1. MAKALAH
Pendidikan Kewarganegaraan
Fenomena K-Pop antara degredasi budaya, moral dan seni
Disusun Oleh:
Nama : YULIANA INDRI HAPSARI
NIM : (6101413015)
Rombel : 48
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGRI SEMARANG
2014
2. A. ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara yang memiliki suku bangsa, bahasa serta agama yang
bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beberapa
pulau besar dan ribuan pulau kecil serta didukung oleh faktor ragam suku, ras, agama dan
budaya.Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan
sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewariskan kepada generasi selanjutnya.
Lebih dari 20 suku terdapat di Indonesia dan lebih dari 100 kebudayaan ada di Indonesia.
Perubahan kebudayaan yang mulai terjadi di Indonesia saat ini nampak jelas dengan
adanya pergeseran budaya dari kebudayaan lokal menjadi kebudayaan luar yang lebih diminati
oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut merupakan salah satu dampak adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya budaya pop Korea
dan budaya barat di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Semakin gencarnya ekspos dunia luar melalui media elektronik seperti televisi
maupun internet menjadikan masyarakat seakan tidak peduli dengan budayanya sendiri. Pola
pikir masyarakat khususnya generasi muda dapat dengan mudah dirusak, masyarakat lebih
cenderung melupakan kebudayaan sendiri dan beralih ke budaya luar.
Fenomena K-Pop yang telah merubah moral generasi muda yang semakin jelas terlihat.
Nilai-nilai sosial yang dulu dijunjung tinggi kini perlahan mulai terkikis oleh kebudayaan “pop”
yang menyebar dengan leluasa. Banyak diantara masyarakat yang tidak menyadari akan dampak-
dampak K-Pop ini. Akibatnya dengan begitu mudah dampak negatif ini mengotori dan akan
segera menggeser peradaban. Masyarakat awam cenderung menikmati K-Pop ini bukan sebagai
kemajuan namun hanya kesenangan materi semata.
3. Bangsa Indonesia dewasa ini di dalam memasuki era globalisasi menghadapi suatu masa
yang kritis karena masyarakat mengalami krisis kebudayaan. Krisis kebudayaan bisa
menyebabkan krisis sosial, krisis ekonomi, krisis psikologi dan berbagai jenis krisis lainnya.
Fenomena globalisasi mempengaruhi dinamika masyarakat, dinamika tersebut mengubah
tingkahlaku manusia dan juga berakibat pada kaburnya nilai-nilai kemanusiaan, agama dan
budaya. Globalisasi membawa 4 ciri utama, yakni Dunia-Tanpa-Batas, Kemajuan Ilmu dan
Teknologi, Kesadaran terhadap HAM serta Kewajiban Asasi Manusia dan Masyarakat Mega
Kompetisi. Adanya kekhawatiran dari dampak globalisasi adalah pada generasi muda Indonesia
karena generasi muda yang mash mencari jati diri dengan filter diri yang seadanya sangat rentan
untuk terpengaruh dari budaya luar. Degradasi pada moral remaja diperlihatkan bukan hanya
dalam cara berpakaian dan tawuran, namun masih banyak lagi. Contohnya: dunia narkoba dan
seks bebas akhir-akhir ini memang sangat ngetren dikalangan remaja. Ini tandanya ada bukti lagi
bahwa moral remaja masa kini memang sudah menurun. Menurut Robert J. Havighurst moral
yang bersumber dari adanya suatu tata nilai yakni a value is an obyect estate or affair wich is
desired (suatu obyek rohani atas suatu keadaan yang di inginkan). Maka kondisi atau potensi
internal kejiwaan seseorang untuk dapat melakukan hal-hal yang baik, sesuai dengan nilai-nilai
value yang diinginkan itu. Jadi dapat disimpulkan degradasi moral adalah penurunan tingkah
laku manusia akibat tidak mengikuti hati nurani Karena kurangnya kesadaran diri terhadap
kewajiban mutlak.
