SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 21
Kata pengantar

         Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta ini
dengan segala kebesaranNya, dimana dengan melihat dan mengamati ciptaanNya, manusia dapat
berfikir dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat, dan pengikutnya
hingga akhir zaman.

         Dengan dilandasi semangat sehingga pemakalah dapat menyusun makalah ini sebagai
tugas makalah kelompok mata kuliah estetika tentang seni dalam perspektif Islam.

         Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman pemakalah dalam mendalami
seni Arsitektur Islam dalam bangunan Masjid.

Dan tidak lupa pula pemakalah mengucapkan terima kasih kepada :

         1. Dosen mata kuliah estetika yaitu bapak Shafrudin Tajudin

         Kami   berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami selaku penyusun
makalah dan umumnya kepada para pembaca. Atas perhatiannya pemakalah mengucapkan terima
kasih.




                                                                  Jakarta, 16 mei 2011




                                                                       MUMUT MUTI’AH
Daftar Isi


Kata pengantar ................................................................................................................... 1

Daftar Isi ........................................................................................................................... 2

BAB I ................................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3

1.1     Latar Belakang........................................................................................................... 3

BAB II ............................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6

2.1 Definisi Masjid............................................................................................................... 6

2.2 Sejarah Masjid .............................................................................................................. 6

2.3 Konsep Perencanaan Masjid ............................................................................................ 7

2.4 Bangunan Masjid sebagai Unsur Estetika dan Land Mark dari suatu Lingkungan .................... 9

2.5 Desain Arsitektur Bangunan Masjid ................................................................................ 10

2.6 Komponen Bangunan Masjid ......................................................................................... 11

BAB III ............................................................................................................................ 19

PENUTUP ......................................................................................................................... 19

3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 19

3.1 Saran......................................................................................................................... 19

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 20
BAB I

                                         PENDAHULUAN

   1.1 Latar Belakang
        Seni sebagai suatu bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional,
individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni kreatif, maka seni
sebagai kegiatan manusia selalu melahirkan kreasi-kreasi baru, mengikuti nilai-nilai yang
berkembang di masyarakat. Seni juga merupakan hal yang menjadikan dunia terasa indah, tanpa
seni tidak ada yang dapat dirasakan begitu indah. Tuhan menciptakan dunia dan seluruh kekayaan
yang ada di dalamnya dengan seni dan penuh dengan keindahan. Hal ini dapat terlihat dari
beragamnya warna yang ada dalam dunia ini, air bewarna bening, tanah bewarna coklat,
pepohonan yang berwarna hijau, langit bewarna biru.
        Semua diciptakan penuh dengan seni, sampai kepada ciptaanNya yang paling megah dan
penuh dengan seni, yaitu manusia. Setiap manusia adalah seniman, disadari ataupun tidak karena
manusia adalah suatu karya seni Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa
dimanapun manusia berada yang adalah makhluk Tuhan yang diciptakan penuh dengan seni akan
selalu melakukan seni dengan cara-cara dan kebudayaannya masing-masing. Berkesenian adalah
salah satu ekpresi proses kebudayaan manusia. kesenian adalah salah satu ciri utama suatu
kebudayaan. Bagi manusia kesenian memiliki dua dimensi, yaitu dimensi budaya (pemerdekaan
diri) dan dimensi fungsional (kegunaan, efisiensi, teknis dan komersil). Manusia ingin menikmati
dan membagikan pengalaman estetis dalam kehidupannya, sehingga berkesenian menjadi penting
dalam hidup.
       Seperti yang telah diketahui bahwa seni sebagai suatu bentuk ekspresi seniman memiliki
sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal, maka seni memiliki berbagai jenis
seperti seni rupa, seni tari, seni lukis, seni bangunan (arsitektur) dan lain sebagainya yang
memiliki berbagai macam ciri khas dari masing-masing seni. Karena banyaknya jenis seni untuk
itu dalam makalah ini pemakalah hanya membatasi pembahasan yaitu seni bangunan(arsitektur).
       Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level
makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro
yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-
hasil proses perancangan tersebut.
       Arsitektur menurut Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan
proses penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan
hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya. Arsitektur Islam mengungkapkan
hubungan geometris yang kompleks, hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang
sangat dalam. Arsitektur Islam merupakan salah satu jawaban yang dapat membawa pada
perbaikan peradaban. Di dalam Arsitektur Islam terdapat esensi dan nilai-nilai Islam yang dapat
diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam
mengekspresikan esensi tersebut.
Arsitektur yang merupakan bagian dari budaya, selalu berkembang seiring dengan
berkembangnya peradaban manusia. Oleh karena itu, Islam yang turut membentuk peradaban
manusia juga memiliki budaya berarsitektur. Budaya arsitektur dalam Islam dimulai dengan
dibangunnya Ka’bah oleh Nabi Adam as sebagai pusat beribadah umat manusia kepada Allah SWT
(Saoud, 2002: 1). Ka’bah juga merupakan bangunan yang pertama kali didirikan di bumi. Tradisi
ini dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim AS bersama anaknya, Nabi Ismail AS. Mereka berdua memugar
kembali bangunan Ka’bah. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW melanjutkan misi pembangunan
Ka’bah ini sebagai bangunan yang bertujuan sebagai tempat beribadah kepada Allah. Dari sinilah
budaya arsitektur dalam Islam terus berkembang dan memiliki daya dorong yang belum pernah
terjadi sebelumnya, serta mencapai arti secara fungsional dan simbolis. Hal ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 96 :“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk
(tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia.”
        Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Islam adalah cara membangun
yang Islami sebagaimana ditentukan oleh hukum syariah, tanpa batasan terhadap tempat dan
fungsi bangunan, namun lebih kepada karakter Islaminya dalam hubungannya dengan desain
bentuk dan dekorasi. Definisi ini adalah suatu definisi yang meliputi semua jenis bangunan, bukan
hanya monumen ataupun bangunan religius (Saoud, 2002: 2).
        Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Arsitektur Islam merupakan salah satu gaya
arsitektur yang menampilkan keindahan yang kaya akan makna. Setiap detailnya mengandung
unsur simbolisme dengan makna yang sangat dalam. Salah satu makna yang terbaca pada
arsitektur Islam itu adalah bahwa rasa kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam
arsitektur tidak terlepas dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran dan
keagungan Allah sebagai Dzat yang memiliki segala keindahan. Arsitektur Islam lebih mengusung
pada   nilai-nilai   universal   yang   dimuat   oleh   ajaran   Islam.   Nilai-nilai   ini   nantinya   dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektur dan tampil dalam berbagai bentuk tergantung
konteksnya, dengan tidak melupakan esensi dari arsitektur itu sendiri, serta tetap berpegang pada
tujuan utama proses berarsitektur, yaitu sebagai bagian dari beribadah kepada Allah.
        Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekular maupun di
bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah
turut membantu membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat
berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah mesjid, kuburan, istana dan benteng
yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang
signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya.
        Pengembangan seni ruang, termasuk di dalamnya arsitektur, berdasar pada nilai-nilai
yang terdapat dalam al-Qur’an, apabila diterjemahkan secara fisik, memiliki beberapa ciri utama.
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, ciri utama yang digolongkan dalam empat kategori tersebut
didasarkan pada ciri-ciri utama yang dimiliki semua seni Islam (Al-Faruqi, 1999:158), yaitu
sebagai berikut:
        1. Unit-unit isi
        2. Arsitektur atau struktur dengan ruang interior
        3. Lanskaping (holtikultura maupun akuakultura)
4. Desain kota dan desa
        Menurut Ismail Raji Al Faruqi pula, ajaran tauhid yang dapat menstimulasi kesan infinitas
dan transendensi melalui isi dan bentuk estetis dapat direpresentasikan dalam karya seni Islam,
yang ciri-ciri di dalamnya mengandung kaidah-kaidah sebagai berikut :
        1. Abstraksi
        2. Unit/Modul
        3. Kombinasi suksesif
        4. Pengulangan
        5. Dinamisme
        6. Kerumitan1
        Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu hadis bahwa “Seluruh
permukaan bumi ini adalah tempat sujud” Maksudnya, adalah bahwa dimana saja tempat di muka
bumi ini dapat digunakan untuk tempat shalat, tentunya tempat yang bersih dan tidak bemajis.
        Dan untuk lebih tenang dan sesuai dengan ajaran Islam, dibangunlah masjid sebagai
tempat untuk shalat. Masjid digunakan untuk shalat bersama-sama (berjamaah) yang menurut
ajaran Islam lebih baik dari pada shalat sendiri-sendiri (mufarid).
        Masjid berasal dari kata “sajada”, artinya tempat sujud atau tempat shalat. Dan dalam
Islam, membangun masjid termasuk salah satu investasi amal yang tak putus-putus walaupun
orang tersebut sudah meninggal dunia. Setiap muslim juga dianjurkan untuk senantiasa
mendatangi dan memakmurkan masjid
        Olehkarena latar belakang yang begitu luas dan judul ini pernah ditayangkan dalam
sebuah acara di salah satu stasiun televisi maka pemakalah merasa tertarik dengan seni arsitektur
bangunan masjid. Karena latar belakang di atas maka Makalah ini berjudul ”Seni Arsitektur dalam
Bangunan masjid menurut perspektif Islam”.




