2. 4 Manfaat yang Didapatkan dari Pembelajaran E-learning
Di era digital ini, pembelajaran online atau e-learning sudah bukan menjadi hal yang asing
lagi bagi dunia pendidikan Indonesia. E-learning merupakan sebuah inovasi pembelajaran
jarak jauh yang memanfaatkan kemajuan teknologi.
Munculnya e-learning di Indonesia disebabkan karena adanya kesenjangan antara kebutuhan
belajar yang meningkat setiap tahunnya, dengan jumlah tenaga pendidik Indonesia yang
kurang memadai. Dengan melihat kesenjangan tersebut, banyak perusahaan start-up
Indonesia yang hadir dengan membawa angin segar untuk menawarkan kemudahan belajar
serta memperoleh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Data menunjukkan bahwa terdapat 34 juta lulusan SMA/SMK yang sudah bekerja dan tidak
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dari data itu, sebagian besar alasan mereka
adalah tidak memiliki waktu untuk kuliah karena kesibukan pekerjaan yang sangat padat.
Hal ini merupakan sebuah peluang emas bagi perintis untuk mengembangkan program
kuliah online (e-learning) tingkat perguruan tinggi. Dengan peluang tersebut, hal ini menjadi
kesempatan juga bagi orang-orang lulusan SMA/SMK yang sudah bekerja untuk tetap bisa
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
E-learning menjadi solusi yang tepat bagi masalah pendidikan di Indonesia dalam
pemerataan kesempatan belajar dan peningkatan mutu. Namun, pada kondisi saat ini, e-
learning masih menjadi sesuatu yang “mahal” dalam dunia pendidikan di Indonesia, sehingga
permasalahan pemerataan kesempatan belajar belum terselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu, perlu adanya difusi pemanfaatan e-learning di kalangan masyarakat secara luas.
Sebelum melakukan difusi e-learning kepada masyarakat secara luas, apakah kamu tahu
manfaat dari e-learning? Jika belum, yuk kita cari tahu dari informasi ini!
E-learning dapat mengakomodasi kebutuhan belajar si pemelajar
Kebanyakan orang yang memilih untuk kuliah online adalah orang-orang yang sudah bekerja,
namun mempunyai semangat yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Orang-orang tersebut tidak memiliki waktu untuk kuliah, karena kesibukan utamanya adalah
bekerja. Oleh karena itu, e-learning menjadi sebuah solusi yang tepat bagi orang-orang yang
ingin kuliah tanpa harus meninggalkan pekerjaan mereka. Dengan demikian, tantangan yang
harus dihadapi oleh orang-orang tersebut adalah, mereka harus membagi waktu dan
menyeimbangkan fokus antara pekerjaan dan pendidikan.
Efisiensi waktu dan biaya
Kenapa e-learning mempunyai manfaat dalam efisiensi waktu dan biaya? Jawabannya
sederhana, pembelajaran online atau e-learning dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Kamu tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam untuk belajar di kelas. Selain itu, kamu
juga tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk pergi ke tempat dimana kamu akan
melakukan kegiatan belajar. Dalam e-learning, modal yang harus kamu miliki adalah
smartphone/laptop dan biaya kuota internet.
3. Bahan belajar dapat diakses kapan saja
Salah satu kunci utama dalam e-learning adalah bahan belajar yang kamu dapatkan. Sama
halnya dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran online atau e-learning juga
memiliki kurikulum. Isi kurikulum tersebut berisi sejumlah materi-materi pelajaran yang
harus kamu pahami dan kuasai dengan baik tanpa adanya bantuan dari seorang guru. Dengan
kecanggihan teknologi, materi-materi pelajaran tersebut dapat kamu unduh kapan saja tanpa
dibatasi oleh waktu. Walaupun materi pelajaran tersebut dapat diunduh kapan saja, bukan
berarti kamu tidak perlu mengunduh dan mempelajari materinya ya!
Dapat menjangkau pemelajar dengan cakupan yang lebih luas
Manfaat e-learning yang terakhir adalah dapat menjangkau pemelajar dengan cakupan yang
luas. Berbeda halnya dengan pembelajaran konvensional yang dibatasi oleh ruang dan jumlah
murid, pembelajaran online dapat menampung jumlah murid, tanpa mengkhawatirkan
keterbatasan ruang dan jumlah tempat duduk di kelas.
