Anúncio
Anúncio

Mais conteúdo relacionado

Similar a TNP2K-Pramusrenbang-Rakor-Provinsi-NTB.pptx(20)

Anúncio

TNP2K-Pramusrenbang-Rakor-Provinsi-NTB.pptx

  1. PENAJAMAN PROGRAM DAN ANGGARAN UNTUK PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN RAKOR TKPK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT, 05 APRIL 2018 Muhammad Arif Tasrif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden RI
  2. 2 TANTANGAN POKOK (1) RPJMN menargetkan penurunan kemiskinan hingga 7-8% tahun 2019 (2016: 10,70%). Tetapi penurunan tingkat kemiskinan dan kerentanan masih cenderung melambat (kemiskinan yang tersisa cenderung berciri kronis dan secara geografis tersebar). Pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran terbuka cukup terjaga. Tetapi ketimpangan antar kelompok pendapatan masih sangat lebar: gini ratio sulit diturunkan dan mencapai level tertinggi dalam 50 tahun terakhir. Transfer dana dari pusat ke daerah terus meningkat, dari Rp. 220 triliun (2006) hingga Rp. 770 triliun (2016). Tetapi APBD yang diendapkan di perbankan masih sangat besar (2016: Rp. 238 triliun) TKPK sudah terbentuk di seluruh provinsi dan 92 persen kabupaten/kota. Tetapi kinerja koordinasi dan pengendalian program di daerah belum optimal.
  3. 3 Peningkatan pemanfataan data dalam perencanaan kebijakan (evidence- based policy making) TANTANGAN POKOK (2) • Peningkatan pemahaman pengambil kebijakan terkait permasalahan dan prinsip strategi penanggulangan kemiskinan • Peningkatan kapasitas analitik tim teknis TKPK terkait perencanaan program dan anggaran
  4. 4 Profil Kemiskinan, Kerentanan dan Ketimpangan
  5. 5 Persentase penduduk miskin Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah tertinggi ke-8 antar provinsi (2017) KEMISKINAN (1) 32.06 18.28 16.46 15.96 15.31 15.31 15.1 13.43 9.55 9.27 NASIONAL - 10.12 NTB - 16.07 Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat - 2017 27.62 25.1 21.85 18.45 17.65 16.89 16.45 16.07 14.14 13.69 13.19 13.02 13.01 12.81 11.77 11.3 10.22 9.38 8.71 8.19 8.1 7.88 7.78 7.22 6.87 6.35 6.19 6.06 5.45 5.37 5.2 4.73 4.25 3.77 PAPUA PABAR NTT MALUKU GORONTALO ACEH BENGKULU NTB SULTENG LAMPUNG SUMSEL YOGYAKARTA JATENG SULRA JATIM SULBAR SUMUT SULSEL JABAR JAMBI SULUT KALBAR RIAU KALTARA SUMBAR MALUT KALTIM KEPRI BANTEN KALTENG BABEL KALSEL BALI JAKARTA Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi - 2017 Persentase Penduduk Miskin tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah di Kab. Lombok Utara, lebih dari tiga kali lipat angka tersebut di Kota Bima (2017)
  6. 6 Rata-rata Pertumbuhan Tingkat Kemiskinan (%) vs Rata-rata Pertumbuhan Eknomi (%) Menurut Provinsi, Tahun 2010-2016 KEMISKINAN (2)
  7. 7 Secara rata-rata dalam delapan tahun terakhir penurunan persentase penduduk miskin relatif signifikan (0.72% per tahun) KEMISKINAN (3) 552,600 445,230 415,400 391,400 385,310 377,280 378,830 368,550 456,700 450,960 412,900 439,450 431,310 425,010 407,750 379,570 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Komposisi Penduduk Miskin (Kota-Desa) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 - 2017 Jumlah Penduduk Miskin - Kota (Jiwa) Jumlah Penduduk Miskin - Desa (Jiwa) Sumber: BPS, diolah 28.16 23.42 21.65 20.28 19.17 18.40 17.55 16.23 16.78 16.99 15.41 16.32 15.52 15.18 14.82 14.06 21.58 19.67 18.02 17.25 17.05 17.10 16.48 16.07 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Komposisi Penduduk Miskin Perkotaan dan Perdesaan dengan Tingkat Kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 - 2017 Persentase Penduduk Miskin - Kota (%) Persentase Penduduk Miskin - Desa (%) Persentase Penduduk Miskin (%) Sumber: BPS, diolah
