Dokumen tersebut membahas tentang penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) yang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan profesionalitas guru BK. PTBK memiliki empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dokumen ini menjelaskan konsep dasar, prosedur, teknik pengumpulan dan analisis data, serta penyusunan proposal dan laporan PTBK."
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
PTBK Untuk Profesi
1. No. Kode: DAR2/Profesional/810/6/2019
PENDALAMAN MATERI BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 6 PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN DAN
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
KEGIATAN BELAJAR 1
PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Penulis:
Dr. Suharso, M.Pd., Kons
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2019
2. A. Pendahuluan
Salah satu ciri bahwa suatu pekerjaan dikatakan profesional adalah jika terdapat
pengembangan ilmu dan ketrampilan yang berkaitan dengan tugas-tugasnya. Proses
pengembangan ini diikuti dengan evaluasi secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa proses
pengembangan berjalan sesuai dengan tujuan. Dengan demikian profesi tersebut memiliki dasar
rujukan mengenai standar atau tidak. Rujukan tersebut diperoleh dari kegiatan penelitian. Dengan
demikian apabila ada pertanyaan, mengapa guru BK harus melakukan penelitian tindakan
bimbingan dan konseling (PTBK)? Jawabannya ada dua hal: Pertama, mengenai hubungan antara
penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru BK dan stabilisasi dari keputusan yang
profesional. Kedua, ketidaksesuaian dalam paradigma penelitian tradisional untuk menolong para
guru BK dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan tugas pelayananan bimbingan dan
konselingnya.
Secara umum, mengapa konselor meneliti terkait dengan sejumlah alasan sebagai berikut.
Pertama, agar diperoleh perspektif yang lebih luas (evidence-based practice) mengenai peran dan
kiprah bimbingan dan konseling sebagai pelayanan pembantuan (helping profession) profesional.
Kedua, penelitian dilakukan terhadap kinerja konselor karena terkait dengan akuntabilitas atau
pertanggungjawaban pelayanan BK. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa pelaku-pelaku BK
menggunakan dana publik yang harus dipertanggungjawabkan. Ketiga, penelitian dilakukan untuk
mengembangkan ide dan pendekatan baru dalam bidang bimbingan dan konseling. Banyak
pendekatan dan teknik-teknik bimbingan dan konseling baru yang telah dikembangkan oleh para
pakar BK dan juga banyak praktek-praktek indegenious (pribumi) yang dapat diejawantahkan
sebagai teknik bantuan profesional BK. Keempat, menerapkan teknik-teknik bimbingan dan
konseling dalam bidang lain, terutama pembelajaran. Kelima, pengembangan profesi dan pribadi.
Selain alasan-alasan ilmiah seperti tersebut di atas, penelitian tindakan bimbingan dan
konseling yang selanjutnya dikenal dengan istilah PTBK dianggap sangat penting bagi para guru
BK terutama dalam menindaklanjuti pelaksanaan undang-undang No 14 tahun 2006 mengenai
guru dan dosen. Dalam Undang-Undang tersebut mengamanatkan bagi seluruh guru di Indonesia
untuk melaksanakan penelitian. UU No 14 2016 mensyaratkan penelitian untuk kepentingan
kenaikan pangkat.
Melalui PTBK guru BK mampu meningkatkan profesionalitasnya karena dengan
melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTBK, guru BK mampu memperbaiki proses pelayanan
3. melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa terjadi di sekolah. Tindakan yang dilakukan
oleh guru BK didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di sekolah. Dengan
melaksanakan PTBK, guru BK menjadi kreatif karena dituntut untuk melakukan upaya-upaya
inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori bimbingan dan konseling yang
terbarukan.
Perlu dipahami bahwa pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah jelas memiliki ciri
khas masing-masing, tidak seperti pelaksanaan proses pembelajaran bidang studi sehingga
layanannya hampir 99% adalah dalam bentuk klasikal. Bimbingan dan konseling dilaksanakan
dalam bentuk kalsikal, kelompok, dan individual. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Penelitian
Tindakan dalam Bimbingan Konseling pun akan mengacu pada perbaikan strategi layanan
bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, dan strategi layanan individual. Adapun untuk strategi
layanan individual akan mengacu pada penelitian eksperimen single subject design untuk layanan
konseling.
Kegiatan Belajar 1 dalam Modul 6 ini secara khusus diarahkan untuk membekali guru BK
tentang konsep dasar penelitian tindakan bimbingan konseling; prosedur pelaksanaan penelitian
tindakan bimbingan dan konseling dalam layanan klasikal, kelompok, dan individual; teknik
pengumpulan dan analisi data dalam penelitian tindakan bimbingan dan konseling; penyusunan
rancangan dan penulisan laporan penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Setelah mengikuti
kegiatan ini, peserta PPG diharapkan dapat: 1) Mendeskripsikan konsep dasar penelitian tindakan
bimbingan dan konseling, 2) Menjelaskan prosedur pelaksanaan PTBK dalam layanan klasikal,
kelompok, dan, individual, 3) Terampil mengaplikasikan berbagai teknik pengumpulan dan
analisis data dalam penelitian tindakan bimbingan dan konseling, 4) menyusun proposal penelitian
tindakan bimbingan dan konseling, 5) Menjelaskan penyusunan laporan penelitian tindakan
bimbingan dan konseling.
Proses belajar melalui bahan modul dengan judul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
dan Kehidupan Bermasyarakat akan berjalan lancar apabila Anda mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pahami arah dan tujuan dari pembahasan modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan
Kehidupan Bermasyarakat ini.
2. Pahami kegiatan penting dalam modul ini mulai tahap awal sampai akhir.
4. 3. Lakukan refleksi diri untuk menemukan permasalahan yang Anda hadapi selama melaksanakan
tugas pelayanan BK di sekolah anda masing-masing untuk dipecahkan melalui Penelitian
Tindakan bimbingan dan Konseling.
4. Pelajari kegiatan belajar secara berururtan, kemudian ikuti dengan melaksanakan kegiatan atau
tugas serta kerjakan tes formatif.
5. Keberhasilan kegiatan belajar ini sangat bergantung pada kesungguhan Anda dalam belajar dan
berlatih secara sungguh-sungguh serta bila diperlukan diskusikanlah dengan teman sejawat.
6. Bila Anda mengalami kesulitan, maka hubungilah instruktur/fasilitator Anda.
5. B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
a. Mahasiswa mampu menjabarkan konsep dasar penelitian tindakan bimbingan dan
konseling (PTBK)
b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan prosedur pelaksanaan penelitian tindakan bimbingan
dan konseling dalam layanan bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, dan konseling
individual
c. Mahasiswa mampu menampilkan berbagai teknik pengumpulan data dalam penelitian
tindakan bimbingan dan konseling.
d. Mahasiswa mampu mengaplikasikan berbagai teknik analisis data dalam penelitian
tindakan bimbingan dan konseling.
e. Mahasiswa mampu menyusun proposal penelitian sesuai masalah hasil refleksi dirinya.
f. Mahasiswa mampu memberi contoh kerangka penyususnan laporan penelitian tindakan
bimbingan dan konseling.
2. Pokok-Pokok Materi.
a. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK)
b. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK)
1) Penelitian tindakan untuk layanan bimbingan kelompok dan bimbingan klasikal
2) Penelitian tindakan untuk Layanan Konseling Individual.
c. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data dalam penelitian tindakan bimbingan dan
konseling
d. Penyusunan Proposal dan penulisan laporan penelitian tindakan bimbingan dan
konseling
6. 3. Uraian Materi
a. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Meskipun pembicaraan tentang penelitian tindakan terutama PTK sudah sangat meluas,
tetapi masih sering muncul berbagai pertanyaan yang mendasar, antara lain ”Apa yang dimaksud
dengan PTK?”, dan “Apa yang menjadi keunikan sehingga menjadi penting bagi Pendidikan?”
Melalui pembahasan pada uraian materi ini diharapkan akan menemukan jawaban-jawaban atas
pertanyaan yang diajukan. Pembahasan diarahkan terutama pada pengertian, karakteristik, tujuan
dan mafaat, dan model-model penelitian tindakan kelas bimbingan dan konseling.
1) Pengertian Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Penelitian tindakan mengandung tiga unsur yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Arikunto,
S. (2006:3) menjelaskan tiga unsur tersebut adalah sebagai berikut:
a) Penelitian, menunjuk pada kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan
aturan atau metode tertentu untuk memperoleh data atau informasi.
b) Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
c) Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik. Apabila penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan level kelas yang
dilakukan oleh guru BK atau disebut dengan istilah PTBK, maka penjelasan kelas adalah
sekelompok siswa yang berada dalam waktu yang sama menerima pelayanan dari guru BK.
Dengan penjelasan mengenai definisi kelas di atas, maka guru BK dapat melakukan
penelitian tindakan dengan leluasa yang ditujukan pada sekelompok siswa, misalnya dalam
kegiatan kelompok dan kegiatan bimbingan klasikal. Jadi meskipun tidak memiliki kelas yang
menetap kegiatan PTBK tetap dapat dilaksanakan.
Istilah penelitian tindakan berasal dari Bahasa Inggris action research. Hidayat dan
Badrujaman (2012:12) menjdefinisikan bahwa action research sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mempelajari suatu masalah, mencari solusi, serta melakukan kegiatan perbaikan
atas suatu program sekolah atau kelas yang khusus. Untuk itu apabila penelitian itu dilakukan di
tingkat kelas disebut Classroom Action Research (Hopkin, 1985). Sementara itu Kemmis (1982)
menyebutnya dengan nama Self Reflective Inquiry.
Berkaitan dengan definisi atau batasan tentang penelitian tindakan kelas ini terdapat sejumlah
batasan atau definisi dikemukakan oleh para pakar. Berikut ini akan disajikan beberapa kutipan
Batasan tersebut.
