Kampanye Calon Presiden Indonesia 2014
Oleh: Titien Pradani
Latar Belakang
Permasalahan di Indonesia sangat kompleks. Mulai dari pendidikan, kesehatan,
ekonomi, sosial, budaya, dan hal-hal lainnya yang menyebabkan keadaan negara ini
semakin ‘parah’. Semua masalah memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dan setiap
permasalahan membutuhkan solusi yang berbeda-beda pula. Tetapi, yang perlu diingat,
setiap permasalahan tersebut sama pentingnya. Sehingga, semuanya membutuhkan
penanganan yang cepat dan tepat agar tidak semakin melebar.
Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, dibutuhkan tangan
seorang pemimpin. Seluruh masyarakat Indonesia mengingingkan pemimpin yang
benar-benar kompeten untuk menyelesaikan semua permasalahan di atas. Namun
demikian, setiap orang di negeri ini tentunya memiliki calon yang berbeda-beda, yang
menurut mereka terbaik.
Pemilihan Presiden Indonesia 2014 sudah di depan mata. Hari demi hari, satu per
satu calon mulai menampakkan dirinya ke hadapan publik. Satu per satu dari mereka
pula mulai mengusung dan mengadang-gadang janji-janjinya. Tapi, benarkah mereka
yang diinginkan rakyat? Benarkah apa yang mereka janjikan merupakan kebutuhan
rakyat? Kompeten-kah calon-calon ini untuk menjadi pemimpin? Mampukah rakyat
meletakkan kepercayaan untuk memperbaiki nasib bangsa ini lima tahun ke depan?
Kemudian, saya bertanya kepada diri saya sendiri, “Pemimpin seperti apa yang
saya inginkan?”
Saya ingin pemimpin yang memiliki hati yang tulus, yang akan menjalankan
tugasnya sebagaimana mestinya. Saya ingin pemimpin yang menganggap bangsa ini dan
seluruh rakyatnya seperti keluarganya sendiri. Saya ingin pemimpin yang akan
memimpin negara ini layaknya Ia memimpin keluarganya sehingga Ia mencurahkan
seluruh kasih sayangnya kepada rakyat dan bangsa ini layaknya kasih sayang yang Ia
curahkan kepada keluarganya. Saya ingin pemimpin yang mau memperjuangkan hak
rakyatnya tanpa merasa takut kepada pihak-pihak yang mengancamnya. Saya melihat
pemimpin yang saya inginkan tersebut ada dalam diri seseorang, Joko Widodo.
Ir. H. Joko Widodo
Ir. H. Joko Widodo, atau yang lebih akrab dikenal sebagai Jokowi, lahir di
Surakarta, 21 Juni 1961. Beliau akhirnya resmi dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta
pada 15 Oktober 2012. Sebelumnya, beliau menjabat sebagai Walikota Kota Surakarta
(Solo) selama dua periode, 2005-2010 dan 2010-2015. Namun, di tengah masa baktinya
untuk Kota kelahirannya tersebut beliau diminta untuk memimpin Daerah Khusus
Ibukota tersebut bersama wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Selama menjabat sebagai Walikota Solo, Jokowi mampu membenahi banyak hal
seperti merelokasi pasar, merevitalisasi lahan hijau, melakukan komunikasi secara
terbuka dengan masyarakat, dan tidak segan-segan menampik investor yang tidak
setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Jokowi menjadikan Solo sebagai Kota “The
Spirit of Java”. Untuk usahanya tersebut, Jokowi terpilih menjadi “10 Tokoh 2008”
menurut Majalah Tempo dan dinobatkan menjadi walikota terbaik ke-3 di dunia.
Setahun lebih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, tidak membuat Jokowi
lekas berpuas diri terhadap pencapaiannya. Beliau, bersama wakilnya, Ahok, saat ini
masih berusaha menyusun strategi-strategi agar dapat menyelesaikan permasalahan
yang sering dialami Jakarta. Beberapa program yang telah dan akan dijalankan oleh
Jokowi dan Ahok antara lain Program Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar,
pembangunan bendungan di Bogor yang bekerja sama dengan Kementerian BUMN
untuk mengurangi banjir tahunan Jakarta, pelaksanaan Jam Malam bagi Siswa, Proyek
Kaki Lima Night Market, wacana Program Penataan Trotoar 2014, Program Terminal ala
“Hotel Bintang Lima”, wacana Jakarta menjadi tempat pergelaran balapan sekelas Grand
Prix atau Formula 1, dan beberapa program lainnya.
