3. INFEKSI VIRUS DENGUE MERUPAKAN SUATU
PENYAKIT DEMAM AKUT YANG DISEBABKAN
OLEH VIRUS FLAVIVIRUS MELALUI
PERANTARA VECTOR NYAMUK AEDES
AEGYPTY
Setiap tahunnya 50 juta manusia terinfeksi virus
dengue yang 500.000 diantaranya memerlukan
rawat inap dan 90% nya adalah anak-anak.
kelompok umur 4-10 tahun
WHO memerkirakan 50 juta infeksi dengue
terjadi setiap tahunnya dan sekitar 2,5 miliar
penduduk dunia tinggal di daerah endemik.
Asiamenempati urutan pertama dalam jumlah
kasus DBD setiap tahunnya
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
1
BAB
Latar Belakang
4. 2004
DBD telah menyebar di
326 kabupaten/kota
dengan jumlah 79.462
kasus
2006
Sebanyak 114.656
kasus dengan case
fatality rate (CFR)
sebesar 1,04%
2010
156.086 kasus
dengan CFR
0,87%
2011
terdapat 65.725
kasus
2012
90.245 kasus
Sejak tahun 1968 sampai
2009, WHO mencatat
Indonesia dengan kasus
DBD tertinggi di Asia
Tenggara
Insidensi DBD di provinsi Sumatera
Barat mencapai 63,23 per 100.000
penduduk dengan CFR 28,71%.
5. Infeksi virus dengue yang terjadi menyebabkan manifestasi
klinis yang bervariasi seperti demam dengue, demam berdarah
dengue hingga demam berdarah dengue disertai syok
DBD memiliki manifestasi klinis yang sama dengan demam
dengue, tetapi ditambah dengan tanda kegagalan sirkulasi dan
perdarahan yang dapat menyebabkan kematian
Gejala klinik di antaranya demam tinggi, nyeri kepala berat
(retroorbital), kemerahan pada wajah, nyeri otot, nyeri sendi,
mual dan muntah, nafsu makan menurun dan nyeri abdomen
akut.
Manifestasi perdarahan yang serius dapat berupa epistaksis,
perdarahan gusi, petekie, ekimosis, hematemesis, dan melena
6. • Definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
dan penatalaksanaan dari Infeksi Virus Dengue (DD dan DBD)
Batasan masalah
• Mengetahui definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi patofisiologi,
manifestasi klinis, dan penatalaksanaan dari Infeksi Virus Dengue (DD
dan DBD)
Tujuan Penulisan
• Diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pengetahuan tentang penyakit Infeksi Virus Dengue (DD dan DBD)
Manfaat Penulisan
• Menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada
berbagai literatur dan laporan kasus
Metode Penulisan
7. B A B I I
TINJAUAN PUSTAKA
Harry Rahman Ikhsan
7
8. DEFINISI
8
Infeksi Dengue adalah penyakit infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk
seperti Aedes Aegypti yang menyebabkan komplikasi yang berat. Memiliki
empat serotipe virus dengue yaitu DENV-1, -2, -3, dan -4 yang berasal dari
genus flavivirus dan famili flaviviridae.
9. ETIOLOGI & TRANSMISI
9
Virus dengue (DENV) merupakan virus
ssRNA kecil dan terdiri dari empat
serotipe berbeda (DENV-1 sampai -4).
Virus ini masuk kepada genus
flavivirus dan famili flaviviridae.
DENV-3 merupakan serotipe dominan
dan banyak dihubungkan dengan
kasus berat
Setelah terinfeksi, virus kemudian
masuk ke sirkulasi darah manusia
selama 2 hingga 7 hari, kemudian
mengalami gejala sistemik berupa
demam.
Virus dapat ditransmisikan kepada
manusia lainnya melalui nyamuk Aedes
setelah gejala pertama muncul (4-5
hari, maksimal 12 hari)
10. EPIDEMIOLOGI
10
WHO, 2016
Infeksi Virus Dengue tersebar luas di
seluruh daerah tropis.
Faktor resikonya berupa : curah hujan,
suhu, kelembaban, tingkat urbanisasi
dan pengendalian vektor di daerah
perkotaan.
