1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Republik Filipina (biasa disebut Filipina atau Pilipina saja) adalah sebuah
negara di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia dan Malaysia. Filipina merupakan
sebuah negara kepulauan. Negara ini terdiri dari 7.107 pulau. Filipina seringkali
dianggap sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di mana pengaruh budaya Barat
terasa sangat kuat. Filipina adalah negara paling maju di Asia setelah Perang Dunia II,
namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang negara-negara lain akibat
pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah,
korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Saat ini Filipina mengalami
pertumbuhan ekonomi yang moderat, yang banyak disumbangkan dari pengiriman
uang oleh pekerja-pekerja Filipina di luar negeri dan sektor teknologi informasi yang
sedang tumbuh pesat Masalah-masalah besar negara ini termasuk gerakan separatis
muslim di sebelah selatan Mindanao, pemberontak-pemberontak dari Tentara Rakyat
Baru (New People's Army) yang beraliran komunis di wilayah-wilayah pedesaan,
kebijakan-kebijakan pemerintah yang sering tidak konsisten, tingkat kejahatan yang
makin meningkat, dan kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan dan polusi
laut. Filipina juga mengalami masalah banyaknya penduduk di daerah-daerah
perkotaan akibat kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan dan tingkat
kelahiran yang tinggi.
Filipina tebentuk dari 7.107 pulau dengan luas total daratan diperkirakan
300.000 km². Dia terletak antara 116° 40' dan 126° 34' T. longitude, dan 4° 40' dan
21° 10' LU. latitude. Di timur dia berbatasan dengan Laut Filipina, di barat dengan
Laut China Selatan, dan di selatan dengan Laut Celebes. Pulau Borneo terletak
beberapa ratus kilometer di barat daya dan Taiwan di utara, Maluku dan Sulawesi di
selatan.
1
2. Pada awalnya peninggalan tertulis Filipina dimulai sekitar abad ke-8
berdasarkan temuan lempeng tembaga di dekat Manila. Dari tulisan pada lempeng itu
diketahui bahwa Filipina berada dalam pengaruh Sriwijaya. Namun demikian bukti
tertulis ini sangat sedikit sehingga bahkan ahli-ahli sejarah Filipina masih
beranggapan sejarah Filipina dimulai pada era kolonialisme. Sebelum orang-orang
Spanyol datang pada abad ke-16, di Filipina berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang
bercorak animisme yang terpengaruh sedikit kultur India dan yang bercorak Islam di
bagian selatan kepulauan. Kerajaan-kerajaan muslim ini mendapat pengaruh kuat dari
Kerajaan Malaka. Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan
Spanyol (1565-1821) dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi provinsi
Spanyol (1821-1898). Negara ini mendapat nama Filipina setelah diperintah oleh
penguasa Spanyol, Raja Felipe II. Setelah Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898,
Filipina diperintah Amerika Serikat. Ia kemudian menjadi sebuah persemakmuran di
bawah Amerika Serikat sejak tahun 1935. Periode Persemakmuran dipotong Perang
Dunia II saat Filipina berada di bawah pendudukan Jepang. Filipina akhirnya
memperoleh kemerdekaannya (de facto) pada 4 Juli 1946. Masa-masa penjajahan
asing ini sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat Filipina. Negara ini
dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan merupakan salah satu dari
dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor Leste.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana demografi Filipina?
2) Bagaimana kebijakan penduduk Filipina?
1.3 Tujuan
1) Dapat mengetahui demografi Filipina
2) Dapat mengetahui kebijakan penduduk Filipina
3) Untuk memenuhi tugas Geografi Penduduk
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Demografi Filipina
Filipina berada di urutan ke-12 di dunia dalam jumlah penduduk dengan jumlah
86,241,697 jiwa pada 2005. Sekitar dua per tiga penduduk tinggal di Pulau Luzon dan
Manila, ibu kotanya, berada di urutan ke-11 dalam jumlah penduduk area
metropolitan. Orang-orang Filipina dikenal dengan nama Filipino yang berasal dari
orang aborigin Taiwan dan bercampur dengan orang-orang Tiongkok Selatan,
Polinesia, dan Spanyol/Amerika. Orang Filipina terbagi dalam 12 kelompok
etnolingustik dengan yang terbesar adalah Tagalog, Cebuano, dan Ilocano. Penduduk
asli Filipina ialah suku Aeta namun sudah terpinggir dan populasinya tinggal 30 ribu
jiwa. Tiga kelompok minoritas terbesar asing adalah orang Tionghoa, Amerika, dan
Asia Selatan. Sisanya adalah orang-orang Eropa, Arab, Indonesia, Korea, dan Jepang.
