IPv6 diperlukan karena keterbatasan alamat IPv4 yang hanya memiliki format 32 bit. IPv6 menggunakan format 128 bit sehingga mampu menampung lebih banyak alamat. Terdapat beberapa metode transisi dari IPv4 ke IPv6 seperti dual stack, tunneling, dan translasi.
1. IP Address Versi 6 (IPv6)
Teknik Komputer & Jaringan
SMK Muhammadiyah 11 Sibuluan Tapanuli Tengah
2.
3. IP v6 Preview
Kenapa IPv6 ?
Pertumbuhan internet yang sangat cepat baik di segi
pemakai internet di rumah, perkantoran, sekolah,
instansi-instansi maupun perkembangan pesat
perangkat telekomunikasi yang sudah mulai
menggabungkan IP ke dalam teknologinya (convergence)
di seluruh dunia, telah menyebabkan alamat IPv4
dengan format 32 bit binary yang sudah digunakan sejak
awal keberadaan internet, tidak bisa lagi menampung
kebutuhan pengalamatan internet setelah jangka waktu
20 tahun kedepan atau bahkan lebih cepat dari itu.
4. IP v6 Preview
Demikian hasil riset dan perhitungan para pakar dari
komunitas terbuka internet (The Internet Engineering
Task Force , IETF) menyebutkan. Dengan hanya 32 bit
format address hanya bisa menampung kebutuhan
sebanyak :
4,294,967,296
IPv4 Address
5. IP v6 Preview
Langkah antisipasi awal sebenarnya sudah dilakukan
dengan teknologi NAT (Network Address Translation)
yang bekerja dengan cara melakukan penterjemahan
satu alamat IPv4 public ke banyak IPv4 private.
Sehingga satu alamat IPv4 public bisa dipergunakan
untuk banyak perangkat yang akan terkoneksi ke
internet. Namun memiliki keterbatasan untuk
interkoneksi antar jaringan yang cukup besar dan
berbeda kebijakan pengalamatan, berikutnya kebutuhan
gateway untuk penterjemahan alamat, serta
keterbatasan pengembangan protocol internet.
6. IP v6 Preview
Pada tahun 1992 IETF selaku komunitas terbuka internet
membuka diskusi para pakar untuk mengatasi masalah
ini dengan mencari format alamat IP generasi
berikutnya. Setelah melalui pembahasan yang panjang,
pada tahun 1995 ditetapkan melalui RFC2460 alamat IP
versi 6 sebagai IP generasi berikutnya (IPng, IP Next
Generation) pengganti IP versi 4. IPv6 ini menggunakan
format 128 bit binary sehingga bisa menampung
kebutuhan sebanyak :
340,282,366,920,938,463,463,374,607,431,768,211,456
IPv6 Address
7. IP v6 Preview
Pengembangan IPv6 sampai saat ini sudah dilakukan
oleh banyak pihak yang ada di seluruh dunia termasuk
Service Provider, Internet Exchange Point, ISP regional,
Militer serta Universitas.
Untuk Indonesia sendiri sudah dialokasikan 61 prefix IPv6
untuk berbagai organisasi, mobile operator, IXP dan ISP.
8. IP v6 Subnetting
Dikarenakan IPv6 sangat banyak jumlahnya maka
penulisan menggunakan format standard notasi
Hexadecimal (Basis 16, dari 0-9 kemudian A-F) yang
terdiri dari 8 pasang Octet dan dipisahkan oleh titik dua
(colon) sesuai RFC2373 & RFC3177.
Satu pasang octet terdiri dari format 16 bit binary,
sehingga keseluruhan 8 pasang octet berjumlah 128 bit.
9. IP v6 Subnetting
Contoh penulisan IPv6 adalah sebagai berikut :
2404:0176:0251:AB64:6CD1:5A5E:727A:424A
(total 128 bit binary)
424A (2 octet) = 100001001001010 (16 bit binary)
Penulisan juga dapat dipersingkat untuk pasangan octet
0 yang berurutan menggunakan teknik kompresi 0.
