Membentuk kesadaran nasional pada individu seseorang bisa dilakukan dengan cara mengenal sejarah negara nya terlebih dahulu, dengan begitu dia sadar betapa besarnya perjuangan para pahlawan pada zaman dahulu membela tanah air indonesia
1. PROSES KEBANGKITAN NASIONAL.
1.Perkembangan pendidikan Barat dan perkembangan
pendidikan Islam terhadap munculnya nasionalisme
Indonesia.
Gedung Kebangkitan Nasional Jakarta
2.Peranan golongan terpelajar, profesional dan pers dalam
menumbuh kembangkan kesadaran nasional Indonesia
2. 3.Perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat
etnik, kedaerahan, keagamaan sampai terbentuknya
nasionalisme Indonesia.
4.Peran manifesto politik 1925, Konggres Pemuda 1928
dan Konggres Perempuan Pertama dalam proses
pembentukan identitas kebangsaan Indonesia.
3. 1.Perkembangan pendidikan Barat dan pendidikan Islam
terhadap munculnya nasionalisme Indonesia.
1.1. Perkembangan pendidikan Barat terhadap munculnya
nasionalisme Indonesia.
Kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli,
mendorong pemerintah untuk mendirikan sekolah dasar,
sekolah menengah, sekolah pamongpraja. Juga didirikan
beberapa perguruan tinggi seperti Perguruan Tinggi
Kedokteran, Perguruan Tinggi Teknik, Perguruan Tinggi
Hukum, dan Perguruan Tinggi Pertanian. Bidang pendidikan
ini tidak hanya dilaksanakan oleh pemerintah etapi juga
oleh swasta, yaitu swasta asing missie dan zending, dan
swasta pribumi.
4. hasil pendidikan menumbuhkan golongan cerdik-
pandai dikalangan rakyat Indonesia. Golongan ini
sadar akan dirinya dan keadaan yang serba
terbelakang dari masyarakatnya. Mereka mulai
bangkit menjadi suatu kekuatan sosial baru, yang
berjuang untuk perbaikan nasib bagi rakyat
Indonesia. Tidak hanya kesejahteraan
yang mereka tuntut tetapi juga kemerdekaan
nasional. Gerakan yang mereka lakukan disebut
Pergerakan Nasional.
Soetomo dan teman-temannya para siswa
STOVIA tahun 1908 sedang praktikum
5. awal abad ke-20 diperkenalkan sistem sekolah desa.
Penyelenggaraan sekolah ini tergantung kmasyarakat
setempat. Pemerintah memberikan subsidi
dan pengawasan. belajar tiga tahun. Mata
pelajaran membaca, menulis, dan berhitung.
sangat terbatas. Hanya murid yang terpandai dan
terpilih melanjutkan ke sekolah sambungan.
6. Penyebaran pendidikan melalui sekolah, walaupun tidak
merata, telah terjadi di seluruh Indonesia. Daerah di
mana kekuasaan pemerintah telah berakar sampai ke
desa-desa, penyebarannya sudah luas sekali.
Tahun 1910 – 1930 merupakan masa subur bagi
perluasan pendidikan.
7. 1.2.Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di
Indonesia
Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak
diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada
tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu
pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan
madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan
pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama
Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh.
Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk memecah
belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral
dan iman para santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional
dan pejuang muslimpun bermunculan dari lingkungan ini.
Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang
punggung perjuangan kemerdekaan.
8. Rakyat Indonesia yang mayoritas kaum muslim
merupakan salah satu unsur penting untuk
menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia.
Para pemimpin nasional yang bercorak Islam sangat
mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam
membangun kekuatan bangsa.
Gambar Pelopor pendidikan Islam modern di Indonesia K.H. AhmadDahlan.
9. 2.Peranan golongan terpelajar, profesional dan pers
dalam menumbuh kembangkan kesadaran Nasional
Indonesia.
Salah satu realisasi dari pelaksanaan politik etis adalah
didirikannya sekolah-sekolah di Indonesia. Walaupun
sebenarnya sekolah-sekolah tersebut untuk
kepentingan pemerintah Belanda. Namun ada juga
rakyat Indonesia yang mengenyam pendidikan.
Golongan inilah yang nanti sangat berperan dalam
menumbuhkembangkan kesadaran Nasional Indonesia,
yang kemudian disebut golongan terpelajar.
10. Dalam menumbuhkan golongan terpelajar ini
pengaruh sistim pendidikan Barat, terutama di
perguruan tinggi, sangat menonjol. Dengan ilmu,
mereka mencari ide dan pemikiran sendiri untuk
kemajuan masyarakat. Keahlian seseorang dalam
suatu ilmu mendesak keturunan sebagai ukuran bagi
penentuan status seseorang. Kaum terpelajar yang
tumbuh menjadi elite nasional sadar bahwa belenggu
tradisional yang mengikat daerah-daerah, dan juga
diskriminasi rasial yang dijalankan pemerintah
kolonial, sangat menghambat bagi cita-cita
nasionalisme Indonesia, yaitu menggalang persatuan
nasional dan mencapai kemerdekaan nasional.
11. Elite nasional mempunyai dasar baru dalam
memandang masyarakat sekitarnya, yaitu berusaha
merubah pandangan yang bertolak dari lingkungan
daerahnya masing-masing.
Mereka yakin bahwa cita-cita kemerdekaan
Indonesia akan berhasil bila nasionalisme telah
tumbuh subur, sehingga merupakan kekuatan yang
merata yang mengikat semua suku di Indonesia
dalam ikatan persatuan nasional yang kokoh.
Mereka sadar untuk mempercepat proses
tercapainya hal tersebut perlu diadakan organisasi
terhadap rakyat dengan membentuk partai dan
perserikatan massa yang mempunyai keanggotaan
luas
12. faktor yang memudahkan proses pertumbuhan
nasionalisme itu,
yakni : pendidikan, bahasa dan media komunikasi massa.
Pemimpin-pemimpin pergerakan nasional sadar, bahwa
langkah pertama untuk mengembangkan nasionalisme
adalah melalui pendidikan.
