SlideShare a Scribd company logo
1 of 164
PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK SEBAGAI
        SUMBER BELAJAR UNTUK
     MATA KULIAH MULTIMEDIA DESIGN




                   ANANDA GUNADHARMA
                        1215051060
                    Teknologi Pendidikan




Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam
             Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan




                FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
               UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
                          2011
“For my Mom,
                               thanks for everything you’ve done for me”



                                      Anak Belajar dari Kehidupannya


                 Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
         Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
              Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
        Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
           Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah

         Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
         Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
             Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
        Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mengasihi
        Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi
 Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
  Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
    Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar
                                              kebenaran dan keadilan

           Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh
                                                        kepercayaan
    Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan
                                             kasih dalam kehidupan
   Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar damai dengan
                                                              pikiran


                                                   -Dorothy Law Nolte


                     “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,
                  bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.”
                                                       (Pengk. 3: 11)




                                    iv
ABSTRAK


ANANDA GUNADHARMA. Pengembangan Modul Elektronik Sebagai
Sumber Belajar untuk Mata Kuliah Multimedia Design. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2011.
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah
prototipe media pembelajaran berbentuk modul elektronik sebagai sumber
belajar dalam mata kuliah Multimedia Design I di Internasional Design
School (IDS), Jakarta. Penelitian ini dilakukan karena perkembangan
industri kreatif, terlebih dalam hal digital media yang sangat pesat. Di
mana industri memerlukan banyak sumber daya kreatif yang belum
mampu didukung oleh IDS sebagai penghasil institusi pendidikan
penghasil insan kreatif. Adanya berbagai hambatan, salah satunya adalah
belum terdapatnya sumber belajar pendukung mata kuliah terkait
merupakan salah satu faktor dilakukannya penelitian pengembangan ini.
Pengembangan produk pembelajaran berupa modul elektronik ini
mengacu pada model pengembangan instruksional Dynamic Instructional
Design Model dan model pengembangan produk Interactive Multimedia
Development Model (The IMM Development Model). Kedua model
pengembangan ini digunakan untuk saling menguatkan dan melengkapi,
baik dari segi pembelajaran maupun segi desain produk secara
keseluruhan. Produk dievaluasi secara formatif dengan melibatkan tiga
orang ahli, yaitu ahli materi, ahli media dan ahli desain instruksional
dengan hasil rata-rata dari ahli sebesar 3,14 termasuk dalam kategori baik
dalam skala 4. Evaluasi formatif juga dilakukan kepada calon pengguna,
yaitu tiga orang pada tahap uji coba one-to-one dan lima orang siswa
pada tahap small group, dengan hasil rata-rata 3,15 termasuk dalam
kategori baik berdasarkan skala 4.
Produk telah melalui tahap revisi dan penyesuaian beberapa kali,
berdasarkan masukan-masukan yang di dapat selama proses
pengembangan. Secara umum, produk pembelajaran modul elektronik ini
dapat dikatakan baik dan sesuai untuk digunakan sebagai bahan belajar
mandiri bagi siswa di IDS, dan siswa DKV lainnya yang tertarik dengan
materi pengantar online advertising.




                                      v
ABSTRACT


Ananda Gunadharma. Electronic Module (e-Module) Development as a
Learning Resource for Multimedia Design. Script. Jakarta: Faculty of
Education, State University of Jakarta, 2011.

This research & development purposes to produce a prototype learning
media in form of electronic module (e-module) as learning resource in
Multimedia Design I at International Design School, Jakarta. This research
has done because of rapid growth of creative industries, especially in digital
media, where the industries need a lot of creative resource to participate in.
But, IDS as educational institution which well-known as produce so many
talented and creative people haven't been able to contribute more resource in
this category yet. There're various obstacles, one of them is lack of learning
resource related, which support this subject. This condition gone worst when
the instructor became lack of time because of their business outside the
school to support any make up class for student. This is one of the reasons
why the researcher wants to doing any development process to support the
learning.

This development research in form of e-module refers to Dynamic
Instructional Design Model as instructional development model and The IMM
Development Model as the guidance of the whole product development
process. Both of them used to reinforce and complement each other, in terms
of learning design process as well as the product design overall. The Product
is evaluated formatively by involving three experts, which are subject-matter
expert, media expert and instructional designer expert. At this step of expert's
review, the product gain average point 3.14 from scale of 4, which means to
good category. The formative evaluation also carried out to our prospective
users, which are IDS' student. This evaluation engaged three persons on the
one-to-one evaluation, and five students on small group evaluation. At this
end-user's review, the product gain average score 3.17 from scale 4, which
means as good category as expert's review before.

This product has been through stages of revision and adjustment several
times, based on inputs and comments collected during the development
process. Generally, this e-module is good and suitable used as individual
learning resources for IDSʼs college student, and also another DKVʼs students
who interested in the introductory online advertising material (subject).




                                       vi
KATA PENGANTAR


       Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
       Penulis menyadari sepenuhnya, terselesaikannya skripsi ini bukan
semata-mata hasil kerja penulis sendiri, namun juga berkat dukungan
dari berbagai pihak, khususnya kedua pembimbing yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan rasa terimakasih kepada:
       Bapak Dr. Karnadi, M.Si dan Ibu Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd
selaku Dekan dan Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu
Pendidikan, Ibu Dra. Dewi S. Prawiradilaga M.Sc.Ed. dan Ibu Dra.
Eveline Siregar, M.Pd selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan
Teknologi Pendidikan, Ibu R.A. Murti Kusuma Wirasti, M.Si dan Bapak
Drs. Khaerudin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan II penulis.
Terimakasih karena Ibu dan Bapak telah bersedia membimbing,
meluangkan sedikit waktunya untuk memberikan masukan-masukan dan
mengarahkan penulis dengan sangat baik dalam menyusun skripsi ini.
Bapak Dr. Robinson Situmorang yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk mereview produk yang penulis kembangkan. Tidak lupa
juga   penulis   ucapakan   terimakasih   untuk   Bapak   R.A.   Hirmana
Wargahadibrata, M.Sc.Ed. selaku Dosen Pembimbing Akademis penulis
selama penulis mengenyam pendidikan di Universitas ini. Untuk Ibu Asih,
Ibu Santi, Mba Diana dan seluruh staff jurusan, terimakasih karena telah
memberikan banyak kemudahan selama penulis menjadi mahasiswa di
sana dan selama penulis menyusun skripsi ini.
       Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak International
Design School (IDS), khususnya Mas Arianto Bigman, Ibu Suryaningsih,



                                    vii
Mas Rully dan Mas Zayn Hamdan yang telah memberikan izin,
membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis terutama dalam
melakukan penelitian ini di sana.
      Tidak lupa juga untuk Mama atas segalanya yang pernah diberikan
kepada anaknya, kasih sayang dan do’a yang tulus ikhlas. Untuk Om,
yang pernah mengisi kehidupan ini dengan penuh arti dan untuk Papa
yang pernah membuat saya terlahir di dunia ini, terimakasih atas
dukungan finansialnya beberapa saat selama saya kuliah.
      Untuk teman-teman saya di Teknologi Pendidikan, terutama
angkatan 2005 yang kebanyakan sudah lebih dulu memulai lembaran
baru di luar kampus, terimakasih sudah menjadi teman dan mengisi hari-
hari penulis selama kita jadi mahasiswa di kampus ini dan untuk teman
seperjuangan yang berjuang bersama melewati waktu menyelesaikan
skripsi ini, serta untuk yang baru mulai menulis skripsinya, ayo cepat
selesaikan. Juga untuk Astri Windy Octavia, thanks for filling my life from
the first i stepped on this university until i stepped out from this phase,
and forced me to be better person time by time. Thanks for always
besides and support me whatever my condition, in my sadness or
happiness, good or bad, sucks or well-done, everthing...you’ll never be
replaced whatever happen in the future. Dan juga untuk semua pihak
yang tidak bisa disebutkan satu per satu, semoga kebaikan kalian dapat
dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.
      Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung.




                                                    Jakarta, Januari 2011
                                                                       AG




                                     viii
DAFTAR ISI



PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING & PANITIA UJIAN S1 ........                                              ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI....................................                                  iii
LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................                     iv
ABSTRAK ..........................................................................................     v
KATA PENGANTAR ..........................................................................             vii
DAFTAR ISI .......................................................................................    ix
DAFTAR TABEL ...............................................................................          xii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................             xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................              xiv

BAB I       PENDAHULUAN
             A. Analisis Masalah ...........................................................           1
             B. Identifikasi Masalah .......................................................           9
             C. Pembatasan Masalah ....................................................               10
             D. Perumusan Masalah .....................................................               10
             E. Kegunaan Hasil Pengembangan ...................................                       11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

             A. Hakikat Modul Elektronik................................................              13
                   1. Pengertian Modul ...................................................            14
                   2. Pengertian Modul Elektronik ...................................                 16
                   3. Karakteristik Modul Elektronik.................................                 21
                   4. Komponen-komponen Modul Elektronik .................                            26
                   5. Kelebihan dan Keterbatasan Modul Elektronik .......                             31
                   6. Prinsip Desain Pesan pada Modul Elektronik .........                            36
                   7. Pembelajaran Tidak Langsung dengan Modul
                        Elektronik ................................................................   50




                                                       ix
8. Prinsip           Mengembangkan                    Materi          dalam
                Lingkungan Belajar Tidak Langsung.......................                       52

      B. Hakikat Sumber Belajar..................................................              59
           1. Pengertian Sumber Belajar .....................................                  59
           2. Manfaat Sumber Belajar .........................................                 62
           3. Jenis-jenis Sumber Belajar .....................................                 63
           4. Modul Elektronik sebagai Media Pembelajaran
                Terpadu...................................................................     67
           5. Multimedia Interaktif ................................................           71
           6. Format Penyajian Bahan Belajar Elektronik ...........                            75

      C. Pengembangan Modul Elektronik ..................................                      78
           1. Pengertian Pengembangan ....................................                     78
           2. Model Pengembangan Produk Pembelajaran ........                                  80
           3. Model Pengembangan Modul Elektronik ................                             89

      D. Hakikat Multimedia Design sebagai Mata Kuliah ..........                              94
           1. Deskripsi Mata Kuliah Multimedia Design...............                           94
           2. Tujuan Pembelajaran Mata Kuliah Multimedia
                Design .....................................................................   95
           3. Konsep Ekonomi Kreatif serta Definisi Industri
                Kreatif beserta Klasifikasinya ..................................              96
           4. Aplikasi Multimedia Design dalam Beberapa Sub
                Sektor Industri Kreatif..............................................          98

BAB III STRATEGI DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN

      A. Strategi Pengembangan ...............................................                 100
           1. Tujuan.......................................................................    100
           2. Metode Pengembangan ...........................................                  100
           3. Responden ...............................................................        102



                                                x
4. Instrumen..................................................................      102

      B. Prosedur Pengembangan .............................................                    103
            1. Startup/Permulaan....................................................            103
            2. Desain ......................................................................    104
            3. Pengembangan ........................................................            116
            4. Evaluasi ....................................................................    119
            5. Implementasi ............................................................        121

      C. Teknik Evaluasi .............................................................          121


BAB IV HASIL PENGEMBANGAN

      A. Nama Produk .................................................................          125
      B. Karakteristik Produk .......................................................           125
            1. Spesifikasi Sistem ..................................................            125
            2. Kelebihan Program .................................................              126
            3. Kekurangan Program ..............................................                128
            4. Keterbatasan Pengembangan ................................                       128

      C. Prosedur Pemanfaatan ..................................................                129
      D. Hasil Uji Coba.................................................................        133
      E. Revisi..............................................................................   138

BAB V PENUTUP

      A. Kesimpulan ....................................................................        143
      B. Implikasi ........................................................................     143
      C. Saran .............................................................................    147

DAFTAR PUSTAKA                                                                                  149

LAMPIRAN-LAMPIRAN                                                                               153




                                                 xi
DAFTAR TABEL

Tabel
2. 1    Perbandingan antara modul elektronik dengan modul cetak ...                              19
2. 2    Perbandingan bahan belajar konvensional dengan mandiri ....                              24
2. 3    Kesesuaian penggunaan warna ..............................................                46
2. 4    Ukuran huruf berdasarkan usia sekolah .................................                   48
3. 1    Tujuan pembelajaran program .................................................            110
4. 1    Hasil rekapitulasi review ahli ....................................................      133
4. 2    Hasil revisi uji coba ahli............................................................   138
4. 3    Hasil revisi uji coba pengguna .................................................         141




                                                    xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar
2. 1 Perbedaan tingkat realitas unsur visual ....................................            43
2. 2 Kerucut pengalaman Edgar Dale ..............................................            60
2. 3 Model Instruksional Seels and Glasgow ..................................                81
2. 4 CAI Design Model ....................................................................   83
2. 5 The IMM development model ...................................................           85
2. 6 Model pengembangan instruksional DID ..................................                 90
3. 1 The IMM development model ...................................................           101
3. 2 Model pengembangan instruksional DID ..................................                 106




                                                 xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1 Silabus mata kuliah multimedia design 1 IDS ...............................                154
2. Dynamic Instructional Design Model Result .................................               158
3 Flowchart program modul elektronik ...........................................             167
4 Layout dan tampilan modul elektronik (storyboard) .....................                    168
5 Kisi-kisi instrumen uji coba untuk ahli ..........................................         180
6 Kisi-kisi instrumen uji coba untuk pengguna .................................              182
7 Instrumen uji coba modul elektronik untuk ahli materi ..................                   184
8 Instrumen uji coba modul elektronik untuk ahli media ..................                    186
9 Instrumen uji coba modul elektronik untuk ahli disnal...................                   189
10 Instrumen uji coba modul elektronik untuk pengguna...................                     192
11 Rekapitulasi hasil uji coba ahli ......................................................   196
11 Rekapitulasi hasil uji coba pengguna............................................          199
12 Surat keterangan penelitian IDS ...................................................       202


Daftar Riwayat Hidup                                                                         203




                                                 xiv
BAB I
                        PENDAHULUAN


A. Analisis Masalah

      Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental dalam

meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan

pembangunan bangsa. Kebutuhan untuk memperoleh pendidikan dalam

berbagai bidang memunculkan banyak lembaga pendidikan, baik itu

lembaga formal, maupun non formal, tak terkecuali dalam bidang kreatif,

khususnya Desain Komunikasi Visual (DKV). Adanya lembaga pendidikan

harus diseimbangkan dengan adanya peningkatan kualitas pendidikan.

Maka akan menjadi tanggung jawab besar sebuah institusi pendidikan

dalam memasuki era globalisasi dan komunikasi digital adalah dengan

mempersiapkan para peserta didik yang berkualitas untuk menghadapi

berbagai tantangan yang ada di dalam masyarakat setelah mereka

menyelesaikan masa studinya.

      IDS sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bergerak dalam

bidang komunikasi visual mempersiapkan para lulusannya untuk memiliki

berbagai portofio yang berkualitas dan dapat diterima industri. Dengan

kondisi demikian, seorang lulusan DKV harus mempunyai kompetensi

dalam mengemas konsep komunikasi ke dalam bentuk visual yang kreatif

serta ke dalam berbagai format media, baik itu cetak maupun non cetak


                                 1
2




(audio, video, multimedia, web, rich media/new media, dsb) untuk

menjawab berbagai kebutuhan klien. Untuk itu, peserta didik dibekali

dengan berbagai mata kuliah, baik itu dalam mengembangkan konsep

komunikasi visual pada media cetak, maupun pada media digital.

      Salah satu mata kuliah yang membekali peserta didik dalam konsep

komunikasi digital adalah multimedia design. Mata kuliah ini mempelajari

program aplikasi komputer dalam perancangan dan pengembangan digital

content/web/multimedia berserta konsep-konsep dasar yang melandasinya.

Mata kuliah ini bertujuan agar peserta didik pada akhirnya mampu

mengembangkan sebuah konsep komunikasi yang terintegrasi (teks, grafik,

foto, audio, video, animasi, games, dsb) dalam media baru (new media/rich

media) dari sebuah brand/produk kepada user atau konsumennya.

Tentunya, mata kuliah ini bukan merupakan mata kuliah yang mudah bagi

seorang pengajar/instruktur untuk menyampaikannya kepada peserta didik

dalam jangka waktu perkuliahan yang terbatas.

      Banyaknya hambatan yang menjadi kendala atas kelancaran

kegiatan belajar. Di antaranya kelengkapan fasilitas belajar, minimnya

media dan sumber belajar yang digunakan, metode mengajar yang

digunakan, kesibukan pengajar, serta ketidakmandirian peserta didik dalam

mencari   informasi   pendukung    merupakan    beberapa    faktor   yang

menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

secara maksimal. Berbagai hambatan ini diakui oleh Head Program Design
3




IDS sebagai akibat terhadap penurunan kreativitas peserta didik mereka

dalam mata kuliah ini.

      Pengajar/instruktur merupakan satu-satunya sumber informasi bagi

peserta didik. Hal ini tidak jarang menimbulkan sikap tidak kreatif dan tidak

mandiri bagi peserta didik. Tidak jauh berbeda dengan peserta didik,

pengajar pun pada umumnya hanya memanfaatkan sumber belajar

seadanya. Kesibukan mereka di luar kegiatan belajar mengajar terkadang

menyulitkan mereka untuk mengembangkan bahan belajar mandiri bagi

peserta didik. Selain itu, padatnya materi yang harus disampaikan serta

sempitnya waktu perkuliahan terkadang mengakibatkan materi perkuliahan

tidak tersampaikan seluruhnya dengan baik.

      Dengan       adanya        berbagai   hambatan   tersebut,   diperlukan

pengelolaan strategi pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran serta mencapai tujuan pembelajaran yang optimal dalam

mata kuliah ini. Teknologi Pendidikan mempunyai cara tersendiri untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan menciptakan interaksi

antara unsur-unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran. Seperti

diketahui bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu kondisi yang

sengaja diciptakan oleh instruktur atau perancang pembelajaran (meliputi

metode, sarana dan prasarana, materi, media dan sebagainya) agar

peserta   didik   difasilitasi   dan   dipermudah   dalam   mencapai   tujuan

pembelajaran tersebut.
4




        Salah satu komponen yang mempengaruhi pembelajaran tersebut

antara lain adalah penggunaan media dan sumber belajar. Pemanfaatan

media    seharusnya    merupakan         bagian   yang   mendapat   perhatian

pembelajar dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Begitu pula bagi

pemelajar sebaiknya dilibatkan dalam memanfaatkan media dan teknologi

sebagai sumber belajar agar proses pembelajaran menjadi lebih kaya dan

dapat berhasil dengan baik.

        Media dapat digunakan pada pembelajaran konvensional maupun

pembelajaran mandiri. Penggunaan media sebagai sumber belajar mandiri

dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik (pengayaan) selain

pengalaman belajar yang di dapat dari pembelajaran konvensional (tatap

muka). Selain itu, media sebagai sumber belajar mandiri juga dapat

mempersiapkan peserta didik sebelum memulai pokok bahasan tertentu di

dalam pertemuan kelas.

        Terdapat ciri khusus pada media untuk pembelajaran mandiri yang

membedakannya dengan media pembelajaran konvensional. Media

pembelajaran mandiri harus memiliki sifat self-contained (memuat semua

yang dibutuhkan oleh pemelajar) dan self instruction (belajar secara

mandiri).   Dengan    ciri   tersebut,    media   yang   dipergunakan   untuk

pembelajaran mandiri menyediakan hampir semua yang dibutuhkan

peserta didik, diantaranya tujuan pembelajaran, panduan penggunaan,

uraian materi, intisari, evaluasi dan umpan balik serta tindak lanjut. Dengan
5




kelengkapan yang disajikan tersebut pemelajar diharapkan dapat belajar

dan memahami bahan pelajaran tanpa atau dengan sedikit mungkin

bantuan dari orang lain.

      Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah modul.

Dengan berbagai ciri tersebut, dapat dikatakan bahwa modul merupakan

suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu

rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik

mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.

Dengan modul, peserta didik dapat mencapai taraf mastery (tuntas)

dengan belajar secara individual. Peserta didik tidak dapat melanjutkan ke

unit pelajaran berikutnya sebelum mencapai taraf belajar tuntas pada unit

sebelumnya.

      Dalam hal penggunaan, modul dapat digunakan secara fleksibel.

Modul dapat memfasilitasi peserta didik dalam belajar mandiri ataupun

konvensional.   Dengan     menggunakan     modul,   peserta   didik   dapat

mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya sendiri. Modul juga

dapat dipelajari di mana saja, dapat digunakan dengan kondisi waktu yang

tidak terikat, juga dapat dilakukan secara tersendiri, small group, atau di

variasikan dengan metode lain. Adanya modul dapat menjadi salah satu

sumber belajar yang direncanakan (by design) bagi para peserta didik.

      Akan tetapi, masih banyak modul yang dikembangkan tanpa

memperhatikan prosedur pengembangan bahan belajar mandiri, sehingga
6




kualitasnya masih jauh dari standar. Kebanyakan modul yang dibuat masih

kurang memfasilitasi peserta didik dalam mempelajari materi yang ada

pada modul secara mandiri. Serta kondisi fisik modul yang kebanyakan

berbentuk cetak dengan jumlah halaman yang cukup tebal, penyajian

informasi yang terlalu terlalu verbal, serta biaya pencetakan yang tidak

sedikit, menyebabkan modul cetak menjadi kurang diminati.

