SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
A. TOKOH UTAMA
    Tokoh utama dari psychological well-being adalah Carol D. Ryff. Carol D. Ryff, Ph.D.,
adalah Direktur Institute on Aging dan Profesor Psikologi di University of Wisconsin-
Madison. Dia adalah anggota dari Jaringan Penelitian MacArthur untuk Pengembangan
setengah baya sukses, anggota dari American Psychological Association (Divisi 20 -
Pengembangan Dewasa dan Aging) dan Gerontological Society of America, mantan di
Pusat for Advanced Study di Ilmu Perilaku di Stanford, dan Editor Consulting selama dua
jurnal APA utama (Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Psikologi dan Aging). Karyanya
telah didukung oleh National Institute on Aging, Institut Nasional Kesehatan Mental, dan
Yayasan MacArthur.
      Dr Ryff pusat penelitian pada studi kesejahteraan psikologis area, di mana dia telah
menghasilkan teori-driven, empiris pendekatan berbasis penilaian berbagai dimensi
fungsi psikologis positif. Prosedur penilaian telah diterjemahkan ke 18 bahasa yang
berbeda dan digunakan dalam studi beragam dalam bidang psikologi, sosiologi,
demografi, epidemiologi, dan kesehatan. Penelitian sendiri deskriptif, yang dilakukan
dengan sampel survei nasional yang representatif, telah mendokumentasikan berkorelasi
sosiodemografi dengan baik makhluk (yaitu, bagaimana kesehatan mental yang positif
bervariasi menurut usia, jenis kelamin, kelas sosial, etnis / status minoritas). Dari
Penelitian jelas dia telah berfokus pada pengalaman hidup individu dan interpretasi
mereka untuk menjelaskan variasi dalam kesejahteraan. Penyelidikan membujur
selanjutnya pembangunan setengah baya dan usia tua yang mengeksplorasi proses
ketahanan dan kerentanan melalui penumpukan kesulitan dan keuntungan. Beberapa
faktor protektif (biologis, psikologis, sosial), hipotesis untuk mempromosikan ketahanan,
saat ini sedang diselidiki. Keterkaitan antara kesehatan mental yang positif dan
kesehatan fisik yang positif adalah fokus utama dalam studi yang sedang berlangsungnya
longitudinal.
   Sejak tahun 1995, Dr Ryff dan timnya Wisconsin telah mempelajari 7.000 orang dan
memeriksa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan dari usia
pertengahan sampai usia tua. Penelitian ini disebut MIDUS (Mid-Life di Studi Nasional AS
Amerika). Dr Ryff juga terlibat dalam studi paralel di Jepang dikenal sebagai MIDJA
(setengah baya di Jepang). Sebuah daftar referensi karya dikutip disertakan pada akhir
posting. Dr. Ryff memiliki edit 4 buku yang merangkum temuan baru di daerah-daerah
sejak tahu 1996.


B. Definisi Psychological Well-Being (Kesejahteraan Psikologis)
   Menurut Ryff Psychological well-being atau kesejahteraan psikologis merupakan
realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat menerima
segala kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan yang
positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti dapat memodifikasi
lingkungan agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan dalam hidup, serta terus
mengembangkan pribadinya. Psychologicall well-being bukan hanya kepuasan hidup dan
keseimbangan antara afek positif dan afek negative, namun juga melibatkan persepsi dan
keterlibatan dengan tantangan-tantangan selama hidup (Keyes, Shmotkin dan Ryff,
2002).
   Kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Hal ini di tunjukan dengan beberapa sikap
diantaranya, mampu menerima diri apa adanya, mampu mengembangkan potensi dalam
diri, memiliki hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, memiliki tujuan dalam
hidup, mampu mengontrol lingkungan eksternal. Dan dari pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa psychological well being adalah kondisi individu yang ditandai
dengan perasaan bahagia, adanya kepuasan hidup dan relisasi diri. Kondisi ini sendiri
dipengaruhi oleh penerimaan diri, pertumbuhan diri, dan tujuan hidup, penguasaan
lingkungan, otonomi dan hubungan positif dengan orang lain.


C. Dimensi/aspek-aspek
   Beberapa aspek kesejahteraan psikologis menunjukkan peningkatan terhadap
semakin dewasanya usia, aspek yang lain menunjukkan variasi yang tipis, dan yang lain
menunjukkan penurunan terhadap semakin dewasanya usia. Pada aspek penguasaan
lingkungan, otonomi, penerimaan diri, hubungan positif, menunjukkan peningkatan
terhadap usia yang semakin dewasa. Sedangkan tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi
menunjukkan penurunan yang tajam pada setiap periode kehidupan usia dewasa (dalam
Synder & Lopez,2002, h. 544).
Ryff (1989)mendefinisikan konsep Kesejahteraan psikologis menjadi 6 dimensi,
yaitu:
 1.      Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
          Self-acceptance dalam PWB ini berkaitan dengan penerimaan individu pada masa
 kini dan masa lalunya. Selain itu juga berkaitan dengan adanya penilaian positif atas
 kondisi diri sendiri. Seseorang memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri
 adalah mereka yang memahami dan menerima berbagai aspek diri termasuk di
 dalamnya kualitas baik maupun buruk, dan bersikap positif terhadap kehidupan yang
 dijalaninya. Sebaliknya, individu yang memiliki nilai yang rendah adalah mereka yang
 menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap kondisi dirinya, mengalami masalah
 dengan kualitas tertentu dari dirinya, merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi
 pada kehidupan masa lalu, dan ingin menjadi orang yang berbeda dari diri sendiri.