Karena itu partai-partai politik maupun tokoh nasionalis
secara perorangan mendirikan sekolah-sekolah yang
tujuannya di samping untuk mendidik kader-kader partai
juga mendidik murid-muridnya dalam iklim nasionalisme.
Adalah menarik bahwa kaum ibu Indonesia yang
dipelopori oleh R.A. Kartini juga telah membantu
pertumbuhan nasionalisme di kalangan kaum wanita.
Kongres Wanita Pertama tanggal 22 Desember 1928 di
Yogyakarta memperkuat peranan wanita dalam
Pergerakan Nasional.
13. Puncak peranan elite nasional dalam menumbuhkan
nasionalisme dengan diucapkannya Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda di Jakarta.
Semenjak itu bahasa Melayu disebut bahasa Indonesia, yang
penggunaannya kemudian semakin luas.
Lagu Indonesia Raya karangan W.R. Supratman yang
diperdengarkan pada Kongres Pemuda tahun 1928 itu makin
memantapkan rasa nasionalisme itu.
Peranan para profesional yang terdiri dari para dokter, ahli
hukum, insinyur, seniman, ahli pertanian, ahli kehewanan,
para pendidik, dengan kesadarannya menulis di dalam pers
Indonesia dan organisasi pergerakan.
Dengan demikian, mereka telah ikut serta dalam pendidikan
nasional bagi rakyat Indonesia.
14. 2.1. Peranan Pers dalam Perkembangan Kesadaran Nasional
Pers atau media komunikasi memegang peranan sangat
penting dalam menyadarkan rakyat Indonesia dalam
menempuh perjuangan.
Di bidang media komunikasi massa puluhan surat kabar
dan majalah yang diterbitkan oleh orang Indonesia pada
waktu itu. Menyerukan agar rakyat Indonesia bangkit dan
bersatu-padu untuk menghadapi imperialisme,
kolonialisme, dan kapitalisme Belanda. Kemiskinan,
kesengsaraan dan keterbelakangan sebagai rakyat
terjajah akan dapat diatasi apabila rakyat di tiap daerah
bersatu untuk berjuang mencapai kemerdekaan.
15. Pers memang merupakan alat komunikasi massa yang
sangat tepat untuk menggerakkan semangat perjuangan
karena langsung berhubungan dengan masyarakat luas.
Meskipun pers masih terbatas pada pers cetak yang
jumlahnya masih terlalu sedikit, ternyata peranannya
sangat besar. Khususnya dalam membangkitkan rasa
kebangsaan dan persatuan. Melalui pers perkembangan
setiap pergerakan dapat segera diketahui masyarakat,
baik masyarakat pergerakan maupun masyarakat pada
umumnya. Sejalan dengan perkembangan pergerakan,
berkembang pula kesadaran masyarakat akan arti pers
dalam perjuangan mencapai kemerdekaan.
16. Pers yang ada pada waktu itu, pada umumnya berupa
harian surat kabar dan majalah. terkenal waktu itu ialah
De Expres, Oetoesan Hindia, dan lain-lain.
Majalah yang banyak pengaruhnya adalah Indonesia
Merdeka yang diterbitkan oleh Perhimpunan Indonesia
di negeri Belanda.
Tidak heran bila banyak dari surat kabar dan majalah itu
dibrangus oleh pemerintah kolonial karena dipandang
sangat berbahaya.
Pers Nasional di Masa Pergerakan
17. 3.Perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat
etnik, kedaerahan, keagamaan sampai terbentuknya
nasionalisme Indonesia.
Pergerakan Nasional Indonesia didorong oleh faktor dari dalam
negeri dan faktor dari luar negeri.
1. Faktor dari Dalam Negeri
Faktor-faktor dari dalam negeri yang mendorong munculnya
pergerakan nasional di antaranya adalah:
a. Penderitaan Rakyat yang Berkepanjangan
Penjajahan yang pada hakekatnya merupakan penderitaan, karena
potensi bangsa terjajah dikuasai untuk kepentingan penjajah.
Bangsa Indonesia mengalami zaman penjajahan yang panjang dan
menyengsarakan sejak kedatangan Portugis, Inggris, dan Belanda.
Kebencian rakyat muncul karena adanya jurang pemisah yang lebar
antara bangsa Barat dengan rakyat Bhumiputra.
18. Penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial
meliputi berbagai aspek kehidupan yang mengakibatkan
penderitaan rakyat sehingga memunculkan kesadaran
nasional dan mulai memahami perlunya menggalang
persatuan.
Atas prakarsa kaum terpelajar maka keinginan itu menjadi
kenyataan dalam bentuk pergerakan nasional.
Mereka menyadari hanya dengan persatuan dan kesatuan
itulah akan terbentuk sesuatu kekuatan yang besar untuk
mencapai kemenangan.
19. b. Lahirnya Golongan Terpelajar
Pelopor pergerakan nasional terdiri atas para pelajar
STOVIA (sekolah ”dokter Hindia”). mereka sangat peka
terhadap penderitaan rakyat karena tugas yang diemban
berupa pengabdian terhadap kondisi masyarakat.
Dengan intelektualnya, mereka memiliki gagasan untuk
mengembangkan taktik perjuangan dengan berorganisasi.
Inilah peran penting kaum terpelajar yang hendak
menjadi pelopor di masyarakat.
c. Mengenang Kejayaan Masa Lampau yang Gemilang
Kejayaan masa lampau bangsa Indonesia pada zaman
Sriwijaya dan Majapahit dapat menggugah semangat
nasionalisme golongan terpelajar sehingga berupaya
melepaskan diri dari penjajah Belanda.
20. 2. Faktor dari Luar Negeri
Faktor-faktor dari luar negeri yang mendorong
munculnya pergerakan nasional di antaranya
adalah sebagai berikut ;
a. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam tahun 1905.
b. Kebangkitan Nasional negara-negara tetangga
seperti India, Philipina, Cina, dan Turki.
c. Masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan
demokrasi.