      Kemajuan       teknologi    informasi   telah    memungkinkan    seorang

pengembang pembelajaran dalam mengubah penyajian bahan ajar, dalam

hal ini modul cetak, menjadi modul yang dikemas dalam format digital, atau

dikenal dengan istilah modul elektronik (e-modul). Istilah ini termasuk

dalam konsep pembelajaran elektronik atau e-learning. E-learning

merupakan suatu pengembangan teknologi dalam pembelajaran, yaitu

dengan memanfaatkan kemampuan komputer serta perangkat informasi

lainnya    seperti   multimedia   dan   internet.     Bentuk   pembelajaran   ini

dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi yang pesat. Pada

intinya, perkembangan e-learning tersebut mengarah pada kemudahan dan

kelengkapan, serta konsep umum penerapan dalam pembelajaran tetap

sama, yaitu memberikan penyajian informasi, yang lengkap, terstruktur dan

menarik.

      Dengan modul elektronik, penyampaian materi yang berupa teknik

langkah-langkah atau prosedur dapat disajikan dengan menggunakan

simulasi video tutorial. Dengan begitu peserta didik dapat mengikuti materi
7




yang disajikan dengan jelas, tanpa kebingungan karena petunjuk verbal

yang memungkinkan salah penafsiran dan sebagainya. Dalam kegiatan

belajar, sebaiknya peserta didik diajak untuk memanfaatkan semua alat

inderanya. Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan

dengar) akan memberikan keuntungan bagi peserta didik. Peserta didik

akan belajar lebih banyak pada situasi ini daripada ketika materi pelajaran

hanya disajikan dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus

dengar.

      Kelebihan lain dari bentuk penyajian modul elektronik ini antara lain

adalah ukuran file yang relatif kecil, mudah dibawa hanya dengan

menggunakan USB flashdrive, dsb. Modul elektronik ini dapat digunakan

secara off-line maupun on-line tergantung pada kesiapan instansi

pendidikan maupun peserta didik sebagai pengguna secara langsung.

Peserta didik dapat mempelajari modul di mana saja dan kapan saja

asalkan terdapat komputer. Peserta didik dapat menelusuri materi yang

terdapat di dalam modul baik secara linear maupun non linear di dalam

program melalui link yang berupa navigasi untuk mengarahkan peserta

menuju informasi tertentu. Peserta didik juga dapat mengetahui ketuntasan

belajar masing-masing dengan mengikuti evaluasi yang telah disediakan

dalam program.

      Berdasarkan rumusan penjelasan di atas, terlihat bahwa modul

elektronik memiliki potensi yang besar untuk digunakan dalam proses
8




pembelajaran. Hal ini karena sifat modul yang dirancang khusus untuk

sarana belajar mandiri, ditambah lagi dengan beberapa keunggulan format

elektronik, yang memungkinkan untuk mengintegrasikan berbagai simulasi

video tutorial dalam penyajian materi teknis dan proses evaluasinya.

Selain itu modul elektronik ini juga dapat menyajikan informasi secara lebih

terstruktur, serta memiliki sistem navigasi yang dapat memudahkan peserta

didik menelusuri materi sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-

masing.

      Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

sebuah prototipe media pembelajaran berupa modul elektronik (e-modul)

sebagai salah satu sumber belajar mandiri peserta didik di International

Design School      khususnya dalam mempelajari multimedia design I.

Mengingat karakteristik dalam mata kuliah ini yang terdiri dari pengenalan

konsep-konsep     serta   sebagian     praktik   pengenalan    dasar-dasar

penggunaan program untuk mengembangkan konsep-konsep yang ada,

maka tentunya pemilihan format media ini dirasa cukup sesuai. Integrasi

berbagai bentuk informasi, seperti teks, audio, video tutorial dan berbagai

navigasi lainnya yang mengarahkan peserta didik menelusuri informasi

baik di dalam maupun di luar dari program (modul) tentunya akan

memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Ditambah lagi dengan

penyajian materi yang berupa contoh kasus dan beberapa resources atau
9




referensi-referensi   lainnya   yang     diperlukan     peserta   didik    untuk

memperkaya kreativitas mereka.

       Dalam penelitian ini, fokus pengembangan terletak pada bentuk

penyajian bahan belajar mandiri yang di dalamnya terdapat pengelolaan

materi,    pengelolaan    tampilan,     dan   kontrol    pemelajar.       Dengan

dikembangkannya prototipe modul elektronik sebagai sumber belajar

mandiri dalam mempelajari mata kuliah Multimedia Design I di International

Design School, diharapkan orientasi pembelajaran tidak lagi teacher-

centered melainkan mengarah kepada sistem pembelajaran yang student-

centered. Serta dapat menunjang kompetensi lulusan yang mampu

mengembangkan sebuah konsep komunikasi visual dalam media digital.



B. Identifikasi Masalah

       Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat

beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, antara lain:

          1. Materi perkuliahan seperti apa yang dapat disajikan dalam

             bentuk modul elektronik?

          2. Sejauh mana bahan ajar dalam bentuk modul elektronik dapat

             meningkatkan hasil belajar?

          3. Apakah bahan ajar berbentuk modul elektronik mampu

             memperlancar proses belajar peserta didik?
10




       4. Dapatkan bahan ajar dalam bentuk modul elektronik mengubah

           peranan dosen dalam proses belajar?

       5. Bagaimanakah      pengembangan       modul    elektronik   yang

           dibutuhkan sebagai salah satu sumber belajar mandiri yang

           lengkap dan jelas?



C. Pembatasan Masalah

      Berdasarkan sejumlah permasalahan yang teridentifikasi, maka

dapat dilihat bahwa modul elektronik memiliki cakupan permasalahan yang

luas dalam pengembangannya. Agar penelitian ini menjadi lebih fokus,

maka penelitian ini dibatasi pada bagaimana pengembangan modul

elektronik yang dibutuhkan sebagai sumber belajar untuk mempelajari

mata kuliah multimedia design di International Design School?



D. Perumusan Masalah

      Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan

masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan modul

elektronik sebagai sumber belajar untuk mempelajari mata kuliah

Multimedia Design?”
11




E. Kegunaan Hasil Pengembangan

1. Praktis

Secara   praktis   pengembangan   ini   bermanfaat   dalam    memberikan

sumbangan yang berarti kepada:

   a. Peserta didik, khususnya peserta didik jurusan Digital Design

      International Design School agar dapat memanfaatkan modul ini

      sebagai salah satu sumber belajar mandiri dalam mempelajari

      pengenalan online advertising dan beberapa hal teknis terkait

      dengan banner advertisements yang diberikan pada mata kuliah

      Multimedia Design 1.

   b. Peserta didik Desain Komunikasi Visual lain, atau masyarakat umum

      khususnya      yang    tertarik    dengan      materi     mengenai

      pengantar/pengenalan online advertising.

   c. Dosen, agar dapat memanfaatkan bahan ajar ini sebagai media dan

      sumber belajar siswa dalam mempelajari materi perkuliahan.

   d. International Design School, agar dapat memberikan sumbangan

      berupa pengembangan media pembelajaran dalam bentuk Modul

      Elektronik yang bisa diintegrasikan dengan perkuliahan ataupun

      dijadikan sumber referensi & sumber belajar mandiri bagi peserta

      didik. Dan juga dapat dijadikan dasar bagi pengembangan-

      pengembangan media pembelajaran lainnya.
12




   e. Peneliti   lain,   sebagai   bahan   referensi   atau   rujukan   dalam

      mengembangkan penelitian lebih lanjut agar produk yang dihasilkan

      bisa lebih baik dari yang sudah dikembangkan peneliti saat ini.



2. Teoritis

Secara teoritis dengan adanya pengembangan modul elektronik ini

diharapkan dapat:

    a. Menjelaskan penyajian bahan ajar sehingga lebih menarik dan

        mudah digunakan sebagai salah satu sumber belajar mandiri

        peserta didik.

    b. Memprediksi agar pemelajar lebih tertarik dan berminat dalam

        mempelajari bahan ajar serta mampu menambah kreativitas

        peserta didik dalam berkarya.
BAB II
                          KAJIAN PUSTAKA


      Di dalam BAB II ini dikaji sejumlah teori yang berkaitan dengan

pengembangan modul elektronik. Teori-teori tersebut dikemukakan untuk

menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengembangan

modul elektronik, seperti hakikat modul elektronik, hakikat modul elektronik

sebagai media dan sumber belajar, hakikat multimedia design serta

kaitannya dengan industri kreatif dan proses pengembangan modul elektronik

tersebut.



A. Hakikat Modul Elektronik

      Modul merupakan salah satu media pembelajaran tertua. Meskipun

demikian, tidak berarti penggunaan modul dalam kegiatan pembelajaran saat

ini menjadi sebuah hal yang sangat kuno dan ketinggalan zaman. Modul

terbukti efektif digunakan sebagai alternatif bahan belajar mandiri maupun

bahan belajar konvensional. Modul yang disusun secara sistematis dengan

memperhatikan pengorganisasian materi pelajaran dapat digunakan sesuai

gaya dan kecepatan belajar masing-masing pengguna.

      Dengan perkembangan teknologi informasi yang dapat diaplikasikan

dalam kegiatan pembelajaran, banyak cara yang dapat digunakan untuk

mengubah penyajian bahan belajar ke dalam format elektronik atau digital.
14




Penyajian bahan belajar dalam bentuk elektronik ini tentunya akan menjadi

lebih menarik dan memberikan berbagai kemudahan. Keberadaan media

pembelajaran ini pada akhirnya dapat menunjang dan melengkapi peran guru

sebagai satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik.



    1. Pengertian Modul

       Modul merupakan salah satu jenis media pembelajaran berbentuk

cetak. Namun modul berbeda dengan bahan belajar cetak lainnya, seperti

buku teks atau hand out. Perbedaanya adalah terletak pada penyajian isi

materi di dalam modul itu sendiri yang dirancang khusus. Berikut adalah

beberapa definisi modul menurut para ahli.

       Mulyasa mendefinisikan modul sebagai paket belajar mandiri yang

meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang

secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar.1

Sejalan dengan Mulyasa, Nasution juga mendefinisikan modul sebagai suatu

unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian

kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah

tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.2




1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2003).
h.43
2 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h.205
15




       Smaldino, dkk dalam Instructional Technology and Media for Learning

mendefinisikan an instructional module is any self-contained instructional unit

designed for use by a single learner or a small group of learners without

teacher’s presence.3 Berdasarkan pengertian dari Smaldino tersebut dapat

dijelaskan bahwa modul pembelajaran merupakan sebuah unit pembelajaran

yang lengkap yang dirancang khusus untuk pembelajaran yang digunakan

oleh siswa secara individu maupun kelompok kecil tanpa kehadiran guru.

       Purwanto, dkk mendefinisikan modul sebagai bahan belajar yang

dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas

dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari

secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.4 Tujuan utama dari sebuah

modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di

sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan

secara optimal.

       Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diuraikan para ahli di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan belajar yang

disiapkan secara khusus dan dirancang secara sistematis berdasarkan

kurikulum tertentu yang dikemas menjadi sebuah unit pembelajaran terkecil

yang dapat digunakan pemelajar secara mandiri untuk mencapai tujuan



3 Sharon E. Smaldino, Instructional Technology and Media for Learning, 9’th edition (New
Jersey: Pearson, Prentice Hall, 2008), p. 214
4
  Purwanto, Aristo Rahadi, dan Suharto Lasmono, Pengembangan Modul (Jakarta:
PUSTEKKOM DEPDIKNAS, 2007), h. 9.
16




pembelajaran tertentu yang telah ditetapkan. Modul harus mencakup semua

kebutuhan belajar bagi pemelajar, mulai dari petunjuk belajar, tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, evaluasi, pembahasan, sampai umpan

balik.



    2. Pengertian Modul Elektronik

         Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjelang akhir

abad ke 20 telah berangsur menggeser era Guttenberg dengan mesin

cetaknya dan menggantikannya dengan era digital. Informasi dan publikasi

yang semula hanya didokumentasikan dan disebarluaskan melalui lembaran-

lembaran kertas tercetak kini mulai menggunakan media elektronik sebagai

alternatif penggantinya.       Dalam dunia pendidikan, pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi tersebut dalam pembelajaran dikenal dengan istilah

e-learning. E-learning merujuk pada pembelajaran dengan menggunakan

jasa perangkat elektronika.5

         Salah satu bentuk penyajian bahan belajar dalam format digital atau

elektronik tersebut adalah e-book. Buku elektronik atau yang biasa dikenal

dengan istilah e-book ini merupakan tampilan informasi atau naskah dalam

format buku yang direkam secara elektronik dengan menggunakan hard disk,

disket, CD, atau flash disk dan dapat dibuka dan dibaca dengan


5
 Soekartawi, Prinsip Dasar E-Learning dan Aplikasinya di Indonesia, (Jurnal teknodik Edisi
No. 12/VII/Oktober/2003), h. 3.
17




menggunakan komputer atau alat pembaca buku elektronik (e-book viewer

atau e-book reader).6

         Definisi lain menjelaskan bahwa, electronic book is a portable

hardware and software system that can display large quantities of readable

textual information to the user, and lets the user navigate through this

information.7 Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa buku elektronik

merupakan sebuah perangkat keras portabel dan sistem perangkat lunak

yang dapat menampilkan informasi berupa teks dalam jumlah besar kepada

pengguna, dan memungkinkan pengguna untuk menelusuri informasi yang

terdapat di dalamnya.

         Perkembangan teknologi e-book ini mendorong terjadinya perpaduan

antara    teknologi     cetak    dengan      teknologi     komputer      dalam     kegiatan

pembelajaran. Berbagai media pembelajaran cetak, salah satunya modul,

dapat ditransformasikan penyajiannya ke dalam bentuk elektronik, sehingga

melahirkan istilah modul elektronik atau yang dikenal dengan istilah e-

module. Tidak ada definisi pasti mengenai modul elektronik sampai sejauh

ini. Dengan mengacu pada berbagai istilah yang berhubungan tersebut dapat

diidentifikasi bahwa modul elektronik merupakan penggabungan istilah modul

dalam bentuk bahan belajar elektronik (e-book). Dengan demikian, modul

elektronik dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk penyajian bahan belajar

6
 B.P. Sitepu, Penyusunan Buku Pelajaran, (Jakarta: Verbum Publishing, 2006), h. 142.
7
 Jan O. Borchers, Electronic Books: Definition, Genres, Interaction Design Patterns, (Austria:
Linz University, 1999), p. 1.
18




mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran terkecil

untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang disajikan dalam format

elektronik, di mana setiap kegiatan pembelajaran di dalamnya dihubungkan

dengan link-link sebagai navigasi yang membuat peserta didik menjadi lebih

interaktif dengan program, dilengkapi dengan penyajian video tutorial,

animasi dan audio untuk memperkaya pengalaman belajar.

      Berdasarkan pengertian mengenai modul dan modul elektronik

tersebut, terlihat bahwa tidak ada perbedaan prinsip pengembangan antara

modul konvensional (cetak) dengan modul elektronik. Perbedaan hanya

terdapat pada format penyajian secara fisik saja, sedangkan komponen-

komponen penyusun modul tersebut tidak memiliki perbedaan. Modul

elektronik mengadaptasi komponen-komponen yang terdapat di dalam modul

cetak pada umumnya. Perbedaan hanya pada penyajian fisik modul

elektronik yang membutuhkan perangkat komputer untuk menggunakannya.

      Berikut ini merupakan tabel perbandingan yang akan membedakan

antara modul cetak dengan modul elektronik dari segi penyajian fisiknya.
19




                                          Tabel 2.1
                                                                           8
                   Perbandingan antara Modul Elektronik dengan Modul Cetak

           Modul Elektronik                                Modul Cetak

Ditampilkan dengan menggunakan               Tampilannya berupa kumpulan kertas
monitor atau layar komputer.                 yang berisi informasi tercetak, dijilid
                                             dan diberi cover.
Lebih praktis untuk dibawa kemana-           Jika semakin banyak jumlah
mana, tidak peduli berapa banyak             halamannya maka akan semakin
modul yang disimpan dan dibawa               tebal dan semakin besar pula
tidak akan memberatkan kita dalam            ukurannya, serta semakin berat. Hal
membawanya                                   ini akan merepotkan kita dalam
                                             membawanya.
Menggunakan CD, USB Flashdisk,               Tidak menggunakan CD atau memori
atau memori card sebagai medium              card sebagai medium penyimpanan
penyimpanan datanya.                         datanya.
Biaya produksinya lebih murah                Biaya produksinya jauh lebih mahal,
dibandingkan dengan modul cetak.             terlebih lagi jika menggunakan
Tidak diperlukan biaya tambahan              banyak warna. Begitu juga dengan
untuk memperbanyaknya, hanya                 biaya untuk memperbanyak dan
dengan copy antara user satu                 menyebarluaskannya (distribusi),
dengan lainnya. Pengiriman atau              diperlukan biaya tambahan
proses distribusi pun bisa dilakukan
dengan menggunakan e-mail
Menggunakan sumber daya berupa               Cukup paktis, tidak membutuhkan
tenaga listrik dan komputer atau             sumber daya khusus untuk
notebook untuk mengoperasikannya.            menggunakanya.

8
 Modifikasi dari: Ardhi Saputro, Pengembangan Modul Elektronik Untuk Mata Kuliah Dasar-
Dasar Fotografi, Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan-Universitas Negeri
Jakarta, 2009. h. 55-56
20




Tahan lama dan tidak lapuk dimakan      Daya tahan kertas terbatas oleh
waktu.                                  waktu, semakin lama warna kertas
                                        akan memudar dan lapuk, selain itu
                                        juga kertas dapat dimakan rayap dan
                                        mudah sobek.
Naskahnya dapat disusun secara          Naskahnya hanya dapat disusun
linear maupun non linear.               secara linear.
Dapat dilengkapi dengan audio dan       Tidak dapat dilengkapi dengan audio
video dalam satu bundle                 dan video dalam satu bundle
penyajiannya                            penyajiannya. Hanya dapat
                                        dilengkapi dengan ilustrasi dalam
                                        penyajiannya. Jika ditambah dengan
                                        video terpisah akan menjadi paket
                                        pembelajaran, bukan lagi hanya
                                        sekedar modul.
Pada tiap kegiatan belajar dapat        Tidak dapat diberkan password,
diberikan kata kunci atau password      peserta didik bebas mempelajari
yang berguna untuk mengunci             setiap kegiatan belajar. Sehingga
kegiatan belajar. Peserta didik harus   terdapat sedikit kelemahan dalam
menguasai satu kegiatan belajar         kontrol jenjang kompetensi yang
sebelum melanjutkan ke kegiatan         harus diperoleh pemelajar.
belajar selanjutnya. Dengan demikian
peserta didik dapat menuntaskan
kegiatan belajar secara berjenjang.
21




       3. Karakteristik Modul Elektronik

           Adapun modul sebagai media pembelajaran mandiri memiliki berbagai

ciri. Karakteristik yang dimiliki modul cetak tersebut kemudian dapat

diadaptasikan ke dalam modul elektronik, berikut merupakan beberapa ciri

modul elektronik yang diadaptasi dari modul cetak:9

           a. Belajar Mandiri (Self-instruction)

               Modul disusun sedemikian rupa sehingga pemelajar dapat

               memahaminya tanpa atau sesedikit mungkin bantuan dari orang

               lain. Untuk memenuhi prinsip tersebut, maka modul harus:

               1) Terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan
                   umum maupun tujuan khusus.
               2) Materi pelajaran dikemas ke dalam unit-unit terkecil atau
                   spesifik sehingga memudahkan siswa belajar secara tuntas.
               3) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
                   pemaparan materi pembelajaran.
               4) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
                   memungkinkan siswa memberikan respon dan mengukur
                   penguasaannya.
               5) Kontekstual, yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan
                   suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa.
               6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
               7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
               8) Terdapat instrumen penilaian. yang memungkinkan siswa
                   melakukan “self assesment”.
               9) Terdapat instrumen yang digunakan siswa untuk mengukur atau
                   mengevaluasi tingkat penguasaan materi diri sendiri.
               10) Tersedia informasi tentang rujukan atau pengayaan atau
                   referensi yang mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.




9
    Sitepu, op.cit., h. 109
22




b. Utuh (Self-contained)

   Yang dimaksud dengan self-contained yaitu, seluruh materi

   pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang

   dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari

   prinsip ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk

   mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi

   dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan

   pembagian, atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus

   dilakukan    dengan     hati-hati   dan   memperhatikan   keluasan

   kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

c. Berdiri sendiri (Stand alone)

   Stand alone atau berdiri sendiri berarti modul yang dikembangkan

   tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan

   bersama-sama dengan media lain. Dalam menggunakan modul,

   siswa tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain

   untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul

   tersebut. Walaupun demikian, jika dikehendaki siswa dapat juga

   menggunakan sumber belajar lain sebagai bahan pengayaan.

d. Dapat disesuaikan (Adaptif)

   Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap

   perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika media

   tesebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
23




                teknologi dalam kurun waktu tertentu (up to date) serta fleksibel

                digunakan.

           e. Akrab dengan pemakainya (User friendly)

                Modul hendaknya mudah digunakan. Media yang digunakan

                mudah dioperasikan, instruksi yang disampaikan mudah dimengerti

                dan mudah ditanggapi oleh pemelajar. Bahasa yang digunakan

                bersifat umum, sederhana dan mudah dimengerti oleh pemelajar.

