SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 12
Baixar para ler offline
1
HUBUNGAN FILSAFAT, SAINS DAN AGAMA
JANNIARNI TOHA SAFUTRI
Magister Pendidikan Bahasa Arab
Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
utyjanniarni@gmail.com
Abstract
This paper discusses the relationship of philosophy, science and religion.
According to the author, the relationship between the three is united by a goal the
same, namely the search for truth. However, even though it is the same, the three
are also different. The difference lies, in the view of the author, there are aspects
of sources, methods, and results to be achieved by all three. Between philosophy,
science and religion also has a point of tangency or relation, namely content-
filling each other in answering the problems raised by humans.
Keywords: Philosophy, Science, Religion.
Pengantar
Manusia memiliki keistimewaan dibandingkan makhluk yang lain. Dia
diberikan kemampuan untuk berfikir, bertanya dan menganalisa. Dengan alat ini
manusia mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki mengantarkannya
kepada posisi yang berbeda dengan makhluk lainnya.
Objek yang dicari oleh manusia adalah sebuah kebenaran Tuhan, alam dan
manusia. Dari objek tersebut sangatlah relevan dengan tujuan berfikir filsafat
yaitu mencari kebenaran yang sebenarnya, baik secara radikal, universal dan
rasional.
Filsafat merupakan proses berfikir serta produk pemikiran tentang segala
sesuatu yang ada atau mungkin ada secara radikal, universal dan rasional. Filsafat
juga merupakan hasil dari pemikiran manusia yang sangat radix terhadap setiap
2
persoalan. Dalam mencari kebenaran pun hanya menggunakan akal semata,
sehingga kebenarannya merupakan kebenaran rasionalitas yang tentunya bersifat
relatif dan kritis. Ilmu adalah hasil dari penelitian yang dibuktikan dengan
kegiatan ilmiah melalui tahapan pengujian, pembuktian dan penyesuaian dengan
fakta yang terjadi. Kebenarannya diperoleh melalui melalui pandangan manusia
terhadap realita, sehingga kebenaran tersebut bersifat empiris dan masih relative.
Sedangkan agama merupakan kebenaran yang diperoleh melalui wahyu yang
bersifat intuisi serta rohani. Kebenarannya pun bersifat mutlak dan hakiki.
Manusia pada awal ia dilahirkan tidak tahu dan tidak mengenal dengan apa-
apa yang ada di sekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri. Ketika manusia mulai
mengenal dirinya, kemudian mengenal alam sekitarnya, karena manusia berpikir,
maka ketika itu mulailah ia memikirkan dari mana asal sesuatu, bagaimana
sesuatu bisa terjadi, untuk apa sesuatu itu dikerjakan, dan apa manfaat dari suatu
hal.
Sebenarnya ketika manusia telah mulai tahu dari mana asalnya, bagaimana
proses terjadinya, siapa dia, untuk apa dia, maka ketika itu ia telah berfilsafat.
Karena filsafat itu pada intinya adalah berusaha mencari kebenaran tentang
sesuatu, baik yang ilmiah ataupun non ilmiah, yang nantinya menjadi suatu
kesepakatan untuk diketahui secara bersama-sama dan berlaku dilingkungannya.
Kesepakatan berlaku untuk umum dan menjadi kebiasaan pada komunitas secara
turun temurun hal tersebut yang dinamakan tradisi, dan tradisi itulah berkembang
menjadi suatu ilmu.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dipahami bahwa terdapat hubungan yang
sangat signifikan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan (sains), demikian pula
adanya hubungan antara filsafat dengan agama, dan hubungan agama dengan
ilmu pengetahuan (sains), sehingga terjadi hubungan yang saling terkait satu sama
lainnya.
3
 Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat dapat ditinjau secara etimologi dan terminologi. Secara
etimologi, kata filsafat yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “falsafah”
dan dalam bahasa Inggris di kenal dengan istilah “philosophy” yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu philosophia. Philo = cinta Sophia =
kebijaksanaan/kebenaran, sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan, bisa juga dalam artian orang yang mencintai kebenaran, sehingga
berupaya memperoleh dan memilikinya. Dengan demikian seorang filsuf adalah
pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh
Phytagoras (496-582 SM).1
Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahami (mendalami dan menyelami) secara integral hakikat yang ada: (a)
hakikat Tuhan; (b) hakikat alam semesta; (c) hakikat manusia, serta sikap manusia
termasuk sebagai konsekuensi dari pada faham tersebut.
Dalam sejarah perkembangan pemikiran filsafat, antara satu ahli filsafat
lainnya selalu berbeda pendapat tentang pengertian filsafat.
1. Socrates (399-469 SM), memahami bahwa filsafat adalah suatu peninjauan
diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari
kehidupan yang adil dan bahagia.
2. Plato (347-427 SM), menurutnya filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencari kebenaran asli. Dalam konsepsi Plato, filsafat
merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat plato tersebut kemudian
dikenal dengan filsafat spekulatif.
3. Aristoteles (322-384 SM), salah seorang murid Plato yang terkemuka.
Menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran, yang didalammya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat menyelidiki sebab
dan asal segala benda).
1
Surajiyo. Ilmu Filsafat. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.1
4
4. Al-Kindi (801-873 SM), menurutnya filsafat adalah pengetahuan tentang
hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena
tujuan para filosof dalam berteori adalah mencari kebenaran, maka
prakteknya pun harus menyesuaikan kebenaran pula.
5. Al-Farabi (870-950 SM) , menurutnya filsafat adalah pengetahuan tentang
bagaimana hakikat alam wujud yang sebenarnya.
6. Ibnu Rusdy menyatakan filsafat adalah hikmah yang merupakan
pengetahuan otonom yang perlu ditimba oleh manusia sebab ia dikaruniai
oleh Allah dengan akal. Al-Qur’an mewajibkan manusia berfilsafat untuk
menambah dan memperkuat keimanan kepada Allah.2
Dari beberapa ungkapan para filosof di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa filsafat itu titik tekannya adalah “Kebenaran”. Dari analisis di atas, maka
filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu
untuk memperoleh kebenaran. Ilmu pengetahuan tentang hakikat yang
menanyakan apa inti atau esensi segala sesuatu.3
Hal yang menyebabkan manusia
berfilsafat karena dirangsang oleh : ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya,
dan keraguan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang dialami manusia
dalam kehidupannya. Dalam berfikir filsafat perlu dipahami karakteristik yang
menyertai, diantaranya :
1. Sifat menyeluruh artinya seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu
hanya dari segi pandang ilmu sendiri, tetapi melihat hakekat ilmu dalam
konstalasi pengetahuan yang lainnya,
2. Sifat mendasar, artinya bahwa seorang yang berfikir filsafat tidak sekedar
melihat ke atas, tapi juga mampu membongkar tempat berpijak secara
fundamental, dan ciri
3. Sifat spekulatif, bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita perlu
spekulasi.
2
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Rosda Karya, 2002), hlm. 10-15
3
Soetrionon & Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Anai, 2009)
5
Dari serangkaian spekulasi tersebut kita dapat memilih buah pikiran yang
dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan.
Dalam menghadapi berbagai masalah hidup di dunia ini, manusia akan
menampilkan berbagai alat untuk mengatasinya. Alat itu adalah pikiran atau akal
yang berfungsi di dalam pembahasannya secara filosofis tentang masalah yang
dihadapi. Pikiran yang manakah yang dapat masuk dalam bidang filsafat ini?,
jawabannya adalah pikiran yang senantiasa bersifat ilmiah. Jadi, pikiran itu adalah
yang mempunyai kerangka ilmiah filsafat. Menurut Prof. Mulder bahwa filsafat
itu berpikir ilmiah, tapi tidak setiap berpikir itu filsafat.4
Apakah filsafat itu sebagai ilmu pengetahuan dan bagaimana bentuk dan
sifatnya bisa dipahami menurut penjelasan berikut : kebenaran filsafat itu dapat
diukur menurut kondisi yang pasti dimiliki oleh ilmu pengetahuan pada umumya,
yang meliputi obyek (sasaran studi), metode (cara atau jalannya studi), sistem
(cara-cara kerja sebagai penunjang jalannya metode) dan kebenaran ilmiah
(obyektif dan dapat diukur baik secara rasional maupun empiris).
- Ciri-ciri Filsafat :
Pemikiran kefilsafatan menurut Ali Mudhofir :
1. Berpikir secara radikal. Radikal berasal dari kata Yunani radix yang berarti
akar. Berpikir secara radikal adalah berpikir sampai keakar-akarnya.
Berpikir sampai ke hakikat, esensi atau sampai ke substansi yang
dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk dapat
menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala
pengetahuan indrawi.
2. Berpikir secara universal (umum). Berpikir secara universal adalah
berpikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum, dalam arti
tidak memikirkan hal-hal yang parsial.
3. Berpikir secara konseptual. Konsep disini adalah hasil generalisasi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Dengan ciri
yang konseptual ini, berpikir secara kefilsafatan melampaui batas
pengalaman hidup sehari-hari.
4
Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2004), hlm. 113
6
4. Berpikir secara koheren dan konsisten. Koheren, artinya sesuai dengan
kaidah-kaidah berpikir (logis). Konsisten, artinya tidak mengandung
kontradiksi.
5. Berpikir secara sistematik. Sistematik berasal dari kata sistem. Sistem di
sini adalah kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan
menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau menunaikan
sesuatu peranan tertentu. Dalam mengemukakan jawaban terhadap sesuatu
masalah, para filsuf memakai berbagai pendapat sebagai wujud dari proses
berpikir yang disebut berfilsafat. Pendapat-pendapat yang merupakan
uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan
terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6. Berpikir secara komprehensif. Komprehensif adalah mencakup secara
menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan berusaha untuk menjelaskan alam
semesta secara keseluruhan.5
 Pengertian Sains
Secara bahasa, Ilmu berasal dari Bahasa arab ( ‫علم‬