 2.      Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations with Others)
          Komponen lain dari PWB adalah kemampuan individu untuk membina hubungan
 yang hangat dengan orang lain. Individu yang matang digambarkan sebagai individu
 yang mampu untuk mencintai dan membina hubungan interpersonal yang dibangun
 atas dasar saling percaya. Individu juga memiliki perasaan yang kuat dalam melakukan
 empati dan afeksi terhadap sesama manusia, memiliki persahabatan yang mendalam,
 dan mempunyai kemampuan identifikasi yang baik dengan orang lain. Individu yang
 memiliki hubungan positif dengan orang lain mampu membina hubungan yang hangat
 dan penuh kepercayaan dengan orang lain. Selain itu, individu memiliki kepedulian
 terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi, dan mempunyai
 hubungan yang intim, serta memahami prinsip memberi dan menerima dalam
 hubungan antar pribadi.
          Selain itu, ia memiliki kedekatan (intimacy) dengan orang lain dan mampu
 memberikan bimbingan serta pengarahan kepada orang lain (generativity). Sebaliknya,
 individu yang kurang baik dalam dimensi hubungan positif menunjukkan tingkah laku
 yang tertutup dalam berhubungan dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat,
 terbuka dan peduli dengan orang, merasa terasing dan frustasi dalam hubungan
 interpersonalnya, serta tidak bersedia untuk melakukan kompromi agar dapat
 mempertahankan hubungan dengan orang lain.
3.   Otonomi (Autonomy)
      Ciri utama seseorang yang memiliki otonomi yang baik antara lain kemampuan
untuk menentukan nasib sendiri, kemampuan untuk mengatur tingkah laku, dan
kemampuan untuk mandiri. Ia mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur
tangan orang lain. Selain itu, orang tersebut memiliki ketahanan dalam menghadapi
tekanan sosial, dapat mengatur tingkah laku dalam diri, serta dapat mengevaluasi diri
dengan standar personal, bukan tergantung pada penilaian orang lain terhadap dirinya.
Sebaliknya, individu yang kurang memiliki otonomi akan sangat memperhatikan dan
mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain, berpegangan pada penilaian
orang lain untuk membuat keputusan penting, serta mudah terpengaruh oleh tekanan
sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu.


4.   Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)
      Kemampuan untuk menguasai lingkungan didefinisikan sebagai kemampuan
individu untuk memilih, menciptakan, atau mengelola lingkungan agar berjalan seiring
dengan kondisi psikologis dirinya dalam rangka pengembangan diri. Individu yang baik
dalam dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam
mengatur lingkungan. Ia dapat mengendalikan aktivitas eksternal yang berada di
lingkungannya termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari,
memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungannya, serta mampu memilih dan
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pribadi. Sebaliknya, individu
yang memiliki penguasaan lingkungan yang kurang baik akan mengalami kesulitan
dalam mengatur situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau
meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya serta tidak mampu memanfaatkan
peluang dan kesempatan diri lingkungan sekitarnya.


5.   Tujuan Hidup (Purpose in Life)
      Kondisi mental yang sehat memungkinkan individu untuk menyadari bahwa ia
memiliki tujuan tertentu dalam hidup yang ia jalani serta mampu memberikan makna
pada hidup yang ia jalani. Allport (1961) menjelaskan bahwa salah satu ciri kematangan
individu adalah memiliki tujuan hidup, yakni memiliki rasa keterarahan (sense of
directedness) dan tujuan (intentionality). Selain itu, Rogers (1961) mengemukakan
bahwa fully functioning person memiliki tujuan dan cita-cita serta rasa keterarahan yang
membuat dirinya merasa bahwa hidup ini bermakna (Ryff, 1989).
     Individu yang memiliki nilai tinggi dalam dimensi tujuan hidup adalah individu yang
memiliki tujuan dan arah dalam hidup, merasakan arti dalam hidup masa kini maupun
yang telah dijalaninya, memiliki keyakinan yang memberikan tujuan hidup, serta
memiliki tujuan dan sasaran hidup yang ingin dicapai dalam hidup. Sebaliknya, individu
yang kurang memiliki tujuan hidup akan kehilangan makna hidup, arah dan cita-cita
yang tidak jelas, tidak melihat makna yang terkandung untuk hidupnya dari kejadian di
masa lalu, serta tidak mempunyai harapan atau kepercayaan yang memberi arti pada
kehidupan (Ryff, 1995).


6. Pertumbuhan/Pengembangan Pribadi (Personal Growth)
     Individu yang matang secara psikologis tidak hanya mampu mencapai
karakteristik-karakteristik pribadi dan pengalaman terdahulu., melainkan juga
mempunyai keinginan untuk terus mengembangkan potensinya, tumbuh sebagai
individu yang fully functioning. Untuk dapat berfungsi sepenuhnya, individu harus
memiliki keterbukaan terhadap pengalaman. Individu yang terbuka pada pengalaman
akan lebih menyadari lingkungan sekitarnya dan tidak berhenti pada pendapat-
pendapat sebelumnya yang kemungkinan tidak benar. Rogers menyebutnya sebagai
“keinginan untuk menjadi”. Individu yang mencapai kondisi tersebut tidak berhenti
pada suatu keadaan statis dan berhenti mengembangkan dirinya. Justru keterbukaan
terhadap pengalaman, selalu menghadapi tantangan dan tugas-tugas baru pada setiap
fase kehidupannya. Individu yang matang selalu berusaha mengaktualisasikan dirinya
dan menyadari potensi-potensi yang dimiliki.
     Individu yang memiliki pertumbuhan pribadi yang baik ditandai dengan adanya
perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam dirinya, memandang
diri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri yang
dimiliki, dapat merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap
waktu serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki
pengetahuan yang bertambah. Sebaliknya, individu yang memiliki pertumbuhan pribadi
yang kurang baik akan merasa dirinya mengalami stagnasi, tidak melihat peningkatan
dan pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap kehidupannya,
 serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku yang lebih
 baik (Ryff, 1995).