21. 1. Masa Awal Perkembangan
Perkembangan organisasi dalam pergerakan nasional pada
masa awal ditandai dengan munculnya organisasi Budi
Utomo, Sarekat Islam, dan Indische
Partij.
a. Budi Utomo (BU)
Seorang dokter Jawa bernama dr. Wahidin Sudirohusodo
pada tahun 1906 dan 1907 mengadakan perjalanan
kampanye di kalangan priyayi di pulau Jawa.
Ia menyampaikan pendapat untuk memajukan bangsanya
melalui pendidikan.
22. Dalam akhir tahun 1907 dr. Wahidin Sudirohusodo
bertemu dengan Sutomo, mahasiswa STOVIA di Jakarta.
Sutomo menyampaikan gagasan dr. Wahidin
Sudirohusodo kepada teman-temannya di STOVIA.
Mahasiswa-mahasiswa STOVIA yang sudah memiliki
citacita meningkatkan kedudukan dan martabat bangsa
itu terdorong oleh kampanye yang dilakukan dr.
Wahidin Sudirohusodo.
23. padatanggal 20 Mei 1908, Sutomo dankawan-kawannya
berkumpul di ruang anatomi gedung STOVIA. Mereka
mendirikan organisasi Budi Utomo. Para mahasiswa
yang tergabung dalam Budi Utomo ini adalah Sutomo
sebagai ketua, Moh. Sulaeman sebagai Wakil Ketua,
Gondo Suwarno sebagai Sekretaris I,
GunawanMangunkusumo sebagai Sekretaris II, Angka
sebagai bendahara, Muhammad Saleh dan Suwarno
sebagai komisaris. Juga beberapa nama lain yakni
Suwardi, Samsu,Suradji, Sudibyo, dan Gumbrek.
24. Dari bulan Mei sampai awal Oktober 1908, Budi Utomo
merupakan organisasi pelajar dengan intinya pelajar
STOVIA. Tujuan organisasi ini dirumuskan secara
samarsamar, yaitu kemajuan bagi Hindia, di mana
jangkauan geraknya pada penduduk Jawa dan Madura.
Dalam waktu singkat di beberapa kota berdiri cabang-
cabang Budi Utomo yakni Bogor, Bandung, Yogyakarta,
Magelang, Surabaya, dan
Probolinggo.
25. H. Samanhudi
b. Sarekat Islam (SI)
Pada tahun 1909, Raden Mas Tirtoadisuryo mendirikan
perkumpulan dagang di Jakarta dengan nama Sarekat
Dagang Islam (SDI). H. Samanhudi seorang pedagang
batik dari Laweyan Solo merasa tertarik dengan
organisasi dagang ini. Akhirnya ia mendirikan Sarekat
Dagang Islam di Solo pada akhir tahun 1911. Tujuannya
adalah untuk memajukan agama, dan untuk
memperkuat diri bagi golongan pedagang-pedagang
Indonesia terhadap pedagang-pedagang Cina.
26. H.O.S.Cokroaminoto, ketua SI. H. Agus Salim
Pada waktu itu pedagang Cina memegang peranan
penting dalam leveransir bahan-bahan yang diperlukan
oleh perusahaan batik. Dalam mendirikan Sarekat
Dagang Islam di Solo, H. Samanhudi mengajak
pedagang-pedagang batik terkenal di antaranya
M.Asmodimejo, M. Kertotaruno, M. Sumowerdoyo, dan
H.M. Abdulrajak. Organisasi yang baru didirikan
tersebut diketuai oleh H. Samanhudi. Berdirinya Sarekat
Islam selain didorong oleh faktor ekonomi juga dilandasi
oleh faktor agama.
27. Pada tanggal 10 September 1912, Sarekat Dagang Islam
diubah menjadi Sarekat Islam. Hal ini dilakukan atas
saran Haji Oemar Said Tjokroaminoto, seorang pelajar
Indonesia yang bekerja pada perusahaan dagang di
Surabaya. Alasan perubahan nama ini adalah agar
perkumpulan itu jangkauannya lebih luas tidak terbatas
pada golongan pedagang saja.
Tujuan Sarekat Islam sesuai anggaran dasarnya adalah
sebagai berikut.
1) Memajukan perdagangan.
2) Memberikan pertolongan kepada anggota-anggota
yang
mengalami kesulitan.
3) Memajukan kepentingan rokhani dan jasmani dari
penduduk asli.
28. Dalam waktu singkat Sarekat Islam berhasil mendapat anggota
di kalangan rakyat banyak sehingga meluas menjadi organisasi
massa yang pertama di Indonesia. Hal ini berbeda dengan Budi
Utomo yang dalam praktiknya hanya beranggotakan rakyat
dari golongan atas. Kongres pertama Sarekat Islam
dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 1913 di Surabaya
dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Dalam kongres ini, beliau
menerangkan bahwa Sarekat Islam bukan partai politik dan
tidak beraksi melawan pemerintah Belanda. Pada waktu itu
anggota Sarekat Islam semakin bertambah. Di Jakarta
berjumlah kurang lebih 12.000 anggota. Kongres Sarekat Islam
kedua dilaksanakan di Solo.
Kongres kedua ini memutuskan bahwa Sarekat Islam hanya
terbuka bagi rakyat biasa sedangkan pegawai pangreh praja
tidak boleh menjadi anggota. Hal ini dimaksudkan agar
Sarekat Islam tetap merupakan organisasi rakyat.
29. Memasuki tahun 1920 Sarekat Islam pecah menjadi dua
yaitu:
1. SI yang berpaham Islam, dikenal dengan SI Putih atau
golongan kanan. Kelompok ini dipimpin H.O.S.
Tjokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang
berpusat di Yogyakarta.