-
‫يعلم‬
-
‫علما‬ ) yang berarti
mengetahui, memahami dan mengerti dengan benar-benar. Dalam Bahasa Inggris
disebut Science, dalam Bahasa Latin berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau
Scire (mengetahui). Sedangkan dalam Bahasa Yunani adalah Episteme
(pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu.6
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang berasal dari pengamatan, studi dan
pengalaman yang disusun dalam satu system untuk menentukan hakikat dan
prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.
- Ciri-ciri Sains :
1. Sistematis
5
Ali Mudhofir, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1996), hlm.13-15
6
Tim Penulis, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1998). hlm. 340
7
Ciri sistematis ilmu menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan
dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan, yang mempunyai
hubungan-hubungan saling ketergantungan yang teratur.
2. Empiris
Bahwa ilmu mengandung pengetahuan yang diperoleh berdasarkan
pengamatan serta percobaan-percobaan secara terstruktur di dalam bentuk
pengalaman-pengalaman, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Ilmu
mengamati, menganalisis, menalar, membuktikan dan menyimpulkan hal-hal
empiris yang bersifat faktual dan objek yang bisa kita indra.
3. Obyektif
Bahwa ilmu menunjuk pada bentuk pengetahuan yang bebas dari prasangka
perorangan dan perasaan-perasaan subyektif berupa kesukaan atau kebencian
pribadi. Obyektifitas ilmu mensyaratkan bahwa kumpulan pengetahuan itu
haruslah sesuai dengan obyeknya.
4. Analitis
Bahwa ilmu berusaha mencermati, mendalami dan membeda-bedakan pokok
soalnya ke dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubungan dan peranan dari bagian-bagian tersebut.
5. Verifikatif
Bahwa ilmu mengandung kebenaran-kebenaran yang terbuka untuk diperiksa
atau diuji (diverifikasi) guna dapat dinyatakan sah (valid) dan disampaikan kepada
orang lain. Pengetahuan agar dapat diakui kebenarannya sebagai ilmu, harus
terbuka untuk diuji atau diverifikasi dari berbagai sudut telaah yang berlainan dan
akhirnya diakui benar.
Selain, kelima ciri ilmu diatas, masih terdapat beberapa ciri tambahan lainnya,
misalnya : ciri instrumental dan ciri faktual. Ciri instrumental, dimaksudkan
bahwa ilmu merupakan alat atau saran tindakan untuk melakukan sesuatu hal.
8
Ilmu, dalam hal ini sukar. Namun, juga amat mudah dalam arti, senantiasa
merupakan sarana tindakan untuk melakukan banyak hal yang mengagumkan dan
membanjiri dunia dengan ide-ide baru. Ilmu berciri factual, dalam arti, ilmu tidak
memberikan penilaian, baik atau buruk terhadap apa yang ditelaahnya, tetapi
hanya menyediakan fakta.
 Pengertian Agama
Muhammad Abdullah Darraz mendefinisikan agama (‫)دين‬ sebagai:
”keyakinan terhadap eksistensi (wujud) suatu dzat atau beberapa dzat ghaib yang
maha tinggi, ia memiliki perasaan dan kehendak, ia memiliki wewenang untuk
mengurus dan mengatur urusan yang berkenaan dengan nasib manusia. Keyakinan
mengenai ihwalnya akan memotivasi manusia untuk memuja dzat itu dengan
perasaan suka maupun takut dalam bentuk ketundukan dan pengagungan. Secara
lebih ringkas, ia mengatakan juga bahwa agama adalah “keyakinan (keimanan)
tentang suatu dzat (Ilahiyah) yang pantas untuk menerima ketaatan dan ibadah
(persembahan).7
Pengertian agama menunjukkan kepada jalan atau cara yang
ditempuh untuk mencari keridhoan Allah.
 Hubungan Antara Filsafat, Sains dan Agama
Filsafat, karena selalu berhadapan denga alam empiris, (metafisika, ghaib)
maka ia komit dengan organon (alatnya) yaitu logika. Cara kerjanya selalu diawali
dengan pertanyaan apa. Berpikir logis, sistematis, radikal, dan universal. Sains,
mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset) sesuai dengan eksistensinya
yang berhubungan dengan alam empiris. Dalam penyelidikan ilmu selalu mencari
hukum sebab akibat. Sebagai hukum sebab akibat maka kebenaranya pasti ada.
Agama, menemukan konsep kebenaran bersumber pada wahyu, kebenarannya
bersifat mutlak, absolut sebagai kebenaran tertinggi.
7
Yusuf Al-Qaradhawy, Pengantar Kajian Islam, Suatu Analisis Komprehensif tentang Pilar-Pilar
Substansial, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, ter.Setiawan Budi Utomo, (Jakarta:
Al-Kautsar, 2000), hlm.15
9
Ilmu kebenarannya bersifat empiris, filsafat kebenarannya bersifat spekulatif
(berdasarkan nalar dan logika), keduanya bersifat nisbi. Agama kebenarannya
bersifat absolut mutlak, dalam penentuannya semua perlu perumusan. Hubungan
ilmu filsafat dan agama, Albert Einstein mengatakan dengan singkat “science with
out is blind, religion with out science is blame” Ilmu tanpa agama buta, agama
tanpa ilmu lumpuh. Menurut Anshari (dalam Kompasiana 2012) menyatakan,
baik filsafat, ilmu dan agama, bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan
hal yang sama), yaitu kebenaran. Hubungan antara filsafat, sains dan agama
mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung (hubungan) antara
yang satu dengan yang lainnya.
1. Titik Persamaan
Mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri, mencari