        1
            http://auliayahya.wordpress.com (diakses 21 mei 2011)
BAB II

                                          PEMBAHASAN

    2.1 Definisi Masjid

         Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada
berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-g-d)
ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini
berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".2

         Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini berasal dari kata
mezquita dalam bahasa Spanyol. Dan kata mosque kemudian menjadi populer dan dipakai dalam
bahasa Inggris secara luas.

    2.2 Sejarah Masjid

         Masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hijrah dari Mekkah ke
Madinah adalah Masjid Quba, lalu kemudian Masjid Nabawi. Ciri dari kedua masjid ini hampir sama
dengan masjid-masjid Madinah lainnya mengikutinya kemudian, yaitu sangat sederhana.
Bentuknya empat persegi panjang, berpagar dinding batu gurun yang cukup tinggi. Tiang-tiangnya
dibuat dari batang pohon kurma, atapnya terbuat dari pelepah daun kurma yang dicampur dengan
tanah liat. Mimbarnya juga dibuat dari potongan batang pohon kurma, memiliki mihrab, serambi
dan sebuah sumur. Pola ini mengarah pada bentuk fungsional sesuai dengan kebutuhan yang
diajarkan Nabi.Biasanya masjid pada waktu itu memiliki halaman dalam yang disebut “Shaan”,
dan tempat shalat berupa bangunan yang disebut “Liwan”. Beberapa waktu kemudian, pada masa
khalifah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin pola masjid bertambah dengan adanya
“Riwaqs” atau serambi/selasar. Ini terlihat pada masjid Kuffah. Masjid yang dibangun pada tahun
637 M ini tidak lagi dibatasi oleh dinding batu atau tanah liat yang tinggi sebagaimana layaknya
masjid-masjid terdahulu, melainkan dibatasi dengan kolam air. Masjid ini terdiri dan tanah lapang
sebagai Shaan dan bangunan untuk shalat (liwan) yang sederhana namun terasa suasana
keakraban dan suasana demokratis (ukhuwah Islamiah).

         Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang-pedagang Gujarat, yang mengembangkan
Islam ke Timur pada masa Khalifah bani Ummaiyah/Muawiyah dimana pusat pemerintahannya
tidak lagi di Mekkah atau Madinah melainkan sudah dipindahkan ke Damsyik/Damaskus di Syria.
Daerah yang mula-mula mendapat tebaran agama Islam antara lain Perlak, Samudra Pasai (Aceh)
dan Palembang, pantai utara Jawa yaitu Jepara dan Tuban serta Indonesia Timur seperti Ternate,
Ambon dan lain-lain, yaitu sekitar tahun 1500 M.

                Sebagai tempat ibadah

         Mesjid dapat diartikan sebagai suatu bangunan tempat melakukan ibadah shalat secara
berjamaah atau sendiri-sendiri, serta kegiatan lain yang berhubungan dengan Islam. Selain masjid
dikenal pula istilah-istilah lain seperti mushalla, langgar atau surau. Mushalla atau langgar
biasanya digunakan untuk shalat wajib (fardu) sebanyak lima kali sehari semalam, serta untuk
pendidikan dan pengajaran masalah-masalah keagamaan. Sedangkan masjid, digunakan juga

    2
        www.wikipedia.org (diakses 21 mei 2011)
sebagai tempat shalat berjamaah seperti shalat Jum’at, shalat hari Raya (kalau tidak di tanah
lapang), shalat tarawih serta tempat i’tikaf.