Di indonesia infeksi virus dengue
Terdapat sekitar 126.675 penderita di
34 provinsi dengan 1.299 diantaranya
meninggal dunia pada tahun 2015
11. PATOFISIOLOGI
11
Patofisiologi utama yang menentukan
derajat penyakit dan membedakan antara
DD dan DHF :
Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah,
Penurunan volume plasma,
Terjadinya hipotensi,
Trombositopeni
Diatesis hemoragik.
Trombositopeni kelainan hematologis
yang ditemukan pada sebagian besar
kasus DHF, nilai trombosit mulai
menurun saat masa demam dan mencapai
nilai terendah pada masa syok.
12. PATOFISIOLOGI
12
Pada kasus DHF berat terjadi peningkatan fibrinogen degradation product (FDP),
Penurunan aktivitas anitrombin III, aktivists faktor VII faktor II. Kelainan fibrinolisis pada
DHF dibuktikan dengan penurunan dengan alfa 2 plasmin inhibitor dan penurunan
aktivitas plasminogen.
Pada saat terinfeksi, komplemen juga bereaksi dengan epotip virus pada sel endotel,
permukaan trombosit, dan limfosit T yang mengakibatkan waktu paruh trombosit
memendek, kebocoran plasma, syok dan perdarahan. Komplemen juga merangsang
monosit untuk memproduksi sitokin seperti tumor necrosis factor, interferron gamm
(TNF), interleukin (IL-1 dan IL-2).
13. PATOGENESIS Patogenesis infeksi virus dengue
berhubungan dengan faktor virus (serotipe,
jumlah, virulensi), faktor penjamu (genetik,
usia, status gizi, penyakit komorbid dan
interaksi antara virus dengan penjamu),
faktor lingkungan.
13
14. 1
2
3
4
5
Patogenesis
14
Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue
yaitu sel dendrit, monosit atau makrofag, sel endotel dan trombosit.
Interaksi yang terjadi akan mengeluarkan mediator antara lain sitokin,
peningkatan aktivasi sistem komplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T
Respon imun humoral di perankan oleh limfosit B dan menghasilkan
antibodi spesifik terhadap virus dengue seperti Imunoglobulin G
Respon imun seluler melibatkan sel T menimbulkan respons berupa
proliferasi sel T, menghancurkan sel terinfeksi dengue serta memproduksi
berbagai sitokin
Protein virus dengue yang berperan yaitu protein E, prM, dan NS1. NS1
dengue menunjukan reaksi sdengan sel endotel dan trombosit, sehingga
menimbulkan gangguan pada kedua sel tersebut dan memacu respons
inflamasi.
Imunopatogenesis
15. FAKTOR
PENJAMU Beberapa faktor penjamu dapat menjadi
faktor resiko untuk terkena infeksi dengue
yang berat antara lain usia, status gizi, faktor
genetik dan penyakit tertentu khususnya
penyakit yang berhubungan dengan sistem
imun
15
16. 1
2
3
4
Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
16
Demam dengue memiliki masa inkubasi 4-6 hari
Setelah melalui masa inkubasi akan timbul gejala berupa demam mialgia,
sakit punggung dan gejala konstitusional lainnya yang tidak spesifik seperti
rasa lemah (malaise), anoreksia, dan gangguan rasa kecap
Demam pada umunya timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, bifasik
dan biasanya berlangsung 2-7 hari
Gejala lain dapat ditemukan berupa gangguan pencernaan (diare dan
konstipasi), nyeri perut, sakit tenggorok dan depresi
Demam Dengue
17. 1
2
3
4
Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
17
Pada masa penyembuhan timbul ruam dikaki dan tangan yang disebut
sebagai ruam konvalessens
Manifestasi perdarahan umunnya sangat ringan berupa uji tourniquet
yang positif atau beberapa ptekie spontan
Pemeriksaan laboratorium : leukosit yang normal atau ditemukan
leukositosis pada awal demam, dan kemudian leukopenia selama fase
demam.
Jumlah trombosit dapat normal atau menurun (100.000-150.000),.
