2. Problem Ajaran tentang
Purgatorium (Purgatorium)
Perdebatan antara Katolik dan
Protestan
Alasan mereka yang menolak api
Penyucian:
Api Penyucian dipandang sebagai
penemuan gereja Katolik
Tidak terdapat rujukan dalam
Alkitab
3. Setelah mati, hanya ada dua
pilihan : bersatu dengan Allah
(surga) atau terpisah dengan
Allah (neraka) secara abadi
Kondisi setelah mati itu
definitif, tidak bisa diubah lagi,
termasuk penebusan
4. Api Penyucian: Pemicu
Protestantisme
Yohanes Tetzel, seorang Dominikan,
menjual indulgensi untuk jiwa-jiwa di
Api Penyucian
Ajaran Api Penyucian adalah warisan
tradisi gereja selama berabad-abad
5. Tradisi Hindu Kuno: Siklus
Lahir Kembali
Tiga perjalanan orang yang sudah
meninggal
1. Mereka yang baik hidupnya, akan
dituntun makhluk rohani masuk ke
dalam dunia brahman (surga)
2. Mereka yang pantas masuk, tetapi
belum murni, dimakan oleh dewa, -
reinkarnasi lalu masuk ke surga
3. Mereka yang jahat masuk dalam
penghukuman kekal
6. Tradisi Persia Kuno: Jembatan
Penguji
Menurut tradisi agama Persia (Iran)
Kuno, jiwa mereka yang mati akan
berjalan menuju surga (langit).
Jembatan Penguji sebelum masuk
surga
Jiwa-jiwa orang mati menunggu di
tempat penantian sebelum diuji
7. Tradisi Yahudi: Dunia Orang
Mati
Rabi Sammai mengajarkan ini: Akan ada tiga
kelompok pada hari Penghakiman, yaitu mereka
yang sungguh-sungguh kudus, mereka yang
sungguh-sungguh jahat, dan yang ketiga adalah
mereka berada di antara keduanya. Segera
ditulis dan dimeteraikan bahwa mereka yang
sungguh-sungguh kudus akan hidup sampai
akhir zaman, dan sama halnya ditulis dan
dimeteraikan bahwa mereka yang sungguh-
sungguh jahat akan tinggal di Gehena (neraka)
seperti yang tertulis (Dan 12:2). Bagi mereka
yang di kelompok ketiga (tidak kudus dan tidak
jahat), mereka akan turun ke Gehena untuk
sementara waktu dan kemudian akan naik lagi,
sebagaimana tertulis (Zak 13:9 dan 1 Sam 2:6).
8. Tradisi Islam : Barzakh
Menurut Al-Quran, ada sebuah
kehidupan sesudah kematian.
Sesudah kematian, manusia
mengalami masa yang disebut
sebagai alam barzakh. Alam barzakh
adalah masa di antara kematian dan
pengadilan terakhir (kiamat) (QS
23:100).
9. Dalam Alkitab?
Korban Penghapus Salah (1 Mak
12:41-46)
Pengampunan di Masa Depan (Mat
12:31-32) ????
Membayar Hutang Sampai Lunas
(Mat 5:25-26// Luk 12:58-59)????
Pangkuan Abraham (Luk 16:19-26)
(Sheol)
Doa kepada orang mati ( 2 Tim 1:16-
18)
10. TRADISI AWAL GEREJA
“Di sinilah, anakku yang terkasih,
hidupnya berakhir. Tetapi di sana, O
Bapa di surga, kami memohon
ampunan dan belas kasihan atas
penderitaan anakku, demi Kristus,
Tuhan kami” (TULISAN DI SEBUAH
NISAN)
“Cahaya abadi terangilah atas dia,
Timotea, dalam Kristus”
11. Kutipan tulisan apokrif Kisah Paulus dan
Tekla (160 M)
Dan setelah itu, Trifaena kembali
menerima Tekla. Sebab, anak
perempuannya, Falconilla, yang telah
meninggal, berkata kepadanya dalam
sebuah mimpi: “Ibu, engkau harus
menerima Tekla, orang asing ini, di
tempatku, sebab dia bisa mendoakanku,
dan membawaku ke tempat orang-orang
benar”
12. Para Perintis Ajaran
Purgatorium
Origenes (+254) dan Klemens (+215),
Gagasan pokok: Allah menghukum
manusia demi kebaikan manusia itu
sendiri
Klemens : “Allah tidak akan
mendatangkan pembalasan, sebab
pembalasan berarti mengembalikan
kejahatan dengan kejahatan. Allah
menghukum hanya dengan maksud
untuk kebaikan”.