D.    FAKTOR-FAKTOR
       Menurut Schmutte dan Ryff (1997, h. 552) menambahkan bahwa kesejahteraan
psikologis dapat dipengaruhi oleh berbagai segi diri individu, yaitu jenis kelamin, kelas
social, dan status etnis. Penelitian Ryff pada tahun 1989,1991,1995 dan 1998 menunjukkan
bahwa usia juga menjadi salah satu factor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis.
Ryff, Magee, Kling & Wling (dalam Synder & Lopez,2002, h. 544) berpendapat bahwa
tingkat pendidikan merupakan factor yang berpengaruh juga terhadap kesejahteraan
psikologis individu. Faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis adalah
perbedaan jenis kelamin. Wanita menunjukkan kesejahteraan psikologis yang lebih positif
jika dibandingkan dengan laki-laki. Ryff(1989) menunjukkan bahwa pada dimensi “relasi
positif”, wanita menunjukkan skor yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
       Berikut lebih jelasnya beberapa factor yang mempengaruhi kesejahteraan
psikologis seseorang (dalam liputo, 2009: 28) :
 1)   Dukungan Sosial
       Merupakan sebuah gambaran berbagai ungkapan perilaku suportif (mendukung)
kepada seseorang individu yang diterima oleh individu yang bersangkutan dari
orang0orang yag cukup bermakna dalam hidupnya. Robinson (1991) mengatakan bahwa
dukungan social dari orang-orang yang bermakna dalam kehidupan seseorang dapat
memberikan peramalan akan kesejahteraan seseorang. Dukungan social yang diberikan
adalah untuk mendukung penerima dalam mencapai tujuan dan kesejahteraan hidup.
 2) Ideologi Peran Jenis Kelamin
       Sejumlah penelitian menyatakan adanya kaitan yang erat antara peran yang
dijalankan dalam kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan psikologis seseorang.
Ditemukan bahwa wanita (isteri) yang melaksanakan perannya secara tradisional
mengalami beban peran yang berlebih dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang lebih modern dan wanita dengan peran tradisional ini mengalami
gejala-gejala distress dan menunjukkan ketidakpuasan hidup (Sollie & Leslie, Spence dkk,
dalam Strong & Devault, 1989: 24).
3) Status Sosial Ekonomi
       Status social ekonomi mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Seperti
biasanya income keluarga, tinngkat pendidikan, keberhasilan pekerjaan, kepemilikan
materi dan status social di masyarakat (Pinquart & Sorenson, 2002: 22).
 4) Jaringan Sosial
       Berkaitan dengan aktivitas social yang diikuti oleh individu seperti aktif dalam
pertemuan-pertemuan atau organisasi, kualitas dan kuantitas aktivitas yang dilakukan,
dan dengan siapa kontak social dilakukan (Pinquart & Sorenson, 2002: 22).
 5) Religius
       Hal ini berkaitan dengan transendensi segala persoalan hidup kepada tuhan.
Individu yang memiiki tingkat religiustas tinggi lebih mampu memaknai kejadian
hidupnya secara positif sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna (Bastaman, 2000: 24).
 6) Kepribadian
       Individu yang memiliki banyak kompetensi pribadi dan social, seperti penerimaan
diri, mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, coping skill yang
efektif cenderung terhindar dari konflik dan setres (Santrock. 1999;Ryff, 1995). Dan
dijelaskan pula oleh Bhogel & Prakash (dalam wahyuni 2001) yang menjelaskan ada
beberapa factor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis, yaitu :
       Personal Control, yaitu kemampuan seseorang dalam mengontrol segala emosi
       dan dorongan yang muncul dari dalam diri.
       Self Esteem atau harga diri, yaitu memiliki harga diri yang seimbanh
       Positif   affect,   perasaan   atau   emosi     yang   positif   (kesenangan   atau
       kegembiraan).
       Manage Tension, yaitu kemampuan untuk mengatur ketegangan yang keluar dari
       dalam diri, misalnya kemarahan atau kebahagiaan sehingga tidak muncul secara
       berlebihan.
        Positive Thingking, yaitu berfikir positif dalam menghadapi peristiwa, suasana,
       atau individu baru.
       Ide dan Feelingyang efisien, yaitu mengeluarkan ide dan perasaan yang tepat dan
       sesuai dengan konteks serta tidak berlebihan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa factor internal yang mempengaruhi kesejahteraan
psikologis adalah : kepribadian, kehidupan masa kecil seseorang sedangkan factor-faktor
eksternal meliputi kemampuan eknomi, pekerjaan, pendidikan, anak, kesehatan fisik
serta lingkungan sosial.
E. VARIABEL TERIKAT (DEPENDET VARIABEL)
       Variable terikat dalam penelitian ini adalah variable psychological well-being.
 Definisi dari psychological well-being menurut Ryff (1989) adalah realisasi dan
 pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat menerima segala
 kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan yang positif
 dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti mampu memodifikasi
 lingkungan agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan dalam hidup, serta terus
 mengembangkan pribadinya.
       Variable psychological well-being memiliki enam dimensi dimensi. Dimensi-dimensi
 tersebut adalah penerimaan diri (Self-Acceptance), hubungan positif dengan orang lain
 (Positive Relations to Other), otonomi (Autonomy), penguasaan lingkungan
 (Environmental Mastery), tujuan hidup (Purpose in Life), pertumbuhan diri (Personal
 Growth).
       Kepuasan Kerja dan psychology Well-being. Dalam hal ini telah di lakukan
 penelitian tentang kepuasan kerja dengan psychology Well-Being yang dilakukan oleh
 Leila Andini pada petugas lapangan suku dinas kebersihan Kec. Kalideres, Jakarta Barat.
 Dari penelitian ini yang dimaksud dengan kepuasan kerja adalah keadaan emosional
 yang positif. Yang dihasilkan dari beberapa penilain petugas terhadap pekerjjaan yang
 berupa perasaan suka atau tidak suka terhadap pekerjaan atau pengalaman kerja
 sesorang. Kemudian psychological well-being adalah suatu keadaan dimana individu
 dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri yang apa adanya, serta memiliki
 hubungan positif dengan orang lain dan mampu mengatur lingkungan untuk memiliki
 tuuan dalam hidupnya sehingga dalam kondisi apapun seseorang mampu bekerja lebih
 siap untuk menghadapi suatu kondisi pekerjaan.
        Variabel Bebas : Psychological well-being
        Variabel Terikat : Kepuasan Kerja
       Yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensus. Dari penelitian ini dapat
 disimpulkan bahwa semakin tinggi psychologicall well-being maka akan semakin tinggi
kepuasan kerja seseorang. Dan sebaliknya, semakin rendahnya psychological well-being
 seseorang maka akan semakin rendah pula kepuasan kerja orang tersebut.