MASA DEPAN E-LEARNING DI INDONESIA
Sebelum kita mendiskusikan masa depan elearning di Indonesia, lebih dulu kita harus tahu
apa itu elearning. Tidak mungkin kita membahas sesuatu yang tidak kita tahu, ya
tho??. Elearning atau dapat juga disebut pembelajaran online, virtual learning, online
learning, dan lain lain adalah sebuah kegiatan belajar yang memanfaatkan teknologi jaringan
seperti Internet, LAN, WAN sebagai salah satu metode penyampaian, interaksi, dan
difasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000;
Feasey, 2001).
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik.
Dalam jaringan (disingkat: daring, Inggris: online) adalah keadaan di mana seseorang
terhubung ke dalam suatu jaringan ataupun sistem yang lebih besar.
(http://id.wikipedia.org/wiki)
Elearning adalah ekstensifikasi metode pembelajaran yang mengijinkan guru dan murid
berada dalam waktu dan ruang yang tidak sama. Jadi ada beberapa komponen dalam
elearning, yaitu:
1. Jaringan yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang dalam elearning, dapat berupa intranet
ataupun internet. Ini dimaksudkan agar banyak komputer yang terhubung sehingga
memperluas area belajar walaupun dengan waktu yang tetap terbatas
2. Materi belajar yang tersedia dalam sistem pembelajaran seperti tersedianya media
belajar seperti modul, presentasi, gambar/film ilustrasi, dan sebagainya. Media-media
belajar yang dimanage dalam sebuah elearning agar memberikan kemudahan pada
murid untuk mengaksesnya.
3. Adanya interaksi/umpan balik antara guru dan siswa yang dapat berdiskusi bila
menemukan kesulitan. Metode diskusi dapat melalui chat, forum, mailing list,
4. telephon, dan berbagai macam cara yang mengijinkan diskusi antara guru dan
siswa. Bahkan ada sebuah aplikasi yang mengadakan virtual class yang
diselenggarakan secara streaming melalui jaringan
4. Penjadwalan (silabus) yang jelas dan dapat diketahui oleh semua peserta belajar agar
tercipta ketertiban dan kedisiplinan walaupun berada dalam ruang dan waktu yang
tidak sama.
5. Adanya evaluasi untuk mengukur perkembangan dan kemajuan peserta belajar.
Evaluasi dapat melalui tugas, polling, kuis, dan reward pencapaian peserta belajar
terhadap materi yang telah diberikan.
Dari bahasan diatas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa sebenarnya elearning
adalah sistem pembalajaran biasa yang dipindah ruang, dari ruang kelas di sekolah atau
kampus menjadi hanya melalui jaringan (internet/intranet).
Setelah kita tahu apa itu elearning, saatnya kita diskusikan nasib penggunaan elearning di
Indonesia. Elearning menjadi menarik dan sangat menarik sekali diterapkan karena :
1. Biaya pendidikan (sekolah) di Indonesia tercinta kita semakin tahun semakin mahal.
2. Buku yang setiap tahun selalu berganti-ganti sehingga memaksa peserta belajar
membeli buku hampir setiap tahun yang semakin tahun juga semakin mahal. Dengan
menggunakan elearning, adaptasi buku baru akan semakin mudah karena semua
disediakan dalam bentuk digital (ebook, pdf, ppt, odp, dll)
3. Pengguna internet/internet semakin meningkat setiap tahun (pengguna aktif dan
pengguna pasif). Semakin banyak yang menggunakan internet berarti kesadaran
masyarakat terhadap pemanfaatan teknologi semakin meningkat.
4. Biaya koneksi internet yang semakin murah setiap Kbpsnya.
5. Tempat untuk mengakses internet semakin dapat ditemui. Semakin banyak area yang
bisa digunakan untuk mengakses internet. Di beberapa kota besar bahkan menyediakan
akses hotspot di setiap taman kota dan beberapa ruas jalan di kotanya.
Namun dibalik berbagai dukungan tersebut, ada beberapa hambatan yang pasti akan dihadapi
oleh sang guru ataupun murid, hambatan itu adalah:
1. Elearning hanyalah sebagai ekstensifikasi cara belajar yang dilakukan di kelas, bukan
menggantikan pertemuan di kelas menjadi hanya melalui layar monitor komputer.
