Modul elektronik dikembangkan sebagai sumber belajar untuk mata kuliah Multimedia Design di International Design School. Modul ini dirancang menggunakan model pengembangan instruksional dan produk interaktif untuk mendukung pembelajaran mandiri siswa. Modul dievaluasi oleh ahli dan uji coba oleh siswa, menghasilkan skor baik. Produk direvisi berdasarkan masukan untuk meningkatkan kualitasnya sebagai sumber belajar.
1. PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK SEBAGAI
SUMBER BELAJAR UNTUK
MATA KULIAH MULTIMEDIA DESIGN
ANANDA GUNADHARMA
1215051060
Teknologi Pendidikan
Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
2. “For my Mom,
thanks for everything you’ve done for me”
Anak Belajar dari Kehidupannya
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mengasihi
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar
kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh
kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan
kasih dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar damai dengan
pikiran
-Dorothy Law Nolte
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,
bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.”
(Pengk. 3: 11)
iv
3. ABSTRAK
ANANDA GUNADHARMA. Pengembangan Modul Elektronik Sebagai
Sumber Belajar untuk Mata Kuliah Multimedia Design. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2011.
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah
prototipe media pembelajaran berbentuk modul elektronik sebagai sumber
belajar dalam mata kuliah Multimedia Design I di Internasional Design
School (IDS), Jakarta. Penelitian ini dilakukan karena perkembangan
industri kreatif, terlebih dalam hal digital media yang sangat pesat. Di
mana industri memerlukan banyak sumber daya kreatif yang belum
mampu didukung oleh IDS sebagai penghasil institusi pendidikan
penghasil insan kreatif. Adanya berbagai hambatan, salah satunya adalah
belum terdapatnya sumber belajar pendukung mata kuliah terkait
merupakan salah satu faktor dilakukannya penelitian pengembangan ini.
Pengembangan produk pembelajaran berupa modul elektronik ini
mengacu pada model pengembangan instruksional Dynamic Instructional
Design Model dan model pengembangan produk Interactive Multimedia
Development Model (The IMM Development Model). Kedua model
pengembangan ini digunakan untuk saling menguatkan dan melengkapi,
baik dari segi pembelajaran maupun segi desain produk secara
keseluruhan. Produk dievaluasi secara formatif dengan melibatkan tiga
orang ahli, yaitu ahli materi, ahli media dan ahli desain instruksional
dengan hasil rata-rata dari ahli sebesar 3,14 termasuk dalam kategori baik
dalam skala 4. Evaluasi formatif juga dilakukan kepada calon pengguna,
yaitu tiga orang pada tahap uji coba one-to-one dan lima orang siswa
pada tahap small group, dengan hasil rata-rata 3,15 termasuk dalam
kategori baik berdasarkan skala 4.
Produk telah melalui tahap revisi dan penyesuaian beberapa kali,
berdasarkan masukan-masukan yang di dapat selama proses
pengembangan. Secara umum, produk pembelajaran modul elektronik ini
dapat dikatakan baik dan sesuai untuk digunakan sebagai bahan belajar
mandiri bagi siswa di IDS, dan siswa DKV lainnya yang tertarik dengan
materi pengantar online advertising.
v
4. ABSTRACT
Ananda Gunadharma. Electronic Module (e-Module) Development as a
Learning Resource for Multimedia Design. Script. Jakarta: Faculty of
Education, State University of Jakarta, 2011.
This research & development purposes to produce a prototype learning
media in form of electronic module (e-module) as learning resource in
Multimedia Design I at International Design School, Jakarta. This research
has done because of rapid growth of creative industries, especially in digital
media, where the industries need a lot of creative resource to participate in.
But, IDS as educational institution which well-known as produce so many
talented and creative people haven't been able to contribute more resource in
this category yet. There're various obstacles, one of them is lack of learning
resource related, which support this subject. This condition gone worst when
the instructor became lack of time because of their business outside the
school to support any make up class for student. This is one of the reasons
why the researcher wants to doing any development process to support the
learning.
This development research in form of e-module refers to Dynamic
Instructional Design Model as instructional development model and The IMM
Development Model as the guidance of the whole product development
process. Both of them used to reinforce and complement each other, in terms
of learning design process as well as the product design overall. The Product
is evaluated formatively by involving three experts, which are subject-matter
expert, media expert and instructional designer expert. At this step of expert's
review, the product gain average point 3.14 from scale of 4, which means to
good category. The formative evaluation also carried out to our prospective
users, which are IDS' student. This evaluation engaged three persons on the
one-to-one evaluation, and five students on small group evaluation. At this
end-user's review, the product gain average score 3.17 from scale 4, which
means as good category as expert's review before.
This product has been through stages of revision and adjustment several
times, based on inputs and comments collected during the development
process. Generally, this e-module is good and suitable used as individual
learning resources for IDSʼs college student, and also another DKVʼs students
who interested in the introductory online advertising material (subject).
vi
5. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, terselesaikannya skripsi ini bukan
semata-mata hasil kerja penulis sendiri, namun juga berkat dukungan
dari berbagai pihak, khususnya kedua pembimbing yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan rasa terimakasih kepada:
Bapak Dr. Karnadi, M.Si dan Ibu Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd
selaku Dekan dan Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu
Pendidikan, Ibu Dra. Dewi S. Prawiradilaga M.Sc.Ed. dan Ibu Dra.
Eveline Siregar, M.Pd selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan
Teknologi Pendidikan, Ibu R.A. Murti Kusuma Wirasti, M.Si dan Bapak
Drs. Khaerudin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan II penulis.
Terimakasih karena Ibu dan Bapak telah bersedia membimbing,
meluangkan sedikit waktunya untuk memberikan masukan-masukan dan
mengarahkan penulis dengan sangat baik dalam menyusun skripsi ini.
Bapak Dr. Robinson Situmorang yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk mereview produk yang penulis kembangkan. Tidak lupa
juga penulis ucapakan terimakasih untuk Bapak R.A. Hirmana
Wargahadibrata, M.Sc.Ed. selaku Dosen Pembimbing Akademis penulis
selama penulis mengenyam pendidikan di Universitas ini. Untuk Ibu Asih,
Ibu Santi, Mba Diana dan seluruh staff jurusan, terimakasih karena telah
memberikan banyak kemudahan selama penulis menjadi mahasiswa di
sana dan selama penulis menyusun skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak International
Design School (IDS), khususnya Mas Arianto Bigman, Ibu Suryaningsih,
vii
6. Mas Rully dan Mas Zayn Hamdan yang telah memberikan izin,
membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis terutama dalam
melakukan penelitian ini di sana.
Tidak lupa juga untuk Mama atas segalanya yang pernah diberikan
kepada anaknya, kasih sayang dan do’a yang tulus ikhlas. Untuk Om,
yang pernah mengisi kehidupan ini dengan penuh arti dan untuk Papa
yang pernah membuat saya terlahir di dunia ini, terimakasih atas
dukungan finansialnya beberapa saat selama saya kuliah.
Untuk teman-teman saya di Teknologi Pendidikan, terutama
angkatan 2005 yang kebanyakan sudah lebih dulu memulai lembaran
baru di luar kampus, terimakasih sudah menjadi teman dan mengisi hari-
hari penulis selama kita jadi mahasiswa di kampus ini dan untuk teman
seperjuangan yang berjuang bersama melewati waktu menyelesaikan
skripsi ini, serta untuk yang baru mulai menulis skripsinya, ayo cepat
selesaikan. Juga untuk Astri Windy Octavia, thanks for filling my life from
the first i stepped on this university until i stepped out from this phase,
and forced me to be better person time by time. Thanks for always
besides and support me whatever my condition, in my sadness or
happiness, good or bad, sucks or well-done, everthing...you’ll never be
replaced whatever happen in the future. Dan juga untuk semua pihak
yang tidak bisa disebutkan satu per satu, semoga kebaikan kalian dapat
dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Jakarta, Januari 2011
AG
viii
7. DAFTAR ISI
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING & PANITIA UJIAN S1 ........ ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Analisis Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................... 9
C. Pembatasan Masalah .................................................... 10
D. Perumusan Masalah ..................................................... 10
E. Kegunaan Hasil Pengembangan ................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Modul Elektronik................................................ 13
1. Pengertian Modul ................................................... 14
2. Pengertian Modul Elektronik ................................... 16
3. Karakteristik Modul Elektronik................................. 21
4. Komponen-komponen Modul Elektronik ................. 26
5. Kelebihan dan Keterbatasan Modul Elektronik ....... 31
6. Prinsip Desain Pesan pada Modul Elektronik ......... 36
7. Pembelajaran Tidak Langsung dengan Modul
Elektronik ................................................................ 50
ix
8. 8. Prinsip Mengembangkan Materi dalam
Lingkungan Belajar Tidak Langsung....................... 52
B. Hakikat Sumber Belajar.................................................. 59
1. Pengertian Sumber Belajar ..................................... 59
2. Manfaat Sumber Belajar ......................................... 62
3. Jenis-jenis Sumber Belajar ..................................... 63
4. Modul Elektronik sebagai Media Pembelajaran
Terpadu................................................................... 67
5. Multimedia Interaktif ................................................ 71
6. Format Penyajian Bahan Belajar Elektronik ........... 75
C. Pengembangan Modul Elektronik .................................. 78
1. Pengertian Pengembangan .................................... 78
2. Model Pengembangan Produk Pembelajaran ........ 80
3. Model Pengembangan Modul Elektronik ................ 89
D. Hakikat Multimedia Design sebagai Mata Kuliah .......... 94
1. Deskripsi Mata Kuliah Multimedia Design............... 94
2. Tujuan Pembelajaran Mata Kuliah Multimedia
Design ..................................................................... 95
3. Konsep Ekonomi Kreatif serta Definisi Industri
Kreatif beserta Klasifikasinya .................................. 96
4. Aplikasi Multimedia Design dalam Beberapa Sub
Sektor Industri Kreatif.............................................. 98
BAB III STRATEGI DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN
A. Strategi Pengembangan ............................................... 100
1. Tujuan....................................................................... 100
2. Metode Pengembangan ........................................... 100
3. Responden ............................................................... 102
x
9. 4. Instrumen.................................................................. 102
B. Prosedur Pengembangan ............................................. 103
1. Startup/Permulaan.................................................... 103
2. Desain ...................................................................... 104
3. Pengembangan ........................................................ 116
4. Evaluasi .................................................................... 119
5. Implementasi ............................................................ 121
C. Teknik Evaluasi ............................................................. 121
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN
A. Nama Produk ................................................................. 125
B. Karakteristik Produk ....................................................... 125
1. Spesifikasi Sistem .................................................. 125
2. Kelebihan Program ................................................. 126
3. Kekurangan Program .............................................. 128
4. Keterbatasan Pengembangan ................................ 128
C. Prosedur Pemanfaatan .................................................. 129
D. Hasil Uji Coba................................................................. 133
E. Revisi.............................................................................. 138
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 143
B. Implikasi ........................................................................ 143
C. Saran ............................................................................. 147
DAFTAR PUSTAKA 149
LAMPIRAN-LAMPIRAN 153
xi
10. DAFTAR TABEL
Tabel
2. 1 Perbandingan antara modul elektronik dengan modul cetak ... 19
2. 2 Perbandingan bahan belajar konvensional dengan mandiri .... 24
2. 3 Kesesuaian penggunaan warna .............................................. 46
2. 4 Ukuran huruf berdasarkan usia sekolah ................................. 48
3. 1 Tujuan pembelajaran program ................................................. 110
4. 1 Hasil rekapitulasi review ahli .................................................... 133
4. 2 Hasil revisi uji coba ahli............................................................ 138
4. 3 Hasil revisi uji coba pengguna ................................................. 141
xii
11. DAFTAR GAMBAR
Gambar
2. 1 Perbedaan tingkat realitas unsur visual .................................... 43
2. 2 Kerucut pengalaman Edgar Dale .............................................. 60
2. 3 Model Instruksional Seels and Glasgow .................................. 81
2. 4 CAI Design Model .................................................................... 83
2. 5 The IMM development model ................................................... 85
2. 6 Model pengembangan instruksional DID .................................. 90
3. 1 The IMM development model ................................................... 101
3. 2 Model pengembangan instruksional DID .................................. 106
xiii
12. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Silabus mata kuliah multimedia design 1 IDS ............................... 154
2. Dynamic Instructional Design Model Result ................................. 158
3 Flowchart program modul elektronik ........................................... 167
4 Layout dan tampilan modul elektronik (storyboard) ..................... 168
5 Kisi-kisi instrumen uji coba untuk ahli .......................................... 180
6 Kisi-kisi instrumen uji coba untuk pengguna ................................. 182
7 Instrumen uji coba modul elektronik untuk ahli materi .................. 184
8 Instrumen uji coba modul elektronik untuk ahli media .................. 186
9 Instrumen uji coba modul elektronik untuk ahli disnal................... 189
10 Instrumen uji coba modul elektronik untuk pengguna................... 192
11 Rekapitulasi hasil uji coba ahli ...................................................... 196
11 Rekapitulasi hasil uji coba pengguna............................................ 199
12 Surat keterangan penelitian IDS ................................................... 202
Daftar Riwayat Hidup 203
xiv
13. BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental dalam
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan
pembangunan bangsa. Kebutuhan untuk memperoleh pendidikan dalam
berbagai bidang memunculkan banyak lembaga pendidikan, baik itu
lembaga formal, maupun non formal, tak terkecuali dalam bidang kreatif,
khususnya Desain Komunikasi Visual (DKV). Adanya lembaga pendidikan
harus diseimbangkan dengan adanya peningkatan kualitas pendidikan.
Maka akan menjadi tanggung jawab besar sebuah institusi pendidikan
dalam memasuki era globalisasi dan komunikasi digital adalah dengan
mempersiapkan para peserta didik yang berkualitas untuk menghadapi
berbagai tantangan yang ada di dalam masyarakat setelah mereka
menyelesaikan masa studinya.
IDS sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bergerak dalam
bidang komunikasi visual mempersiapkan para lulusannya untuk memiliki
berbagai portofio yang berkualitas dan dapat diterima industri. Dengan
kondisi demikian, seorang lulusan DKV harus mempunyai kompetensi
dalam mengemas konsep komunikasi ke dalam bentuk visual yang kreatif
serta ke dalam berbagai format media, baik itu cetak maupun non cetak
1
14. 2
(audio, video, multimedia, web, rich media/new media, dsb) untuk
menjawab berbagai kebutuhan klien. Untuk itu, peserta didik dibekali
dengan berbagai mata kuliah, baik itu dalam mengembangkan konsep
komunikasi visual pada media cetak, maupun pada media digital.
Salah satu mata kuliah yang membekali peserta didik dalam konsep
komunikasi digital adalah multimedia design. Mata kuliah ini mempelajari
program aplikasi komputer dalam perancangan dan pengembangan digital
content/web/multimedia berserta konsep-konsep dasar yang melandasinya.
Mata kuliah ini bertujuan agar peserta didik pada akhirnya mampu
mengembangkan sebuah konsep komunikasi yang terintegrasi (teks, grafik,
foto, audio, video, animasi, games, dsb) dalam media baru (new media/rich
media) dari sebuah brand/produk kepada user atau konsumennya.
Tentunya, mata kuliah ini bukan merupakan mata kuliah yang mudah bagi
seorang pengajar/instruktur untuk menyampaikannya kepada peserta didik
dalam jangka waktu perkuliahan yang terbatas.
Banyaknya hambatan yang menjadi kendala atas kelancaran
kegiatan belajar. Di antaranya kelengkapan fasilitas belajar, minimnya
media dan sumber belajar yang digunakan, metode mengajar yang
digunakan, kesibukan pengajar, serta ketidakmandirian peserta didik dalam
mencari informasi pendukung merupakan beberapa faktor yang
menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
secara maksimal. Berbagai hambatan ini diakui oleh Head Program Design
15. 3
IDS sebagai akibat terhadap penurunan kreativitas peserta didik mereka
dalam mata kuliah ini.
Pengajar/instruktur merupakan satu-satunya sumber informasi bagi
peserta didik. Hal ini tidak jarang menimbulkan sikap tidak kreatif dan tidak
mandiri bagi peserta didik. Tidak jauh berbeda dengan peserta didik,
pengajar pun pada umumnya hanya memanfaatkan sumber belajar
seadanya. Kesibukan mereka di luar kegiatan belajar mengajar terkadang
menyulitkan mereka untuk mengembangkan bahan belajar mandiri bagi
peserta didik. Selain itu, padatnya materi yang harus disampaikan serta
sempitnya waktu perkuliahan terkadang mengakibatkan materi perkuliahan
tidak tersampaikan seluruhnya dengan baik.
Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, diperlukan
pengelolaan strategi pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran serta mencapai tujuan pembelajaran yang optimal dalam
mata kuliah ini. Teknologi Pendidikan mempunyai cara tersendiri untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan menciptakan interaksi
antara unsur-unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran. Seperti
diketahui bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu kondisi yang
sengaja diciptakan oleh instruktur atau perancang pembelajaran (meliputi
metode, sarana dan prasarana, materi, media dan sebagainya) agar
peserta didik difasilitasi dan dipermudah dalam mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
16. 4
Salah satu komponen yang mempengaruhi pembelajaran tersebut
antara lain adalah penggunaan media dan sumber belajar. Pemanfaatan
media seharusnya merupakan bagian yang mendapat perhatian
pembelajar dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Begitu pula bagi
pemelajar sebaiknya dilibatkan dalam memanfaatkan media dan teknologi
sebagai sumber belajar agar proses pembelajaran menjadi lebih kaya dan
dapat berhasil dengan baik.
Media dapat digunakan pada pembelajaran konvensional maupun
pembelajaran mandiri. Penggunaan media sebagai sumber belajar mandiri
dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik (pengayaan) selain
pengalaman belajar yang di dapat dari pembelajaran konvensional (tatap
muka). Selain itu, media sebagai sumber belajar mandiri juga dapat
mempersiapkan peserta didik sebelum memulai pokok bahasan tertentu di
dalam pertemuan kelas.
Terdapat ciri khusus pada media untuk pembelajaran mandiri yang
membedakannya dengan media pembelajaran konvensional. Media
pembelajaran mandiri harus memiliki sifat self-contained (memuat semua
yang dibutuhkan oleh pemelajar) dan self instruction (belajar secara
mandiri). Dengan ciri tersebut, media yang dipergunakan untuk
pembelajaran mandiri menyediakan hampir semua yang dibutuhkan
peserta didik, diantaranya tujuan pembelajaran, panduan penggunaan,
uraian materi, intisari, evaluasi dan umpan balik serta tindak lanjut. Dengan
17. 5
kelengkapan yang disajikan tersebut pemelajar diharapkan dapat belajar
dan memahami bahan pelajaran tanpa atau dengan sedikit mungkin
bantuan dari orang lain.
Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah modul.
Dengan berbagai ciri tersebut, dapat dikatakan bahwa modul merupakan
suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu
rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.
Dengan modul, peserta didik dapat mencapai taraf mastery (tuntas)
dengan belajar secara individual. Peserta didik tidak dapat melanjutkan ke
unit pelajaran berikutnya sebelum mencapai taraf belajar tuntas pada unit
sebelumnya.
Dalam hal penggunaan, modul dapat digunakan secara fleksibel.
Modul dapat memfasilitasi peserta didik dalam belajar mandiri ataupun
konvensional. Dengan menggunakan modul, peserta didik dapat
mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya sendiri. Modul juga
dapat dipelajari di mana saja, dapat digunakan dengan kondisi waktu yang
tidak terikat, juga dapat dilakukan secara tersendiri, small group, atau di
variasikan dengan metode lain. Adanya modul dapat menjadi salah satu
sumber belajar yang direncanakan (by design) bagi para peserta didik.