2404:0176:0251:0000:0000:0000:0000:0005
dapat ditulis menjadi : 2404:176:251::5
10. IP v6 Subnetting
Bahkan untuk alamat IPv6 tertentu teknik ini sangat
berguna sekali dalam mempersingkat pengalamatan
yang panjang, misal :
0000:0000:0000:0000:0000:0000:0000:0001
atau
0:0:0:0:0:0:0:1 menjadi ::1
0:0:0:0:0:0:0:0 menjadi ::
11. IP v6 Subnetting
Layaknya IPv4, IPv6 juga memenuhi kebutuhan CIDR/
VLSM yang memungkinkan untuk pembagian dan
pengalokasian IPv6 menjadi lebih spesifik untuk di
routingkan secara kesatuan.
IPv6 juga memiliki kelas sebagaimana IPv4.
12. IP v6 Subnetting
Kelas-kelas IPv6 (Sumber IANA) :
Aggregatable Global Unicast Addresses dengan bit
awal 001 (2000::/3).
Link-Local Unicast dengan bit awal 1111 1110 10
(FE80::/10).
Site-Local Unicast Addresses dengan bit awal 1111
1110 11 (FEC0::/10).
Multicast Addresses : dengan bit awal 1111 1111
(FF00::/8).
::8 diperuntukkan bagi pengalamatan yang belum di
defenisikan.
13. IP v6 Subnetting
Detail ketentuan alokasi IPv6 dari IANA selaku badan
alokasi IP seluruh dunia untuk Registry (badan yang
mengelolal alokasi IP untuk wilayah tertentu, misal
APNIC untuk wilayah Asia Pasific), ISP, Client (Site) serta
LAN, saat ini adalah sebagai berikut :
Registry (APNIC/RIPE/ARIN) mendapatkan alokasi : /23
ISP mendapatkan alokasi : /32
Site IPv6 (customer ISP) mendapatkan alokasi : /48
LAN (customer) mendapatkan alokasi : /64
14. IP v6 Subnetting
Perhitungan jumlah IPv6 Address dapat melalui rumus :
2(128-bit prefix).
Dari data alokasi diatas :
(128-32)
• ISP mendapatkan : 2 IPv6 Address (128-48)
• Setiap Customer (Site) mendapatkan : 2 IPv6 Address
(128-64)
• Setiap LAN mendapatkan : 2 IPv6 Address
15. IP v6 Subnetting
Contoh alokasi IPv6 untuk client PT. IPVSIX JAYA :
2404:170:AAA0::/48 (128-48) (80)
Jumlah IPv6 yang diperoleh : 2 = 2 IPv6 Address
Bisa dipecah menjadi :
2 x subnet /49
2404:170:AAA0:0::/49
2404:170:AAA0:8::/49
16. IP v6 Subnetting
4 x subnet /50
2404:170:AAA0:0::/50
2404:170:AAA0:4::/50
2404:170:AAA0:8::/50
2404:170:AAA0:C::/50
17. IP v6 Subnetting
8 x subnet /51
2404:170:AAA0:0::/51
2404:170:AAA0:2::/51
2404:170:AAA0:4::/51
2404:170:AAA0:6::/51
2404:170:AAA0:8::/51
2404:170:AAA0:A::/51
2404:170:AAA0:C::/51
2404:170:AAA0:E::/51
dan seterusnya…
18. IP v6 Subnetting
Pertanyaan & Jawaban :
T : Kenapa 2404:170:AAA0:: adalah /48 ?
J : 2404:170:AAA0::/48 =
2404:0170:AAA0:0000:0000:0000:0000:0000/48
Sesuai dengan ketentuan sebelumnya IPv6 memiliki
total 128 bit prefix. Dan setiap pasang Octet (2404,
misalnya) memiliki 16 bit. Maka sampai pada AAA0
jumlah bit sudah mencapai 48 (16 x 3 pasang octet).
19. IP v6 Subnetting
Pertanyaan & Jawaban :
T : Berapa /48 di atasnya dan sebelumnya ?
J : Sebelumnya adalah : 2404:170:AA9F::/48 (Hex,
sesudah 9F adalah A0)
Setelahnya adalah : 2404:170:AAA1::/48
20. IP v6 Subnetting
Pertanyaan & Jawaban :
T : Apakah 2404:170:AAA0::/48 dapat digabung
(aggregate) dengan 2404:170:AAA1::/48 menjadi
satu prefix /47, /46 ?
