SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
MAGISTER TEKNIK SISTEM
PROGRAM PASCASARJANA
   FAKULTAS TEKNIK
UNVERSITAS GADJAH MADA
         2012
 Sampah merupakan bahan yang tidak mempunyai nilai
 atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau
 khusus dalam produksi atau pemakaian, barang rusak atau
 cacat selama manufaktur atau materi berkelebihan atau
 buangan (Kamus lingkungan, 1994). Menurut Sudradjat
 (2006) Sumber sampah kota yang terbanyak dari
 pemukiman dan pasar tradisional yang terdiri dari sampah
 organik dan sampah anorganik. Menurut Sofian
 (2006), sampah organik dikelompokkan lagi menjadi
 bahan organik lunak (sampah basah), bahan organik
 keras, bahan selulosa, bahan organik protein
 tinggi, sampah ini disebut sampah biodegradable.
 Sampah anorganik (sampah kering) antara lain:
  plastik, kaca, karet, besi, logam, gelas, styrifoam
  adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh
  mikroorganisme pengurai menjadi senyawa
  sederhana, sampah ini disebut sampah non
  biodegradable.
 Adapun sumber sampah menurut Santoso (1998) dan
  Tim Penulis Panebar Swadaya adalah sebagai berikut:
  (1) Sampah industri (Industrial waste). (2) Sampah
  domestik (Domestic sewage). (3) Sampah komersial
  (Commercial waste). (4) Sampah alam. (5) Sampah
  rumah sakit. (6) Sampah manusia (Human erecta).
 Menurut Sudradjat (2006) sampah kota mempunyai
 komposisi sebagai berikut:
 1. Volume sampah: 2-2,5lt/ kapita/hari.
 2. Berat sampah: 0,5 kg/ kapita/hari.
 3. Kerapatan: 200-300 kg/ m3.
 4. Sampah organik: 75-95%.
 5. Kadar air: 65-75%.
 6. Komponen lain adalah: kertas (6%), kayu
    (3%), plastik (2%), gelas (1%), lain-lain (4%).
 Sampah dapat menimbulkan dampak yang antara lain:
 (1) Dampak bagi kesehatan manusia. (2) Dampak bagi
 lingkungan. (3) Dampak terhadap sosial ekonomi
 (Basriyanta, 2007). Oleh karena itu sampah harus
 dikelola dan diolah dengan menghilangkan dan
 meminimalisasi dampak negatif ini dengan cara
 menerapkan 4 R+D, sebagai berikut: mengurangi
 (reduce), memakai kembali (reuse). mendaur ulang
 (recycle). mengganti (replace), membuang (disposal)
 (Hadisuwito, 2007).
 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
 khususnya dalam bidang pertanian seperti:
 TSP, UREA, ZA, dan lain-lain telah mampu
 meningkatkan produksi pangan tetapi di sisi lain
 penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan secara
 terus-menerus telah membawa dampak terhadap
 penurunan kesuburan tanah, kemerosotan daya
 dukung lahan dan akhirnya secara langsung
 berdampak linier terhadap pelandaian (leveling off)
 atau penurunan (declining effects) kapasitas
 penyediaan pangan (Goenadi, 2006).
 Dampak negative lain dari peralihan penggunaan
 pupuk organik (kandang, kompos, tanaman golongan
 leguminoceae) ke penggunaan pupuk anorganik
 (kimia) dalam jangka waktu yang cukup panjang yaitu
 menjadikan tanah pertanian menjadi keras sehingga
 produktivitas semakim menurun. Hal ini disebabkan
 penumpukan sisa atau residu pupuk kimia dalam
 tanah yang berakibat tanah sulit terurai.
 Jika tanah menjadi semakin keras, maka akan
 mengakibatkan tanaman akan semakin sulit menyerap
 pupuk atau unsur hara tanah. Sehingga dibutuhkan
 dosis pupuk yang semakin tinggi untuk menghasilkan
 hasil panen yang sama. Selain itu dengan semakin
 kerasnya tanah, proses penyebaran perakaran dan
 aerasi (pernafasan) akar akan terganggu yang
 berakibat akar tidak dapat berfungsi optimal dan pada
 gilirannya akan menurunkan kemampuan produksi
 tanaman tersebut.
 Upaya yang dilakukan untuk mengembalikan
 kesuburan tanah, adalah dengan pemberian pupuk
 organik yang seimbang dengan pupuk kimia.
 Penggunaan pupuk organik (kompos) dapat
 memperbaiki struktur tanah, dapat memacu aktifitas
 mikroorganisme tanah yang akhirnya dapat
 meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan
 kandungan unsur makro dan mikro yang lengkap
 biarpun kandungannya sedikit. Kompos juga
 mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
 Adapun pengaruh kompos terhadap sifat fisik, kimia, dan
  biologi tanah sebagai berikut: (1) Pengaruh kompos terhadap
  sifat fisik tanah: kompos memperbaiki struktur tanah, kompos
  menambah kemampuan tanah untuk menahan air. (2) Pengaruh
  kompos terhadap sifat kimia tanah: meningkatkan kapasitas
  pertukaran kation, meningkatkan ketersediaan unsur
  hara, kompos mampu meningkatkan pH pada tanah asam. (3)
  Pengaruh kompos terhadap sifat biologi tanah: pemberian
  kompos akan meningkatkan nutrien (unsur hara) dan
  menambah mikroorganisme sehingga dapat memantapkan
  agregat tanah, meningkatkan serapan unsur hara dan siklus
  unsur hara dalam tanah, mengendalikan patogen dalam
  tanah, dan mempercepat pelapukan limbah organik padat, tanpa
  menimbulkan pencemaran baru terhadap lingkungan
  (Goenadi, 2006).
 Kompos ialah hasil proses pengomposan atau peruraian
 (dekomposisi) terkendali terhadap bahan organik, seperti
 daun, rumput, dan sisa makanan oleh mikroba.
 Dekomposisi bahan organik dalam pengkomposan
 melibatkan proses fisis dan kimia. Selama proses
 dekomposisi, bahan organik dipecah melalui aktifitas
 metabolisme mikroba. Mikroba memerlukan kelembaban
 dan oksigen untuk bahan organik dengan efisien. Mikroba
 menghasilkan kalor dan “memasak” kompos. Suhu yg baik
 untuk proses ini adalah antara 25 dan 55oC. Suhu tinggi
 diperlukan untuk pengomposan yg cepat dan pembunuhan
 beberapa organisme yg tidak diperlukan.
 Pengomposan secara tradisional memerlukan waktu 3
 – 6 bulan, tetapi dengan penambahan biostarter
 proses pengomposan dapat dipercepat selama kurang
 lebih sebulan. Biostarter atau bioaktivator adalah
 bahan yang terdiri dari enzim, asam humat
 bahan, dan mikroorganisme (kultur bakteri) yang
 dapat mempercepat proses pengomposan
 (Sofian, 2006). Adapun Biostarter yang dapat
 digunakan adalah: Biostarter EM4, Biostarter
 Stardec, Biostarter Tradisional.
 Pengolahan sampah organik padat dari sampah kota
 menjadi kompos merupakan langkah yang paling
 sesuai dan selaras dengan lingkungan karena tidak
 menimbulkan polusi. Lingkungan akan menjadi
 bersih, sehat, nyaman dan asri. Bahan yang dapat
 dikomposkan adalah sampah organik yang terdiri atas:
 sampah organik lunak, sampah organik keras, bahan
 selulosa, dan bahan yang mengandung protein tinggi
 (Djuarnani dkk, 2005).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan
 adalah:
 1. Ukuran bahan (ukuran bahan antara 3-5 cm, sedangkan
    bahan organik keras berukuran 0,5-1 cm).
 2. C/N ratio kompos (nilai C/N ratio kompos mendekati
    tanah yaitu 10-20).
 3. Kelembaban (kelembaban optimal 50%).
 4. Temperatur/suhu pengomposan (temperatur optimum
    adalah 350C – 550C dengan suhu maksimum 750C).
 5. Derajat keasaman/pH (kisaran pH kompos yang
    optimal adalah 6,0-8,0).
6. Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan
   (digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: (a)
   Mikroorganisme psikrofil (kryofil) hidup dan
   tumbuh pada rentang temperatur antara 00C sampai
   300C, dengan temperatur optimum 150C. (b) Mikroba
   mesofil adalah mikroorganisme yang mempunyai
   temperatur optimum pertumbuhan antara 250C-
   370C, minimum 150C dan maksimum 550C. (c)
   Mikroba termofil adalah mikroorganisme yang dapat
   tumbuh pada temperatur tinggi, yaitu: optimum
   diantara 550C–600C, minimum 400C sedangkan
   maksimum 750C.
7. Komposisi bahan (pengomposan dari beberapa macam
    bahan akan lebih baik dan lebih cepat).
8. Jumlah mikroorganisme.
9. Pengadukan/homogenasi (kisaran pengadukan bahan