Pertemuan visual dan verbal antara guru dan murid dalam sebuah kelas fisik tetap
wajib diadakan agar sang guru dapat membentuk sikap belajar dan mempunyai
kepercayaan terhadap murid mengingat tugas seorang guru tak hanya mengajarkan
ilmu yang ada dalam buku pelajaran, namun juga ilmu dalam kehidupan (social
engineering).
2. Tidak semua daerah di Indonesia terhubung dengan internet dengan baik. Masih ada
beberapa daerah yang membutuhkan waktu untuk menuju ke pemanfaatan internet
yang lebih baik atau istilahnya ”Menuju Swasembada Internet” (sedangkan
swasembada pangan saja masih pasang surut, huh).
3. Kesiapan guru dan siswa dalam menghadapi penerapan elearning. Banyak guru atau
siswa yang masih awam terhadap teknologi ini. Waktu pasti dibutuhkan untuk
transformasi pola pikir guru dan murid dalam menerapkan metode belajar ini.
5. Itulah wacana penerapan elearning di Indonesia. Walaupun Elearning sudah dimanfaatkan
oleh beberapa institusi perguruan tinggi, namun pemanfaatannya masih belum maksimal.
Belum maksimalnya guru dalam memberikan bahan belajar melalui elearning atau karena
siswa yang masih pasif memanfaatkan teknologi elearning ini. Semua butuh waktu dan
komitmen bersama.
Tapi saya optimis dalam 5 tahun selanjutnya, pemanfaatan elearning akan semakin baik di
Indonesia. Bahkan mungkin pemerintah perlu membuat (meminjam istilah orba) PELITA
Pendidikan agar biaya pendidikan semakin murah dan anggaran untuk fasilitas pendidikan
lebih tepat sasaran.
Pengertian E-Learning
Ilustrasi E-Learning
E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi
informasi dalam proses belajar mengajar. Berikut beberapa pengertian E-learning dari
berbagai sumber:
1. Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau
komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Michael, 2013:27).
2. Proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses
pembelajaran dengan teknologi (Chandrawati, 2010).
3. Sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk proses belajar mengajar
yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara guru dengan
siswa (Ardiansyah, 2013).
Karakteristik E-learning
Menurut Rosenberg (2001) karakteristik E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya
mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali,
mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi.
Karakteristik E-learning menurut Nursalam (2008:135) adalah:
1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik.
2. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer networks)
6. 3. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials) kemudian
disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh doesen dan mahasiswa kapan saja
dan dimana saja.
4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal
yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Manfaat E-learning
Manfaat E-learning adalah:
1. Fleksibel. E-learning memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk
mengakses perjalanan.
2. Belajar Mandiri. E-learning memberi kesempatan bagi pembelajar secara mandiri
memegang kendali atas keberhasilan belajar.
3. Efisiensi Biaya. E-learning memberi efisiensi biaya bagi administrasi penyelenggara,
efisiensi penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar dan efisiensi biaya bagi
pembelajar adalah biaya transportasi dan akomodasi.
Manfaat E-learning menurut Pranoto, dkk (2009:309) adalah:
1. Penggunaan E-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar dapat
meningkatkan daya serap mahasiswa atas materi yang diajarkan.
2. Meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa.
3. Meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa.
4. Meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa.
5. Meningkatkan kualitas materi pendidik dan pelatihan.
6. Meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi
informasi, dimana dengan perangkat biasa sulit dilakukan.
Kelebihan E-learning
Kelebihan E-learning ialah memberikan fleksibilitas, interaktivitas, kecepatan, visualisasi
melalui berbagai kelebihan dari masing-masing media (Sujana, 2005 : 253 ). Menurut L.
Tjokro (2009:187), E-learning memiliki banyak kelebihan yaitu :
1. Lebih mudah diserap, artinya menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, teks,
animasi, suara, video.
2. Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak perlu instruktur, tidak perlu minimum
audiensi, bisa dimana saja, bisa kapan saja, murah untuk diperbanyak.
3. Jauh lebih ringkas, artinya tidak banyak formalitas kelas, langsung pada pokok
bahasan, mata pelajaran sesuai kebutuhan.
7. 4. Tersedia 24 jam/hari – 7 hari/minggu, artinya penguaasaan materi tergantung pada
semangat dan daya serap siswa, bisa dimonitor, bisa diuji dengan e-test.