          Masjid juga dipakal sebagai tempat berdiskusi, mengaji dan lain-lain yang tujuan
utamanya mengarah pada kebaikan. Karena sesuai dengan hadits, dikatakannya: “dimana kamu
bersembahyang, disitulah masjidmu”

          Pada setiap masjid, tentunya ada hal-hal khusus yang perlu diperhatikan sesuai dengan
kebutuhan peribadatan. Yang perlu diperhatikan adalah antara lain urut-urutan kegiatan shalat
baik bagi laki-laki maupun wanita. Dalam Islam secara tegas dipisahkan antara jamaah laki-laki
dan wanita. Dengan demikian, sejak awal masuk, bersuci (wudlu) sampai pada waktu shalat
sebaiknya pemisahan itu telah dilakukan.

          Ruang untuk shalat atau yang disebut Liwan, biasanya berdenah segi empat. Hal ini sesuai
dengan tuntunan dalam shalat bahwa setiap jemaah menghadap kearah kiblat.dengan pandangan
yang sama dan satu sama lain berdiri rapat. Shalat berjamaah dipimpin oleh seorang imam, yang
berada dtengah pada posisi terdepan.

    2.3 Konsep Perencanaan Masjid3

          Untuk merencanakan sebuah masjid sebaiknya perlu ditinjau dulu konsep dasarnya,
sebagaimana juga dilakukan terhadap bangunan-bangunan lain.

          Pada dasarnya untuk membangun atau merencanakan sebuah masjid hendaknya kembali
kepada tuntunan-tuntunan yang terdapat pada sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi. Dalam membangun masjid, arsitek tidak dapat melihat sejarah atau bangunan-bangunan
masjid yang telah ada saja, melainkan memahami atau belajar berdasarkan inti ajaran Islam itu
sendiri atau menurut istilahnya “the teaching it self”. Namun, tentunya kaidah-kaidah arsitektur
tetap perlu diperhatikan, sebagaimana layaknya bangunan-bangunan lain.

          Kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan bagi sebuah masjid, seperti yang dituturkan Miftah
dalam bukunya berjudul “Masjid” antara lain, bahwa masjid selain mengarah ke kiblat di Masjidil
Haram, Mekkah, juga hendaknya dibangun benar-benar sesuai dengan fungsi dan tujuannya,
sehingga perlu dihindari kemungkinan adanya bagian-bagian bangunan atau ruangan yang
memang dilarang dalam Islam. Ditekankan pula, bahwa identitas yang menunjukkan pengaruh
agama-agama lain hendaknya sejauh mungkin dihindarkan walau hanya berupa elemen kecil yang
samar sekalipun. Dalam hal ini perlu sekali kearifan dan kesensitifan Arsitek untuk meng-expose
atau menvisualisasikan elemen-elemen konstruksi. Juga masjid hendaknya dibangun dengan biaya
rendah yang tidak berlebih-lebihan serta tetap memperhatikan faktor keindahan dan kebersihan.
Hal ini semua sesuai dengan tuntunan dalam Islam dan diterangkan Miftah dalam bukunya yang
berjudul “Masjid”, masing-masing lengkap dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits.

          Memahami inti ajaran Islam adalah mutlak. Dengan demikian masjid yang dibangun hanya
berdasarkan dari sejarah atau hanya melihat masjid-masjid yang telah ada, sebenarnya kurang
tepat, dalam hal ini perlu ditekankan pula motivasi dan niat yang baik dalam membangun sebuah
masjid.



          3
              www. google.com (diakses 24 mei 2011)
Mengenai perkembangan masjid di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga jalur, yaitu:
pertama, perkembangan yang bertolak dari bangunan “sakral” tradisional daerah, kedua adalah
perkembangan yang meniru arsitektur Masjid di Timur Tengah, dan ketiga adalah perkembangan
yang baru atau modern. Bentuk Dome. Pada masa lampau manusia baru mengenal konstruksi
sederhana yang terdiri dari kolom dan balok yang ditumpang di atasnya. Justru itu, bentuk yang
terjadipun sesuai dengan konstruksinya. Kemudian, sesuai dengan tuntunan shalat bahwa shaf
(barisan dalam shalat) harus lurus dan rapat, maka dicarilah bentuk yang dapat menciptakan
ruang luas tanpa banyak diganggu oleh kolom-kolom. Maka tak heran kalau kemudian muncul
bentuk dome. Sebagaimana diketahui, dengan bentuk dome itu, gaya-gaya dapat disalurkan
melalui lengkungan-lengkungannya, sehingga tidak banyak mengganggu.Kubah adalah ciri atau
identitas masjid, dengan kubah itu tercipta suasana yang agung, sehingga manusia merasa kecil
dihadapan Khaliknya. Seperti Istiqlal di Jakarta, bentuk dome membuat ruang dibawahnya
memiliki suasana tenang dan orang yang sedang shalat akan merasa kecil. Kwalitas ruang yang
tercipta demikian agung.

        Konstruksi atau struktur lengkung banyak dipilih oleh arsitek kawakan terdahulu dalam
merencanakan masjid dari pada memilih struktur balok polos (lurus) yang pasti tidak dapat
dihindari seperti “cross” (persilangan) antara balok dan kolom yang dapat menjadi silent simbol
atau identitas dari agama lain.

        Untuk mendesain sebuah masjid, diperlukan tiga prasyarat, yang maksudnya untuk dapat
menstimulir kekhusukan dalam beribadat. Ketiga prasyarat itu adalah, pertama: harus selalu
bersih, dalam arti mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. Kedua, adalah tenang, yaitu
menciptakan “suasana” yang dapat mendorong lahirnya ketenangan. Dan ketiga, adalah “sakral
tapi ramah”.

        Kolom, Tujuannya menciptakan suasana yang ramah, agar setiap orang yang memasuki
masjid dapat duduk sama rendah tanpa perbedaan derajat. Bukankah Islam itu agama yang
sangat demokratis? Jadi, masjid harus sederhana namun kaya akan daya ungkap ke-Islam-an”.