                Media, penyajian bahan pelajaran, dan bahasa yang digunakan

                membuat pemelajar merasa akrab dengan modul serta termotivasi

                untuk mempelajarinya.



           Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa modul berbeda dengan

buku teks atau buku cetak pada umumnya. Berikut adalah tabel

perbandingan antara bahan belajar konvensional (misalnya buku teks/buku

cetak) dengan bahan belajar mandiri (dalam hal ini modul).10




10
     ibid., h. 108.
24




                                         Tabel 2.2
            Perbandingan Bahan Belajar Konvensional dengan Bahan Belajar Mandiri


         ASPEK                  KONVENSIONAL                     MANDIRI

1.Tujuan Pembelajaran        • Jelas dan terukur         • Jelas dan terukur
                             • Diketahui oleh            • Diketahui/dipahami
                               pembelajar dan              oleh pemelajar
                               pemelajar                 • Selalu tertulis dalam
                             • Sering tidak tertulis       bahan pelajaran
                               dalam bahan
                               pelajaran

2. Pokok Bahasan             Berdasarkan                 Berdasarkan
                             tujuan/kompetensi           tujuan/kompetensi

3. Kedalaman dan             Mengacu pada                Mengacu pada
   Keluasan                  indikator                   indikator
                             tujuan/kompetensi           tujuan/kompetensi

4. Metode                    Mengacu pada tujuan,        Mengacu pada tujuan,
   Pembelajaran              karakteristik pemelajar,    karakteristik pemelajar,
                             dan lingkungan belajar      dan lingkungan belajar

5. Bahasa                    • Formal dan baku           • Luwes
                             • Lugas/efisien dan         • Lebih komunikatif
                               ilmiah                      dan menarik
                                                           menggunakan kata-
                                                           kata sapaan dan
                                                           gaya bahasa retorika
                                                         • Kadang-kadang
                                                           menggunakan
                                                           bahasa sehari-hari
                                                         • Kaya informasi

6. Ilustrasi                 Seperlunya                  Lebih banyak ilustrasi
                                                         dalam bentuk narasi
                                                         dan grafis, lebih
                                                         menarik
25




        ASPEK              KONVENSIONAL                 MANDIRI

7. Evaluasi Hasil        Dilakukan oleh          Dilakukan sendiri oleh
   Belajar               pembelajar              pemelajar, sesuai
                                                 dengan petunjuk yang
                                                 diberikan dalam bahan
                                                 pelajaran

8. Tampilan Fisik        Standar dan ekonomis    Praktis, menarik, dan
                                                 menyenangkan untuk
                                                 digunakan




      Dari tabel perbandingan tersebut terlihat bahwa perbedaan antara

buku teks dengan modul tidak hanya terlihat pada format tampilan fisiknya

saja, tetapi juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan dalam

penyusunannya. Untuk itu diperlukan pemahaman mengenai karakteristik

modul beserta komponen penyusunnya dengan baik, agar modul lebih

bersifat interaktif dan bukan hanya terlalu bergaya ceramah seperti pada

buku teks kebanyakan.
26




       4. Komponen-Komponen Modul Elektronik

           Modul terdiri dari berbagai komponen-komponen yang menyusunnya

sehingga bahan pembelajaran tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh

siswa. Secara garis besar, baik modul cetak maupun modul elektronik

memiliki beberapa komponen yang sama seperti: (1) tujuan pembelajaran, (2)

materi pelajaran, (3) latihan untuk menguji keterampilan atau kompetensi

yang sudah dipelajari, (4) umpan balik yang menjadi indikator tentang

pencapaian hasil belajar yang dilakukan siswa.

           Secara rinci, Mulyasa menyebutkan komponen modul sebagai

berikut:11

           a. Pendahuluan

           Bagian ini berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan,

           pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah

           belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki siswa untuk

           mempelajari modul tersebut.

           b. Tujuan Pembelajaran

           Bagian ini harus berisi tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang

           harus dicapai oleh setiap siswa setelah mempelajari modul. Dalam

           bagian ini dimuat pula tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai

           tujuan.



11
     Mulyasa, op.cit., h. 43.
27




c. Tes Awal

Tes ini berguna untuk menetapkan posisi siswa, dan mengetahui

kemampuan awalnya, untuk menentukan dari mana ia harus memulai

belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari modul tersebut atau

tidak.

d. Pengalaman Belajar

Bagian   ini   merupakan    rincian   materi   untuk   setiap   tujuan

pembelajaran khusus, yang berisi sejumlah materi, diikuti dengan

penilaian formatif sebagai balikan bagi siswa tentang tujuan belajar

yang dicapainya.

e. Sumber Belajar

Pada bagian ini disajikan tentang sumber-sumber belajar yang

dapat ditelusuri untuk digunakan oleh siswa. Penetapan sumber

belajar ini perlu dilakukan dengan baik oleh pengembang modul,

sehingga siswa tidak kesulitan memperolehnya.

f. Tes Akhir

Tes akhir ini instrumennya sama dengan tes awal, hanya lebih

difokuskan pada tujuan akhir setiap modul.
28




          Selain itu Smaldino, dkk mengemukakan komponen modul terdiri

dari:12

          a. Rasional, menyediakan informasi garis besar modul dan alasan

              mengapa pemelajar harus mempelajari modul tersebut.

          b. Tujuan, Menyatakan performa yang harus dicapai pemelajar setelah

              mempelajari modul tersebut.

          c. Tes     awal,    menetukan         apakah   pemelajar   sudah   menguasai

              keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari modul.

          d. Bahan-bahan multimedia, penggunaan berbagai teknologi dan

              media pendukung yang melibatkan partisipasi pemelajar secara

              aktif untuk menggunakan berbagai indera mereka.

          e. Kegiatan belajar, berisikan penjelasan mengenai strategi yang

              dipergunakan dalam mempelajari modul. Menggunakan berbagai

              media dan strategi dapat meningkatkan ketertarikan dan memenuhi

              kebutuhan pemelajar.

          f. Latihan dengan umpan balik, menyediakan pemelajar dengan

              latihan-latihan dan umpan balik atas ketepatan jawaban yang

              diberikan.

          g. Tes mandiri, memberikan pemelajar kesempatan untuk menilai

              perkembangan belajar mereka secara mandiri.



12
     Sharon E. Smaldino, dkk, op.cit., h. 214
29




           h. Tes akhir, menilai apakah pemelajar sudah menguasai tujuan dari

              modul.



      Menurut B.P. Sitepu, pada dasarnya modul terdiri atas tiga bagian utama.

      Bagian awal modul berisi pendahuluan, bagian inti berisi bahan pelajaran,

      dan bagian akhir berisi tes formatif.13

           a. Bagian awal memberikan informasi umum tentang bahan pelajaran,

              kegunaan, tujuan pembelajaran umum, susunan dan keterkaitan

              antar judul modul, bahan pendukung lainnya, dan petunjuk untuk

              mempelajari bahan pelajaran.

           b. Bagian inti terdiri atas unit-unit pelajaran. Masing-masing unit terdiri

              atas:

                   1) Pendahuluan, berisi cakupan materi (deskripsi singkat),

                       tujuan pembelajaran khusus, perilaku/kemampuan awal,

                       manfaat dan urutan pokok bahasan, serta petunjuk/cara

                       mempelajari modul.

                   2) Kegiatan belajar, mencakup uraian bahan pelajaran, contoh-

                       contoh, latihan, rangkuman, tes formatif dan kunci jawaban.

                   3) Daftar pustaka, berisi daftar sumber dan bacaan yang dapat

                       digunakan pemelajar untuk memperkaya isi pokok bahasan.



13
     Sitepu, op.cit., h. 110
30




      c. Bagian akhir berisi penutup modul, tes sumatif, glosarium, dan

        lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul.



Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai komponen yang seharusnya

terdapat di dalam sebuah modul, dapat ditarik garis besar komponen yang

umumnya terdapat dalam sebuah modul, yaitu:

      a. Penjelasan mengenai materi dan tujuan mempelajari materi yang

        terdapat di dalam modul (tujuan pembelajaran umum dan khusus).

      b. Tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan awal siswa

        sebelum mempelajari modul, apakah siswa sudah memiliki

        kompetensi yang diperlukan untuk mempelajari unit tersebut di

        dalam modul.

      c. Materi inti, adalah unit/materi pembelajaran terkecil yang disajikan

        di dalam modul untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang

        dicantumkan dalam tujuan pembelajaran.

      d. Evaluasi mandiri, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

        pencapaian kompetensi yang sudah dikuasai siswa setelah

        mempelajari materi yang terdapat di dalam modul (post-test).

      e. Umpan balik, berisi informasi yang dapat menyampaikan tingkat

        pencapaian belajar siswa berdasarkan skor yang diperoleh melalui

        tes atau evaluasi mandiri yang dilakukan siswa.
31




Modul elektronik yang akan dikembangkan dalam penelitian ini setidaknya

akan memiliki komponen-komponen tersebut. Penerapan komponen secara

lebih detail akan disesuaikan dengan kondisi materi pembelajaran yang akan

dikembangkan dalam modul.



       5. Kelebihan dan Keterbatasan Modul Elektronik

          Sama dengan media pembelajaran lainnya, sebuah modul dengan

karakteristik dan komponen-komponen pembangunnya yang begitu lengkap

sebagai bahan pembelajaran mandiri memiliki berbagai kelebihan yang tidak

dimiliki oleh media lain. Namun disamping itu, modul juga memiliki beberapa

kekurangan dan keterbatasannya. Akan tetapi, jika digunakan dengan kondisi

belajar yang sesuai modul terbukti dapat membantu mewujudkan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan oleh pengembang pembelajaran karena

modul sudah teruji dan valid sebelum disebarluaskan.14 Berikut adalah

manfaat belajar dengan menggunakan modul.15

          a. Belajar mandiri. Pemelajar dapat mempelajari bahan berdasarkan

              kecepatan mereka masing-masing, melakukan tes secara mandiri.

          b. Paket yang lengkap. Keuntungan utama adalah bahwa modul

              merupakan paket pembelajaran yang terintegrasi. Tidak perlu




14
     Sharon E Smaldino, dkk. op.cit., h. 215
15
     Ibid., h. 215
32




               menggunakan beberapa bahan belajar terpisah untuk memenuhi

               tujuan pembelajaran.

           c. Valid. Modul sudah teruji dan sudah di validasi sebelum

               disebarkan.



Manfaat lainnya dari penggunaan modul juga disebutkan oleh Nasution

sebagai berikut:16

           a. Modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga

               siswa dapat mengetahui hasil belajarnya.

           b. Penguasaan tuntas, setiap siswa mendapat kesempatan untuk

               mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran

               secara tuntas.

           c. Modul disusun sedemikian rupa sehingga tujuannya jelas, spesifik

               dan dapat dicapai oleh siswa. Dengan tujuan yang jelas, usaha

               siswa teratah untuk mencapainya dengan segera.

           d. Pembelajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses

               melalui langkah-langkah yang teratur akan menimbulkan motivasi

               yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya.

           e. Fleksibilitas, modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa

               antara lain kecepatan belajar dan cara belajar.



16
     Nasution, op.cit., h. 206-207
33




       f. Modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin rasa

           persaingan di kalangan siswa oleh sebab semua dapat mencapai

           hasil tertinggi. Dengan sendirinya lebih terbuka jalan ke arah

           kerjasama.

       g. Modul dengan sengaja memberi kesempatan untuk remedial, yakni

           memperbaiki kelemahan, kesalahan atau kekurangan siswa yang

           segera dapat ditemukan sendiri oleh siswa berdasarkan evaluasi

           yang diberikan secara kontinu.



Sejalan dengan manfaat penggunaan modul yang disebutkan oleh Nasution,

Prawiradilaga juga menambahkan beberapa manfaat modul:17

       a. Modul dapat menyajikan isi/pengetahuan aspek kognitif dengan

           baik, seperti fakta, konsep, prinsip, prosedur, serta sebagian sikap.

       b. Dapat dibaca berulang kali tidak terbatas.

       c. Tidak dibatasi oleh waktu sehingga cukup kesempatan untuk

           melatih daya ingat dan menyerap materi.

       d. Dengan kreativitas, modul dapat ditampilkan dengan menarik

           sehingga menimbulkan motivasi bagi pembaca.




17
   Dewi Salma Prawiradilaga, Modul Penulisan Modul Untuk Pelatihan Peneliti, (Jakarta:
LIPI, 2006), h. 11-12
34




           e. Jika dibandingkan dengan bahan ajar elektronik, modul dianggap

                  lebih mudah disimpan, lebih murah dan dapat diproduksi lebih

                  mudah dan cepat.



Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki modul, dapat dilihat bahwa modul

memang cukup ideal digunakan sebagai media pembelajaran mandiri

ataupun media pembelajaran jarak jauh. Disamping kelebihan yang telah

disebutkan, modul juga memiliki beberapa keterbatasan, seperti yang

diungkapkan oleh Prawiradilaga, sebagai berikut:18

           a. Materi mengandung unsur verbalisme yang tinggi jika pesan tidak

                  diimbangi dengan pesan visual secara memadai.

           b. Memerlukan konsentrasi yang tinggi dan kerja keras dalam

                  menyerap materi bagi pembacanya.

           c. Penyajian bersifat statis, tidak dapat diubah. Kemungkinan bosan

                  bisa saja timbul pada diri pembaca.

           d. Tidak semua ragam pengetahuan dapat dijabarkan melalui modul.

                  Termasuk di dalamnya ragam pengetahuan interpersonal, motorik,

                  metakognisi, dan sebagian dari sikap.

           e. Penyusunan modul ternyata lebih sulit jika dibandingkan dengan

                  materi ajar elektronik. Menyederhanakan pembahasan atau uraian,



18
     Ibid. h.12
35




          menyusunnya secara runtut dan jelas memerlukan kepekaan

          khusus dari penulisnya.

       f. Bahan dasar kertas sangat rentan. Jika terkena air, modul menjadi

          basah dan bisa hancur. Selain itu, kertas ternyata sangat rentan

          terhadap debu, rayap, atau faktor perusak lain walau hal ini

          ditentukan juga oleh mutu kertas dan teknik penyimpanan.



       Pengembangan modul ini dapat digunakan untuk menyampaikan

materi konsep dasar multimedia design atau yang kini dikenal dengan istilah

new media secara kognitif, baik itu mengenai pemahaman konsep-

konsepnya, maupun prosedur dasar pengembangannya dengan penyajian

beberapa contoh. Setelah para pemelajar memahami konsep secara kognitif,

maka akan lebih mudah untuk mereka mengembangkan konsep-konsep

tersebut menjadi sebuah produk yang akan dikembangkan pada tahap

selanjutnya.

       Modul yang akan dikemas dalam bentuk elektronik ini tentunya akan

sangat mendukung penyajian materi pelajaran tersebut. Penyajian bersifat

statis pada modul cetak dapat diubah menjadi lebih dinamis dan lebih

interaktif dengan menggunakan format elektronik. Selain itu,         unsur

verbalisme yang terlalu tinggi pada modul cetak juga dapat dikurangi dengan

menyajikan unsur visual dengan penggunaan video tutorial di dalam modul

elektronik tersebut.
36




     6. Prinsip Desain Pesan pada Modul Elektronik

       Modul merupakan media pembelajaran mandiri bagi peserta didik.

Tentunya dengan sedikit mungkin bantuan dari pihak lain, peserta didik

diharapkan mampu mempelajari modul dengan baik dan memahami pesan

pembelajaran yang terkandung di dalamnya tanpa menemukan kesulitan

dalam menginterpretasikan pesan yang dimuat. Untuk itu, penggunaan

prinsip desain pesan dalam sebuah media pembelajaran mandiri seperti

modul dirasa sangat diperlukan. Penerapan prinsip desain pesan dalam

modul ini bertujuan untuk menghasilkan proses komunikasi yang baik antara

pemelajar dengan modul sebagai pembawa pesan, oleh sebab itu sebuah

modul harus didesain sebaik mungkin.

       Fleming dan Levie (1993) membatasi pesan pada pola-pola isyarat

atau simbol yang memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.19

Sementara      itu,   Grabowski       mendefinisikan      desain     pesan     sebagai

perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan.20 Berdasarkan

penjelasan tersebut terlihat bahwa pesan sangat penting dalam kegiatan

pembelajaran. Pesan dalam sebuah materi pembelajaran bisa berupa fakta,

konsep, prinsip ataupun prosedur. Untuk dapat menyajikan materi pelajaran

dengan baik, maka diperlukan desain pesan yang baik pula. Jika terdapat


19
   Barbara B. Seels dan Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya
Terjemahan oleh Yusufhadi Miarso, dkk, (Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri
Jakarta), h. 34.
20
   Ibid, h. 33.
37




kesalahan dalam menyampaikan pesan maka akan menimbulkan kekeliruan

juga pada pemelajar yang menggunakan media tersebut.

      Sebagai sebuah media, modul memiliki dua aspek penting yang dapat

menunjang     tersampaikannya    informasi/pesan   pembelajaran   kepada

pemelajar. Aspek tersebut adalah aspek verbal dan aspek visual. Aspek

verbal berkaitan dengan penggunaan huruf, penggunaan bahasa dan

susunan kalimat yang membangun isi dari modul sedangkan aspek visual

berkaitan dengan tampilan dari modul, termasuk di dalamnya penggunaan

gambar atau ilustrasi yang dapat memperjelas aspek verbal.

      Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai aspek verbal dan

visual dalam modul, yang dapat diterapkan baik pada modul cetak maupun

modul elektronik.

      a. Aspek Verbal

             Dalam kegiatan pembelajaran konvensional, aspek verbal

      seringkali kita temui melalui metode pembelajaran guru yang dominan

      dilakukan dengan ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran.

      Namun dalam modul, aspek verbal berkaitan dengan penggunaan

      bahasa dan tata kalimat yang disajikan dalam sebuah bentuk tulisan,

      yang digunakan sebagai sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan

      informasi/pesan kepada pemelajar. Penggunaan bahasa juga turut
38




          mempengaruhi minat serta motivasi belajar pemelajar serta turut

          mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.21

                   Menurut      Prawiradilaga,      bahasa   yang   digunakan   dalam

          menyusun modul sebaiknya meliputi kesederhanaan dan struktur

          kalimat yang tidak terlalu panjang atau beragam. Pengecualian

          dilakukan jika memang suatu uraian memerlukan pengenalan istilah

          baru kepada pemelajar karena materi yang dibahas mencakup konsep

          atau prinsip.      Selain itu penggunaan interaksi semu dalam modul

          sangat diperlukan, agar pembaca tidak merasa sendiri dalam belajar.

          Interaksi semu dapat dikembangkan melalui sapaan dan isyarat

          belajar.22

                   Sitepu menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan

          oleh pembelajar dalam penggunaan bahasa ketika menyampaikan

          materi, antara lain:

                1) Kemampuan berbahasa pemelajar

                   Kemampuan berbahasa berhubungan sangat erat dengan

                   kemampuan berpikir dan menalar seseorang dan kemampuan

                   ini dipengaruhi oleh berbagai unsur seperti tingkat intelegensi,

                   usia, pengalaman dan lingkungan. Pertimbangkan penggunaan




21
     B.P. Sitepu, op.cit., h. 98
22
     Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 12-13.
39




  bahasa      berdasarkan    karakteristik   pemelajar   yang    akan

  dihadapi.

2) Kaidah-kaidah bahasa

  Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan bahasa ragam tulis

  termasuk tata kalimat, susunan kata dan ejaan. Modul sebagai

  salah satu bahan belajar mandiri, dalam penyusunannya perlu

  memperhatikan kaidah-kaidah bahasa tersebut agar pesan

  yang    disampaikan       dalam   modul    dapat    dipahami   oleh

  pemelajar.

3) Pilihan kata

  Di   samping     kalimat    dan    ejaan    yang    mempengaruhi

  keberhasilan komunikasi, pilihan kata dapat mempermudah

  dan juga mempersulit komunikasi. Hendaknya dipergunakan

  pemilihan kata seumum mungkin, kata-kata yang akrab atau

  sudah dikenal baik oleh pemelajar.

4) Gaya bahasa

  Penggunaan gaya bahasa hendaknya dapat membantu

  pemahaman       pemelajar    mengenai      konsep    yang    sedang

  dipelajari serta memotivasinya untuk belajar lebih lanjut.

5) Keterbacaan

  Keterbacaan dipengaruhi oleh pola dan struktur kalimat,

  penggunaan ejaan, dan pilihan kata. Tingkat keterbacaan
40




                dilihat dari sejauh mana bahasa yang digunakan dalam

                menyampaikan materi sesuai dengan kemampuan membaca

                pemelajar sehingga dapat dipahami oleh pemelajar.



         Earl R. Misanchuk juga mengemukakan, dalam menulis bahan

         pembelajaran khususnya modul, perlu diperhatikan beberapa prinsip

         yang berkaitan dengan aspek verbal dalam modul, yaitu:23

             1) Menggunakan kalimat pendek
             2) Menghindari kalimat gabungan
             3) Menghindari informasi yang berlebihan pada kalimat
             4) Menggunakan kata ganti orang
             5) Menggunakan kalimat aktif
             6) Berbentuk poin-poin
             7) Menggunakan contoh-contoh yang umum (sudah dikenal)
             8) Menulis seperti akan berbicara
             9) Menghindari kata-kata yang sulit dan tidak perlu
            10) Meletakkan paragraf dan kalimat ke dalam urutan yang logis.