Kekurangan E-learning
Kekurangan E-learning menurut L. Gavrilova (2006:354) adalah pembelajaran dengan model
E-learning membutuhkan peralatan tambahan yang lebih (seperti komputer, monitor,
keyboard, dsb). Kekurangan E-learning yang diuraikan oleh Nursalam (2008:140) sebagai
berikut :
1. Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
membuat tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan
ICT (information, communication, dan technology).
5. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
6. Kurangnya sumber daya manusia yang menguasai internet.
7. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
8. Akses pada komputer yang memadai dapat menjadi masalah tersendiri bagi peserta
didik.
9. Peserta didik bisa frustasi jika mereka tidak bisa mengakses grafik, gambar, dan video
karena peralatan yang tidak memadai.
10. Tersedianya infrastruktur yang bisa dipenuhi.
11. Informasi dapat bervariasi dalam kualitas dan akurasi sehingga penduan dan fitur
pertanyaan diperlukan.
12. Peserta didik dapat merasa terisolasi.
Komponen yang membentuk e-Learning
Ø Infrastruktur e-Learning: Infrastruktur e-Learning dapat berupa personal computer
(PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia.
Ø Sistem dan Aplikasi e-Learning: Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses
belajar mengajar konvensional.
Ø Konten e-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning
Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based
Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk
teks seperti pada buku pelajaran biasa).
Ø Actor e–Learning sama seperti sistem belajar konvensional yakni adanya Murid dan
Guru.
8. Metode Penyampaian Bahan Ajar di e-Learning
1. Synchrounous e-Learning: Guru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama
meskipun secara tempat berbeda.
2. Asynchronous e-Learning: Guru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual),
meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda.
STRATEGI IMPLEMENTASI E-LEARNING
ü e-Learning harus didesain utk dapat memberikan nilai tambah secara formal (karier,
insentif, dsb) dan nonformal (ilmu, skill teknis, dsb) untuk pengguna (pembelajar, instruktur,
admin).
ü Pada masa sosialisasi terapkan blended eLearning untuk melatih behavior pengguna dalam
e-life style (tidak langsung full e-Learning).
ü Project eLearning adalah institution initiative dan bukan hanya IT or HRD initiative.
ü Jadikan pengguna sebagai peran utama (dukung aktualisasi diri pengguna), tidak hanya
object semata.
Implemetasi e-learning
Perkembangan tren globalisasi berjalan hingga menyebar ke seluruh lini kehidupan. Sektor-
sektor vital yang menyangkut hajat hidup orang banyak telah dipenuhi dengan alat-alat
pendukung sebuah globalisasi. Sebagai sebuah cara pandang, cara berpikir atau proses masuk
ke ruang lingkup mendunia, globalisasi merupakan era terbentuknya tata kehidupan baru
dunia yang lebih baik. Semua bangsa dan negara di dunia menyatukan diri ke dalam
masyarakat internasional.
Di Indonesia sendiri perkembangan globalisasi muncul pada periode pemerintahan orde baru
masuknya berbagai instrument globalisasi yang mengedepankan kemudahan dan efisiensi
waktu membuat banyak mata seakan tersihir untu menikmati berbagai fasilitas hidangan
bawaan dari sebuah globalisasi. Ini menjalar bukan hanya pada sector perilaku hidup sehari-
hari maupun gaya hidup, akan tetapi aspek pendidikan pun mendapatkan banyak sisi hasil
dan efek dari globalisasi tersebut.