    organik yang baik adalah seminggu sekali).
10. Pengaturan udara/aerasi (pengaturan udara sangat
    dibutuhkan agar proses dekomposisi bahan organik
    dapat berjalan dengan baik).
11. Kandungan bahan berbahaya (bahan B3 antara lain:
    Cr, Ni, Pb, Au).
12. Lama pengomposan (berlangsung beberapa minggu
    sampai 2 tahun).
 Salah satu biostarter yang digunakan untuk mempercepat
 proses pengomposan sampah organik adalah
 MOL, adapun cara pembuatannya ialah :
 1. Bahan :
    a. Berbagai jenis buah-buahan (yang mengandung
       gula) yang sudah busuk dan/atau sisa/kulit buah
       yang lunak (± 250 gram)
    b. Air matang/air cucian beras (± 1 Liter)
    c. Tetes tebu atau gula pasir atau gula merah(3 sdm)
 2. Alat :
    a. Pisau atau Blender
    b. Botol plastik 1,5 liter
3. Cara pembuatan :
  a. Masukkan air matang/air cucian beras ± 1 liter dan
     tetes tebu/gula pasir/gula merah sebanyak 3 sdm ke
     dalam botol yang sudah dibersihkan
  b. Potong kecil-kecil atau blender buah busuk
     dan/atau sisa/kulit buah, kemudian masukkan ke
     dalam botol yang sudah terisi tadi
  c. Biarkan selama ± 3 hari
  d. Bila sudah keluar buih di permukaannya, MOL siap
     digunakan
 Ciri-ciri kualitas kompos yang sudah matang sebagai berikut :
  1.    Bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga
        hitam (coklat kehitam-hitaman)
  2.    Tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah)
  3.    Tidak mengandung asam lemak yang menguap
  4.    Mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan)
  5.    Memiliki C/N ratio sebesar 10-20, tergantung dari bahan baku dan
        derajat humifikasi
  6.    Tingkat keasaman (pH) kompos sebesar 6,5-7,5
  7.    Kapasitas pertukaran kation (KPK) tinggi, mencapai 110 me/100
        gram.
  8.    Suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30 – 350C)
  9.    Daya absorbsi air tinggi.
  10.   Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek
        menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman (Simamora
        dan Salundik, 2006).
1. Larutkan Bioaktivator sebanyak ± 3% dari bahan sampah organic
   (sebaiknya digunakan air sumur). Diamkan selama 1 jam, selama
   didiamkan lakukan pengadukan 3 -5 kali. Bioaktivator berfungsi
   untuk mempercepat proses pembusukan sampah organik.
2. Siram/cipratkan larutan Bioaktivator pada bahan sampah organik
   sampai membasahi semua bahan.
3. Campur bahan sampah organik yang telah disiram Bioaktivator
   dengan organic Agent (Unsur Carbon) sebanyak 5-10% dari sampah
   organik aduk sampai merata Pencampuran Organic Agent untuk
   mendapatkan rasio C/N yang terbaik sehingga proses pengomposan
   akan berjalan cepat.
4. Bahan sampah organik yang telah diproses dimasukan ke dalam
   media simpan komposter. Tutup selama 1 hari, proses komposting
   yang baik, temperatur 45-65 C dapat dicapai 2-3 hari.
5. Proses Pembusukan sampah organik secara aerob dalam komposter
   selama ± 10 hari. Bolak-balik/tusuk-tusuk sampah organik setiap
   hari agar proses aerasi berjalan sempurna. Bahan kompos harus
   selalu dijaga kelembabannya, suhu dan aerasi.
6. Perubahan warna menjadi hitam dan coklat kehitaman menandakan
   bahwa sampah organik sudah menjadi kompos.
7. Setelah dikeluarkan dari komposter, kompos tersebut masih
   basah, lengket dan lembab sehingga perlu disimpan di tempat teduh
   agar kena angin. kompos akan menjadi kering dan gembur.
8. Setelah kompos tidak lengket lakukan pengayakan agar
   menghasilkan kompos yang baik yaitu ukuran kompos yang
   seragam. Apabila akan dikemas, pilih bahan kemasan yang kedap
   udara untuk menghindarkan kehilangan kandungan air dan tidak
   mudah rusak serta tahan lama.
a. Untuk tanaman dalam pot
  Campuran = tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 1)