  8. 8 KEMISKINAN (4) 3.77 3.33 3.20 2.72 2.92 3.25 3.00 3.13 1.01 0.89 0.83 0.66 0.72 0.91 0.77 0.85 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010 - 2017 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (Indeks) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Indeks) Sumber: BPS, diolah 5.65 4.58 4.40 3.60 3.90 2.68 3.03 3.00 2.41 2.80 2.34 2.09 2.22 2.76 2.31 2.32 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) - Kota (Indeks) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) - Desa (Indeks) 1.63 1.25 1.23 0.97 0.61 0.73 0.78 0.76 0.56 0.71 0.54 0.43 0.45 0.72 0.55 0.52 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) - Kota (Indeks) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) - Desa (Indeks)
  9. 9 Garis Kemiskinan (2010-2017) Rata-rata Kenaikan Garis Kemiskinan Nasional : 8,22 % Rata-rata Kenaikan Garis Kemiskinan Provinsi NTB : 6.45 % Rata-rata Kenaikan Garis Kemiskinan Tertinggi Kab Lombok Barat : 6.43 % Rata-rata Kenaikan Garis Kemiskinan Terrendah Kota Bima : 3.98 % KEMISKINAN (5) 390,979 369,645 396,668 300,643 266,483 288,703 444,465 398,702 428,754 299,346 Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kab. Dompu Kab. Bima Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram Kota Bima Garis Kemiskinan (Rp) Menurut Kabupaten Provinsi Nusa Tenggara Barat - 2017 Su`mber :BPS (Susenas) 211,726 243,729 259,520 292,951 312,328 344,809 361,990 387,160 215,576 242,831 248,758 278,514 297,907 314,238 333,996 345,341 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Analisis Relevansi Garis Kemiskinan (Rp) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010 - 2017 Nasional Provinsi Nusa Tenggara Barat Sumber :BPS (Susenas)
  10. 10 KEMISKINAN (6)
  11. 11 Jumlah Penduduk Miskin dan Rentan Miskin Provinsi Nusa Tenggara Barat - 2015 KERENTANAN (1) Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017
  12. 12 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin (Makro) dan Jumlah Penduduk menurut Desil 1-4 (Mikro), Provinsi Nusa Tenggara Barat Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 CIRI KEMISKINAN MIKRO PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Total Jumlah Penduduk Miskin dan Rentan (Desil 1-4), Provinsi Nusa Tenggara Barat : 2.437.546 jiwa / 724.734 ruta. Desil 1 : 1.116.324 jiwa / 282.124 ruta Desil 2 : 573.171 jiwa / 182.529 ruta Desil 3 : 428.056 jiwa / 149.281 ruta Desil 4 : 319.995 jiwa / 110.800 ruta Sumber: TNP2K dan Badan Pusat Statistik, 2015 Rata-rata jumlah anggota rumah tangga: Desil 1 : 3.96 jiwa/ruta Desil 2 : 3.14 jiwa /ruta Desil 3 : 2.87 jiwa /ruta Desil 4 : 2.88 jiwa /ruta 1,116,324 802,290 573,171 428,056 319,995 Penduduk Miskin dan Rentan (Desil 1-4) Jumlah Penduduk Miskin (2015) Jumlah Penduduk Rentan NTB : 1.635.256 Jiwa KERENTANAN (2)
  13. 13 Pertanian tanaman padi & palawija, 276584, 33% Hortikultura, 30340, 4% Perkebunan, 109831, 13% Perikanan tangkap, 22675, 3% Perikanan budidaya, 2704, 0% Peternakan, 55441, 7% Kehutanan/ pertanian lainnya, 7003, 1% Pertambangan/ penggalian, 13332, 2% Industri pengolahan, 51870, 6% Listrik dan gas, 1136, 0% Bangunan/ konstruksi, 67083, 8% Perdagangan, 81269, 10% Hotel dan rumah makan, 7643, 1% Transportasi dan pergudangan, 29657, 4% Informasi & komunikasi, 537, 0% Keuangan dan asuransi, 1332, 0% Jasa Pendidikan, Kesehatan, Kemasyarakatan, Pemerintahan & Perorangan, 5890, 1% Pemulung, 56232, 7% Lainnya, 23501, 3% Penduduk Desil 1-4 Menurut Jenis Mata Pencaharian Provinsi Nusa Tenggara Barat - 2015
  14. 14 133,783 89,207 56,718 45,613 40,204 26,603 25,010 8,489 3,251 1,762 LOMBOK TIMUR LOMBOK TENGAH BIMA SUMBAWA LOMBOK BARAT LOMBOK UTARA DOMPU SUMBAWA BARAT KOTA BIMA KOTA MATARAM Penduduk Desil 1-4 dengan Mata Pencaharian Bidang Pertanian (Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Kehutanan) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat - 2015