                Denah

        Sejak awal dibangunnya sebuah masjid, denah yang ada berbentuk segi empat. Hal ini
dilakukan secara logis sesuai dengan kebutuhan shaf-shaf dalam shalat berjamaah. Bentuk
persegi akan membuat ruang-ruang yang terbentuk dapat dimanfaatkan seluruhnya, sedangkan
denah yang berbentuk sudut-sudut tertentu (lancip) akan membuat ruangan banyak yang
terbuang. Ini berarti, berlebih-lebihan atau mubazir.

        Arah kiblat yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan ruang-ruang terbuang percuma,
sehingga dalam perencanaan sebuah masjid hal ini harus benar-benar diperhatikan.

        Denah segi empat, dapat berarti bujur sangkar atau empat persegi panjang. Empat
persegi panjangpun ada dua jenis, sisi panjangnya searah dengan arah kiblat atau tegak lurus
arah kiblat.

        Bentuk bujur sangkar membuat arah kiblat menjadi lemah karena bentuk yang cenderung
memusat itu akan menimbulkan kesan ke atas yang kuat, paradoks dengan arah kiblat yang
semestinya ditekankan. untuk denah segi empat yang sisi panjangnya searah dengan arah kiblat,
para jemaah dapat dengan mudah melihat khatib (pemberi khotbah). Namun akan terjadi shaf
yang relatif banyak kebelakang. Ini melemahkan sifat kesamaan (demokrasi) dalam Islam.

        Bentuk lain adalah segi empat yang sisi panjangnya tegak lurus arah kiblat atau sisi
terpendek searah dengan arah kiblat. Shaf yang terjadi tidaklah banyak, walau jamaah agak sulit
melihat khatib pada waktu khotbah. Namun dengan sedikit menyerong, jemaah dapat melihat
khatib dan hal ini tidak ada larangannya dalam Islam.

        Pembagian denah untuk ruang shalat bagi wanita biasanya ditempatkan dibelakang.
Dengan pembatas biasanya berupa tirai ataupun dinding kerawang yang transparan. Beberapa
masjid ada juga yang menempatkan wanita di lantai atas, yang dibuat semacam balkon sehingga
jemaah wanita masih dapat melihat imam.

        Sesungguhnya dalam Islam, wanita tidak wajib pergi shalat ke masjid. Pergi shalat ke
masjid bagi wanita hanyalah suatu perbuatan baik saja atau amal shaleh. Bahkan ada hadis
meriwayatkan bahwa shalat di rumah bagi wanita lebih besar pahalanya dari pada shalat di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Karena itu luas liwan untuk wanita juga relatif lebih kecil
daripada liwan untuk laki-laki.

                Ruang Dalam dan Ornamen

        Kubah atau dome dibahagian dalam ruang masjid adalah suatu konsep untuk menciptakan
suasana sakral serta perasaan diri yang sangat kecil di hadapan Khalik tanpa dipenuhi hiasan
kuduniaan yang glamour yang jauh dari menimbulkan rasa sakral.

        Ornamen pola geometris dan ArabeskAda beberapa corak ornamen atau ornamentik,
diantaranya corak abstrak sebagai “ornamen arabesk” yang terdiri dari corak geometris dan corak
“stilasi” dari tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan. Hal ini adalah jalan keluar dimana adanya
larangan dalam ajaran Islam untuk tidak boleh menampilkan gambar-gambar atau lukisan sebagai
hiasan dengan motif manusia, binatang atau makhluk bernyawa lainnya secara realistis di dalam
ruangan masjid.

        Ornamen atau gaya ornamentik dapat di visualisasikan dengan huruf-huruf atau kaligrafi,
seperti huruf “Arab Kufa” dan “Karmalis” adalah merupakan salah satu ornamen geometris yang
berisi tulisan lafazd Al-Qur’an sebagai hiasan masjid.

    2.4 Bangunan Masjid sebagai Unsur Estetika dan Land Mark dari suatu
    Lingkungan

        Dengan bertitik tolak dari fungsi Masjid sebagai pusat pembinaan umat, pusat dakwah
Islamiyah dan secara fisik sebagai unsur pengikat lingkungan, maka jelas masjid harus
mempunyai daya tarik yang kuat terhadap masyarakat di sekitarnya agar mereka senang dan
tidak segan untuk datang ke Masjid. Sebenarnya ada dua faktor yang dapat berperan dalam hal
tersebut di atas sebagaimana dikemukakan oleh A.K. Basuni:
“Masjid yang makmur, dalam arti Masjid yang bersih, dalam arti Masjid yang bersih, indah, dan
penuh dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat akan merupakan besi sembrani yang
mempunyai daya tarik bagi masyarakat yang ada di sekitarnya”4

        Dengan demikian jelaslah bahwa faktor estetika ini memegang peranan penting sebagai
daya tarik, karena walaupun masjid sudah ditentukan sedemikian rupa lokasinya, sehingga
menjadi pusat lingkungan, dengan jarak jangkauannya yang relatif dekat dari lingkungan
perumahan atau perkantorandan pusat kegiatan lainnya. Akan tetapi jika Masjid tersebut kurang
dipelihara, kotor bahkan dari segi arsitekturnya memberi kesan bangunan kurang ramah (angker),
tentu saja mengurangi daya tarik Masjid tersebut. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
serang arsitektur islam sebagai berikut:

“sekarang dengan wajah-wajah angker yang seram, masjid-masjid besar setapak demi setapak
menjauh dari hati umat. Apalagi di kampung-kampung rasa negri itu ditambah dengan beberapa
kuburan di halaman masjid dn usungan mayat di dindingnya.”5

        Seharusnya      bentuk      bangunan    Masjid   itu    didesain     sedemikian    rupa     dengan
mempertimbangkan faktor estetika sehingga masyarakat merasa akrab dan damai dengan Masjid.

   2.5 Desain Arsitektur Bangunan Masjid

        Dalam (Nana,2002:53) Sebenarnya desain arsitektur Masjid tidak secara eksplisit
dijelaskan   dalam      Al-Qur’an    maupun     Al-Hadits,     namun    di   dalam   hadits    Rasulullah
bersabda:”sesungguhnya Allah itu indah dan Allah menyukai keindahan”. Namun demikian, karena
keindahan itu bersifat relatif, maka dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman, maka
Allah SWT menyerahkan sepenuhnya kepada manusia tentang bangunan masjid karena semata-
mata masalah dunia. Dalam hal ini Nabi Muhammada SAW bersabda:”Kalian lebih tau dalam
urusan dunia kalian”.