Demam Dengue
19. FASE
FEBRIS
Demam tinggi secara tiba-tiba.
Berlangsung kira-kira 2 – 7 hari diikuti oleh muka kemerahan,
eritema pada kulit, nyeri pada badan, ekstremitas, myalgia,
atralgia, nyeri retoorbita, fotofobia dan nyeri kepala.
Beberapa pasien mungkin mengalami nyeri
tenggorokan,faring dan konjungtiva hiperemis, noreksia, mual
dan muntah sering terjadi.
Sangat sulit membedakan dengue secara klinis dengan
demam non dengue pada fase ini belum terlihat gejala
perdarahan.
Yang perlu diperhatikan pada fase ini : kenaikan suhu tubuh
yang progresif
19
20. FASE
KRITIS
Masa transisi dari saat demam ke bebas demam
(disebut fase time of fever defervescence) ditandai
dengan:
Peningkatan hematokrit 10%-20% di atas nilai
dasar
Tanda perembesan plasma : efusi pleura dan asites,
edema pada dinding kandung empedu..
Terjadi penurunan kadar albumin >0.5g/dL dari
nilai dasar / <3.5 g% yang merupakan bukti tidak
langsung dari tanda perembesan plasma 4
Tanda-tanda syok: anak gelisah sampai terjadi
penurunan kesadaran, sianosis, nafas cepat, nadi
teraba lembut sampai tidak teraba. Hipotensi,
tekanan nadi ≤20 mmHg, dengan peningkatan
tekanan diastolik. Akral dingin, capillary refill time
memanjang (>3 detik). Diuresis menurun (< 1ml/kg
berat badan/jam), sampai anuria.
20
21. DENGUE SHOCK
SYNDROME (DSS)
Dengue shock syndrome adalah bentuk dari
syok hipovolemik dikarenakan adanya
kebocoran plasma dan permeabilitas
yang meningkat secara kontinue.
21
25. DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN
SYOK (SSD)
25
Ditemukan tanda dan gejala
syok hipovolemik baik yang
terkompensasi maupun
dekompensasi
Memenuhi kriteria DBD
28. 1
2
3
4
5
Tatalaksana
28
Pasien demam dengue dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat
Pada fase demam pasien dianjurkan tirah baring, selama masih demam,
obat antipiretik atau kompres hangat. Untuk menurunkan suhu <39
dianjurkan pemberian paracetamol
Dianjurkan pemberian cairan peroral, jus buah, sirup, susu, selain
air putih paling sedikit diberikan selama dua hari
Monitor suhu , jumlah trombosit serta kadar hematokrit hingga
normal.
Awasi tanda kegawatan berupa nyeri perut hebat, buang besar hitam
atau terdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan,
perdarahan gusi, apalagi disertai berkeringat dan kulit dingin
Demam Dengue
30. 1
2
3
4
Tatalaksana
30
Paracetamol : anti piretik pilihan pertama dengan dosis
10mg/kgBB/dosis selang 4 jam apabila suhu > 38,0C.
Pengobatan suportif lain : oralit, larutan gula garam, jus buah, susu dll.
Apabila pasien memperlihatkan tanda dehidrasi dan muntah hebat,
koreksi dehidrasi sesuai kebutuhan.
Pengobatan suportif & simtomatik.
DBD
FASE DEMAM
31. 1
2
3
4
5
Tatalaksana
31
Pengawasan ketat terhadap kejadian syok yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan kadar hematokrit berkala untuk pengawasan hasil
pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan
pedoman kebutuhan cairan intravena
Secara umum, volume yang dibutuhkan selama terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler adalah jumlah cairan dehidrasi sedang (rumatan
ditambah 5-8%).
Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid sesuai cairan
dehidrasi sedang. (6-7ml/kgBB/jam).
Monitor tanda vital, diuresis setiap jam dan hematokrit serta trombosit
setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam
DBD
FASE KRITIS
32. TATALAKSANA
32
Fase Kritis
Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak tampak tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dan kadar Ht cenderung
turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan dikurangi
secara bertahap menjadi 5 ml/kgBB/jam, kemudian 3 ml/ kgBB/jam dan akhirnya
cairan dihentikan setelah 24-48 jam
33. 1
2
3
4
TATALAKSANA
33
Ruam konvalesen akan muncul pada daerah esktremitas.
Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan
Terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali ke dalam
intravaskuler
Apabila cairan tidak dikurangi, edema palpebra, edema paru dan
distres pernafasan
DBD
FASE PENYEMBUHAN
38. B A B I I I
LAPORAN KASUS
Harry Rahman Ikhsan
38
39. 2.1 Anamnesis
39
Nama : An. AB
Umur : 14 tahun 9 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
No RM : 01.07.19.49
Identitas Pasien
40. 2.1 Anamnesis
40
Keluhan Utama :
Demam sejak 4 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
• Demam sejak 4 hari SMRS. Demam tinggi, terus-menerus, tidak menggigil, dan tidak berkeringat.
Demam tidak disertai dengan kejang.
• Pasien tidak meracau dan tidak ada penurunan kesadaran.
• Nyeri kepala dan didaerah belakang bola mata dirasakan sejak 3 hari yang lalu.
• Nyeri perut dirasakan sejak 2 hari yang lalu.
• Badan terasa lemas dan nyeri dibagian sendi diseluruh tubuh sejak 3 hari yang lalu.
• Nafsu makan berkurang semenjak sakit.
41. 2.1 ANAMNESIS
41
Riwayat Penyakit Sekarang
• Mual dan muntah tidak ada.
• Perdarahan bawah kulit, gusi, hidung, mulut, telinga dan saluran cerna tidak ada.
• Batuk, pilek dan sesak tidak ada
• BAB dan BAK tidak ada kelainan
• Riwayat kontak dengan panderita demam berdarah (adik pasien) ada.
• Sebelumnya pasien pernah berobat ke bidan 3 hari yang lalu, mendapat obat penurun demam,
demam turun kemudian naik kembali
42. 2.1 Anamnesis
42
Riwayat Penyakit dahulu :
• Pasien tidak pernah mengalami penyakit demam berdarah dan
keluhan yang sama seperti ini sebelumnya
43. 2.1 Anamnesis
43
Riwayat Penyakit Keluarga :
Adik pasien sedang menderita penyakit DBD dan sedang dirawat dirumah sakit.
Riwayat Persalinan
Lahir Hamil : Cukup Bulan 39-40 minggu
Cara Lahir : SC
Ditolong Oleh : Dokter
Berat Lahir : 4800 gram
Panjang Lahir : 52
Saat Lahir : Menangis Kuat
Kesan : Usia Kehamilan Cukup Bulan, Anak lahir normal
44. 2.1 Anamnesis
44
Riwayat Makanan dan Minuman
Bayi :
ASI umur 0-6 bulan,
Susu Formula mulai usia 6 bulan
Nasi Tim mulai usia 8 bulan
Nasi biasa mulai umur 12 bulan hingga sekarang
Anak :
Makanan utama 3x/hari, menghabiskan sebanyak 1 porsi setiap makan
Ikan 2x/minggu
Telur 5x/minggu
Daging 4x/minggu
Sayur 4x/minggu
Buah 7x/minggu
Kesan : Makanan dan minuman secara kuantitas dan kualitas cukup
45. 2.1 Anamnesis
45
Riwayat Imunisasi
Kesan : Imunisasi lengkap sesuai usia
Imunisasi Dasar (Umur) Booster (Umur)
BCG 1 bulan -
DPT 1
2
3
2 bulan
4 bulan
6 bulan
-
-
Polio 1
2
3
2 bulan
4 bulan
6 bulan
-
-
-
Hepatitis B 1
2
3
2 bulan
4 bulan
6 bulan
-
-
-
Haemofilus influenza B 1
2
3
2 bulan
4 bulan
6 bulan
-
-
-
Campak 9 bulan 6 tahun
46. 2.1 Anamnesis
46
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
•
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Umur
Tertawa 2 bulan
Miring 3 bulan
Tengkurap 4 bulan
Duduk 8 bulan
Merangkak 9 bulan
Berdiri 10 bulan
Lari 14 bulan
Gigi pertama 6 bulan
Bicara 18 bulan
Membaca
Berhitung
6 tahun
6 tahun
Prestasi di sekolah Baik
Riwayat Gangguan Perkembangan Mental Umur
Isap jempol -
Gigit kuku -
Sering mimpi -
Mengompol -
Aktif sekali -
Apatik -
Membangkang -
Ketakutan -
Pergaulan jelek -
Kesukaran belajar -
Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai usia.