b. Untuk tanaman di tanah
  Campuran = pasir : kompos (1 : 1)
Presentasi kompos

More Related Content

What's hot

Pemanfaatan sagu
Pemanfaatan saguPemanfaatan sagu
Pemanfaatan sagu
Aip aip
 
1 pengertian dan karakteristik sampah
1 pengertian dan karakteristik sampah1 pengertian dan karakteristik sampah
1 pengertian dan karakteristik sampah
Norma Asrika
 
eco enzyme / enzim sampah dapur
eco enzyme / enzim sampah dapureco enzyme / enzim sampah dapur
eco enzyme / enzim sampah dapur
dwinandatsania
 

What's hot (20)

Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
 
Evaluasi lahan untuk komoditas pertanian
Evaluasi lahan untuk komoditas pertanianEvaluasi lahan untuk komoditas pertanian
Evaluasi lahan untuk komoditas pertanian
 
Tanaman pangan
Tanaman panganTanaman pangan
Tanaman pangan
 
Pemanfaatan sagu
Pemanfaatan saguPemanfaatan sagu
Pemanfaatan sagu
 
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahPersyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
 
1 pengertian dan karakteristik sampah
1 pengertian dan karakteristik sampah1 pengertian dan karakteristik sampah
1 pengertian dan karakteristik sampah
 
Parameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanahParameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanah
 
1. dasar dasar pengomposan
1. dasar dasar pengomposan1. dasar dasar pengomposan
1. dasar dasar pengomposan
 
Hama teh
Hama tehHama teh
Hama teh
 
eco enzyme / enzim sampah dapur
eco enzyme / enzim sampah dapureco enzyme / enzim sampah dapur
eco enzyme / enzim sampah dapur
 
Sistem Informasi Lingkungan
Sistem Informasi LingkunganSistem Informasi Lingkungan
Sistem Informasi Lingkungan
 
Makalah pencemaran tanah
Makalah pencemaran tanahMakalah pencemaran tanah
Makalah pencemaran tanah
 
Pengolahan lahan pertanian organik
Pengolahan lahan pertanian organikPengolahan lahan pertanian organik
Pengolahan lahan pertanian organik
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
 