7. a) Stepen Kemmis dalam Hopkins (2011:87) mengemukakan bahwa penelitian tindakan
merupakan salah satu bentuk penyelidikan refleksi-diri yang dilaksanakan oleh para partisipan
dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan
keadilan dalam (a) praktik sosial dan pendidikan mereka sendiri, (b) pemahaman mereka
tentang praktik itu sendiri, dan (c) situasi yang melingkupi pelaksanaan praktik-praktik tersebut.
b) Mills (2003:3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan penyelidikan sistematis
yang dilaksanakan oleh guru-peneliti dengan mengumpulkan informasi tentang bagaimana
sekolah mereka bekerja, siswa belajar. Informasi ini dikumpulkan dengan tujuan untuk
memperoleh pemahaman, pengembangan praktik reflektif, mempengaruhi perubahan-
perubahan positif dalam lingkungan sekolah.
c) Dave Ebbutt dalam Hopkin (2011:88) mendefinisikan penelitian tindakan merupakan cara yang
dipakai sekelompok orang untuk mengorganisasi kondisi-kondisi yang di dalamnya mereka
dapat belajar dari pengalamannya sendiri.
Menurut Kemmis dan McTaggart (1990) penelitian tindakan pada hakikatnya berupa
rangkaian kegiatan yang terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Keempat langkah tersebut dipandang sebagai satu siklus penelitian tindakan. Dengan
demikian pengertian siklus pada penelitian tindakan adalah satu putaran kegiatan yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Secara jelas langkah-langkah tersebut kalau
digambarkan seperti di bawah ini:
Gambar 1.1 langkah penelitian tindakan
Perencanaan
Tindakan
Pengamatan
Refleksi
8. Berdasarkan atas pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan penelitian tindakan kelas ialah penelitian yang dilakukan secara sistematis,
reflektif terhadap segala tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak
disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata dalam kelas yang berupa
kegiatan pembelajaran bagi guru mata pelajaran dan kegiatan pelayanan bagi guru BK, untuk
memperbaiki kondisi pembelajarannya bagi guru bidang sudi dan kondisi pelayanannnya bagi guru
BK.
Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi yang memanfaatkan tindakan nyata dan
proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Kemmis dan
Taggart (1990) mengemukakan bahwa penelitian tindakan pada hakekatnya berupa rangkaian
kegiatan yang terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Keempat langkah tersebut dipadang sebagai satu siklus
2) Karakterisitik Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Sebagai metode yang tersendiri tentunya penelitian tindakan kelas memiliki karakterisirik
yang khas dan berbeda dengan metode penelitian lain. Hidayat dan Badrujaman (2012: 15)
mengemukakan tujuh (7) karakteristik yang ada dalam penelitian tindakan kelas yaitu:
a) Masalah muncul dari dalam praktik guru sendiri (an inquiry of practice from within). Dalam
penelitian, salah satu kesulitan yang sering muncul pada saat akan melakukan penelitian adalah
menentukan sumber masalah. Peneliti pemula atau mereka yang belum pernah meneliti sering
kali mengalami kesulitan untuk menentukan masalahnya. Dalam penelitian tindakan tidak akan
terjadi kesulitan seperti di atas, karena dalam penelitian tindakan ini masalah bisa bersumber
dari pengalaman/permasalahan yang dialami oleh guru selama menjalankan tugas
profesionalnya dalam proses pembelajaran dan bagi guru BK tentu diperoleh berdasar atas
pengalaman/permasalahan yang ditemui selama menjalankan tugas memberikan pelayanan BK
di sekolah.
b) Adanya refleksi diri (self reflection inquiry). Refleksi ini dilakukan dalam rangka
mengidentifikasi masalah. Sebagai seorang guru BK yang peduli dengan profesinya, maka
harus senantiasa melakukan perbaikan terhadap segala sesuatu yang dirasa ada yang
mengganggu pikirannya. Gangguan tersebut muncul sebagai adanya “gap” antara harapan dan
kenyataan. Misalnya pada saat Guru BK memberi layanan klasikal yang berisi tentang
informasi penting bagi siswa seharusnya siswa ikut terlibat secara aktif, namun kenyataannya
9. siswa cenderung kurang memperhatikan guru BK, cenderung pasif, ramai, dan banyak siswa
yang meninggalkan jam BK. Gap ini yang kemudian mengganggu guru BK. Guru BK akhirnya
timbul pertanyaan “mengapa siswanya tidak berminat? Apa yang salah? Apa dampaknya jika
terus menerus seperti itu?” Dan akhirnya guru BK harus berpikir bagaimana caranya agar siswa
berminat pada layanan yang diberikan kepada siswa.
c) Berorientasi pada pemecahan masalah (problem solving oriented). Penelitian tindakan baik
kelas maupun bimbingan dan konseling bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang muncul.
Sebagai contoh apabila yang muncul adalah masalah rendahnya minat siswa terhadap layanan
klasikal yang ditandai dengan siswa yang pasif, main sendiri, ramai, acuk tak acuh pada materi
layanan, tidak mau terlibat dalam kegiatan saat layanan klasikal. Maka penelitian tindakan kelas
harus berorientasi pada pemecahan masalah minat yaitu meningkatkan minat siswa mengikuti
layanan klasikal.
d) Berorientasi pada peningkatan kualitas (improvement oriented) dan harus menghasilkan
perubahan. Apabila ketiga karakterisitik tersebut sudah berjalan dengan baik maka secara
implisit di dalamnya sudah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
e) Menggunakan berbagai cara pengumpulan data (multiple data collection). Penelitian tindakan
kelas maupun bimbingan dan konseling memerlukan berbagai jenis teknik atau alat
pengumpulan data, baik pada saat refleksi awal maupun saat melaksanakan tahap pengamatan.
Dalam tahap pengamatan dapat menggunakan berbagai teknik pengumpul data, misalnya
observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.
f) Memiliki siklus (cyclic). Salah satu karakteristik utama yang dimiliki penelitian tindakan ini
adalah adanya siklus atau putaran. Menurut Hopkins (2011), urutan penelitian tindakan
kelas/bimbingan dan konseling terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action),
pengamatan (observing), dan refleksi ( reflecting)
g) Bersifat partisipatif (collaborative), artinya peneliti harus kerja sama dengan orang lain (teman
sejawat dan atau ahli).
3) Prinsip Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Penelitian tindakan kelas atau bimbingan konseling memiliki beberapa prinsip. Prinsip ini
merupakan acuan yang harus dipegang oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas atau bimbingan
konseling. Hopkins (1911) mengemukakan enam prinsip PTK/PTBK.
10. a) Dalam melakukan penelitian tindakan tidak mengganggu komitmennya dalam
mengajar/memberi layanan. Prosedur pengumpulan data sebaiknya menggunakan teknik yang
dapat dilakukan oleh guru/guru BK tanpa mengganggu tugas mengajar/memberi layanan.
b) Metode yang digunakan harus ajeg (reliable) sehingga guru/guru BK dapat mengidentifikasi
dan merumuskan hipotesis dengan penuh keyakinan.
c) Masalah penelitian yang dirumuskan diusahakan berada di dalam lingkup tanggung jawab
profesionalnya agar guru/guru BK tetap memiliki komitmen terhadap penuntasan masalah.
d) Dalam pelaksanaan penelitian tindakan BK, guru BK harus konsisten terhadap etika yang
berkaitan dengan pekerjaannya.
e) Inisiatif penelitian harus diketahui oleh pimpinan Lembaga, disosialisasikan pada rekan sejawat
serta dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah ujian ilmiah
f) Menggunakan prespektif tindakan kelas. Meskipun guru BK tidak memiliki kelas namun dalam
pelaksanaannya harus menggunakan perspektif tindakan kelas. Dalam arti bahwa permasalahan
yang ada tidak hanya terbatas dalam konteks kelas atau pelajaran tertentu melainkan dalam
perspetif misi sekolah secara umum.
4) Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Dasar utama dilaksanakan penelitian tindakan adalah untuk perbaikan proses pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan demi perbaikan dan/atau peningkatan pembelajaran secara
berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesional pendidikan
yang diemban guru. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara strategis
dalam memperbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan. Gall, dkk dalam Hidayat dan Aip
Badrujaman (2012) menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan utama Penelitian Tindakan
Bimbingan Konseling (PTBK) adalah pengembangan ketrampilan guru BK, hal ini bertolak dari
kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan layanan BK yang terjadi dalam kelas.
Dengan demikian dapat dirumuskan tujuan penelitian tindakan bimbingan konseling adalah
sebagai berikut:
a) Memperbaiki praktik pelayanan bimbingan konseling di sekolah.
b) Peningkatan pelayanan professional BK di sekolah.
c) Mengembangkan ketrampilan guru BK berdasarkan persoalan-persoalan atau permasalahan-
permasalahan yang dihadapi guru BK selama menjalankan tugas pokoknya.
11. Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan PTBK dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu guru BK, sekolah,
dan siswa.
a) Bagi guru bimbingan dan konseling. Dengan tumbuhnya budaya meneliti pada guru BK dalam
melaksanakan PTBK yang berkesinambungan, berarti kalangan guru BK makin diberdayakan
mengambil prakarsa professional yang semakin mandiri, percaya diri, dan makin berani
mengambil resiko dalam mencobakan hal-hal baru (inovasi) yang patur diduga akan
memberikan perbaikan serta peningkatan. Secara spesifik penelitian tindakan bimbingan dan
konseling dapat memperbaiki praktik layanan klasikal, kelompok, maupun individual. Melalui
perbaikan praktik ini secara langsung maupun tidak langsung juga dapat meningkatkan
profesionalisme guru bimbingan dan konseling.
b) Bagi sekolah. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling memunculkan inovasi dalam proses
layanan yang kemudian berujung pada terjadinya peningkatan kualitas sekolah yang
bersangkutan.
c) Bagi siswa. PTBK merupakan sarana dalam rangka menumbuhkan minat belajar sehingga pada
akhirnya siswa memgalami kepuasaan dalam proses pembelajaran.
5) Perbedaan penelitian Tindakan dengan Penelitian lain
Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian tindakan dengan penelitian lainnya.
Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian
Apa ? Penelitian tindakan Penelitian lainnya
Siapa? Dilakukan oleh guru Dilakukan oleh mahasiswa dan
ilmuwan
Di mana ? Dalam sekolah dan kelas Dalam lingkungan dimana variable-
variabel penelitiannya dapat dikontrol
(lapangan atau laboratorium)
Bagaimana? Menggunakan metode kualitatif
untuk menggambarkan apa yang
terjadi dan memaknai akibat dari
Menggunakan metode kuantitatif untuk
menganalisis tingkat signifikansi secara
statistik, hubungan sebab akibat antara
variabel-variabel
12. suatu intervensi/tindakan yang
dilakukan.
Menapa? Untuk mengambil suatu tindakan
dan mendapatkan akibat positif
dari perubahan dalam
pembelajaran.
Untuk melaporkan dan membuat
kesimpulan umum yang dapat
digeneralisasi pada populasi yang lebih
besar
Sumber: Geoffrey Mills dalam Hidayat, R. dan Aip Badrujaman (2012)
b. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
(PTBK)
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa model PTBK yang sering di gunakan
adalah model Kemmis dan Taggart yang memiliki empat (4) tahapan, yaitu: tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi.
1) Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini peneliti
harus malakukan serangkaian langkah kegiatan penting demi kelancaran dan kesuksesan
penelitian yang akan dilaksanakan. Menurut Hidayat, R.D., dan Aif Badrujaman (2012:28)
terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan pada tahap perencanaan ini, yaitu: 1) mengidentifikasi
dan merumuskan masalah penelitian, 2) menentukan tindakan dan menuliskan kajian teoritik, 3)
merumuskan hipotesis tindakan, 4) menuliskan indikator keberhasilan, 5) merencanakan tindakan,
6) merencanakan alat perekam data, dan 7) merencanakan teknik refleksi.
Langkah 1 : Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Identifikasi masalah adalah proses menelaah berbagai masalah yang terkandung dalam
sebuah fenomena. Identifikasi masalah bisa diawali dengan kegiatan introspeksi diri dengan cara
Guru BK mengajukan beberapa pertanyaan pada diri sendiri tentang proses pelayanan bimbingan
yang telah dan sedang diselenggarakan. Di bawah ini terdapat beberapa pertanyaan yang dapat
dijukan pada diri sendiri sebagai upaya menemukan masalah.
13. (a) Apakah proses layanan yang saya selenggarakan sudah menarik perhatian siswa?
(b) Apakah kedatangan saya masuk kelas ditunggu-tunggu oleh siswa?
(c) Apakah metode yang saya gunakan dalam pelaksanaan layanan menarik bagi siswa?
(d) Apakah masalah-masalah yang muncul dalam proses pemberian layanan yang
diselenggarakan ?
(e) Apakah media yang saya pergunakan selama penyelenggaraan layanan bimbingan dan
konseling menarik bagi siswa?
(f) Apakah masalah-masalah siswa yang teridentifikasi melalui analisis kebutuhan dan analisis
masalah sudah dipecahkan ?
(g) Apakah materi yang saya berikan dalam layanan sesuai kebutuhan dan minat siswa?
Berikut disajikan contoh fenomena yang mengandung masalah berkaitan dengan aktivitas
siswa dalam mengikuti layanan klasikal yang diselenggarakan oleh guru BK di SMA Kapataru.
Guru BK merasa prihatin karena setiap diberikan layanan klasikal pada umumnya siswa selalu
pasif, ramai, dan tidak kondusif, mereka pada umunya tidak menunjukkan ketertarikannya pada
materi layanan yang sedang diberikan, padahal tema atau materi layanan yang diberikan sudah
disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan (need assessment). Keadaan tersebut membangkitkan
keinginan bagi guru BK untuk mencari solusi agar layanan yang diberikan oleh guru BK menjadi
menarik perhatian bagi siswanya. Langkah berikutnya yang dilakukan oleh guru BK adalah
dengan menyebarkan angket yang berisi pertanyaan tentang penyebab siswa tidak tertarik kepada
layanan yang diberikan kepadanya. Hasilnya menunjukkan bahwa ketidaktertarikan mereka
dikarenakan penyelenggaraan layanan klasikal oleh guru BK tersebut membosankan karena guru
selalu menggunakan metode ceramah dan gurupun jarang menggunakan media apapun. Guru
berkeyakinan bahwa apabila kondisi kelas itu dibiarkan berlanjut maka tujuan layanan tidak akan
tercapai, padahal semua layanan yang diberikan adalah pemenuhan kebutuhan mereka atas hasil
need assessment sebelumnya.
Kondisi inilah yang melahirkan keinginan guru BK untuk menanganinya dan berusaha
mencari solusi sesuai dengan penyebabnya. Guru BK berkeinginan untuk membangkitkan
aktivitas siswa dalam mengikuti layanan klasikal dengan tindakan yang dipilih yaitu penggunaan
metode dan pembelajaran yang lebih menarik yaitu media audio visual.
Berdasarkan ilustrasi tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahannya yaitu siswa pasif
selama mengikuti layanan klasikal yang diberikan, dan timbul pertanyaan bagi guru, “Bagaimana
14. cara meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti layanan klasikal?”. Dari sini guru mencoba
mencari cara dan ditemukanlah cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan
media menarik. Cara atau tindakan yang dipilih adalah menyelenggarakan layanan klasikal dengan
media audio visual.
Setelah masalah teridentifikasi maka langkah selanjutnya adalah adalah merumuskan masalah
penelitian tindakan. Untuk merumuskan masalah PTBK, harus memperhatikan hal-hal seperti
berikut:
a) masalah harus dirumuskan secara spesifik sehingga terfokus
b) masalah harus dirumuskan dengan kalimat tanya
c) perumusan masalah harus mengandung tiga komponen penting yaitu: variable masalah
kompetensi/perilaku yang akan diberi tindakan, variable masalah tindakan (tindakan perbaikan
belum ditetapkan), subyek penelitian.
Untuk itu maka perumusan masalah penelitian tindakan BK pada contoh kasus tentang
kurang aktifnya siswa dalam mengikuti layanan klasikal tersebut di atas adalah sebagai berikut:
“Media apa yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti layanan
kalsikal di kelas XII SMA Kalparu ?”
Langkah 2: Menentukan tindakan dan menuliskan kajian teoritik
Proses penentuan tindakan yang akan dipergunakan peneliti untuk mengatasi atau
memecahkan permasalahan yang telah ditemukan dalam tahap identifikasi masalah di atas
merupakan proses yang esensial dalam penelitian tindakan kelas. Dalam mengajukan tindakan
untuk pemecahan masalah, harus diuraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk
menjawab masalah yang diteliti. Cara pemecahan masalah itu harus mengacu kepada akar
penyebab timbulnya masalah dan harus berbentuk tindakan yang jelas dan terarah. Untuk
mencapai hal tersebut, Hidayat, D.R., dan Aib Badrujaman (2012: 33) mengemukakan beberapa
cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Melakukan refleksi atas pengalaman sendiri.
Berdasarkan refleksi atas pengalaman masing-masing, guru BK dapat mengetahui materi-
materi, metode-metode, media-media, strategi-strategi, dan pendekatan-pendekatan yang dapat
15. membuat layanan BK menjadi efektif. Pengalaman tersebut menjadi perenungan guru BK
dalam menelaah proses pemberian tindakan yang akan dilakukan.
b) Diskusi dengan teman sejawat.
Diskusi dapat dilakukan dengan sesama guru BK di sekolah masing-masing atau dengan guru
BK dari sekolah lain yang berbeda, misalnya pada saat pertemuan musyawarah guru BK
(MGBK). Dengan pengalaman yang berbeda dari para guru BK di sekolah lain akan menambah
wawasan bagi seorang guru BK dalam menemukan tindakan yang tepat atas permasalahan yang
dialami di sekolahnya.
c) Diskusi dengan ahli.
Guru BK dapat melakukan diskusi dengan para ahli dari LPTK terdekat di saat guru BK tersebut
merasa kurang yakin atau bahkan mengalami kesulitan untuk menentukan tindak dalam
penyelesaian masalahnya.
d) Mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan.
Pada dasarnya penelitian adalah sebuah kegiatan untuk mencari jawaban atas suatu
permasalahan penelitian. Creswell, J. (2015:248) mengemukakan bahwa teori dalam penelitian
kuantitatif menjelaskan dan memprediksi hubungan antara variabel independen dan dependen,
lalu peneliti dapat mencari teori untuk menelaah hubungan yang diprediksi antara variabel-
variabel. Lebih jelas Sugiono (2017: 85) mengemukakan bahwa fungsi teori adalah untuk
memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai
referensi untuk menyusun instrument penelitian. Oleh karena itu teori memiliki peranan yang
sangat penting dalam kegiatan penelitian. Demikian juga dalam penelitian tindakan, teori dan
perangkat lain merupakan dasar menentukan tindakan dan menyusun instrument penelitian.
Toeri dan perangkat lain itu juga sebagai dasar dalam mengajukan hipotesis penelitian
tindakan, yang selanjutnya akan dibuktikan secara empirik apakah tindakan yang dipilih dapat
mengatasi masalah.
Dalam pengkajian teori sering kali guru BK mengalami kebingungan dalam memilih teori
yang akan dipergunakan untuk mengatasi masalah penelitiannya. Pengkajian literatur dalam
rangka menemukan teori yang relevan untuk memecahkan masalah, guru BK dapat mencoba
mencari teori yang berkaitan dengan dua hal. Pertama teori yang harus dicari adalah teori
tentang variable masalah, kedua, teori yang harus dicari adalah teori yang berkaitan dengan
variable tindakan.
16. Misalnya rumusan masalah penelitian tindakan kelas kita diatas adalah ”Media apa yang
dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti layanan klasikal di kelas
XII SMA Kalparu ?” Maka diperlukan teori yang dapat menjawab rumusan masalah tersebut.
Untuk itu maka guru BK perlu membaca teori tentang berbagai media pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas siswa pembelajaran di kelas.
Langkah 3: Merumuskan Hipotesis Tindakan.
Hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang mungkin terjadi jika suatu
tindakan dilakukan. (Mulyasa, 2009: 105). Dalam penelitian tindakan, Subiyantoro (2009)
mengemukakan hipotesis bila dilihat dari sudut lain adalah sebuah alternative tindakan perbaikan,
dalam arti mengindentifikasi dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal terjadi
jika suatu tindakan dilakukan. Hipotesis dalam penelitian tindakan dirumuskan setelah peneliti
mengkaji dan menuliskan teori sebagai landasan dalam penentuan tindakan dan pemahaman
mengenai masalah. Dalam penelitian tindakan kelas atau bimbingan dan konseling, hipotesis itu
dinamakan “hipotesis tindakan”.
Penulisan hipotesis tindakan merupakan dasar pada penetapan indicator keberhasilan. Untuk
itu, maka rumusannya harus benar. Untuk itu maka dalam merumuskan hipotesis tindakan, peneliti
perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini.
a) Rumusan hipotesis harus menggunakan kata “dapat”
b) Rumusan hipotesis tindakan harus sesuai dengan rumusan masalah
c) Rumusan hipotesis tindakan harus menjawab rumusan masalah.
Misal pada rumusan masalah yang telah dicontoh di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitiannya sebagai berikut: ” Media audio visual dapat digunakan untuk meningkatkan
aktivitas siswa dalam mengikuti layanan klasikal di kelas XII SMA Kalparu”.
Langkah 4 : Menuliskan indikator keberhasilan
Menuliskan indikator keberhasilan adalah hal yang sangat penting dalam menyususn
rancangan penelitian tindakan kelas karena indikator keberhasilan merupakan kriteria yang
ditetapkan sebagai dasar menentukan apakah tindakan yang dilakukan berhasil atau tidak.
Indikator keberhasilan penelitian tindakan dapat dilihat berdasarkan dua aspek, yaitu aspek proses
dan aspek hasil. Indikator keberhasilan proses dapat berupa kesesuaian prosedur pelaksanaan
tindakan yang dilakukan oleh guru BK sebagai peneliti, keaktifan siswa, keterlibatan siswa serta
tanggapan siswa terhadap kegiatan layanan yang diselenggarakan. Adapun indikator keberhasilan
17. pada aspek hasil dapat dilihat melalui ukuran terhadap penurunan atau peningkatan (perubahan
menuju lebih baik) variabel masalah.
Berdasarkan hipotesis tindakan yang dicontohkan di atas, indikator keberhasilan proses
adalah melingkupi prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru BK dalam
menyelenggarakan layanan klasikal dan tanggapan/kepuasan siswa terhadap kegiatan yang diikuti.
Adapun untuk indikator keberhasilan pada aspek hasil adalah terdapatnya peningkatan aktivitas
siswa dalam mengikuti layanan klasikal.
Langkah 5. Merencanakan Tindakan
Rencana tindakan hendaknya dikembangkan dengan memanfaatkan secara optimal teori-
teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan
layanan bimbingan dan konseling. Perencanaan tindakan terdiri dari dua kegiatan yaitu (a)
prosedur pelaksanan tindakan dan (b) persiapan penelitian tindakan (Hidayat, R.D. dan Aib
Badrujaman, 2012:36).
a. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan.
Perencanaan tindakan oleh guru BK hendaknya dirancang oleh guru BK dan tentunya harus
sesuai dengan kajian teori mengenai variable tindakan. Menurut Mulyasa (2009:109) Rencana
tindakan hendaknya memuat berbagai informasi tentang:
1) pengembangan materi atau topik yang akan menyertai layanan BK,
2) pemilihan metode layanan BK,
3) prosedur pelaksnaan tindakan dan jumlah pertemuan untuk melaksanakan pemecahan masalah,
4) rencana pengumpulan data dan pengolahannya,
5) rencana untuk melaksanakan pemecahan masalah, dan
6) rencana evaluasi tindakan sekaligus evaluasi hasil layanannya.
b. Persiapan penelitian tindakan
Sebelum rencana tindakan tersebut dilaksanakan, terdapat beberapa hal yang perlu
dipersiapkan/diperhatikan.
1) Tentukan topik bahasan untuk setiap pertemuan
2) Buatlah skenario yang berisi tentang langkah-langkah kegiatan tindakan
3) Siapkan sumber-sumber kegiatan misalnya RPL, LKS, media, metode, layanan yang
mendukung terlaksananya tindakan
18. 4) Siapkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan tindakan yang akan dilaksanakan
5) Siapkan pedoman atau instrumen penelitian, misalnya format observasi untuk mengamati
kegiatan layanan BK dan instrumen untuk mengukur tingkat keberhasilan layanan
6) Lakukan simulasi pelaksanaan tindakan agar saat pelaksanaan tindak peneliti sudah benar-benar
menguasai apa yang dilakukan.
Langkah 6. Merencanakan alat perekam data
Dalam tahap perencanan, peneliti sudah harus merencanakan/merancang alat perekam data
yang akan digunakan dalam pengamatan (observasi). Perlu diingat, dalam melaksanakan
pengamatan ada dua sasaran yang harus diamati. Pertama, pengamatan proses dan kedua,
pengamatan terhadap hasil. Hal yang harus diperhatikan dalam merancang instrumen adalah harus
merujuk kepada data-data yang akan dikumpulkan dengan demikian harus ada kesesuaian antara
instrument dengan datanya.
Langkah 7. Merencanakan teknik refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan BK adalah upaya mengkaji apa yang telah dan/atau tidak
terjadi, apa yang telah berhasil atau yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang
telah dilakukan. Subiyantoro (2009: 59) mengemukakan bahwa dalam refleksi ditemukan
komponan-komponen sebagai berikut.
Gambar 1.2 komponen perencanan teknik refleksi
Secara tegas Hiddayat D.R.dan Aib Badrujaman (2012) menjelaskan bahwa tahap analisis data
dalam penelitian tindakan disebut refleksi. Menurutnya pada tahap refleksi ini guru BK sebagai
peneliti harus dapat melihat sejauh mana capaian hasil ukur variabel masalah. Pencapaian ini
didapat dari hasil ukur dari variabel masalah. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hasil pengukuran yang berbentuk data kemudian
dianalisis dengan teknik analisis dengan teknik analisis deskriptif. Alat statistik yang dapat
digunakan adalah rerata dan persentase khusus untuk penelitian tindakan dalam layanan klasikal
dan kelompok. Sedangkan untuk data tunggal pada penelitian single-subject designs akan
menggunakan analisis kualitatif.
Analisis Pemaknaan Penjelasan
Penyusunan
simpulan
Identifikasi
tindakan
lanjut
19. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada dasarnya penelitian tindakan bimbingan dan konseling bukan sesuatu yang sulit untuk
dilaksanakan oleh guru BK, karena pelaksanaan tindakan dilakukan dalam proses pemberian
layanan baik dalam kelas, kelompok, maupun individual sebagaimana yang biasa dilakukan.
Dengan demikian guru BK tidak perlu kawatir atau ragu dalam melaksanakan penelitian tindakan,
karena perasaan tersebut akan menyebabkan pelaksanaan tindakan terkesan sulit. Untuk itu maka
yang perlu diperhatikan oleh guru BK agar bisa melaksanakan penelitian tindakan secara benar
dan lancar yang diperlukan adalah mengetahui berbagai persiapan pelaksanaan dan faktor-faktor
yang membuat pelaksanaan tindakan berjalan dengan lancar.
1) Persiapan pelaksanaan penelitian tindakan
Salah satu persiapan yang penting dalam pelaksanaan PTBK adalah menentukan
kolaborator. Kolaborator sangat membantu guru BK sebagai peneliti untuk lebih berkonsentrasi
melakukan satu kegiatan. Karena pada saat peneliti melakukan tindakan, pada saat bersamaan
peneliti harus melaksanakan pengamtan terhadap proses tindakan. Creswell, J. (2015; 1200)
menjelaskan bahwa seorang partisipan (kolaborator) dapat meninjau hasil temuan bersama
peneliti, membantu mengumpulkan data, dan membantu presentasi laporan akhir. Menurutnya
kolaborator adalah inidividu-indidvidu dalam satu sekolah atau personil luar, seperti peneliti
atau kelompok asosiasi professional.
Kolaborator yang ideal adalah teman sejawat misalnya bagi peneliti guru BK maka
kolaboratornya adalah sesama guru BK yang ada di sekolah, karena mereka dianggap memiliki
pengetahuan yang relatif sama berkenaan dengan masalah penelitian. Namun bisa juga seorang
peneliti berkolaborasi dengan ahli misalnya dosen dari LPTK, atau bahkan dengan guru bidang
studi yang ada di sekolah yang sama dengan guru BK.
Pada persiapan pelaksanaan penelitian tindakan perlu dilakukan simulasi tindakan untuk
menghindari kesalahan yang tidak diinginkan pada saat pelaksanaan tindakan. Simulasi
tindakan sebelumnya akan membuat guru BK dapat memperhitungkan tindakannnya secara
lebih matang, lebih percaya diri dan berujung pada pencapaian tujuan tindakan.
2) Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan tindakan
Terdapat dua hal penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan tindakan, yaitu perencanaan
yang matang dan pemahaman yang cukup mengenai tindakan. Perencanaan yang matang meliputi
tiga hal penting, yaitu:
20. a) adanya prosedur pelaksanaan yang jelas dan sesuai dengan langkah-langkah,
b) adanya satuan layanan untuk melakukan kegiatan,
c) tersedianya berbagai instrumen untuk pengamatan.
Pemahaman yang cukup mengenai tindakan akan dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi
masalah adalah keharusan bagi peneliti. Kurangnya pemahaman guru BK terhadap tindakan yang
akan dilakukan akan menyebabkan pelaksanaan tindakan menjadi tidak terarah dan kurang
optimal. Hal ini akan berujung pada tidak optimalnya hasil tindakan yang diharapkan.