             Jadi, dapat disimpulkan, secara garis besar beberapa hal yang

       perlu diperhatikan terkait dengan aspek verbal dalam penyusunan

       sebuah modul antara lain adalah:

             1) Menggunakan bahasa yang sederhana, struktur kalimat aktif,

                tidak terlalu panjang dan komunikatif.

             2) Menggunakan pemilihan kata yang tepat, gaya bahasa yang

                dapat meningkatkan motivasi peserta didik serta menggunakan

23
  Earl. R Misanchuk, Distance Education Strategies and Tools (Engle Cliffs New Jersey:
Educational Technology Publications, 1994), p. 127
41




                    istilah-istilah dan contoh-contoh yang umum agar dimengerti

                    pemelajar dari berbagai latar belakang yang berbeda.

                3) Menghindari penggunaan kata/istilah dan kalimat yang sulit

                    dimengerti, menggunakan kata ganti personal serta interaksi

                    semu dalam bertutur terhadap pemelajar sehingga pemelajar

                    merasa terlibat dalam komunikasi.



          b. Aspek Visual

                   Bahan pelajaran, bagaimanapun bentuknya tidak terlepas dari

          aspek visual, hanya saja kadar visual setiap bahan pelajaran berbeda-

          beda. Visualisasi dalam bahan pelajaran digunakan untuk mengatasi

          verbalisme dalam menyajikan informasi. Penggunaan pesan verbal

          yang terlalu tinggi di dalam proses pembelajaran maupun di dalam

          bahan pelajaran dapat mengakibatkan mispersepsi antara pembelajar

          dengan pemelajar.

                   Menurut Prawiradilaga, proses visualisasi adalah upaya untuk

          menyusun uraian dengan menggunakan gambar atau visual.24

          Gambar atau visual yang digunakan dapat berupa foto, grafik, sketsa,

          skema, bagan, denah, peta atau ilustrasi. Ilustrasi dalam penyusunan

          bahan ajar dapat diartikan sebagai satu gambar yang bersifat



24
     Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 41.
42




        deskriptif untuk membantu memahami teks.25 Penggunaan visualisasi

        dimaksudkan untuk mempermudah penyerapan informasi ataupun

        membantu pembaca untuk memahami isi dari teks, jika gambar

        digunakan di dalam sebuah teks.

                Smaldino, dkk mengemukakan bahwa dalam proses belajar

        visual memiliki peranan untuk membuat ide yang abstrak menjadi

        konkrit, memotivasi pemelajar, mengulang informasi dalam format

        yang       berbeda,    mengingatkan        pembelajaran   sebelumnya,   dan

        mempermudah dalam belajar.26 Smaldino juga menyebutkan, untuk

        tujuan informasi dan pembelajaran, desain visual yang baik paling

        tidak, dapat memenuhi empat tujuan dalam meningkatkan komunikasi,

        yaitu:27

              1. Memastikan keterbacaan.
              2. Mengurangi usaha pemelajar untuk menginterpretasikan
                 pesan.
              3. Meningkatkan keterlibatan aktif pemelajar dengan pesan.
              4. Memberikan fokus pada bagian pesan yang paling penting.


        Dalam melakukan pemilihan terhadap penyajian elemen gambar atau

        teks, harus dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai tujuan

        yang harus dicapai dari penggunaan desain visual tersebut. Oleh

        karenanya, Smaldino mengelompokkan beberapa elemen tampilan


25
   B.P. Sitepu, op.cit.,h. 101
26
   Sharon E Smaldino, dkk, op. cit., h. 55 – 56.
27
   Sharon E Smaldino, dkk, op.cit., h. 87
43




visual sebagai berikut sebagai bahan masukan bagi pembelajar dalam

mengembangkan bahan pelajaran.

    1) Elemen visual

      Jenis elemen visual yang dipilih untuk digunakan pada situasi

      tertentu bergantung pada tugas belajar. Simbol visual ini dapat

      dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:




                                       Gambar 2.1
                          Perbedaan tingkat realitas unsur visual



         a) Realistic visual, adalah visual yang menggambarkan

           objek   yang     sebenarnya       dari   materi    yang   sedang

           dipelajari. Penggunaan warna yang realistis dalam

           sebuah objek visual dapat meningkatkan tingkat realitas

           dari sebuah objek.
44




                       b) Analogic visual, adalah visual yang digunakan untuk

                          menyampaikan konsep atau topik tertentu dengan

                          menampilkan sesuatu yang lain dan menarik kesamaan.

                       c) Organizational visual, termasuk ke dalam kategori ini

                          antara lain flowcharts, grafik, peta, skema, dan chart.

                          Jenis     visual      ini   berfungsi    untuk   menggambarkan

                          hubungan antara konsep-konsep yang saling terintegrasi,

                          mengorganisasikan konten yang bersifat struktural, dan

                          sebagainya.



                    Warna

                    Penggunaan warna dalam modul memiliki berbagai fungsi,

                    yaitu:28

                        i. Dampak         psikologis:      warna     memberikan     dampak

                            tertentu. Warna sering kali memberi kesan tertentu

                            seperti cerah, meriah, berani, menyolok mata atau

                            berkesan redup.

                        ii. Pemilah: warna dapat berarti sebaga pembagi, batas,

                            atau pembeda dari satu konsep ke konsep lainnya.

                        iii. Rincian: warna dapat menjelaskan atau merincikan hal-

                            hal    tertentu      seperti   tingkat   kepentingan.    Warna
28
     Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 5.
45




                        menimbulkan perbedaan antara satu komponen lain

                        atau satu benda dengan benda lain. Dengan demikian

                        berfikir     analisis     dapat      dikembangkan          melalui

                        penggunaan warna.

                      iv. Hiasan: warna dapat memperindah penyajian visual

                        sehingga pengguna menjadi lebih tertarik.



                Penggunaan skema warna yang tepat dalam desain tampilan

                dapat memberikan efek yang hebat. Warna-warna hangat

                dapat memberikan impresi psikologis tentang kehangatan,

                memberikan energi dan terkadang membangkitkan agresi.

                Palet warna ini sangat baik jika diterapkan di dalam sebuah

                game, akan menimbulkan impresi yang mendalam terhadap

                penggunanya. Namun, untuk tujuan pembelajaran, palet warna

                ini    dapat       menimbulkan      rasa     tidak    nyaman       kepada

                penggunanya. Hindari penggunaan palet warna ini pada

                bagian-bagian tertenru. Warna-warna dingin seperti hijau, biru,

                dan abu-abu ringan (light grey) biasanya sangat baik

                digunakan      pada     tampilan     untuk    menciptakan       perasaan

                tenang/nyaman bagi penggunanya.29


29
  Rob Philips, The Developer’s Handbook to Interactive Multimedia: A Practical Guide for
Educational Applications, (London, Stirling, USA: Kogan Page, 1997) p. 84
46




                     Berikut adalah tabel kesesuaian penggunaan warna yang

                     dapat diterapkan dalam sebuah tampilan.30

                                               Tabel 2.3
                                  Tabel kesesuaian penggunaan warna



              Background          Suggested Colours             Colors to Avoid
              Dark blue           Yellow, pale orange,          Bright oranges and reds,
                                  white, light blue             black
              Dark green          Soft pink, white              Bright oranges and reds,
                                                                black
              Pale yellow         Medium to dark blue,          White, warm colours,
                                  medium to dark violet,        light shades of most
                                  black                         colours
              White               Black, medium to dark         Light shades of most
                                  shades of most colours        colours, especially
                                                                yellow



                   2) Elemen verbal (elemen teks)

                     Kebanyakan tampilan terdiri dari informasi verbal yang

                     melengkapi    elemen     visual.   Untuk   tujuan       pembelajaran,

                     penggunaan      elemen    verbal    seperti      teks    juga   harus

                     diperhatikan seperti juga dalam menggunakan elemen visual

                     dalam menyampaikan pesan, agar kedua elemen tersebut

                     dapat mengkomunikasikan pesan dengan baik. Paling tidak,

                     keterbacaan tulisan harus diperhatikan, khususnya dalam hal


30
     Ibid, p. 85
47




penggunaan ukuran, spasi dan penggunaan jenis huruf yang

konsisten di dalam menyampaikan pesan pembelajaran.

Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dari

elemen verbal:

a) Jenis huruf

   Jenis huruf yang digunakan dalam penulisan bahan

   pelajaran harus konsisten dan harmonis dengan elemen

   visual lainnya. Jenis huruf sans serif seperti Helvetica cocok

   digunakan untuk tampilan monitor sedangkan jenis huruf

   serif cocok digunakan untuk bahan pelajaran tercetak

   seperti handout.

b) Jumlah jenis huruf

   Jumlah jenis huruf yang digunakan dalam tampilan bahan

   pelajaran sebaiknya tidak lebih dari dua jenis huruf yang

   berbeda,    dan     harus    harmonis      satu     dengan         lainnya.

   Penggunaan        huruf   dapat      dilakukan     dengan      berbagai

   kombinasi     seperti     italic,    underline     dan      bold     untuk

   memberikan     penekanan            terhadap     sesuatu.    Sebaiknya

   jangan gunakan lebih dari 20-30 kata dengan jumlah

   maksimal 7-10 kata per baris.
48




                    c) Ukuran huruf

                        Ukuran huruf dan penggunaan huruf kapital juga merupakan

                        sesuatu yang perlu diperhatikan. Penggunaan ukuran huruf

                        dalam sebuah modul harus disesuaikan dengan usia

                        pembaca atau sasaran modul.
                                                                  31
                                                         Tabel 2.4
                                            Ukuran huruf berdasarkan usia sekolah


                                Usia Sekolah        Ukuran Huruf            Jenis Huruf
                                          Sekolah Dasar
                                Kelas 1             16-24 pt            Sans Serif
                                Kelas 2             14-16 pt            Sans Serif & Serif
                                Kelas 3-4           12-14 pt            Sans Serif & Serif
                                Kelas 5-6           10-11 pt            Sans Serif & Serif
                                SMP dan SMA         10-11 pt            Serif



                        Selain itu, untuk keterbacaan yang baik gunakan huruf kecil,

                        gunakan huruf kapital hanya sesuai kebutuhan. Judul

                        singkat dapat dituliskan dengan menggunakan huruf kapital

                        semua. Tetapi untuk frase yang lebih dari tiga kata dan

                        kalimat lengkap sebaiknya menggunakan huruf kecil.




31
     Sitepu, op.cit., h. 103.
49




             d) Jarak spasi

                Jarak antar baris dalam sebuah bahan ajar cetak atau

                elektronik harus diperhatikan untuk memastikan tingkat

                keterbacaannya. Jika jarak antar baris terlalu dekat dapat

                membuat tulisan terlihat blur pada jarak tertentu, sedangkan

                jika terlalu jauh akan membuat kalimat seperti bukan dalam

                satu kesatuan dengan baris di atasnya.



       Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa dalam mengembangkan bahan pelajaran mandiri seperti

modul, perlu diperhatikan berbagai aspek verbal dan aspek visualnya.

Pemilihan gaya penulisan, penggunaan bahasa, serta berbagai aspek yang

terlihat secara visual, seperti pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, pemilihan

warna dan lainnya harus dilakukan dengan hati-hati agar modul yang

dikembangkan mampu menarik perhatian dan minat pemelajar untuk

mempelajari, serta untuk memastikan bahwa keterbacaan modul tersebut

dapat membatu pemelajar memperoleh informasi atau pesan dari materi

yang   disampaikan    dalam    modul   sehingga    dapat   mencapai    tujuan

pembelajaran yang sudah ditentukan.
50




     7. Pembelajaran Tidak Langsung (Asynchronous Learning) dengan

       Modul Elektronik

       Pembelajaran dengan menggunakan e-learning merupakan model

pembelajaran yang menggunakan bantuan perangkat komputer atau

perangkat elektronika dalam melakukan kegiatan belajarnya. Baik itu secara

online dengan menggunakan teknlogi internet dan perangkat telekomunikasi

(web based training) ataupun secara offline dengan menggunakan program

pembelajaran berbantuan komputer yang terprogram (technology based

training) seperti kaset audio pembelajaran, video pembelajaran, CAI, CBT

dan sebagainya. Dalam pembelajaran dengan menggunakan e-learning ini,

terdapat tiga strategi dalam penyampaian bahan pembelajaran yang dapat

diterapkan, diantaranya asynchronous learning, synchronous learning dan

blended learning. Semuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran mandiri

maupun dikombinasikan dengan sistem pembelajaran konvensional.

       Pembelajaran tidak langsung (asynchronous e-learning) merupakan

model pembelajaran mandiri yang memanfaatkan sumber belajar secara

online dalam memperoleh informasi di mana pengajar dan siswa biasanya

tidak terikat dalam satu waktu dan ruang yang sama.32 Hal ini berarti tidak

terdapat instruktur atau pengajar untuk menjawab pertanyaan atau

permasalahan pemelajar secara langsung, dan pemelajar dapat belajar


32
  Saul Carliner and Patti Shank, The E-Learning Handbook: Past Promises, Present
Challenges, (San Fransisco: Pfeiffer Publishing, 2008), p. 341.
51




kapan saja sesuai dengan kebutuhan mereka, begitulah keuntungan dari

pembelajaran asynchronous ini.33 Dalam bahan belajar tidak langsung

(asynchronous e-learning materials), materi yang disajikan bisa berupa

pembelajaran utama, seperti tutorial, beberapa berupa informasi, seperti

referensi online, dan beberapa berupa petunjuk kerja atau tugas untuk

pemelajar.

        Keuntungan       dengan      menerapkan        strategi    pembelajaran             tidak

langsung     ini   adalah     asynchronous        learning    sangat      memungkinkan

pembelajaran individu secara mandiri. Pemelajar dapat mempelajari materi

sendiri,   mengulang        sesi,   maupun      mengulang         pembelajaran            secara

keseluruhan. Pemelajar dapat memanfaatkan fasilitas remediasi, kosa kata

istilah, dan sebagainya yang semua itu tergantung pada desain sistem

pembelajaran itu sendiri. Asynchronous e-learning dapat menjadi pilihan yang

tepat untuk diterapkan bagi para pemelajar dengan kondisi heterogenitas

yang tinggi atau berbeda level pengetahuan terhadap materi yang harus

dipelajari. Metode ini juga menyediakan opsi pengayaan atau latihan individu

yang dapat mendorong pemelajar untuk memahami materi dengan cepat dan

akurat.

        Keuntungan yang ditawarkan pada strategi pembelajaran tidak

langsung atau asynchronous ini sejalan dengan karakteristik yang ditawarkan


33                                                                                 nd
  George M, Piskurich, Rapid Instructional Design: Learning ID Fast and Right, 2        edition,
(San Fransisco: Pfeiffer Publishing, 2006), p. 306
52




dari sebuah modul. Dengan demikian, modul yang dikemas dalam format

elektronik ini merupakan bentuk pengembangan dari strategi penyajian

bahan ajar secara tidak langsung (asynchronous) di dalam lingkungan belajar

mandiri dengan memanfaatkan e-learning. Model pembelajaran dengan

menggunakan modul elektronik ini dirasa cukup sesuai jika diterapkan

kepada pemelajar yang telah memiliki tanggung jawab terhadap dirinya

sendiri, salah satunya adalah mahasiswa. Namun, tidak terlepas dari

keuntungan yang ada, bagi pemelajar dengan tingkat tanggung jawab

terhadap diri sendiri yang masih rendah, tentunya akan menyulitkan mereka

dalam memotivasi diri untuk belajar mandiri.



    8. Prinsip Mengembangkan Materi Dalam Lingkungan Belajar Tidak

      Langsung (Asynchronous Learning)

      Dalam mengembangkan bahan belajar mandiri atau yang bersifat tidak

langsung (asynchronous), di mana pemelajar tidak dapat menanyakan

secara langsung kesulitan atau masalah kepada pengajar, maka ada

beberapa    hal   yang harus diperhatikan pada saat merancang dan

mengembangkan materi dalam lingkungan pembelajaran asynchronous e-

learning tersebut.
53




               a. Aktivitas dan Interaksi dalam Program

                   Salah satu aspek terpenting dalam membuat materi di dalam

               program asynchronous e-learning adalah mengenai penyusunan

               aktivitas dan interaksi yang dapat dilakukan pemelajar di dalam

               program tersebut. Interaksi dalam program diartikan sebagai

               berbagai cara kreatif yang dapat kita kembangkan untuk

               melibatkan partisipasi pemelajar di dalam program, bukan hanya

               sekedar “klik” untuk berpindah ke suatu halaman, dan halaman

               lainnya.

                   Sedangkan aktivitas dalam program bisa dilakukan semudah

               seperti penggunaan metode penceritaan (storytelling) untuk

               menyajikan informasi/materi. Bisa juga menyajikan aktivitas yang

               lebih rumit yaitu dengan memberikan skenario bercabang dalam

               pengambilan suatu keputusan. Dalam artian, setiap keputusan

               yang ditempuh oleh pemelajar akan memiliki konsekuensi dan

               kesimpulan tersendiri, bergantung pada keputusan mana yang

               dipilihnya.

                   Berikut ini merupakan beberapa saran tambahan yang mungkin

               dapat diterapkan dalam aktivitas dan interaksi pada asynchronous

               e-learning program, diantaranya adalah:34 tampilkan pemelajar

               dengan beberapa contoh pekerjaan, skenario simulasi dan
34
     Ibid.,p. 329-330
54




beberapa    halaman      buku    yang    dipindai.    Gunakan       video

demonstrasi untuk menunjukkan suatu proses, gunakan juga

beberapa permainan, seperti; jigsaw puzzles, crosswords, game

shows,     web     treasure   hunts,    interactive   calculators    jika

memungkinkan.

   Perintahkan pemelajar untuk mengunjungi beberapa halaman

web yang sudah disediakan untuk melakukan riset dan observasi.

Ciptakan program pembelajaran komputer berbasis peran (role-

play) yang memungkinkan pemelajar memainkan sebuah peranan

yang mengambil keputusan terhadap suatu hal dengan menjawab

pertanyaan atau memilih sesuatu. Mulai setiap program dengan

dialog yang membangun materi, ciptakan suasana kompetisi bagi

siswa dengan menggunakan sistem skor (scoring system) pada

bagian evaluasi.

   Buat avatar yang merepresentasikan profil pengajar, pemelajar

atau penyaji informasi dalam program. Gunakan tipe interaksi

berupa “klik” hanya untuk pilihan ganda, interaksi drag-and-drop

untuk menjelaskan proses sequence, serta interaksi text-entry

untuk memberikan feedback atau umpan balik. Serta usahakan

agar keseluruhan sesi program tidak lebih dari 45 menit, sudah

termasuk berbagai aktivitas pembelajaran di dalamnya.
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA
MODUL MULTIMEDIA

More Related Content

What's hot

Contoh proposal kegiatan pmr
Contoh proposal kegiatan pmrContoh proposal kegiatan pmr
Contoh proposal kegiatan pmrRisou Kun
 
Pengembangan Modul
Pengembangan ModulPengembangan Modul
Pengembangan ModulGuru Online
 
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)Pristiadi Utomo
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomSukayono Fawwaz
 
Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarAdelaide Australia
 
Lembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaLembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaAna Fitriana
 
Kumpulan piagam penghargaan guru
Kumpulan piagam penghargaan guruKumpulan piagam penghargaan guru
Kumpulan piagam penghargaan gurumicitaz cikalagen
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloommasterkukuh
 
Uji Validitas dan Reliabilitas Menggunakan Anates
Uji Validitas dan Reliabilitas Menggunakan AnatesUji Validitas dan Reliabilitas Menggunakan Anates
Uji Validitas dan Reliabilitas Menggunakan AnatesNur Laili
 
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptxRuang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptxRestuPranantyo1
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswaAlby Alyubi
 
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...Google+
 
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiFormat Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiMuhamad Yogi
 
tugas uts kurikulum.docx
tugas uts kurikulum.docxtugas uts kurikulum.docx
tugas uts kurikulum.docxLisnaNuraida
 

What's hot (20)

Contoh proposal kegiatan pmr
Contoh proposal kegiatan pmrContoh proposal kegiatan pmr
Contoh proposal kegiatan pmr
 
Pengembangan Modul
Pengembangan ModulPengembangan Modul
Pengembangan Modul
 
Contoh Penilaian Kinerja
Contoh Penilaian KinerjaContoh Penilaian Kinerja
Contoh Penilaian Kinerja
 
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
 
Program kerja pmr
Program kerja  pmrProgram kerja  pmr
Program kerja pmr
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
 
laporan alat peraga sederhana
laporan alat peraga sederhanalaporan alat peraga sederhana
laporan alat peraga sederhana
 
Contoh lembar instrumen evaluasi bkp
Contoh lembar instrumen evaluasi bkpContoh lembar instrumen evaluasi bkp
Contoh lembar instrumen evaluasi bkp
 
Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajar
 
Lembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaLembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswa
 
Kumpulan piagam penghargaan guru
Kumpulan piagam penghargaan guruKumpulan piagam penghargaan guru
Kumpulan piagam penghargaan guru
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
 
Uji Validitas dan Reliabilitas Menggunakan Anates
Uji Validitas dan Reliabilitas Menggunakan AnatesUji Validitas dan Reliabilitas Menggunakan Anates
Uji Validitas dan Reliabilitas Menggunakan Anates
 