F.   Alat ukur Psychoological well-being
       Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah psychological well-being scale
 (SPWB) yang disusun oleh Carol D.Ryff (1989). Terdapat enam dimensi pendukung
 SPWB yaitu penerimaan diri (Self-Acceptance), hubungan positif dengan orang lain
 (Positive Relations to Other), otonomi (Autonomy), penguasaan lingkungan
 (Environmental Mastery), tujuan hidup (Purpose in Life), pertumbuhan diri (Personal
 Growth). Setiap dimensi membentuk pernyataan (favorable-unfaborable) yang
 digunakan untuk mengungkap SPWB. Alat ukur ini merupakan tipe skala Likert, dimana
 terdapat enam variasi respon dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Pada item
 favorable, sangat setuju (ss) bernilai 6, setuju (s) bernilai 5, agak setuju (s) bernilai 4,
 agak tidak setuju (ats) bernilai 3, tidak setuju (ts) bernilai 2 dan sangat tidak setuju (sts)
 bernilai 6. Sehingga semakin tinggi skor individu semakin baik kondisi well-being yang
 dirasakan. Setelah peneliti beberapa kali berkomunikasi dengan Carol Ryff lewat e-mail,
 peneliti mengetahui bahwa alat ukur psychological well-being scale ini tidak memiliki
 norma yang artinya tidak ada patokan nilai tertentu yang menandakan tinggi atau
 rendahnya kondisi well-being.

More Related Content

What's hot

Persepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptPersepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - ppt
Nofrida Atika
 
teori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich frommteori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich fromm
Naeya Hasbi
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilaku
Afra Balqis
 
Membangun kepercayaan diri
Membangun kepercayaan diriMembangun kepercayaan diri
Membangun kepercayaan diri
muhammad hamdi
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Ai Nurhasanah
 
Satuan layanan bk karir
Satuan layanan bk karirSatuan layanan bk karir
Satuan layanan bk karir
siti rahma
 
pembagian masa dewasa dan tugas perkembangannya
pembagian masa dewasa dan tugas perkembangannyapembagian masa dewasa dan tugas perkembangannya
pembagian masa dewasa dan tugas perkembangannya
Jati Jakmania
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
mncgita
 

What's hot (20)

6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
 
Persepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptPersepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - ppt
 
Skala Psikologi
Skala PsikologiSkala Psikologi
Skala Psikologi
 
teori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich frommteori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich fromm
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilaku
 
Membangun kepercayaan diri
Membangun kepercayaan diriMembangun kepercayaan diri
Membangun kepercayaan diri
 
Tes kepribadian
Tes kepribadianTes kepribadian
Tes kepribadian
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
 
Modul 2 asesmen teknik tes
Modul 2 asesmen teknik tesModul 2 asesmen teknik tes
Modul 2 asesmen teknik tes
 
PSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESI
PSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESIPSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESI
PSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESI
 
Satuan layanan bk karir
Satuan layanan bk karirSatuan layanan bk karir
Satuan layanan bk karir
 
pembagian masa dewasa dan tugas perkembangannya
pembagian masa dewasa dan tugas perkembangannyapembagian masa dewasa dan tugas perkembangannya
pembagian masa dewasa dan tugas perkembangannya
 
Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
Pendekatan client centered
 
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCKPsikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
 
Psikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
Psikologi Positif By Nadzifa E SyawaliaPsikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
Psikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
 