Akan tetapi, masih banyak modul yang dikembangkan tanpa
memperhatikan prosedur pengembangan bahan belajar mandiri, sehingga
18. 6
kualitasnya masih jauh dari standar. Kebanyakan modul yang dibuat masih
kurang memfasilitasi peserta didik dalam mempelajari materi yang ada
pada modul secara mandiri. Serta kondisi fisik modul yang kebanyakan
berbentuk cetak dengan jumlah halaman yang cukup tebal, penyajian
informasi yang terlalu terlalu verbal, serta biaya pencetakan yang tidak
sedikit, menyebabkan modul cetak menjadi kurang diminati.
Kemajuan teknologi informasi telah memungkinkan seorang
pengembang pembelajaran dalam mengubah penyajian bahan ajar, dalam
hal ini modul cetak, menjadi modul yang dikemas dalam format digital, atau
dikenal dengan istilah modul elektronik (e-modul). Istilah ini termasuk
dalam konsep pembelajaran elektronik atau e-learning. E-learning
merupakan suatu pengembangan teknologi dalam pembelajaran, yaitu
dengan memanfaatkan kemampuan komputer serta perangkat informasi
lainnya seperti multimedia dan internet. Bentuk pembelajaran ini
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi yang pesat. Pada
intinya, perkembangan e-learning tersebut mengarah pada kemudahan dan
kelengkapan, serta konsep umum penerapan dalam pembelajaran tetap
sama, yaitu memberikan penyajian informasi, yang lengkap, terstruktur dan
menarik.
Dengan modul elektronik, penyampaian materi yang berupa teknik
langkah-langkah atau prosedur dapat disajikan dengan menggunakan
simulasi video tutorial. Dengan begitu peserta didik dapat mengikuti materi
19. 7
yang disajikan dengan jelas, tanpa kebingungan karena petunjuk verbal
yang memungkinkan salah penafsiran dan sebagainya. Dalam kegiatan
belajar, sebaiknya peserta didik diajak untuk memanfaatkan semua alat
inderanya. Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan
dengar) akan memberikan keuntungan bagi peserta didik. Peserta didik
akan belajar lebih banyak pada situasi ini daripada ketika materi pelajaran
hanya disajikan dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus
dengar.
Kelebihan lain dari bentuk penyajian modul elektronik ini antara lain
adalah ukuran file yang relatif kecil, mudah dibawa hanya dengan
menggunakan USB flashdrive, dsb. Modul elektronik ini dapat digunakan
secara off-line maupun on-line tergantung pada kesiapan instansi
pendidikan maupun peserta didik sebagai pengguna secara langsung.
Peserta didik dapat mempelajari modul di mana saja dan kapan saja
asalkan terdapat komputer. Peserta didik dapat menelusuri materi yang
terdapat di dalam modul baik secara linear maupun non linear di dalam
program melalui link yang berupa navigasi untuk mengarahkan peserta
menuju informasi tertentu. Peserta didik juga dapat mengetahui ketuntasan
belajar masing-masing dengan mengikuti evaluasi yang telah disediakan
dalam program.
Berdasarkan rumusan penjelasan di atas, terlihat bahwa modul
elektronik memiliki potensi yang besar untuk digunakan dalam proses
20. 8
pembelajaran. Hal ini karena sifat modul yang dirancang khusus untuk
sarana belajar mandiri, ditambah lagi dengan beberapa keunggulan format
elektronik, yang memungkinkan untuk mengintegrasikan berbagai simulasi
video tutorial dalam penyajian materi teknis dan proses evaluasinya.
Selain itu modul elektronik ini juga dapat menyajikan informasi secara lebih
terstruktur, serta memiliki sistem navigasi yang dapat memudahkan peserta
didik menelusuri materi sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-
masing.
Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
sebuah prototipe media pembelajaran berupa modul elektronik (e-modul)
sebagai salah satu sumber belajar mandiri peserta didik di International
Design School khususnya dalam mempelajari multimedia design I.
Mengingat karakteristik dalam mata kuliah ini yang terdiri dari pengenalan
konsep-konsep serta sebagian praktik pengenalan dasar-dasar
penggunaan program untuk mengembangkan konsep-konsep yang ada,
maka tentunya pemilihan format media ini dirasa cukup sesuai. Integrasi
berbagai bentuk informasi, seperti teks, audio, video tutorial dan berbagai
navigasi lainnya yang mengarahkan peserta didik menelusuri informasi
baik di dalam maupun di luar dari program (modul) tentunya akan
memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Ditambah lagi dengan
penyajian materi yang berupa contoh kasus dan beberapa resources atau
21. 9
referensi-referensi lainnya yang diperlukan peserta didik untuk
memperkaya kreativitas mereka.
Dalam penelitian ini, fokus pengembangan terletak pada bentuk
penyajian bahan belajar mandiri yang di dalamnya terdapat pengelolaan
materi, pengelolaan tampilan, dan kontrol pemelajar. Dengan
dikembangkannya prototipe modul elektronik sebagai sumber belajar
mandiri dalam mempelajari mata kuliah Multimedia Design I di International
Design School, diharapkan orientasi pembelajaran tidak lagi teacher-
centered melainkan mengarah kepada sistem pembelajaran yang student-
centered. Serta dapat menunjang kompetensi lulusan yang mampu
mengembangkan sebuah konsep komunikasi visual dalam media digital.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, antara lain:
1. Materi perkuliahan seperti apa yang dapat disajikan dalam
bentuk modul elektronik?
2. Sejauh mana bahan ajar dalam bentuk modul elektronik dapat
meningkatkan hasil belajar?
3. Apakah bahan ajar berbentuk modul elektronik mampu
memperlancar proses belajar peserta didik?
22. 10
4. Dapatkan bahan ajar dalam bentuk modul elektronik mengubah
peranan dosen dalam proses belajar?
5. Bagaimanakah pengembangan modul elektronik yang
dibutuhkan sebagai salah satu sumber belajar mandiri yang
lengkap dan jelas?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan sejumlah permasalahan yang teridentifikasi, maka
dapat dilihat bahwa modul elektronik memiliki cakupan permasalahan yang
luas dalam pengembangannya. Agar penelitian ini menjadi lebih fokus,
maka penelitian ini dibatasi pada bagaimana pengembangan modul
elektronik yang dibutuhkan sebagai sumber belajar untuk mempelajari
mata kuliah multimedia design di International Design School?
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan modul
elektronik sebagai sumber belajar untuk mempelajari mata kuliah
Multimedia Design?”
23. 11
E. Kegunaan Hasil Pengembangan
1. Praktis
Secara praktis pengembangan ini bermanfaat dalam memberikan
sumbangan yang berarti kepada:
a. Peserta didik, khususnya peserta didik jurusan Digital Design
International Design School agar dapat memanfaatkan modul ini
sebagai salah satu sumber belajar mandiri dalam mempelajari
pengenalan online advertising dan beberapa hal teknis terkait
dengan banner advertisements yang diberikan pada mata kuliah
Multimedia Design 1.
b. Peserta didik Desain Komunikasi Visual lain, atau masyarakat umum
khususnya yang tertarik dengan materi mengenai
pengantar/pengenalan online advertising.
c. Dosen, agar dapat memanfaatkan bahan ajar ini sebagai media dan
sumber belajar siswa dalam mempelajari materi perkuliahan.
d. International Design School, agar dapat memberikan sumbangan
berupa pengembangan media pembelajaran dalam bentuk Modul
Elektronik yang bisa diintegrasikan dengan perkuliahan ataupun
dijadikan sumber referensi & sumber belajar mandiri bagi peserta
didik. Dan juga dapat dijadikan dasar bagi pengembangan-
pengembangan media pembelajaran lainnya.
24. 12
e. Peneliti lain, sebagai bahan referensi atau rujukan dalam
mengembangkan penelitian lebih lanjut agar produk yang dihasilkan
bisa lebih baik dari yang sudah dikembangkan peneliti saat ini.
2. Teoritis
Secara teoritis dengan adanya pengembangan modul elektronik ini
diharapkan dapat:
a. Menjelaskan penyajian bahan ajar sehingga lebih menarik dan
mudah digunakan sebagai salah satu sumber belajar mandiri
peserta didik.
b. Memprediksi agar pemelajar lebih tertarik dan berminat dalam
mempelajari bahan ajar serta mampu menambah kreativitas
peserta didik dalam berkarya.
25. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Di dalam BAB II ini dikaji sejumlah teori yang berkaitan dengan
pengembangan modul elektronik. Teori-teori tersebut dikemukakan untuk
menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengembangan
modul elektronik, seperti hakikat modul elektronik, hakikat modul elektronik
sebagai media dan sumber belajar, hakikat multimedia design serta
kaitannya dengan industri kreatif dan proses pengembangan modul elektronik
tersebut.
A. Hakikat Modul Elektronik
Modul merupakan salah satu media pembelajaran tertua. Meskipun
demikian, tidak berarti penggunaan modul dalam kegiatan pembelajaran saat
ini menjadi sebuah hal yang sangat kuno dan ketinggalan zaman. Modul
terbukti efektif digunakan sebagai alternatif bahan belajar mandiri maupun
bahan belajar konvensional. Modul yang disusun secara sistematis dengan
memperhatikan pengorganisasian materi pelajaran dapat digunakan sesuai
gaya dan kecepatan belajar masing-masing pengguna.
Dengan perkembangan teknologi informasi yang dapat diaplikasikan
dalam kegiatan pembelajaran, banyak cara yang dapat digunakan untuk
mengubah penyajian bahan belajar ke dalam format elektronik atau digital.
26. 14
Penyajian bahan belajar dalam bentuk elektronik ini tentunya akan menjadi
lebih menarik dan memberikan berbagai kemudahan. Keberadaan media
pembelajaran ini pada akhirnya dapat menunjang dan melengkapi peran guru
sebagai satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik.