Jokowi sangat terkenal dengan gaya blusukannya. Blusukan ini beliau gunakan
sebagai cara untuk mendekati masyarakat Jakarta agar mau bernegosiasi dengannya.
Gaya ini juga mendapatkan pujian dari berbagai pihak. Jokowi setiap harinya memiliki
agenda untuk mendatangi daerah-daerah di Jakarta untuk melihat langsung seperti apa
kondisi daerah pimpinanannya tersebut. Tidak tanggung-tanggung, beliau bahkan
mengajak masyarakat untuk makan siang bersama di kantornya jika menurutnya hal itu
diperlukan. Hasil yang beliau dapatkan pun tidak mengecewakan.
Sifatnya yang low profile ini mendapat dukungan dan pujian dari masyarakat
Jakarta dan Indonesia yang memang butuh sekali pemimpin yang mau mendengar
keluh-kesah mereka. Ketika mendapatkan kritik, beliau bersikap santai dan menerima
masukan yang diberikan. Sifat-sifat yang dimiliki Jokowi ini akhirnya menjadikan beliau
sebagai sosok yang digemari oleh masyarakat.
R A C E
Research
Mendefenisikan problem, melakukan fact finding baik secara formal maupun informal
untuk mengidentifikasi krisis. Analisis fakta dan data serta menyimpulkan hasil fact
finding dengan menjawab pertanyaan 5W + 1H ( What, Why, Who, Where, When, dan
How) sebagai dasar penentuan strategi komunikasi.
What : Apa isu yang harus diangkat?
A :
Who : Siapa calon yang diusung?
A : Joko Widodo
When : Kapan kampanye akan dijalankan?
A : Mulai November 2013
Where : Dimana saja kampanye akan dilakukan?
A : Akan disebarkan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di DKI Jakarta
Why : Mengapa mengusung beliau sebagai calon presiden 2014?
A : (berdasarkan SWOT)* yang dimiliki Joko Widodo
How : Bagaimana cara mengomunikasikan kampanye yang dijalankan kepada
publik?
A : Melalui media (cetak, elektronik, dan online) dan langsung (direct
campaign)
Action
Perencanaan dan pemrograman, membuat keputusan strategis mendasar tentang apa
yang akan dilakukan, dan dengan langkah apa, dalam rangka mengantisipasi problem.
Dalam tahap ini, tujuan program harus didefenisikan sebagai “Apa solusi yang
diharapkan?” dan publik sasaran “Siapa yang harus direspons, dijangkau, dan
dipengaruhi oleh program?”
1. Membuat agenda yang lebih banyak “bermain dengan rakyat” untuk Jokowi.
2. Memperlihatkan kegiatan sehari-hari Jokowi saat sedang tidak bertugas atau saat
beliau sedang di rumah.
3. Memperlihat rancangan program kerja Jokowi jika terpilih menjadi Presiden
Indonesia secara jelas.
4. Membuat kalimat Jokowi “……” menjadi trending topik.
Communication
Mengambil tindakan dan berkomunikasi.
Dalam tahap ini, apa yang telah disusun dalam program harus dilaksanakan dan
dikomunikasikan atau disampaikan kepada publik sasaran. “Apa isi pesan yang harus
disampaikan untuk mencapai hasil seperti yang dinyatakan dalam sasaran program?”
1. Membuat Jokowi lebih banyak menghabiskan waktunya bersama masyarakat tanpa
diekspos media. Tetapi justru menyebarkan informasi tersebut secara offline dengan
mengandalkan kekuatan word of mouth.
2. Mengekspos keseharian Jokowi seperti kemampuannya dalam musik dan diupload
ke Youtube. Kemudian disebarkan melalui media sosial lainnya seperti Facebook dan
Twitter.
3. Membuat dan me-manage sebuah situs web resmi untuk Jokowi. Web ini akan berisi
semua informasi mengenai Jokowi, dimulai dari keseharian, agenda kerja, hingga
program-program yang telah disusun sebagai Calon Presiden Indonesia 2014.