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
 
Pencemaran Tanah
Pencemaran TanahPencemaran Tanah
Pencemaran Tanah
 
Pengelolaan Sampah Organik di Pemukiman
Pengelolaan Sampah Organik di PemukimanPengelolaan Sampah Organik di Pemukiman
Pengelolaan Sampah Organik di Pemukiman
 
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah
 

Similar to Presentasi kompos

pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsionalpengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
Zuhriah As'ad
 
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Jidun Cool
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Ariefman Fajar
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Rizka Pratiwi
 
Baja organik
Baja organikBaja organik
Baja organik
Akma Ija
 
komposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakurakomposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakura
Wila Dantika
 
Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos
Wila Dantika
 

Similar to Presentasi kompos (20)

Paper kompos dan pengomposan
Paper kompos dan pengomposanPaper kompos dan pengomposan
Paper kompos dan pengomposan
 
13. lap kompos
13. lap kompos13. lap kompos
13. lap kompos
 
PROKER 1 - Presentasi.pdf
PROKER 1 - Presentasi.pdfPROKER 1 - Presentasi.pdf
PROKER 1 - Presentasi.pdf
 
Bahan organik tanah
Bahan organik tanah Bahan organik tanah
Bahan organik tanah
 
74211d585 pembuatan-kompos.docx
74211d585 pembuatan-kompos.docx74211d585 pembuatan-kompos.docx
74211d585 pembuatan-kompos.docx
 
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKANLAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
 
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsionalpengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
PENCEMARAN TANAH
PENCEMARAN TANAH PENCEMARAN TANAH
PENCEMARAN TANAH
 
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
 
Lapporan k ompos
Lapporan k omposLapporan k ompos
Lapporan k ompos
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
 
Kuliah 10 & 11
Kuliah 10 & 11Kuliah 10 & 11
Kuliah 10 & 11
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
 
Baja organik
Baja organikBaja organik
Baja organik
 
Paper
PaperPaper
Paper
 
cara membuat pupuk kompos beserta tahapan.pdf
cara membuat pupuk kompos beserta tahapan.pdfcara membuat pupuk kompos beserta tahapan.pdf
cara membuat pupuk kompos beserta tahapan.pdf
 
16073402 komposlimbahkakao
16073402 komposlimbahkakao16073402 komposlimbahkakao
16073402 komposlimbahkakao
 
komposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakurakomposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakura
 
Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos
 

More from Agus Aktawan (8)

Biodiesel from kapok oil
Biodiesel from kapok oilBiodiesel from kapok oil
Biodiesel from kapok oil
 
Identifikasi polutan padat
Identifikasi polutan padatIdentifikasi polutan padat
Identifikasi polutan padat
 
Identifikasi polutan gas
Identifikasi polutan gasIdentifikasi polutan gas
Identifikasi polutan gas
 
Bentuk Kota
Bentuk KotaBentuk Kota
Bentuk Kota
 
Potensi Hutan
Potensi HutanPotensi Hutan
Potensi Hutan
 
Mendesain Perkotaan
Mendesain PerkotaanMendesain Perkotaan
Mendesain Perkotaan
 
Perencanaan Wilayah
Perencanaan WilayahPerencanaan Wilayah
Perencanaan Wilayah
 
Proposal takbir keliling
Proposal takbir kelilingProposal takbir keliling
Proposal takbir keliling
 

