1. Proses Pemancangan Beton Tengah Laut
Metode Pelaksanaan
1. Distribusi Melalui Jalur Laut Menggunakan Ponton 300 Feet
Distribusi ini melalui jalur laut menggunakan ponton untuk mengangkut tiang
pancang ke tempat ponton stok.
2. Menukar Ponton Angkut Dengan Ponton Stok
Tiang pancang yang dibawa oleh ponton di pindah ke ponton stok , proses ini
menggunakan bantuan crane untuk memindahkan tiang pancang.
3. Unloading Dari Ponton Stok Ke Ponton Servis
Proses unloading ini menggunakan bantuan crane untuk pemindahan dari ponton stok
ke ponton servis.
4. Pemasangan Guide Beam Dengan Bantuan Crane
Proses pemasangan ini bertujuan agar pile sheet dapat berdiri tegak dan memudahkan
pemasangan tiang.
5. Instalasi Tiang Ke Guide Beam
Pemasangan tiang ke guide beam ini menggunakan crane untuk memasang tiang dan
juga menggunakan drop hammer untuk menumbuk tiang ke bawah.
6. Instalasi Auger Ke Tiang
Proses ini yaitu instalasi auger ke tiang yang sudah terpasang , kegunaanya adalah
untuk proses pengecoran pile cap nantinya.
7. Proses RWCP
Yaitu proses pengecoran tiang dengan proses pile cap.
8.Penimbunan Dari Jalur Darat
Proses ini menggunakan dump truck dan juga excavator untuk melakukan
penimbunan tanah lewat jalur darat.
9. Tanggul Selesai
Proses pembuatan tanggul selesai.
2. Analisis Penggunaan Alat Berat
1. Jenis Alat : Ponton
Fungsi Peralatan : Alat transportasi untuk mengangkut tiang dari jalur laut
Produktifitas Alat :
Waktu Siklus = waktu muat + waktu angkut + waktu bongkar + waktu
kembali
Produktifitas = Kapasitas x Efisiensi
Kebutuhan Jumlah Alat = Volume / Produktifitas
Gambar :
Gambar 1.1 Ponton
2. Jenis Alat : Excavator
Fungsi Peralatan : Alat untuk mengeruk tanah dan juga untuk memindahkan
tanah ke Dump Truck
Produktifitas Alat :
Waktu siklus = waktu pengerukan + waktu pemindahan
Produktifitas = Kapasitas x (60/CT) x Efisiensi
Kebutuhan Jumlah Alat = Volume / Produktifitas
Gambar :
3. Gambar 1.2 Excavator
3. Jenis Alat : Dump Truck
Fungsi Peralatan : Alat transportasi sekaligus alat untuk berbagai material mulai
dari pasir, kerikil, hingga tanah yang diperlukan untuk konstruksi.
Produktifitas Alat :
Waktu siklus = waktu muat + waktu angkut + waktu bongkar + waktu kembali
Produktifitas = Kapasitas x (60/CT) x Efisiensi
Kebutuhan Jumlah Alat = Volume / Produktifitas
Gambar :
4. Gambar 1.3 Dump Truck
4. Jenis Alat : Crane
Fungsi Peralatan : Alat untuk pengangkat dan pemindah material
Produktifitas Alat :
Waktu siklus = waktu muat + waktu angkut + waktu bongkar + waktu kembali
Produktifitas = Kapasitas x (60/CT) x Efisiensi
Kebutuhan Jumlah Alat = Volume / Produktifitas
Gambar :
Gambar 1.4 Crane
5. 5. Jenis Alat : Drop Hammer
Fungsi Peralatan : Alat untuk menumbuk pada saat pemasangan tiang
Produktifitas Alat :
Waktu siklus = waktu angkat + waktu
Produktifitas = Kedalaman x (60/CT) x Efisiensi
Kebutuhan Jumlah Alat = Volume / Produktifitas
Gambar :
Gambar 1.5 Drop Hammer
6. Analisis Pelaksanaan K3 yang diperlukan
A. Keselamatan Kerja
Peraturan keselamatan kerja yang umum digunakan adalah OSHA (peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku di Amerika), UU nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
(PER.05/MEN/1996).
B. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai hasil akhir dari urutan peristiwa/tindakan yang
mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan (cedera, kerusakan properti,
keterlambatan, gangguan).(Holt, 2001)
C. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Berdasarkan teori dasar mengenai sumber kecelakaan kerja, secara umum kecelakaan
kerja merupakan hasil dari unsafe act dan unsafe conditionyang dipengaruhi oleh
lingkungan kerja.(Holt, 2001)
a) Unsafe act
Unsafe act dapat dikatakan sebagai semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang
yang mengabaikan faktor – faktor keselamatannya, dimana tindakan – tindakannya
tersebut dapat membahayakan dirinya sendiri, orang lain, peralatan
maupunlingkungan yang ada di sekitarnya.
Berikut ini adalah contoh-contoh unsafe act:
• Tidak menggunakan alat pelindung keselamatan kerja
• Kesalahan dalam penggunaan peralatan
• Menggunakan peralatan yang tidak layak pakai
• Tidak mengingatkan pekerja yang dalam keadaan bahaya
• Meninggalkan peralatan dalam keadaan berbahaya
b) Unsafe condition
Unsafe condition dapat dikatakan sebagai semua kondisi yang dapat membahayakan
dirinya
sendiri,orang lain, peralatan maupun lingkungan yang ada di sekitarnya. Berikut ini
adalah contoh-
contoh unsafe condition :
• Tidak adanya pagar pembatas
• Sistem tanda kebakaran yang kurang baik
• Kondisi lapangan yang berbahaya
• Selang(huse) bocor
• Sling dan winch tidak layak pakai
• Operator yang tidak qualified
7. Observasi dilakukan dengan memilih terlebih dahulu lokasi proyek di Surabaya yang
sedang melakukan
pekerjaan pemancangan dengan metode Jack In Pile. setelah memilih proyek tabel checklist
digunakan
sebagai acuan untuk menentukan apakah peraturan telah diterapkan dengan baik atau tidak.
Setiap poin akan digolongkan menjadi 2 golongan:
• Diterapkan
• Tidak diterapkan
Untuk poin nomor 1-4 pada faktor manusia, yaitu:
(1). Pekerja menggunakan sepatu khusus di proyek.
(2). Pekerja menggunakan kacamata las ketika mengelas pile.
(3). Pekerja menggunakan helm ketika berada dilokasi proyek.
(4). Operator menggunakan perlidungan kepala bagian atas yang tidak mengganggu
pengelihatan.
dapat digolongkan diterapkan apabila jumlah orang yang mentaati peraturan tersebut lebih
besar atau sama dengan 50%, jika tidak maka digolongkan tidak diterapkan
Sumber : https://youtu.be/3nfWARGj81