  15. 15 SEKOTONG LEMBAR GERUNG LABU API KEDIRI KURIPAN NARMADA LINGSAR GUNUNG SARI BATU LAYAR PRAYA BARAT PRAYA BARAT DAYA PUJUT PRAYA TIMUR JANAPRIA KOPANG PRAYA PRAYA TENGAH JONGGAT PRINGGARATA BATUKLIANG BATUKLIANG UTARA KERUAK JEROWARU SAKRA SAKRA BARAT SAKRA TIMUR TERARA MONTONG GADING SIKUR MASBAGIK PRINGGASELA SUKAMULIA SURALAGA SELONG LABUHAN HAJI PRINGGABAYA SUELA AIKMEL WANASABA SEMBALUN SAMBELIA LUNYUK ORONG TELU ALAS ALAS BARAT BUER UTAN RHEE SUMBAWA LABUHAN BADAS UNTER IWES MOYOHILIR MOYO UTARA 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 12.00 22.00 32.00 42.00 52.00 62.00 Persentase Penduduk dengan Matapencaharian Pertanian terhadap total desil 1-4 (%) Persentase Desil 1 terhadap Total Desil 1-4 (%) Persentase Desil 1 terhadap Total Desil 1-4 (%) Terhadap Persentase Penduduk Mata Pencaharian Pertanian Desil 1 terhadap Total Desil 1-4 (%) Menurut Kecamatan, Prov. NTB - 2015 Sumber : BDT
  16. 16 KETIMPANGAN (1) 0.40 0.36 0.35 0.36 0.38 0.37 0.36 0.37 0.38 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.40 0.39 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Gini Rasio Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nasional, 2010-2017 NTB NASIONAL
  17. 17 KETIMPANGAN (2)
  18. 18
  19. 19 Profil Umum (APBD) Antar-Provinsi
  20. 20 PENGARUH BELANJA PUBLIK
  21. 21 Derajat otonomi fiskal , Ketergantungan terhadap transfer dari pusat 
  22. 22 Ruang fiskal , Diskresi untuk mendanai belanja prioritas 
  23. 23 Porsi belanja modal , Peluang pertumbuhan ekonomi 
  24. 24 Porsi belanja pegawai tidak langsung , Sumber pendanaan program (belanja modal dan barang- jasa) 
  25. 25 Belanja Kesejahteraan : APBD Fungsi Pendidikan, Kesehatan, Perumahan dan Fasilitas Umum serta APBD Fungsi Perlindungan Sosial Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kab. Dompu Kab. Bima Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram Kota Bima 58.00 60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 9.00 14.00 19.00 24.00 29.00 34.00 Belanja Kesejahteraan Persentase Penduduk Miskin (%) Pengelompokan Kabupaten Kota menurut Persentase Penduduk Miskin (%) dan Persentase Alokasi Belanja Kesejahteraan (%) Nusa Tenggara Barat - 2016 Sumber :BPS (Susenas)
  26. 26 31.77 7.85 13.50 5.42 9.81 9.29 21.79 9.67 14.34 5.50 2.75 6.86 8.72 12.75 6.02 6.21 11.77 15.05 30.45 14.13 18.91 17.51 8.14 14.79 16.48 15.16 10.58 19.33 23.25 22.14 37.28 38.08 31.39 29.99 Rasio Belanja APBD Terhadap PDRB Menurut Provinsi Tahun 2016 (Harga Berlaku) Sumber :BPS (Susenas)
  27. 27 Sumber :BPS (Susenas) 10.19 12.68 14.35 15.65 15.86 14.20 15.05 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rasio Belanja APBD Terhadap PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010-2016 (Harga Berlaku)
  28. 28 Profil Umum (APBD) Intra-Provinsi
  29. 29 Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kab. Dompu Kab. Bima Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram Kota Bima 58.00 60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 9.00 14.00 19.00 24.00 29.00 34.00 Belanja Kesejahteraan Persentase Penduduk Miskin (%) Pengelompokan Kabupaten Kota menurut Persentase Penduduk Miskin (%) dan Persentase Alokasi Belanja Kesejahteraan (%) Nusa Tenggara Barat - 2016 Sumber :BPS (Susenas)
  30. 30 Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kab. Dompu Kab. Bima Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram Kota Bima 13.00 18.00 23.00 28.00 33.00 38.00 43.00 9.00 14.00 19.00 24.00 29.00 34.00 Ruang Fiskal (%) Persentase Penduduk Miskin (%) Pengelompokan Kabupaten Kota menurut Persentase Kemiskinan (%) Terhadap Ruang Fiskal (%) Nusa Tenggara Barat - 2016 Sumber :BPS (Susenas)