kebenaran tentang alam dan termasuk di dalamnya manusia. Filsafat dengan
wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun
tentang manusia, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar
atau di atas jangkauannya, ataupun tentang Tuhan. Agama dengan
karakteristiknya sendiri pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi
yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam maupun tentang manusia dan
tentang Tuhan.8
2. Titik Perbedaan
Perbedaannya terlihat dari aspek sumber, metode dan hasil yang ingin
dicapai. Baik ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu
ra’yu (akal, budi, rasio atau reason) manusia. Sedangkan agama bersumberkan
dari wahyu Allah.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset),
pengalaman (empiris), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara mengembarakan akal budi secara radikal
(mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (alami atau mengalam) tidak
merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama
8
Drs. A.Susanto, M.Pd, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.129
10
logika, sebagaimana disinggung oleh Anshari, bahwa filsafat itu ialah rekaman
petualangan jiwa dalam kosmos.
Manusia mencari dan menemukan kebenaran dalam agama dengan jalan
mempertanyakan, mencari jawaban tentang berbagai masalah asasi dari kitab suci.
Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif, kebenran filsafat adalah
kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset
dan eksperimen). Baik kebenaran ilmu maupun kebernaran filsafat, keduanya
relatif. Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena agama
adalah wahyu yang diturunkan oleh dzat yang Maha Besar , Maha Mutlak, dan
Maha Sempurna yaitu Allah SWT. Baik ilmu maupun filsafat, kedua-duanya
dimulai dengan sikap percaya dan iman.
3. Titik Singgung atau Relasi
Relasinya ialah saling isi-mengisi di dalam menjawab persoalan-persoalan
yang diajukan oleh manusia. Hubungan lain adalah bahwa filsafat identik dengan
ilmu pengetahuan, sebagimana juga filosof identic dengan ilmuwan. Objek materi
ilmu adalah alam dan manusia, dan objek material filsafat adalah alam, manusia
dan Tuhan.
Selain itu, masih dalam kaitan antara ilmu, filsafat dan agama, bahwa
filsafat mengkaji tentang kebijaksanaan. Manusia berusaha untuk mencari
kebijaksanaan, mencari dengan cara yang ilmiah tentang kebenaran. Akan tetapi,
manusia tidak akan sampai pada derajat bijaksana, karena hanya Tuhan sajalah
yang bersifat bijaksana. Manusia hanya berusaha untuk mencari kebijaksanaan,
mencari kebenaran dengan cara yang ilmiah. Selain itu, segala aktivitas manusia
yang berkenaan dengan pemahaman terhadap dunia secara keseluruhan dengan
jiwa dan pikirannya merupakan bagian dari kajian filsafat. Filsafat sama halnya
dengan agama, sama-sama mengkaji tentang kebijaksanaan, tentang Tuhan, serta
baik dan buruk. Itulah sebabnya maka filsafat mempunyai hubungan yang dekat
dengan agama di satu sisi dan ilmu pengetahuan di sisi lain.
11
Hubungan yang lebih dekat lagi, dapat dilihat bahwa hal-hal yang tidak
terjangkau oleh akal pikiran (filsafat) akan terjawab melalui wahyu atau agama.
Begitu juga dengan filsafat, membahas persoalan-persoalan yang tidak terjawab
oleh ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, antara ilmu, filsafat dan agama dapat saling mengisi
dan saling melengkapi. Sehingga menjadi lengkaplah sudah kebtuhan manusia
untuk memahami keberadaan alam, manusia, dan Tuhan.9
Penutup
Sebagai penutup dari makalah yang sangat sederhana ini, penulis akan
memberikan beberapa poin penting yang berkaitan dengan hubungan antara
filsafat, ilmu pengetahuan dan agama, yaitu sebagai berikut :
1. Antara filsafat, ilmu (sains) dan agama terdapat titik persamaannya, yaitu
mencari kebenaran.
2. Antara filsafat, ilmu (sains) dan agama disamping terdapat persamaan,
akan tetapi juga ada perbedaannya, yaitu dari aspek sumber, metode dan
hasil yang ingin dicapai.
3. Antara filsafat, ilmu (sains) dan agama mempunyai titik singgung atau
relasi, yaitu saling isi-mengisi di dalam menjawab persoalan-persoalan
yang diajukan oleh manusia.
9
Pirhat Abbas, Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama, Media Akademika Volume 25, hlm.16-20
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. 2002. Filsafat Umum. Bandung: Rosda Karya
Ali Mudhofir. 1996. Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Drs. A.Susanto, M.Pd. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara
Pirhat Abbas. Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama. Media Akademika
Volume 25
Soetrionon & Rita Hanafie. 2009. Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian. Yogyakarta: Anai
Suparlan Suhartono. 2007. Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta: Arruz
Media
Surajiyo. 2004. Ilmu Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
Tim Penulis. 1998. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Yusuf Al-Qaradhawy. 2000. Pengantar Kajian Islam, Suatu Analisis
Komprehensif tentang Pilar-Pilar Substansial, Karakteristik, Tujuan dan
Sumber Acuan Islam, ter.Setiawan Budi Utomo. Jakarta: Al-Kautsar