Recently uploaded

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 

Presentasi kompos

  • 1. MAGISTER TEKNIK SISTEM PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNVERSITAS GADJAH MADA 2012
  • 2.  Sampah merupakan bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian, barang rusak atau cacat selama manufaktur atau materi berkelebihan atau buangan (Kamus lingkungan, 1994). Menurut Sudradjat (2006) Sumber sampah kota yang terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional yang terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik. Menurut Sofian (2006), sampah organik dikelompokkan lagi menjadi bahan organik lunak (sampah basah), bahan organik keras, bahan selulosa, bahan organik protein tinggi, sampah ini disebut sampah biodegradable.
  • 3.  Sampah anorganik (sampah kering) antara lain: plastik, kaca, karet, besi, logam, gelas, styrifoam adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme pengurai menjadi senyawa sederhana, sampah ini disebut sampah non biodegradable.  Adapun sumber sampah menurut Santoso (1998) dan Tim Penulis Panebar Swadaya adalah sebagai berikut: (1) Sampah industri (Industrial waste). (2) Sampah domestik (Domestic sewage). (3) Sampah komersial (Commercial waste). (4) Sampah alam. (5) Sampah rumah sakit. (6) Sampah manusia (Human erecta).
  • 4.  Menurut Sudradjat (2006) sampah kota mempunyai komposisi sebagai berikut: 1. Volume sampah: 2-2,5lt/ kapita/hari. 2. Berat sampah: 0,5 kg/ kapita/hari. 3. Kerapatan: 200-300 kg/ m3. 4. Sampah organik: 75-95%. 5. Kadar air: 65-75%. 6. Komponen lain adalah: kertas (6%), kayu (3%), plastik (2%), gelas (1%), lain-lain (4%).
  • 5.  Sampah dapat menimbulkan dampak yang antara lain: (1) Dampak bagi kesehatan manusia. (2) Dampak bagi lingkungan. (3) Dampak terhadap sosial ekonomi (Basriyanta, 2007). Oleh karena itu sampah harus dikelola dan diolah dengan menghilangkan dan meminimalisasi dampak negatif ini dengan cara menerapkan 4 R+D, sebagai berikut: mengurangi (reduce), memakai kembali (reuse). mendaur ulang (recycle). mengganti (replace), membuang (disposal) (Hadisuwito, 2007).
  • 6.  Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) khususnya dalam bidang pertanian seperti: TSP, UREA, ZA, dan lain-lain telah mampu meningkatkan produksi pangan tetapi di sisi lain penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan secara terus-menerus telah membawa dampak terhadap penurunan kesuburan tanah, kemerosotan daya dukung lahan dan akhirnya secara langsung berdampak linier terhadap pelandaian (leveling off) atau penurunan (declining effects) kapasitas penyediaan pangan (Goenadi, 2006).
  • 7.  Dampak negative lain dari peralihan penggunaan pupuk organik (kandang, kompos, tanaman golongan leguminoceae) ke penggunaan pupuk anorganik (kimia) dalam jangka waktu yang cukup panjang yaitu menjadikan tanah pertanian menjadi keras sehingga produktivitas semakim menurun. Hal ini disebabkan penumpukan sisa atau residu pupuk kimia dalam tanah yang berakibat tanah sulit terurai.
  • 8.  Jika tanah menjadi semakin keras, maka akan mengakibatkan tanaman akan semakin sulit menyerap pupuk atau unsur hara tanah. Sehingga dibutuhkan dosis pupuk yang semakin tinggi untuk menghasilkan hasil panen yang sama. Selain itu dengan semakin kerasnya tanah, proses penyebaran perakaran dan aerasi (pernafasan) akar akan terganggu yang berakibat akar tidak dapat berfungsi optimal dan pada gilirannya akan menurunkan kemampuan produksi tanaman tersebut.