  31. 31 Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kab. Dompu Kab. Bima Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram Kota Bima 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 9.00 14.00 19.00 24.00 29.00 34.00 Derajat Otonomi Fiskal (%) Persentase Penduduk Miskin (%) Pengelompokan Kabupaten Kota menurut Persentase Kemiskinan (%) Terhadap Derajat Otonomi Fiskal (%) Nusa Tenggara Barat - 2016 Sumber :BPS (Susenas)
  32. 32 Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kab. Dompu Kab. Bima Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram Kota Bima 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 9.00 14.00 19.00 24.00 29.00 34.00 Belanja Modal (%) Persentase Penduduk Miskin (%) Pengelompokan Kabupaten Kota menurut Persentase Kemiskinan (%) Nusa Tenggara Barat - 2016 Sumber :BPS (Susenas)
  33. 33 Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kab. Dompu Kab. Bima Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram Kota Bima 32.00 37.00 42.00 47.00 52.00 57.00 9.00 14.00 19.00 24.00 29.00 34.00 Belanja Pegawai Tidak Langsung (%) Persentase Penduduk Miskin (%) Pengelompokan Wilayah berdasarkan Persentase Penduduk Miskin (%) dan Belanja Pegawai Tidak Langsung (%) Nusa Tenggara Barat - 2016 Sumber :BPS (Susenas)
  34. 34 PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK)
  35. 35 Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang sudah diperbarui dengan Peraturan Presiden No. 96 Tahun 2015 •Dalam upaya meningkatkan koordinasi penanggulangan kemiskinan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang selanjutnya disebut TKPK (Pasal 15) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota •Gubernur dalam melaksanakan percepatan penanggulangan kemiskinan sebagaima dimaksud dalam Pasal 2 Ayat 1 membentuk TKPK Provinsi (Pasal 7 Ayat 1) •Bupati/Walikota dalam melaksanakan percepatan penanggulangan kemiskinan sebagaima dimaksud dalam Pasal 2 Ayat 1 membentuk TKPK Kabupaten/Kota (Pasal 7 Ayat 2) PEMBENTUKAN TKPK: DASAR HUKUM
  36. 36 TUGAS TKPK KOORDINASI •Koordinasi penyusunan SPKD sebagai dasar RPJMD di bidang penanggulangan kemiskinan •Koordinasi SKPD dalam penyusunan Renstra SKPD •Koordinasi SKPD dalam penyusunan RKPD •Koordinasi SKPD dalam penyusunan Renja SKPD •Evaluasi perumusan dokumen rencana pembangunan daerah bidang penanggulangan kemiskinan PENGENDALIAN •Pengendalian pemantauan terhadap pencapaian tujuan program penanggulangan kemiskinan agar sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah •Pengendalian pemantauan pelaksanaan kelompok program penanggulangan kemiskinan oleh SKPD, meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan dana dan kendala •Penyusunan hasil pemantauan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan secara periodik •Pengendalian evaluasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan •Pengendalian penanganan pengaduan masyarakat bidang penanggulangan kemiskinan •Penyiapan LP2KD kepada Kepala Daerah dan TNP2K Program dan anggaran daerah yang lebih sesuai prioritas intervensi dan prioritas wilayah penanggulangan kemiskinan Informasi umpan balik untuk perbaikan dan pengembangan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerah Permendagri 42/2010
  37. 37 PENENTU KEAKTIFAN TKPK • Keberadaan tim teknis TKPK sebagai focal-point adalah syarat terpenting bagi keaktifan TKPK. Kendalanya berkaitan dengan mutasi PNS di daerah. Banyak daerah mengharapkan sekretariat TKPK didukung oleh tenaga-ahli (Non-PNS) • Kepemimpinan langsung kepala daerah dan wakilnya juga sangat penting. Ketidakharmonisan antara keduanya menghambat realisasi agenda TKPK.