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuan
Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuanFilsafat sebagai landasan ilmu pengetahuan
Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuanIthaa Napashaa Part II
 
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agamaHubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agamaBahrulAllam
 
Filsafat administrasi 2013
Filsafat administrasi 2013Filsafat administrasi 2013
Filsafat administrasi 2013Damar Firdaus
 
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafatHubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafatHosiDianaAgustina
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatSusi Yanti
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiOperator Warnet Vast Raha
 
Filsafat ilmu
Filsafat  ilmu Filsafat  ilmu
Filsafat ilmu Ram Dhany
 
5 filsafat sains-aliran & tokoh
5 filsafat sains-aliran & tokoh5 filsafat sains-aliran & tokoh
5 filsafat sains-aliran & tokohKuliahMandiri.org
 
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafat
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafatPengertian ilmu,pengetahuan dan filsafat
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafatghilmannafadza
 
Pengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat IlmuPengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat Ilmugueste97040
 
filsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologifilsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologiCapung Humve
 
Filsafat ilmu pengetahuan agama
Filsafat ilmu pengetahuan agamaFilsafat ilmu pengetahuan agama
Filsafat ilmu pengetahuan agamarara wibowo
 

Mais procurados (20)

Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuan
Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuanFilsafat sebagai landasan ilmu pengetahuan
Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuan
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agamaHubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
 
Filsafat administrasi 2013
Filsafat administrasi 2013Filsafat administrasi 2013
Filsafat administrasi 2013
 
Dasar filsafat
Dasar filsafatDasar filsafat
Dasar filsafat
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafatHubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
 
Merumuskan kembali (makalah)
Merumuskan kembali (makalah)Merumuskan kembali (makalah)
Merumuskan kembali (makalah)
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1
Mata kuliah-filsafat-ilmu1Mata kuliah-filsafat-ilmu1
Mata kuliah-filsafat-ilmu1
 
Filsafat ilmu
Filsafat  ilmu Filsafat  ilmu
Filsafat ilmu
 
5 filsafat sains-aliran & tokoh
5 filsafat sains-aliran & tokoh5 filsafat sains-aliran & tokoh
5 filsafat sains-aliran & tokoh
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafat
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafatPengertian ilmu,pengetahuan dan filsafat
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafat
 
Pengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat IlmuPengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat Ilmu
 
filsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologifilsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologi
 
Filsafat ilmu pengetahuan agama
Filsafat ilmu pengetahuan agamaFilsafat ilmu pengetahuan agama
Filsafat ilmu pengetahuan agama
 

Semelhante a Hubungan Filsafat Ilmu Agama

Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxbungashoumizahro
 
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptx
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptxPengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptx
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptxyonayori
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiJulianaRafiati
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptheri146962
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Grunge Cobain
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxfebry66
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptEFENDIDIANSYAH
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanvian rahayu
 
TUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdfTUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdfregistaannisa
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 

Semelhante a Hubungan Filsafat Ilmu Agama (20)

Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
 
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptx
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptxPengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptx
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptx
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiati
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Filsafat
Filsafat Filsafat
Filsafat
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
TUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdfTUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdf
 
Filsafat kelompok 3
Filsafat kelompok 3Filsafat kelompok 3
Filsafat kelompok 3
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 