1. Pengertian Modul
Modul merupakan salah satu jenis media pembelajaran berbentuk
cetak. Namun modul berbeda dengan bahan belajar cetak lainnya, seperti
buku teks atau hand out. Perbedaanya adalah terletak pada penyajian isi
materi di dalam modul itu sendiri yang dirancang khusus. Berikut adalah
beberapa definisi modul menurut para ahli.
Mulyasa mendefinisikan modul sebagai paket belajar mandiri yang
meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang
secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar.1
Sejalan dengan Mulyasa, Nasution juga mendefinisikan modul sebagai suatu
unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian
kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah
tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.2
1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2003).
h.43
2 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h.205
27. 15
Smaldino, dkk dalam Instructional Technology and Media for Learning
mendefinisikan an instructional module is any self-contained instructional unit
designed for use by a single learner or a small group of learners without
teacher’s presence.3 Berdasarkan pengertian dari Smaldino tersebut dapat
dijelaskan bahwa modul pembelajaran merupakan sebuah unit pembelajaran
yang lengkap yang dirancang khusus untuk pembelajaran yang digunakan
oleh siswa secara individu maupun kelompok kecil tanpa kehadiran guru.
Purwanto, dkk mendefinisikan modul sebagai bahan belajar yang
dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas
dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari
secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.4 Tujuan utama dari sebuah
modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di
sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan
secara optimal.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diuraikan para ahli di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan belajar yang
disiapkan secara khusus dan dirancang secara sistematis berdasarkan
kurikulum tertentu yang dikemas menjadi sebuah unit pembelajaran terkecil
yang dapat digunakan pemelajar secara mandiri untuk mencapai tujuan
3 Sharon E. Smaldino, Instructional Technology and Media for Learning, 9’th edition (New
Jersey: Pearson, Prentice Hall, 2008), p. 214
4
Purwanto, Aristo Rahadi, dan Suharto Lasmono, Pengembangan Modul (Jakarta:
PUSTEKKOM DEPDIKNAS, 2007), h. 9.
28. 16
pembelajaran tertentu yang telah ditetapkan. Modul harus mencakup semua
kebutuhan belajar bagi pemelajar, mulai dari petunjuk belajar, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, evaluasi, pembahasan, sampai umpan
balik.
2. Pengertian Modul Elektronik
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjelang akhir
abad ke 20 telah berangsur menggeser era Guttenberg dengan mesin
cetaknya dan menggantikannya dengan era digital. Informasi dan publikasi
yang semula hanya didokumentasikan dan disebarluaskan melalui lembaran-
lembaran kertas tercetak kini mulai menggunakan media elektronik sebagai
alternatif penggantinya. Dalam dunia pendidikan, pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi tersebut dalam pembelajaran dikenal dengan istilah
e-learning. E-learning merujuk pada pembelajaran dengan menggunakan
jasa perangkat elektronika.5
Salah satu bentuk penyajian bahan belajar dalam format digital atau
elektronik tersebut adalah e-book. Buku elektronik atau yang biasa dikenal
dengan istilah e-book ini merupakan tampilan informasi atau naskah dalam
format buku yang direkam secara elektronik dengan menggunakan hard disk,
disket, CD, atau flash disk dan dapat dibuka dan dibaca dengan
5
Soekartawi, Prinsip Dasar E-Learning dan Aplikasinya di Indonesia, (Jurnal teknodik Edisi
No. 12/VII/Oktober/2003), h. 3.
29. 17
menggunakan komputer atau alat pembaca buku elektronik (e-book viewer
atau e-book reader).6
Definisi lain menjelaskan bahwa, electronic book is a portable
hardware and software system that can display large quantities of readable
textual information to the user, and lets the user navigate through this
information.7 Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa buku elektronik
merupakan sebuah perangkat keras portabel dan sistem perangkat lunak
yang dapat menampilkan informasi berupa teks dalam jumlah besar kepada
pengguna, dan memungkinkan pengguna untuk menelusuri informasi yang
terdapat di dalamnya.
Perkembangan teknologi e-book ini mendorong terjadinya perpaduan
antara teknologi cetak dengan teknologi komputer dalam kegiatan
pembelajaran. Berbagai media pembelajaran cetak, salah satunya modul,
dapat ditransformasikan penyajiannya ke dalam bentuk elektronik, sehingga
melahirkan istilah modul elektronik atau yang dikenal dengan istilah e-
module. Tidak ada definisi pasti mengenai modul elektronik sampai sejauh
ini. Dengan mengacu pada berbagai istilah yang berhubungan tersebut dapat
diidentifikasi bahwa modul elektronik merupakan penggabungan istilah modul
dalam bentuk bahan belajar elektronik (e-book). Dengan demikian, modul
elektronik dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk penyajian bahan belajar
6
B.P. Sitepu, Penyusunan Buku Pelajaran, (Jakarta: Verbum Publishing, 2006), h. 142.
7
Jan O. Borchers, Electronic Books: Definition, Genres, Interaction Design Patterns, (Austria:
Linz University, 1999), p. 1.
30. 18
mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran terkecil
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang disajikan dalam format
elektronik, di mana setiap kegiatan pembelajaran di dalamnya dihubungkan
dengan link-link sebagai navigasi yang membuat peserta didik menjadi lebih
interaktif dengan program, dilengkapi dengan penyajian video tutorial,
animasi dan audio untuk memperkaya pengalaman belajar.
Berdasarkan pengertian mengenai modul dan modul elektronik
tersebut, terlihat bahwa tidak ada perbedaan prinsip pengembangan antara
modul konvensional (cetak) dengan modul elektronik. Perbedaan hanya
terdapat pada format penyajian secara fisik saja, sedangkan komponen-
komponen penyusun modul tersebut tidak memiliki perbedaan. Modul
elektronik mengadaptasi komponen-komponen yang terdapat di dalam modul
cetak pada umumnya. Perbedaan hanya pada penyajian fisik modul
elektronik yang membutuhkan perangkat komputer untuk menggunakannya.
Berikut ini merupakan tabel perbandingan yang akan membedakan
antara modul cetak dengan modul elektronik dari segi penyajian fisiknya.
31. 19
Tabel 2.1
8
Perbandingan antara Modul Elektronik dengan Modul Cetak
Modul Elektronik Modul Cetak
Ditampilkan dengan menggunakan Tampilannya berupa kumpulan kertas
monitor atau layar komputer. yang berisi informasi tercetak, dijilid
dan diberi cover.
Lebih praktis untuk dibawa kemana- Jika semakin banyak jumlah
mana, tidak peduli berapa banyak halamannya maka akan semakin
modul yang disimpan dan dibawa tebal dan semakin besar pula
tidak akan memberatkan kita dalam ukurannya, serta semakin berat. Hal
membawanya ini akan merepotkan kita dalam
membawanya.
Menggunakan CD, USB Flashdisk, Tidak menggunakan CD atau memori
atau memori card sebagai medium card sebagai medium penyimpanan
penyimpanan datanya. datanya.
Biaya produksinya lebih murah Biaya produksinya jauh lebih mahal,
dibandingkan dengan modul cetak. terlebih lagi jika menggunakan
Tidak diperlukan biaya tambahan banyak warna. Begitu juga dengan
untuk memperbanyaknya, hanya biaya untuk memperbanyak dan
dengan copy antara user satu menyebarluaskannya (distribusi),
dengan lainnya. Pengiriman atau diperlukan biaya tambahan
proses distribusi pun bisa dilakukan
dengan menggunakan e-mail
Menggunakan sumber daya berupa Cukup paktis, tidak membutuhkan
tenaga listrik dan komputer atau sumber daya khusus untuk
notebook untuk mengoperasikannya. menggunakanya.
8
Modifikasi dari: Ardhi Saputro, Pengembangan Modul Elektronik Untuk Mata Kuliah Dasar-
Dasar Fotografi, Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan-Universitas Negeri
Jakarta, 2009. h. 55-56
32. 20
Tahan lama dan tidak lapuk dimakan Daya tahan kertas terbatas oleh
waktu. waktu, semakin lama warna kertas
akan memudar dan lapuk, selain itu
juga kertas dapat dimakan rayap dan
mudah sobek.
Naskahnya dapat disusun secara Naskahnya hanya dapat disusun
linear maupun non linear. secara linear.
Dapat dilengkapi dengan audio dan Tidak dapat dilengkapi dengan audio
video dalam satu bundle dan video dalam satu bundle
penyajiannya penyajiannya. Hanya dapat
dilengkapi dengan ilustrasi dalam
penyajiannya. Jika ditambah dengan
video terpisah akan menjadi paket
pembelajaran, bukan lagi hanya
sekedar modul.
Pada tiap kegiatan belajar dapat Tidak dapat diberkan password,
diberikan kata kunci atau password peserta didik bebas mempelajari
yang berguna untuk mengunci setiap kegiatan belajar. Sehingga
kegiatan belajar. Peserta didik harus terdapat sedikit kelemahan dalam
menguasai satu kegiatan belajar kontrol jenjang kompetensi yang
sebelum melanjutkan ke kegiatan harus diperoleh pemelajar.
belajar selanjutnya. Dengan demikian
peserta didik dapat menuntaskan
kegiatan belajar secara berjenjang.
33. 21
3. Karakteristik Modul Elektronik
Adapun modul sebagai media pembelajaran mandiri memiliki berbagai
ciri. Karakteristik yang dimiliki modul cetak tersebut kemudian dapat
diadaptasikan ke dalam modul elektronik, berikut merupakan beberapa ciri
modul elektronik yang diadaptasi dari modul cetak:9
a. Belajar Mandiri (Self-instruction)
Modul disusun sedemikian rupa sehingga pemelajar dapat
memahaminya tanpa atau sesedikit mungkin bantuan dari orang
lain. Untuk memenuhi prinsip tersebut, maka modul harus:
1) Terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan
umum maupun tujuan khusus.
2) Materi pelajaran dikemas ke dalam unit-unit terkecil atau
spesifik sehingga memudahkan siswa belajar secara tuntas.
3) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pemaparan materi pembelajaran.
4) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memungkinkan siswa memberikan respon dan mengukur
penguasaannya.
5) Kontekstual, yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan
suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa.
6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
8) Terdapat instrumen penilaian. yang memungkinkan siswa
melakukan “self assesment”.
9) Terdapat instrumen yang digunakan siswa untuk mengukur atau
mengevaluasi tingkat penguasaan materi diri sendiri.
10) Tersedia informasi tentang rujukan atau pengayaan atau
referensi yang mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.
9
Sitepu, op.cit., h. 109
34. 22
b. Utuh (Self-contained)
Yang dimaksud dengan self-contained yaitu, seluruh materi
pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang
dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari
prinsip ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi
dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan
pembagian, atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus
dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan
kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.
c. Berdiri sendiri (Stand alone)
Stand alone atau berdiri sendiri berarti modul yang dikembangkan
tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan
bersama-sama dengan media lain. Dalam menggunakan modul,
siswa tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain
untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul
tersebut. Walaupun demikian, jika dikehendaki siswa dapat juga
menggunakan sumber belajar lain sebagai bahan pengayaan.
d. Dapat disesuaikan (Adaptif)
Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika media
tesebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
35. 23
teknologi dalam kurun waktu tertentu (up to date) serta fleksibel
digunakan.
e. Akrab dengan pemakainya (User friendly)
Modul hendaknya mudah digunakan. Media yang digunakan
mudah dioperasikan, instruksi yang disampaikan mudah dimengerti
dan mudah ditanggapi oleh pemelajar. Bahasa yang digunakan
bersifat umum, sederhana dan mudah dimengerti oleh pemelajar.
Media, penyajian bahan pelajaran, dan bahasa yang digunakan
membuat pemelajar merasa akrab dengan modul serta termotivasi
untuk mempelajarinya.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa modul berbeda dengan
buku teks atau buku cetak pada umumnya. Berikut adalah tabel
perbandingan antara bahan belajar konvensional (misalnya buku teks/buku
cetak) dengan bahan belajar mandiri (dalam hal ini modul).10
10
ibid., h. 108.
36. 24
Tabel 2.2
Perbandingan Bahan Belajar Konvensional dengan Bahan Belajar Mandiri
ASPEK KONVENSIONAL MANDIRI
1.Tujuan Pembelajaran • Jelas dan terukur • Jelas dan terukur
• Diketahui oleh • Diketahui/dipahami
pembelajar dan oleh pemelajar
pemelajar • Selalu tertulis dalam
• Sering tidak tertulis bahan pelajaran
dalam bahan
pelajaran
2. Pokok Bahasan Berdasarkan Berdasarkan
tujuan/kompetensi tujuan/kompetensi
3. Kedalaman dan Mengacu pada Mengacu pada
Keluasan indikator indikator
tujuan/kompetensi tujuan/kompetensi
4. Metode Mengacu pada tujuan, Mengacu pada tujuan,
Pembelajaran karakteristik pemelajar, karakteristik pemelajar,
dan lingkungan belajar dan lingkungan belajar
5. Bahasa • Formal dan baku • Luwes
• Lugas/efisien dan • Lebih komunikatif
ilmiah dan menarik
menggunakan kata-
kata sapaan dan
gaya bahasa retorika
• Kadang-kadang
menggunakan
bahasa sehari-hari
• Kaya informasi
6. Ilustrasi Seperlunya Lebih banyak ilustrasi
dalam bentuk narasi
dan grafis, lebih
menarik
37. 25
ASPEK KONVENSIONAL MANDIRI
7. Evaluasi Hasil Dilakukan oleh Dilakukan sendiri oleh
Belajar pembelajar pemelajar, sesuai
dengan petunjuk yang
diberikan dalam bahan
pelajaran
8. Tampilan Fisik Standar dan ekonomis Praktis, menarik, dan
menyenangkan untuk
digunakan
Dari tabel perbandingan tersebut terlihat bahwa perbedaan antara
buku teks dengan modul tidak hanya terlihat pada format tampilan fisiknya
saja, tetapi juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan dalam
penyusunannya. Untuk itu diperlukan pemahaman mengenai karakteristik
modul beserta komponen penyusunnya dengan baik, agar modul lebih
bersifat interaktif dan bukan hanya terlalu bergaya ceramah seperti pada
buku teks kebanyakan.
38. 26
4. Komponen-Komponen Modul Elektronik
Modul terdiri dari berbagai komponen-komponen yang menyusunnya
sehingga bahan pembelajaran tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh
siswa. Secara garis besar, baik modul cetak maupun modul elektronik
memiliki beberapa komponen yang sama seperti: (1) tujuan pembelajaran, (2)
materi pelajaran, (3) latihan untuk menguji keterampilan atau kompetensi
yang sudah dipelajari, (4) umpan balik yang menjadi indikator tentang
pencapaian hasil belajar yang dilakukan siswa.
Secara rinci, Mulyasa menyebutkan komponen modul sebagai
berikut:11
a. Pendahuluan
Bagian ini berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan,
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah
belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki siswa untuk
mempelajari modul tersebut.
b. Tujuan Pembelajaran
Bagian ini harus berisi tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang
harus dicapai oleh setiap siswa setelah mempelajari modul. Dalam
bagian ini dimuat pula tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai
tujuan.
11
Mulyasa, op.cit., h. 43.
39. 27
c. Tes Awal
Tes ini berguna untuk menetapkan posisi siswa, dan mengetahui
kemampuan awalnya, untuk menentukan dari mana ia harus memulai
belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari modul tersebut atau
tidak.
d. Pengalaman Belajar
Bagian ini merupakan rincian materi untuk setiap tujuan
pembelajaran khusus, yang berisi sejumlah materi, diikuti dengan
penilaian formatif sebagai balikan bagi siswa tentang tujuan belajar
yang dicapainya.
e. Sumber Belajar
Pada bagian ini disajikan tentang sumber-sumber belajar yang
dapat ditelusuri untuk digunakan oleh siswa. Penetapan sumber
belajar ini perlu dilakukan dengan baik oleh pengembang modul,
sehingga siswa tidak kesulitan memperolehnya.
f. Tes Akhir
Tes akhir ini instrumennya sama dengan tes awal, hanya lebih
difokuskan pada tujuan akhir setiap modul.
40. 28
Selain itu Smaldino, dkk mengemukakan komponen modul terdiri
dari:12
a. Rasional, menyediakan informasi garis besar modul dan alasan
mengapa pemelajar harus mempelajari modul tersebut.
b. Tujuan, Menyatakan performa yang harus dicapai pemelajar setelah
mempelajari modul tersebut.
c. Tes awal, menetukan apakah pemelajar sudah menguasai
keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari modul.
d. Bahan-bahan multimedia, penggunaan berbagai teknologi dan
media pendukung yang melibatkan partisipasi pemelajar secara
aktif untuk menggunakan berbagai indera mereka.
e. Kegiatan belajar, berisikan penjelasan mengenai strategi yang
dipergunakan dalam mempelajari modul. Menggunakan berbagai
media dan strategi dapat meningkatkan ketertarikan dan memenuhi
kebutuhan pemelajar.
f. Latihan dengan umpan balik, menyediakan pemelajar dengan
latihan-latihan dan umpan balik atas ketepatan jawaban yang
diberikan.
g. Tes mandiri, memberikan pemelajar kesempatan untuk menilai
perkembangan belajar mereka secara mandiri.
12
Sharon E. Smaldino, dkk, op.cit., h. 214
41. 29
h. Tes akhir, menilai apakah pemelajar sudah menguasai tujuan dari
modul.
Menurut B.P. Sitepu, pada dasarnya modul terdiri atas tiga bagian utama.
Bagian awal modul berisi pendahuluan, bagian inti berisi bahan pelajaran,
dan bagian akhir berisi tes formatif.13
a. Bagian awal memberikan informasi umum tentang bahan pelajaran,
kegunaan, tujuan pembelajaran umum, susunan dan keterkaitan
antar judul modul, bahan pendukung lainnya, dan petunjuk untuk
mempelajari bahan pelajaran.
b. Bagian inti terdiri atas unit-unit pelajaran. Masing-masing unit terdiri
atas:
1) Pendahuluan, berisi cakupan materi (deskripsi singkat),
tujuan pembelajaran khusus, perilaku/kemampuan awal,
manfaat dan urutan pokok bahasan, serta petunjuk/cara
mempelajari modul.
2) Kegiatan belajar, mencakup uraian bahan pelajaran, contoh-
contoh, latihan, rangkuman, tes formatif dan kunci jawaban.
3) Daftar pustaka, berisi daftar sumber dan bacaan yang dapat
digunakan pemelajar untuk memperkaya isi pokok bahasan.
13
Sitepu, op.cit., h. 110
42. 30
c. Bagian akhir berisi penutup modul, tes sumatif, glosarium, dan
lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul.
Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai komponen yang seharusnya
terdapat di dalam sebuah modul, dapat ditarik garis besar komponen yang
umumnya terdapat dalam sebuah modul, yaitu:
a. Penjelasan mengenai materi dan tujuan mempelajari materi yang
terdapat di dalam modul (tujuan pembelajaran umum dan khusus).
b. Tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum mempelajari modul, apakah siswa sudah memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk mempelajari unit tersebut di
dalam modul.
c. Materi inti, adalah unit/materi pembelajaran terkecil yang disajikan
di dalam modul untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang
dicantumkan dalam tujuan pembelajaran.
d. Evaluasi mandiri, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian kompetensi yang sudah dikuasai siswa setelah
mempelajari materi yang terdapat di dalam modul (post-test).
e. Umpan balik, berisi informasi yang dapat menyampaikan tingkat
pencapaian belajar siswa berdasarkan skor yang diperoleh melalui
tes atau evaluasi mandiri yang dilakukan siswa.
43. 31
Modul elektronik yang akan dikembangkan dalam penelitian ini setidaknya
akan memiliki komponen-komponen tersebut. Penerapan komponen secara
lebih detail akan disesuaikan dengan kondisi materi pembelajaran yang akan
dikembangkan dalam modul.
