8. HASILPENELITIAN
10% sedimen tambak udang dan 90% pasir laut (10STU:90SP);
20% sedimen tambak udang dan 80% pasir laut (20STU:80SP);
30% sedimen tambak udang dan 70% pasir laut (30STU:70SP);
40% sedimen tambak udang dan 60% pasir laut (40STU:60SP) dan
perlakuan 50% sedimen tambak udang dan 50% pasir laut (50STU:50SP).
11. RESPONFISIOLOGITERHADAPPH
• (A) TOTAL HEMOCYTE COUNT (THC)
TERDAPAT PADA CAIRAN SELOMIK ,
• (B) NILAI AKTIVITAS ENZIM
PHENOLOXIDASE
• (C) RESPIRATORY BURST ACTIVITY
MENGINDIKASIKAN PROSES
PEMANFAATAN OKSIGEN PADA SAAT
PH MENINGKAT,
• (D) GLUCOSE CONCENTRATION.
12. KESIMPULAN
• TERIPANG PASIR YANG DIBERI PAKAN MENGGUNAKAN SEDIMEN TAMBAK UDANG DENGAN KOMPOSISI 40% SEDIMEN TAMBAK
UDANG (40STU:60SP) MENGHASILKAN PERFORMA PRODUKSI TERBAIK, DENGAN NILAI LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK
4,14±0,30%/HARIDANKELANGSUNGANHIDUP70±10%.
• STATUS KESEHATAN TERIPANG PADA PERLAKUAN INI MEMPERLIHATKAN RESPONS TIDAK BERBEDA NYATA DENGAN TERIPANG
YANG DIBERI PAKAN BERUPA TEPUNG RUMPUT LAUT JENIS SARGASSUM DAN LAMUN, DENGAN JUMLAH HEMOSIT 5,30±0,36
SEL/MM-3, AKTIVITAS PHENOLOXIDASE 0,30±0,04, AKTIVITAS RESPIRATORY BURST 0,38±0,05 DAN KADAR GLUKOSA CAIRAN
SELOMIKYAITU69,9MG/L.
Penurunan bobot tubuh teripang perlakuan 10STU:90SP dalam pengukuran hari ke-30 serta perlakuan 20STU:80SP dan 30STU:70SP dalam pengukuran hari ke-40 mengisyaratkan energi untuk kebutuhan hidup pokok meliputi metabolisme basal dan aktivitas normal diambil dari protein yang tersimpan dalam tubuh. Fenomena ini dapat mengisyaratkan 3 hal yang memengaruhinya, yaitu: 1) Jumlah nutrisi dalam substrat berkurang, 2) Status kualitas air yang tidak sesuai, dan 3) Status kesehatan teripang yang memburuk.
Kematian teripang pada perlakuan 20STU:80SP pada pengamatan hari ke-35, diindikasikan sebagai dampak dari kondisi fisiologis tubuh yang terus memburuk. Fungsi cairan selomik sebagai sistem kekebalan tubuh bawaan teripang dalam merespons infeksi atau paparan faktor lingkungan yang ekstrim (Prompoon et al. 2015) telah melewati batas toleransi biologinya.
Matranga et al. (2005), cairan selomik memiliki peran pada sistem kekebalan tubuh, seperti fagositosis, enkapsulasi, pembersihan bakteri atau bahan asing lainnya dan transportasi oksigen, aktif secara otomatis saat terjadi rangsangan.
Jumlah sel hemosit yang berperan penting dalam sistem respirasi dan sistem imun teripang, dapat bervariasi karena infeksi dan paparan faktor lingkungan ekstrim. Tingginya jumlah sel hemosit teripang dalam fase awal pemeliharaan merupakan respons terhadap kenaikan pH air.
Sedangkan, penurunan jumlah hemosit yang terjadi pada pemberian STU 20% pada hari ke-40 diduga kuat sebagai efek dari ketersediaan nutrisi dalam tubuh berkurang. Stres berkepanjangan dan/atau timbulnya luka pada bagian ventral anterior menyebabkan nafsu makan menurun dan teripang tidak dapat mengambil makanan dalam substrat
Aktivitas phenoloxidase dan respiratory burst yang signifikan lebih tinggi dibanding teripang kontrol dalam pengukuran hari ke-40, memperkuat dugaan bahwa teripang yang dipelihara pada perlakuan 20STU:80SP berada dalam kondisi stres.
Dijelaskan oleh Thomas (2017), saat terkena infeksi atau paparan faktor lingkungan ekstrim, tingkat penyerapan oksigen oleh sel-sel yang terdapat dalam cairan selomik, meliputi: limfosit, fagosit, spherulosit dan sel giant (Prompoon et al. 2015) meningkat pesat. Ini disertai oleh pelepasan sejumlah besar spesies oksigen reaktif (ROS), anion superoksida (O2 - ) dan hidrogen peroksida (H2O2), sebagai respons imun teripang. Dalam keadaan ini, oksigen digunakan bukan hanya untuk respirasi tetapi juga untuk produksi agen mikrobiosidal. Oksidasi glukosa terlibat untuk menghasilkan kembali NADPH yang telah dikonsumsi melalui pengurangan oksigen untuk menghasilkan agen mikrobiosidal. Stres berkepanjangan menyebabkan teripang kehilangan energi dan kematian dapat terjadi karena tubuh teripang tidak mampu menyediakan energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi fisiologis tubuhnya.