Salah satu dari efek tersebut ialah kemudahan untuk mendapatkan bahan ajar dan kemudahan
untuk menyesuaikan pola pembelajaran. Globalisasi dengan konsekuensinya yakni
menghasilkan manusia penuh imajinasi, inspirasi, apresiasi, dan lain-lain. Hal ini bukanlah
sebuah efek negatif tentunya, selama suatu budaya dari globalisasi yakni menyatukan sebuah
masyarakat secara satu ruang dan penciptaan tata dunia baru yang lebih baik,
Perkembangan Pembelajaran
Dewasa ini, pembelajaran menjadi sebuah jasa yang dengan serta merta mudah untuk diakses
dan di manfaatkan. Kemudahan terus melakukan upaya-upaya reformasi. Ketika masa lalu
kita belajar menggunakan dengan banyak pengetahuan model pembelajaran, seperti CBSA
atau Cara Belajar Siswa Aktif, lalu ada model pembelajaran yang bersifat PAIKEM, ada pula
yang menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan cara CTL (Contextual
Teaching and Learning), bahkan ada pula proses pembelajaran yang menggunakan model-
model hasil adopsi dari beberapa negara berkembang semisal Active Learning, dengan
9. pendekatan Multiple Intellegence, serta ada pula Quantum Learning. Bahkan belakangan tren
perkembangan pendidikan perlahan mengikuti tren perkembangan metode yang diterapkan
dalam dunia usaha atau di dunia kerja. Semisal adanya sebuah metode hypnotherapy maka di
pendidikan diperkenalkanlah hypnoteaching dan hypnolearning. Sama halnya dengan metode
quantum yang awalnya merupakan tren tersendiri, lalu menjadi sebuah metode yang coba
diterapkan pula di dalam dunia pendidikan.
Hari ini pun tak hanya model-model pembelajaran yang senantiasa melakukan perubahan.
Proses belajar mengajar dari sisi tempat dan ketersesuaian atas keadaan juga menuntut
perkembangan. Dahulu ketika seseorang tidak mendapatkan ijazah secara formal maka
diarahkan kepada pembelajaran informal seperti adanya Kejar Paket A, B, C. namun hari ini
perkembangan juga sudah mengarah kepada customer based oriented, yakni menjadikan
siswa adalah para konsumen yang harus dipenuhi pendidikannya dengan bentuk dan cara
yang sesuai dengan yang diinginkan dan pola tumbuh kembang. Sehingga bermunculan
model Sekolah Alam, yang mengajak setiap siswa dengan kurikulum yang telah di desain
sedemikian rupa menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan tak lagi beraroma
formal. Atau ada pula model belajar Homeschooling, ketika setiap siswa di manjakan oleh
keadaan namun dituntut untuk menjadi sosok berpendidikan.
Semua hal diatas tadi tidak terlepas dengan adanya perubahan yang senantiasa berubah terus
menerus silih berganti. Evolusi, inovasi, dan implementasi menjadi agenda untuk menjadikan
pendidikan bukan lagi ranah menjemukan. Akan tetapi menjadikan sector pendidikan adalah
usaha bersama dengan banyak kemudahan dan tujuan sesuai harapan, apatah itu
mencerdaskan atau mendewasakan.
Tren Digital Dalam Dunia Pendidikan
Tidak disangsikan lagi bahwasanya pendidikan telah beranjak menjadi sebuah usaha sector
jasa yang tidak bisa dianggap sederhana. Sehingga menuntut adanya perkembangan setelah di
dahului oleh perubahan, baik berupa system yang senantiasa menyesuaikan, tenaga pengajar
yang senantiasa ditingkatkan kemampuannya, hingga bergerak kepada sarana serta prasarana
penunjang pendidikan tersebut. Hal tersebut erat kaitannya dengan menjaga mutu dan
kualitas pendidikan untuk senantiasa menjadi yang terbaik dalam mencerdaskan generasi
bangsa.
Menjaga mutu erat kaitannya dengan sejauhmana pendidikan mampu melayani pelanggan
baik internal (guru dan staf) serta eksternal (orangtua murid, dan institusi terkait). Mutu terus
disempurnakan dengan tidak terlepas dari konsep akan mutu yang matang serta
profesionalitas sumberdaya yang ada.
Salah satu perkembangan dalam dunia pendidikan ialah di adopsinya nilai-nilai digital dalam
pembelajaran. Sebagaimana diketahui bersama, dengan dijembatani oleh teknologi.
Pendidikan kini menjadi hajat hidup orang banyak. Pendidikan menyatukan jarak, waktu, dan
tempat. Hal tersebut dipertemukan oleh hubungan-hubungan dan relasi yang saling terkait.
Maka teknologi muncul menjadi media perantara untuk mempertemukannya.
Hari ini, mungkin guru tidak lebih pandai dari para muridnya dalam sisi kecakapan dan
keahlian mengakses barang-barang baru. Para murid lebih cepat dalam mengakses informasi
dan lebih cepat mengerti untuk menggunakan alat-alat teknologi. Sebab anak-anak hari ini
adalah anak-anak yang lebih cepat dibentuk oleh lingkungan dibandingkan dengan bentukan
sekolahan. Akan tetapi hal demikian lumrah adanya, mengingat pendidikan tumbuh secara
dinamis dan menemukan bentuk-bentuk penyesuaian untuk mencapai gugus kesempuraan.