3) Tahap Pengamatan (Observe)
Pada tahap pengamatam (observe) dibahas tentang cara melakukan pengamatan (observe)
dan memaparkan data. Secara umum, observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung (Subiyantoro, 2009: 53). Senada
dengan pendapat itu, Creswell (2015: 422) mengemukakan bahwa observasi adalah proses
pengumpulan informasi open-ended (terbuka) tangan pertama dengan mengamati orang dan
tempat di suatu lokasi penelitian.
a) Cara melakukan pengamatan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pelaksanaan tindakan (action) dalam
PTBK berjalan paralel dengan pengamatan (observing). Memang berat bagi peneliti yang
memerankan dua peran sekaligus yaitu melakukan tindakan (action) dan sekaligus sebagai
pengamat yang dilakukan secara bersama-sama. Namun perlu diingat bahwa dalam penelitian
kualitatif, ditegaskan bahwa peneliti adalah instrument utama dalam penelitian (Sugiono:2015).
Dengan demikian maka guru BK/peneliti melakukan tindakan (action) bersamaan dengan
melakukan pengamatan (observe). Tentunya ini bukan pekerjaan yang mudah, namun
membutuhkan ketrampilan yang tinggi dari guru BK/peneliti untuk melakukan hal tersebut. Sangat
berat bagi seorang peneliti pada saat menyelenggarakan kegiatan layanan BK harus menjelaskan
materi, memotivasi siswa, dan melaksanakan evaluasi, dan secara bersama-sama guru BK/peneliti
harus mencatat berbagai data dengan menggunakan instrumen yang sudah disiapkan sebelumnya.
Di sinilah perlunya kolaborator untuk membantu penelitian, baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Pelaksanaan pengamatan dalam PTBK harus merujuk pada indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan dalam tahap perencanaan. Dengan demikian maka pengamatan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam, yaitu pengamatan terhadap proses dan hasil.
21. Pengamatan terhadap proses adalah pengamatan yang dilakukan terhadap berbagai data yang
muncul berkaitan dengan proses kegiatan pemberian tindakan dalam PTBK. Aspek-aspek perlu
diamati selama proses pelaksanaan tindakan, antara lain: pengamatan kepada guru sebagai
pelaksanaan kegiatan tindakan yang mencakup prosedur pelaksanaan tindakan, metode, media,
strategi, dan pendekatan yang dipilih oleh peneliti dalam menyelenggarakan kegiatan tindakan
penelitian. Sedangkan pengamatan kepada siswa meliputi: aktivitas dalam mengikuti layanan,
motivasi, indikator perilaku yang akan dikembangkan/diubah, ketertarikan siswa, dan lain-lain.
Pengamatan terhadap hasil dilakukan untuk melihat keberhasilan tindakan terhadap variabel
masalah dalam PTBK. Untuk memastikan ketepatan data yang dikumpulkan, peneliti harus
menelaah kembali hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan. Untuk itulah maka peneliti harus
menentukan secara jelas indikator keberhasilan yang dijadikan dasar penentuan keberhasilan suatu
tindakan.
b) Pemaparan data hasil pengamatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pengamatan dilakukan terhadap proses dan
terhadap hasil tindakan. Baik hasil pengamatan terhadap proses maupun terhadap hasil pada setiap
kegiatan dalam satu siklus harus sama-sama dipaparkan secara lengkap dan sistematis. Untuk
memperoleh informasi tentang ada tidaknya perubahan seperti yang diharapkan maka setiap
kegiatan tindakan dalam satu siklus harus dilaporkan secara berurutan.
Contoh pemapaparan data hasil pengamatan pada variable masalah kepercayan diri yang
ditingkatkan dengan tindakan layanan Bimbingan Kelompok (BKp) dengan teknik problrm based
learning pada 9 siswa
Tabel 1.2 Contoh paparan data
No Nama
Pre test Siklus satu Siklus dua
Re
rata
Sko
re
kata
gori
Re
rata
Sko
re
Kata
gori
Rera
ta
Skore Ka
tago
ri
1 ANA
5,88
6
7
7
7,3
7
2 BENI 5 8 8
3 CICA 7 8 6
22. 4 DINA 4 6 8
5 ETA 6 7 7
6 FIFA 5 8 9
7 GALUH 7 5 7
8 HAYU 7 7 6
9 INTAN 6 7 8
Berdasar atas tabel tersebut di atas sudah nampak adanya perubahan menuju lebih baik
dengan ditunjukkannya melalui meningkatnya rerata nilai dari subjek penelitian. Namun ini belum
bisa disimpulkan kenaikannya karena baru dalam bentuk tabel awal dan perlu analisis lebih lanjut.
4) Tahap Refleksi
Salah satu ciri khusus yang membedakan antara penelitian regular dan penelitian
tindakan adalah adanya refleksi pada penelitian tindakan. Refleksi berasal dari kata bahsa
Inggris reflection yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti pemantulan.
Refleksi dilakukan harus didasarkan pada data yang didapat dalam penelitian. Data hasil
analisis untuk mengetahui sejauh mana tindakan yang diberikan mampu untuk
menyelesaikan masalah.
Dalam melakukan refleksi langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti adalah
melakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian tindakan bimbingan dan konseling
menurut Hidayat, D.R, dan Aip Badrujaman (2012) meliputi serangkaian kegiatan sebagai
berikut:
a) Kegiatan pertama adalah menggolong-golongkan berbagai macam data yang ada ke
dalam kategori-kategori tertentu. Dalam PTBK katagori dapat mengacu pada indikator
keberhasilan, baik proses maupun hasil.
b) Kegiatan kedua adalah menyusun berbagai data dalam tiap kategorinya sehingga
memberikan informasi yang berharga mengenai indikator keberhasilan.
c) Langkah ketiga adalah melakukan analisis data pada setiap kategori (indikator
keberhasilan) dan ditindaklanjuti dengan langkah selanjutnya yaitu melakukan sintesis
23. data. Pada langkah sintesis ini peneliti mencari hubungan antara seluruh data pada setiap
katagori dengan proses yang dilakukan.
Atas dasar itulah, maka peneliti dapat melihat berbagai kelemahan yang ada dalam tindakan
yang dilaksanakan. Berdasarkan hasil kegiatan refleksi yang dilakukan oleh peneliti bersama
kolaborator maka akan diperoleh informasi yang lengkap tentang beberapa hal di bawah ini:
1) Indikator mana saja yang sudah mengalami perbaikan pada siklus tersebut,
2) Indikator mana saja yang belum mengalami perbaikan pada siklus tersebut,
3) Apa faktor penyebab ketidakberhasilan indikator tersebut
4) Apa yang menjadi faktor pendukung terhadap keberhasilan indicator tersebut
Informasi-Informasi dari hasil refleksi ini selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar untuk
menyusun siklus selanjutnya.
24. 1. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Dengan Desain Kasus Tunggal (Single-
Subject Designs)
Dalam penelitiannya seorang Guru BK akan berusaha mempelajari perilaku individu secara
terpisah atau secara kelompok. Guru BK juga berkesempatan untuk mengobsevasi perilaku mereka
dari waktu ke waktu. Dalam situasi ini, rancangan eksperimental subjek tunggal (single-subject
experimental design) sangatlah ideal. Creswell (2015: 618) menegaskan bahwa rancangan tersebut
sudah mulai berkembang dengan baik di bidang analisis perilaku, dalam hal dukungan perilaku
positif, dan dalam hal pendidikan khusus, pendidikan anak berbakat, dan bidang-bidang terkait.
Rancangan subjek-tunggal cocok untuk intervensi terapeutik di berbagai bidang seperti
konseling sekolah, konseling karir, dan konseling klinis (Foster, 2010). Penelitian subjek-tunggal
melibatkan penelitian terhadap seorang individu tunggal.
Dalam konteks konseling, penelitian eksperimen kuasi merupakan pilihan yang paling
mungkin. Ini terkait dengan konteks kerja konselor yang melakukan pekerjaan pelayanan. Dari
antara bentuk-bentuk penelitian yang paling mungkin adalah penelitian kuasi tunggal (N=1)
a). Penelitian Kasus Tunggal: desain ABAB
Dalam pembahasan penelitian studi kasus sebagai biasanya, kegiatan peneliti adalah
mengamati karakteristik unit individu, baik itu anak, ruang kelas, sekolah, atau seluruh
masyarakat. Penelitian studi kasus berlawanan dengan penelitian eksperimen yang melakukan
manipulasi variabel dalam rangka untuk menentukan signifikansi hubungan kausal mereka. Dalam
beberapa tahun terakhir, penelitian kasus tunggal sebagai metodologi eksperimental telah meluas
ke berbagai bidang seperti psikologi klinis, kedokteran, pendidikan, kerja sosial, psikiatri dan
konseling. Sebagian besar penelitian kasus tunggal dilakukan di medan dengan berbagi
karakteristik sebagai berikut.( Triyono dan Mappiare:2013)
1) Mereka melibatkan penilaian berkelanjutan dari beberapa aspek perilaku manusia selama
periode waktu tertentu, peneliti membutuhkan administrasi tindakan pada beberapa kesempatan
dalam fase terpisah dari penelitian.
2) Mereka melibatkan 'efek intervensi' yang direplikasi dalam subjek yang sama dari waktu ke
waktu.
3) Langkah-langkah penilaian berkelanjutan digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan
tentang efektivitas prosedur intervensi
25. Karakteristik studi penelitian kasus tunggal dibahas oleh Kazdin (1982) dalam hal desain
ABAB, yakni format eksperimental dasar di sebagian besar penelitian kasus tunggal. Kazdin
mengamati, desain ABAB terdiri dari prosedur di mana pengamatan kinerja dilakukan dari waktu
ke waktu untuk klien/konseli tertentu atau kelompok klien/konseli. Selama penyelidikan, dicatat
perubahan yang dialami klien dalam kondisi eksperimental.
FrekuensiTingkahlaku
Baseline (Fase A) Intervensi (Fase B) Baseline (Fase A) Intervensi (Fase B)
Gambar 1.3 Rancangan Penelitian Kasus Tunggal model ABAB
Kegiatan meneliti efek dari intervensi dibandingkan dengan kondisi awal (tahap A), ketika
belum ada intervensi yang dijalankan, dengan kondisi intervensi (fase B). Fase A dan fase B
kemudian diulang untuk menyelesaikan empat fase. Dalam hal ini, Kazdin (1982) mengatakan,
efek dari intervensi apakah meningkatkan kinerja selama tahap pertama intervensi, beralih ke atau
mendekati tingkat dasar asli kembali ketika intervensi ditarik, dan meningkat lagi ketika intervensi
dimulai kembali pada tahap intervensi kedua.
