3. SEJARAH KOLOID
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan
Inggris, Thomas Graham, sewaktu mempelajari sifat difusi
beberapa larutan melalui membran kertas perkamen. Graham
menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi
sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau
sama sekali tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi
tersebut disebut koloid.
Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah sistem
terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam medium
pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah
zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat
pelarut.
Gb 1.1
Thomas
Graham
Gb 1.2
Ostwald
4. SISTEM DISPERSI
Sistem dispersi adalah penyebaran
secara merata suatu zat ke zat lain
apabila suatu zat dicampurkan
dengan zat lain.
5. JENIS DISPERSI
Terdapat 3 jenis dispersi, yaitu ;
1. - Suspensi
2. - Koloid
3. - Larutan
Gb 2. jenis dispersi
6. SUSPENSI
Merupakan suatu sisem dispersi dengan partikel yang berukuran
relative besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya.
Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang
heterogen.
Contoh ;
- Endapan hasil reaksi pasir yang dicampur dengan air.
Gb 3. pengendapan
pasir di sungai
7. KOLOID
Koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau
lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar (1 – 100 nm),
Contoh ;
- Tepung dalam air
- Susu
- Santan
Gb 4. santan
8. LARUTAN
Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelpartikelnya sangat kecil sehingga tidak dapat dibedakan (diamati)
antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun
menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang
tinggi/mikroskop ultra).
Contoh ;
-Larutan Gula
-Larutan Alkohol
-Udara bersih
Gb 5. Larutan Gula
10. Perbedaan suspensi, koloid, dan
larutan
Perbedaan Umum Sistem Dispersi Suspensi, Koloid dan Larutan
Perbedaan
Suspensi
Koloid
Larutan
Ukuran Partikel
>100 nm
1-100 nm
< 100 nm
Keruh
Keruh-jernih
Jernih
Pertikel terdispersi
dapat diamati
langsung dengan
mata telanjang
Partikel terdispersi
hanya dapat diamati
dengan mikroskop
ultra
Partikel terdispersi
dapat diamati
dengan mikroskop
ultra.
Kestabilan (bila
didiamkan)
Mudah terpisah
(mengendap)
Sukar terpisah
(relatif stabil)
Tidak terpisah
(sangat stabil)
Cara pemisahan
Filtrasi (disaring)
Tidak dapat disaring
Tidak dapat disaring
Penampilan fisis
11. Perbedaan suspensi, koloid, dan
larutan
Gb 6.2. susu
Bentuk campuran
Larutan
=
Homogen
Koloid
=
Tampak Homogen
Gb 6.3. Larutn
garam
Gb 6.1 air
kapur
Suspensi
=
Heterogen
12. Perbedaan suspensi, koloid, dan
larutan
Ukuran Partikel
Suspensi
Diameter partikel >100 nm atau 10-5 cm
Koloid
Diameter partikel 1-100 nm atau
10-7-10-5 cm
Larutan
Diameter partikel < 10-7 cm
13. Perbedaan suspensi, koloid, dan
larutan
Penampilan fisis
Suspensi
=
-Keruh
-Pertikel terdispersi dapat diamati langsung dengan mata
telanjang
Koloid
=
-Keruh-jernih
-Partikel terdispersi dapat diamati dengan mikroskop ultra
Larutan
=
-Jernih
-Partikel terdispersi dapat diamati dengan mikroskop ultra.
15. Perbedaan suspensi, koloid, dan
larutan
Cara pemisahan
Suspensi
=
Filtrasi (disaring)
Koloid
=
Tidak dapat di saring dengan
kertas saring biasa, kecuali dengan
kertas saring ultra
Larutan
=
Tidak dapat disaring
16. Perbedaan suspensi, koloid, dan
larutan
Jumlah fase
Suspensi
=
Dua fase
Koloid
=
Dua fase
Larutan
=
Satu fase
17. Perbedaan suspensi, koloid, dan
larutan
Efek tyndall
Suspensi
=
Ada efek tyndall
Koloid
=
Ada efek tyndall
Larutan
=
Tidak ada efek tyndall
Gb 7. efek tyndall
18. Perbedaan suspensi, koloid, dan
larutan
Gerak Brown
Suspensi
=
Tidak ada gerak brown
Koloid
=
Ada gerak brown
Larutan
=
Tidak ada gerak brown
Gb 8. Gerak Brown
23. EFEK TYNDALL
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul
koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ini ditemukan oleh John
Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris.
Contoh ;
-Langit berwarna biru di siang hari, karena penghamburan cahaya
matahari oleh partikel-partikel N2 dan O2 dalam udara
Gb 9. Langit biru
25. GERAK BROWN
Gb 11.1. Robert
Brown
Gb 11.2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa
bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan).