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptxRuang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiFormat Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
 
tugas uts kurikulum.docx
tugas uts kurikulum.docxtugas uts kurikulum.docx
tugas uts kurikulum.docx
 
analisis penilaian hasil belajar
analisis penilaian hasil belajar analisis penilaian hasil belajar
analisis penilaian hasil belajar
 

Viewers also liked

Cara membuat Modul Elektronik menggunakan Aplikasi Exelearning
Cara membuat Modul Elektronik menggunakan Aplikasi ExelearningCara membuat Modul Elektronik menggunakan Aplikasi Exelearning
Cara membuat Modul Elektronik menggunakan Aplikasi ExelearningNovi Suryani
 
Modul Pelatihan: Pengenalan Internet
Modul Pelatihan: Pengenalan InternetModul Pelatihan: Pengenalan Internet
Modul Pelatihan: Pengenalan InternetIndriyatno Banyumurti
 
Slot 2 elemen multimedia
Slot 2   elemen multimediaSlot 2   elemen multimedia
Slot 2 elemen multimediaramly5597
 
Proposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakimProposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakimStr Balondero
 
Pembelajaran berbasis multimedia
Pembelajaran berbasis multimediaPembelajaran berbasis multimedia
Pembelajaran berbasis multimediaFKIP UHO
 
Tugas Makalah Kelompok Psikologi Pendidikan
Tugas Makalah Kelompok Psikologi PendidikanTugas Makalah Kelompok Psikologi Pendidikan
Tugas Makalah Kelompok Psikologi PendidikanRyan Jaya Kusumah
 
Contoh Surat Rekomendasi Beasiswa Unggulan Kemendikbud
Contoh Surat Rekomendasi Beasiswa Unggulan KemendikbudContoh Surat Rekomendasi Beasiswa Unggulan Kemendikbud
Contoh Surat Rekomendasi Beasiswa Unggulan KemendikbudAbdul Fauzan
 
contoh modul bahan ajar unas
contoh modul bahan ajar unascontoh modul bahan ajar unas
contoh modul bahan ajar unasmitzgun
 
PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PELAJAR
PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PELAJAR PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PELAJAR
PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PELAJAR ripto atmaja
 
Elemen teks dalam multimedia
Elemen teks dalam multimediaElemen teks dalam multimedia
Elemen teks dalam multimediaToto Haryadi
 
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatPuji Lestari
 
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif Itugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif INur Alfiyatur Rochmah
 
prosedur penyusunan modul
prosedur penyusunan modulprosedur penyusunan modul
prosedur penyusunan moduljaudinIAIN
 

Viewers also liked (17)

Cara membuat Modul Elektronik menggunakan Aplikasi Exelearning
Cara membuat Modul Elektronik menggunakan Aplikasi ExelearningCara membuat Modul Elektronik menggunakan Aplikasi Exelearning
Cara membuat Modul Elektronik menggunakan Aplikasi Exelearning
 
Modul ajar e inkubator r0
Modul ajar e inkubator r0Modul ajar e inkubator r0
Modul ajar e inkubator r0
 
Modul Pelatihan: Pengenalan Internet
Modul Pelatihan: Pengenalan InternetModul Pelatihan: Pengenalan Internet
Modul Pelatihan: Pengenalan Internet
 
Slot 2 elemen multimedia
Slot 2   elemen multimediaSlot 2   elemen multimedia
Slot 2 elemen multimedia
 
Proposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakimProposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakim
 
Pembelajaran berbasis multimedia
Pembelajaran berbasis multimediaPembelajaran berbasis multimedia
Pembelajaran berbasis multimedia
 
Tugas Makalah Kelompok Psikologi Pendidikan
Tugas Makalah Kelompok Psikologi PendidikanTugas Makalah Kelompok Psikologi Pendidikan
Tugas Makalah Kelompok Psikologi Pendidikan
 
Contoh Surat Rekomendasi Beasiswa Unggulan Kemendikbud
Contoh Surat Rekomendasi Beasiswa Unggulan KemendikbudContoh Surat Rekomendasi Beasiswa Unggulan Kemendikbud
Contoh Surat Rekomendasi Beasiswa Unggulan Kemendikbud
 
contoh modul bahan ajar unas
contoh modul bahan ajar unascontoh modul bahan ajar unas
contoh modul bahan ajar unas
 
Silabus ipa x
Silabus ipa xSilabus ipa x
Silabus ipa x
 
PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PELAJAR
PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PELAJAR PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PELAJAR
PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PELAJAR
 
Modul 1 Tanglung
Modul 1 TanglungModul 1 Tanglung
Modul 1 Tanglung
 
Permainan paud[1]
Permainan paud[1]Permainan paud[1]
Permainan paud[1]
 
Elemen teks dalam multimedia
Elemen teks dalam multimediaElemen teks dalam multimedia
Elemen teks dalam multimedia
 
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
 
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif Itugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
 
prosedur penyusunan modul
prosedur penyusunan modulprosedur penyusunan modul
prosedur penyusunan modul
 

Similar to MODUL MULTIMEDIA

Rencana mengajar kedepan
Rencana mengajar kedepanRencana mengajar kedepan
Rencana mengajar kedepanBarep Pangestu
 
Makalah evaluasi pembelajaran online ( desy romayani 1730206046 )
Makalah evaluasi pembelajaran online ( desy romayani 1730206046 )Makalah evaluasi pembelajaran online ( desy romayani 1730206046 )
Makalah evaluasi pembelajaran online ( desy romayani 1730206046 )DesyRomayani2
 
workshop implementasi kurikulum 2013 ekonomi sma
workshop implementasi kurikulum 2013 ekonomi smaworkshop implementasi kurikulum 2013 ekonomi sma
workshop implementasi kurikulum 2013 ekonomi smaari wibowo
 
Modul Projek Suara Demokrasi - Suaraku Semangatku - Fase E.pdf
Modul Projek Suara Demokrasi - Suaraku Semangatku - Fase E.pdfModul Projek Suara Demokrasi - Suaraku Semangatku - Fase E.pdf
Modul Projek Suara Demokrasi - Suaraku Semangatku - Fase E.pdfAraiArai6
 
Modul media pembelajaran jarak jauh converted 2
Modul media pembelajaran jarak jauh converted 2Modul media pembelajaran jarak jauh converted 2
Modul media pembelajaran jarak jauh converted 2NurMisda
 
Makalah webinar slamet supriyadi
Makalah webinar slamet supriyadiMakalah webinar slamet supriyadi
Makalah webinar slamet supriyadiWalanYudiani1
 
Lomba media pembelajaran pgri cinangka
Lomba media pembelajaran pgri cinangkaLomba media pembelajaran pgri cinangka
Lomba media pembelajaran pgri cinangkaAkang Juve
 
modul media pembelajaran
modul media pembelajaranmodul media pembelajaran
modul media pembelajaranRizalWhae
 
3. kontrak kuliah silabus dan sap pengembangan pembljrn ips aud
3. kontrak kuliah silabus dan sap pengembangan pembljrn ips aud3. kontrak kuliah silabus dan sap pengembangan pembljrn ips aud
3. kontrak kuliah silabus dan sap pengembangan pembljrn ips audMasriqon Masriqon
 
Modul media pembelajaran jarak jauh
Modul media pembelajaran jarak jauhModul media pembelajaran jarak jauh
Modul media pembelajaran jarak jauhFIANAPAI
 

Similar to MODUL MULTIMEDIA (20)

Ptk1
Ptk1Ptk1
Ptk1
 
Proposal ptk br
Proposal ptk brProposal ptk br
Proposal ptk br
 
Rencana mengajar kedepan
Rencana mengajar kedepanRencana mengajar kedepan
Rencana mengajar kedepan
 
Proposal ptk new
Proposal ptk newProposal ptk new
Proposal ptk new
 
proposal PTK
proposal PTKproposal PTK
proposal PTK
 
Proposal ptk br
Proposal ptk brProposal ptk br
Proposal ptk br
 
Proposal skripsi
Proposal skripsiProposal skripsi
Proposal skripsi
 
Makalah evaluasi pembelajaran online ( desy romayani 1730206046 )
Makalah evaluasi pembelajaran online ( desy romayani 1730206046 )Makalah evaluasi pembelajaran online ( desy romayani 1730206046 )
Makalah evaluasi pembelajaran online ( desy romayani 1730206046 )
 
Proposal lengkap
Proposal lengkapProposal lengkap
Proposal lengkap
 
workshop implementasi kurikulum 2013 ekonomi sma
workshop implementasi kurikulum 2013 ekonomi smaworkshop implementasi kurikulum 2013 ekonomi sma
workshop implementasi kurikulum 2013 ekonomi sma
 
Skripsi grafis
Skripsi grafisSkripsi grafis
Skripsi grafis
 
Modul Projek Suara Demokrasi - Suaraku Semangatku - Fase E.pdf
Modul Projek Suara Demokrasi - Suaraku Semangatku - Fase E.pdfModul Projek Suara Demokrasi - Suaraku Semangatku - Fase E.pdf
Modul Projek Suara Demokrasi - Suaraku Semangatku - Fase E.pdf
 
PPT 7.ppt
PPT 7.pptPPT 7.ppt
PPT 7.ppt
 
Modul media pembelajaran jarak jauh converted 2
Modul media pembelajaran jarak jauh converted 2Modul media pembelajaran jarak jauh converted 2
Modul media pembelajaran jarak jauh converted 2
 
Makalah webinar slamet supriyadi
Makalah webinar slamet supriyadiMakalah webinar slamet supriyadi
Makalah webinar slamet supriyadi
 
Lomba media pembelajaran pgri cinangka
Lomba media pembelajaran pgri cinangkaLomba media pembelajaran pgri cinangka
Lomba media pembelajaran pgri cinangka
 
PPT Teks persuasi.pptx
PPT Teks persuasi.pptxPPT Teks persuasi.pptx
PPT Teks persuasi.pptx
 
modul media pembelajaran
modul media pembelajaranmodul media pembelajaran
modul media pembelajaran
 
3. kontrak kuliah silabus dan sap pengembangan pembljrn ips aud
3. kontrak kuliah silabus dan sap pengembangan pembljrn ips aud3. kontrak kuliah silabus dan sap pengembangan pembljrn ips aud
3. kontrak kuliah silabus dan sap pengembangan pembljrn ips aud
 
Modul media pembelajaran jarak jauh
Modul media pembelajaran jarak jauhModul media pembelajaran jarak jauh
Modul media pembelajaran jarak jauh
 

More from ananda gunadharma

More from ananda gunadharma (9)

Grid system introduction
Grid system introductionGrid system introduction
Grid system introduction
 
10 principles of effective web design
10 principles of effective web design10 principles of effective web design
10 principles of effective web design
 
Wireframe
WireframeWireframe
Wireframe
 
Print design vs web design
Print design vs web designPrint design vs web design
Print design vs web design
 
Effective visual communication for GUI
Effective visual communication for GUIEffective visual communication for GUI
Effective visual communication for GUI
 
Web 2.0 style guide
Web 2.0 style guideWeb 2.0 style guide
Web 2.0 style guide
 
Rich Media Banner Ads
Rich Media Banner AdsRich Media Banner Ads
Rich Media Banner Ads
 
Penyusunan instrumen dan butir soal evaluasi diklat
Penyusunan instrumen dan butir soal evaluasi diklatPenyusunan instrumen dan butir soal evaluasi diklat
Penyusunan instrumen dan butir soal evaluasi diklat
 
Effective web navigation
Effective web navigationEffective web navigation
Effective web navigation
 

Recently uploaded

Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptxKualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptxSelviPanggua1
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptxKualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 