4. B. PEMBAHASAN
Dari zaman dahulu kebudayaan telah melekat di dalam masyarakat Indonesia,
kebudayaan tersebut sangat beragam antara wilayah 1 dengan wilayah yang lain pun akan
berbada. Kita sebagai generasi penerus hanya mewarisi dan diharapkan agar menjaga dan
melestarikan kebudayaan tersebut. Namun di era sekarang ini nilai kebudayaan di dalam
masyarakat telah mulai meluntur bahkan ada sebagian yang mulai menghilang. Salah satu
penyebabnya adalah era globalisasi yang dapat menggeser nilai-nilai kebudayaan yang telah
melekat di dalam masyarakat Indonesia.
Banyak para remaja sekarang ini yang tidak suka dengan kebudayaan daerahnya sendiri,
mereka lebih senang meniru budaya asing yang sangat bertentangan dengan budaya Indonesia.
Sebagai generasi penerus hendaknya kita mencintai dan melestarikan kebudayaan yang telah
diwariskan dari dulu, agar nilai-nilai kebudayaan yang telah ada dapat diwariskan pada anak
cucu kita. Jika generasi muda tidak mengenal nilai-nilai kebudayaan dari bangsanya, maka
dengan mudah nilai kebudayaan tersebut diklaim oleh Negara lain. Kita sebagai generasi penerus
harus berusaha sebisa dan sebaik mungkin menjaga nilai kebudayaan yang telah terbentuk.
Karena pembentukan kebudayaan membutuhkan waktu yang amat sangat luar biasa lama sekali.
Tidak hanya diciptakan dan dibentuk dalam waktu yang singkat dan pembentukan kebudayaan
tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan yakni melalui proses waktu yang lama dan
turun temurun dari nenek moyang kita. Dan saat ini, seperti yang kita semua telah sadari,
kebudayaan daerah, mulai luntur tergantikan oleh kebudayaan barat yang di agung-agungkan
oleh generasi muda. Padahal orang-orang barat yang kita tiru gayanya itu lebih menghargai
budaya daerah asli Indonesia. Karena mereka lebih menghargai originalitas suatu kebudayaan.
5. Selain itu, klaim-klaim dari negara tetangga atas kebudayaan kita juga membuktikan bahwa
kebudayaan yang kita miliki adalah salah satu kebudayaan paling luar biasa di dunia. Sudah
sepantasnya kita jaga dan kita lestarikan dengan baik dan seharusnya kita mulai bangga akan
budaya kita sendiri, dan melestarikannya dengan sebaik dan sebisa mungkin. Nilai kebudayaan,
proses, nenek moyang, generasi penerus dan melestarikan. Budaya bangsa Indonesia secara
lambat laun terus luntur, sekaligus mengalami degradasi. Padahal disamping merupakan identitas
suatu bangsa, budaya juga merupakan aset yang harus dipertahankan dan terus dikembangkan.
Nilai kebudayaan telah melekat di dalam masyarakat Indonesia, nilai-nilai kebudayaan tersebut
sangat beragam antara wilayah 1 dengan wilayah yang lain pun akan berbada. Namun di era
sekarang ini nilai kebudayaan di dalam masyarakat telah mulai meluntur bahkan ada sebagian
yang mulai menghilang. Salah satu penyebabnya adalah era globalisasi yang dapat menggeser
nilai-nilai kebudayaan yang telah melekat di dalam masyarakat Indonesia. Banyak para remaja
sekarang ini yang tidak suka dengan kebudayaan daerahnya sendiri, mereka lebih senang meniru
budaya asing yang sangat bertentangan dengan budaya Indonesia. karena nilai-nilai kebudayaan
dari berbagai Negara dengan mudah tersebar luas karena alat-alat komunikasi yang kian canggih
dan maju. Namun sangat disayangkan generasi kita malah semakin melupakan , dan hal ini pada
akhirnya menimbulkan degradasi budaya .