4. Menjadikan kalimat Jokowi “…..” trending topik di Twitter.
Evaluation
Memprediksi problem yang potensial muncul selama proses persiapan, pelaksanaan
(implementasi), dan dampak (berakhirnya program).
Input (Persiapan)
Kecukupan informasi untuk program
Ketepatan pesan dan isi program
Kualitas pesan dan presentasi program
Output (Implementasi)
Jumlah pesan yang dikirim ke media
Jumlah pesan yang ditempatkan dan program yang diimplementasikan
Jumlah orang yang menerima pesan dan program
Jumlah orang yang memerhatikan pesan dan program
Outcome (Dampak)
Jumlah orang yang memahami isi pesan yang dikampanyekan
Jumlah orang yang mengubah opini (negatif) tentang Jokowi
Jumlah orang yang mengubah sikap terhadap Jokowi (dari kontra menjadi pro)
Jumlah orang berbuat sesuai yang diharapkan
Pada akhirnya tujuan dari kampanye ini adalah :
Awareness
Membuat seluruh masyarakat Indonesia menyadari sosok asli Jokowi.
Interest
Mengubah mindset masyarakat tentang Jokowi.
Desire
Membantu masyarakat menentukan pilihannya dengan menyodorkan sosok Jokowi.
Action
Membuat masyarakat memilih Jokowi pada Pemilihan Umum Presiden 2014
*SWOT
Jokowi
Strength :
Sosok yang low profile
Memiliki passion sebagai pemimpin
Memiliki karakter dan sifat yang baik
Selalu bersikap tenang menghadapi orang lain
Weakness :
Sikapnya yang tenang membuat beliau terlihat tidak tegas
Opportunities :
Mendapatkan dukungan dari masyarakat Indonesia
Memiliki rating tertinggi (berdasarkan riset)** jika mencalonkan diri sebagai
presiden
Kesuksesan beliau mempin Solo menjadi bukti nyata
Famous
Threatness :
Beliau berada di bawah pengaruh partai dan ketua partai PDIP, Megawati
Soekarnoputri
Masa jabatan beliau sebagai Gubernur DKI Jakarta masih berusia setahun,
sehingga belum mampu membuktikan keberhasilan program-programnya.
**Hasil Riset
1. “JOKO WIDODO. Politisi paling populer di Indonesia saat ini adalah Joko Widodo, dan
paling mungkin terpilih langsung bila mencalonkan diri. Gubernur Jakarta ini baru
enam bulan menjabat sehingga belum memiliki rekor apa pun dalam menyelesaikan
masalah Jakarta, kecuali kartu Jakarta Sehat dan beberapa idenya untuk mengurangi
banjir di Ibu Kota.
Baru berusia 40 tahunan, Jokowi satu generasi lebih muda dibandingkan para
pimpinan partai lain yang kebanyakan berasal dari era Soeharto. Dia juga dikenal
sebagai politisi yang bersih dari korupsi. Namun, dia adalah anggota PDI-Perjuangan,
yang dalam hal ini Megawati mungkin akan mencalonkan dirinya sendiri.”
Sumber :
http://internasional.kompas.com/read/2013/03/29/14364070/Empat.Calon.Presiden.
RI.dalam.Penilaian.Media.Australia.
2. Seperti yang dilansir lembaga pemantau percakapan isu di media sosial,
PoliticaWave, terakhir, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden 2014-
2019 terpopuler adalah duet Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan politikus
senior Partai Golkar, Jusuf Kalla, dengan perolehan prosentase mencapai
16,91 persen dari 24.945 percakapan. Sedangkan prosentase Jokowi-Prabowo
Subianto sebesar 10,17 persen dan Jokowi-Aburizal Bakrie sebesar 3,79
persen.
Sumber :
http://www.tempo.co/read/news/2013/09/29/078517522/Duet-Jokowi-JK-
Terpopuler-PDIP-Tidak-Mau-Terkecoh
3. TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga pemantau percakapan isu di media sosial,
PoliticaWave, melansir pemberitaan tertinggi soal calon presiden 2014 di media
social, seperti twitter, facebook,blog, dan kanal berita online selama enam bulan, awal
Maret-Agustus, didominasi Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.
