Analisis windrose (mawar angin) sangat penting untuk menentukan arah landasan pacu bandara berdasarkan arah dan kecepatan angin dominan. Data arah dan kecepatan angin diperoleh dari stasiun meteorologi terdekat selama 5 tahun terakhir untuk menunjukkan kondisi secara reliabel. Windrose mengelompokkan data berdasarkan arah dan kecepatan angin, lalu menghitung prosentase arah dominan untuk menentukan arah landasan yang memenuhi sy
1. Windrose (Mawar Angin)
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan
perancangan bandar udara adalah penentuan arah landas pacu yang
memungkinkan di lokasi rencana pembangunan berdasarkan hasil analisis arah
dan kecepatan angin. Selain itu, besar dan kecilnya kecepatan angin dominan akan
mempengaruhi penetapan jenis pesawat yang dapat dioperasikan di bandar udara
tersebut. Data arah dan kecepatan angin dapat diperoleh dari stasiun meteorologi
terdekat dengan rencana lokasi bandara merupakan pendekatan terbaik untuk
mengetahui karakteristik dan pola arah angin di rencana lokasi bandar udara,
karena ketersediaan data-series yang bisa mencakup rentang waktu yang lama.
Pada umumnya dipergunakan data-series dengan cakupan waktu 5 tahun terakhir
telah mampu menunjukkan kondisi wilayah kajian secara reliabel dan konsisten.
Analisis arah angin (windrose analysis) merupakan hal yang sangat esensial guna
penentuan arah landas pacu. Berdasarkan rekomendasi dari ICAO, arah landas
pacu sebuah bandar udara secara prinsip diupayakan sedapat mungkin harus
searah dengan arah angin yang dominan. Pada saat pesawat udara mendarat atau
lepas landas, pesawat udara dapat melakukan pergerakan di atas landasan pacu
sepanjang komponen angin yang bertiup tegak lurus dengan bergeraknya pesawat
udara (cross wind) tidak berlebihan. Beberapa referensi ICAO dan FAA
menyatakan bahwa besarnya cross wind maksimum yang diperbolehkan
bergantung pada jenis dan ukuran pesawat yang beroperasi, susunan sayap dan
kondisi permukaan landasan pacu.
Penentuan arah landas pacu yang dipersyaratkan oleh ICAO adalah bahwa arah
landas pacu sebuah bandar udara harus diorientasikan sehingga pesawat udara
dapat mendarat dan lepas landas paling sedikit 95% dari seluruh komponen angin
yang bertiup. Adapun besarnya batas kecepatan komponen angin silang (cross
wind) yang diijinkan adalah 10 knot untuk bandar udara dengan panjang landas
pacu kurang dari 1200 m, sebesar 13 knot untuk bandara dengan panjang landas
2. pacu 1200 – 1500 m, dan kecepatan angin silang 20 knot diijinkan untuk bandara
dengan panjang landas pacu lebih dari atau sama dengan 1500 m.
Selain faktor arah dan kecepatan angin, arah landas pacu juga harus
memperhatikan faktor kondisi topografi tapak rencana bandar udara serta relief
rupabumi yang terlingkupi dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan.
Utamanya kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas harus bebas dari
obstruction (penghalang) berupa bentang alam, benda tumbuh atau bangunan fisik
buatan (tower, gedung, dsb.). Tolerasi variasi arah landas pacu yang diijinkan
adalah dengan memperhatikan usability factor tahunan menurut hasil windrore
analysis adalah sama atau lebih besar dari 95%.
Prosedur pengolahan data untuk analisis windrose adalah sebagai berikut :
1. Melakukan evaluasi terhadap kualitas data dan berkonsultasi dengan
institusi sumber data (di Indonesia dilakukan oleh BMKG-Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) dalam hal tata cara pencatatan
atau pendataannya, untuk mengetahui perilaku dan karakteristik data yang
akan diolah.
2. Melakukan pemilihan data yang akan dipakai untuk data terpakai
3. Membagi masing-masing data ke dalam beberapa kecepatan sehingga
menjadi enam kelompok sesuai ketentuan ICAO, yaitu:
Kecepatan kurang dari 4 knot
Kecepatan antara empat hingga 10 knot
Kecepatan antara 10 hingga 13 knot
Kecepatan antara 13 hingga 20 knot
Kecepatan antara 20 hingga 40 knot, dan
Kecepatan lebih dari 40 knot.
Langkah selanjutnya setelah pembangian data dalam kelompok kecepatan angin
tersebut adalah sebagai berikut:
3. 1. Membagi masing-masing data dalam setiap kelompok ke dalam arah angin
per 10 derajat untuk mengelompokkan data terhadap arah angin.
2. Membuat matrik arah angin terhadap kecepatan angin, sehingga
didapatkan sejumlah data untuk masing-masing arah dan kelompok
kecepatan tertentu.
3. Membuat windrose type-1, terkait dengan prosentase jumlah data terhadap
arah angin yang dominan
4. Membuat windrose type-2, terkait dengan prosentase jumlah data terhadap
arah dan kecepatan angin sesuai matrik.
Berdasarkan data dan metode pengolahan tersebut di atas didapatkan besarnya
prosentase arah angin yang dominan pada kecepatan angin yang telah ditentukan
serta jumlah frekuensi untuk masing-masing kecepatan tersebut. Untuk operasi
bandara selama 24 jam, maka analisis windrose dilakukan selama pencatatan data
24 jam dan jika operasi bandara nantinya direncanakan hanya siang hari jam
06.00 s.d 18.00 waktu setempat maka analisis windrose juga dilakukan pada
rentang waktu tersebut. Dalam hal ini dilakukan analisis untuk kondisi 24 jam
tersebut sehingga akan didapatkan gambaran kondisi arah dan kecepatan angin
maupun usability factor yang terjadi.
Prosentase arah dan kecepatan angin untuk operasi bandara selama 24 jam dari
hasil analisis windrose pada umumnya disajikan dalam Tabel Perhitungan
usability factor dan Gambar Windrose.
Sumber : http://jjwidiasta.wordpress.com/2011/08/01/windrose-analysis/