Jika diamati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag.
27. ADSORPSI
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa
lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya
permukaan partikel.
Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya
penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.
Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 (Besi (III) Hidroksida) bermuatan positif
karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya
menyerap ion S2.
29. MUATAN KOLOID
Dikenal dua macam koloid, yaitu
koloid bermuatan positif
Gb 14.2 As2S3 bermuatan negatif
Gb 14.1 Fe(OH)3 bermuatan positif
koloid bermuatan negatif
30. KOAGULASI KOLOID
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan
membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti
zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan,
pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan.
Contoh ;
-Koagulasi sol tanah liat dalam air keruh yang bertujuan
untuk menjernihkan air tersebut. Sol tanah liat adalah koloid
yang bermuatan negatif sehingga jika ditambahkan dengan
tawas ( Al2(SO4)3) yang bermuatan positif, maka ion Al3+
dari tawas akan menggumpalkan koloid tanah liat.
31. KOLOID PELINDUNG
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat
dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
Koloid pelindung sering digunakan pada sistem emulsi
(cair dalam air). Koloid pelindung yang berfungsi
menstabilkan koloid yang berupa emulsi dinamakan
emulgator.
Contoh emulgator digunakan dalam mayones, margarin.
Dengan adanya emulgator zat yang ada emulsi antara
(minyak dan air) yang seharusnya tidak bisa bersatu
menjadi bersatu, jadi emulgator diperlukan untuk
menjaga kestabilan emulsi.
-contoh emulgator: lesitin=mayonaise, soyben=
margarine, kasein= susu, gelatin= es cream.
32. DIALISIS
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu
dengan cara mengalirkan cairan yang tercampur dengan
koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi
sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat
dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga
koloid dan cairan akan berpisah.
Contoh ;
proses pencucian darah bagi pasien gagal ginjal. Gagal ginjal
adalah penyakit dimana ginjal tidak berfungsi dengan baik
33. ELEKTROFORESIS
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel
koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus
listrik.
Contoh ;
-Alat Cotrel menggunakan prinsip kerja
elektroforesis. Alat ini digunakan untuk
memisahkan partikel-partikel koloid
seperti asap dan debu yang
terkandung dalam gas buangan pabrik.
Gb 15. Alat Cotrel
35. PEMBUATAN KOLOID
1. Cara Kondensasi
Cara Kondensasi dilakukan melalui reaksi kimia seperti reaksi redoks, reaksi
hidrolisis, reaksi dekomposisi rangkap, dan reaksi pergantian pelarut.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara
dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atu dengan loncatan
bunga listrik(busur bredig).
36. Cara Kondensasi
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H 2 S) dengan
belerang dioksida (SO 2 ), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan
SO2.
2H 2 S (g) + SO 2 (aq) → 2H 2 O (l) + 3S (s)
b. Reaksi Hidrolisis
Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam klorida ,
maka akan terbentuk belerang. Partikel belerang akan bergabung menjadi
semakin besar sampai berukuran koloid sehingga terbentuk sel belerang.
Seperti reaksi :
Na 2 SO 3 (aq) + 2HCl (aq) →2 NaCl (aq) + H 2 O (l) + S (s)
37. c. Reaksi Substitusi
Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam klorida ,
maka akan terbentuk belerang. Partikel belerang akan bergabung menjadi
semakin besar sampai berukuran koloid sehingga terbentuk sel belerang.
Seperti reaksi
Na 2 SO 3 (aq) + 2HCl (aq) →2 NaCl (aq) + H 2 O (l) + S (s)
d. Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contohnya adalah pembuatan sol As 2 S 3 dengan mereaksikan larutan H 3
AsO 3 dengan larutan H 2 S. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2H 3 AsO 3 (aq) + 3H 2 S (aq) → As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)
e. Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan menggnti medium pendispersi sehingga fase
terdispersi yang semula larut menjadi berukuran koloid. Misalnya larutan
jenuh kalsium asetat jika dicampur dengan alcohol akan terbentuk suatu
koloid berupa gel.
38. Cara Dispersi
1) Cara mekanik
Dengan cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumpang, sampai diperoleh
tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium pendispersi.
Contoh pembuatan sol belerang dengan menggerus serbuk belerang
bersama zat inert seperti gula pasir, kemudian mencampur dengan air.
2) Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan zat pemecah (pemeptisasi).
3) Cara busur bredig
Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elktrode yang dicelupkan kedalam
medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik dikedua ujungnya. Mulamula atom logam akan terlempar kedalam air,