Orang-orang Mestizo adalah minoritas sebesar 1-2% yang berpengaruh. Dalam
penelitian dari Universitas Stanford, ditemukan bahwa 3,6% populasi memiliki
turunan dari bangsa Eropa. 95,9% penduduk Filipina bisa membaca, salah satu yang
tertinggi di Asia, dan setara untuk pria maupun wanita. Angka harapan hidup
penduduknya adalah 69,29 tahun; 72,28 untuk wanita dan 66,44 untuk pria.
Pertumbuhan penduduk per tahunnya sebesar 1,92% dan sekarang Filipina sedang
mengalami masalah kepadatan penduduk karena angka kelahirannya tinggi.
Filipina mempunyai kira-kira 85 juta penduduk menurut perkiraan sensus 2005.
Berikut adalah daftar kota-kota terbesar di Filipina berdasarkan populasi (sensus
2000).
Urutan Kota Populasi pada tahun 2000
1. Metro Manila 9.932.560
2. Metro Cebu 1.195.568
3
4. 3. Kota Davao 1.147.116
4. Kota Zamboanga 601.794
5. Kota Antipolo 470.866
6. Kota Cagayan de Oro 461.877
7. Kota Bacolod 429.076
8. Kota General Santos 411.822
9. Kota Iloilo 365.820
10. Kota Iligan 285.061
2.2 Kebijakan Penduduk di negara Filipina
1) Pendidikan Penduduk Asli Filipina
Filipina dinilai cukup maju dalam bidang pendidikan, realitas tersebut cukup
beralasan jika mengacu pada data yang diberikan oleh UNDP, bahwa Indeks
Pembangunan Manusia (IPM - HDI) Filipina untuk Tahun 2007 pada peringkat ke-90.
Tidaklah mengherankan mengapa IPM – HDI menjadi suatu benchmarking kemajuan
pendidikan suatu bangsa? Karena alat penilaian capaian IPM atau HDI adalah
pendidikan, kesehatan dan Gross National Product. Sekalipun Republik Filipina telah
eksis selama lebih dari 100 tahun, baru pada akhir 1980 dan 1990an pemerintah
mencoba berkonsentrasi pada keadaan penduduk aslinya (Ricarte B. Abejuela III,
tanpa tahun). Konstitusi Filipina yang saat ini berlaku, yang ditulis pada 1987,
Bab XIV, pasal 1, menyatakan :
“The State shall protect and promote the right of all citizens to quality education at all
levels, and shall take appropriate steps to make such education accessible to all.”
Lebih jauh pasal 17 juga menjelaskan:
4
5. “The State shall recognize, respect, and protect the rights of indigenous cultural
communities to preserve and develop their cultures, traditions, and institutions. It shall
consider these rights in the formulation of national plans and policies.”
Dari kedua pasal konstitusi Republik Filipina 1987 di atas, bahwa negara
Filipina akan melindungi dan memajukan hak-hak warga negara bagi mutu pendidikan
pada semua jenjang, dan akan mengambil langkah-langkah guna membuat pendidikan
sedemikan rupa dapat ditempuh oleh semua pihak. Negara juga akan mengakui,
menghormati dan melindungi hak-hak kebudayaan masyarakat asli guna
mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan, tradisi dan institusi mereka.
Negara akan mempertimbangkan hak-hak (mereka) ini dalam rumusanrencana dan
kebijakan nasional. Namun sayang, mandat dalam konstitusi tersebut tidak mendapat
dukungan baik dari elemen legislative maupun kebijakan-kebijakan dalam program
pembangunan pemerintah. Tidak sampai tahun 1990 bahwa legislatif berwewenang
melindungi hak-hak penduduk asli. Sebagaimana di Indonesia, penyelenggaraan
pendidikan di Filipina dibedakan atas pedidikan formal dan nonformal. Jalur
pendidikan formal terdiri dari tiga level : SD (primary), pendidikan lanjutan
(secondary) and pendidikan menengah (tertiary). Masing-masing dapat berbentuk
negeri maupun swasta. Sejak bangsa Amerika mendirikan sistem sekolah negeri di
negeri itu, tak ada suatu upaya yang dilakukan atas pendirian sekolah yang
memanfaatkan pengetahuan asli (indigenous knowledge). Faktanya, disyaratkan
semua sekolah sistem Amerika menggunakan bahasa dan lainnya. Semua bangsa
Filipina disyaratkan hanya mempelajari Bahasa Inggris. Hanya dalam 20 tahun silam
bangsa Filipina telah diperkenalkan kembali bahasa intruksi di sekolah, meskipun
bahasa Inggris masih menjadi pilihan. Bahasa daerah asli tak pernah diupayakan.
