Dokumen tersebut membahas penerapan keselamatan dan kesehatan kerja secara komprehensif pada perusahaan konstruksi. Dokumen ini menjelaskan pengertian, tujuan, faktor yang mempengaruhi, peralatan standar, program, regulasi dan dampak dari penerapan K3 pada proyek konstruksi.
2. a. Nanik Sudiyanti (P07231122084)
b. Arik Nugraheni (P07231122093)
c. Nizmah (P07231122094)
d. Naomi Burah (P07231122096)
e. Boyke Riskha.S. (P07231122099)
Anggota Kelompok:
3. Table of contents
Pengertian
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Tujuan Penerapan
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Hubungan Faktor yang
Mempengaruhi K3 pada
Proyek Konstruksi
Peralatan Standar K3 pada
Proyek Konstruksi
Program K3 pada
Proyek Konstruksi
Dampak Penerapan K3 pada
Penyelenggaraan Konstruksi
01 02 03
05 06 07
04
Regulasi dan
Kebijakan pada Sektor
Konstruksi
5. • Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan
Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah
keselamatan dan kesehatan kerja sebagai upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/
perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar
setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
• Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara
keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, (Abdulqadir Mohamad Suleiman, 2021).
• Penerapan K3 berbasis prinsip dan dianggap sebagai kerangka kerja
utama untuk seluruh perusahaan. Karena K3 berbasis prinsip, ini
memberi perusahaan kesempatan untuk meng-implementasikan
kerangka kerja berdasarkan implementasi mereka sendiri, (Isak &
Olofsson, 2014).
7. - Tujuan dari pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja,
serta melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang
lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja,
(Ningsih, 2020).
- Menurut, (Alfarid et al., 2019) penerapan K3 bertujuan untuk
menjaga dan meningkatkan status kesehatan pekerja pada tingkat
yang tinggu dan terbebas dari faktor-faktor di lingkungan kerja
yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan
kerja memberi perlindungan dalam pekerjaan dan perlengkapan
pekerjaan yang dapat digunakan dengan baik serta terbebas dari
faktor penyebab terjadinya gangguan kesehatan.
9. • Konstruksi merupakan pekerjaan berat yang di
dalamnya melibatkan banyak unsur bukan hanya
manusia sebagai pekerja, melainkan juga unsur-unsur
lain yang mendukung mulai dari penggunaan alat-alat
berat hingga terlibatnya bahan material dalam jumlah
besar, (Hoff & Staglianò, 2022). Hal ini menyebabkan
dunia konstruksi memiliki risiko kecelakaan kerja lebih
tinggi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya, (Kurniawati,
2018).
• K3 Konstruksi merupakan suatu himbauan atau
regulasi yang dipakai untuk memberikan informasi
kepada para karyawan yang berkaitan dengan
keamanan, keselamatan, dan kesehatan di lingkungan
kerja. Tentunya, diharapkan terciptanya situasi
perusahaan yang nyaman dan aman, terutama bagi
para karyawan, (Maris, 2012).
10. 1. Sebagai pedoman untuk memantau kesehatan dan
keselamatan karyawan di lingkungan kerja.
2. Membantu memberikan masukan yang berkaitan dengan
perencanaan, proses koordinasi, tatanan lingkungan kerja,
sampai bagaimana proses pelaksanaan proyek.
3. Sebagai pedoman untuk melakukan pengamatan yang
berkaitan dengan terjadinya bahaya maupun risiko
keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat kerja.
4. Memiliki peran dalam memberikan informasi, edukasi, juga
pelatihan yang berhubungan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja.
5. Sebagai pedoman untuk menilai efektivitas tindakan
maupun program penanggulangan bahaya.
6. Sebagai pedoman untuk mengatasi berbagai bahaya
dengan memberikan metode, program, dan prosedur yang
tepat.
Penerapan K3 Konstruksi
11. Regulasi dan Kebijakan pada
Sektor Konstruksi
04
Pemerintah Indonesia telah membuat dan
menetapkan regulasi dan kebijakan terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Peraturan
tersebut diciptakan pemerintah sebagai suatu
legal hukum yang harus dipatuhi oleh dunia usaha
khusunya industri konstruksi di Indonesia.
12. Uraian Contoh Peraturan K3 di Indonesia Berkaitan Dengan Industri Konstruksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.01/Men/1980
Pada peraturan ini, kenyataan menunjukkan banyak terjadi
kecelakaan akibat belum ditanganinya pengawasan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) secara menyeluruh pada pekerjaan
konstruksi, sehingga perlu diadakan upaya untuk membina norma
perlindungan kerja dengan semakin meningkatnya pembangunan
menggunakan teknologi modern.
UU No.2/2017 tentang Jasa Konstruksi
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan berlandaskan pada
asas kejujuran dan keadilan, manfaat, kesetaraan, keserasian,
keseimbangan, profesionalitas, kemandirian, keterbukaan, kemitraan,
keamanan dan keselamatan, kebebasan, pembangunan
berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
13. Hubungan Faktor yang Mempengaruhi K3
pada Proyek Konstruksi
05.
Menurut (Paramitha, 2017) Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) memperhatikan mengenai masalah
manajemen risiko di tempat kerja yang mana risiko
tersebut dapat berakhir dengan sebuah kecelakaan, luka-
luka, atau kesehatan yang buruk
14. Penyebab Kecelakaan Kerja:
1. Faktor Manusia
Merupakan faktor yang disebabkan oleh kesalahan dan kelalaian oleh
manusia meliputi:
• Ketidaktahuan
• Kemampuan yang kurang
• Konsentrasi yang kurang
• Tidak serius dalam bekerja
• Bekerja tanpa peralatan keselamatan
• Mengambil resiko yang tidak tepat
2. Faktor Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi meliputi:
a. Tempat Kerja yang Tidak Layak
b. Kondisi Peralatan yang Berbahaya
c. Transportasi
16. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang
bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Oleh
karenanya, semua pelaksana proyek berkewajiban
menyediakan semua keperluan peralatan/ perlengkapan
perlindungan diri atau Personal Protective Equipment
(PPE) untuk semua karyawan yang bekerja, yaitu
(Satriawan, 2009):
1. Pakaian Kerja
2. Sepatu Kerja
3. Kacamata Kerja
4. Penutup Telinga
5. Sarung Tangan
6. Helm
7. Masker Pelindung
8. Sabuk Pengaman
9. Tangga
10. P3K
18. a. Pada tenaga kerja, dapat menimbulkan
dampak cedera, luka, meninggal,
menimbulkan keraguan bagi tenaga
kerja lainnya.
b. Pada masyarakat, merasa tidak nyaman
tinggal di sekitar proyek
c. Bagi proyek, terhenti sementara, hasil
pembangunan terlambat digunakan
d. Pada perusahaan, dipandang tidak
kompeten, daya saing rendah, dan nilai
saham turun
e. Bagi negara, dinilai belum mampu
melaksanakan pembangunan dengan
selamat
Dampak Negatif Setelah Terjadi
Kecelakaan Konstruksi
Menurut (Graw Hill, 2013), pemenuhan standar keamanan, keselamatan,
kesehatan dan keberlanjutan pada penyelenggaraan pekerjaan konstruksi memuat
dampak positif dan negatif sebagai berikut:
Dampak Positif Impelemtasi
K3 Dalam Proyek
a. Mempercepat jadwal
proyek se;ama 1 minggu
atau lebih
b. Menurunkan biaya proyek
sebesar 1% atau lebih
c. Meningkatkan nama baik
perusahaan
d. Meningkatkan kualitas
proyek