47. Anamnesis
47
Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Nama Zamril Leo Nilawati
Umur 36 tahun 40 tahun
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Penghasilan Rp. 5.000.000 -
Perkawinan 1 1
Penyakit yang pernah diderita - -
No Saudara Kandung Umur Keadaan Sekarang
1 Pasien 14 tahun Sakit
2 Perempuan 13 tahun Sakit
3 Perempuan 7 tahun Sehat
48. 48
Riwayat Perumahan dan Lingkungan
Rumah tempat tinggal : Rumah permanen
Sumber air minum : Air galon isi ulang
Jamban : Toilet di dalam rumah
Pekarangan : Cukup Luas
Sampah : Dibuang ke TPS
Kesan: Higiene dan sanitasi baik
49. 2.2 Pemeriksaan Fisik
49
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : CMC (GCS E4M6V5)
Tekanan darah : 120/80 mmHg, Rumpelleed test +
Frekuensi nadi : 98x/menit, irama teratur, kuat angkat.
Frekuensi napas : 20x/menit
Suhu : 37,8ºC
BB : 68 kg
TB : 170 cm
BB/U : 121%
TB/U : 101%
BB/TB : 119%
Status gizi : Overweight
50. 2.2 Pemeriksaan Fisik
50
Kulit
Teraba Hangat
Kepala
Rambut : Hitam, tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
Isokor 2/2 cm
Leher
Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
51. 2.2 Pemeriksaan Fisik
51
Telinga
Tidak ditemukan kelainan, tidak ada sekret, tidak ada cairan yang keluar
Hidung
Tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan
Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, dinding faring tidak hiperemis
Pulmo
– Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, retraksi tidak ada
– Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
– Perkusi : Sonor
– Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi dan wheezing tidak ada
52. 2.2 Pemeriksaan Fisik
52
Jantung
– Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
– Palpasi : Ictus cordis teraba di 1 jari medial LMCS RIC IV
– Perkusi : Batas jantung tidak melebar
– Auskultasi : irama reguler, bising jantung tidak ada
Abdomen
– Inspeksi : distensi tidak ada
– Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium ada
– Perkusi : timpani
– Auskultasi : bising usus positif normal
53. 2.2 Pemeriksaan Fisik
53
Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus
Rectal toucher : tidak dilakukan
Ekstremitas
Akral hangat, perfusi baik, CRT < 2 detik, edem pretibia tidak ada,
reflek fisiologis +/+, reflek patologis: Oppeinheim -/-, Chaddock -/-,
Gordon, -/-, Babinski -/-. Scuffer -/-.