  38. 38 KOMPONEN ANALISIS MENENTUKAN PRIORITAS RUMAHTANGGA SASARAN MENENTUKAN PRIORITAS WILAYAH MENENTUKAN PRIORITAS INTERVENSI MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH MENILAI RELEVANSI APBD •Posisi relatif •Perkembangan antarwaktu •Efektivitas •Relevansi perkembangan •Perubahan akibat intervensi •Pemenuhan SPM •Keterkaitan perubahan hasil dan perubahan akibat intervensi •Kuadran wilayah menurut kombinasi indikator •Pemetaan desa •Relevansi karakteristik rumah-tangga •Pendapatan (Derajat Otonomi Fiskal dan Ruang Fiskal) •Belanja Menurut Program •Belanja Menurut Mata- Anggaran •Belanja Menurut Pelaksana Program •Belanja Menurut Sumber Pendanaan
  39. 39 Permendagri 42/2010
  40. 40 MENGAPA PERLU SPKD?
  41. 41 BAB I PENDAHULUAN BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH BAB IV PRIORITAS INTERVENSI DAN PRIORITAS WILAYAH BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD BAB VI KAJIULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN KOORDINASI BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH BAB VIII SISTEM MONITORING DAN EVALUASI BAB IX PENUTUP SISTEMATIKA SPKD
  42. 42 MASALAH KEMISKINAN KONSUMSI, 2016 Bidang Kemiskinan Ekonomi ASPEK YANG DIANALISIS Posisi Relatif Perkembangan Antar-Waktu Efektivitas Relevansi INDIKATOR UTAMA Persentase penduduk miskin (%) 1 2 3 4 Jumlah penduduk miskin (Jiwa) 5 6 7 8 Indeks Kedalaman Kemiskinan 9 10 11 12 Indeks Keparahan Kemiskinan 13 14 15 16
  43. 43 Posisi relatif •Apakah capaian suatu indikator di tahun terakhir lebih baik, sama atau lebih buruk daripada capaian di tingkat provinsi dan nasional? •Apakah capaian terakhir suatu indikator lebih baik, sama atau lebih buruk daripada indikator kinerja/target RPJMD? Perkembangan antar-waktu •Apakah capaian di tahun terakhir itu lebih baik, sama atau lebih buruk daripada capaian tahun- tahun sebelumnya, terutama dalam tiga hingga lima tahun terakhir? •Apakah capaian indikator dari tahun ke tahun selama periode yang dimaksud mengalami fluktuasi atau konsisten membaik, sama atau memburuk? PERTANYAAN ANALISIS
  44. 44 Efektivitas •Apakah perubahan capaian indikator secara keseluruhan dalam periode yang dianalisis menunjukkan perbaikan, sama, atau memburuk? •Apakah perubahan capaian indikator antar- tahun dalam periode yang dimaksud mengalami percepatan, tetap, atau perlambatan? Relevansi •Apakah kecenderungan perubahan yang terjadi di tingkat kabupaten/kota sejalan dengan yang terjadi di tingkat provinsi/nasional? Keterkaitan •Apakah perubahan dalam suatu indikator didukung oleh perubahan dalam indikator lain yang secara teoretis atau empiris berkaitan? PERTANYAAN ANALISIS
  45. 45 PENARGETAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAHTANGGA
  46. 46
  47. 47
  48. 48
  49. 49
  50. 50
  51. 51
  52. 52
  53. 53
  54. 54 54 Lebih berhak menerima KPS karena kondisi anggota keluarga lain tidak bekerja, memiliki jumlah tanggungan lebih banyak, dan kondisi pasangan tidak bekerja. Secara kasat mata terlihat lebih berhak menerima KPS PENENTUAN RUMAH TANGGA PENERIMA PROGRAM
  55. 55 HARAPAN KEPADA TKPK • Pemantapan kapasitas tim teknis dalam analisis dan perencanaan penanggulangan kemiskinan berbasis data. • Penyusunan dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). • Penajaman substansi materi Rakor TKPK di daerah. • Advokasi untuk peningkatan relevansi anggaran SKPD untuk penanggulangan kemiskinan.
  56. 56 Terima kasih
Anúncio