        Hal ini mengindikasikan bahwa dalam persoalan dunia umat Islam diberi kebebasan untuk
melakukan kreatifitas. Di sini juga merupakan peuan bagi umat Islam untuk merencanakan dan
membangun masjid yang indah dan megah asal masih dalam batas-batas ajaran Islam. Batasa-
batasan itu adalah sebagai berikut:

    1. Tidak    boleh   menyerupai     produk   budaya       agama   lain(Tasyabbuuh),    seperti   gereja,
        kelenteng, candi dan bengunan ibadah lainnya. Artinya secara sepintas saja orang akan
        langsung mengenali bangunan masjid, dengan ciri khasnya, sepeti menara, kubah, dan
        lain-lainnya.
    2. Masjid hendaknya mencerminkan simbol ajaran Islam. Seperti segitiga merupakan simbol
        Iman, Islam dan Ihsan merupakan pondasi segi enam sebagai simbol Rukun Islam, dan
        lain-lain
    3. Tidak boleh b]erlebihan (ishraf), jangan karena ingin indah lalu semena-mena melebihi
        kebutuhan yang dituntut oleh keindahan yang wajar, keindahan jangan menjadi tujuan
        tanpa menghiraukan fungsi, karena Allah tidak menyukai orang yang berlebihan(Q.S. Al-
        A’raf: 31)

    4
      A.K. Basuni, Organisasi dan Manajemen Masjid, paper pada lokakarya Imarah Masjid se Jawa Barat,
      1976,hal. 4
    5
      Ir. Bambang Pranggono, Arsitektur Masjid dan pemuda Masjid, Harian Kompas, 21 September 1997
Dalam hal ini kualitas ruang arsitektur yang dihasilkan para arsitek harus memenuhi
beberapa kriteria pokok sebagai berikut:6
    1. Ruang       yang    diciptakan     harus     dapat    memberikan        ruang    gerak,    berinteraksi,   dan
       berkegiatan kepada pengguna ruang secara mudah sesuai dengan fungsi ruang, serta
       memberikan          kesan    aman.      Elemen     perlengkapan       (amenity)      dibangun    skala     yang
       manusiawi, baik dari segi ketinggian, detail, pertamanan, pagar, ornamen bangunan,
       sampai dengan ruang-ruang terbuka yang bersifat positif.
    2. Ruang yang diciptakan harus memberi bentuk yang bermakna kepada pengguna
       ruangnya, memberikan kejelasan, keindahan dan kecerahan kepada lingkungannya, serta
       harmonis dari sudut pandang pengguna ruang.
    3. Jati diri arsitektur yang berkaitan dengan identitas ruang yang tercipta, harus dibedakan
       menurut peran sertanya di dalam budaya, yaitu dalam memberikan ciri yang bersifat
       universal, spesifik, dan bersifat altternatif. Universal karena berperan sama dengan
       elemen-elemen budaya yang dimiliki oleh sebagian budaya di dunia, misalnya identitas
       arsitektur tropis. Spesifik, karena dapat sebagai elemen-elemen budaya yang hanya
       dimiliki oleh suatu kelompok suku bangsa atau tipe-tipe tertentudari individu, misalnya
       arsitektur yang spesifik dari Bali, Jawa dan sebagainya. Bersifat alternatif, karena
       menampilkan elemen-elemen yang terbuka karena adanya pilihan, seperti gaya-gaya yang
       berkembang dalam arsitektur
    4. Ruang yang diciptakan harus mampu bertahan lama, tidak tertelan zaman, permanen
       mewadahi hasrat dan kegiatan manusia, dan cukup intim dalam konteks masyarakat yang
       mekanis dan industrial.

   2.6 Komponen Bangunan Masjid7

             Bentuk

       Bentuk masjid telah diubah di beberapa bagian negara Islam di dunia. Gaya masjid
terkenal yang sering dipakai adalah bentuk masjid Abbasi, bentuk T, dan bentuk kubah pusat di
Anatolia. Negara-negara yang kaya akan minyak biasanya membangun masjid yang megah
dengan biaya yang besar dan pembangunannya dipimpin oleh arsitek non-Muslim yang dibantu
oleh arsitek Muslim.

       Arab-plan atau hypostyle adalah bentuk-bentuk awal masjid yang sering dipakai dan
dipelopori oleh Bani Umayyah. Masjid ini berbentuk persegi ataupun persegi panjang yang
dibangun pada sebuah dataran dengan halaman yang tertutup dan tempat ibadah di dalam.
Halaman di masjid sering digunakan untuk menampung jamaah pada hari Jumat. Beberapa masjid
berbentuk hypostyle ayau masjid yang berukuran besar, biasanya mempunyai atap datar
diatasnya, dan digunakan untuk penopang tiang-tiang. Contoh masjid yang menggunakan bentuk
hypostyle adalah Masjid Kordoba, di Kordoba, yang dibangun dengan 850 tiang. Beberapa masjid
bergaya hypostyle memiliki atap melengkung yang memberikan keteduhan bagi jamaah di masjid.
Masjid bergaya arab-plan mulai dibangun pada masa Abbasiyah dan Umayyah, tapi masjid
bergaya arab-plan tidak terlalu disenangi.


       6
           Ir. Rachmadi B.S., Arsitektur Indonesia Sebagai Pencerminan Budaya Bangsa, Jakarta, 1997
       7
           www.wikipedia.org
Kesultanan Utsmaniyah kemudian memperkenalkan bentuk masjid dengan kubah di
tengah pada abad ke-15 dan memiliki kubah yang besar, dimana kubah ini melingkupi sebagian
besar area salat. Beberapa kubah kecil juga ditambahkan di area luar tempat ibadah. Gaya ini
sangat dipengaruhi oleh bangunan-bangunan dari Bizantium yang menggunakan kubah besar.[1]

        Masjid gaya Iwan juga dikenal dengan bagian masjid yang dikubah. Gaya ini diambil dari
arsitektur Iran pra-Islam.

                Menara

        Menara masjid dalam perkembangan sejarah Islam pada awalnya merupakan elemen
sekunder, namun dalam perkembangan selanjutnya dan sejalan dengan dinamika peradaban umat
Islam, menara masjid menjadi bagian penting dari sebuah masjid, baik dalam memberikan makna
artistik atau makna fungsional. Bentuk umum dari sebuah masjid adalah keberadaan menara.