Hubungan Filsafat Ilmu Agama

  • 1. 1 HUBUNGAN FILSAFAT, SAINS DAN AGAMA JANNIARNI TOHA SAFUTRI Magister Pendidikan Bahasa Arab Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang utyjanniarni@gmail.com Abstract This paper discusses the relationship of philosophy, science and religion. According to the author, the relationship between the three is united by a goal the same, namely the search for truth. However, even though it is the same, the three are also different. The difference lies, in the view of the author, there are aspects of sources, methods, and results to be achieved by all three. Between philosophy, science and religion also has a point of tangency or relation, namely content- filling each other in answering the problems raised by humans. Keywords: Philosophy, Science, Religion. Pengantar Manusia memiliki keistimewaan dibandingkan makhluk yang lain. Dia diberikan kemampuan untuk berfikir, bertanya dan menganalisa. Dengan alat ini manusia mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki mengantarkannya kepada posisi yang berbeda dengan makhluk lainnya. Objek yang dicari oleh manusia adalah sebuah kebenaran Tuhan, alam dan manusia. Dari objek tersebut sangatlah relevan dengan tujuan berfikir filsafat yaitu mencari kebenaran yang sebenarnya, baik secara radikal, universal dan rasional. Filsafat merupakan proses berfikir serta produk pemikiran tentang segala sesuatu yang ada atau mungkin ada secara radikal, universal dan rasional. Filsafat juga merupakan hasil dari pemikiran manusia yang sangat radix terhadap setiap
  • 2. 2 persoalan. Dalam mencari kebenaran pun hanya menggunakan akal semata, sehingga kebenarannya merupakan kebenaran rasionalitas yang tentunya bersifat relatif dan kritis. Ilmu adalah hasil dari penelitian yang dibuktikan dengan kegiatan ilmiah melalui tahapan pengujian, pembuktian dan penyesuaian dengan fakta yang terjadi. Kebenarannya diperoleh melalui melalui pandangan manusia terhadap realita, sehingga kebenaran tersebut bersifat empiris dan masih relative. Sedangkan agama merupakan kebenaran yang diperoleh melalui wahyu yang bersifat intuisi serta rohani. Kebenarannya pun bersifat mutlak dan hakiki. Manusia pada awal ia dilahirkan tidak tahu dan tidak mengenal dengan apa- apa yang ada di sekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri. Ketika manusia mulai mengenal dirinya, kemudian mengenal alam sekitarnya, karena manusia berpikir, maka ketika itu mulailah ia memikirkan dari mana asal sesuatu, bagaimana sesuatu bisa terjadi, untuk apa sesuatu itu dikerjakan, dan apa manfaat dari suatu hal. Sebenarnya ketika manusia telah mulai tahu dari mana asalnya, bagaimana proses terjadinya, siapa dia, untuk apa dia, maka ketika itu ia telah berfilsafat. Karena filsafat itu pada intinya adalah berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu, baik yang ilmiah ataupun non ilmiah, yang nantinya menjadi suatu kesepakatan untuk diketahui secara bersama-sama dan berlaku dilingkungannya. Kesepakatan berlaku untuk umum dan menjadi kebiasaan pada komunitas secara turun temurun hal tersebut yang dinamakan tradisi, dan tradisi itulah berkembang menjadi suatu ilmu. Berdasarkan pemaparan diatas dapat dipahami bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan (sains), demikian pula adanya hubungan antara filsafat dengan agama, dan hubungan agama dengan ilmu pengetahuan (sains), sehingga terjadi hubungan yang saling terkait satu sama lainnya.
  • 3. 3  Pengertian Filsafat Pengertian filsafat dapat ditinjau secara etimologi dan terminologi. Secara etimologi, kata filsafat yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “falsafah” dan dalam bahasa Inggris di kenal dengan istilah “philosophy” yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Philo = cinta Sophia = kebijaksanaan/kebenaran, sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan, bisa juga dalam artian orang yang mencintai kebenaran, sehingga berupaya memperoleh dan memilikinya. Dengan demikian seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (496-582 SM).1 Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara integral hakikat yang ada: (a) hakikat Tuhan; (b) hakikat alam semesta; (c) hakikat manusia, serta sikap manusia termasuk sebagai konsekuensi dari pada faham tersebut. Dalam sejarah perkembangan pemikiran filsafat, antara satu ahli filsafat lainnya selalu berbeda pendapat tentang pengertian filsafat. 1. Socrates (399-469 SM), memahami bahwa filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia. 2. Plato (347-427 SM), menurutnya filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencari kebenaran asli. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat plato tersebut kemudian dikenal dengan filsafat spekulatif. 3. Aristoteles (322-384 SM), salah seorang murid Plato yang terkemuka. Menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang didalammya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asal segala benda). 1 Surajiyo. Ilmu Filsafat. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.1
  • 4. 4 4. Al-Kindi (801-873 SM), menurutnya filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan para filosof dalam berteori adalah mencari kebenaran, maka prakteknya pun harus menyesuaikan kebenaran pula. 5. Al-Farabi (870-950 SM) , menurutnya filsafat adalah pengetahuan tentang bagaimana hakikat alam wujud yang sebenarnya. 6. Ibnu Rusdy menyatakan filsafat adalah hikmah yang merupakan pengetahuan otonom yang perlu ditimba oleh manusia sebab ia dikaruniai oleh Allah dengan akal. Al-Qur’an mewajibkan manusia berfilsafat untuk menambah dan memperkuat keimanan kepada Allah.2 Dari beberapa ungkapan para filosof di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa filsafat itu titik tekannya adalah “Kebenaran”. Dari analisis di atas, maka filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Ilmu pengetahuan tentang hakikat yang menanyakan apa inti atau esensi segala sesuatu.3 Hal yang menyebabkan manusia berfilsafat karena dirangsang oleh : ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya, dan keraguan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang dialami manusia dalam kehidupannya. Dalam berfikir filsafat perlu dipahami karakteristik yang menyertai, diantaranya : 1. Sifat menyeluruh artinya seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu sendiri, tetapi melihat hakekat ilmu dalam konstalasi pengetahuan yang lainnya, 2. Sifat mendasar, artinya bahwa seorang yang berfikir filsafat tidak sekedar melihat ke atas, tapi juga mampu membongkar tempat berpijak secara fundamental, dan ciri 3. Sifat spekulatif, bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita perlu spekulasi. 2 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Rosda Karya, 2002), hlm. 10-15 3 Soetrionon & Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Anai, 2009)