Masyarakat Indonesia pada zaman dahulu lebih kreatif dalam mengembangkan budaya missal:
pakaian adat-istiadat dan tarian-tarian tradisional tanpa tercampur dengan budaya luar. Dengan
adanya globalisasi ini masyarakat Indonesia banyak mengalami perubahan bukan hanya pada
budaya saja melainkan juga pada perubahan moral dan seni yang selama ini menjadi jati diri
masyarakat Indosenia. Perkembangan K-Pop sangat cepat tersebar luas di wilayah Indonesia.K-
6. Pop yang tersebar di Indonesia menyebabkan degradasi budaya, moral, dan seni yang selama ini
melekat pada masyarakat Indonesia.
Kebudayaan-kebudayaan bangsa Indonesia sekarang sudah mulai luntur dari masyarakat
kita karena masyarakat kita khususnya para pemuda lebih condong senang meniru budaya-
budaya luar dari pada budaya asli kita sendiri. Sebagai contoh para remaja putri atau pemudi kita
lebih senang meniru memakai celana pendek seperti remaja putri atau pemudi bule yang ternyata
merupakan kebudayaan barat yang mereka anggap dapat membuat mereka lebih cantik dari pada
memakai pakaian yang menutup anggota tubuh yang merupakan salah ciri khas kita sebagai
negara yang penuh sopan santun dan keramahannya. Remaja sekarang ini berbeda jauh dengan
remaja-remaja zaman dulu. Jika remaja dulu cenderung aktif, kreatif, ulet dan mau berusaha
sedangkan remaja sekarang ini sudah dimanjakan dengan peralatan serba canggih dan makanan
instan, dan kebanyakan tidak mau berusaha dengan keras, sebagi generasi penerus hendaknya
kita harus berusaha lebih keras . Zaman yang serba ada ternyata mampu membuat seorang
menjadi pemalas dan lamban dalam berfikir serta bertindak. Nasib bangsa Indonesia dan nilai-
nilai kebudayaan sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen
masyarakat khususnya kaum muda sebagai generasi penerus. Sayang sekali sampai dengan saat
ini, masyarakat Indonesia mengalami krisis kebudayaan. hal ini disebabkan Kebudayaan asli
bangsa Indonesia dibiarkan merana, tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak-pihak
yang berkompeten . Bahkan kebudayaan asli bangsa terkesan dibiarkan mati merana digerilya
oleh kebudayaan asing khususnya kebudayaan barat. Watak-watak negatif masyarakat Indonesia
seperti munafik, feodal, malas, tidak suka bertanggung jawab, suka gengsi dan prestis, dan tidak
suka bisnis, harus dihilangkan dan diganti dengan watak-watak yang baik. Semangat rakyat yang
7. senang bergotong royong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, bermusyawarah memutuskan
cara penyelesaian masalah sudah sangat jarang terlihat. Nilai-nilai kebudayaanpun sudah mulai
hilang terlindas oleh kemajuan jaman . Dahulu, nilai gotong royong sangat terasa sekali, jika ada
tetangga yang melaksanakan hajatan. Ketika petani mau menanam padi atau kedelai di ladang
atau panenan, pasti tidak bayar, upahnya hanya makan pagi dan siang atau makan kecil. Jadi,
kalau ada diantara mereka menanam atau memanen, maka warga yang lainnya ikut gotong
royong dan begitu sebaliknya, terjadi semacam barter tenaga. Sekarang keadaanya telah
bergeser, kalau mau bercocok tanam atau panenan sudah harus memperhitungkan upah. Bahkan
sekarang jika ada kentongan dipukul untuk bergotong royong di rumah tetangga, banyak orang
yang berfikir praktis, cukup memberi uang dan tidak udah ikut gotong royong. Adanya desakan
ekonomi pasar yang kuat, memang terlalu sulit dan berat untuk mempertahankan model gotong
royong seperti diatas, dan memang tidak harus dipertahankan benar-asal proporsional. Pola pikir
praktis dengan hanya memberi uang tanpa mau terlibat gotong royong jelas merupakan pertanda
erosi nilai dan munculnya nilai baru yakni indivualisme pada masyarakat perdesaan, Munculnya
nilai individualisme ini terjadi karena semakin terbatasnya kepemilikan tanah yang banyak
dikuasai oleh tuan tanah lokal atau masuknya petani berdasi dari kota.