55. 55
2.6 Diagnosis Kerja
DHF Grade I
2.7 Penatalaksanaan
Diet MB 2000 Kkal/hari
IVFD RL 31 tpm (Makro)
Paracetamol 500 mg bila demam
2.8 Pemeriksaan Anjuran
IgG dan IgM Dengue
Cek Darah Lengkap Berkala
56. Followup
56
27 Desember 2019 28 Desember 2019 29 Desember 2019
S/
O/
• Demam masih ada
• Nyeri sendi diseluruh tubuh
• Nafsu makan berkurang
•Nyeri perut masih ada terutama di ulu
hati
• KU : Sakit sedang
• Kesadaran : CMC
• TD : 110/80
• Nadi : 82 x/menit
• Nafas : 20 x/menit
• Suhu: 37,7
Pemeriksaan fisik :
• Mata : Konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik
• Kulit : Teraba hangat, turgor baik
• Thorax : Suara nafas vesikuler,
Ronkhi dan Whezing tidak ada
• Abdomen : Nyeri tekan epigastrium
masih ada, Bising usus positif normal
• Demam tidak ada
• Nyeri sendi sudah berkurang
• Badan masih terama lemas
• Nyeri perut sudah tidak ada
• Nafsu makan sudah ada
• KU : Sakit Sedang
• Kesadaran : CMC
• TD : 120/80
• Nadi : 100 kali per menit
• Nafas : 20 kali per menit
• Suhu: 37
Pemeriksaan fisik :
• Mata : Konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik
• Kulit : Teraba hangat
• Thorax : Suara nafas vesikuler,
Ronkhi dan Whezing tidak ada
• Abdomen : Nyeri tekan epigastrium
tidak ada, Bising usus positif normal
• Demam tidak ada
• Badan masih terama lemas
• Nyeri perut sudah tidak ada
• Nafsu makan sudah ada
• KU : Sakit Ringan
• Kesadaran : CMC
• TD : 110/80
• Nadi : 88 kali per menit
• Nafas : 20 kali per menit
• Suhu: 37,2
Pemeriksaan fisik :
• Mata : Konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik
• Kulit : Teraba hangat
• Thorax : Suara nafas vesikuler,
Ronkhi dan Whezing tidak ada
• Abdomen : Nyeri tekan epigastrium
tidak ada, Bising usus positif normal
57. Followup
57
27 Desember 2019 28 Desember 2019 29 Desember 2019
O/
A/
P/
DHF Grade I
Diet MB 2000 Kkal/hari
IVFD RL 31 tpm (makro)
Paracetamol 500 mg bila demam
DHF Grade I
Diet MB 2000 Kkal/hari
IVFD RL 31 tpm (makro)
Pemeriksaan Laboratorium :
• Hb : 12,3 gr/dl
• Ht : 39%
• Leukosit : 5.970/mm3
• Trombosit : 119.000.mm3
Kesan : Trombositopenia
DHF Grade I
Diet MB 2000 Kkal/hari
IVFD RL 31 tpm (makro)
59. 59
Telah dilaporkan seorang pasien An.AB , Laki-laki, 14
tahun dirawat di bangsal akut anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang pada tanggal 26 Desember 2019
dengan diagnosis DHF Grade I
Penegakan diagnosis DHF Grade I
didasarkan dari anamnesis (ibu dan
kakek pasien) dan pemeriksaan fisik
pasien.
60. 60
Dari alloanamnesis : Anak mengalami demam sejak 4 hari
SMRS. Demam tinggi, terus menerus, tidak menggigil, dan
tidak berkeringat. Demam tidak disertai dengan kejang.
Pola demam yang ditemukan dapat menyingkarkan
kemungkinan demam akibat penyakit lainnya seperti
demam tifoid yang biasanya memiliki pola demam berupa
demam lebih 7 hari dengan peningkatan suhu terutama pada
sore dan malam hari disertai dengan adanya lidah kotor
Demam pada kasus malaria yang demamnya bersifat
intermitten atau hilang timbul disertai dengan mengigil, Pada
anamnesis pasien juga tidak didapatkan adanya riwayat
berpergian dan tinggal ke daerah endemik malaria
sebelumnya
61. 61
Pada pasien juga tidak
didapatkan adanya
riwayat bepergian
kedaerah endemik
malaria sehingga
menyingkirkan demam
karna malaaria
Tetapi pada lingkungan
pasien ditemukan
adanya pasien demam
berdarah yang sedang
dirawat yaitu adik
pasien
Adanya kasus demam
berdarah dilingkungan
tempat tinggal
merupakaan salah satu
kriteria diagnosis
demam berdarah
dengue
62. 62
Pada pasien ditemukan nyeri ulu hati, nyeri didaerah belakang
bola mata, badan terasa lemas dan nyeri dibagian sendi
diseluruh tubuh
Gejala selain demam yang ditemukan merupakan non spesifik
pada infeksi virus. Demam selama 4 hari tanpa ada
penurunan kesadaran dan gangguan pencernaan yang
bermakna juga dapat menyisihkan kemungkinan demam
typoid
Gejala infeksi virus dengue yang ditemukan pada pasien
seperti nyeri retoorbita, athralgia, dan mialgia dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis karena bagian dari
kriteria diagnosis dari DBD selain demam
63. 63
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan saat di IGD
didapatkan hasil vital sign dengan nilai TD:120/80
(Rumpleleed test +), Nd:98x/menit, Nf:20x/menit dan
T:37,8.