        Kata menara berasal dari bahasa Arab almanara, akar katanya "naara, yanuura,naura"
yang artinya menyinari dan indah warnanya. Almanaara artinya menyinari dan indah warnanya.
Almanaara artinya lilin yang memiliki sinar, mercusuar dan tempat azan. Oleh karena itu, tempat
azan yang berada di masjid merupakan salah satu makna almanaara.

        Masjid-masjid pada zaman Nabi Muhammad tidak memiliki menara, dan hal ini mulai
diterapkan oleh pengikut ajaran Wahabiyyah, yang melarang pembangunan menara dan
menganggap menara tidak penting dalam kompleks masjid. Menara pertama kali dibangun di
Basra pada tahun 665 sewaktu pemerintahan khalifah Bani Umayyah, Muawiyah I, yang
mendukung pembangunan menara masjid untuk menyaingi menara-menara lonceng pada gereja.
Menara bertujuan sebagai tempat muazin mengumandangkan azan.

        Menara masjid dipandang sebagai salah satu unsur penting yang memberikan karakteristik
spesifik terhadap bangunan masjid. Penambahan menara bukan saja menambah keagungan dan
keindahan arsitektur masjid, tetapi juga berfungsi sebagai tempat mengumandangkan azan yang
dilakukan oleh seorang juru azan(muazin). Menurut cerita sejarah, menara lonceng gereja St.
John di Syria dibiarkan berdiri tegak oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik setelah ia
mengubahnya menjadi masjid. Setelah itu Al-Walid benyak membangun masjid dengan menara-
menara indah. Dari sinilah Al-Walid dipandang memiliki peran berarti dalam memperkenalkan
menara dalam arsitektur masjid. Dalam perkembangannya, menara masjid memiliki bentuk yang
sangat bervariasi, di antaranya :berbentuk silinder, Segi empat atau lebih, ada pula yang
bertingkat.

        Ujung menara dapat dibuat bervariasi bentuknya, ada yang berbentuk empat persegi,
kerucut, belimbing, lembing dan sebagainya. Jumlah menara pun dapat dibuat bervariasi
jumlahnya, mulai dari satu sampai lebih dari lima. Letaknya dapat menyatu dengan masjid atau
terpisah. Untuk melihat berbagai ragam menara masjid ini dapat dilihat di kota Kairo yang
merupakan museum bagi menara dari berbagai corak sebagaimana dikemukakan di atas.

       Bentuk-bentuk Menara

        Pada masa awal perkembangan arsitektur masjid, setidaknya ada beberapa bentuk dasar
menara masjid. Tapi yang paling awal, seperti pada menara Masjid Nabawi dan Masjid Damaskus,
menara itu tidak berdiri sendiri melainkan menyatu dengan struktur bangunan masjid. Pola seperti
ini menyebar ke berbagai penjuru negeri-negeri muslim melintasi dataran Arab hingga ke
Andalusia. Namun ada juga menara yang dibangun terpisah dari bangunan utama masjid, seperti
menara Masjid Agung Samarra dan menara Masjid Abu Dulaf di wilayah Iraq.

       Ada beberapa bentuk dasar menara masjid: menara klasik, menara variasi, menara segi
empat, menara spiral dan menara silinder. Pada menara klasik (classic minaret): lantai dasarnya
berbentuk segi empat, naik ke atas menjadi oktagonal (segi delapan) dan kemudian diakhiri
dengan tower silinder yang dipuncaki dengan sebuah kubah kecil. Termasuk jenis ini misalnya
menara Masjid Mad Chalif di Kairo, yang dibangun pada abad ke-11 masehi semasa pemerintahan
Khalifah Al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah.




                                gambar 1. menara Masjid Mad Chalif di Kairo

       Sementara itu, jenis menara variasi diawali dengan segi empat di bagian bawah, lalu
bertransformasi menjadi segi enam yang dihiasi dengan balkon segi delapan. Menara Masjid Al-
Azhar termasuk dalam jenis ini.

       Sedangkan menara-menara masjid di Iran sebagian besar merupakan menara jenis
menara silinder dengan diameter silinder yang semakin mengecil di puncak menara, misalnya
menara Masjid Natanz di Iran.




                                gambar 2: menara Masjid Natanz berbentuk silinder, di Iran

       Sementara itu di Aleppo (di wilayah Mediterrania), terdapat tren baru bentuk menara
masjid. Menara Masjid Aleppo ini sepenuhnya berbentuk segi empat dari dasar hingga puncak.
Menara yang dibangun oleh penguasa Turki Seljuk pada tahun 1089 ini menggunakan batu
sebagai material utama. Uniknya, sebagai tren baru, tidak ada kubah di puncak menara. Hasan bin
Mufarraj, arsitektur yang merancangnya, memberikan sentuhan baru dengan meletakkan
muqarnas di puncak menara setinggi 46 meter ini. Muqarnas tersebut menyerupai galeri dan
berfungsi sebagai tempat muadzin.

       Masih ada beberapa lagi menara segi empat yang terdapat di wilayah Mediterrania, seperti
menara Masjid Agung Sevilla (yang disebut Menara Giralda). Menara ini pernah berfungsi sebagai
menara lonceng katederal seiring dengan lahirnya kekuasaan Kristen di Spanyol. Menara segi
empat lain terdapat di Masjid Kutubiyyah (dibangun 1125-1130) di Marrakesh, Maroko.
Keberadaan menara segi empat pada masjid-masjid tersebut sangat dipengaruhi oleh menara
Masjid Qayrawan (35 meter) yang mempunyai tiga undakan segi empat. Hanya saja, ada
pengamat arsitektur yang menyebutkan bahwa bentuk menara masjid segi empat ini mengadopsi
bentuk mercusuar kuno di Iskandarsyah, Mesir.




                               gambar 3: Menara segi empat di Masjid Kutubiyyah di Marrakesh, Maroko

       Ada sebuah bentuk menara yang jarang diadopsi oleh menara-menara masjid di dunia,
yaitu menara spiral. Bentuk khas menara pada masjid-masjid di Samarra ini merupakan tradisi
dalam bangunan menara Mesopotamia. Menara Masjid Samarra dan Masjid Dullaf, bahkan hingga
sekarang masih tegak berdiri walaupun sudah berusia 1.200 tahun. Padahal, bangunan masjidnya
hanya tinggal reruntuhan saja. Bisa dikatakan kedua menara ini sebagai peninggalan arsitektur
yang memberikan kesan bahwa perhitungan geometri para arsitek pada masa itu sudah sangat
akurat. Masjid lain yang juga memiliki menara spiral adalah Masjid Ibnu Tulun di Fustat, Mesir.