5. Kelebihan dan Keterbatasan Modul Elektronik
Sama dengan media pembelajaran lainnya, sebuah modul dengan
karakteristik dan komponen-komponen pembangunnya yang begitu lengkap
sebagai bahan pembelajaran mandiri memiliki berbagai kelebihan yang tidak
dimiliki oleh media lain. Namun disamping itu, modul juga memiliki beberapa
kekurangan dan keterbatasannya. Akan tetapi, jika digunakan dengan kondisi
belajar yang sesuai modul terbukti dapat membantu mewujudkan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan oleh pengembang pembelajaran karena
modul sudah teruji dan valid sebelum disebarluaskan.14 Berikut adalah
manfaat belajar dengan menggunakan modul.15
a. Belajar mandiri. Pemelajar dapat mempelajari bahan berdasarkan
kecepatan mereka masing-masing, melakukan tes secara mandiri.
b. Paket yang lengkap. Keuntungan utama adalah bahwa modul
merupakan paket pembelajaran yang terintegrasi. Tidak perlu
14
Sharon E Smaldino, dkk. op.cit., h. 215
15
Ibid., h. 215
44. 32
menggunakan beberapa bahan belajar terpisah untuk memenuhi
tujuan pembelajaran.
c. Valid. Modul sudah teruji dan sudah di validasi sebelum
disebarkan.
Manfaat lainnya dari penggunaan modul juga disebutkan oleh Nasution
sebagai berikut:16
a. Modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga
siswa dapat mengetahui hasil belajarnya.
b. Penguasaan tuntas, setiap siswa mendapat kesempatan untuk
mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran
secara tuntas.
c. Modul disusun sedemikian rupa sehingga tujuannya jelas, spesifik
dan dapat dicapai oleh siswa. Dengan tujuan yang jelas, usaha
siswa teratah untuk mencapainya dengan segera.
d. Pembelajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses
melalui langkah-langkah yang teratur akan menimbulkan motivasi
yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya.
e. Fleksibilitas, modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa
antara lain kecepatan belajar dan cara belajar.
16
Nasution, op.cit., h. 206-207
45. 33
f. Modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin rasa
persaingan di kalangan siswa oleh sebab semua dapat mencapai
hasil tertinggi. Dengan sendirinya lebih terbuka jalan ke arah
kerjasama.
g. Modul dengan sengaja memberi kesempatan untuk remedial, yakni
memperbaiki kelemahan, kesalahan atau kekurangan siswa yang
segera dapat ditemukan sendiri oleh siswa berdasarkan evaluasi
yang diberikan secara kontinu.
Sejalan dengan manfaat penggunaan modul yang disebutkan oleh Nasution,
Prawiradilaga juga menambahkan beberapa manfaat modul:17
a. Modul dapat menyajikan isi/pengetahuan aspek kognitif dengan
baik, seperti fakta, konsep, prinsip, prosedur, serta sebagian sikap.
b. Dapat dibaca berulang kali tidak terbatas.
c. Tidak dibatasi oleh waktu sehingga cukup kesempatan untuk
melatih daya ingat dan menyerap materi.
d. Dengan kreativitas, modul dapat ditampilkan dengan menarik
sehingga menimbulkan motivasi bagi pembaca.
17
Dewi Salma Prawiradilaga, Modul Penulisan Modul Untuk Pelatihan Peneliti, (Jakarta:
LIPI, 2006), h. 11-12
46. 34
e. Jika dibandingkan dengan bahan ajar elektronik, modul dianggap
lebih mudah disimpan, lebih murah dan dapat diproduksi lebih
mudah dan cepat.
Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki modul, dapat dilihat bahwa modul
memang cukup ideal digunakan sebagai media pembelajaran mandiri
ataupun media pembelajaran jarak jauh. Disamping kelebihan yang telah
disebutkan, modul juga memiliki beberapa keterbatasan, seperti yang
diungkapkan oleh Prawiradilaga, sebagai berikut:18
a. Materi mengandung unsur verbalisme yang tinggi jika pesan tidak
diimbangi dengan pesan visual secara memadai.
b. Memerlukan konsentrasi yang tinggi dan kerja keras dalam
menyerap materi bagi pembacanya.
c. Penyajian bersifat statis, tidak dapat diubah. Kemungkinan bosan
bisa saja timbul pada diri pembaca.
d. Tidak semua ragam pengetahuan dapat dijabarkan melalui modul.
Termasuk di dalamnya ragam pengetahuan interpersonal, motorik,
metakognisi, dan sebagian dari sikap.
e. Penyusunan modul ternyata lebih sulit jika dibandingkan dengan
materi ajar elektronik. Menyederhanakan pembahasan atau uraian,
18
Ibid. h.12
47. 35
menyusunnya secara runtut dan jelas memerlukan kepekaan
khusus dari penulisnya.
f. Bahan dasar kertas sangat rentan. Jika terkena air, modul menjadi
basah dan bisa hancur. Selain itu, kertas ternyata sangat rentan
terhadap debu, rayap, atau faktor perusak lain walau hal ini
ditentukan juga oleh mutu kertas dan teknik penyimpanan.
Pengembangan modul ini dapat digunakan untuk menyampaikan
materi konsep dasar multimedia design atau yang kini dikenal dengan istilah
new media secara kognitif, baik itu mengenai pemahaman konsep-
konsepnya, maupun prosedur dasar pengembangannya dengan penyajian
beberapa contoh. Setelah para pemelajar memahami konsep secara kognitif,
maka akan lebih mudah untuk mereka mengembangkan konsep-konsep
tersebut menjadi sebuah produk yang akan dikembangkan pada tahap
selanjutnya.
Modul yang akan dikemas dalam bentuk elektronik ini tentunya akan
sangat mendukung penyajian materi pelajaran tersebut. Penyajian bersifat
statis pada modul cetak dapat diubah menjadi lebih dinamis dan lebih
interaktif dengan menggunakan format elektronik. Selain itu, unsur
verbalisme yang terlalu tinggi pada modul cetak juga dapat dikurangi dengan
menyajikan unsur visual dengan penggunaan video tutorial di dalam modul
elektronik tersebut.
48. 36
6. Prinsip Desain Pesan pada Modul Elektronik
Modul merupakan media pembelajaran mandiri bagi peserta didik.
Tentunya dengan sedikit mungkin bantuan dari pihak lain, peserta didik
diharapkan mampu mempelajari modul dengan baik dan memahami pesan
pembelajaran yang terkandung di dalamnya tanpa menemukan kesulitan
dalam menginterpretasikan pesan yang dimuat. Untuk itu, penggunaan
prinsip desain pesan dalam sebuah media pembelajaran mandiri seperti
modul dirasa sangat diperlukan. Penerapan prinsip desain pesan dalam
modul ini bertujuan untuk menghasilkan proses komunikasi yang baik antara
pemelajar dengan modul sebagai pembawa pesan, oleh sebab itu sebuah
modul harus didesain sebaik mungkin.
Fleming dan Levie (1993) membatasi pesan pada pola-pola isyarat
atau simbol yang memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.19
Sementara itu, Grabowski mendefinisikan desain pesan sebagai
perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan.20 Berdasarkan
penjelasan tersebut terlihat bahwa pesan sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran. Pesan dalam sebuah materi pembelajaran bisa berupa fakta,
konsep, prinsip ataupun prosedur. Untuk dapat menyajikan materi pelajaran
dengan baik, maka diperlukan desain pesan yang baik pula. Jika terdapat
19
Barbara B. Seels dan Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya
Terjemahan oleh Yusufhadi Miarso, dkk, (Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri
Jakarta), h. 34.
20
Ibid, h. 33.
49. 37
kesalahan dalam menyampaikan pesan maka akan menimbulkan kekeliruan
juga pada pemelajar yang menggunakan media tersebut.
Sebagai sebuah media, modul memiliki dua aspek penting yang dapat
menunjang tersampaikannya informasi/pesan pembelajaran kepada
pemelajar. Aspek tersebut adalah aspek verbal dan aspek visual. Aspek
verbal berkaitan dengan penggunaan huruf, penggunaan bahasa dan
susunan kalimat yang membangun isi dari modul sedangkan aspek visual
berkaitan dengan tampilan dari modul, termasuk di dalamnya penggunaan
gambar atau ilustrasi yang dapat memperjelas aspek verbal.
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai aspek verbal dan
visual dalam modul, yang dapat diterapkan baik pada modul cetak maupun
modul elektronik.
a. Aspek Verbal
Dalam kegiatan pembelajaran konvensional, aspek verbal
seringkali kita temui melalui metode pembelajaran guru yang dominan
dilakukan dengan ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran.
Namun dalam modul, aspek verbal berkaitan dengan penggunaan
bahasa dan tata kalimat yang disajikan dalam sebuah bentuk tulisan,
yang digunakan sebagai sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan
informasi/pesan kepada pemelajar. Penggunaan bahasa juga turut
50. 38
mempengaruhi minat serta motivasi belajar pemelajar serta turut
mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.21
Menurut Prawiradilaga, bahasa yang digunakan dalam
menyusun modul sebaiknya meliputi kesederhanaan dan struktur
kalimat yang tidak terlalu panjang atau beragam. Pengecualian
dilakukan jika memang suatu uraian memerlukan pengenalan istilah
baru kepada pemelajar karena materi yang dibahas mencakup konsep
atau prinsip. Selain itu penggunaan interaksi semu dalam modul
sangat diperlukan, agar pembaca tidak merasa sendiri dalam belajar.
Interaksi semu dapat dikembangkan melalui sapaan dan isyarat
belajar.22
Sitepu menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh pembelajar dalam penggunaan bahasa ketika menyampaikan
materi, antara lain:
1) Kemampuan berbahasa pemelajar
Kemampuan berbahasa berhubungan sangat erat dengan
kemampuan berpikir dan menalar seseorang dan kemampuan
ini dipengaruhi oleh berbagai unsur seperti tingkat intelegensi,
usia, pengalaman dan lingkungan. Pertimbangkan penggunaan
21
B.P. Sitepu, op.cit., h. 98
22
Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 12-13.