• Suku Mangyans
Suku Mangyan adalah salah satu suku asli Filipina. Suku Mangyan menghuni
Pulau Mindoro. Suku Mangyan semakin terpinggirkan karena terdesak oleh kegiatan
pertambangan. Pasalnya UU Penambangan Tahun 1995,mengizinkan perusahaan
asing menggai sumber daya Fillipina. Alhasil, tanah tradisional turut menjadi korban,
dan suku Mangyan tergusur dan tinggal di pegunungan. Tempat Komunitas Suku
Mangyan Anak-anak suku Mangyans sering dinomorduakan dalam pergaulan di
5
6. sekolah umum. Akhirnya banyak di antara mereka yang trauma akibat perlakuan tidak
adil dari masyarakat yang berperadaban lebih maju.
• Sekolah Suku bagi Mangyans
Suku Mangyan memiliki cara tersendiri untuk mempertahankan kebudayaan asli
mereka. Sekolah ini tidak seperti sekolah-sekolah yang didirikan oleh pendeta-pendeta
Jerman. Sekolah ini diberi nama Tugdaan, berdiri di atas tanah hibah dibuka pada
1989 dengan jumlah siswa 12 orang. Sampai saat ini (2007) telah memiliki siswa
sebanyak 120 orang. Sekolah ini tidak seperti sekolah-sekolah umumnya yang
didirikan pemerintah dengan dinding dari beton. Dinding dan atap ruang kelasnya
terbuat dari rumbia sebagaimana rumah tradisional mereka. Sekolah ini dibangun atas
dasar kebutuhan akan jenis pendidikan yang bisa menyiapkan anak-anak muda untuk
berkembang sesuai budaya Mangyan. Anak muda Mangyan tak ingin sekolah yang
dikelilingi beton dan dinding tertutup, seperti sekolah yang dibuat pendeta dari
Jerman. Prasarana untuk menunjang kegiatan pembelajaran terdiri dari:
a. taman yang besar dan rindang, dirancang secara alami
b. pondok-pondok tradisional sebagai ruang kelas
c. aula besar yang dibangun dengan gaya arsitektur
Mangyan Alangan, dengan langit biru sebagai atap.
d. kebun herbal organik
e. lapangan basket
f. perpustakaan
g. sistem daur ulang sampah
h. pusat pembuatan kerajinan dan peternakan (ayam dan babi) Tempat
ini selain menjadi tempat pelatihan untuk para siswa, juga
digunakan komunitas untuk menghasilkan uang. Selain mempelajari
kebudayaan mereka, anak-anak juga belajar menulis dan membaca.
Mereka diajarkan tentang hak tanah yang dilindungi undang-undang.
6
7. Kurikulum tidak mengikuti kurikulum nasional melainkan dirancang
sesuai dengan kebutuhan orang Mangyan, yaitu sesuai dengan adat
istiadat, budaya dan lingkungan lokal.Sekolah ini dijalankan dengan
manajemen berbasis sekolah. Masyarakat dan komunitas lokal
diberdayakan secara optimal. Mereka turut membantu dengan
memberikan iuran sebagian kecilpenghasilan untuk
kelangsungan/operasional sekolah. Inilah yang menjadi daya tarik
pemerintah, sehinggaDepartemen Pendidikan Filipinan
menganugerahkan penghargaan sebagai penyelenggara Program Buta
Huruf terbaik di negeri itu.