2. SI yang berpaham Marxisme atau Komunisme, dengan
SI Merah atau golongan kiri. Kelompok ini dipimpin
Semaun yang berpusat di Semarang. Pada akhir tahun
1921 (dalam kongres keenam) diputuskan adanya
disiplin partai yakni larangan anggota SI merangkap dua
keanggotaan partai politik. Dengan demikian kelompok
Semaun dapat terdepak dari SI. Pada tahun 1923,
kelompok Semaun ini secara resmi diakui sebagai
cabang
30. Pada tanggal 17-20 Februari 1923, SI menyelenggarakan
Kongres Nasional ketujuh di Madiun. Nama SI pada
waktu itu diubah menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Kemudian atas pengaruh dr. Sukiman yang baru pulang
dari Belanda, PSI diubah menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII). Dalam perkembangannya PSII pecah
menjadi dua kelompok yakni kelompok Sukiman yang
menghendaki PSII menekankan pada asas kebangsaan,
dan kelompok HOS Tjokroaminoto yang menekankan
pada asas agama. Kelompok Sukiman mendirikan partai
baru yakni Partai Islam Indonesia (PARII). Pada tahun
1940, PSII pecah lagi menjadi PSII Kartosuwiryo. Inilah
perkembangan Sarekat Islam di mana untuk mencapai
tujuannya harus menghadapi berbagai tantangan.
31. c. Indische Partij (IP)
Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25
Desember 1912. Pendirinya Dr. E.F.E. Douwes Dekker
sebagai ketua sedangkan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara) dan dr. Tjipto Mangunkusumo sebagai
wakil ketua. Ketiga tokoh ini kemudian dikenal dengan
”Tiga Serangkai”. Adapun tujuan Indische Partij seperti
yang termuat dalam anggaran dasar yaitu
membangunkan patriotisme semua ”Indiers” terhadap
tanah air. Juga untuk mempersiapkan kehidupan rakyat
yang merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut
ditetapkan cara-cara sebagai berikut :
32. 1. Memelihara nasionalisme dengan cara
meresapkan cita-cita kesatuanbangsa Indonesia.
2. Memberantas rasa kesombongan rasial.
3. Memberantas usaha-usaha untuk
membangkitkan kebencian antar-agama.
4. Berusaha mendapatkan persamaan hak bagi
semua orang Indonesia (Hindia).
5. Memperbesar pengaruh pro Hindia (Indonesia)
di dalam pemerintahan.
6. Memperbaiki ekonomi rakyat Indonesia
dengan memperkuat mereka yang lemah
ekonominya.
33. Kembalinya Douwes Dekker dari negeri Belanda tidak
banyak berarti bagi perkembangan Partai Insulinde. Pada
bulan Juni 1919 partai ini berganti nama menjadi National
Indische Partij (NIP), namun partai ini tidak banyak
berpengaruh terhadap rakyat. Sedangkan pembebasan
hukuman terhadap Suwardi Suryaningrat dilakukan pada
bulan Juli 1918. Kemudian ia berjuang di bidang pendidikan
dengan mendirikan Taman Siswa.
Dari uraian di atas, perjuangan Indische Partij besar sekali
pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia, antara lain dengan
propaganda nasionalisme Hindia dan aksi mencapai
kemerdekaan kelak, juga sebagai pembangun semangat,
Douwes Dekker sangat berjasa terhadap bangsa Indonesia.
Para tokoh Indische Partij berani menanggung risiko sebagai
pejuang demi kepentingan bangsa dan negara, bukan untuk
kepentingan pribadi atau golongan.
34. 2. Masa Radikal (Tahun 1920 – 1927-an)
Perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah
pada abad XX disebut masa radikal karena pergerakan-
pergerakan nasional pada masa ini bersifat
radikal/keras terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Mereka menggunakan asas nonkooperatif.
Organisasi-organisasi yang bersifat radikal adalah:
a. Perhimpunan Indonesia (PI)
Organisasai ini pada mulanya bernama Indische
Vereeniging yang berdiri di negeri Belanda pada tahun
1908. Organisasi ini dipelopori oleh para mahasiswa
Indonesia yang sedang belajar di Belanda. PI pada
mulanya bergerak di bidang sosial, tahun 1922 namanya
diganti menjadi Indonesia Vereeniging.
35. Tokoh-tokoh pendiri Perhimpunan Indonesia antara lain
R.P. Sosro Kartono, R.Husein Djoyodiningrat, R.M Noto
Suroto, Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada,
Sumitro Kolopaking, dan Apituley. Di samping bergerak
di bidang sosial, organisasi ini merambah ke dunia
politik. Untuk menyalurkan gagasannya mereka
menerbitkan majalah Hindia Putra. Kegiatan ini makin
radikal setelah tahun 1924 berganti nama Perhimpunan
Indonesia (PI).Kemudian majalah Hindia Putra diganti
nama menjadi Indonesia Merdeka. Tokohnya yang
terkenal terutama Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo.
Para pemimpin Perhimpunan Indonesia. Dari kiri
ke kanan: Gunawan Mangunkusumo, Mohammad Hatta, Iwa
Kusumasumantri, Sastro Mulyono, dan R.M. Sartono.
36. PI banyak menulis artikel perjuangan di Indonesia
Merdeka. Perhimpunan Indonesia juga mendatangi
kongres-kongres di luar negeri untuk memperoleh
dukungan. Perhimpunan Indonesia di bawah pimpinan
Moh. Hatta diakui oleh organisasi lain di Indonesia
sebagai pelopor dalam perjuangan diplomasi ke luar
negeri.
Dalam pertemuan-pertemuan yang dihadirinya
ditegaskan tentang tuntutan Indonesia merdeka,
seperti pada Kongres Liga Demokrasi Internasional
pertama di Paris tahun 1926 dan KongresLiga
Demokrasi Internasional kedua tahun 1927 di Berlin
yang menyokong perjuangan untuk kemerdekaan
Indonesia.
37. Keyakinan yang dikembangkan untuk mencapai tujuan itu
adalah:
1.Perlunya persatuan seluruh tanah Indonesia.
2.Perlunya mengikutsertakan seluruh tanah air
Indonesia.
3.Adanya perbedaan kepentingan antara penjajah dan
yang dijajah maka tidak mungkin adanya kerja sama
(non kooperatif).
4.Perlunya kerja sama dan segala cara harus dilakukan
untuk memulihkan jiwa dan raga kehidupan bangsa
Indonesia yang rusak akibat penjajahan.