10. Institusi pendidikan memiliki kewajiban untuk membuat pelajar sadar terhadap variasi
metode pembelajaran yang diberikan kepada mereka. Institusi pendidikan harus memberi
pelajar kesempatan untuk mencontoh pembelajaran dalam variasi model yang berbeda.
Institusi harus memahami bahwa beberapa pelajar juga suka pada kombinasi beberapa gaya
belajar dan institusi harus mencoba untuk cukup fleksibel dalam memberikan pilihan
tersebut. (Sallis; 2010).
Fleksibilitas itu yang kini menghasilkan pola pembelajaran yang sangat dekat bagi anak didik
dan menjadikan pembelajaran menyenangkan karena adanya beragam eksplorasi yang
dihasilkan. Salah satu yang sedang menjadi bahan perkembangan ialah dengan menggunakan
metode pembelajaran e-learning. Bukan barang baru lagi e-learning telah mencapai
kejayaannya di beberapa negara maju. Komunikasi dalam pembelajaran bukan lagi menjadi
halangan dan pembatas. Koneksivitas itu menghasilkan long life education. E-learning
digadang-gadang menjadi sebuah alternative pembelajaran yang membongkar paksa gaya
belajar konvensional penuh dengan kejenuhan.
E-learning sesuai dengan definisinya memiliki makna usaha untuk membuat sebuah
transformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah ke dalam bentuk digital dengan
menggunakan teknologi internet(Purbo & Hartanto, 2002). Sedangkan definisi lain
menjelaskan E-Learning sebagai sebuah sistempendidikan yang menggunakan aplikasi
elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet , jaringan
komputer, maupun komputer stand alone. (Hartley, 2001). Pada definisi lainnya e -
Learning bermakna sebagai sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri,
komunikasi, efisiensi, dan teknologi (Berman, 2006).
Mudahnya e-learning adalah cara pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan media
elektronik (internet, intranet, satelite, tape audio/video, TV interaktif, CD ROM interaktif)
untuk menyampaikan bahan ajar maupun interaksi antara siswa dan pengajar. E-learning
kemudian hadir dengan membawa perubahan dan menjadikan metode pembelajaran tersier
yang mengangkat jatidiri pendidikan baik itu pendidik maupun murid (Liauw, 2008 dalam
Teo, 2010). Di negara maju konsep e-learning sudah bukan lagi menjadi barang baru, di
Inggris pembelajaran dengan menggunakan e-learning telah ada pada tahun 2003 yang
dikemudian hari mendapatkan banyak manfaat seperti efektivitas dalam pembelajaran dan
menggabungkan banyak pengalaman (Bell, 2007). Kehadiran E-Learning diharapkan mampu
mengubah paradigma pembelajaran dari guru aktif menjadi siswa aktif (Bryn & John, 2006
dalam Li, 2009).
Komponen Tujuan E-Learning
Sebagai sebuah paradigma pembelajaran, e-learning memiliki komponen terstruktur yang
digunakan untuk melandasi tujuan-tujuan efektivitas yang diharapkan. Landasan tujuan
tersebut harus disertai dengan mekanisme pelaksanaan dan tindak lanjut, diantaranya ialah:
1. Proses penyampaian instruksi dan informasi, proses ini dibutuhkan untuk memastikan
apa yang harus dilakukan oleh penguna e-learning.
2. Berbagi sumber atau media pembelajaran, tidak hanya guru saja yang dituntut untuk
berbagi pengetahuan, akan tetapi pelajar juga dituntut untuk saling berbagi terhadap
pelajar lainnya. Sehingga proses pembelajaran merata hasil dan manfaatnya.
3. Adanya interaksi dan diskusi di dalam proses e-learning, pada proses e-learning,
pelajar dapat menggunakan forum diskusi untuk saling bertanya, bertukar penjelasan,
debat, dan saling memberikan dukungan dan mengoreksi apabila dimungkinkan
terjadinya sebuah kesalahan.
11. 4. Dalam proses e-learning akan didapati pertukaran interaksi social dan pemahaman akan
emosi, darisana pembelajaran e-learning menemukan muaranya. Bukan hanya belajar
dan saling berbagi, namun e-learning menjadi sebuah media untuk memahami
psikologis dan kemampuan antar individu.