2) Kemiskinan, keterbatasan dan upaya penghapusan kemiskinan
Dengan sejarah pertumbuhan dan penurunan dari sektor industri tertentu,
beberapa kelompok atau kelompok rumah tangga mengalami pemindahan dan
pengasingan atau tak dapat mendapatkan pekerjaan. Lebih dari pengalaman itu juga
muncul kelompok yang dapat diidentifikasi sebagai orang yang paling miskin:
• komunitas asli di dataran tinggi yang dipaksa masuk ke padalaman oleh
pengusaha hutan, pertambangan, dan migran dari dataran rendah;
• bekas pekerja perusahaan konsesi penebangan yang tinggal di dataran tinggi
sebagai produsen subsistense;
• nelayan tingkat kabupaten yang CPUE-nya menurun atau dipindahkan paksa
oleh pengusaha perikanan dari daerah tangkapan tradisionalnya dan tak dapat
menemukan atau pindah ke daerah tangkapan yang lebih baik.
• petani dan pekerja bukan-petani yang dipindahkan dari sektor atau industri
yang menurun secara ekonomi (seperti gula, kayu) yang berpindah ke dataran
tinggi atau daerah pantai.
• rumah tangga petani di daerah atau region yang pertaniannya tertinggal dan
seringkali terkena kekeringan atau bencana alam atau perubahan cuaca.
7
8. • petani dan dan pekerja pertanian di daerah tanpa air yang cukup dan sistim
irigasi baik atau tempat yang produksi pertaniannya menurun
• pekerja tak memiliki tanah yang berpindah ke daerah pantai, kota, atau kota
besar dan tidak bekerja atau menjadi pengangguran terselubung pada sektor
informal
• pekerja yang diberhentikan tetap.
Besarnya (26,7 juta orang) dan penyebaran kelompok tersebut dihitung
berdasarkan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada 1997,
perkiraan populasi berdasarkan kelompok yang dapat diketahui dalam tahun tertentu,
dan tingkat pertumbuhan penduduk nasional. Proporsi kelompok miskin yang
ditemukan di pedesaan mungkin lebih dari 61 persen karena angka-angka ini tidak
mencakup petani kecil di daerah yang tak mendapatkan irigasi dan daerah rentan yang
diklasifikasi ‘tidak dihitung’. Perkiraan dari kelompok sisa ini berkisar antara 1 hingga
2 persen, tergantung dari proporsi daerah miskin kota yang dipakai (26 atau 23
persen). Juga dapat dicatat bahwa korban dari siklus pertumbuhan dalam sektor formal
adalah di antara kelompok miskin hanya mencapai 1,3 persen.
Dihadapkan dengan masalah kemiskinan, pemerintah pusat menetapkan agenda
pengentasan kemiskinan dan mengimplementasikan melalui Kerjasama Kesepakatan
Pengentasan Kemiskinan (KKPK) dengan Bank Pembangunan Asia. Bagaimana pun
juga, beberapa tujuan tahun 2002 tidak tercapai. Kinerja ini tak begitu baik terjadi
pada: defisit anggaran pemerintah nasional; pengeluaran pemerintah pusat dalam jasa
sosial; distribusi tanah berdasarkan (Comprehensive Agrarian Reform Program);
tingkat keikutsertaan pendidikan menengah pertama; pengumpulan dari Biro
Penghasilan Intern (BIR); upaya pajak BIR; dan penghasilan pajak.
8
9. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a) Filipina berada di urutan ke-12 di dunia dalam jumlah penduduk dengan
jumlah 86,241,697 jiwa pada 2005
b) Kebijakan penduduk negara filipina diantaranya yaitu pendidikan penduduk
asli filipina dan upaya penghapusan kemiskinan
c) Filipina dinilai cukup maju dalam bidang pendidikan, realitas tersebut cukup
beralasan jika mengacu pada data yang diberikan oleh UNDP, bahwa Indeks
Pembangunan Manusia (IPM - HDI) Filipina untuk Tahun 2007 pada
peringkat ke-90.
d) Dihadapkan dengan masalah kemiskinan, pemerintah pusat menetapkan
agenda pengentasan kemiskinan dan mengimplementasikan melalui Kerjasama
Kesepakatan Pengentasan Kemiskinan (KKPK) dengan Bank Pembangunan
Asia.
3.2 Saran
Hendaknya sebagai seorang mahasiswa kita harus mengetahui kebijakan-
kebijakan negara-negara berkembang seperti, Indonesia, Filipina dan sebagainya.
Agar pengetahuan kita bertambah dan memberikan inspirasi untuk kemajuan bangsa
dan negara.
9