Sebuah contoh penerapan desain ABAB dalam menerapkan teknik latihan asertif terhadap
anak-anak perempuan yang tidak berani berkata TIDAK kepada anak laki-laki. Apakah ada efek
intervensi latihan berkata TDAk terhadap keberanian anak perempuan saat menghadapi perlakuan
tidak senonoh anak laki-laki saat berpacaran.
Contoh lainnya, dalam rangka untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan diintervensi
dengan konseling behavioristik. Perilaku yang tidak dikehendaki berupa kebiasaan anak untuk
terlalu banyak omong yang tidak berguna di kelas. Konselor bekerja sama dengan guru membuat
program penguatan di mana anak mendapatkan waktu tambahan dengan guru untuk mengurangi
jumlah waktu ia banyak omong. Anak akan mendapatkan penguatan jika dalam batas waktu yang
ditentukan tidak banyak omong yang tidak berguna. Dalam bahasa teknis teori modifikasi perilaku,
26. murid akan menerima konsekuensi memperkuat perilakunya ketika ia mampu menunjukkan
rendahnya tingkat perilaku mengganggu.
Ketika anak mampu berhenti untuk tidak berbicara keras pada kurang dari tiga kali dalam
setiap periode terjadwal, ia dihargai oleh guru untuk menghabiskan waktu lima belas menit untuk
membantu dia dengan tugas-tugas belajarnya. Pola hasil yang ditampilkan menunjukkan
perubahan yang cukup besar yang terjadi dalam perilaku anak itu ketika prosedur intervensi
dilakukan dan peningkatan substansial dalam gangguan terhadap tingkat dasar ketika strategi
penguatan guru ditarik. Akhirnya, ketika intervensi itu kembali, perilaku anak itu terlihat
meningkat lagi.
Rancangan penelitian kasus tunggal secara unik mampu memberikan teknik eksperimental
untuk mengevaluasi intervensi untuk subjek individu. Selain itu, intervensi tersebut dapat
diarahkan terhadap subjek atau kelompok tertentu dan diulang dari waktu ke waktu atau untuk
seluruh perilaku, situasi, atau orang yang terlibat di dalamnya. Namun demikian, ada sejumlah
masalah yang timbul sehubungan dengan penggunaan desain kasus tunggal terutama yang
berkaitan dengan ambiguitas kecenderungan (trend) dan variasi dalam data fase baseline dan
intervensi dalam penelitian kasus tunggal.
b). Prosedur Dalam Melakukan Penelitian Eksperimen
Sebuah penyelidikan eksperimental harus mengikuti serangkaian prosedur logis. Mereka
harus diperlakukan dengan beberapa kehati-hatian. Adalah sangat sulit untuk meletakkan aturan-
aturan yang jelas sebagai panduan untuk penelitian eksperimental. Paling-paling, kita dapat
mengidentifikasi rute yang ideal untuk diikuti, dengan menyadari sepenuhnya bahwa penelitian
pendidikan dan konseling jarang berlangsung secara sistematis. Namun demikian rute berikut
penting untuk diperhatikan.
Pertama
Peneliti harus mengidentifikasi dan menentukan masalah penelitian setepat mungkin, selalu
mengandaikan bahwa masalah menerima metode eksperimental.
Kedua
Peneliti harus merumuskan hipotesis yang akan diuji. Peneliti membuat prediksi tentang hubungan
antara variabel tertentu dan pada saat yang sama membuat keputusan tentang variabel lain yang
akan dikecualikan dari percobaan dengan cara memberi variabel kontrol. Variabel harus memiliki
27. dua sifat. Pertama adalah bahwa variabel harus dapat diukur. Keterampilan sosial, misalnya, tidak
secara langsung terukur sampai telah didefinisikan secara operasional. Membuat variabel
keterampilan sosial operasional berarti harus mendefisikannya misalnya kemampuan membuka
pembicaraan, kemampuan memberi pujian, dan sebagainya dan harus jelas diukur dengan alat ukur
apa. Kedua adalah variabel harus dideskripsi menjadi indikator yang valid dari variabel hipotetis.
Artinya, skala keterampilan bergaul mungkin adalah alat ukur yang wajar untuk melihat tinggi
rendahnya keterampilan sosial siswa. Dalam hal ini peneliti harus mampu membatasi ukuran-
ukuran yang paling tepat dari suatu variabel dan yakin bahwa tidak semua ukuran dapat dipakai.
Ada aspek lain yang tidak mampu dilihat dalam sebuah penelitian.
Ketiga
Peneliti harus memilih ukuran yang tepat untuk menguji variabel independen. Sebagai contoh,
misalkan konselor ingin mengetahui apakah waktu yang lebih lama atau lebih pendek dalam
membaca akan mencapai hasil yang baik. Dalam hal ini, konselor harus mampu memilih secara
logis. Tidak logis jika membandingkan antara waktu satu jam dengan lima menit. Ukuran yang
logis misalnya membandingkan satu jam dengan 30 menit.
Keempat
Peneliti harus menentukan jenis eksperimen mereka. Dalam praktik ini akan dipilih penelitian
kasus tunggal.
Kelima
Dalam perencanaan desain percobaan, peneliti harus mempertimbangkan populasi yang mana
mereka ingin menggeneralisasi hasilnya. Aspek dana, staf dan jumlah waktu yang tersedia untuk
eksperimen perlu diperhatikan. Untuk penelitian kasus tunggal tidak banyak memikirkan hal
generalisasi.
Keenam
Masalah validitas perlu peneliti pikirkan, teruitama terkait dengan instrumen yang hendak
digunakan serta dalam memilih metode analisis yang sesuai.
Ketujuh
Sebelum memulai pada percobaan yang sebenarnya, peneliti harus menguji prosedur
eksperimennya untuk mengidentifikasi kemungkinan hambatan sehubungan dengan aspek
observasi. Ini adalah sangat penting.
Kedelapan
28. Selama percobaan itu sendiri, peneliti harus berusaha untuk mengikuti prosedur yang telah diuji
dan disepakati. Standarisasi instruksi dan waktu yang tepat perlu disiapkan.
Berdasarkan data yang telah mereka kumpulkan, peneliti menghadapi bagian terpenting dari
keseluruhan penelitian. Pengolahan data, analisis hasil dan penyusunan laporan perlu dikuasai.
Seringkali bagian terakhir ini terlalu sedikit waktu yang diberikan dalam perencanaan keseluruhan
penelitian. Peneliti yang berpengalaman jarang membuat kesalahan seperti itu, kesalahan program
komputer dan selusin lebih banyak bencana tak terduga memberi pelajaran yang penting.
c. Teknik pengumpulan dan Analisis Data dalam PTBK
Salah satu ciri penelitian tindakan adalah multiple data collection artinya dalam penelitian
tindakan ini bisa menggunakan banyak teknik pengumpulan data. Pada tahap perencanaan, peneliti
harus sudah merencanakan teknik pengumpul data yang akan dipergunakan dalam proses
pengamatan (observe). Peneliti mengembangkan berbagai teknik pengumpul data yang akan
dipergunakan. Seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya bahwa dalam
melaksanakan pengamatan ada dua sasaran yang harus diamati, yaitu pengamatan terhadap proses
dan pengamatan terhadap hasil.
a. Teknik Pengumpul Data dalam PTBK
Terdapat beberapa teknik penumpul/perekam data yang dapat dipergunakan dalam penelitian
tindakan bimbingan dan konseling. Berikut ini disajikan berbagai macam teknik pengumpul data
yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan peneliti.
1) Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik lain. Hadi,S (1986) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses
yang komplek, suatu proses yang tersusun dari perbagai proses biolgisdan psikologis. Dua di
antara terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik ini digunakan bila
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden tidak
terlalu besar. Bila dilihat dari proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan
menjadi observasi berperan serta (participant observation) di mana observer terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang diamati, dan observasi tidak berperan serta (non participant
observation) dimana observer tidak terlibat dan hanya sebagai penonton.
2) Catatan Harian
29. Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati
atau yang diperhatikan. Catat harian mungkin memuat perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi,
dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Persoalannya mungkin terkait dengan riwayat siswa tentang
pekerjaan.
3) Wawancara
Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan
yang diperoleh sebelumnya. Wawancara diartikan pula sebagai usaha mengumpulkan
informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan
pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relation
ship) antara si pencari informasi (interviewer atau informan hunter) dengan sumber informasi
(interviewee) (Sutopo 2006: 74).
4) Angket
Angket merupakan teknik pengumpuan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan diukur
dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Prinsip penulisan angket menyangkut
beberapa factor yaitu isi dan tujuan pertanyaan; Bahasa yang digunakan mudah; pertanyaan
tertutup, terbuka, negative, positif; pernyataan tidak mendua; tidak menanyakan hal-hal yang
sudah lupa; pertanyaan tidak mengarahkan; Panjang pertanyaan dan urutan pertanyaan
(Sugiono, 2007:201).
5) Analisis dokumen
Gambaran tentang persoalan, sekolah, atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat
dikonstruksi dengan menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk
orang tua atau karyawan, memo guru BK atau pejabat, papan pengumuman guru BK, papan
pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan. Dokumen-dokumen ini dapat
memberikan informasi yang berguna untuk berbagai persoalan.
6) Anecdotal record (catatan anekdot)
Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriftif, longitudinal tentang apa yang dikatakan atau
dilakukan seseorang dalam kelas dan dalam suatu waktu.
7) Tes hasil belajar baik pengetahuan maupun ketrampilan.
30. Tes ini dipakai untuk mengukur pencapain hasil belajar berupa pengetahuan dan pemahaman
dan tes hasilbelajar berupa ketrampilan.
8) Scala psikologis
Skala psikologis adalah alat ukur yang memiliki karakteristik khusus (a) cenderung digunakan
untuk mengukur aspek afektif-bukan kognitif. (b) stimulusnya berupa pertanyaaan atau
pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melaikan
mengungkapkan indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan, (c) jawabannya lebih
bersifat proyektif, (d) respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau
“salah”, semua jawaban dianggap benar sepanjang sesuai keadaan yang sebenernya.