                             gambar 4: menara berbentuk spiral masjid-masjid di Samarra

        Jika menengok ke Iran, umumnya masjid-masjid di sini memiliki dua menara (sepasang)
yang tegak berdiri di samping kanan dan kiri dan kanan pintu gerbang, seperti halnya di Masjid
Nabawi (Madinah) dan Masjidil Haram (Makkah).




                            Gambar 5. dua menara (sepasang) yang tegak di Masjid Nabawi (Madinah) dan Masjidil
                            Haram (Makkah)

        Adapun corak arsitektur menara masjid Turki Utsmani umumnya berbentuk jirin
(meruncing) semampai tinggi menjulang bagai jarum raksasa melesat ke ruang angkasa.
Gambar 6. menara berbentuk jirin (meruncing) Masjid Ahmad Kadyrov Arsitektur Turki
                             Usmani di Pegunungan Kaukasus

         Fungsi Menara

         Menara masjid selain berfungsi sebagai tempat bagi muadzin mengumandangkan adzan
juga bisa berfungsi ganda seperti halnya mercusuar atau menara pengintai. Hal ini terutama
terdapat pada menara-menara masjid yang berada di kota pelabuhan atau tepi sungai. Corak
menara Masjid Ribbat Shushah di Tunisia, misalnya, terdapat pada bangunan corak masjid yang
sangat mirip sebuah markas militer.

         Menara berbentuk silinder ini dibuat dengan gaya yang teramat kokoh untuk sebuah
menara    yang   biasanya   berbentuk     ramping.     Ribbat    Shushah,     sebagai     kota    pelabuhan,
memanfaatkan menara masjid sebagai sarana untuk melakukan pengamatan lepas pantai dari
balkon menara.

         Dalam sejarah menara-menara masjid legendaris, masjid-masjid yang dibangun oleh
Dinasti Turki Utsmaniyah tercatat memiliki menara yang paling tinggi. Wajar saja, sebab dinasti
terakhir dalam kekhilafahan Islam ini sudah mengembangkan teknik konstruksi yang lebih
moderen. Menara-menara itu pada umumnya dibangun dengan menerapkan pondasi pasak bumi
generasi pertama.

         Hasilnya, mereka bisa membangun menara masjid dengan ketinggian lebih dari 70 meter.
Sebuah prestasi pada zamannya. Memang, tinggi menara-menara masjid itu masih lebih rendah
dibandingkan menara Masjid Nabawi yang 105 meter. Namun, menara masjid Nabawi tersebut
sudah merupakan hasil renovasi pemerintah Arab Saudi, yang notabene teknologinya sudah jauh
lebih canggih

         Contoh Menara di masjid biasanya tinggi dan berada di bagian pojok dari kompleks masjid.
Menara masjid tertinggi di dunia berada di Masjid Hassan II, Casablanca, Maroko.




                                Gambar 7:Masjid Hassan II di Casablanca

                 Kubah

         Kubah juga merupakan salah satu ciri khas dari sebuah masjid. Seiring waktu, kubah
diperluas menjadi sama luas dengan tempat ibadah di bawahnya. Walaupun kebanyakan kubah
memakai bentuk setengah bulat, masjid-masjid di daerah India dan Pakistan memakai kubah
berbentuk bawang. Dalam tulisan berjudul A review of Mosque Architecture, Foundation for
Science Technology Civilisation (FSTC) mengungkapkan, keberadaan kubah dalam arsitektur Islam
paling tidak memiliki dua interpretasi simbolik. Yakni, merepresentasikan kubah surga dan
menjadi semacam simbol kekuasaan dan kebesaran Tuhan.

       Seperti halnya menara dan mihrab, secara historis kubah belum dikenal pada masa
Rasulullah SAW. Arsitektur terkemuka, Prof K Cresswell dalam Early Muslim Architecture
menyatakan bahwa pada desain awal masjid Madinah sama sekali belum mengenal kubah. Dalam
rekonstruksi arsitekturnya, Cresswell menunjukkan betapa sederhananya masjid yang dibangun
Nabi Muhammad SAW.




                                   gambar 8. Masjid tanpa kubah (masjid nabawi)

       Arsitektur awal masjid Rasul berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas
sekelilingnya. Di sepanjang bagian dalam dinding tersebut dibuat semacam serambi yang
langsung   berhubungan    dengan      lapangan     terbuka     yang    berada     di   tengahnya.   Seiring
berkembangnya teknologi arsitektur, maka kubah pun muncul sebagai penutup bangunan masjid.

       Kubah memang bukan berasal dan berakar dari arsitektur Islam. Itu karena memang
ajaran Islam tidak membawa secara langsung tradisi budaya fisik atau Islam tidak mengajarkan
secara konkrit tata bentuk arsitektur. Islam memberi kesempatan kepada umatnya untuk
menentukan pilihan-pilihan fisiknya pada akal-budi.

       Hampir semua kebudayaan mengenal dan memiliki kubah. Dari masa ke masa bentuk
kubah selalu berubah-ubah. Konon, peradaban pertama yang mengenal dan menggunakan kubah
adalah bangsa Mesopotamia sejak 6000 tahun yang lalu. Pada abad ke-14 SM, di Mycenaean
Greeks sudah ditemukan bangunan makam berbentuk kubah (tholos tombs).

       Namun, ada pula yang menyatakan bahwa kubah mulai muncul pada masa Imperium
Romawi, sekitar tahun 100 M. Salah satu buktinya adalah bangunan pantheon (kuil) di kota Roma
yang dibangun Raja Hadria pada 118 M - 128 M. Penggunaan kubah tercatat mulai berkembang
pesat di periode awal masa Kristen.

       Struktur dan bentang kubah pada waktu itu tak terlalu besar, seperti terdapat pada
bangunan Santa Costanza di Roma. Pada era kekuasaan Bizantium, Kaisar Justinian juga telah
membangun kubah kuno yang megah. Pada tahun 500 M, dia menggunakan kubah pada
bangunan Hagia Spohia di Konstantinopel.