PPT Psikologi Sosial Agresi (Mercubuana 2012)
PPT Psikologi Sosial Agresi (Mercubuana 2012)PPT Psikologi Sosial Agresi (Mercubuana 2012)
PPT Psikologi Sosial Agresi (Mercubuana 2012)
 
Mengenal diri (dengan MBTI)
Mengenal diri (dengan MBTI)Mengenal diri (dengan MBTI)
Mengenal diri (dengan MBTI)
 
Peer Pressure
Peer PressurePeer Pressure
Peer Pressure
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
 
wisc shira.docx
wisc shira.docxwisc shira.docx
wisc shira.docx
 

Similar to PIO Well being

1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
BhinekaTemplate
 
Makalah ppd
Makalah ppdMakalah ppd
Makalah ppd
11007052
 
Haris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eHaris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.e
Rizz Aee
 
Konsep diri bahan baca
Konsep diri   bahan bacaKonsep diri   bahan baca
Konsep diri bahan baca
Amir Khan
 
Kesehatan mental
Kesehatan mentalKesehatan mental
Kesehatan mental
Foenk Aji
 
Karakteristik Individu
Karakteristik IndividuKarakteristik Individu
Karakteristik Individu
Rapiika
 

Similar to PIO Well being (20)

Ppt ueu-psikososial-dan-kebudayaan-dalam-keperawatan-pertemuan-1-
Ppt ueu-psikososial-dan-kebudayaan-dalam-keperawatan-pertemuan-1-Ppt ueu-psikososial-dan-kebudayaan-dalam-keperawatan-pertemuan-1-
Ppt ueu-psikososial-dan-kebudayaan-dalam-keperawatan-pertemuan-1-
 
Tugas pak junet, caca
Tugas pak junet, cacaTugas pak junet, caca
Tugas pak junet, caca
 
Konsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritualKonsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritual
 
kel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptxkel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptx
 
TUGAS KDM KELOMPOK 3.pptx
TUGAS KDM KELOMPOK 3.pptxTUGAS KDM KELOMPOK 3.pptx
TUGAS KDM KELOMPOK 3.pptx
 
perkembangan kepribadian.pptx
perkembangan kepribadian.pptxperkembangan kepribadian.pptx
perkembangan kepribadian.pptx
 
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
 
Konsep diri2
Konsep diri2Konsep diri2
Konsep diri2
 
Makalah ppd
Makalah ppdMakalah ppd
Makalah ppd
 
Haris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eHaris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.e
 
SOSIO6.pptx
SOSIO6.pptxSOSIO6.pptx
SOSIO6.pptx
 
Konsep diri bahan baca
Konsep diri   bahan bacaKonsep diri   bahan baca
Konsep diri bahan baca
 
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritualKonsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
 
makalah keperawatan dasar 1 tentang konsep diri
makalah keperawatan dasar 1 tentang konsep dirimakalah keperawatan dasar 1 tentang konsep diri
makalah keperawatan dasar 1 tentang konsep diri
 
Kesehatan mental
Kesehatan mentalKesehatan mental
Kesehatan mental
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
Karakteristik Individu
Karakteristik IndividuKarakteristik Individu
Karakteristik Individu
 
Makul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRI
Makul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRIMakul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRI
Makul Etika Profesi Kelompok 7 KEPRIBADIAN, KONSEP DIRI, DAN CITRA DIRI
 
Makalah Model Keperibadian Sehat
Makalah Model Keperibadian SehatMakalah Model Keperibadian Sehat
Makalah Model Keperibadian Sehat
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
RIMA685626
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