9) Perekam video
Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk merekam suatu kegiatan/peristiwa
untuk dianalisis, misalnya kegiatan layanan BK di kelas dan luar kelas, misalnya layaan
Bimbingan klasikal dan Kelompok.
b. Teknik Analisis Data dalam PTBK
Dalam penelitian tindakan kelas pada umumnya menggunakan teknik analisis data yang
sederhana dan simple, karena tidak ingin melakukan generalalisasi terhadap hasil penelitiannya.
Teknik analisis yang banyak digunakan adalah statistik deskriptif untuk mengetahui sejauh man
adampak tindakan pada variable masalah. Alat statistic yang dapat digunakan adalah rerata dan
persentase.
Rumus rerata yang dapat digunakan adalah
𝑀 =
∑𝑓𝑋
𝑁
Keterangan M = mean
F = frekeuensi siswa dalam suatu kategori
X = nilai peta pikiran siswa
N = jumlah siswa keseluruhan
Rumus persentase yang dapat digunakan adalah sebagai berikut
𝑃 =
𝑓
𝑀
𝑥 100%
Keterangan P = persentase
F = frekeuensi siswa dalam suatu kategori
N = jumlah siswa keseluruhan
31. Berdasar pengukuran terhadap variable masalah dan analisis terhadap rerata dan persentase
pencapaiannya, maka peneliti dapat menentukan apakah tindakan yang dilakukan berhasil atau
tidak. Atau dengan kata lain, peneliti dapat mengetahui seberapa persen kah capaian tindakannya.
Analisis terhadap data hasil tersebut tidak dapat menjelaskan mengapa capaiannya hanya sampai
disitu.
Untuk itu maka, peneliti perlu melakukan analisis terhadap data proses. analisis terhadapa
data proses ini sangat penting dalam rangka melakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Analisis
data proses sedikit berbeda dengan analisis pada data hasil. Analisis data proses tidak hanya
menggunakan statistic deskriptif akan tetapi juga melibatkan analisis kualitatif. Salah satu model
analisis kualitatif adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Hauberman
dalam Hidayat, D. R. dan Aip Badrujaman (2012:46). Analisis interaktif tersebut terdiri atas tiga
komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu reduksi data, tampilan data, dan
penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan focus,
menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan
lapangan. Dalam proses ini, dilakukan penajaman, pemilihan, pemfokusan, penyisihan data yang
kurang bermakna, dan menatanya sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan
diverifikasi. Setelah direduksi data dipaparkan atau ditampilkan. Artinya, tahap analisis sampai
pada pembeberan data. Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu
ditampilkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi plus matriks, grafik, dan/atau diagram.
Pemaparan data yang sistematik interaktif, dan inventif serta mantap akan memudahkan
pemahaman tentang apa yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau
menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Analisis data ini dilakukan sepanjang
proses pelaksanaan tindakan penelitian. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau
perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik
pada siklus sat uke kesimpulan terevisi pada siklus dua dan seterusnya. Dan kesimpulan terakhir
pada akhir siklus terakhir.
Perlu dicatat bahwa data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data tentang
perubahan yang diharapkan, melainkan juga mencakup data tentang peningkatan/perubahan yang
tidak diharapkan (di luar rencana). Maka, kesimpulan yang ditarik juga harus mencakup perubahan
yang direncakan/diharapkan dan yang tidak diharapkan sebelumnya.
32. d. Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian PTBK
Untuk memperoleh gambaran secara jelas bagaimana prosedur penyusunan
proposal dan laporan PTBK, dijelaskan dijelaskan sebagai berikut di bawah ini
1) Penyusunan proposal atau rancangan PTBK
Pada umumnya usulan PTBK terdiri atas dua bagian penting yaitu bagian awal dan bagian isi
PTBK.
1) Bagian awal usulan PTBK
Bagian awal susulan PTBK itu berisi halaman judul luar, halaman pengesahan. Halaman judul
luar berisi judul PTBK yang diusulkan, nama peneliti, dan Lembaga tempat peneliti bekerja.
Bagian pengesahan berisi:
a) Judul PTBK, bidang ilmu, dan kategori penelitian
b) Tim peneliti termasuk nama ketua tim dan anggota-anggotanya. Lazimnya menyebutkan
identitas para peneliti, termasuk nama lengkap dengan gelar, golongan, pangkat, dan NIP,
jabatan fungsional sekolah atau lembaganya.
c) Lokasi penelitian
d) Biaya penelitian
e) Sumber dana penelitian
2) Bagian isi usulan PTBK
Bagian ini lazimnya berisikan judul penelitian, pendahuluan/latar belakang masalah,
perumusan masalah, cara pemecahan masalah, tinjauan pustaka (kerangka teori dan hipotesis
tindakan) tujuan penelitian, kontribusi/manfaat, metode penelitian atau rancangan penelitian,
jadwal penelitian, rencana anggaran penelitian, daftar pustaka, lampiran dan lain-lain. Berikut
ini adalah penjelasan dari bagian-bagian itu
Berikut adalah contoh format proposal PTBK
Bagian depan memuat
1. Halaman judul (cover)
2. Lembar pengesahan
3. Daftar isi
Bagian inti, memuat
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang penelitian
33. B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat hasil penelitian
BAB II Landasan Teoretik
A. Kajian teoretik (memuat hasil penelitian yang relevan dan kajian pustaka)
B. Hipotesis tindakan
BAB III Metode Penelitian
A. Lokasi dan waktu penelitian
B. Setting penelitian
C. Desain/rancangan tindakan penelitian
1. Perencanaan
2. Implementasi tindakan
3. Observasi dan interpretasi
4. Analisis dan refleksi
5. Siklus tindakan
D. Varibale Penelitian
E. Indikator Keberhasilan
F. Instrumen yang digunakan
G. Teknik Pengumpulan Data
H. Teknik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
Judul penelitian
Judul penelitian PTBK hendaknya menyatakan dengan cermat dan padat permasalahan serta
bentuk tindakan yang akan dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Dengan kata
lain, judul cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang
dipilih untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Pendahuluan/Latar belakang masalah
Dalam pendahuluan/latar belakang masalah ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan masalah
yang akan diajukan oleh peneliti melalui PTBK. Untuk itu, harus ditunjukkan kesenjangan antara
das Sollen dan das Sein, antara apa yang seharusnya dan apa yang terjadi di lapangan, antara de
Jure dan de Facto. Perlu disampaikan fakta-fakta yang mendukung atas dasar pengalaman dan
pengamatan guru BK selama menjalankan tugasnya memberi layanan dan pengamatan guru BK
melalui kajian dari berbagai bahan pustaka yang relevan. Dukungan dari hasil penelitian terdahulu
sangat diharapkan untuk dapat memperkukuh alasan mengangkat permasalahan penelitian dan
memperkukuh alasan dilakukan PTBK.
34. Perumusan masalah
Permasalahan yang diusulkan melalui PTBK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini.
Masalah hendaknya benar-benar diangkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak
dan perlu diselesaikan melalui PTBK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh
identifikasi masalah yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal
sehingga gambaran permasalahan yang perlu ditangani itu tampak menjadi lebih jelas.
Cara pemecahan masalah
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
serta pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, sesuai dengan
kaidah PTBK. Alternatif pemecahan masalah yang diajukan, hendaknya mempunyai landasan
konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah.
Tujuan penelitian
Kemukakan secara singkat tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan pada permasalahan
yang dikemukakan. Tujuan penelitian harus dijawab dalam simpulan hasil penelitian.
Manfaat penelitian
Uraikan kontribusi hasil penelitian tentang kualitas pelayanan BK sehingga tampak manfaatnya
bagi siswa, guru, maupun komponen Pendidikan di sekolah terkait.
Tinjauan Pustaka
Dalam bagian ini diuraikan landasan substantif dalam arti teoretik dan/atau metodologik yang
dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative tindakan yang akan diimplementasikan.
Untuk keperluan itu dalam bagian ini diuraikan dengan kajian terhadap pengalaman peneliti pelaku
PTBK sendiri yang relevan dengan pelaku-pelaku tindakan PTBK lain di samping terhadap teori-
teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Teori, temuan, dan bahan penelitian lain
yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang
tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebutjuga
dikemukakan. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan
digunakan dalam penelitian. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka
35. konseptual. Atas dasar kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan yang
menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan dirumuskan pada bagian akhir.
Hipotesis tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara yang diajukan peneliti berkenaan dengan
rumusan masalah yang dibuatnya. Jawaban tersebut didapat berdasarkan kajian teori yang
dilakukan peneliti. Penulisan hipotesis tindakan merupakan dasar pada penetapan indicator
keberhasilan untuk itu maka rumusannya harus benar. Perlu diperhatikan beberapa hal dalam
merumuskan hipotesis. Pertama, dalam rumusannya menggunakan kata “dapat”. Kedua, rumusan
hipotesis harus sesuai dengan rumusan masalah. Ketiga, rumusan hipotesis harus menjawab
rumusan masalah.
Metode penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan diuraikan secara jelas, demikian juga subjek, setting dan
lokasi penelitian. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi-refleksi, yang
diatur bersifat daur ulang atau siklus.
Setting Penelitian
Pada bagian ini disebutkan dimana penelitian itu dilakukan, di kelas berapa, dan bagaimana
karakteristiknya.
Desain atau rancangan tindakan penelitian
Pada bagian ini dijelaskan secara terperinci mengenai perencanaan penelitiannya, implementasi
tindakan, observasi dan interpretasi, analisis dan refleksi, serta siklus tindakan.
Variabel penelitian
Dalam penelitian ini variable dibedakan menjadi dua yaitu variable permasalahan dan variable
tindakan. Variable permasalahan yang disebut variable y adalah variable yang akan diberi
tindakan. Sedangkan variable tindakan yang disebut variable X adalah variable yang
dipergunakan untuk mengatasi permasalahan,
Indicator keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan kriteria yang ditetapkan sebagai dasar apakah penelitian ini
berhasil atau tidak. Indicator keberhasilan dalam PTBK ini dilihat dari dua aspek yaitu aspek
proses dan aspek hasil.