  • 9.  Upaya yang dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah, adalah dengan pemberian pupuk organik yang seimbang dengan pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik (kompos) dapat memperbaiki struktur tanah, dapat memacu aktifitas mikroorganisme tanah yang akhirnya dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan kandungan unsur makro dan mikro yang lengkap biarpun kandungannya sedikit. Kompos juga mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
  • 10.  Adapun pengaruh kompos terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sebagai berikut: (1) Pengaruh kompos terhadap sifat fisik tanah: kompos memperbaiki struktur tanah, kompos menambah kemampuan tanah untuk menahan air. (2) Pengaruh kompos terhadap sifat kimia tanah: meningkatkan kapasitas pertukaran kation, meningkatkan ketersediaan unsur hara, kompos mampu meningkatkan pH pada tanah asam. (3) Pengaruh kompos terhadap sifat biologi tanah: pemberian kompos akan meningkatkan nutrien (unsur hara) dan menambah mikroorganisme sehingga dapat memantapkan agregat tanah, meningkatkan serapan unsur hara dan siklus unsur hara dalam tanah, mengendalikan patogen dalam tanah, dan mempercepat pelapukan limbah organik padat, tanpa menimbulkan pencemaran baru terhadap lingkungan (Goenadi, 2006).
  • 11.  Kompos ialah hasil proses pengomposan atau peruraian (dekomposisi) terkendali terhadap bahan organik, seperti daun, rumput, dan sisa makanan oleh mikroba. Dekomposisi bahan organik dalam pengkomposan melibatkan proses fisis dan kimia. Selama proses dekomposisi, bahan organik dipecah melalui aktifitas metabolisme mikroba. Mikroba memerlukan kelembaban dan oksigen untuk bahan organik dengan efisien. Mikroba menghasilkan kalor dan “memasak” kompos. Suhu yg baik untuk proses ini adalah antara 25 dan 55oC. Suhu tinggi diperlukan untuk pengomposan yg cepat dan pembunuhan beberapa organisme yg tidak diperlukan.
  • 12.  Pengomposan secara tradisional memerlukan waktu 3 – 6 bulan, tetapi dengan penambahan biostarter proses pengomposan dapat dipercepat selama kurang lebih sebulan. Biostarter atau bioaktivator adalah bahan yang terdiri dari enzim, asam humat bahan, dan mikroorganisme (kultur bakteri) yang dapat mempercepat proses pengomposan (Sofian, 2006). Adapun Biostarter yang dapat digunakan adalah: Biostarter EM4, Biostarter Stardec, Biostarter Tradisional.
  • 13.  Pengolahan sampah organik padat dari sampah kota menjadi kompos merupakan langkah yang paling sesuai dan selaras dengan lingkungan karena tidak menimbulkan polusi. Lingkungan akan menjadi bersih, sehat, nyaman dan asri. Bahan yang dapat dikomposkan adalah sampah organik yang terdiri atas: sampah organik lunak, sampah organik keras, bahan selulosa, dan bahan yang mengandung protein tinggi (Djuarnani dkk, 2005).
  • 14.  Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan adalah: 1. Ukuran bahan (ukuran bahan antara 3-5 cm, sedangkan bahan organik keras berukuran 0,5-1 cm). 2. C/N ratio kompos (nilai C/N ratio kompos mendekati tanah yaitu 10-20). 3. Kelembaban (kelembaban optimal 50%). 4. Temperatur/suhu pengomposan (temperatur optimum adalah 350C – 550C dengan suhu maksimum 750C). 5. Derajat keasaman/pH (kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0-8,0).
  • 15. 6. Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan (digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: (a) Mikroorganisme psikrofil (kryofil) hidup dan tumbuh pada rentang temperatur antara 00C sampai 300C, dengan temperatur optimum 150C. (b) Mikroba mesofil adalah mikroorganisme yang mempunyai temperatur optimum pertumbuhan antara 250C- 370C, minimum 150C dan maksimum 550C. (c) Mikroba termofil adalah mikroorganisme yang dapat tumbuh pada temperatur tinggi, yaitu: optimum diantara 550C–600C, minimum 400C sedangkan maksimum 750C.