J : Dapat, aggregasi ini menghasilkan
2404:170:AAA0::/47 atau
2404:170:AAA0::/46
yang didalamnya juga termasuk :
2404:170:AAA2::/48
2404:170:AAA3::/48
21. IP v6 Subnetting
IPv6 pun mendukung system pengiriman packet data
berbagai type diantaranya :
Unicast (pengiriman paket data menggunakan unicast
address hanya ke satu host).
Multicast (pengiriman paket data menggunakan
multicast address dari satu host ke banyak host).
Broadcast (pengiriman paket data menggunakan
broadcast address dari satu host ke beberapa host
tertentu saja).
Anycast (pengiriman paket data menggunakan
anycast address ke host terdekat yang memiliki
anycast address yang sama).
23. Mekanisme Transisi IPv4 ke IPv6
Pergantian IPv4 ke IPv6 secara langsung adalah satu hal
yang mustahil dilakukan secara serentak di seluruh dunia
internet. Oleh itu secara bertahap dilakukan process
transisi. Transisi pun dilakukan tetap menggunakan
backbone IPv4 yang ada atau memang ada keinginan
membangun sendiri jaringan baru IPv6 (native).
Setiap metode transisi berikut dapat dilakukan secara
terpisah atau tergabung satu dengan yang lainnya,
misalnya tunneling IPv6 via IPv4 sudah mencakup dual
stack IPv4 dan IPv6 serta enkapsulasi.
24. Mekanisme Transisi IPv4 ke IPv6
Metode transisi yang dilakukan diantaranya :
a. Dual Stack
Metode ini sangat umum digunakan, IPv4 dan IPv6
address dapat berjalan bersamaan di satu perangkat di
semua layer protocol. Sehingga perangkat memiliki dua
alamat yakni IPv4 dan IPv6 tanpa saling bertindihan satu
sama lainnnya serta memiliki gateway yang berbeda
pula. Routing table yang ada pun terdiri dari routing
table IPv4 dan IPv6. Process pengiriman dan penerimaan
packet data berlangsung secara terpisah.
25. Mekanisme Transisi IPv4 ke IPv6
Syarat utama untuk dual stack ini adalah system operasi
harus mendukung IPv6. Jika tidak, maka harus dilakukan
upgrade versi.
Contoh di Windows XP : (ipconfig /all)
Ethernet adapter Local Area Connection:
Connection-specific DNS Suffix . :
Description . . . . . . . . : Realtek RTL8139 Family PCIrnet NIC
Physical Address. . . . . . : 00-02-3F-0E-51-35
Dhcp Enabled. . . . . . . . : No
IP Address. . . . . . . . . : 202.53.253.18 (IPv4 Address)
Subnet Mask . . . . . . . . : 255.255.255.224
IP Address. . . . . . . . . : 2404:170:253::10 (IPv6 Address)
Default Gateway . . . . . . : 202.53.253.1 (Gateway Ipv4)
2404:170:253::1 (Gateway IPv6)
27. Mekanisme Transisi IPv4 ke IPv6
b. Metode Tunnel (Enkapsulasi).
Metode ini juga umum digunakan untuk
menghubungkan jaringan IPv6 dengan jaringan IPv6
lainnya melalui jaringan IPv4 yang memiliki perangkat-
perangkat yang tidak mendukung untuk operasional
IPv6. Prinsip dasar tunnel ini adalah membungkus
(encapsulate) packet data IPv6 ke dalam format tunnel
IPv4 untuk dikirim ke penerima dan dibuka lagi
bungkusnya (decapsulate) yang sebelumnya terlebih
dahulu di dilakukan setting koneksi tunnel IPv4 ini dari
pengirim ke penerima serta sebaliknya.
28. Mekanisme Transisi IPv4 ke IPv6
Prinsip ini juga dikembangkan oleh Penyedia Tunnel
Broker IPv6, terutama diperuntukkan bagi user personal
menggunakan software (gratis maupun lisensi) untuk
mempermudah koneksi ke jaringan internet berbasis
IPv6.
29. Mekanisme Transisi IPv4 ke IPv6
c. Metode Translasi (Penterjemahan Paket IPv6 ke IPv4
dan sebaliknya).
Metode ini tidak begitu umum dilakukan karena
memerlukan perangkat tambahan untuk melakukan
translasi Paket IPv4 ke IPv6 dan sebaliknya :
1. Application Layer Gateway untuk teknik NAT
2. Dual Stack Relay Router untuk teknik TCP/UDP Relay