Instrumen yang digunakan
Instrumen yang digunakan mengacu pada jenis data yang akan dikumpulkan.
36. Teknik pengumpulan data mengacu pada jenis data yang akan dikumpulkan
Teknik pengumpulan data
Teknik analisis data
Penentuan teknik analisis data bergantung pada jenis data yang akan dikumpulkan
2) Laporan penelitian tindakan bimbingan konseling
Laporan penelitian dapat beragam bentuk dan formatnya. Hal itu sangat bergantung pada
tuntutan lembaga dan/atau sponsor yang mendukung dana penelitian tersebut. Meski beragam
bentuk atau formatnya, secara mendasar laporan itu sama dalam hal tuntutan isi, struktur,
maupun bahasanya. Di bawah ini dilampirkan contoh format penyusunan laporan PTBK.
BAGIAN AWAL
Halaman judul
Abstrak
Prakata
Daftar isi
BAGIAN UTAMA
Bab I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
Bab II KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. ……………………………
2. ……………………………
3. ……………………………
Bab III METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian dan Latar Belakang Subjek Penelitian
2. Rancangan Penelitian
3. Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan
4. Prosedur Observasi dan Refleksi
5. Prosedur Analisis Data
Bab IV HASIL PENELITIAN
1. Paparan Data
2. Uji Hipotesis
3. Pembahasan
Bab V PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran
BAGIAN AKHIR
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
37. Halaman judul
Judul penelitian berupa kalimat singkat dan padat yang secara jelas menginformasikan masalah
yang diteliti, terhadap apa atau siapa penelitian dikenakan, tindakan sebagai upaya pemecahan,
dimana dan kapan penelitian akan dilakukan, singkat, kelas, sederhana, dan mudah dipahami.
Abstrak
Abstrak ditulis dengan spasi tunggal. Panjang abstrak sebaiknya satu halaman, akan tetapi jika
tidak cukup bias diperpanjang dua halaman ukuran kertas kuarto. Abstrak berisi inti sari yang
sangat penting, bukan ringkasan. Dengan hanya membaca abstrak seseorang dapat memahami
pokok-pokok yang ditulis dalam penelitian. Hal penting tersebut meliputi latar belakang masalah,
tujuan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil dan implikasinya
Prakata
Berisi ucapan syukur dan terima kasih pada pihak pihak yang telah membantu pelaksanaan
penelitian. Selain itu, bagian ini bisanya diisi dengan harapan akan kemanfaatan hasil penelitian,
dan kesediaan menerima masukan yang dating dari berbagai pihak.
Daftar isi
Hal-hal dicantumkan dalam daftar isi adalah judul bab dan sub judul. Sub-sub judul yang lebih
dari satu peringkat di bawah judul bab tidak perlu dicantumkan karena akan menyebabkan daftar
isi menjadi terlalu Panjang.
Latar belakang masalah
Berisi uraian (1) fakta-fakta yang mendukung berasal dari pengalaman peneliti, (2) argumentasi
teoretik tentnag tindakan yang dipilik, (3) hasil penelitian terdahulu, dan (4) alasan pentingnya
penelitian tindakan ini dilakukan.
Rumusan Masalah
Berisi uraian yang menjelaskan (1) kesenjangan antar situasi yang diinginkan dan yang ada dan
dapat dipecahkan, (2) rancangan tindakan pembelajaran yang mempunyai landasan konseptual, (3)
dinyatakan dalam kalimat pernyataan/pertanyaan.
Tujuan penelitian
Secara operasional, tujuan penelitian berisi pertanyaan tentang temuan apa yang akan dihasilkan
oleh peneliti dan temuan penelitian itu akan dipergunakan untuk memecahkan masalah apa.
Manfaat penelitian
38. Berisi manfaat atau sumbangan hasil penelitian khususnya bagi siswa, guru/dosen pelaksana PTK,
kalangan guru/dosen pada umumnya, sekolah/LPTK.
Kerangka teoretik dan hipotesis tindakan
Berisi kajian teoretik yang relevan yang mendasari penelitian tindakan, dengan tindakan akan
terjadi perubahan, perbaikan atau peningkatan, tindakan inilah yang kemudian dituangkan dalam
hipotesis tindakan dalam rangka pemecahan masalah
Metode penelitian
Berisi pengembangan dari yang telah ditulis dalam usulan penelitian dengan catatan bahwa metode
dalam usulan adalah yang akan, sedangkan pada laporan dikemukakan metode yang senyatanya
telah dilaksanakan. Unsur-unsur yang ada pada bagian metode ini adalah setting penelitian dan
latar belakang subjek penelitian, rancangan penelitian, perencanaan dan pelaksanaan tindakan,
prosedur observasi dan refleksi, prosedur analisis data.
Hasil Penelitian
Pada bab ini dilaporkan tentang deskripsi data (perlakuan atau intervensi dan dampak intervensi),
pengajuan hipotesis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis. Pembahasan ini berisi
perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan hasil-hasil penelitian lain atau pengetahuan teori
yang relevan.
Penutup
Bab ini berisi simpulan dan saran/rekomendasi. Simpulan didasarkan pada pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil peneltiian. Sara dibatasi hanya yang terkait langsung dengan simpulan. Saran
yang didasarkan atas pertimbangan lain di luar simpulan tidak boleh diajukan dalam laporan
penelitian.
Daftar Pustaka
Setiap judul tulisan yang dimuat dalam daftar pustaka harus telah dipergunakan sebagai rujukan
secara eksplisit dalam naskah laporan.
Lampiran
Semua dokumen yang tidak berupa naskah tetapi dianggap penting untuk mendukung apa yang
ditulis pada naskah laporan dan dapat dilacak oleh pembaca dengan mempelajari dokumen
tersebut, perlu dilampirkan pada laporan. Misalnya instrument penelitian, kuesioner, pedoman
39. observasi, daftar cek, data asli (mentah), dan surat-surat penting dalam hubungannya dengan
kegiatan penelitian.
C. Penutup
1. Rangkuman
Penelitian tindakan pada hakikatnya berupa rangkaian kegiatan yang terdiri dari empat
langkah, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat langkah tersebut
dipandang sebagai satu siklus penelitian tindakan. Adapun pengertian siklus pada penelitian
tindakan adalah satu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Adapun karakterisitik utama penelitian tindakan kelas terdiri dari: 1) masalah muncul dari
dalam praktik guru atau/dan guru BK sendiri (an inquiry of practice from within), 2) adanya
refleksi diri (self reflection inquiry), 3) berorientasi pada pemecahan masalah (problem solving
oriented), 4) berorientasi pada peningkatan kualitas (improvement oriented) dan harus
menghasilkan perubahan, 5) memiliki siklus (cyclic) yang terdiri dari empat tahapan yaitu:
perencanaan (planning); tindakan (action); pengamatan (observing); dan refleksi (reflecting), 6)
menggunakan berbagai cara pengumpulan data (multiple data collection), 7) bersifat partisipatif
(collaborative), artinya peneliti harus kerja sama dengan orang lain (teman sejawat dan atau ahli).
Tujuan penelitian tindakan bimbingan konseling adalah sebagai berikut: 1) memperbaiki
praktik pelayanan bimbingan konseling di sekolah, 2) peningkatan pelayanan professional BK di
sekolah, 3) pengembangkan ketrampilan guru BK berdasarkan persoalan-persoalan atau
permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru BK selama menjalankan tugas pokoknya.
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling secara pasti harus melalui empat tahap, yaitu
tahap perencanaan (planning), tahap kegiatan (action), tahap pengamatan (observe), tahap refleksi
(refection). Pada masing tahapan, penelitia harus memperhatik hal-hal pokok npenting. Pada
tahap perencanaan (planning), peneliti harus malakukan tujuh langkah kegiatan penting
yaitu: 1) mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian, 2) menentukan tindakan dan
menuliskan kajian teoritik, 3) merumuskan hipotesis tindakan, 4) menuliskan indikator
keberhasilan, 5) merencanakan tindakan, 6) merencanakan alat perekam data, dan 7)
merencanakan teknik refleksi. Pada tahap pelaksanaan (action) peneliti harus mengetahui berbagai
persiapan pelaksanaan dan faktor-faktor yang membuat pelaksanaan tindakan berjalan dengan
lancar. Pada tahap pengamatam (observe) peneliti harus mempersiapkan cara melakukan
40. pengamatan (observe) dan cara memaparkan data hasil pengamatan. Sedangkan pada tahap
refleksi (reflection) langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti adalah melakukan
analisis data.
Teknik pengumpulan dapat pada PTBK dapat menggunakan berbagai alat, baik tes
maupun non test. Misal angket, observasi, wawancara, catatan berkala, checklist, tes
kemampuan, scala psikologi, dll. Sedangkan Teknik analisis data dapat menggunakan
teknik statistik deskriptif persentase dan teknik deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian tindakan bimbingan dan konseling tidak hanya dalam setting klasikal
melalui layanan bimbingan klasikal dan dalam setting kelompok melalui layanan
bimbingan kelompok dan konseling kelompok, namun dapat menggunakan penelitian
dangan subjek tunggal yang dikenal dengan istilah Single-Subject Designs
41. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Creswell, J., (2015). RISET PENDIDIKAN, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset
Kualitatif & Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hidayat, D.R., dan Badarudin, A., (2012). Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling,
Jakarta: PT Indeks.
Hopkin,D., (2011). A Teacher’s Guide Classrom Research Alih Bahasa achmad Fawaid Panduan
Guru PENELITIAN TINDAKAN KELAS, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemmis,S., and Mc Tagart,R., (1988). The Action Research Planner, Australia: Deakin
University.
Mulyasa, H.E., (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mappiare, A. & Triyono, (2013). Penelitian Tindakan Kelas dalam Bimbingan dan Konseling &
Penelitian kasus Tunggal dalam Konseling, Malang: Jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
Subyantoro, (2009). Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Alfabeta.
Suroso, (2009). Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Pararton.
Umaedi, (1999). Penelitian Tindakan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktoral Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah
Umum