MODUL MULTIMEDIA

  • 1. PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MATA KULIAH MULTIMEDIA DESIGN ANANDA GUNADHARMA 1215051060 Teknologi Pendidikan Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2011
  • 2. “For my Mom, thanks for everything you’ve done for me” Anak Belajar dari Kehidupannya Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mengasihi Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan kasih dalam kehidupan Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar damai dengan pikiran -Dorothy Law Nolte “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.” (Pengk. 3: 11) iv
  • 3. ABSTRAK ANANDA GUNADHARMA. Pengembangan Modul Elektronik Sebagai Sumber Belajar untuk Mata Kuliah Multimedia Design. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2011. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah prototipe media pembelajaran berbentuk modul elektronik sebagai sumber belajar dalam mata kuliah Multimedia Design I di Internasional Design School (IDS), Jakarta. Penelitian ini dilakukan karena perkembangan industri kreatif, terlebih dalam hal digital media yang sangat pesat. Di mana industri memerlukan banyak sumber daya kreatif yang belum mampu didukung oleh IDS sebagai penghasil institusi pendidikan penghasil insan kreatif. Adanya berbagai hambatan, salah satunya adalah belum terdapatnya sumber belajar pendukung mata kuliah terkait merupakan salah satu faktor dilakukannya penelitian pengembangan ini. Pengembangan produk pembelajaran berupa modul elektronik ini mengacu pada model pengembangan instruksional Dynamic Instructional Design Model dan model pengembangan produk Interactive Multimedia Development Model (The IMM Development Model). Kedua model pengembangan ini digunakan untuk saling menguatkan dan melengkapi, baik dari segi pembelajaran maupun segi desain produk secara keseluruhan. Produk dievaluasi secara formatif dengan melibatkan tiga orang ahli, yaitu ahli materi, ahli media dan ahli desain instruksional dengan hasil rata-rata dari ahli sebesar 3,14 termasuk dalam kategori baik dalam skala 4. Evaluasi formatif juga dilakukan kepada calon pengguna, yaitu tiga orang pada tahap uji coba one-to-one dan lima orang siswa pada tahap small group, dengan hasil rata-rata 3,15 termasuk dalam kategori baik berdasarkan skala 4. Produk telah melalui tahap revisi dan penyesuaian beberapa kali, berdasarkan masukan-masukan yang di dapat selama proses pengembangan. Secara umum, produk pembelajaran modul elektronik ini dapat dikatakan baik dan sesuai untuk digunakan sebagai bahan belajar mandiri bagi siswa di IDS, dan siswa DKV lainnya yang tertarik dengan materi pengantar online advertising. v
  • 4. ABSTRACT Ananda Gunadharma. Electronic Module (e-Module) Development as a Learning Resource for Multimedia Design. Script. Jakarta: Faculty of Education, State University of Jakarta, 2011. This research & development purposes to produce a prototype learning media in form of electronic module (e-module) as learning resource in Multimedia Design I at International Design School, Jakarta. This research has done because of rapid growth of creative industries, especially in digital media, where the industries need a lot of creative resource to participate in. But, IDS as educational institution which well-known as produce so many talented and creative people haven't been able to contribute more resource in this category yet. There're various obstacles, one of them is lack of learning resource related, which support this subject. This condition gone worst when the instructor became lack of time because of their business outside the school to support any make up class for student. This is one of the reasons why the researcher wants to doing any development process to support the learning. This development research in form of e-module refers to Dynamic Instructional Design Model as instructional development model and The IMM Development Model as the guidance of the whole product development process. Both of them used to reinforce and complement each other, in terms of learning design process as well as the product design overall. The Product is evaluated formatively by involving three experts, which are subject-matter expert, media expert and instructional designer expert. At this step of expert's review, the product gain average point 3.14 from scale of 4, which means to good category. The formative evaluation also carried out to our prospective users, which are IDS' student. This evaluation engaged three persons on the one-to-one evaluation, and five students on small group evaluation. At this end-user's review, the product gain average score 3.17 from scale 4, which means as good category as expert's review before. This product has been through stages of revision and adjustment several times, based on inputs and comments collected during the development process. Generally, this e-module is good and suitable used as individual learning resources for IDSʼs college student, and also another DKVʼs students who interested in the introductory online advertising material (subject). vi
  • 5. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari sepenuhnya, terselesaikannya skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja penulis sendiri, namun juga berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya kedua pembimbing yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada: Bapak Dr. Karnadi, M.Si dan Ibu Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Pendidikan, Ibu Dra. Dewi S. Prawiradilaga M.Sc.Ed. dan Ibu Dra. Eveline Siregar, M.Pd selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Teknologi Pendidikan, Ibu R.A. Murti Kusuma Wirasti, M.Si dan Bapak Drs. Khaerudin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan II penulis. Terimakasih karena Ibu dan Bapak telah bersedia membimbing, meluangkan sedikit waktunya untuk memberikan masukan-masukan dan mengarahkan penulis dengan sangat baik dalam menyusun skripsi ini. Bapak Dr. Robinson Situmorang yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mereview produk yang penulis kembangkan. Tidak lupa juga penulis ucapakan terimakasih untuk Bapak R.A. Hirmana Wargahadibrata, M.Sc.Ed. selaku Dosen Pembimbing Akademis penulis selama penulis mengenyam pendidikan di Universitas ini. Untuk Ibu Asih, Ibu Santi, Mba Diana dan seluruh staff jurusan, terimakasih karena telah memberikan banyak kemudahan selama penulis menjadi mahasiswa di sana dan selama penulis menyusun skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak International Design School (IDS), khususnya Mas Arianto Bigman, Ibu Suryaningsih, vii
  • 6. Mas Rully dan Mas Zayn Hamdan yang telah memberikan izin, membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis terutama dalam melakukan penelitian ini di sana. Tidak lupa juga untuk Mama atas segalanya yang pernah diberikan kepada anaknya, kasih sayang dan do’a yang tulus ikhlas. Untuk Om, yang pernah mengisi kehidupan ini dengan penuh arti dan untuk Papa yang pernah membuat saya terlahir di dunia ini, terimakasih atas dukungan finansialnya beberapa saat selama saya kuliah. Untuk teman-teman saya di Teknologi Pendidikan, terutama angkatan 2005 yang kebanyakan sudah lebih dulu memulai lembaran baru di luar kampus, terimakasih sudah menjadi teman dan mengisi hari- hari penulis selama kita jadi mahasiswa di kampus ini dan untuk teman seperjuangan yang berjuang bersama melewati waktu menyelesaikan skripsi ini, serta untuk yang baru mulai menulis skripsinya, ayo cepat selesaikan. Juga untuk Astri Windy Octavia, thanks for filling my life from the first i stepped on this university until i stepped out from this phase, and forced me to be better person time by time. Thanks for always besides and support me whatever my condition, in my sadness or happiness, good or bad, sucks or well-done, everthing...you’ll never be replaced whatever happen in the future. Dan juga untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, semoga kebaikan kalian dapat dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jakarta, Januari 2011 AG viii
  • 7. DAFTAR ISI PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING & PANITIA UJIAN S1 ........ ii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................... iii LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................ iv ABSTRAK .......................................................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Masalah ........................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................... 9 C. Pembatasan Masalah .................................................... 10 D. Perumusan Masalah ..................................................... 10 E. Kegunaan Hasil Pengembangan ................................... 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Modul Elektronik................................................ 13 1. Pengertian Modul ................................................... 14 2. Pengertian Modul Elektronik ................................... 16 3. Karakteristik Modul Elektronik................................. 21 4. Komponen-komponen Modul Elektronik ................. 26 5. Kelebihan dan Keterbatasan Modul Elektronik ....... 31 6. Prinsip Desain Pesan pada Modul Elektronik ......... 36 7. Pembelajaran Tidak Langsung dengan Modul Elektronik ................................................................ 50 ix
  • 8. 8. Prinsip Mengembangkan Materi dalam Lingkungan Belajar Tidak Langsung....................... 52 B. Hakikat Sumber Belajar.................................................. 59 1. Pengertian Sumber Belajar ..................................... 59 2. Manfaat Sumber Belajar ......................................... 62 3. Jenis-jenis Sumber Belajar ..................................... 63 4. Modul Elektronik sebagai Media Pembelajaran Terpadu................................................................... 67 5. Multimedia Interaktif ................................................ 71 6. Format Penyajian Bahan Belajar Elektronik ........... 75 C. Pengembangan Modul Elektronik .................................. 78 1. Pengertian Pengembangan .................................... 78 2. Model Pengembangan Produk Pembelajaran ........ 80 3. Model Pengembangan Modul Elektronik ................ 89 D. Hakikat Multimedia Design sebagai Mata Kuliah .......... 94 1. Deskripsi Mata Kuliah Multimedia Design............... 94 2. Tujuan Pembelajaran Mata Kuliah Multimedia Design ..................................................................... 95 3. Konsep Ekonomi Kreatif serta Definisi Industri Kreatif beserta Klasifikasinya .................................. 96 4. Aplikasi Multimedia Design dalam Beberapa Sub Sektor Industri Kreatif.............................................. 98 BAB III STRATEGI DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN A. Strategi Pengembangan ............................................... 100 1. Tujuan....................................................................... 100 2. Metode Pengembangan ........................................... 100 3. Responden ............................................................... 102 x
  • 9. 4. Instrumen.................................................................. 102 B. Prosedur Pengembangan ............................................. 103 1. Startup/Permulaan.................................................... 103 2. Desain ...................................................................... 104 3. Pengembangan ........................................................ 116 4. Evaluasi .................................................................... 119 5. Implementasi ............................................................ 121 C. Teknik Evaluasi ............................................................. 121 BAB IV HASIL PENGEMBANGAN A. Nama Produk ................................................................. 125 B. Karakteristik Produk ....................................................... 125 1. Spesifikasi Sistem .................................................. 125 2. Kelebihan Program ................................................. 126 3. Kekurangan Program .............................................. 128 4. Keterbatasan Pengembangan ................................ 128 C. Prosedur Pemanfaatan .................................................. 129 D. Hasil Uji Coba................................................................. 133 E. Revisi.............................................................................. 138 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................... 143 B. Implikasi ........................................................................ 143 C. Saran ............................................................................. 147 DAFTAR PUSTAKA 149 LAMPIRAN-LAMPIRAN 153 xi
  • 10. DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Perbandingan antara modul elektronik dengan modul cetak ... 19 2. 2 Perbandingan bahan belajar konvensional dengan mandiri .... 24 2. 3 Kesesuaian penggunaan warna .............................................. 46 2. 4 Ukuran huruf berdasarkan usia sekolah ................................. 48 3. 1 Tujuan pembelajaran program ................................................. 110 4. 1 Hasil rekapitulasi review ahli .................................................... 133 4. 2 Hasil revisi uji coba ahli............................................................ 138 4. 3 Hasil revisi uji coba pengguna ................................................. 141 xii
  • 11. DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Perbedaan tingkat realitas unsur visual .................................... 43 2. 2 Kerucut pengalaman Edgar Dale .............................................. 60 2. 3 Model Instruksional Seels and Glasgow .................................. 81 2. 4 CAI Design Model .................................................................... 83 2. 5 The IMM development model ................................................... 85 2. 6 Model pengembangan instruksional DID .................................. 90 3. 1 The IMM development model ................................................... 101 3. 2 Model pengembangan instruksional DID .................................. 106 xiii
  • 12. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Silabus mata kuliah multimedia design 1 IDS ............................... 154 2. Dynamic Instructional Design Model Result ................................. 158 3 Flowchart program modul elektronik ........................................... 167 4 Layout dan tampilan modul elektronik (storyboard) ..................... 168 5 Kisi-kisi instrumen uji coba untuk ahli .......................................... 180 6 Kisi-kisi instrumen uji coba untuk pengguna ................................. 182 7 Instrumen uji coba modul elektronik untuk ahli materi .................. 184 8 Instrumen uji coba modul elektronik untuk ahli media .................. 186 9 Instrumen uji coba modul elektronik untuk ahli disnal................... 189 10 Instrumen uji coba modul elektronik untuk pengguna................... 192 11 Rekapitulasi hasil uji coba ahli ...................................................... 196 11 Rekapitulasi hasil uji coba pengguna............................................ 199 12 Surat keterangan penelitian IDS ................................................... 202 Daftar Riwayat Hidup 203 xiv
  • 13. BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan pembangunan bangsa. Kebutuhan untuk memperoleh pendidikan dalam berbagai bidang memunculkan banyak lembaga pendidikan, baik itu lembaga formal, maupun non formal, tak terkecuali dalam bidang kreatif, khususnya Desain Komunikasi Visual (DKV). Adanya lembaga pendidikan harus diseimbangkan dengan adanya peningkatan kualitas pendidikan. Maka akan menjadi tanggung jawab besar sebuah institusi pendidikan dalam memasuki era globalisasi dan komunikasi digital adalah dengan mempersiapkan para peserta didik yang berkualitas untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada di dalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan masa studinya. IDS sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang komunikasi visual mempersiapkan para lulusannya untuk memiliki berbagai portofio yang berkualitas dan dapat diterima industri. Dengan kondisi demikian, seorang lulusan DKV harus mempunyai kompetensi dalam mengemas konsep komunikasi ke dalam bentuk visual yang kreatif serta ke dalam berbagai format media, baik itu cetak maupun non cetak 1
  • 14. 2 (audio, video, multimedia, web, rich media/new media, dsb) untuk menjawab berbagai kebutuhan klien. Untuk itu, peserta didik dibekali dengan berbagai mata kuliah, baik itu dalam mengembangkan konsep komunikasi visual pada media cetak, maupun pada media digital. Salah satu mata kuliah yang membekali peserta didik dalam konsep komunikasi digital adalah multimedia design. Mata kuliah ini mempelajari program aplikasi komputer dalam perancangan dan pengembangan digital content/web/multimedia berserta konsep-konsep dasar yang melandasinya. Mata kuliah ini bertujuan agar peserta didik pada akhirnya mampu mengembangkan sebuah konsep komunikasi yang terintegrasi (teks, grafik, foto, audio, video, animasi, games, dsb) dalam media baru (new media/rich media) dari sebuah brand/produk kepada user atau konsumennya. Tentunya, mata kuliah ini bukan merupakan mata kuliah yang mudah bagi seorang pengajar/instruktur untuk menyampaikannya kepada peserta didik dalam jangka waktu perkuliahan yang terbatas. Banyaknya hambatan yang menjadi kendala atas kelancaran kegiatan belajar. Di antaranya kelengkapan fasilitas belajar, minimnya media dan sumber belajar yang digunakan, metode mengajar yang digunakan, kesibukan pengajar, serta ketidakmandirian peserta didik dalam mencari informasi pendukung merupakan beberapa faktor yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara maksimal. Berbagai hambatan ini diakui oleh Head Program Design
  • 15. 3 IDS sebagai akibat terhadap penurunan kreativitas peserta didik mereka dalam mata kuliah ini. Pengajar/instruktur merupakan satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik. Hal ini tidak jarang menimbulkan sikap tidak kreatif dan tidak mandiri bagi peserta didik. Tidak jauh berbeda dengan peserta didik, pengajar pun pada umumnya hanya memanfaatkan sumber belajar seadanya. Kesibukan mereka di luar kegiatan belajar mengajar terkadang menyulitkan mereka untuk mengembangkan bahan belajar mandiri bagi peserta didik. Selain itu, padatnya materi yang harus disampaikan serta sempitnya waktu perkuliahan terkadang mengakibatkan materi perkuliahan tidak tersampaikan seluruhnya dengan baik. Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, diperlukan pengelolaan strategi pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta mencapai tujuan pembelajaran yang optimal dalam mata kuliah ini. Teknologi Pendidikan mempunyai cara tersendiri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan menciptakan interaksi antara unsur-unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran. Seperti diketahui bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu kondisi yang sengaja diciptakan oleh instruktur atau perancang pembelajaran (meliputi metode, sarana dan prasarana, materi, media dan sebagainya) agar peserta didik difasilitasi dan dipermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
  • 16. 4 Salah satu komponen yang mempengaruhi pembelajaran tersebut antara lain adalah penggunaan media dan sumber belajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang mendapat perhatian pembelajar dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Begitu pula bagi pemelajar sebaiknya dilibatkan dalam memanfaatkan media dan teknologi sebagai sumber belajar agar proses pembelajaran menjadi lebih kaya dan dapat berhasil dengan baik. Media dapat digunakan pada pembelajaran konvensional maupun pembelajaran mandiri. Penggunaan media sebagai sumber belajar mandiri dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik (pengayaan) selain pengalaman belajar yang di dapat dari pembelajaran konvensional (tatap muka). Selain itu, media sebagai sumber belajar mandiri juga dapat mempersiapkan peserta didik sebelum memulai pokok bahasan tertentu di dalam pertemuan kelas. Terdapat ciri khusus pada media untuk pembelajaran mandiri yang membedakannya dengan media pembelajaran konvensional. Media pembelajaran mandiri harus memiliki sifat self-contained (memuat semua yang dibutuhkan oleh pemelajar) dan self instruction (belajar secara mandiri). Dengan ciri tersebut, media yang dipergunakan untuk pembelajaran mandiri menyediakan hampir semua yang dibutuhkan peserta didik, diantaranya tujuan pembelajaran, panduan penggunaan, uraian materi, intisari, evaluasi dan umpan balik serta tindak lanjut. Dengan
  • 17. 5 kelengkapan yang disajikan tersebut pemelajar diharapkan dapat belajar dan memahami bahan pelajaran tanpa atau dengan sedikit mungkin bantuan dari orang lain. Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah modul. Dengan berbagai ciri tersebut, dapat dikatakan bahwa modul merupakan suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Dengan modul, peserta didik dapat mencapai taraf mastery (tuntas) dengan belajar secara individual. Peserta didik tidak dapat melanjutkan ke unit pelajaran berikutnya sebelum mencapai taraf belajar tuntas pada unit sebelumnya. Dalam hal penggunaan, modul dapat digunakan secara fleksibel. Modul dapat memfasilitasi peserta didik dalam belajar mandiri ataupun konvensional. Dengan menggunakan modul, peserta didik dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya sendiri. Modul juga dapat dipelajari di mana saja, dapat digunakan dengan kondisi waktu yang tidak terikat, juga dapat dilakukan secara tersendiri, small group, atau di variasikan dengan metode lain. Adanya modul dapat menjadi salah satu sumber belajar yang direncanakan (by design) bagi para peserta didik. Akan tetapi, masih banyak modul yang dikembangkan tanpa memperhatikan prosedur pengembangan bahan belajar mandiri, sehingga
  • 18. 6 kualitasnya masih jauh dari standar. Kebanyakan modul yang dibuat masih kurang memfasilitasi peserta didik dalam mempelajari materi yang ada pada modul secara mandiri. Serta kondisi fisik modul yang kebanyakan berbentuk cetak dengan jumlah halaman yang cukup tebal, penyajian informasi yang terlalu terlalu verbal, serta biaya pencetakan yang tidak sedikit, menyebabkan modul cetak menjadi kurang diminati. Kemajuan teknologi informasi telah memungkinkan seorang pengembang pembelajaran dalam mengubah penyajian bahan ajar, dalam hal ini modul cetak, menjadi modul yang dikemas dalam format digital, atau dikenal dengan istilah modul elektronik (e-modul). Istilah ini termasuk dalam konsep pembelajaran elektronik atau e-learning. E-learning merupakan suatu pengembangan teknologi dalam pembelajaran, yaitu dengan memanfaatkan kemampuan komputer serta perangkat informasi lainnya seperti multimedia dan internet. Bentuk pembelajaran ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi yang pesat. Pada intinya, perkembangan e-learning tersebut mengarah pada kemudahan dan kelengkapan, serta konsep umum penerapan dalam pembelajaran tetap sama, yaitu memberikan penyajian informasi, yang lengkap, terstruktur dan menarik. Dengan modul elektronik, penyampaian materi yang berupa teknik langkah-langkah atau prosedur dapat disajikan dengan menggunakan simulasi video tutorial. Dengan begitu peserta didik dapat mengikuti materi
  • 19. 7 yang disajikan dengan jelas, tanpa kebingungan karena petunjuk verbal yang memungkinkan salah penafsiran dan sebagainya. Dalam kegiatan belajar, sebaiknya peserta didik diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan dengar) akan memberikan keuntungan bagi peserta didik. Peserta didik akan belajar lebih banyak pada situasi ini daripada ketika materi pelajaran hanya disajikan dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Kelebihan lain dari bentuk penyajian modul elektronik ini antara lain adalah ukuran file yang relatif kecil, mudah dibawa hanya dengan menggunakan USB flashdrive, dsb. Modul elektronik ini dapat digunakan secara off-line maupun on-line tergantung pada kesiapan instansi pendidikan maupun peserta didik sebagai pengguna secara langsung. Peserta didik dapat mempelajari modul di mana saja dan kapan saja asalkan terdapat komputer. Peserta didik dapat menelusuri materi yang terdapat di dalam modul baik secara linear maupun non linear di dalam program melalui link yang berupa navigasi untuk mengarahkan peserta menuju informasi tertentu. Peserta didik juga dapat mengetahui ketuntasan belajar masing-masing dengan mengikuti evaluasi yang telah disediakan dalam program. Berdasarkan rumusan penjelasan di atas, terlihat bahwa modul elektronik memiliki potensi yang besar untuk digunakan dalam proses