Menurut Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski terkait tentang masalah
kebudayaan dan masyarakat mereka mengatakan bahwa keduanya merupakan Cultur
Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu (Soemardjan dan Soemardi, 1964:115).
Kemudian, Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang super-organic karena
kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus, walaupun orang-
orang yang menjadi anggota masyarakat silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran.
8. Pergeseran nilai kebudayaan Jawa ini semakin terasa setelah munculnya Boy
Band dan Girl Band ke negeri ini. Kedatangannya mampu merenggut penggemar yang sangat
banyak terutama dari golongan generasi muda Jawa. Sehingga para generasi muda ini
terkosongkan dari kandungan moral karena mereka lebih suka menirukan gaya hidup dari para
personil Boy Band dan Girl Band tersebut dari pada kebudayaannya sendiri.
1. Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture, yang berasal dari kata Latin colera,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Sedangkan menurut bahasa Sansekerta, budaya atau
kebudayaan berasal dari kata buddayahyang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Menurut ahli antropologi E.B. Tailor mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Definisi lain dikemukakan oleh Selo Soemarjan dan Soelaeman
Soemardi mengungkapkan bahwasanya kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan yang bersifat
kebendaan. Hal ini diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabadikan untuk kepentingan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia
mewujudkan norma dan nilai masyarakat yang diperlukan untuk mengatur masalah-masalah
kemasyarakatan alam yang di dalamnya termasuk, agama, ideologi, kebatinan, kesenian dan
semua unsur yang merupakan hasil ekspresi dari jiwa manusia yang hidup sebagai anggota
masyarakat. Selanjutnya cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan pikir dari orang
9. yang hidup bermasyarakat untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Semuanya baik karya, rasa
dan cipta dikuasai oleh kehendak dari orang-orang yang menentukan kegunaannya, agar sesuai
dengan kepentingan sebagian besar, bahkan seluruh masyarakat.
Dewasa ini Budaya Indonesia mengalami krisis yang sangat parah, karena terdesak oleh
kajuan teknologi yang mengakibatkan masyarakat mau tidak mau harus dapat bersosialisai
dengan kemjuan zaman ini. Dengan munculnya korea pop (K-Pop) semakin memperburuk
kebudayaan Indonesia. Nilai budaya pada intinya sama dengan nilai budaya Timur yang banyak
bersumber dari agama-agama yang lahir di dunia Timur. Manusia-manusia Timur lebih
menyukai intuisi daripada akal budi, oleh karena itu berpikir secara timur tidak bertujuan
menunjang usaha-usaha manusia untuk menguasai dunia dan hidup secara teknis (Sulaeman,
1998:38). Jadi, inti kepribadian manusia Timur tidak terletak pada intelektualnya, tetapi pada
hatinya. Dengan hatinya mereka menyatukan akal budi dan intuisi serta perasaan. Dalam hal
menegakkan norma, kebudayaan Jawa tidak hanya bersumber dari ajaran agama, tetapi ide
abstrak atau simbolik pun dapat terwujud kongkret dalam praktek kehidupanya (adat istiadat).
Masyarakat Jawa itu memiliki kepribadian yang sopan dalam hal berpakaian maupun dalam hal
bertutur kata, ramah-tamah, sederhana, serta lebih mangutamakan kebersamaan daripada
keindividuan.
2. Moral
Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari
Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya
dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut
10. amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, moral adalah ajaran tentang baik buruk yang
diterima maupun mengenai perbuatan, sikap, kewajiban.
Immanuel Kant berpendapat, moralitas adalah hal keyakinan dan sikap bathin dan bukan hal
sekedar penyesuain aturan dari luar, entah itu aturan hukum Negara, agama atau adat-istiadat.
Selanjutnya dikatakan bahwa, criteria mutu moral seseorang dalah hal kesetiaannya pada hatinya
sendiri. Moralitas adalah pelaksanaan kewajiban karena hormat terhadap hukum, sedang hukum
itu sendiri tertulis dalam hati manusia. Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untukk
mengikuti apa yang dalam hati didasari sebagai kewajiban mutlak.