  • 5. 5 Dari serangkaian spekulasi tersebut kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Dalam menghadapi berbagai masalah hidup di dunia ini, manusia akan menampilkan berbagai alat untuk mengatasinya. Alat itu adalah pikiran atau akal yang berfungsi di dalam pembahasannya secara filosofis tentang masalah yang dihadapi. Pikiran yang manakah yang dapat masuk dalam bidang filsafat ini?, jawabannya adalah pikiran yang senantiasa bersifat ilmiah. Jadi, pikiran itu adalah yang mempunyai kerangka ilmiah filsafat. Menurut Prof. Mulder bahwa filsafat itu berpikir ilmiah, tapi tidak setiap berpikir itu filsafat.4 Apakah filsafat itu sebagai ilmu pengetahuan dan bagaimana bentuk dan sifatnya bisa dipahami menurut penjelasan berikut : kebenaran filsafat itu dapat diukur menurut kondisi yang pasti dimiliki oleh ilmu pengetahuan pada umumya, yang meliputi obyek (sasaran studi), metode (cara atau jalannya studi), sistem (cara-cara kerja sebagai penunjang jalannya metode) dan kebenaran ilmiah (obyektif dan dapat diukur baik secara rasional maupun empiris). - Ciri-ciri Filsafat : Pemikiran kefilsafatan menurut Ali Mudhofir : 1. Berpikir secara radikal. Radikal berasal dari kata Yunani radix yang berarti akar. Berpikir secara radikal adalah berpikir sampai keakar-akarnya. Berpikir sampai ke hakikat, esensi atau sampai ke substansi yang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indrawi. 2. Berpikir secara universal (umum). Berpikir secara universal adalah berpikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan hal-hal yang parsial. 3. Berpikir secara konseptual. Konsep disini adalah hasil generalisasi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Dengan ciri yang konseptual ini, berpikir secara kefilsafatan melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari. 4 Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2004), hlm. 113
  • 6. 6 4. Berpikir secara koheren dan konsisten. Koheren, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir (logis). Konsisten, artinya tidak mengandung kontradiksi. 5. Berpikir secara sistematik. Sistematik berasal dari kata sistem. Sistem di sini adalah kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau menunaikan sesuatu peranan tertentu. Dalam mengemukakan jawaban terhadap sesuatu masalah, para filsuf memakai berbagai pendapat sebagai wujud dari proses berpikir yang disebut berfilsafat. Pendapat-pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu. 6. Berpikir secara komprehensif. Komprehensif adalah mencakup secara menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.5  Pengertian Sains Secara bahasa, Ilmu berasal dari Bahasa arab ( ‫علم‬ - ‫يعلم‬ - ‫علما‬ ) yang berarti mengetahui, memahami dan mengerti dengan benar-benar. Dalam Bahasa Inggris disebut Science, dalam Bahasa Latin berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam Bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu.6 Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman yang disusun dalam satu system untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari. - Ciri-ciri Sains : 1. Sistematis 5 Ali Mudhofir, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996), hlm.13-15 6 Tim Penulis, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1998). hlm. 340
  • 7. 7 Ciri sistematis ilmu menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan, yang mempunyai hubungan-hubungan saling ketergantungan yang teratur. 2. Empiris Bahwa ilmu mengandung pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengamatan serta percobaan-percobaan secara terstruktur di dalam bentuk pengalaman-pengalaman, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Ilmu mengamati, menganalisis, menalar, membuktikan dan menyimpulkan hal-hal empiris yang bersifat faktual dan objek yang bisa kita indra. 3. Obyektif Bahwa ilmu menunjuk pada bentuk pengetahuan yang bebas dari prasangka perorangan dan perasaan-perasaan subyektif berupa kesukaan atau kebencian pribadi. Obyektifitas ilmu mensyaratkan bahwa kumpulan pengetahuan itu haruslah sesuai dengan obyeknya. 4. Analitis Bahwa ilmu berusaha mencermati, mendalami dan membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan dan peranan dari bagian-bagian tersebut. 5. Verifikatif Bahwa ilmu mengandung kebenaran-kebenaran yang terbuka untuk diperiksa atau diuji (diverifikasi) guna dapat dinyatakan sah (valid) dan disampaikan kepada orang lain. Pengetahuan agar dapat diakui kebenarannya sebagai ilmu, harus terbuka untuk diuji atau diverifikasi dari berbagai sudut telaah yang berlainan dan akhirnya diakui benar. Selain, kelima ciri ilmu diatas, masih terdapat beberapa ciri tambahan lainnya, misalnya : ciri instrumental dan ciri faktual. Ciri instrumental, dimaksudkan bahwa ilmu merupakan alat atau saran tindakan untuk melakukan sesuatu hal.
  • 8. 8 Ilmu, dalam hal ini sukar. Namun, juga amat mudah dalam arti, senantiasa merupakan sarana tindakan untuk melakukan banyak hal yang mengagumkan dan membanjiri dunia dengan ide-ide baru. Ilmu berciri factual, dalam arti, ilmu tidak memberikan penilaian, baik atau buruk terhadap apa yang ditelaahnya, tetapi hanya menyediakan fakta.  Pengertian Agama Muhammad Abdullah Darraz mendefinisikan agama (‫)دين‬ sebagai: ”keyakinan terhadap eksistensi (wujud) suatu dzat atau beberapa dzat ghaib yang maha tinggi, ia memiliki perasaan dan kehendak, ia memiliki wewenang untuk mengurus dan mengatur urusan yang berkenaan dengan nasib manusia. Keyakinan mengenai ihwalnya akan memotivasi manusia untuk memuja dzat itu dengan perasaan suka maupun takut dalam bentuk ketundukan dan pengagungan. Secara lebih ringkas, ia mengatakan juga bahwa agama adalah “keyakinan (keimanan) tentang suatu dzat (Ilahiyah) yang pantas untuk menerima ketaatan dan ibadah (persembahan).7 Pengertian agama menunjukkan kepada jalan atau cara yang ditempuh untuk mencari keridhoan Allah.  Hubungan Antara Filsafat, Sains dan Agama Filsafat, karena selalu berhadapan denga alam empiris, (metafisika, ghaib) maka ia komit dengan organon (alatnya) yaitu logika. Cara kerjanya selalu diawali dengan pertanyaan apa. Berpikir logis, sistematis, radikal, dan universal. Sains, mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset) sesuai dengan eksistensinya yang berhubungan dengan alam empiris. Dalam penyelidikan ilmu selalu mencari hukum sebab akibat. Sebagai hukum sebab akibat maka kebenaranya pasti ada. Agama, menemukan konsep kebenaran bersumber pada wahyu, kebenarannya bersifat mutlak, absolut sebagai kebenaran tertinggi. 7 Yusuf Al-Qaradhawy, Pengantar Kajian Islam, Suatu Analisis Komprehensif tentang Pilar-Pilar Substansial, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, ter.Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Al-Kautsar, 2000), hlm.15