PIO Well being

  • 1. A. TOKOH UTAMA Tokoh utama dari psychological well-being adalah Carol D. Ryff. Carol D. Ryff, Ph.D., adalah Direktur Institute on Aging dan Profesor Psikologi di University of Wisconsin- Madison. Dia adalah anggota dari Jaringan Penelitian MacArthur untuk Pengembangan setengah baya sukses, anggota dari American Psychological Association (Divisi 20 - Pengembangan Dewasa dan Aging) dan Gerontological Society of America, mantan di Pusat for Advanced Study di Ilmu Perilaku di Stanford, dan Editor Consulting selama dua jurnal APA utama (Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Psikologi dan Aging). Karyanya telah didukung oleh National Institute on Aging, Institut Nasional Kesehatan Mental, dan Yayasan MacArthur. Dr Ryff pusat penelitian pada studi kesejahteraan psikologis area, di mana dia telah menghasilkan teori-driven, empiris pendekatan berbasis penilaian berbagai dimensi fungsi psikologis positif. Prosedur penilaian telah diterjemahkan ke 18 bahasa yang berbeda dan digunakan dalam studi beragam dalam bidang psikologi, sosiologi, demografi, epidemiologi, dan kesehatan. Penelitian sendiri deskriptif, yang dilakukan dengan sampel survei nasional yang representatif, telah mendokumentasikan berkorelasi sosiodemografi dengan baik makhluk (yaitu, bagaimana kesehatan mental yang positif bervariasi menurut usia, jenis kelamin, kelas sosial, etnis / status minoritas). Dari Penelitian jelas dia telah berfokus pada pengalaman hidup individu dan interpretasi mereka untuk menjelaskan variasi dalam kesejahteraan. Penyelidikan membujur selanjutnya pembangunan setengah baya dan usia tua yang mengeksplorasi proses ketahanan dan kerentanan melalui penumpukan kesulitan dan keuntungan. Beberapa faktor protektif (biologis, psikologis, sosial), hipotesis untuk mempromosikan ketahanan, saat ini sedang diselidiki. Keterkaitan antara kesehatan mental yang positif dan kesehatan fisik yang positif adalah fokus utama dalam studi yang sedang berlangsungnya longitudinal. Sejak tahun 1995, Dr Ryff dan timnya Wisconsin telah mempelajari 7.000 orang dan memeriksa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan dari usia pertengahan sampai usia tua. Penelitian ini disebut MIDUS (Mid-Life di Studi Nasional AS Amerika). Dr Ryff juga terlibat dalam studi paralel di Jepang dikenal sebagai MIDJA (setengah baya di Jepang). Sebuah daftar referensi karya dikutip disertakan pada akhir
  • 2. posting. Dr. Ryff memiliki edit 4 buku yang merangkum temuan baru di daerah-daerah sejak tahu 1996. B. Definisi Psychological Well-Being (Kesejahteraan Psikologis) Menurut Ryff Psychological well-being atau kesejahteraan psikologis merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan yang positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti dapat memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan dalam hidup, serta terus mengembangkan pribadinya. Psychologicall well-being bukan hanya kepuasan hidup dan keseimbangan antara afek positif dan afek negative, namun juga melibatkan persepsi dan keterlibatan dengan tantangan-tantangan selama hidup (Keyes, Shmotkin dan Ryff, 2002). Kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Hal ini di tunjukan dengan beberapa sikap diantaranya, mampu menerima diri apa adanya, mampu mengembangkan potensi dalam diri, memiliki hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, memiliki tujuan dalam hidup, mampu mengontrol lingkungan eksternal. Dan dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa psychological well being adalah kondisi individu yang ditandai dengan perasaan bahagia, adanya kepuasan hidup dan relisasi diri. Kondisi ini sendiri dipengaruhi oleh penerimaan diri, pertumbuhan diri, dan tujuan hidup, penguasaan lingkungan, otonomi dan hubungan positif dengan orang lain. C. Dimensi/aspek-aspek Beberapa aspek kesejahteraan psikologis menunjukkan peningkatan terhadap semakin dewasanya usia, aspek yang lain menunjukkan variasi yang tipis, dan yang lain menunjukkan penurunan terhadap semakin dewasanya usia. Pada aspek penguasaan lingkungan, otonomi, penerimaan diri, hubungan positif, menunjukkan peningkatan terhadap usia yang semakin dewasa. Sedangkan tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi menunjukkan penurunan yang tajam pada setiap periode kehidupan usia dewasa (dalam Synder & Lopez,2002, h. 544).
  • 3. Ryff (1989)mendefinisikan konsep Kesejahteraan psikologis menjadi 6 dimensi, yaitu: 1. Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Self-acceptance dalam PWB ini berkaitan dengan penerimaan individu pada masa kini dan masa lalunya. Selain itu juga berkaitan dengan adanya penilaian positif atas kondisi diri sendiri. Seseorang memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri adalah mereka yang memahami dan menerima berbagai aspek diri termasuk di dalamnya kualitas baik maupun buruk, dan bersikap positif terhadap kehidupan yang dijalaninya. Sebaliknya, individu yang memiliki nilai yang rendah adalah mereka yang menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap kondisi dirinya, mengalami masalah dengan kualitas tertentu dari dirinya, merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi pada kehidupan masa lalu, dan ingin menjadi orang yang berbeda dari diri sendiri. 2. Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations with Others) Komponen lain dari PWB adalah kemampuan individu untuk membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Individu yang matang digambarkan sebagai individu yang mampu untuk mencintai dan membina hubungan interpersonal yang dibangun atas dasar saling percaya. Individu juga memiliki perasaan yang kuat dalam melakukan empati dan afeksi terhadap sesama manusia, memiliki persahabatan yang mendalam, dan mempunyai kemampuan identifikasi yang baik dengan orang lain. Individu yang memiliki hubungan positif dengan orang lain mampu membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dengan orang lain. Selain itu, individu memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi, dan mempunyai hubungan yang intim, serta memahami prinsip memberi dan menerima dalam hubungan antar pribadi. Selain itu, ia memiliki kedekatan (intimacy) dengan orang lain dan mampu memberikan bimbingan serta pengarahan kepada orang lain (generativity). Sebaliknya, individu yang kurang baik dalam dimensi hubungan positif menunjukkan tingkah laku yang tertutup dalam berhubungan dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat, terbuka dan peduli dengan orang, merasa terasing dan frustasi dalam hubungan interpersonalnya, serta tidak bersedia untuk melakukan kompromi agar dapat mempertahankan hubungan dengan orang lain.