Menurut Robert J. Havighurst moral yang bersumber dari adanya suatu tata nilai yakni a
value is an obyect estate or affair wich is desired (suatu obyek rohani atas suatu keadaan yang di
inginkan). Maka kondisi atau potensi internal kejiwaan seseorang untuk dapat melakukan hal-hal
yang baik, sesuai dengan nilai-nilai value yang diinginkan itu.
Poerwodarminto dijelaskan bahwa moral adalah ajaran tentang baik-buruk dari perbuatan.
Moral secara terminologis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas
dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar
–salah, baik-buruk. Munculnya K-Pop memperburuk keadaan karena tingkah laku dan tutur kata
yang sekarang ini di gunakan kebanyakan meniru orang barat. Dengan keadaan itulah moral
yang terdapat di setiap individu berkurang. Karena, mereka belum menyadari kesalahan atau
belum mendapatkan jati diri mereka, sehingga mereka terpengaruh oleh budaya barat.
11. 3. Seni
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim
dari ilmu. Dewasa ini seni bias di lihat dalam inisari ekspresi dan kreativitas manusia. Seni juga
dapat di artikan dengan sesuatu yng di ciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan.
Seni sangat sulit untuk di jelaskan dan sulit untuk di nilai. Karena masing individu memilih
sendiri peraturan yang menuntunnya masih bisa di katakan bahwa seni adalah proses dari
memilih untuk penggunaan medium itu.
Menurut Alexander Baum Garton, Seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang
positif menjadikan penikmat meraa dalam kebahagiaan.
Sedangkan menurut Sudarmaji, Seni adalah segala manifestasi batin dan pengalam estetis
dengan menggunakan media bidang, garis, warna, volume, dan gelap-terang.
Di Indonesia banyak berkembang seni musik, seni suara, seni sastra. Namun yang paling
banyak di gemari adalah seni musik dan seni suara. Seniman-seniman Indonesia telah banyak
mengahsilkan banyak penghargaan di bidang seni musik dan seni suara. Dengan ciri khas dari
bangsa Indonesia itu sendiri maka seni yang di hasilkan beda dari Negara-negra lain. Namun,
pada saat ini berkembang korea pop yang meracuni bangsa Indonesia. Sehingga seni yang
seharusnya menjadi ciri khas telah luncur akibat munculnya korea pop di Indonesia.
4. Korea pop (K-Pop)
Boy Band dan Girl Band merupakan sebuah musik K-Pop (Korean Pop) yaitu musik pop
Korea yang merupakan penggabungan dari suara yang bagus dan dance. Jadi, selain memiliki
12. suara yang bagus para personil Boy Band dan Girl Band juga memiliki kemampuan dansa yang
bagus pula.
Perkembangan dari para grup Boy Band dan Girl Band tersebut sangat pesat hingga
meluas ke luar Korea, seperti Amerika, Jepang, Cina, bahkan mencapai ke negara Indonesia.
Dewasa ini musik K-Pop menjadi musik yang paling laku di pasaran hiburan
Internasional, apalagi di Indonesia, demam K-Pop sudah melanda di seluruh daerah baik
perkotaan maupun pedesaan. Fenomena ini sangat menyesakkan, bahkan sekarang ini musik K-
Pop khususnya Boy Band danGirl Band menjadi kiblat bagi para musisi Indonesia untuk
membentuk grup Boy Band atau Girl Band ala Indonesia yang bercorakkan ke Korea-Koreaan
dengan harapan akan laku keras di pasaran karena sesuai dengan apa yang sedang digandrungi
pasar. Buktinya, sekarang ini banyak bermunculan Boy Band dan Girl Banddari kalangan
pemuda Indonesia misalnya, Sm*sh, Super 9 Boys, Hitz, Max Five, Cherrybelle, Seven Icon, Six
Star, dan masih banyak lagi grup-grup yang lainya.