38. Karena kegiatan Perhimpunan Indonesia tidak disukai
oleh Belanda, maka pada bulan September 1927
pemimpin-pemimpin Perhimpunan Indonesia ditangkap
dan diadili. Pemimpin tersebut antara lain Mohammad
Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali sastroamidjoyo, dan
Abdul Madjid Djojodiningrat. Dalam pengadilan di Deen
Haag bulan Maret 1928 Moh Hatta mengajukan
pembelaan dengan judul Indonesia Vrij (Indonesia
Merdeka). Keempat tokoh tersebut akhirnya dibebaskan
karena tidak terbukti bersalah, tetapi Belanda tetap
mengawasi dengan ketat kegiatan Perhimpunan
Indonesia.
39. b. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Ajaran komunis masuk ke Indonesia dibawa oleh orang
Belanda, yaitu H.J.F.M. Sneevliet, yang bekerja pada sebuah
surat kabar di Semarang. H.J.F.M. Sneevliet mendirikan
partai yang berhaluan komunis dengan nama Indische Social
Democraties The Vereeniging (ISDV). Namun ternyata,
ajaran komunis kurang mendapat respons dari masyarakat,
sehingga merubah taktik penyebarluasan pengaruh dengan
melakukan penyusupan ke organisasi-organisasi yang telah
ada. Salah satu korban penyusupan komunis adalah SI,
melalui tokoh Semaun dan Darsono. Akhirnya pada tanggal
23 Mei 1920 dibentuklah organisasi dengan nama Partai
Komunist Hindia yang pada bulan Desember tahun yang
sama namanya dirubah menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI).
40. Pada tanggal 16 Desember 1926 PKI melakukan
pemberontakan di berbagai tempat di Pulau Jawa. Tapi
berhasil dipadamkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Adapun di Sumatra Barat, pemberontakan PKI baru
meletus pada tanggal 1 Januari 1927, tetapi dalam waktu
tiga hari pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh
pemerintah Hindia Belanda. Akibat pemberontakan yang
gagal ini pemerintah kolonial makin bertindak keras dan
tegas terhadap organisasi-organisasi pergerakan nasional
yang ada pada saat itu.
41. C. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Organisasi ini semula bernama Perserikatan Nasional
Indonesia. PNI berdiri di Bandung pada tangal 4 Juli
1927. Pendirinya adalah Ir. Soekarno, Anwari, Mr.
Sartono, Mr. Iskaq Cokroadisuryo, Mr. Sunaryo, M.
Budiarto, dan dr. Samsi. Dalam kongres Perserikatan
Nasional yang pertama di Surabaya, Perserikatan
Nasional Indonesia diubah namanya menjadi Partai
Nasional Indonesia (PNI). Tujuannya adalah mencapai
Indonesia Merdeka atas usaha sendiri. Adapun
ideologinya adalah marhaenisme, bersifat mandiri, dan
nonkooperatif.
Tokoh-tokoh PNI di depan gedung
pengadilan di Bandung tahun 1930.
Ir. Soekarno berdiri ditengah.
42. Sebagai wadah persatuan politik yang ada di Indonesia
pada tanggal 17 Desember 1927 diselenggarakan
kongres pertama dengan tujuan agar langkah dan
perjuangan partai-partai yang ada seragam. Dalam
kongresnya di Surabaya pada tahun 1928 PNI berhasil
menyusun program kegiatan dalam bidang politik,
ekonomi, dan sosial.
IR.SUKARNO
43. 3. Masa Moderat (Tahun 1930-an)
Sejak tahun 1930 organisasi-organisasi pergerakan
Indonesia mengubah taktik perjuangannya, mereka
menggunakan taktik kooperatif (bersedia bekerja
sama) dengan pemerintah Hindia Belanda.
Sebab-sebab perubahan taktik ini antara lain
disebabkan :
a. Terjadinya krisis malaise yang melanda dunia.
b. Sikap pemerintah kolonial makin tegas dan keras
terhadap partai-partai yang ada sebagai dampak
PKI yang gagal memberontak.
Organisasi-organisasi yang berhaluan moderat antara
lain:
44. a. Partindo 1931
Setelah Ir.Soekarno dan kawan-kawannya ditangkap
Belanda, Mr. Sartono dan tokoh PNI yang lepas dari
incaran Belanda segera mengadakan kongres luar biasa
PNI. Dalam kongres luar biasa ini Mr. Sartono
menghendaki PNI dibubarkan dengan alasan agar
pergerakan nasional tetap dapat melanjutkan
perjuangannya. Setelah PNI bubar Mr. Sartono
mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Asas Partindo
nonkooperatif, mandiri, dan kerakyatan.
45. b. PNI Baru 1931
Dengan dibubarkannya PNI dan berdirinya Partindo
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda di kalangan
tokoh PNI sendiri. Kelompok Moh. Hatta dan Sutan
Syahrir mendirikan partai baru dengan Nama Partai
Nasional Baru (PNI) Baru. didirikan di Jogjakarta tahun
1931. Asas PNI Baru nonkooperatif, mandiri, dan
kerakyatan. Tujuan PNI Baru lebih menekankan kepada
pendidikan kader dan massa untuk meningkatkan
semangat kebangsaan dalam perjuangan mencapai
kemerdekaan Indonesia.
46. c. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai ini didirikan oleh dr. Sutomo tahun 1935. Parindra
adalah partai peleburan antara Budi Utomo dan PBI.
Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya yang mulia
dan sempurna, karena bersifat kooperatif, maka Parindra
mempunyai wakil-wakil di Dewan Perwakilan Rakyat
(Volksraad). Tokoh Parindra yang duduk di Volkstraad ialah
Moh. Husni Tamrin, R. Sukardjo Pranoto, R.P. Suroso,
Wiryoningrat, dan Mr. Susanto Tirtoprodjo.
Usaha-usaha yang dilakukan Parindra antara lain:
1) Membentuk usaha rukun tani.
2) Mendirikan organisasi rukun tani.
3) Membentuk serikat pekerja.