Hasil pemeriksaan tanda vital mengambarkan
terjadi peningkatan suhu diatas normal yang
mengindikasikan pasien dalam kondisi demam
tanpa ada tanda syok. Hasil rumpleleed test
positif berupa ditemukannya merupakan salah
satu manifestasi perdarahan yang timbul pada
kasus DBB
64. 64
Pemeriksaan laboratorium pertama kali
didapatkan hasil Hb : 13,8 gr/dl, hematokrit
: 43%, leukosit : 3.540/mm3, trombosit :
150.000.mm3, Na/K/Cl : 137/4,2/9,1 , GDR
: 157 mg/dl dan Kalsium : 9,1 mg/dl,
dengan kesan leukopenia
Hasil labor berupa leukopenia
merupakan gambaran laboratorium
yang dapat ditemukan pada awal
demam atau selama fase demam.
65. 65
Hasil labor tanggal 27
Desember 2019 didapatkan
Hb : 12,3 gr/dl, Hematokrit :
37%, leukosit : 3.810/mm3,
trombosit : 93.000.mm3.
Kesan : Leukopeni dan
Trombositopeni
Trombositopeni kelainan
hematologis yang ditemukan
pada sebagian besar kasus
DHF, nilai trombosit mulai
menurun saat masa demam
dan mencapai nilai terendah
pada masa syok.
Protein virus dengue
bereaksi dengan trombosit,
sehingga pada trombosit
akan terjadi pengahancuran
sehingga menyebabkan
trombositopenia .
66. 66
Dalam menegakkan diagnosis DHF, derajat
keparahan penyakit diklasifikasikan berdasarkan
tampilan dan gejala klinis berdasarkan klasifikasi
WHO.
Pada pasien ditemukan gejala demam sebagai
satu-satunya gejala klinis yang khas yang
disertai dengan gejala klasik iseperti athralgia,
nyeri kepala dan nyeri retroorbita. Manifestasi
perdarahan baru dapat dibuktikan pada uji
tourniquet yang positif, Sehingga kondisi ini
dapat diklasifikasikan sebagai DHF Grade I
67. tatalaksana
67
• Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah tatalaksana
umum dan tatalaksana khsusus.
•Pada tatalaksana umum diberikan penjelasan mengenai
penyakitnya kepada pasien bahwa penyakit ini dapat diatasi
dengan rawatan yang baik dan pentingnya terapi suportif pada
pasien
Tatalaksana khusus berupa terapi cairan dan
antipiretik berupa paracetamol (10 mg/KgBB)
68. Kebutuhan cairan harian
68
Perhitungan Cairan
Perhitungan kebutuhan cairan pada pasien sebagai terapi diberikan berdasarkan
kebutuhan cairan mantainance perharinya. Status pasien yang overwheight makan
kebutuhan ciran didasarkan berdasarkan BB ideal pasien sesuai usia pasien
Maka pemeberian cairan pada pasien : 31 tpm (makro)
𝐾𝐶𝐻 = 1000 + 500 + 740 ⁄24 𝑗𝑎𝑚
𝐾𝐶𝐻 = 1500 𝑚𝑙 + 740 𝑚𝑙⁄24 𝑗𝑎𝑚
𝐾𝐶𝐻 = 2240 𝑚𝑙⁄24 𝑗𝑎𝑚
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡ℎ𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = 100 x 10) + ( 50 x 10 ) + (20 x 37)
69. prognosis
69
Prognosis tergantung pada tingkat syok dan perdarahan yang diderita
oleh pasien
Sifat penyakit yang self limiting deseases, angka kematian DHF
kurang dari 1%, namun bila tidak diobati dapat meningkat hingga
50%. Penderita yang sembuh biasanya tidak memiliki sekuele dan
tubuh dapat membuat kekebalan spesifik terhadap serotipe virus
yang menjangkit.