Belum hilang juga dari ingatan bagaimana heboh dan histerisnya ELF (Everlasting Fans),
sebutan bagi para penggemar boyband Super Junior (Suju) dari Korea, ketika idola mereka
bertandang ke Ibu Kota. Puluhan ribu tiket yang dijual (yang sama sekali tidak tergolong murah)
langsung ludes hanya dalam waktu beberapa jam. Tiga hari konser Suju rasanya tidak cukup
untuk memuaskan dahaga para ELF Indonesia. Tidak dapat dibayangkan berapa rupiah untung
yang diraup oleh promotor. Fenomena ini menunjukkan Hallyu (demam Korea) yang semakin
terasa menyesakkan. Bahkan kini dunia hiburan Korea menjadi kiblat entertainerdan pebisnis
dunia hiburan Indonesia, mulai dari drama serial, film, musik, bahasa, budaya dan bahkan
fesyen, semuanya berafiliasi pada kecenderungan meniru Korea.
boyband dan girlband yang seharusnya menjadi warna baru dalam dunia hiburan di Rasanya, kini
13. K-Pop mencekoki ruang-ruang hiburan kalangan muda. Bermunculannya Indonesia justru lebih
banyak diindikasikan meniru dan bahkan menjiplak persis boyband dan girlband dari Negeri
Ginseng tersebut. Tidak hanya itu, banyak juga drama dan FTV yang ternyata mengadopsi cerita
dramadari Korea.
5. Respon Generasi Muda Terhadap Korea Pop (K-Pop)
Globalisasi merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kita di zaman yang modern ini,
keberadaanya sudah tidak bisa terelakkan lagi di negara Indonesia ini, khususnya di pulau Jawa
yang sangat padat penduduknya dibandingkan dengan pulau-pulau yang lainya. Globalisasi ini
memberikan dampak yang sangat memprihatinkan bagi generasi muda terhadap perkembangan
kebudayaan Jawa, apalagi sejak munculnya Boy Band danGirl Band di Indonesia yang mampu
merebut sebagian besar penggemarnya di kalangan pemuda Jawa menambah semakin parahnya
dampak yang diberikan terhadap perubahan lingkungan dan kebudayaan negara Indonesia,
khususnya kebudayaan Jawa.
Sejak munculnya Boy Band dan Girl Band ke Indonesia perhatian para pemuda telah
dibelokkan yang seharusnya mereka melestarikan kebudayaanya sendiri kini telah berpindah
lebih memperhatikan kebudayaan negara lain. Generasi muda baik dari golongan pria maupun
wanita sangat mengidolakan para personil Boy Band dan Girl Band, sampai-sampai mereka
ingin menjadi seperti para personil Boy Band dan Girl Band sehingga mereka meniru gaya hidup
para idolanya tersebut, mulai dari cara berpakaian, gaya rambut, bahasa, bahkan sampai
aksesoris yang mereka kenekan pun sama dengan aksesoris yang dikenakan para idolanya
tersebut.
Generasi muda sekarang ini lebih menggemari lagu-lagu yang dibawakan oleh Boy
Band dan Girl Band misalkan saja lagu-lagu yang dinyanyikan Boy Band Super Junior (Suju)
14. dari Korea daripada lagu-lagu campursari maupun keroncong. Mereka lebih mengenali nama-
nama personil Boy Band dan Girl Band daripada nama-nama penyanyi campursari maupun
keroncong. Bahkan bahasa manjadi bahasa yang ke sekian di bawah bahasa Inggris dan Korea
yang dewasa ini sangat digemari oleh generasi muda.
Kaberadaan Boy Band dan Girl Band di Indonesia ini sangat pesat perkambanganya
karena hampir semua stasiun televisi menayangkannya bahkan sebagian dari stasiun televisi
telah mengadakan audisi Boy Band danGirl Band. Misalnya, beberapa bulan yang lalu stasiun
televisi indosiar mengadakan audisi Boy Band dan Girl Band Indonesia yang menyediakan
hadiah hingga mencapai puluhan juta rupiah bagi para pemenang audisi tersebut. Semua itu
dapat menarik perhatian para pemuda untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Di samping itu,
ketenaran namanya di muka publik pun menjadi salah satu pemicu generasi muda untuk ikut
berpartisipasi di dalamnya. Dengan demikian, secara tidak disadari kebudayaan Jawa telah
dikesampingkan oleh generasi muda yang seharusnya merekalah yang menjadi pewaris sekaligus
penerus dari kebudayaan Jawa kini telah melalaikanya. Hal ini semakin kelihatan ketika generasi
muda mulai tidak mengenali lagi kebudayaannya bahkan mereka merasa asing dengan
kebudayaannya sendiri.