4) Menganjurkan rakyat agar menggunakan barang-barang
produk sendiri dan lain-lain.
47. d. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerindo berdiri di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937
sebagai akibat bubarnya Partindo. Adapun yang
menjabat sebagai ketuanya adalah Adnan Kapau Ghani
(A. K. Ghani). Adapun anggota Gerindo di antaranya
adalah anggota-anggota Partindo, yaitu Mr. Moh Yamin,
Mr. Amir Syarifudin, Mr. Sartono, S. Mangunsarkoro,
Mr.Wilopo, dan Nyonopranoto. Tujuan Gerindo adalah
tercapainya Indonesia merdeka. Sikap Gerindo yaitu
kooperatif.
48. e. Gabungan Politik Indonesia (Gapi)
Berdirinya Gabungan Politik Indonesia (Gapi) disebabkan
adanya penolakan petisi Sutarjo dan gentingnya situasi
internasional menjelang pecahnya Perang Dunia II. Gapi
bukanlah sebuah partai, hanya sebuah wadah kerja sama
partai-partai. Gapi berdiri tanggal 21 Mei 1939. Partai-
partai yang tergabung dalam Gapi :
Gerindo, Parindra, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII
dan Persatuan Partai Katholik (PPK).
49. Gapi menuntut hak untuk menentukan nasib dan
pemerintahan sendiri. Pada kongres yang
pertama tanggal 4 Juli 1939 Gapi menuntut
Indonesia berparlemen. organisasi kepemudaan
dan keagamaan lainnya yang ada dan berkembang
pada masa moderat antara lain :
a. Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti) tahun 1928.
b. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) tahun 1937)
c. Jong Islamieten Bond.
d. Sumatra Thawalib, yang lahir di Minangkabau
tahun 1918.
e. Persatuan Pemuda Kristen
f. Persatuan Pemuda Katholik.
50. f. Nahdatul Ulama
Pendiri NU adalah K.H. Hasyim Asy’ari dari Pondok
Pesantren Tebu Ireng. NU berdiri pada tanggal 31 Januari
1926. NU bergerak di bidang keagamaan, pendidikan,
sosial, dan budaya. Tujuannya adalah mencerdaskan umat
Islam dan menegakkan syariat agama Islam berdasarkan
Mazhab Syafi’i. Selain bergerak dalam bidang agama
pendidikan, sosial, dan budaya NU juga bergerak dalam
bidang politik. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatannya
yaitu mendorong kepada rakyat untuk memperoleh
kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka pada tahun
1946 NU menyatakan sebagai organisasi sosial politik.
51. g. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18
November 1912 (8 Dzulhijjah1330 H) di Yogyakarta
oleh K.H. Ahmad Dahlan. Tujuan yang ingin dicapai
adalah memajukan pengajaran berdasarkan agama,
memajukan pengertian ilmu agama dan hidup
menurut peraturan agama.
KH.AHMAD DAHLAN.
52. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam
modern yang bergerak di berbagai bidang kehidupan.
Cara-cara untuk mencapai tujuan itu adalah
mendirikan, memelihara, menyokong sekolah-
sekolah berdasarkan agama Islam, mendirikan dan
memelihara masjid dan langgar, dan sebagainya. Jadi
Muhammadiyah merupakan perkumpulan yang
bergerak di bidang sosial, pendidikan dan
keagamaan. Pemerintah kolonial Belanda tidak
melarang perkumpulan ini karena tidak bersifat
menentang.
53. 4.Peran manifesto politik 1925, Konggres Pemuda
Konggres Perempuan Pertama dalam
1928 dan roses pembentukan identitas kebangsaan
Indonesia.
4.1. Peran manifesto politik 1925 dalam proses
pembentukan identitas kebangsaan Indonesia.
Pada tahun 1908 di negeri Belanda berdirilah organisasi
Indische Vereenlging. Organisasi ini didirikan para
mahasiswa yang belajar di negeri Belanda. Mereka itu
adalah Sutan Kasayangan Sorlpada, R.N. Noto Suroto, R.P.
Sosrokartono,R. Husein Djayadiningrat, Notodiningrat,
Sumitro Kolopaking, dan dr. Apituley.
54. Tujuan organisasi ini adalah memajukan kepentingan-
kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari
Indonesia, maksudnya orang-orang pribumi dan non
pribumi bukan Eropa di negeri Belanda.
Pada mulanya organisasi ini bersifat sosial budaya, namun
sejak berakhirnya Perang Dunia I perasaan anti
kolonialisme dan imperialisme tokoh-tokoh Indische
Vereeniging semakin menonjol. Mereka mengubah
suasana dan semangat kegiatan organisasi ke dalam
bidang politik. Hal ini dipengaruhi oleh kedatangan tiga
tokoh Indische Partij yang dibuang Belanda yakni Dr.
Cipto Mangunkusumo, R.M. Suwardi Suryaningrat, dan
E.F.E. Douwes Dekker, yang berjiwa Nasionalis.
55. Gambar, Douwes Dekker
Paham nasionalisme semula berkembang di Eropa.
Nasionalisme pada hakikatnya merupakan kesetiaan manusia
sebagai warga negara pada kepentingan bangsanya.
Nasionalisme dapat diartikan sebagai perasaan cinta terhadap
bangsa dan tanah airnya yang ditimbulkan oleh perasaan
tradisi (sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan,
tempat tinggal) dan keingingan untuk mempertahankan serta
mengembangkan tradisi sebagai milik bersama. Manifesto
politik Perhimpunan Indonesia yang lahir di negeri Belanda
juga tidak terlepas dari jiwa nasionalisme mahasiswa
Indonesia yang belajar di Eropa.
56. Manifesto politik adalah suatu pernyataan terbuka tentang
tujuan dan pandangan seseorang atau suatu kelompok
terhadap masalah negara. Pada masa pergerakan
nasional, Perhimpunan Indonesia mengeluarkan pernyataan
politik yang berkaitan dengan nasib dan masa depan
bangsanya. Pernyataan politik ini amat penting artinya
bagi terwujudnya Indonesia merdeka yang didengar dan
didukung oleh dunia Internasional. Konsep-konsep
manifesto politik Perhimpunan Indonesia sebenarnya
telah dimunculkan dalam Majalah Hindia Poetra, edisi
Maret 1923. Akan tetapi, Perhimpunan Indonesia baru
menyampaikan manifesto politiknya secara tegas pada
awal tahun 1925 yang kemudian dikenal sebagai Manifesto
Politik 1925.