51. 39
bahasa berdasarkan karakteristik pemelajar yang akan
dihadapi.
2) Kaidah-kaidah bahasa
Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan bahasa ragam tulis
termasuk tata kalimat, susunan kata dan ejaan. Modul sebagai
salah satu bahan belajar mandiri, dalam penyusunannya perlu
memperhatikan kaidah-kaidah bahasa tersebut agar pesan
yang disampaikan dalam modul dapat dipahami oleh
pemelajar.
3) Pilihan kata
Di samping kalimat dan ejaan yang mempengaruhi
keberhasilan komunikasi, pilihan kata dapat mempermudah
dan juga mempersulit komunikasi. Hendaknya dipergunakan
pemilihan kata seumum mungkin, kata-kata yang akrab atau
sudah dikenal baik oleh pemelajar.
4) Gaya bahasa
Penggunaan gaya bahasa hendaknya dapat membantu
pemahaman pemelajar mengenai konsep yang sedang
dipelajari serta memotivasinya untuk belajar lebih lanjut.
5) Keterbacaan
Keterbacaan dipengaruhi oleh pola dan struktur kalimat,
penggunaan ejaan, dan pilihan kata. Tingkat keterbacaan
52. 40
dilihat dari sejauh mana bahasa yang digunakan dalam
menyampaikan materi sesuai dengan kemampuan membaca
pemelajar sehingga dapat dipahami oleh pemelajar.
Earl R. Misanchuk juga mengemukakan, dalam menulis bahan
pembelajaran khususnya modul, perlu diperhatikan beberapa prinsip
yang berkaitan dengan aspek verbal dalam modul, yaitu:23
1) Menggunakan kalimat pendek
2) Menghindari kalimat gabungan
3) Menghindari informasi yang berlebihan pada kalimat
4) Menggunakan kata ganti orang
5) Menggunakan kalimat aktif
6) Berbentuk poin-poin
7) Menggunakan contoh-contoh yang umum (sudah dikenal)
8) Menulis seperti akan berbicara
9) Menghindari kata-kata yang sulit dan tidak perlu
10) Meletakkan paragraf dan kalimat ke dalam urutan yang logis.
Jadi, dapat disimpulkan, secara garis besar beberapa hal yang
perlu diperhatikan terkait dengan aspek verbal dalam penyusunan
sebuah modul antara lain adalah:
1) Menggunakan bahasa yang sederhana, struktur kalimat aktif,
tidak terlalu panjang dan komunikatif.
2) Menggunakan pemilihan kata yang tepat, gaya bahasa yang
dapat meningkatkan motivasi peserta didik serta menggunakan
23
Earl. R Misanchuk, Distance Education Strategies and Tools (Engle Cliffs New Jersey:
Educational Technology Publications, 1994), p. 127
53. 41
istilah-istilah dan contoh-contoh yang umum agar dimengerti
pemelajar dari berbagai latar belakang yang berbeda.
3) Menghindari penggunaan kata/istilah dan kalimat yang sulit
dimengerti, menggunakan kata ganti personal serta interaksi
semu dalam bertutur terhadap pemelajar sehingga pemelajar
merasa terlibat dalam komunikasi.
b. Aspek Visual
Bahan pelajaran, bagaimanapun bentuknya tidak terlepas dari
aspek visual, hanya saja kadar visual setiap bahan pelajaran berbeda-
beda. Visualisasi dalam bahan pelajaran digunakan untuk mengatasi
verbalisme dalam menyajikan informasi. Penggunaan pesan verbal
yang terlalu tinggi di dalam proses pembelajaran maupun di dalam
bahan pelajaran dapat mengakibatkan mispersepsi antara pembelajar
dengan pemelajar.
Menurut Prawiradilaga, proses visualisasi adalah upaya untuk
menyusun uraian dengan menggunakan gambar atau visual.24
Gambar atau visual yang digunakan dapat berupa foto, grafik, sketsa,
skema, bagan, denah, peta atau ilustrasi. Ilustrasi dalam penyusunan
bahan ajar dapat diartikan sebagai satu gambar yang bersifat
24
Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 41.
54. 42
deskriptif untuk membantu memahami teks.25 Penggunaan visualisasi
dimaksudkan untuk mempermudah penyerapan informasi ataupun
membantu pembaca untuk memahami isi dari teks, jika gambar
digunakan di dalam sebuah teks.
Smaldino, dkk mengemukakan bahwa dalam proses belajar
visual memiliki peranan untuk membuat ide yang abstrak menjadi
konkrit, memotivasi pemelajar, mengulang informasi dalam format
yang berbeda, mengingatkan pembelajaran sebelumnya, dan
mempermudah dalam belajar.26 Smaldino juga menyebutkan, untuk
tujuan informasi dan pembelajaran, desain visual yang baik paling
tidak, dapat memenuhi empat tujuan dalam meningkatkan komunikasi,
yaitu:27
1. Memastikan keterbacaan.
2. Mengurangi usaha pemelajar untuk menginterpretasikan
pesan.
3. Meningkatkan keterlibatan aktif pemelajar dengan pesan.
4. Memberikan fokus pada bagian pesan yang paling penting.
Dalam melakukan pemilihan terhadap penyajian elemen gambar atau
teks, harus dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai tujuan
yang harus dicapai dari penggunaan desain visual tersebut. Oleh
karenanya, Smaldino mengelompokkan beberapa elemen tampilan
25
B.P. Sitepu, op.cit.,h. 101
26
Sharon E Smaldino, dkk, op. cit., h. 55 – 56.
27
Sharon E Smaldino, dkk, op.cit., h. 87
55. 43
visual sebagai berikut sebagai bahan masukan bagi pembelajar dalam
mengembangkan bahan pelajaran.
1) Elemen visual
Jenis elemen visual yang dipilih untuk digunakan pada situasi
tertentu bergantung pada tugas belajar. Simbol visual ini dapat
dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:
Gambar 2.1
Perbedaan tingkat realitas unsur visual
a) Realistic visual, adalah visual yang menggambarkan
objek yang sebenarnya dari materi yang sedang
dipelajari. Penggunaan warna yang realistis dalam
sebuah objek visual dapat meningkatkan tingkat realitas
dari sebuah objek.
56. 44
b) Analogic visual, adalah visual yang digunakan untuk
menyampaikan konsep atau topik tertentu dengan
menampilkan sesuatu yang lain dan menarik kesamaan.
c) Organizational visual, termasuk ke dalam kategori ini
antara lain flowcharts, grafik, peta, skema, dan chart.
Jenis visual ini berfungsi untuk menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep yang saling terintegrasi,
mengorganisasikan konten yang bersifat struktural, dan
sebagainya.
Warna
Penggunaan warna dalam modul memiliki berbagai fungsi,
yaitu:28
i. Dampak psikologis: warna memberikan dampak
tertentu. Warna sering kali memberi kesan tertentu
seperti cerah, meriah, berani, menyolok mata atau
berkesan redup.
ii. Pemilah: warna dapat berarti sebaga pembagi, batas,
atau pembeda dari satu konsep ke konsep lainnya.
iii. Rincian: warna dapat menjelaskan atau merincikan hal-
hal tertentu seperti tingkat kepentingan. Warna
28
Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 5.
57. 45
menimbulkan perbedaan antara satu komponen lain
atau satu benda dengan benda lain. Dengan demikian
berfikir analisis dapat dikembangkan melalui
penggunaan warna.
iv. Hiasan: warna dapat memperindah penyajian visual
sehingga pengguna menjadi lebih tertarik.
Penggunaan skema warna yang tepat dalam desain tampilan
dapat memberikan efek yang hebat. Warna-warna hangat
dapat memberikan impresi psikologis tentang kehangatan,
memberikan energi dan terkadang membangkitkan agresi.
Palet warna ini sangat baik jika diterapkan di dalam sebuah
game, akan menimbulkan impresi yang mendalam terhadap
penggunanya. Namun, untuk tujuan pembelajaran, palet warna
ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman kepada
penggunanya. Hindari penggunaan palet warna ini pada
bagian-bagian tertenru. Warna-warna dingin seperti hijau, biru,
dan abu-abu ringan (light grey) biasanya sangat baik
digunakan pada tampilan untuk menciptakan perasaan
tenang/nyaman bagi penggunanya.29
29
Rob Philips, The Developer’s Handbook to Interactive Multimedia: A Practical Guide for
Educational Applications, (London, Stirling, USA: Kogan Page, 1997) p. 84
58. 46
Berikut adalah tabel kesesuaian penggunaan warna yang
dapat diterapkan dalam sebuah tampilan.30
Tabel 2.3
Tabel kesesuaian penggunaan warna
Background Suggested Colours Colors to Avoid
Dark blue Yellow, pale orange, Bright oranges and reds,
white, light blue black
Dark green Soft pink, white Bright oranges and reds,
black
Pale yellow Medium to dark blue, White, warm colours,
medium to dark violet, light shades of most
black colours
White Black, medium to dark Light shades of most
shades of most colours colours, especially
yellow
2) Elemen verbal (elemen teks)
Kebanyakan tampilan terdiri dari informasi verbal yang
melengkapi elemen visual. Untuk tujuan pembelajaran,
penggunaan elemen verbal seperti teks juga harus
diperhatikan seperti juga dalam menggunakan elemen visual
dalam menyampaikan pesan, agar kedua elemen tersebut
dapat mengkomunikasikan pesan dengan baik. Paling tidak,
keterbacaan tulisan harus diperhatikan, khususnya dalam hal
30
Ibid, p. 85
59. 47
penggunaan ukuran, spasi dan penggunaan jenis huruf yang
konsisten di dalam menyampaikan pesan pembelajaran.
Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dari
elemen verbal:
a) Jenis huruf
Jenis huruf yang digunakan dalam penulisan bahan
pelajaran harus konsisten dan harmonis dengan elemen
visual lainnya. Jenis huruf sans serif seperti Helvetica cocok
digunakan untuk tampilan monitor sedangkan jenis huruf
serif cocok digunakan untuk bahan pelajaran tercetak
seperti handout.
b) Jumlah jenis huruf
Jumlah jenis huruf yang digunakan dalam tampilan bahan
pelajaran sebaiknya tidak lebih dari dua jenis huruf yang
berbeda, dan harus harmonis satu dengan lainnya.
Penggunaan huruf dapat dilakukan dengan berbagai
kombinasi seperti italic, underline dan bold untuk
memberikan penekanan terhadap sesuatu. Sebaiknya
jangan gunakan lebih dari 20-30 kata dengan jumlah
maksimal 7-10 kata per baris.
60. 48
c) Ukuran huruf
Ukuran huruf dan penggunaan huruf kapital juga merupakan
sesuatu yang perlu diperhatikan. Penggunaan ukuran huruf
dalam sebuah modul harus disesuaikan dengan usia
pembaca atau sasaran modul.
31
Tabel 2.4
Ukuran huruf berdasarkan usia sekolah
Usia Sekolah Ukuran Huruf Jenis Huruf
Sekolah Dasar
Kelas 1 16-24 pt Sans Serif
Kelas 2 14-16 pt Sans Serif & Serif
Kelas 3-4 12-14 pt Sans Serif & Serif
Kelas 5-6 10-11 pt Sans Serif & Serif
SMP dan SMA 10-11 pt Serif
Selain itu, untuk keterbacaan yang baik gunakan huruf kecil,
gunakan huruf kapital hanya sesuai kebutuhan. Judul
singkat dapat dituliskan dengan menggunakan huruf kapital
semua. Tetapi untuk frase yang lebih dari tiga kata dan
kalimat lengkap sebaiknya menggunakan huruf kecil.
31
Sitepu, op.cit., h. 103.
61. 49
d) Jarak spasi
Jarak antar baris dalam sebuah bahan ajar cetak atau
elektronik harus diperhatikan untuk memastikan tingkat
keterbacaannya. Jika jarak antar baris terlalu dekat dapat
membuat tulisan terlihat blur pada jarak tertentu, sedangkan
jika terlalu jauh akan membuat kalimat seperti bukan dalam
satu kesatuan dengan baris di atasnya.
Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam mengembangkan bahan pelajaran mandiri seperti
modul, perlu diperhatikan berbagai aspek verbal dan aspek visualnya.
Pemilihan gaya penulisan, penggunaan bahasa, serta berbagai aspek yang
terlihat secara visual, seperti pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, pemilihan
warna dan lainnya harus dilakukan dengan hati-hati agar modul yang
dikembangkan mampu menarik perhatian dan minat pemelajar untuk
mempelajari, serta untuk memastikan bahwa keterbacaan modul tersebut
dapat membatu pemelajar memperoleh informasi atau pesan dari materi
yang disampaikan dalam modul sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan.
62. 50
7. Pembelajaran Tidak Langsung (Asynchronous Learning) dengan
Modul Elektronik
Pembelajaran dengan menggunakan e-learning merupakan model
pembelajaran yang menggunakan bantuan perangkat komputer atau
perangkat elektronika dalam melakukan kegiatan belajarnya. Baik itu secara
online dengan menggunakan teknlogi internet dan perangkat telekomunikasi
(web based training) ataupun secara offline dengan menggunakan program
pembelajaran berbantuan komputer yang terprogram (technology based
training) seperti kaset audio pembelajaran, video pembelajaran, CAI, CBT
dan sebagainya. Dalam pembelajaran dengan menggunakan e-learning ini,
terdapat tiga strategi dalam penyampaian bahan pembelajaran yang dapat
diterapkan, diantaranya asynchronous learning, synchronous learning dan
blended learning. Semuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran mandiri
maupun dikombinasikan dengan sistem pembelajaran konvensional.
Pembelajaran tidak langsung (asynchronous e-learning) merupakan
model pembelajaran mandiri yang memanfaatkan sumber belajar secara
online dalam memperoleh informasi di mana pengajar dan siswa biasanya
tidak terikat dalam satu waktu dan ruang yang sama.32 Hal ini berarti tidak
terdapat instruktur atau pengajar untuk menjawab pertanyaan atau
permasalahan pemelajar secara langsung, dan pemelajar dapat belajar
32
Saul Carliner and Patti Shank, The E-Learning Handbook: Past Promises, Present
Challenges, (San Fransisco: Pfeiffer Publishing, 2008), p. 341.
63. 51
kapan saja sesuai dengan kebutuhan mereka, begitulah keuntungan dari
pembelajaran asynchronous ini.33 Dalam bahan belajar tidak langsung
(asynchronous e-learning materials), materi yang disajikan bisa berupa
pembelajaran utama, seperti tutorial, beberapa berupa informasi, seperti
referensi online, dan beberapa berupa petunjuk kerja atau tugas untuk
pemelajar.
Keuntungan dengan menerapkan strategi pembelajaran tidak
langsung ini adalah asynchronous learning sangat memungkinkan
pembelajaran individu secara mandiri. Pemelajar dapat mempelajari materi
sendiri, mengulang sesi, maupun mengulang pembelajaran secara
keseluruhan. Pemelajar dapat memanfaatkan fasilitas remediasi, kosa kata
istilah, dan sebagainya yang semua itu tergantung pada desain sistem
pembelajaran itu sendiri. Asynchronous e-learning dapat menjadi pilihan yang
tepat untuk diterapkan bagi para pemelajar dengan kondisi heterogenitas
yang tinggi atau berbeda level pengetahuan terhadap materi yang harus
dipelajari. Metode ini juga menyediakan opsi pengayaan atau latihan individu
yang dapat mendorong pemelajar untuk memahami materi dengan cepat dan
akurat.
Keuntungan yang ditawarkan pada strategi pembelajaran tidak
langsung atau asynchronous ini sejalan dengan karakteristik yang ditawarkan
33 nd
George M, Piskurich, Rapid Instructional Design: Learning ID Fast and Right, 2 edition,
(San Fransisco: Pfeiffer Publishing, 2006), p. 306
64. 52
dari sebuah modul. Dengan demikian, modul yang dikemas dalam format
elektronik ini merupakan bentuk pengembangan dari strategi penyajian
bahan ajar secara tidak langsung (asynchronous) di dalam lingkungan belajar
mandiri dengan memanfaatkan e-learning. Model pembelajaran dengan
menggunakan modul elektronik ini dirasa cukup sesuai jika diterapkan
kepada pemelajar yang telah memiliki tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, salah satunya adalah mahasiswa. Namun, tidak terlepas dari
keuntungan yang ada, bagi pemelajar dengan tingkat tanggung jawab
terhadap diri sendiri yang masih rendah, tentunya akan menyulitkan mereka
dalam memotivasi diri untuk belajar mandiri.
8. Prinsip Mengembangkan Materi Dalam Lingkungan Belajar Tidak
Langsung (Asynchronous Learning)
Dalam mengembangkan bahan belajar mandiri atau yang bersifat tidak
langsung (asynchronous), di mana pemelajar tidak dapat menanyakan
secara langsung kesulitan atau masalah kepada pengajar, maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat merancang dan
mengembangkan materi dalam lingkungan pembelajaran asynchronous e-
learning tersebut.
65. 53
a. Aktivitas dan Interaksi dalam Program
Salah satu aspek terpenting dalam membuat materi di dalam
program asynchronous e-learning adalah mengenai penyusunan
aktivitas dan interaksi yang dapat dilakukan pemelajar di dalam
program tersebut. Interaksi dalam program diartikan sebagai
berbagai cara kreatif yang dapat kita kembangkan untuk
melibatkan partisipasi pemelajar di dalam program, bukan hanya
sekedar “klik” untuk berpindah ke suatu halaman, dan halaman
lainnya.
Sedangkan aktivitas dalam program bisa dilakukan semudah
seperti penggunaan metode penceritaan (storytelling) untuk
menyajikan informasi/materi. Bisa juga menyajikan aktivitas yang
lebih rumit yaitu dengan memberikan skenario bercabang dalam
pengambilan suatu keputusan. Dalam artian, setiap keputusan
yang ditempuh oleh pemelajar akan memiliki konsekuensi dan
kesimpulan tersendiri, bergantung pada keputusan mana yang
dipilihnya.
Berikut ini merupakan beberapa saran tambahan yang mungkin
dapat diterapkan dalam aktivitas dan interaksi pada asynchronous
e-learning program, diantaranya adalah:34 tampilkan pemelajar
dengan beberapa contoh pekerjaan, skenario simulasi dan
34
Ibid.,p. 329-330
66. 54
beberapa halaman buku yang dipindai. Gunakan video
demonstrasi untuk menunjukkan suatu proses, gunakan juga
beberapa permainan, seperti; jigsaw puzzles, crosswords, game
shows, web treasure hunts, interactive calculators jika
memungkinkan.
Perintahkan pemelajar untuk mengunjungi beberapa halaman
web yang sudah disediakan untuk melakukan riset dan observasi.
Ciptakan program pembelajaran komputer berbasis peran (role-
play) yang memungkinkan pemelajar memainkan sebuah peranan
yang mengambil keputusan terhadap suatu hal dengan menjawab
pertanyaan atau memilih sesuatu. Mulai setiap program dengan
dialog yang membangun materi, ciptakan suasana kompetisi bagi
siswa dengan menggunakan sistem skor (scoring system) pada
bagian evaluasi.
Buat avatar yang merepresentasikan profil pengajar, pemelajar
atau penyaji informasi dalam program. Gunakan tipe interaksi
berupa “klik” hanya untuk pilihan ganda, interaksi drag-and-drop
untuk menjelaskan proses sequence, serta interaksi text-entry
untuk memberikan feedback atau umpan balik. Serta usahakan
agar keseluruhan sesi program tidak lebih dari 45 menit, sudah
termasuk berbagai aktivitas pembelajaran di dalamnya.