Begitulah pengaruh negatif yang diakibatkan oleh munculnya Boy Banddan Girl Band ke
negara Indonesia ini, sehingga banyak kalangan, terutama generasi muda salah tafsir terhadap
realita yang terjadi dalam kehidupan yang sekarang ini. Mereka mempunyai pandangan bahwa
apa yang datang dan berasal dari Barat adalah modern, segala yang datang dan berasal dari Barat
adalah baik dan lebih ironisnya lagi mereka lebih bangga menirukan kebudayaan Barat daripada
kebudayaan aslinya karena mereka menganggap kebudayaan yang ada di wilayah atau negaranya
itu ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan konteks kaum muda zaman modern serta tidak
15. dapat memberikan percepatan realisasi dalam menggapai impiannya. Semua ini dapat
menurunkan nilai kebudayaan, nilai moral, dan nilai seni.
6. Factor Penyebab Terdegradasinya Nilai Kebudayaan, Nilai Moral, dan Nilai Seni Pasca
munculnya Korea Pop (K-Pop).
Faktor yang menyebabkan terdegradasinya nilai kebudayaan Indonesia
pascamunculnya Korea Pop ini sangat erat hubungannya dengan media sosialisasi karena apabila
media sosialisasi itu memberikan pengaruh yang positif terhadap generasi muda maka
pelestarian kebudayaan Indonesia itu pun akan tetap terlaksana dengan baik sampai sekarang ini.
Akan tetapi, apabila media sosialisasi itu tidak memberikan dukungan dan pewarisan kepada
generasi mudanya maka pelestarian kebudayaan Indonesia pun mengalami kepincangan dan
bahkan dapat terjadi yang namanya degradasi kebudayaan yang dapat menghilangkan ciri khas
kebudayaan Indonesia.
Beberapa media sosialisasi yaitu: keluarga, kelompok, lingkungan pendidikan, lingkungan
sosial, dan media massa.
Dilihat dari faktor keluarga, dewasa ini orang tua kurang mementingkan adanya
sosialisasi kebudayaan Jawa kepada putra-putrinya, bahkan seakan-akan orang tua acuh tak acuh
terhadap wawasan kebudayaan anaknya. Sehingga pewarisan kebudayaan milik sendiri yang
semestinya diwariskan oleh orang tua kepada anaknya kini tampak memudar.
Sedangkan jika ditinjau dari aspek interaksi dalam suatu kelompok, generasi muda
sekarang ini kurang menghiraukan terhadap urgensi wawasan kebudayaan yang semestinya dapat
mereka kaji bersama dalam kelompok tersebut, sehingga terjadi pertukaran pengatahuan
kebudayaan antar individu. Namun kenyataanya, yang mereka kaji justru hal yang tidak ada
16. sangkut pautnya dengan kebudayaan bahkan terkesan omong kosong dan tanpa alur serta tema
yang jelas.
Dalam lingkungan pendidikan pun di zaman yang modern ini kurang begitu
memperhatikan terhadap pelestarian nilai kebudayaan kepada anak didiknya. Materi-materi yang
diberikan kepeda anak didiknya yang terkait dengan kebudayaan Jawa sekarang ini sangat jarang
ditemukan di berbagai sekolah-sekolah, universitas-universitas, dan beberapa tempat pendidikan
yang lainya.
Pendidikan yang berkembang sekarang ini lebih mengedepankan pendidikan yang
bersifat materiil, sedangkan pendidikan yang berbasis pembangunan karakter kurang begitu
diperhatikan. Jadi, rasa percaya diri generasi muda terhadap kebudayaan Indonesia seakan-akan
tidak ada bahkan acuh tak acuh terhadap perkembangan kebudaanya sendiri.