57. Pada tahun 1924 nama majalah Hindia Poetra diubah
menjadi Indonesia Merdeka. Kemudian tahun 1925
dipakailah nama baru organisasi Indonesische Vereeniging
menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Kegiatan organisasi PI
ini semakin tegas dalam bidang politik.
Dengan bertambahnya mahasiswa yang belajar di negeri
Belanda, maka bertambah pulalah kekuatan organisasi PI.
Pada permulaan tahun 1925 dibuatlah suatu Anggaran
Dasar baru yang merupakan penegasan lebih jelas dari
perjuangan PI. Pada saat itu PI di bawah pimpinan
Dr. Sukiman Wiryosanjoyo. Anggaran Dasar baru itu
merupakan manifesto politik, di dalamnya dimuat prinsip-
prinsip yang harus dilaksanakan oleh gerakan kebangsaan
untuk mencapai kemerdekaan.
58. Cita-Cita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam 4 pokok
ideologi dengan memperhatikan masalah sosial, ekonomi
dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan politik
yang dikembangkan sejak tahun 1925 dirumuskan sebagai
berikut :
1. Kesatuan Nasional : mengesampingkan perbedaan-
perbedaan sempit seperti yang berkaitan dengan
kedaerahan, serta perlu dibentuk suatu kesatuan aksi untuk
melawan Belanda untuk menciptakan negara kebangsaan
Indonesia yang merdeka dan bersatu.
2. Solidaritas : terdapat perbedaan kepentingan yang sangat
mendasar antara penjajah dengan yang dijajah (Belanda
dengan Indonesia). Oleh karena itu haruslah mempertajam
konflik antara orang kulit putih dan sawo matang tanpa
melihat perbedaan antara orang Indonesia.
59. 3 Non-kooperasi : harus disadari bahwa kemerdekaan
bukanlah hadiah, oleh karena itu hendaknya dilakukan
perjuangan sendiri tanpa mengindahkan lembaga yang telah
ada yang dibikin oleh Belanda seperti Dewan Perwakilan
Kolonial (Volksraad).
4. Swadaya : perjuangan yang dilakukan haruslah
mengandalkan kekuatan diri sendiri. Dengan demikian perlu
dikembangkan struktur alternatif dalam kehidupan
nasional, politik, sosial, ekonomi, hukum yang kuat berakar
dalam
masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi
kolonial.
Dalam rangka merealisasikan keempat pikiran pokok berupa
ideologi.
60. Dalam deklarasi tersebut ditekankan pula pokok-pokok,
seperti ide unity (kesatuan), equality (kestaraan), dan
liberty (kemerdekaan). Perhimpunan Indonesia berusaha
menggabungkan semua unsur tersebut sebagai satu
kebulatan yang belum pernah dikembangkan oleh
organisasi-organisasi sebelumnya. Perhimpunan Indonesia
percaya bahwa semua orang Indonesia dapat menerima dan
menciptakan gerakan yang kuat dan terpadu untuk
memaksakan kemerdekaan kepada pihak Belanda.
Pernyataan di atas merupakan cita-cita Perhimpunan
Indonesia yang mengandung 4 pokok ideologi yang
dikembangkan sejak tahun 1925. Empat pokok ideologi
tersebut meliputi kesatuan nasional,
solidaritas,nonkooperasi, dan swadaya. Dan di sinilah dapat
kita Iihat bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan sebuah
organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia.
61. 4.2. Peran Kongres Pemuda 1928 dalam proses
pembentukan identitas kebangsaan Indonesia.
Sejak berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1908) maka muncullah
organisasiorganisasl pergerakan kebangsaan di berbagal
daerah. Di antaranya organisasi pemuda Tri Koro Dharmo (7
Maret1915) yang dldlrikan di Jakarta oleh Dr. R. Satiman
Wiryosanjoyo, Kadarman dan Sunardi. Tujuan organisasi ini
adalah mencapai Jawa-Raya dengan jalan lain
memperkokoh persatuan antara pemuda Jawa, Sunda, dan
Madura. Untuk menghindari perpecahan maka pada waktu
kongres di Solo ditetapkan bahwa mulai tanggal 12 Juni
1918 namanya diubah menjadi Jong Java.
62. Jong Java bertujuan mendidik para anggotanya supaya kelak
ia dapat menyumbangkan tenaganya untuk pembangunan
Jawa-Raya dengan jalan mempererat persatuan, menambah
pengetahuan anggota, serta berusaha menumbuhkan rasa
cinta akan budaya sendiri. Dalam perkembangannya,
ternyata Jong Java juga ikut berpolitik.
Seiring dengan berdirinya Jong Java, berdiri pula
perkumpulan-perkumpulan pemuda bersifat kedaerahan,
seperti Pemuda Pasundan, Jong Sumateranen Bond,
Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Celebes
(Sulawesi). Semua organisasi kepemudaan ini bercita-cita ke
arah kemajuan Indonesia terutama memajukan budaya dan
daerahnya masing-masing.
63. Wisma Indonesia, tempat dilaksanakannya Kongres Pemuda II
pada tanggal 28 Oktober 1928. Wisma Indonesia terletak di Peserta Kongres Pemuda Indonesia bulan
Oktober 1928 di Jakarta Jl. Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat.
Dengan munculnya perkumpulan-perkumpulan ini ternyata
terdapat benih-benih yang dapat disatukan ke arah persatuan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu pemuda Indonesia merasa,
perlu membentuk suatu wadah untuk menyamakan langkah
dalam mencapai tujuan. Wadah kegiatan itulah yang dikenal
dengan Kongres Pemuda yang disebut juga dengan nama
Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda yang kemudian dikenal
sebagai sebuah tonggak dalam sejarah Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari organisasi kepemudaan seperti Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI).
64. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia ini yang
mendapat dukungan dari organisasi kepemudaan yang lain
sepertiJong Java, Jong Sumatera dan sebagainya dengan
penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan
Indonesia. Organisasi yang bernama Jong Indonesia yang
didirikan pada Februari 1927 ini kemudian mengganti nama
menjadi Pemuda Indonesia. Para anggotanya terdiri dari
murid-murid yang berasal dari AMS, RHS, dan Stovia.
Dalam perjalanannya para pemuda ini menginginkan suatu
upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan
dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa
penjajahan. Pertemuan awalnya dimulai 15 Nopember 1925
dengan membentuk panitia Kongres Pemuda Pertama yang
bertugas menyusun tujuan kongres.
65. a. Kongres Pemuda (30 April – 2 Mei 1926)
1.Tempat kongres di Jakarta
2.Tujuan kongres: menanamkan semangat kerjasama antara
perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar bagi
persatuan Indonesia.
b. Kongres Pemuda II
Kongres ini berlangsung di Gedung Indonesische Club, di Jalan
Kramat Raya 106 Jakarta, pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928.
Kongres ini terlaksana atas inisiatif dari PPPI (Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia) dan Pemuda Indonesia. Ketua kongres
ini adalah Sugondo Joyopuspito. Keputusan-keputusan Kongres
Pemuda II sebagai berikut:
1. Mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda.
2. Menetapkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.
3. Menetapkan sang Merah Putih sebagai bendera Indonesia.
4. Melebur semua organisasi pemuda menjadi satu dengan nama
Indonesia Muda.
66. 5. Diikrarkannya “Sumpah Pemuda” oleh semua wakil pemuda
yang hadir. Isi Ikrar Sumpah Pemuda :
1. Kami putra dan putri Indonesia, mengakui bertumpah
darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengakui berbangsa
satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia, mengakui menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda amat berpengaruh bagi upaya mencapai
lndonesia merdeka. Partai-partai yang ada segera menyesualkan
diri dengan cita-cita pemuda. Semangat persatuan dan kesatuan
bangsa yang telah menjiwai partai-partai di Indonesia itu
diwujudkan dalam wadah baru bernama Gabungan Poitik Indonesia
(GAPI). Demikian pula beberapa perkumpulan wanita yang
kemudian bergabung dalam Perikatan Perhimpunan Isteri
Indonesia, juga semua, organisasi kepanduan yang membentuk
persatuan dengan nama Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan
68. Kongres Perempuan Indonesia
Perkembangan organisasi wanita di Indonesia sebagai
berikut.
a. Pada tahun 1912 berdiri organisasi wanita yang pertama
bernama Putri Mardika, yang merupakan bagian dari Budi
Utomo. Putri Mardika mendampingi para perempuan dalam
pendidikan, memberikan beasiswa, dan menerbitkan
majalah sendiri.
b. Pada tahun 1913 di Tasikmalaya berdiri organisasi
Keutamaan Istri yang menaungi sekolah- sekolah yang
didirikan oleh Dewi Sartika.
c. Atas inisiatif Ny. Van Deventer berdirilah Kartini Fonds.
Salah satu usaha Kartini Fonds adalah mendirikan sekolah-
sekolah yang disebut Sekolah Kartini di berbagai kota
seperti Batavia, Cirebon, Semarang, Madiun, dan Surabaya.
69. d. Pada tahun 1914 di Kota Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat,
Rohkna Kudus mendirikan Kerajinan Amal Setia. Salah satu
usahanya adalah mendirikan sekolah-sekolah untuk wanita.
e. Pada tahun 1917, Siti Wardiah, istri Ahmad Dahlan mendirikan
Aisyiah sebagai bagian dari Muhammadiyah.
f. Organisasi wanita lainnya yang merupakan pengembangan dari
organisasi pria (pemuda) antara lain:
1) Sarekat Putri Islam (dari Sarekat Islam).
2) Ina Tuni (dari Jong Ambon).
3) Jong Java Meisjekring (dari Jong Java).
4) Jong Islami Bond Dames Afeiding (dari Jong Islami).
Adapun tokoh-tokoh wanita Indonesia yang dengan gigih
berusaha memperjuangkan derajat dan emansipasi wanita antara
lain:
a. RA Kartini (1879–1904).
b. Raden Dewi Sartika (1884–1947).
c. Maria Walanda Maramis (1872–1924).
70. a. Kongres Perempuan Indonesia I
Pada tanggal 22 Agustus 1928 di Jogjakarta diselenggarakan
Kongres Perempuan Indonesia I diikuti berbagai wakil
organisasi wanita di antaranya Ny. Sukamto, Ny. Ki Hajar
Dewantara, dan Nona Suyatin. Kongres berhasil membentuk
Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) dan berhasil
merumuskan tujuan mempersatukan cita-cita dan usaha
memajukan wanita Indonesia serta mengadakan gabungan
atau perikatan di antara perkumpulan wanita. Pada tangal
28–31 Desember 1929 PPI mengadakan
kongres di Jakarta dan mengubah nama PPI menjadi PPII
(Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia).
71. b. Kongres Perempuan Indonesia II
Tanggal 20–24 Juli 1935 diadakan Kongres Perempuan
Indonesia II di Jakarta dipimpin oleh Ny. Sri
Mangunsarkoro. Kongres tersebut membahas masalah
perburuhan perempuan, pemberantasan buta huruf,
dan perkawinan.
c. Kongres Perempuan Indonesia III
Kongres Perempuan III berlangsung di Bandung tanggal
23– 28 Juli 1938 dipimpin oleh Ny. Emma Puradireja,
membicarakan hak pilih dan dipilih bagi wanita di badan
perwakilan. Dalam kongres tersebut disetujui RUU
tentang perkawinan modern yang disusun oleh Ny.
Maria Ulfah, dan disepakati tanggal lahir PPI 22
Desember sebagai Hari Ibu.
72. s e k i a n
Selamat bertemu pada materi
selanjutnya…………………