5. Memudahkan proses pengerjaan tugas dan menghemat penggunaan bahan baku dari
alam yang sulit untuk terbarukan, di e-learning. Dengan adanya e-learning dapat
mengurangi limbah serta proses timbale-balik antara guru dan murid berlangsung
efisien.
6. Evaluasi pembelajaran, optimalisasi pembelajaran melalui e-learning akan lebih baik
bila dilakukan dengan tindak lanjut adanya evaluasi. Dengan demikian akan terlihat
kekurangan dan kelemahan serta kelebihan yang mesti dipertahankan dalam
menjalankan aktivitas e-learning kedepannya.
7. Melihat sejauhmana daya siswa yang mampu menangkap pembelajaran. Dengan
adanya e-learning secara terpadu, diharapkan para pengajar mampu memantau aktivitas
anak muridnya dalam mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman yang di dapatkan.
(Li, 2009).
Bila digunakan dengan baik, e-learning akan menghasilkan banyak manfaat. Manfaat tesebut
tentunya bersifat efektif. Manfaat-manfaat tersebut juga bersesuaian dengan Renstra
pendidikan Nasional 2005-2009, dari manfaat tersebut akan menghasilkan output yaitu
Pendidikan bermutu, akuntabel, murah, merata, dan terjangkau oleh rakyat banyak. Manfaat
tersebut yakni:
1. Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan;
2. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan;
3. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik Pendidikan. (Djunaidy, 2009).
Implementasi Penggunaan E-Learning di Sekolah Dasar
Sebagai penunjang utama pendidikan di Indonesia, sekolah dasar yang terdiri dari jenjang
terbawah yakni TK hingga SMP memiliki andil dalam membentuk karakter, disiplin, serta
kecerdasan anak didik. Berbeda halnya dengan sasaran pendidikan untuk dewasa dari jenjang
SMA keatas, tuntutan yang diberikan secara umum ialah mendewasakan dan menjadikan
bijak dalam berfikir dan bertindak. Sekolah di tingkat dasar pun sangat memungkinkan untuk
dilakukan model pembelajaran e-learning. Namun tentunya pembelajaran yang dilakukan
tidak lebih hebat dibandingkan dengan jenjang lebih tinggi lagi.
Implementasi e-learning yang dapat diterapkan pada sekolah pendidikan tingkat dasar ialah
dengan menggunakan metode pembelajaran interaktif. Digitalisasi dilakukan untuk
memudahkan dan membuat anak didik nyaman dengan pelajaran yang diberikan, serta
menjadikan anak didik paham dengan apa yang ia temukan nantinya. Bentuk-bentuk
eksplorasi dan imajinasi menjadi titik mutlak dalam mengembangkan pola pendidikan tingkat
dasar berbasis e-learning. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam model dan cara,
dianataranya ialah:
1. Membekali para pengajar dengan kecakapan dan pengetahuan serta kompetisi pelajaran
yang diajarkan. Hal ini penting karena sebelum seorang guru menggunakan metode e-
learning maka wajib atas dirinya untuk mengenali dan mendeteksi ejauhmana pola
12. pembelajaran efektif melalui e-learning akan dicapai dengan maksimal. Agar siswa dan
guru merasa nyaman dan e-learning memiliki andil dan peranan penting.
2. Menyiapkan sarana pendukung baik teknis maupun non-teknis. Sarana pendukung
teknis ialah tersedianya instalasi yang cukup dan mudah untuk diakses, sedangkan
sarana non-teknis ialah fasilitas-fasilitas pendukung baik itu sumber belajar hingga
tempat yang memadai demi terciptanya pendidikan e-learning berkelanjutan.
3. Komunikasi internal dan ektsernal, sebagaimana disinggung di penjelasan sebelumnya.
Bahwa institusi pendidikan adalah institusi jasa yang menjunjung tinggi pelanggan.
Para pelanggan tersebut berasal dari dalam institusi seperti guru dan staf, sedangkan
institusi eksternal yakni para wali/orang tua murid dan sebagainya. Perlunya institusi
pendidikan menjalankan komunikasi dapat menjadi dukungan positif terciptanya
pembelajaran e-learning yang berguna..