  • 4. 3. Otonomi (Autonomy) Ciri utama seseorang yang memiliki otonomi yang baik antara lain kemampuan untuk menentukan nasib sendiri, kemampuan untuk mengatur tingkah laku, dan kemampuan untuk mandiri. Ia mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang lain. Selain itu, orang tersebut memiliki ketahanan dalam menghadapi tekanan sosial, dapat mengatur tingkah laku dalam diri, serta dapat mengevaluasi diri dengan standar personal, bukan tergantung pada penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebaliknya, individu yang kurang memiliki otonomi akan sangat memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain, berpegangan pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, serta mudah terpengaruh oleh tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu. 4. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery) Kemampuan untuk menguasai lingkungan didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memilih, menciptakan, atau mengelola lingkungan agar berjalan seiring dengan kondisi psikologis dirinya dalam rangka pengembangan diri. Individu yang baik dalam dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam mengatur lingkungan. Ia dapat mengendalikan aktivitas eksternal yang berada di lingkungannya termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungannya, serta mampu memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pribadi. Sebaliknya, individu yang memiliki penguasaan lingkungan yang kurang baik akan mengalami kesulitan dalam mengatur situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya serta tidak mampu memanfaatkan peluang dan kesempatan diri lingkungan sekitarnya. 5. Tujuan Hidup (Purpose in Life) Kondisi mental yang sehat memungkinkan individu untuk menyadari bahwa ia memiliki tujuan tertentu dalam hidup yang ia jalani serta mampu memberikan makna pada hidup yang ia jalani. Allport (1961) menjelaskan bahwa salah satu ciri kematangan individu adalah memiliki tujuan hidup, yakni memiliki rasa keterarahan (sense of directedness) dan tujuan (intentionality). Selain itu, Rogers (1961) mengemukakan
  • 5. bahwa fully functioning person memiliki tujuan dan cita-cita serta rasa keterarahan yang membuat dirinya merasa bahwa hidup ini bermakna (Ryff, 1989). Individu yang memiliki nilai tinggi dalam dimensi tujuan hidup adalah individu yang memiliki tujuan dan arah dalam hidup, merasakan arti dalam hidup masa kini maupun yang telah dijalaninya, memiliki keyakinan yang memberikan tujuan hidup, serta memiliki tujuan dan sasaran hidup yang ingin dicapai dalam hidup. Sebaliknya, individu yang kurang memiliki tujuan hidup akan kehilangan makna hidup, arah dan cita-cita yang tidak jelas, tidak melihat makna yang terkandung untuk hidupnya dari kejadian di masa lalu, serta tidak mempunyai harapan atau kepercayaan yang memberi arti pada kehidupan (Ryff, 1995). 6. Pertumbuhan/Pengembangan Pribadi (Personal Growth) Individu yang matang secara psikologis tidak hanya mampu mencapai karakteristik-karakteristik pribadi dan pengalaman terdahulu., melainkan juga mempunyai keinginan untuk terus mengembangkan potensinya, tumbuh sebagai individu yang fully functioning. Untuk dapat berfungsi sepenuhnya, individu harus memiliki keterbukaan terhadap pengalaman. Individu yang terbuka pada pengalaman akan lebih menyadari lingkungan sekitarnya dan tidak berhenti pada pendapat- pendapat sebelumnya yang kemungkinan tidak benar. Rogers menyebutnya sebagai “keinginan untuk menjadi”. Individu yang mencapai kondisi tersebut tidak berhenti pada suatu keadaan statis dan berhenti mengembangkan dirinya. Justru keterbukaan terhadap pengalaman, selalu menghadapi tantangan dan tugas-tugas baru pada setiap fase kehidupannya. Individu yang matang selalu berusaha mengaktualisasikan dirinya dan menyadari potensi-potensi yang dimiliki. Individu yang memiliki pertumbuhan pribadi yang baik ditandai dengan adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam dirinya, memandang diri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan yang bertambah. Sebaliknya, individu yang memiliki pertumbuhan pribadi yang kurang baik akan merasa dirinya mengalami stagnasi, tidak melihat peningkatan
  • 6. dan pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap kehidupannya, serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku yang lebih baik (Ryff, 1995). D. FAKTOR-FAKTOR Menurut Schmutte dan Ryff (1997, h. 552) menambahkan bahwa kesejahteraan psikologis dapat dipengaruhi oleh berbagai segi diri individu, yaitu jenis kelamin, kelas social, dan status etnis. Penelitian Ryff pada tahun 1989,1991,1995 dan 1998 menunjukkan bahwa usia juga menjadi salah satu factor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Ryff, Magee, Kling & Wling (dalam Synder & Lopez,2002, h. 544) berpendapat bahwa tingkat pendidikan merupakan factor yang berpengaruh juga terhadap kesejahteraan psikologis individu. Faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis adalah perbedaan jenis kelamin. Wanita menunjukkan kesejahteraan psikologis yang lebih positif jika dibandingkan dengan laki-laki. Ryff(1989) menunjukkan bahwa pada dimensi “relasi positif”, wanita menunjukkan skor yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Berikut lebih jelasnya beberapa factor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang (dalam liputo, 2009: 28) : 1) Dukungan Sosial Merupakan sebuah gambaran berbagai ungkapan perilaku suportif (mendukung) kepada seseorang individu yang diterima oleh individu yang bersangkutan dari orang0orang yag cukup bermakna dalam hidupnya. Robinson (1991) mengatakan bahwa dukungan social dari orang-orang yang bermakna dalam kehidupan seseorang dapat memberikan peramalan akan kesejahteraan seseorang. Dukungan social yang diberikan adalah untuk mendukung penerima dalam mencapai tujuan dan kesejahteraan hidup. 2) Ideologi Peran Jenis Kelamin Sejumlah penelitian menyatakan adanya kaitan yang erat antara peran yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan psikologis seseorang. Ditemukan bahwa wanita (isteri) yang melaksanakan perannya secara tradisional mengalami beban peran yang berlebih dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang lebih modern dan wanita dengan peran tradisional ini mengalami gejala-gejala distress dan menunjukkan ketidakpuasan hidup (Sollie & Leslie, Spence dkk, dalam Strong & Devault, 1989: 24).