Origenes: “Allah menghukum manusia
demi kebaikannya sendiri”.
13. Dalam Perjanjian Lama, sarana
penghukuman ilahi selalu dikaitkan
dengan api (Im 10:1-2; Ul 32:22).
Origenes menafsirkan secara positif
bahwa api ini bukan pertama-tama
sebagai ungkapan kemurkaan Allah,
tetapi sarana yang dipakai oleh Allah
untuk memurnikan manusia (bdk. Yer
15:14).
14. Menurut Origenes, semua orang,
bahkan orang baik sekalipun, harus
dibersihkan dalam api karena tidak
seorangpun bebas sama sekali dari
dosa.
Meskipun menimbulkan rasa sakit, api
ini berfungsi untuk mematangkan jiwa
orang.
Jiwa yang belum sempurna, perlu
disucikan dan disempurnakan terlebih
15. Agustinus
Tradisi katolik mewarisi istilah Api
Penyucian, yang dalam bahasa
aslinya “ignis pur
Tempat penghukuman sementara
“poenae temporariae”(hukuman
sementara) yang dikontraskan dengan
poenae sempiternae (hukuman kekal).
gatorius.”
16. Paus Gregorius (+604)
Doa-doa orang yang hidup untuk
proses penyucian jiwa-jiwa orang
mati.
Pengampunan memang bisa
membebaskan jiwa dari dosa. Namun,
pengampunan tidak menghilangkan
sisa-sisa kecenderungan batin yang
melahirkan dosa.
Jika selama hidup di dunia, orang
gagal menghapuskan kecenderungan
ini, maka penghapusannya akan
dilakukan setelah mati.
17. Beda Venerabilis (+735)
berbicara tentang sebuah tempat di
mana jiwa para pendosa yang
bertobat mengalami pemurnian
setelah kematiannya
18. Hugo dari Santo Viktor (1096 -
1141)
Tiga jenis jiwa orang mati
1) jiwa orang yang sungguh baik dan
sempurna. Surga
2) jiwa orang yang sungguh-sungguh
jahat neraka
3) orang yang baik, tapi masih belum
sempurna Pemurnian
19. Paus Innocentius III (1198 –
1216)
membagi gereja menjadi tiga bagian:
1) gereja yang sudah berjaya di
Surga;
2) gereja militan yang sedang
berziarah di bumi
3) gereja yang “tinggal di tempat
Penyucian”.
20. Alexander Hales (1185 – 1245)
sangat sedikit anggota gereja yang
tidak perlu melewati Api Penyucian.
Penghuni tempat Penyucian ini sangat
banyak.
Sekalipun demikian, mereka tidak
akan selamanya di tempat ini.
Sebab, Api Penyucian hanyalah
tempat singgah sementara.
21. Bonaventura (1221 – 1274)
Api Penyucian pada dasarnya lebih
dekat ke surga daripada ke neraka.
Di dalam Api Penyucian tidak ada
istilah penundaan. Jika proses
penyucian jiwa sudah berakhir
sempurna, maka jiwa tersebut akan
segera naik ke surga
22. Albertus Magnus (1193 –
1280)
Api Penyucian adalah tempat bagi
mereka yang sudah melakukan
kebaikan, tetapi masih ternoda oleh
dosa.
23. Thomas Aquinas (1225-1274)
Penampakan jiwa-jiwa tersebut
kepada orang yang hidup, entah
dalam penglihatan maupun mimpi
Jiwa bisa meninggalkan dunianya dan
menampakkan diri kepada orang-
orang hidup yang memang menaruh
perhatian pada mereka, hanya atas
izin dari Allah.
24. Surat Paus Innocentius IV
(1254).
Surat ini berisi ajakan Paus terhadap
Gereja Ortodoks Yunani untuk
menerima definisi Api Penyucian
(Purgatorium) sehingga tercipta
kesamaan ajaran antara Gereja Latin
dan Yunani.