  • 20. 8 pembelajaran. Hal ini karena sifat modul yang dirancang khusus untuk sarana belajar mandiri, ditambah lagi dengan beberapa keunggulan format elektronik, yang memungkinkan untuk mengintegrasikan berbagai simulasi video tutorial dalam penyajian materi teknis dan proses evaluasinya. Selain itu modul elektronik ini juga dapat menyajikan informasi secara lebih terstruktur, serta memiliki sistem navigasi yang dapat memudahkan peserta didik menelusuri materi sesuai dengan kecepatan belajarnya masing- masing. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah prototipe media pembelajaran berupa modul elektronik (e-modul) sebagai salah satu sumber belajar mandiri peserta didik di International Design School khususnya dalam mempelajari multimedia design I. Mengingat karakteristik dalam mata kuliah ini yang terdiri dari pengenalan konsep-konsep serta sebagian praktik pengenalan dasar-dasar penggunaan program untuk mengembangkan konsep-konsep yang ada, maka tentunya pemilihan format media ini dirasa cukup sesuai. Integrasi berbagai bentuk informasi, seperti teks, audio, video tutorial dan berbagai navigasi lainnya yang mengarahkan peserta didik menelusuri informasi baik di dalam maupun di luar dari program (modul) tentunya akan memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Ditambah lagi dengan penyajian materi yang berupa contoh kasus dan beberapa resources atau
  • 21. 9 referensi-referensi lainnya yang diperlukan peserta didik untuk memperkaya kreativitas mereka. Dalam penelitian ini, fokus pengembangan terletak pada bentuk penyajian bahan belajar mandiri yang di dalamnya terdapat pengelolaan materi, pengelolaan tampilan, dan kontrol pemelajar. Dengan dikembangkannya prototipe modul elektronik sebagai sumber belajar mandiri dalam mempelajari mata kuliah Multimedia Design I di International Design School, diharapkan orientasi pembelajaran tidak lagi teacher- centered melainkan mengarah kepada sistem pembelajaran yang student- centered. Serta dapat menunjang kompetensi lulusan yang mampu mengembangkan sebuah konsep komunikasi visual dalam media digital. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, antara lain: 1. Materi perkuliahan seperti apa yang dapat disajikan dalam bentuk modul elektronik? 2. Sejauh mana bahan ajar dalam bentuk modul elektronik dapat meningkatkan hasil belajar? 3. Apakah bahan ajar berbentuk modul elektronik mampu memperlancar proses belajar peserta didik?
  • 22. 10 4. Dapatkan bahan ajar dalam bentuk modul elektronik mengubah peranan dosen dalam proses belajar? 5. Bagaimanakah pengembangan modul elektronik yang dibutuhkan sebagai salah satu sumber belajar mandiri yang lengkap dan jelas? C. Pembatasan Masalah Berdasarkan sejumlah permasalahan yang teridentifikasi, maka dapat dilihat bahwa modul elektronik memiliki cakupan permasalahan yang luas dalam pengembangannya. Agar penelitian ini menjadi lebih fokus, maka penelitian ini dibatasi pada bagaimana pengembangan modul elektronik yang dibutuhkan sebagai sumber belajar untuk mempelajari mata kuliah multimedia design di International Design School? D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan modul elektronik sebagai sumber belajar untuk mempelajari mata kuliah Multimedia Design?”
  • 23. 11 E. Kegunaan Hasil Pengembangan 1. Praktis Secara praktis pengembangan ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan yang berarti kepada: a. Peserta didik, khususnya peserta didik jurusan Digital Design International Design School agar dapat memanfaatkan modul ini sebagai salah satu sumber belajar mandiri dalam mempelajari pengenalan online advertising dan beberapa hal teknis terkait dengan banner advertisements yang diberikan pada mata kuliah Multimedia Design 1. b. Peserta didik Desain Komunikasi Visual lain, atau masyarakat umum khususnya yang tertarik dengan materi mengenai pengantar/pengenalan online advertising. c. Dosen, agar dapat memanfaatkan bahan ajar ini sebagai media dan sumber belajar siswa dalam mempelajari materi perkuliahan. d. International Design School, agar dapat memberikan sumbangan berupa pengembangan media pembelajaran dalam bentuk Modul Elektronik yang bisa diintegrasikan dengan perkuliahan ataupun dijadikan sumber referensi & sumber belajar mandiri bagi peserta didik. Dan juga dapat dijadikan dasar bagi pengembangan- pengembangan media pembelajaran lainnya.
  • 24. 12 e. Peneliti lain, sebagai bahan referensi atau rujukan dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut agar produk yang dihasilkan bisa lebih baik dari yang sudah dikembangkan peneliti saat ini. 2. Teoritis Secara teoritis dengan adanya pengembangan modul elektronik ini diharapkan dapat: a. Menjelaskan penyajian bahan ajar sehingga lebih menarik dan mudah digunakan sebagai salah satu sumber belajar mandiri peserta didik. b. Memprediksi agar pemelajar lebih tertarik dan berminat dalam mempelajari bahan ajar serta mampu menambah kreativitas peserta didik dalam berkarya.
  • 25. BAB II KAJIAN PUSTAKA Di dalam BAB II ini dikaji sejumlah teori yang berkaitan dengan pengembangan modul elektronik. Teori-teori tersebut dikemukakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengembangan modul elektronik, seperti hakikat modul elektronik, hakikat modul elektronik sebagai media dan sumber belajar, hakikat multimedia design serta kaitannya dengan industri kreatif dan proses pengembangan modul elektronik tersebut. A. Hakikat Modul Elektronik Modul merupakan salah satu media pembelajaran tertua. Meskipun demikian, tidak berarti penggunaan modul dalam kegiatan pembelajaran saat ini menjadi sebuah hal yang sangat kuno dan ketinggalan zaman. Modul terbukti efektif digunakan sebagai alternatif bahan belajar mandiri maupun bahan belajar konvensional. Modul yang disusun secara sistematis dengan memperhatikan pengorganisasian materi pelajaran dapat digunakan sesuai gaya dan kecepatan belajar masing-masing pengguna. Dengan perkembangan teknologi informasi yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran, banyak cara yang dapat digunakan untuk mengubah penyajian bahan belajar ke dalam format elektronik atau digital.
  • 26. 14 Penyajian bahan belajar dalam bentuk elektronik ini tentunya akan menjadi lebih menarik dan memberikan berbagai kemudahan. Keberadaan media pembelajaran ini pada akhirnya dapat menunjang dan melengkapi peran guru sebagai satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik. 1. Pengertian Modul Modul merupakan salah satu jenis media pembelajaran berbentuk cetak. Namun modul berbeda dengan bahan belajar cetak lainnya, seperti buku teks atau hand out. Perbedaanya adalah terletak pada penyajian isi materi di dalam modul itu sendiri yang dirancang khusus. Berikut adalah beberapa definisi modul menurut para ahli. Mulyasa mendefinisikan modul sebagai paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar.1 Sejalan dengan Mulyasa, Nasution juga mendefinisikan modul sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.2 1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2003). h.43 2 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.205
  • 27. 15 Smaldino, dkk dalam Instructional Technology and Media for Learning mendefinisikan an instructional module is any self-contained instructional unit designed for use by a single learner or a small group of learners without teacher’s presence.3 Berdasarkan pengertian dari Smaldino tersebut dapat dijelaskan bahwa modul pembelajaran merupakan sebuah unit pembelajaran yang lengkap yang dirancang khusus untuk pembelajaran yang digunakan oleh siswa secara individu maupun kelompok kecil tanpa kehadiran guru. Purwanto, dkk mendefinisikan modul sebagai bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.4 Tujuan utama dari sebuah modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diuraikan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan belajar yang disiapkan secara khusus dan dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu yang dikemas menjadi sebuah unit pembelajaran terkecil yang dapat digunakan pemelajar secara mandiri untuk mencapai tujuan 3 Sharon E. Smaldino, Instructional Technology and Media for Learning, 9’th edition (New Jersey: Pearson, Prentice Hall, 2008), p. 214 4 Purwanto, Aristo Rahadi, dan Suharto Lasmono, Pengembangan Modul (Jakarta: PUSTEKKOM DEPDIKNAS, 2007), h. 9.
  • 28. 16 pembelajaran tertentu yang telah ditetapkan. Modul harus mencakup semua kebutuhan belajar bagi pemelajar, mulai dari petunjuk belajar, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, evaluasi, pembahasan, sampai umpan balik. 2. Pengertian Modul Elektronik Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjelang akhir abad ke 20 telah berangsur menggeser era Guttenberg dengan mesin cetaknya dan menggantikannya dengan era digital. Informasi dan publikasi yang semula hanya didokumentasikan dan disebarluaskan melalui lembaran- lembaran kertas tercetak kini mulai menggunakan media elektronik sebagai alternatif penggantinya. Dalam dunia pendidikan, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi tersebut dalam pembelajaran dikenal dengan istilah e-learning. E-learning merujuk pada pembelajaran dengan menggunakan jasa perangkat elektronika.5 Salah satu bentuk penyajian bahan belajar dalam format digital atau elektronik tersebut adalah e-book. Buku elektronik atau yang biasa dikenal dengan istilah e-book ini merupakan tampilan informasi atau naskah dalam format buku yang direkam secara elektronik dengan menggunakan hard disk, disket, CD, atau flash disk dan dapat dibuka dan dibaca dengan 5 Soekartawi, Prinsip Dasar E-Learning dan Aplikasinya di Indonesia, (Jurnal teknodik Edisi No. 12/VII/Oktober/2003), h. 3.
  • 29. 17 menggunakan komputer atau alat pembaca buku elektronik (e-book viewer atau e-book reader).6 Definisi lain menjelaskan bahwa, electronic book is a portable hardware and software system that can display large quantities of readable textual information to the user, and lets the user navigate through this information.7 Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa buku elektronik merupakan sebuah perangkat keras portabel dan sistem perangkat lunak yang dapat menampilkan informasi berupa teks dalam jumlah besar kepada pengguna, dan memungkinkan pengguna untuk menelusuri informasi yang terdapat di dalamnya. Perkembangan teknologi e-book ini mendorong terjadinya perpaduan antara teknologi cetak dengan teknologi komputer dalam kegiatan pembelajaran. Berbagai media pembelajaran cetak, salah satunya modul, dapat ditransformasikan penyajiannya ke dalam bentuk elektronik, sehingga melahirkan istilah modul elektronik atau yang dikenal dengan istilah e- module. Tidak ada definisi pasti mengenai modul elektronik sampai sejauh ini. Dengan mengacu pada berbagai istilah yang berhubungan tersebut dapat diidentifikasi bahwa modul elektronik merupakan penggabungan istilah modul dalam bentuk bahan belajar elektronik (e-book). Dengan demikian, modul elektronik dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk penyajian bahan belajar 6 B.P. Sitepu, Penyusunan Buku Pelajaran, (Jakarta: Verbum Publishing, 2006), h. 142. 7 Jan O. Borchers, Electronic Books: Definition, Genres, Interaction Design Patterns, (Austria: Linz University, 1999), p. 1.
  • 30. 18 mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang disajikan dalam format elektronik, di mana setiap kegiatan pembelajaran di dalamnya dihubungkan dengan link-link sebagai navigasi yang membuat peserta didik menjadi lebih interaktif dengan program, dilengkapi dengan penyajian video tutorial, animasi dan audio untuk memperkaya pengalaman belajar. Berdasarkan pengertian mengenai modul dan modul elektronik tersebut, terlihat bahwa tidak ada perbedaan prinsip pengembangan antara modul konvensional (cetak) dengan modul elektronik. Perbedaan hanya terdapat pada format penyajian secara fisik saja, sedangkan komponen- komponen penyusun modul tersebut tidak memiliki perbedaan. Modul elektronik mengadaptasi komponen-komponen yang terdapat di dalam modul cetak pada umumnya. Perbedaan hanya pada penyajian fisik modul elektronik yang membutuhkan perangkat komputer untuk menggunakannya. Berikut ini merupakan tabel perbandingan yang akan membedakan antara modul cetak dengan modul elektronik dari segi penyajian fisiknya.
  • 31. 19 Tabel 2.1 8 Perbandingan antara Modul Elektronik dengan Modul Cetak Modul Elektronik Modul Cetak Ditampilkan dengan menggunakan Tampilannya berupa kumpulan kertas monitor atau layar komputer. yang berisi informasi tercetak, dijilid dan diberi cover. Lebih praktis untuk dibawa kemana- Jika semakin banyak jumlah mana, tidak peduli berapa banyak halamannya maka akan semakin modul yang disimpan dan dibawa tebal dan semakin besar pula tidak akan memberatkan kita dalam ukurannya, serta semakin berat. Hal membawanya ini akan merepotkan kita dalam membawanya. Menggunakan CD, USB Flashdisk, Tidak menggunakan CD atau memori atau memori card sebagai medium card sebagai medium penyimpanan penyimpanan datanya. datanya. Biaya produksinya lebih murah Biaya produksinya jauh lebih mahal, dibandingkan dengan modul cetak. terlebih lagi jika menggunakan Tidak diperlukan biaya tambahan banyak warna. Begitu juga dengan untuk memperbanyaknya, hanya biaya untuk memperbanyak dan dengan copy antara user satu menyebarluaskannya (distribusi), dengan lainnya. Pengiriman atau diperlukan biaya tambahan proses distribusi pun bisa dilakukan dengan menggunakan e-mail Menggunakan sumber daya berupa Cukup paktis, tidak membutuhkan tenaga listrik dan komputer atau sumber daya khusus untuk notebook untuk mengoperasikannya. menggunakanya. 8 Modifikasi dari: Ardhi Saputro, Pengembangan Modul Elektronik Untuk Mata Kuliah Dasar- Dasar Fotografi, Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan-Universitas Negeri Jakarta, 2009. h. 55-56
  • 32. 20 Tahan lama dan tidak lapuk dimakan Daya tahan kertas terbatas oleh waktu. waktu, semakin lama warna kertas akan memudar dan lapuk, selain itu juga kertas dapat dimakan rayap dan mudah sobek. Naskahnya dapat disusun secara Naskahnya hanya dapat disusun linear maupun non linear. secara linear. Dapat dilengkapi dengan audio dan Tidak dapat dilengkapi dengan audio video dalam satu bundle dan video dalam satu bundle penyajiannya penyajiannya. Hanya dapat dilengkapi dengan ilustrasi dalam penyajiannya. Jika ditambah dengan video terpisah akan menjadi paket pembelajaran, bukan lagi hanya sekedar modul. Pada tiap kegiatan belajar dapat Tidak dapat diberkan password, diberikan kata kunci atau password peserta didik bebas mempelajari yang berguna untuk mengunci setiap kegiatan belajar. Sehingga kegiatan belajar. Peserta didik harus terdapat sedikit kelemahan dalam menguasai satu kegiatan belajar kontrol jenjang kompetensi yang sebelum melanjutkan ke kegiatan harus diperoleh pemelajar. belajar selanjutnya. Dengan demikian peserta didik dapat menuntaskan kegiatan belajar secara berjenjang.
  • 33. 21 3. Karakteristik Modul Elektronik Adapun modul sebagai media pembelajaran mandiri memiliki berbagai ciri. Karakteristik yang dimiliki modul cetak tersebut kemudian dapat diadaptasikan ke dalam modul elektronik, berikut merupakan beberapa ciri modul elektronik yang diadaptasi dari modul cetak:9 a. Belajar Mandiri (Self-instruction) Modul disusun sedemikian rupa sehingga pemelajar dapat memahaminya tanpa atau sesedikit mungkin bantuan dari orang lain. Untuk memenuhi prinsip tersebut, maka modul harus: 1) Terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan umum maupun tujuan khusus. 2) Materi pelajaran dikemas ke dalam unit-unit terkecil atau spesifik sehingga memudahkan siswa belajar secara tuntas. 3) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran. 4) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan siswa memberikan respon dan mengukur penguasaannya. 5) Kontekstual, yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa. 6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif. 7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran. 8) Terdapat instrumen penilaian. yang memungkinkan siswa melakukan “self assesment”. 9) Terdapat instrumen yang digunakan siswa untuk mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi diri sendiri. 10) Tersedia informasi tentang rujukan atau pengayaan atau referensi yang mendukung materi pembelajaran yang dimaksud. 9 Sitepu, op.cit., h. 109
  • 34. 22 b. Utuh (Self-contained) Yang dimaksud dengan self-contained yaitu, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari prinsip ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian, atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. c. Berdiri sendiri (Stand alone) Stand alone atau berdiri sendiri berarti modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Dalam menggunakan modul, siswa tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Walaupun demikian, jika dikehendaki siswa dapat juga menggunakan sumber belajar lain sebagai bahan pengayaan. d. Dapat disesuaikan (Adaptif) Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika media tesebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
  • 35. 23 teknologi dalam kurun waktu tertentu (up to date) serta fleksibel digunakan. e. Akrab dengan pemakainya (User friendly) Modul hendaknya mudah digunakan. Media yang digunakan mudah dioperasikan, instruksi yang disampaikan mudah dimengerti dan mudah ditanggapi oleh pemelajar. Bahasa yang digunakan bersifat umum, sederhana dan mudah dimengerti oleh pemelajar. Media, penyajian bahan pelajaran, dan bahasa yang digunakan membuat pemelajar merasa akrab dengan modul serta termotivasi untuk mempelajarinya. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa modul berbeda dengan buku teks atau buku cetak pada umumnya. Berikut adalah tabel perbandingan antara bahan belajar konvensional (misalnya buku teks/buku cetak) dengan bahan belajar mandiri (dalam hal ini modul).10 10 ibid., h. 108.
  • 36. 24 Tabel 2.2 Perbandingan Bahan Belajar Konvensional dengan Bahan Belajar Mandiri ASPEK KONVENSIONAL MANDIRI 1.Tujuan Pembelajaran • Jelas dan terukur • Jelas dan terukur • Diketahui oleh • Diketahui/dipahami pembelajar dan oleh pemelajar pemelajar • Selalu tertulis dalam • Sering tidak tertulis bahan pelajaran dalam bahan pelajaran 2. Pokok Bahasan Berdasarkan Berdasarkan tujuan/kompetensi tujuan/kompetensi 3. Kedalaman dan Mengacu pada Mengacu pada Keluasan indikator indikator tujuan/kompetensi tujuan/kompetensi 4. Metode Mengacu pada tujuan, Mengacu pada tujuan, Pembelajaran karakteristik pemelajar, karakteristik pemelajar, dan lingkungan belajar dan lingkungan belajar 5. Bahasa • Formal dan baku • Luwes • Lugas/efisien dan • Lebih komunikatif ilmiah dan menarik menggunakan kata- kata sapaan dan gaya bahasa retorika • Kadang-kadang menggunakan bahasa sehari-hari • Kaya informasi 6. Ilustrasi Seperlunya Lebih banyak ilustrasi dalam bentuk narasi dan grafis, lebih menarik
  • 37. 25 ASPEK KONVENSIONAL MANDIRI 7. Evaluasi Hasil Dilakukan oleh Dilakukan sendiri oleh Belajar pembelajar pemelajar, sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam bahan pelajaran 8. Tampilan Fisik Standar dan ekonomis Praktis, menarik, dan menyenangkan untuk digunakan Dari tabel perbandingan tersebut terlihat bahwa perbedaan antara buku teks dengan modul tidak hanya terlihat pada format tampilan fisiknya saja, tetapi juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunannya. Untuk itu diperlukan pemahaman mengenai karakteristik modul beserta komponen penyusunnya dengan baik, agar modul lebih bersifat interaktif dan bukan hanya terlalu bergaya ceramah seperti pada buku teks kebanyakan.
  • 38. 26 4. Komponen-Komponen Modul Elektronik Modul terdiri dari berbagai komponen-komponen yang menyusunnya sehingga bahan pembelajaran tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa. Secara garis besar, baik modul cetak maupun modul elektronik memiliki beberapa komponen yang sama seperti: (1) tujuan pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) latihan untuk menguji keterampilan atau kompetensi yang sudah dipelajari, (4) umpan balik yang menjadi indikator tentang pencapaian hasil belajar yang dilakukan siswa. Secara rinci, Mulyasa menyebutkan komponen modul sebagai berikut:11 a. Pendahuluan Bagian ini berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki siswa untuk mempelajari modul tersebut. b. Tujuan Pembelajaran Bagian ini harus berisi tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai oleh setiap siswa setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan. 11 Mulyasa, op.cit., h. 43.
  • 39. 27 c. Tes Awal Tes ini berguna untuk menetapkan posisi siswa, dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan dari mana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari modul tersebut atau tidak. d. Pengalaman Belajar Bagian ini merupakan rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, yang berisi sejumlah materi, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi siswa tentang tujuan belajar yang dicapainya. e. Sumber Belajar Pada bagian ini disajikan tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri untuk digunakan oleh siswa. Penetapan sumber belajar ini perlu dilakukan dengan baik oleh pengembang modul, sehingga siswa tidak kesulitan memperolehnya. f. Tes Akhir Tes akhir ini instrumennya sama dengan tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan akhir setiap modul.
  • 40. 28 Selain itu Smaldino, dkk mengemukakan komponen modul terdiri dari:12 a. Rasional, menyediakan informasi garis besar modul dan alasan mengapa pemelajar harus mempelajari modul tersebut. b. Tujuan, Menyatakan performa yang harus dicapai pemelajar setelah mempelajari modul tersebut. c. Tes awal, menetukan apakah pemelajar sudah menguasai keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari modul. d. Bahan-bahan multimedia, penggunaan berbagai teknologi dan media pendukung yang melibatkan partisipasi pemelajar secara aktif untuk menggunakan berbagai indera mereka. e. Kegiatan belajar, berisikan penjelasan mengenai strategi yang dipergunakan dalam mempelajari modul. Menggunakan berbagai media dan strategi dapat meningkatkan ketertarikan dan memenuhi kebutuhan pemelajar. f. Latihan dengan umpan balik, menyediakan pemelajar dengan latihan-latihan dan umpan balik atas ketepatan jawaban yang diberikan. g. Tes mandiri, memberikan pemelajar kesempatan untuk menilai perkembangan belajar mereka secara mandiri. 12 Sharon E. Smaldino, dkk, op.cit., h. 214
  • 41. 29 h. Tes akhir, menilai apakah pemelajar sudah menguasai tujuan dari modul. Menurut B.P. Sitepu, pada dasarnya modul terdiri atas tiga bagian utama. Bagian awal modul berisi pendahuluan, bagian inti berisi bahan pelajaran, dan bagian akhir berisi tes formatif.13 a. Bagian awal memberikan informasi umum tentang bahan pelajaran, kegunaan, tujuan pembelajaran umum, susunan dan keterkaitan antar judul modul, bahan pendukung lainnya, dan petunjuk untuk mempelajari bahan pelajaran. b. Bagian inti terdiri atas unit-unit pelajaran. Masing-masing unit terdiri atas: 1) Pendahuluan, berisi cakupan materi (deskripsi singkat), tujuan pembelajaran khusus, perilaku/kemampuan awal, manfaat dan urutan pokok bahasan, serta petunjuk/cara mempelajari modul. 2) Kegiatan belajar, mencakup uraian bahan pelajaran, contoh- contoh, latihan, rangkuman, tes formatif dan kunci jawaban. 3) Daftar pustaka, berisi daftar sumber dan bacaan yang dapat digunakan pemelajar untuk memperkaya isi pokok bahasan. 13 Sitepu, op.cit., h. 110
  • 42. 30 c. Bagian akhir berisi penutup modul, tes sumatif, glosarium, dan lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul. Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai komponen yang seharusnya terdapat di dalam sebuah modul, dapat ditarik garis besar komponen yang umumnya terdapat dalam sebuah modul, yaitu: a. Penjelasan mengenai materi dan tujuan mempelajari materi yang terdapat di dalam modul (tujuan pembelajaran umum dan khusus). b. Tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mempelajari modul, apakah siswa sudah memiliki kompetensi yang diperlukan untuk mempelajari unit tersebut di dalam modul. c. Materi inti, adalah unit/materi pembelajaran terkecil yang disajikan di dalam modul untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang dicantumkan dalam tujuan pembelajaran. d. Evaluasi mandiri, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian kompetensi yang sudah dikuasai siswa setelah mempelajari materi yang terdapat di dalam modul (post-test). e. Umpan balik, berisi informasi yang dapat menyampaikan tingkat pencapaian belajar siswa berdasarkan skor yang diperoleh melalui tes atau evaluasi mandiri yang dilakukan siswa.
  • 43. 31 Modul elektronik yang akan dikembangkan dalam penelitian ini setidaknya akan memiliki komponen-komponen tersebut. Penerapan komponen secara lebih detail akan disesuaikan dengan kondisi materi pembelajaran yang akan dikembangkan dalam modul. 5. Kelebihan dan Keterbatasan Modul Elektronik Sama dengan media pembelajaran lainnya, sebuah modul dengan karakteristik dan komponen-komponen pembangunnya yang begitu lengkap sebagai bahan pembelajaran mandiri memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain. Namun disamping itu, modul juga memiliki beberapa kekurangan dan keterbatasannya. Akan tetapi, jika digunakan dengan kondisi belajar yang sesuai modul terbukti dapat membantu mewujudkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh pengembang pembelajaran karena modul sudah teruji dan valid sebelum disebarluaskan.14 Berikut adalah manfaat belajar dengan menggunakan modul.15 a. Belajar mandiri. Pemelajar dapat mempelajari bahan berdasarkan kecepatan mereka masing-masing, melakukan tes secara mandiri. b. Paket yang lengkap. Keuntungan utama adalah bahwa modul merupakan paket pembelajaran yang terintegrasi. Tidak perlu 14 Sharon E Smaldino, dkk. op.cit., h. 215 15 Ibid., h. 215