Ditambah lagi dengan linkungan sosial dan media massa yang berkembang sekarang ini
kurang mendukung terhadap pelestarian kebudayaan Indonesia menambah semakin cepatnya
kebudayaan ini terdegradasi. Karena media massa sekarang ini lebih dominan menayangkan
fenomena-fenomena yang sedang trend di kalangan generasi muda. Misalnya, fenomena Korea
Pop yang sedang marak di berbagai media massa sekarang ini memberikan dampak yang begitu
besar terhadap perubahan dan pergeseran kebudayaan Jawa, sebab generasi muda sangat rentan
melakukan segala sesuatu yang sering mereka lihat yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Jadi,
apabila lingkungannya mendukung dalam proses pelestarian kebudayaan Jawa, maka generasi
muda pun akan turut serta melestarikan kebudayaan Jawa. Sedangkan apabila kondisi
lingkungannya tidak mendukung terjadinya proses pelestarian kebudayaan Indonesia, maka
generasi muda pun akan enggan melestarikan kebudayaannya.
17. Namun dalam kenyataannya, lingkungan yang terjadi di sekitar pemuda selama ini tidak
memberikan pembelajaran kebudayaan, moral, dan seni yang baik. Sehingngga generasi muda
saat ini telah terjerumus di lubang yang dalam. Karena sudah tidak mengenal lagi kebidayaan
asli Indonesia dan kelakuannya tidak mencrminkan masyarakat Indonesia melainkan masyarakat
barat yaitu dengan menganut kebebasnnya contoh berciuman di depan umum dan sudah tidak
mengenal arti dari gotong royong yang selama ini melekat pada masyarakat Indonesia. Di
tambah lagi dengan nilai Seni itu sendiri sudah tidak di hiraukan oleh generasi muda itu sendiri.
7. Cara Penanggulangan Terjadinya Degradasi Budaya, Moral, dan Seni Pasca Munculnya
Korea Pop (K-Pop)
Untuk menanggulangi terjadinya degradasi nilai budaya, moral, dan seni yang
diakibatkan karena maraknya fenomena Korea Pop (K-Pop) di Indonesia khususnya di pulau
Jawa, menurut dari hasil diskusi tentang terdegradasinya nilai budaya, moral, dan seni
pascamunculnya Korea Pop (K-Pop) dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa usaha yang
dapat dilaksanakan yaitu:
Sering mengadakan lomba yang berbaur dengan kebudayaan Jawa misalnya, lomba seni
tari tradisional, fasion show pakain adat Indonesia, lomba menyanyi lagu Nasional, dan
lain sebagainya.
Mengoptimalkan pendidikan kebudayaan daerah sendiri di lingkungan sekolah dan
terutama di lingkungan keluarga.
Memberikan motivasi dan pengertian kepeda generasi muda bahwasanya kebudayaan
sendiri itu lebih baik dari kebudayaan lain dengan catatan tidak menjelek-jelekkan
budaya lain.
18. Pendidikan moral Pancasila sebagai pendidikan nilai Pendidikan moral sebagai suatu
istilah muncul secara resmi dalam Ketetapan MPR No IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) dalam kalimat berikut: Untuk mencapai cita-cita tersebut maka
kurikulum di semua tingkat pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi,
baik negeri maupun swasta harus berisikan Pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur yang
cukup untuk meneruskan jiwa dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda.
Pemanfaatan substansi teknolgi pada cara yang tepat adalah penting demi tegaknya nilai-nilai
positif terutama nilai-nilai agama dan moral dalam berkehidupan.
19. PUSTAKA DAFTAR
http://sasmitowae.blogspot.com/2012/11/degradasi-nilai-kebudayaan
Fenomena Remaja “Alay” Posted: January 21, 20...
http://hiudiary.wordpress.com/2010/11/10/faktor-penyebab-kerusakan-moral/
http://kampus.okezone.com/read/2012/06/12/95/645742/k-pop-dan-degradasi-kebanggaan-
budaya-lokal
http://koreanwave.blogdetik.com/2012/11/26/popularitas-musik-kpop-korea-di-dunia/
http://edition.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/12/31/korea.entertainment/index.html
(http://id.shvoong.com/social-sciences/2238661-pengertian-pendidikan-moral/)