Surat ini penting karena di sinilah
untuk pertama kalinya pihak
Kepausan menyebut Purgatorium (Api
Penyucian) secara resmi.
25. Konsili Lyon II (1274)
Paus Gregorius X
Jika mereka meninggal dalam kasih
sebelum menyelesaikan perbuatan untuk
menghapus kesalahan itu, jiwa mereka
akan disucikan setelah kematian dengan
hukuman penyucian. Dan untuk
pengurangan hukuman ini, mereka
bisa dibantu dengan tindakan silih
umat beriman yang masih hidup,
dengan mengikuti Misa Kudus,
memanjatkan doa, sedekah, dan
tindakan kesalehan lainnya sesuai
dengan kebiasaan gereja.
26. Konsili Firenze (1438-1443)
Jika mereka mati dalam rasa sesal
dan tobat atas dosa mereka dan
masih mencintai Allah, tetapi belum
menulasi hukuman atas dosa yang
telah mereka lakukan dengan
perbuatan penghapus dosa, maka
jiwa mereka, setelah kematian akan
dibersihkan di penghukuman Api
Penyucian,
27. Konsili Trente (1545–1563)
Menghadapi serangan Protestan
Konsili Trente menyatakan: “Api
Penyucian itu ada” dan “jiwa yang
berada di dalamnya bisa ditolong
dengan tindakan silih (misalnya, doa)
dari orang beriman, dan yang paling
penting adalah kurban di Altar”
28. Penderitaan di Api Penyucian
Semakin seseorang merindukan akan
sesuatu, semakin terasa sakit jika
sesuatu itu terampas daripadanya.
Sesudah kehidupan ini, kerinduan
akan Allah, Sang Kebaikan tertinggi,
begitu kuat dalam jiwa-jiwa orang
benar dan tidak dihalangi lagi oleh
badan yang fana. Karena itulah, jiwa-
jiwa akan begitu begitu menderita jika
kerinduan itu tertunda (Santo Thomas
Aquinas)
29. Santa Katarina dari Genoa
(1447-1510)
“Risalah tentang Api Penyucian”
Bukan hanya penderitaan, tetapi juga
sukacita tumbuh dalam diri jiwa-jiwa di
Api Penyucian.
Di Api Penyucian, jiwa-jiwa hanya
melihat kebaikan Allah semata. Dan
jiwa-jiwa pun masuk dalam
kerahiman-Nya.
30. Menurut Katarina, tidak ada
kebahagiaan yang bisa dibandingkan
dengan kebahagiaan jiwa di Api
Penyucian, kecuali kebahagian para
kudus di surga. Hari demi hari,
kebahagiaan mereka bertambah
karena rintangan yang menghalangi
Allah hadir dalam dirinya sedikit demi
sedikit mulai berkurang.
31. Mendoakan Arwah
Marilah kita membantu dan
mengenangkan mereka. Jika anak-anak
Ayub dikuduskan karena persembahan
ayahnya (Ayb 1:5), mengapa kita
meragukan bahwa persembahan kita
bagi orang yang meninggal dapat
membawa mereka penghiburan?
Janganlah ragu-ragu untuk menolong
mereka yang telah mati dan
mempersembahkan doa-doa kepada
mereka (Yohanes Krisostomus dalam
32. INDULGENSI
Umat beriman yang telah meninggal
dan masih berada di jalan penyucian
termasuk anggota persekutuan para
kudus. Maka dari itu kita dapat,
membantu mereka dengan
memperoleh indulgensi bagi mereka.
Dengan demikian, dihapuskan siksa
dosa sementara para orang mati di
dalam Api Penyucian
(Katekismus Gereja Katolik no 1479)
33. Istilah indulgensi berasal dari bahasa
Latin, “indulgere”. (‘berbuat kebaikan
kepada’)
Selanjutnya, indulgensi dihubungkan
dengan praktek penghapusan dosa
dan kesalahan.
Paus Paulus VI dalam Konstitusi
Apostolik “Indulgentiarum doctrina” :
Indulgensi dapat diperuntukkan bagi
orang hidup dan orang mati.
34. Sakramen Pengakuan Dosa
menghindarkan orang dari hukuman
kekal.