“Pembicaraan mengenai Jokowi mencapai 318.889.166 dari 3.994.528 percakapan di
media sosial online, atau sekitar 60 persen," kata Yose ketika ditemui di konferensi
pers, Selasa, 24 September 2013. Angka ini jauh meninggalkan tokoh lain, seperti
Dahlan Iskan sebesar 296.768 (7 persen), Megawati Soekarnoputri 216.440 (5
persen) dan Hatta Rajasa 213.770 percakapan (5 persen).
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional Bima Arya Sugiarto juga
mengakui keunggulan Jokowi. Menurut dia, kelebihan Jokowi bukan
karena media darling tapi memang digemari oleh masyarakat.
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/09/24/078516250/Ini-
Peringkat-Popularitas-Capres-di-Dunia-Maya
4. JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak menganggap
pernyataan pedas dari politisi Ruhut Sitompul dan Amien Rais sebagai serangan
politik yang diarahkan kepadanya. Pria yang akrab disapa Jokowi itu menganggap
kritik-kritik itu sebagai suatu koreksi positif baginya.
Saat berbicang-bincang dengan wartawan di sela-sela kunjungannya di sepanjang
trotoar Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Sabtu (28/9/2013) siang, Jokowi
menganggap kritik kedua tokoh itu sebagai koreksi atas apa yang telah
dilakukannya.
"Nyerang gimana, ya ndak apa-apa. Wong mau kritik saya ndak apa-apa, silakan saja.
Jangan dipikir berat-berat, sebagai koreksi buat kita pribadi sajalah. Buat saya,
kritik saya pakai, masukan saya pakai, menyerang pun saya pakai. Pokoknya
kalau baik ya saya pakai," ujarnya.
Sumber: http://lipsus.kompas.com/gebrakan-jokowi-
basuki/read/xml/2013/09/28/1642296/Dikritik.Ruhut.dan.Amien.Rais.Jokowi.Bilang.
Enggak.Apa-apa
5. Prapancha Research (PR) memeriksa Jokowi effect dengan menganalisis sejauh mana
pengaruh kata kunci "Jokowi" terhadap perbincangan mengenai tokoh-tokoh lain di
jejaring sosial Twitter. Hasilnya, setidaknya di ranah jejaring sosial, Jokowi effect
memang nyata. "Dari temuan kami, perbincangan beberapa nama memang
memperoleh momentum saat dikaitkan dengan Jokowi," ujar Adi Ahdiat, analis PR
dalam keterangan pers, Kamis 19 September 2013.
Gita Wirjawan, sebagai contoh. Ia memperoleh lejitan mentionhingga 1.335 pada 26
Februari karena ada pernyataan petinggi Partai Demokrat untuk memasangkannya
dengan Jokowi. Sampai dengan 26 Februari 2013, ini adalah perbincangan tentang
Gita tertinggi ketiga di Twitter.
Rieke Diah Pitaloka juga kebanjiran mention di twitter sewaktu Jokowi berkampanye
untuk pemilihan Gubernur Jawa Barat. Perbincangan tentang Rieke dikaitkan dengan
Jokowi mencapai 49 ribu mention. Sementara total perbincangan tentang Rieke
mencapai 119 ribu. Menurut Adi, 2 dari 5 celotehan tentang Rieke adalah dalam
kaitannya dengan Jokowi.
Dukungan Jokowi, kata Adi, tak serta-merta membantu kandidat tertentu
memenangkan pemilu atau pilkada. Namun, Jokowi memang membantu mengangkat
nama seseorang ke perhatian publik. "Di era persaingan citra yang begitu ketat,
dapat menyedot perhatian publik saja sudah amat berarti," kata Adi.
Adi mengatakan, efek Jokowi ini juga terbukti tak bekerja pada tokoh tertentu yang
sudah lekat dengan reputasi kurang baik. Sebagai contoh, dalam pantauan terhadap
perbincangan yang mengaitkan Marzuki Alie atau Ruhut Sitompul dengan Jokowi,
yang cenderung ditemukan adalah perbincangan yang menganggap nama ini
kapasitasnya jauh di bawah Jokowi.
Sumber:http://www.tempo.co/read/news/2013/09/20/078515053/Efek-Jokowi-
Hanya-Terbukti-di-Twitter