/part_8/chapter_53.html. 3. Various Function of the Pharynx [Internet]. HealthnCure.org. Available from: https://www.healthncure.org/various-function-of-the-pharynx/ 4. Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of Ear, Nose and Throat - E-Book [Internet]. Elsevier Health Sciences; 2014. 491 p. Available from: https://books. google.co.id/books?id=0ByMBgAAQBAJ. 5. About the voice [Internet]. Available from: http://www.lionsvoiceclinic. umn.edu/page2.htm. 6. A Systematic Review of Voice Therapy: What “Eff ectiveness” Really Implies - Science Direct [Internet]. Available from: http://www. sciencedirect.com/science/article/pii/S0892199716302995. 7. Esling JH. Voice quality settings of the pharynx. ICPhS99 [Internet]:2449– 52. Available from: https://www.internationalphoneticassociation. org/icphs- proceedings/ICPhS1999/papers/p14_2449.pdf 8. Ofuka E, Valbret H, Waterman M, Campbell N. Roach P. ISCA Archive 3. Processing. 1994; (September): 1447–50. 9. Esling, JH. (to appear). The IPA Categories “Pharyngeal” and “Epiglottal”: Laryngoscopic Observations of Pharyngeal Articulations and Larynx Height. Language and Speech. 10. Sundberg J, Askenfelt A. Larynx height and voice source. A relationship? STL-QPSR. R Inst Technol. 1981; 22: 23–36.