  • 16. 7. Komposisi bahan (pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat). 8. Jumlah mikroorganisme. 9. Pengadukan/homogenasi (kisaran pengadukan bahan organik yang baik adalah seminggu sekali). 10. Pengaturan udara/aerasi (pengaturan udara sangat dibutuhkan agar proses dekomposisi bahan organik dapat berjalan dengan baik). 11. Kandungan bahan berbahaya (bahan B3 antara lain: Cr, Ni, Pb, Au). 12. Lama pengomposan (berlangsung beberapa minggu sampai 2 tahun).
  • 17.  Salah satu biostarter yang digunakan untuk mempercepat proses pengomposan sampah organik adalah MOL, adapun cara pembuatannya ialah : 1. Bahan : a. Berbagai jenis buah-buahan (yang mengandung gula) yang sudah busuk dan/atau sisa/kulit buah yang lunak (± 250 gram) b. Air matang/air cucian beras (± 1 Liter) c. Tetes tebu atau gula pasir atau gula merah(3 sdm) 2. Alat : a. Pisau atau Blender b. Botol plastik 1,5 liter
  • 18. 3. Cara pembuatan : a. Masukkan air matang/air cucian beras ± 1 liter dan tetes tebu/gula pasir/gula merah sebanyak 3 sdm ke dalam botol yang sudah dibersihkan b. Potong kecil-kecil atau blender buah busuk dan/atau sisa/kulit buah, kemudian masukkan ke dalam botol yang sudah terisi tadi c. Biarkan selama ± 3 hari d. Bila sudah keluar buih di permukaannya, MOL siap digunakan
  • 19.  Ciri-ciri kualitas kompos yang sudah matang sebagai berikut : 1. Bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat kehitam-hitaman) 2. Tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah) 3. Tidak mengandung asam lemak yang menguap 4. Mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan) 5. Memiliki C/N ratio sebesar 10-20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasi 6. Tingkat keasaman (pH) kompos sebesar 6,5-7,5 7. Kapasitas pertukaran kation (KPK) tinggi, mencapai 110 me/100 gram. 8. Suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30 – 350C) 9. Daya absorbsi air tinggi. 10. Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman (Simamora dan Salundik, 2006).
  • 20. 1. Larutkan Bioaktivator sebanyak ± 3% dari bahan sampah organic (sebaiknya digunakan air sumur). Diamkan selama 1 jam, selama didiamkan lakukan pengadukan 3 -5 kali. Bioaktivator berfungsi untuk mempercepat proses pembusukan sampah organik. 2. Siram/cipratkan larutan Bioaktivator pada bahan sampah organik sampai membasahi semua bahan. 3. Campur bahan sampah organik yang telah disiram Bioaktivator dengan organic Agent (Unsur Carbon) sebanyak 5-10% dari sampah organik aduk sampai merata Pencampuran Organic Agent untuk mendapatkan rasio C/N yang terbaik sehingga proses pengomposan akan berjalan cepat. 4. Bahan sampah organik yang telah diproses dimasukan ke dalam media simpan komposter. Tutup selama 1 hari, proses komposting yang baik, temperatur 45-65 C dapat dicapai 2-3 hari.
  • 21. 5. Proses Pembusukan sampah organik secara aerob dalam komposter selama ± 10 hari. Bolak-balik/tusuk-tusuk sampah organik setiap hari agar proses aerasi berjalan sempurna. Bahan kompos harus selalu dijaga kelembabannya, suhu dan aerasi. 6. Perubahan warna menjadi hitam dan coklat kehitaman menandakan bahwa sampah organik sudah menjadi kompos. 7. Setelah dikeluarkan dari komposter, kompos tersebut masih basah, lengket dan lembab sehingga perlu disimpan di tempat teduh agar kena angin. kompos akan menjadi kering dan gembur. 8. Setelah kompos tidak lengket lakukan pengayakan agar menghasilkan kompos yang baik yaitu ukuran kompos yang seragam. Apabila akan dikemas, pilih bahan kemasan yang kedap udara untuk menghindarkan kehilangan kandungan air dan tidak mudah rusak serta tahan lama.
  • 22.
  • 23.
  • 24. a. Untuk tanaman dalam pot Campuran = tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 1) b. Untuk tanaman di tanah Campuran = pasir : kompos (1 : 1)