  • 44. 32 menggunakan beberapa bahan belajar terpisah untuk memenuhi tujuan pembelajaran. c. Valid. Modul sudah teruji dan sudah di validasi sebelum disebarkan. Manfaat lainnya dari penggunaan modul juga disebutkan oleh Nasution sebagai berikut:16 a. Modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga siswa dapat mengetahui hasil belajarnya. b. Penguasaan tuntas, setiap siswa mendapat kesempatan untuk mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas. c. Modul disusun sedemikian rupa sehingga tujuannya jelas, spesifik dan dapat dicapai oleh siswa. Dengan tujuan yang jelas, usaha siswa teratah untuk mencapainya dengan segera. d. Pembelajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-langkah yang teratur akan menimbulkan motivasi yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya. e. Fleksibilitas, modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain kecepatan belajar dan cara belajar. 16 Nasution, op.cit., h. 206-207
  • 45. 33 f. Modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin rasa persaingan di kalangan siswa oleh sebab semua dapat mencapai hasil tertinggi. Dengan sendirinya lebih terbuka jalan ke arah kerjasama. g. Modul dengan sengaja memberi kesempatan untuk remedial, yakni memperbaiki kelemahan, kesalahan atau kekurangan siswa yang segera dapat ditemukan sendiri oleh siswa berdasarkan evaluasi yang diberikan secara kontinu. Sejalan dengan manfaat penggunaan modul yang disebutkan oleh Nasution, Prawiradilaga juga menambahkan beberapa manfaat modul:17 a. Modul dapat menyajikan isi/pengetahuan aspek kognitif dengan baik, seperti fakta, konsep, prinsip, prosedur, serta sebagian sikap. b. Dapat dibaca berulang kali tidak terbatas. c. Tidak dibatasi oleh waktu sehingga cukup kesempatan untuk melatih daya ingat dan menyerap materi. d. Dengan kreativitas, modul dapat ditampilkan dengan menarik sehingga menimbulkan motivasi bagi pembaca. 17 Dewi Salma Prawiradilaga, Modul Penulisan Modul Untuk Pelatihan Peneliti, (Jakarta: LIPI, 2006), h. 11-12
  • 46. 34 e. Jika dibandingkan dengan bahan ajar elektronik, modul dianggap lebih mudah disimpan, lebih murah dan dapat diproduksi lebih mudah dan cepat. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki modul, dapat dilihat bahwa modul memang cukup ideal digunakan sebagai media pembelajaran mandiri ataupun media pembelajaran jarak jauh. Disamping kelebihan yang telah disebutkan, modul juga memiliki beberapa keterbatasan, seperti yang diungkapkan oleh Prawiradilaga, sebagai berikut:18 a. Materi mengandung unsur verbalisme yang tinggi jika pesan tidak diimbangi dengan pesan visual secara memadai. b. Memerlukan konsentrasi yang tinggi dan kerja keras dalam menyerap materi bagi pembacanya. c. Penyajian bersifat statis, tidak dapat diubah. Kemungkinan bosan bisa saja timbul pada diri pembaca. d. Tidak semua ragam pengetahuan dapat dijabarkan melalui modul. Termasuk di dalamnya ragam pengetahuan interpersonal, motorik, metakognisi, dan sebagian dari sikap. e. Penyusunan modul ternyata lebih sulit jika dibandingkan dengan materi ajar elektronik. Menyederhanakan pembahasan atau uraian, 18 Ibid. h.12
  • 47. 35 menyusunnya secara runtut dan jelas memerlukan kepekaan khusus dari penulisnya. f. Bahan dasar kertas sangat rentan. Jika terkena air, modul menjadi basah dan bisa hancur. Selain itu, kertas ternyata sangat rentan terhadap debu, rayap, atau faktor perusak lain walau hal ini ditentukan juga oleh mutu kertas dan teknik penyimpanan. Pengembangan modul ini dapat digunakan untuk menyampaikan materi konsep dasar multimedia design atau yang kini dikenal dengan istilah new media secara kognitif, baik itu mengenai pemahaman konsep- konsepnya, maupun prosedur dasar pengembangannya dengan penyajian beberapa contoh. Setelah para pemelajar memahami konsep secara kognitif, maka akan lebih mudah untuk mereka mengembangkan konsep-konsep tersebut menjadi sebuah produk yang akan dikembangkan pada tahap selanjutnya. Modul yang akan dikemas dalam bentuk elektronik ini tentunya akan sangat mendukung penyajian materi pelajaran tersebut. Penyajian bersifat statis pada modul cetak dapat diubah menjadi lebih dinamis dan lebih interaktif dengan menggunakan format elektronik. Selain itu, unsur verbalisme yang terlalu tinggi pada modul cetak juga dapat dikurangi dengan menyajikan unsur visual dengan penggunaan video tutorial di dalam modul elektronik tersebut.
  • 48. 36 6. Prinsip Desain Pesan pada Modul Elektronik Modul merupakan media pembelajaran mandiri bagi peserta didik. Tentunya dengan sedikit mungkin bantuan dari pihak lain, peserta didik diharapkan mampu mempelajari modul dengan baik dan memahami pesan pembelajaran yang terkandung di dalamnya tanpa menemukan kesulitan dalam menginterpretasikan pesan yang dimuat. Untuk itu, penggunaan prinsip desain pesan dalam sebuah media pembelajaran mandiri seperti modul dirasa sangat diperlukan. Penerapan prinsip desain pesan dalam modul ini bertujuan untuk menghasilkan proses komunikasi yang baik antara pemelajar dengan modul sebagai pembawa pesan, oleh sebab itu sebuah modul harus didesain sebaik mungkin. Fleming dan Levie (1993) membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau simbol yang memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.19 Sementara itu, Grabowski mendefinisikan desain pesan sebagai perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan.20 Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat bahwa pesan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Pesan dalam sebuah materi pembelajaran bisa berupa fakta, konsep, prinsip ataupun prosedur. Untuk dapat menyajikan materi pelajaran dengan baik, maka diperlukan desain pesan yang baik pula. Jika terdapat 19 Barbara B. Seels dan Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya Terjemahan oleh Yusufhadi Miarso, dkk, (Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta), h. 34. 20 Ibid, h. 33.
  • 49. 37 kesalahan dalam menyampaikan pesan maka akan menimbulkan kekeliruan juga pada pemelajar yang menggunakan media tersebut. Sebagai sebuah media, modul memiliki dua aspek penting yang dapat menunjang tersampaikannya informasi/pesan pembelajaran kepada pemelajar. Aspek tersebut adalah aspek verbal dan aspek visual. Aspek verbal berkaitan dengan penggunaan huruf, penggunaan bahasa dan susunan kalimat yang membangun isi dari modul sedangkan aspek visual berkaitan dengan tampilan dari modul, termasuk di dalamnya penggunaan gambar atau ilustrasi yang dapat memperjelas aspek verbal. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai aspek verbal dan visual dalam modul, yang dapat diterapkan baik pada modul cetak maupun modul elektronik. a. Aspek Verbal Dalam kegiatan pembelajaran konvensional, aspek verbal seringkali kita temui melalui metode pembelajaran guru yang dominan dilakukan dengan ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran. Namun dalam modul, aspek verbal berkaitan dengan penggunaan bahasa dan tata kalimat yang disajikan dalam sebuah bentuk tulisan, yang digunakan sebagai sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan informasi/pesan kepada pemelajar. Penggunaan bahasa juga turut
  • 50. 38 mempengaruhi minat serta motivasi belajar pemelajar serta turut mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.21 Menurut Prawiradilaga, bahasa yang digunakan dalam menyusun modul sebaiknya meliputi kesederhanaan dan struktur kalimat yang tidak terlalu panjang atau beragam. Pengecualian dilakukan jika memang suatu uraian memerlukan pengenalan istilah baru kepada pemelajar karena materi yang dibahas mencakup konsep atau prinsip. Selain itu penggunaan interaksi semu dalam modul sangat diperlukan, agar pembaca tidak merasa sendiri dalam belajar. Interaksi semu dapat dikembangkan melalui sapaan dan isyarat belajar.22 Sitepu menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembelajar dalam penggunaan bahasa ketika menyampaikan materi, antara lain: 1) Kemampuan berbahasa pemelajar Kemampuan berbahasa berhubungan sangat erat dengan kemampuan berpikir dan menalar seseorang dan kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai unsur seperti tingkat intelegensi, usia, pengalaman dan lingkungan. Pertimbangkan penggunaan 21 B.P. Sitepu, op.cit., h. 98 22 Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 12-13.
  • 51. 39 bahasa berdasarkan karakteristik pemelajar yang akan dihadapi. 2) Kaidah-kaidah bahasa Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan bahasa ragam tulis termasuk tata kalimat, susunan kata dan ejaan. Modul sebagai salah satu bahan belajar mandiri, dalam penyusunannya perlu memperhatikan kaidah-kaidah bahasa tersebut agar pesan yang disampaikan dalam modul dapat dipahami oleh pemelajar. 3) Pilihan kata Di samping kalimat dan ejaan yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi, pilihan kata dapat mempermudah dan juga mempersulit komunikasi. Hendaknya dipergunakan pemilihan kata seumum mungkin, kata-kata yang akrab atau sudah dikenal baik oleh pemelajar. 4) Gaya bahasa Penggunaan gaya bahasa hendaknya dapat membantu pemahaman pemelajar mengenai konsep yang sedang dipelajari serta memotivasinya untuk belajar lebih lanjut. 5) Keterbacaan Keterbacaan dipengaruhi oleh pola dan struktur kalimat, penggunaan ejaan, dan pilihan kata. Tingkat keterbacaan
  • 52. 40 dilihat dari sejauh mana bahasa yang digunakan dalam menyampaikan materi sesuai dengan kemampuan membaca pemelajar sehingga dapat dipahami oleh pemelajar. Earl R. Misanchuk juga mengemukakan, dalam menulis bahan pembelajaran khususnya modul, perlu diperhatikan beberapa prinsip yang berkaitan dengan aspek verbal dalam modul, yaitu:23 1) Menggunakan kalimat pendek 2) Menghindari kalimat gabungan 3) Menghindari informasi yang berlebihan pada kalimat 4) Menggunakan kata ganti orang 5) Menggunakan kalimat aktif 6) Berbentuk poin-poin 7) Menggunakan contoh-contoh yang umum (sudah dikenal) 8) Menulis seperti akan berbicara 9) Menghindari kata-kata yang sulit dan tidak perlu 10) Meletakkan paragraf dan kalimat ke dalam urutan yang logis. Jadi, dapat disimpulkan, secara garis besar beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek verbal dalam penyusunan sebuah modul antara lain adalah: 1) Menggunakan bahasa yang sederhana, struktur kalimat aktif, tidak terlalu panjang dan komunikatif. 2) Menggunakan pemilihan kata yang tepat, gaya bahasa yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik serta menggunakan 23 Earl. R Misanchuk, Distance Education Strategies and Tools (Engle Cliffs New Jersey: Educational Technology Publications, 1994), p. 127
  • 53. 41 istilah-istilah dan contoh-contoh yang umum agar dimengerti pemelajar dari berbagai latar belakang yang berbeda. 3) Menghindari penggunaan kata/istilah dan kalimat yang sulit dimengerti, menggunakan kata ganti personal serta interaksi semu dalam bertutur terhadap pemelajar sehingga pemelajar merasa terlibat dalam komunikasi. b. Aspek Visual Bahan pelajaran, bagaimanapun bentuknya tidak terlepas dari aspek visual, hanya saja kadar visual setiap bahan pelajaran berbeda- beda. Visualisasi dalam bahan pelajaran digunakan untuk mengatasi verbalisme dalam menyajikan informasi. Penggunaan pesan verbal yang terlalu tinggi di dalam proses pembelajaran maupun di dalam bahan pelajaran dapat mengakibatkan mispersepsi antara pembelajar dengan pemelajar. Menurut Prawiradilaga, proses visualisasi adalah upaya untuk menyusun uraian dengan menggunakan gambar atau visual.24 Gambar atau visual yang digunakan dapat berupa foto, grafik, sketsa, skema, bagan, denah, peta atau ilustrasi. Ilustrasi dalam penyusunan bahan ajar dapat diartikan sebagai satu gambar yang bersifat 24 Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 41.
  • 54. 42 deskriptif untuk membantu memahami teks.25 Penggunaan visualisasi dimaksudkan untuk mempermudah penyerapan informasi ataupun membantu pembaca untuk memahami isi dari teks, jika gambar digunakan di dalam sebuah teks. Smaldino, dkk mengemukakan bahwa dalam proses belajar visual memiliki peranan untuk membuat ide yang abstrak menjadi konkrit, memotivasi pemelajar, mengulang informasi dalam format yang berbeda, mengingatkan pembelajaran sebelumnya, dan mempermudah dalam belajar.26 Smaldino juga menyebutkan, untuk tujuan informasi dan pembelajaran, desain visual yang baik paling tidak, dapat memenuhi empat tujuan dalam meningkatkan komunikasi, yaitu:27 1. Memastikan keterbacaan. 2. Mengurangi usaha pemelajar untuk menginterpretasikan pesan. 3. Meningkatkan keterlibatan aktif pemelajar dengan pesan. 4. Memberikan fokus pada bagian pesan yang paling penting. Dalam melakukan pemilihan terhadap penyajian elemen gambar atau teks, harus dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai tujuan yang harus dicapai dari penggunaan desain visual tersebut. Oleh karenanya, Smaldino mengelompokkan beberapa elemen tampilan 25 B.P. Sitepu, op.cit.,h. 101 26 Sharon E Smaldino, dkk, op. cit., h. 55 – 56. 27 Sharon E Smaldino, dkk, op.cit., h. 87
  • 55. 43 visual sebagai berikut sebagai bahan masukan bagi pembelajar dalam mengembangkan bahan pelajaran. 1) Elemen visual Jenis elemen visual yang dipilih untuk digunakan pada situasi tertentu bergantung pada tugas belajar. Simbol visual ini dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: Gambar 2.1 Perbedaan tingkat realitas unsur visual a) Realistic visual, adalah visual yang menggambarkan objek yang sebenarnya dari materi yang sedang dipelajari. Penggunaan warna yang realistis dalam sebuah objek visual dapat meningkatkan tingkat realitas dari sebuah objek.
  • 56. 44 b) Analogic visual, adalah visual yang digunakan untuk menyampaikan konsep atau topik tertentu dengan menampilkan sesuatu yang lain dan menarik kesamaan. c) Organizational visual, termasuk ke dalam kategori ini antara lain flowcharts, grafik, peta, skema, dan chart. Jenis visual ini berfungsi untuk menggambarkan hubungan antara konsep-konsep yang saling terintegrasi, mengorganisasikan konten yang bersifat struktural, dan sebagainya. Warna Penggunaan warna dalam modul memiliki berbagai fungsi, yaitu:28 i. Dampak psikologis: warna memberikan dampak tertentu. Warna sering kali memberi kesan tertentu seperti cerah, meriah, berani, menyolok mata atau berkesan redup. ii. Pemilah: warna dapat berarti sebaga pembagi, batas, atau pembeda dari satu konsep ke konsep lainnya. iii. Rincian: warna dapat menjelaskan atau merincikan hal- hal tertentu seperti tingkat kepentingan. Warna 28 Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 5.
  • 57. 45 menimbulkan perbedaan antara satu komponen lain atau satu benda dengan benda lain. Dengan demikian berfikir analisis dapat dikembangkan melalui penggunaan warna. iv. Hiasan: warna dapat memperindah penyajian visual sehingga pengguna menjadi lebih tertarik. Penggunaan skema warna yang tepat dalam desain tampilan dapat memberikan efek yang hebat. Warna-warna hangat dapat memberikan impresi psikologis tentang kehangatan, memberikan energi dan terkadang membangkitkan agresi. Palet warna ini sangat baik jika diterapkan di dalam sebuah game, akan menimbulkan impresi yang mendalam terhadap penggunanya. Namun, untuk tujuan pembelajaran, palet warna ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman kepada penggunanya. Hindari penggunaan palet warna ini pada bagian-bagian tertenru. Warna-warna dingin seperti hijau, biru, dan abu-abu ringan (light grey) biasanya sangat baik digunakan pada tampilan untuk menciptakan perasaan tenang/nyaman bagi penggunanya.29 29 Rob Philips, The Developer’s Handbook to Interactive Multimedia: A Practical Guide for Educational Applications, (London, Stirling, USA: Kogan Page, 1997) p. 84
  • 58. 46 Berikut adalah tabel kesesuaian penggunaan warna yang dapat diterapkan dalam sebuah tampilan.30 Tabel 2.3 Tabel kesesuaian penggunaan warna Background Suggested Colours Colors to Avoid Dark blue Yellow, pale orange, Bright oranges and reds, white, light blue black Dark green Soft pink, white Bright oranges and reds, black Pale yellow Medium to dark blue, White, warm colours, medium to dark violet, light shades of most black colours White Black, medium to dark Light shades of most shades of most colours colours, especially yellow 2) Elemen verbal (elemen teks) Kebanyakan tampilan terdiri dari informasi verbal yang melengkapi elemen visual. Untuk tujuan pembelajaran, penggunaan elemen verbal seperti teks juga harus diperhatikan seperti juga dalam menggunakan elemen visual dalam menyampaikan pesan, agar kedua elemen tersebut dapat mengkomunikasikan pesan dengan baik. Paling tidak, keterbacaan tulisan harus diperhatikan, khususnya dalam hal 30 Ibid, p. 85
  • 59. 47 penggunaan ukuran, spasi dan penggunaan jenis huruf yang konsisten di dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dari elemen verbal: a) Jenis huruf Jenis huruf yang digunakan dalam penulisan bahan pelajaran harus konsisten dan harmonis dengan elemen visual lainnya. Jenis huruf sans serif seperti Helvetica cocok digunakan untuk tampilan monitor sedangkan jenis huruf serif cocok digunakan untuk bahan pelajaran tercetak seperti handout. b) Jumlah jenis huruf Jumlah jenis huruf yang digunakan dalam tampilan bahan pelajaran sebaiknya tidak lebih dari dua jenis huruf yang berbeda, dan harus harmonis satu dengan lainnya. Penggunaan huruf dapat dilakukan dengan berbagai kombinasi seperti italic, underline dan bold untuk memberikan penekanan terhadap sesuatu. Sebaiknya jangan gunakan lebih dari 20-30 kata dengan jumlah maksimal 7-10 kata per baris.
  • 60. 48 c) Ukuran huruf Ukuran huruf dan penggunaan huruf kapital juga merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan. Penggunaan ukuran huruf dalam sebuah modul harus disesuaikan dengan usia pembaca atau sasaran modul. 31 Tabel 2.4 Ukuran huruf berdasarkan usia sekolah Usia Sekolah Ukuran Huruf Jenis Huruf Sekolah Dasar Kelas 1 16-24 pt Sans Serif Kelas 2 14-16 pt Sans Serif & Serif Kelas 3-4 12-14 pt Sans Serif & Serif Kelas 5-6 10-11 pt Sans Serif & Serif SMP dan SMA 10-11 pt Serif Selain itu, untuk keterbacaan yang baik gunakan huruf kecil, gunakan huruf kapital hanya sesuai kebutuhan. Judul singkat dapat dituliskan dengan menggunakan huruf kapital semua. Tetapi untuk frase yang lebih dari tiga kata dan kalimat lengkap sebaiknya menggunakan huruf kecil. 31 Sitepu, op.cit., h. 103.
  • 61. 49 d) Jarak spasi Jarak antar baris dalam sebuah bahan ajar cetak atau elektronik harus diperhatikan untuk memastikan tingkat keterbacaannya. Jika jarak antar baris terlalu dekat dapat membuat tulisan terlihat blur pada jarak tertentu, sedangkan jika terlalu jauh akan membuat kalimat seperti bukan dalam satu kesatuan dengan baris di atasnya. Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangkan bahan pelajaran mandiri seperti modul, perlu diperhatikan berbagai aspek verbal dan aspek visualnya. Pemilihan gaya penulisan, penggunaan bahasa, serta berbagai aspek yang terlihat secara visual, seperti pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, pemilihan warna dan lainnya harus dilakukan dengan hati-hati agar modul yang dikembangkan mampu menarik perhatian dan minat pemelajar untuk mempelajari, serta untuk memastikan bahwa keterbacaan modul tersebut dapat membatu pemelajar memperoleh informasi atau pesan dari materi yang disampaikan dalam modul sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.
  • 62. 50 7. Pembelajaran Tidak Langsung (Asynchronous Learning) dengan Modul Elektronik Pembelajaran dengan menggunakan e-learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan bantuan perangkat komputer atau perangkat elektronika dalam melakukan kegiatan belajarnya. Baik itu secara online dengan menggunakan teknlogi internet dan perangkat telekomunikasi (web based training) ataupun secara offline dengan menggunakan program pembelajaran berbantuan komputer yang terprogram (technology based training) seperti kaset audio pembelajaran, video pembelajaran, CAI, CBT dan sebagainya. Dalam pembelajaran dengan menggunakan e-learning ini, terdapat tiga strategi dalam penyampaian bahan pembelajaran yang dapat diterapkan, diantaranya asynchronous learning, synchronous learning dan blended learning. Semuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran mandiri maupun dikombinasikan dengan sistem pembelajaran konvensional. Pembelajaran tidak langsung (asynchronous e-learning) merupakan model pembelajaran mandiri yang memanfaatkan sumber belajar secara online dalam memperoleh informasi di mana pengajar dan siswa biasanya tidak terikat dalam satu waktu dan ruang yang sama.32 Hal ini berarti tidak terdapat instruktur atau pengajar untuk menjawab pertanyaan atau permasalahan pemelajar secara langsung, dan pemelajar dapat belajar 32 Saul Carliner and Patti Shank, The E-Learning Handbook: Past Promises, Present Challenges, (San Fransisco: Pfeiffer Publishing, 2008), p. 341.
  • 63. 51 kapan saja sesuai dengan kebutuhan mereka, begitulah keuntungan dari pembelajaran asynchronous ini.33 Dalam bahan belajar tidak langsung (asynchronous e-learning materials), materi yang disajikan bisa berupa pembelajaran utama, seperti tutorial, beberapa berupa informasi, seperti referensi online, dan beberapa berupa petunjuk kerja atau tugas untuk pemelajar. Keuntungan dengan menerapkan strategi pembelajaran tidak langsung ini adalah asynchronous learning sangat memungkinkan pembelajaran individu secara mandiri. Pemelajar dapat mempelajari materi sendiri, mengulang sesi, maupun mengulang pembelajaran secara keseluruhan. Pemelajar dapat memanfaatkan fasilitas remediasi, kosa kata istilah, dan sebagainya yang semua itu tergantung pada desain sistem pembelajaran itu sendiri. Asynchronous e-learning dapat menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan bagi para pemelajar dengan kondisi heterogenitas yang tinggi atau berbeda level pengetahuan terhadap materi yang harus dipelajari. Metode ini juga menyediakan opsi pengayaan atau latihan individu yang dapat mendorong pemelajar untuk memahami materi dengan cepat dan akurat. Keuntungan yang ditawarkan pada strategi pembelajaran tidak langsung atau asynchronous ini sejalan dengan karakteristik yang ditawarkan 33 nd George M, Piskurich, Rapid Instructional Design: Learning ID Fast and Right, 2 edition, (San Fransisco: Pfeiffer Publishing, 2006), p. 306
  • 64. 52 dari sebuah modul. Dengan demikian, modul yang dikemas dalam format elektronik ini merupakan bentuk pengembangan dari strategi penyajian bahan ajar secara tidak langsung (asynchronous) di dalam lingkungan belajar mandiri dengan memanfaatkan e-learning. Model pembelajaran dengan menggunakan modul elektronik ini dirasa cukup sesuai jika diterapkan kepada pemelajar yang telah memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, salah satunya adalah mahasiswa. Namun, tidak terlepas dari keuntungan yang ada, bagi pemelajar dengan tingkat tanggung jawab terhadap diri sendiri yang masih rendah, tentunya akan menyulitkan mereka dalam memotivasi diri untuk belajar mandiri. 8. Prinsip Mengembangkan Materi Dalam Lingkungan Belajar Tidak Langsung (Asynchronous Learning) Dalam mengembangkan bahan belajar mandiri atau yang bersifat tidak langsung (asynchronous), di mana pemelajar tidak dapat menanyakan secara langsung kesulitan atau masalah kepada pengajar, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat merancang dan mengembangkan materi dalam lingkungan pembelajaran asynchronous e- learning tersebut.
  • 65. 53 a. Aktivitas dan Interaksi dalam Program Salah satu aspek terpenting dalam membuat materi di dalam program asynchronous e-learning adalah mengenai penyusunan aktivitas dan interaksi yang dapat dilakukan pemelajar di dalam program tersebut. Interaksi dalam program diartikan sebagai berbagai cara kreatif yang dapat kita kembangkan untuk melibatkan partisipasi pemelajar di dalam program, bukan hanya sekedar “klik” untuk berpindah ke suatu halaman, dan halaman lainnya. Sedangkan aktivitas dalam program bisa dilakukan semudah seperti penggunaan metode penceritaan (storytelling) untuk menyajikan informasi/materi. Bisa juga menyajikan aktivitas yang lebih rumit yaitu dengan memberikan skenario bercabang dalam pengambilan suatu keputusan. Dalam artian, setiap keputusan yang ditempuh oleh pemelajar akan memiliki konsekuensi dan kesimpulan tersendiri, bergantung pada keputusan mana yang dipilihnya. Berikut ini merupakan beberapa saran tambahan yang mungkin dapat diterapkan dalam aktivitas dan interaksi pada asynchronous e-learning program, diantaranya adalah:34 tampilkan pemelajar dengan beberapa contoh pekerjaan, skenario simulasi dan 34 Ibid.,p. 329-330
  • 66. 54 beberapa halaman buku yang dipindai. Gunakan video demonstrasi untuk menunjukkan suatu proses, gunakan juga beberapa permainan, seperti; jigsaw puzzles, crosswords, game shows, web treasure hunts, interactive calculators jika memungkinkan. Perintahkan pemelajar untuk mengunjungi beberapa halaman web yang sudah disediakan untuk melakukan riset dan observasi. Ciptakan program pembelajaran komputer berbasis peran (role- play) yang memungkinkan pemelajar memainkan sebuah peranan yang mengambil keputusan terhadap suatu hal dengan menjawab pertanyaan atau memilih sesuatu. Mulai setiap program dengan dialog yang membangun materi, ciptakan suasana kompetisi bagi siswa dengan menggunakan sistem skor (scoring system) pada bagian evaluasi. Buat avatar yang merepresentasikan profil pengajar, pemelajar atau penyaji informasi dalam program. Gunakan tipe interaksi berupa “klik” hanya untuk pilihan ganda, interaksi drag-and-drop untuk menjelaskan proses sequence, serta interaksi text-entry untuk memberikan feedback atau umpan balik. Serta usahakan agar keseluruhan sesi program tidak lebih dari 45 menit, sudah termasuk berbagai aktivitas pembelajaran di dalamnya.