Namun, hukuman sementara masih
harus dijalani. Hukuman sementara ini
bisa dihapus dengan melakukan silih
pertobatan.
Tindakan silih yang umumnya
menghasilkan indulgensi adalah berdoa,
mempraktekan devosi-devosi religius,
berpuasa, bermatiraga, memberikan
derma, melakukan karya karitatif, dan
35. Paus Yohanes Paulus II
Dalam Audiensi Umum, 4 Agustus
1999, dia mengajarkan tentang Api
Penyucian dan menekankan
pentingnya menguduskan diri sebelum
menghadap hadirat Allah yang kudus
Mereka yang masih memilki cacat dan
belum bersih, harus disucikan dahulu
sebelum masuk dalam persekutuan
dengan Allah yang sempurna
36. Paus Yohanes Paulus II
Api Penyucian tidak menunjuk tempat,
tetapi suatu keberadaan ( a condition
of existence). Api Penyucian juga
bukan perpanjangan keadaan hidup di
dunia. Sudah definitif
Mereka yang berada di Api Penyucian
sebenarnya masih berada dalam
ikatan kesatuan antara mereka yang
terberkati di surga dan kita yang
sedang berada di jalan menuju
Rumah Bapa
37. Paus Benediktus XVI
Dalam audensi umum, 12 Januari
2011, dia mengupas kehidupan Santa
Katarina dari Genoa.
Proses penyucian jiwa menuju
kesatuan dengan Allah, dimulai dari
rasa sedih yang mendalam karena
menyadari bahwa dosa yang
dilakukan tidak sebanding dengan
kasih Allah yang tanpa batas.
38. Api Penyucian seperti api yang
memurnikan dari dalam diri orang. Api
ini menimbulkan rasa sakit. Sakit
karena rasa sesal atas dosa-dosanya.
Api Penyucian bukanlah tempat,
melainkan proses
39. KESIMPULAN
1) Ajaran Api Penyucian merupakan
bagian dari tradisi suci gereja yang
diwariskan turun-temurun. Karena
sebuah tradisi, maka ajaran ini akan
selalu berkembang.
40. 2) Untuk bisa menghadap Allah, maka
orang harus dikuduskan, entah
selama masih hidup atau sesudah
mati. Jika terjadi sesudah mati, ia
dibersihkan seluruhnya dari kelekatan
dosa sampai benar-benar kudus.
Penyucian ini bukanlah sebuah
pilihan, tetapi syarat mutlak yang tidak
terhindarkan jika ingin bersatu dengan
Allah.
41. 3) Karena Allah Maha Kasih dan Maha
Rahim, maka Ia dengan senang hati
akan mengampuni dosa dan
kesalahan manusia yang bertobat.
Gereja juga diberi kuasa oleh Kristus
untuk mengampuni dan melepaskan
anggotanya dari dosa melalui
Sakramen Pengakuan Dosa. Akan
tetapi, pengampunan dosa tidak serta
merta menghapus hukuman atas
dosa.
42. 4) Api Penyucian adalah wujud nyata
dari Allah yang berbelas kasih
sekaligus Allah yang berkeadilan.
Belas kasih Allah yang mengampuni
tidak serta merta membebaskan orang
dari hukuman sementara.
43. 5) Hukuman dalam proses penyucian
ini menimbulkan rasa sakit dan
penderitaan. Penderitaan ini bukanlah
pertama-tama penderitaan fisik,
melainkan penderitaan batin atau
rohani.
Jiwa di Api Penyucian memiliki
kerinduan membara untuk bersatu
dengan Allah. Tetapi, tertunda karena
harus menjalani proses penyucian
atas dosa.
44. 6) Seperti halnya surga dan neraka,
Api Penyucian adalah “tempat ketiga”
yang penuh misteri.
45. 7) Api Penyucian adalah “tempat”
dan/atau “proses” penyucian jiwa
manusia setelah kematian. Namun,
untuk menyucikan jiwa, tidak perlu
harus menunggu sampai kematian
menjemput. Selama hidup orang
masih bisa menyucikan diri dan
menebus dosanya. Caranya dengan
mendapatkan indulgensi dari gereja
dan juga dari Allah. Memang, ada
aturan dan doa-doa khusus untuk
memperoleh indulgensi.