  • 9. 9 Ilmu kebenarannya bersifat empiris, filsafat kebenarannya bersifat spekulatif (berdasarkan nalar dan logika), keduanya bersifat nisbi. Agama kebenarannya bersifat absolut mutlak, dalam penentuannya semua perlu perumusan. Hubungan ilmu filsafat dan agama, Albert Einstein mengatakan dengan singkat “science with out is blind, religion with out science is blame” Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh. Menurut Anshari (dalam Kompasiana 2012) menyatakan, baik filsafat, ilmu dan agama, bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama), yaitu kebenaran. Hubungan antara filsafat, sains dan agama mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung (hubungan) antara yang satu dengan yang lainnya. 1. Titik Persamaan Mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan termasuk di dalamnya manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau di atas jangkauannya, ataupun tentang Tuhan. Agama dengan karakteristiknya sendiri pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam maupun tentang manusia dan tentang Tuhan.8 2. Titik Perbedaan Perbedaannya terlihat dari aspek sumber, metode dan hasil yang ingin dicapai. Baik ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu ra’yu (akal, budi, rasio atau reason) manusia. Sedangkan agama bersumberkan dari wahyu Allah. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset), pengalaman (empiris), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengembarakan akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (alami atau mengalam) tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama 8 Drs. A.Susanto, M.Pd, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.129
  • 10. 10 logika, sebagaimana disinggung oleh Anshari, bahwa filsafat itu ialah rekaman petualangan jiwa dalam kosmos. Manusia mencari dan menemukan kebenaran dalam agama dengan jalan mempertanyakan, mencari jawaban tentang berbagai masalah asasi dari kitab suci. Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif, kebenran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimen). Baik kebenaran ilmu maupun kebernaran filsafat, keduanya relatif. Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena agama adalah wahyu yang diturunkan oleh dzat yang Maha Besar , Maha Mutlak, dan Maha Sempurna yaitu Allah SWT. Baik ilmu maupun filsafat, kedua-duanya dimulai dengan sikap percaya dan iman. 3. Titik Singgung atau Relasi Relasinya ialah saling isi-mengisi di dalam menjawab persoalan-persoalan yang diajukan oleh manusia. Hubungan lain adalah bahwa filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagimana juga filosof identic dengan ilmuwan. Objek materi ilmu adalah alam dan manusia, dan objek material filsafat adalah alam, manusia dan Tuhan. Selain itu, masih dalam kaitan antara ilmu, filsafat dan agama, bahwa filsafat mengkaji tentang kebijaksanaan. Manusia berusaha untuk mencari kebijaksanaan, mencari dengan cara yang ilmiah tentang kebenaran. Akan tetapi, manusia tidak akan sampai pada derajat bijaksana, karena hanya Tuhan sajalah yang bersifat bijaksana. Manusia hanya berusaha untuk mencari kebijaksanaan, mencari kebenaran dengan cara yang ilmiah. Selain itu, segala aktivitas manusia yang berkenaan dengan pemahaman terhadap dunia secara keseluruhan dengan jiwa dan pikirannya merupakan bagian dari kajian filsafat. Filsafat sama halnya dengan agama, sama-sama mengkaji tentang kebijaksanaan, tentang Tuhan, serta baik dan buruk. Itulah sebabnya maka filsafat mempunyai hubungan yang dekat dengan agama di satu sisi dan ilmu pengetahuan di sisi lain.
  • 11. 11 Hubungan yang lebih dekat lagi, dapat dilihat bahwa hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal pikiran (filsafat) akan terjawab melalui wahyu atau agama. Begitu juga dengan filsafat, membahas persoalan-persoalan yang tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan. Dengan demikian, antara ilmu, filsafat dan agama dapat saling mengisi dan saling melengkapi. Sehingga menjadi lengkaplah sudah kebtuhan manusia untuk memahami keberadaan alam, manusia, dan Tuhan.9 Penutup Sebagai penutup dari makalah yang sangat sederhana ini, penulis akan memberikan beberapa poin penting yang berkaitan dengan hubungan antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama, yaitu sebagai berikut : 1. Antara filsafat, ilmu (sains) dan agama terdapat titik persamaannya, yaitu mencari kebenaran. 2. Antara filsafat, ilmu (sains) dan agama disamping terdapat persamaan, akan tetapi juga ada perbedaannya, yaitu dari aspek sumber, metode dan hasil yang ingin dicapai. 3. Antara filsafat, ilmu (sains) dan agama mempunyai titik singgung atau relasi, yaitu saling isi-mengisi di dalam menjawab persoalan-persoalan yang diajukan oleh manusia. 9 Pirhat Abbas, Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama, Media Akademika Volume 25, hlm.16-20
  • 12. 12 DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tafsir. 2002. Filsafat Umum. Bandung: Rosda Karya Ali Mudhofir. 1996. Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Drs. A.Susanto, M.Pd. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara Pirhat Abbas. Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama. Media Akademika Volume 25 Soetrionon & Rita Hanafie. 2009. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Anai Suparlan Suhartono. 2007. Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta: Arruz Media Surajiyo. 2004. Ilmu Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara Tim Penulis. 1998. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Yusuf Al-Qaradhawy. 2000. Pengantar Kajian Islam, Suatu Analisis Komprehensif tentang Pilar-Pilar Substansial, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, ter.Setiawan Budi Utomo. Jakarta: Al-Kautsar