  • 7. 3) Status Sosial Ekonomi Status social ekonomi mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Seperti biasanya income keluarga, tinngkat pendidikan, keberhasilan pekerjaan, kepemilikan materi dan status social di masyarakat (Pinquart & Sorenson, 2002: 22). 4) Jaringan Sosial Berkaitan dengan aktivitas social yang diikuti oleh individu seperti aktif dalam pertemuan-pertemuan atau organisasi, kualitas dan kuantitas aktivitas yang dilakukan, dan dengan siapa kontak social dilakukan (Pinquart & Sorenson, 2002: 22). 5) Religius Hal ini berkaitan dengan transendensi segala persoalan hidup kepada tuhan. Individu yang memiiki tingkat religiustas tinggi lebih mampu memaknai kejadian hidupnya secara positif sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna (Bastaman, 2000: 24). 6) Kepribadian Individu yang memiliki banyak kompetensi pribadi dan social, seperti penerimaan diri, mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, coping skill yang efektif cenderung terhindar dari konflik dan setres (Santrock. 1999;Ryff, 1995). Dan dijelaskan pula oleh Bhogel & Prakash (dalam wahyuni 2001) yang menjelaskan ada beberapa factor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis, yaitu : Personal Control, yaitu kemampuan seseorang dalam mengontrol segala emosi dan dorongan yang muncul dari dalam diri. Self Esteem atau harga diri, yaitu memiliki harga diri yang seimbanh Positif affect, perasaan atau emosi yang positif (kesenangan atau kegembiraan). Manage Tension, yaitu kemampuan untuk mengatur ketegangan yang keluar dari dalam diri, misalnya kemarahan atau kebahagiaan sehingga tidak muncul secara berlebihan. Positive Thingking, yaitu berfikir positif dalam menghadapi peristiwa, suasana, atau individu baru. Ide dan Feelingyang efisien, yaitu mengeluarkan ide dan perasaan yang tepat dan sesuai dengan konteks serta tidak berlebihan.
  • 8. Jadi dapat disimpulkan bahwa factor internal yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis adalah : kepribadian, kehidupan masa kecil seseorang sedangkan factor-faktor eksternal meliputi kemampuan eknomi, pekerjaan, pendidikan, anak, kesehatan fisik serta lingkungan sosial. E. VARIABEL TERIKAT (DEPENDET VARIABEL) Variable terikat dalam penelitian ini adalah variable psychological well-being. Definisi dari psychological well-being menurut Ryff (1989) adalah realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan yang positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti mampu memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan dalam hidup, serta terus mengembangkan pribadinya. Variable psychological well-being memiliki enam dimensi dimensi. Dimensi-dimensi tersebut adalah penerimaan diri (Self-Acceptance), hubungan positif dengan orang lain (Positive Relations to Other), otonomi (Autonomy), penguasaan lingkungan (Environmental Mastery), tujuan hidup (Purpose in Life), pertumbuhan diri (Personal Growth). Kepuasan Kerja dan psychology Well-being. Dalam hal ini telah di lakukan penelitian tentang kepuasan kerja dengan psychology Well-Being yang dilakukan oleh Leila Andini pada petugas lapangan suku dinas kebersihan Kec. Kalideres, Jakarta Barat. Dari penelitian ini yang dimaksud dengan kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang positif. Yang dihasilkan dari beberapa penilain petugas terhadap pekerjjaan yang berupa perasaan suka atau tidak suka terhadap pekerjaan atau pengalaman kerja sesorang. Kemudian psychological well-being adalah suatu keadaan dimana individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri yang apa adanya, serta memiliki hubungan positif dengan orang lain dan mampu mengatur lingkungan untuk memiliki tuuan dalam hidupnya sehingga dalam kondisi apapun seseorang mampu bekerja lebih siap untuk menghadapi suatu kondisi pekerjaan.  Variabel Bebas : Psychological well-being  Variabel Terikat : Kepuasan Kerja Yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensus. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi psychologicall well-being maka akan semakin tinggi
  • 9. kepuasan kerja seseorang. Dan sebaliknya, semakin rendahnya psychological well-being seseorang maka akan semakin rendah pula kepuasan kerja orang tersebut. F. Alat ukur Psychoological well-being Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah psychological well-being scale (SPWB) yang disusun oleh Carol D.Ryff (1989). Terdapat enam dimensi pendukung SPWB yaitu penerimaan diri (Self-Acceptance), hubungan positif dengan orang lain (Positive Relations to Other), otonomi (Autonomy), penguasaan lingkungan (Environmental Mastery), tujuan hidup (Purpose in Life), pertumbuhan diri (Personal Growth). Setiap dimensi membentuk pernyataan (favorable-unfaborable) yang digunakan untuk mengungkap SPWB. Alat ukur ini merupakan tipe skala Likert, dimana terdapat enam variasi respon dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Pada item favorable, sangat setuju (ss) bernilai 6, setuju (s) bernilai 5, agak setuju (s) bernilai 4, agak tidak setuju (ats) bernilai 3, tidak setuju (ts) bernilai 2 dan sangat tidak setuju (sts) bernilai 6. Sehingga semakin tinggi skor individu semakin baik kondisi well-being yang dirasakan. Setelah peneliti beberapa kali berkomunikasi dengan Carol Ryff lewat e-mail, peneliti mengetahui bahwa alat ukur psychological well-being scale ini tidak memiliki norma yang artinya tidak ada patokan nilai tertentu yang menandakan tinggi atau rendahnya kondisi well-being.