4. Ketersediaan alat bantu pengajaran, e-learning bukanlah sesuatu yang sulit apabila
ketersediaan media belajar memadai. Akan tetapi permasalahan yang kini ada ialah
implementasi e-learning kekurangan alat bantu, terlebih hal tersebut arus dibeli dengan
harga yang tidak murah.
5. Koneksivitas, hal ini menjadi penting untuk menjadikan pembelajaran e-learning dapat
dilaksanakan. Ketersediaan pasokan listrik yang optimal, media bantu dan pokok yang
ditunjang dengan baik, serta adanya jaringan internet yang senantiasa stabil juga
menjadi penentu keberhasilan pembelajaran e-learning tidak terkecuali untuk jenjang
pendidikan dasar.
Jika poin-poin diatas dapat terealisasi maka implementasi penggunaan e-learning sebagai
paradigma baru dalam pembelajaran takkan lagi menjadi hambatan.
Peluang dan Tantangan
Tentunya sebagai sebuah paradigma pembelajaran, E-Learning memiliki tantangan. Baik
bersifat teknis seperti kurangnya dukungan fasilitas dan infrastruktur erta minimnya
kecakapan dan kompetensi penggunaan oleh para guru. Sedangkan untuk tantangan non-
teknis ialah masih adanya anggapan miring akan minimnya tingkat efektivitas pembelajaran
e-learning terlebih di beberapa daerah, belum lagi penentangan dari kalangan masyarakat
umum yang menganggap bahwa pembelajaran e-learning ialah paradigma pemborosan dan
berdaya guna rendah.
Akan tetapi e-learning tetap memiliki peluang dan penerimaan yang besar, selain asas
kemudahan dan efektivitas yang paripurna. E-learning mampu mengarahkan kultur maya
para siswa yang sebelumnya hanya memiliki orientasi penggunaan internet sebatas permainan
(game) maupun jejaring sosial. Diharapkan dengan adanya e-learning kelak para siswa akan
dapat menemukan arah belajar di depan monitor komputer dan perangkat pembelajaran visual
lainnya. Hal ini tentu akan berpengaruh ositif terhadap budaya positif bangsa.
Penutup
Paradigma pembelajaran yang senantiasa mengalami perubahan akan terus menuntut
kreatifitas dalam melakukan pengembangan. Hal tersebut tidak terlepas dari dua subjek sector
yakni adanya regulator dalam hal ini adalah pemerintah, serta operator dalam hal ini adalah
pengguna dan objek yang bekerja. e-learning bukanlah barang baru di negara-negara maju.
Penggunaan dan implementasinya terus mengalami kemajuan. Di Indonesia sendiri,
pembelajaran e-learning sebelumnya telah ada, yakni di bangku universitas dengan dimulai
oleh Universitas Terbuka melalui modul, CD interaktif, serta kini penggunaan jaringan
13. internet. Beberapa kampus luar negeri pun menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar
positif, sebagaimana yang ditempuh oleh Medina Islamic University yang menjadikan
mahasiswanya berkuliah melalui jarring maya. Seandainya pemerintah fokus dan konsisten
untuk menggarap pembelajaran melalui e-learning, kelak kedepan pembelajaran yang
menjemukan dan menjenuhkan dengan system kelas dapat teratasi. Halangan dan rintangan
bisa tersolusi. Dan terakhir visi Indonesia cerdas pada beberapa tahun yang akan dating bisa
tercapai secara maksimal.
Daftar Pustaka
1. Anonim 1, 2014 (http://www.kajianpustaka.com/2014/06/pengertian-karaktiristik-
dan-manfaat-elearning.html, 20 Desember 2017, 21.30)
2. Anonim 2, 2012 (https://rizqielf.wordpress.com/2012/09/20/definisi-dan-komponen-
e-learning/, 20 Desember 2017, 21.33)
3. Anonim 3, 2010 (https://pergipagi.wordpress.com/2011/10/19/e-learning-
implementasi-peluang-dan-tantangan/, 20 November 2017, 21.34)
4. Anonim 4, 2017 (https://indonesianyouth.org/nanda-lorenza/4-manfaat-yang-
didapatkan-dari-pembelajaran-e-learning/ , 20 Desember 2017, 21.20)
5. Anonim 5, 2008 (https://sagung.wordpress.com/2008/07/27/masa-depan-e-learning-
di-indonesia/, 20 Desember 2017, 21.25)