       Secara historis dan arkeologis, kubah pertama dalam arsitektur Islam ditemukan di Kubah
Batu (Dome of Rock) atau yang biasa dikenal sebagai Masjid Umar di Yerusalem. Kubah Batu
dibangun sekitar tahun 685 M sampai 691 M.




                            Gambar 8. kubah Masjid Umar di Yerusalem
Interior Kubah Batu dihiasi dengan arabesk - hiasan berbentuk geometris, tanaman
rambatan dan ornamen kaligrafi. Unsur hiasan sempat menjadi ciri khas arsitektur Islam sejak
abad ke-7 M. Hingga kini, kaligrafi masih menjadi ornamen yang menghiasi interior bangunan
sebuah masjid.

       Sejak saat itulah, para arsitek Islam terus mengembangkan beragam gaya kubah pada
masjid yang dibangunnya. Pada abad ke-12 M, di Kairo kubah menjadi semacam lambang
arsitektur nasional Mesir dalam struktur masyarakat Islam. Dari masa ke masa bentuk kubah pada
masjid juga terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.

       Ketika Islam menyebar dan berinteraksi dengan budaya dan peradaban lain, para arsitek
Islam tampaknya tidak segan-segan untuk mengambil pilihan-pilihan bentuk yang sudah ada,
termasuk teknik dan cara membangun yang memang sudah dimiliki oleh masyarakat setempat
tersebut.

       Tak heran, jika bentuk kubah masjid pun terbilang beragam, sesuai dengan budaya dan
tempat masyarakat Muslim tinggal. Hampir di setiap negara berpenduduk Muslim memiliki masjid
berkubah. Di antara masjid berkubah yang terkenal antara lain; Masjid Biru di Istanbul Turki, Taj
Mahal di Agra India, Kubah Batu di Yerusalem, dan lainnya.




                               gambar 9. masjid biru di Istambul Turki

       Secara umum, kubah berbentuk seperti separuh bola atau seperti kerucut yang
permukaannya melengkung keluar. Berdasarkan bentuknya, dalam dunia arsitektur dikenal ada
'kubah piring', karena puncak yang rendah dan dasar yang besar.

       Selain itu, ada pula 'kubah bawang', karena hampir menyerupai bentuk bawang. Kubah
biasanya akan diletakkan pada tempat tertinggi di atas bangunan, berfungsi sebagai atap. Ada
pula yang ditempatkan di atas rangka bangunan petak dengan menggunakan singgah kubah.

       Kubah juga biasa dianggap seperti gerbang yang diputarkan pada rangka penyangganya.
Ini bermakna bahwa kubah mempunyai kekuatan struktur yang besar, laiknya jembatan gerbang
tertekan. Pada awalnya, kubah dibangun dari batu bata atau beton. Seiring berkembangnya
teknologi, kubah masjid pun dibentuk dari bahan alumunium.

       Di era modern, para arsitektur sudah memperkenalkan bentuk kubah geodesi. Kubah ini
berbentuk hemisfer dan menggunakan kekisi sebagai rangka, menjadikannya lebih ringan.
Perkembangan teknologi juga memungkinkan penggunaan cermin dan plastik sebagai padatan.
Kini keberadaan kubah pada bangunan masjid telah bergeser dari tuntutan fungsional. keinginan
untuk membentuk struktur bentang lebar pada ruang masjid - menjadi ciri dan simbol peradaban
Islam yang ditempatkan pada bangunan masjid.

       Kehadiran kubah pada bangunan masjid-masjid di Indonesia terbilang masih baru. Atap
kubah baru hadir di Indonesia pada akhir abad ke-19 M. Itu berarti, selama lima abad lamanya,
bangunan masjid di Nusantara tak menggunakan atap. Bahkan di Jawa, atap masjid berkubah
baru muncul pada pertengahan abad ke-20 M.

       Kubah merupakan elemen yang dapat menghadirkan ruang positif yang besar pada suatu
bangunan. Ruang positif yang dihadirkan kubah pada bangunan masjid membuat orang yang
berada di dalamnya akan merasa leluasa. Selain menghadirkan kesan megah, keberadaan kubah
juga dapat membuat orang yang beribadah di masjid merasa kecil di hadapan kebesaran Tuhan
yang menciptakannya.




                           Gambar 3: Masjid dengan kubah yang besar di Pusat Islam Wina




Salah satu sudut dalam Masjid dengan Mihrab pada bagian tengah ruangan

                Tempat ibadah

       Tempat    ibadah   atau   ruang   salat,   tidak   diberikan   meja,   atau   kursi,   sehingga
memungkinkan para jamaah untuk mengisi shaf atau barisan-barisan yang ada di dalam ruang
salat. Bagian ruang salat biasanya diberi kaligrafi dari potongan ayat               Al-Qur'an untuk
memperlihatkan keindahan agama Islam serta Al-Qur'an. Ruang salat mengarah ke arah Ka'bah,
sebagai kiblat umat Islam. Di masjid juga terdapat mihrab dan mimbar. Mihrab adalah tempat
imam memimpin salat, sedangkan mimbar adalah tempat khatib menyampaikan khutbah.[39]

                Tempat bersuci

       Dalam komplek masjid, di dekat ruang salat, tersedia ruang untuk menyucikan diri, atau
biasa disebut tempat wudhu. Di beberapa masjid kecil, kamar mandi digunakan sebagai tempat
untuk berwudhu. Sedangkan di masjid tradisional, tempat wudhu biasanya sedikit terpisah dari
bangunan masjid.

                Fasilitas lain

       Masjid modern sebagai pusat kegiatan umat Islam, juga menyediakan fasilitas seperti
klinik, perpustakaan, dan tempat berolahraga.
BAB III

                                               PENUTUP

    3.1 Kesimpulan
             Arsitektur Islam adalah cara membangun yang Islami sebagaimana ditentukan oleh
              hukum syariah, tanpa batasan terhadap tempat dan fungsi bangunan, namun lebih
              kepada karakter Islaminya dalam hubungannya dengan desain bentuk dan dekorasi.
              Definisi ini adalah suatu definisi yang meliputi semua jenis bangunan, bukan hanya
              monumen ataupun bangunan religius (Saoud, 2002: 2).
             Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada
              berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata
              masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi.
              Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".
             Masjid memiliki nilai historis yang sangat banyak sejak dibangunnya, dan masing-
              masing bangun memiliiki nilai historis, nilai sosial dan nilai-nilai yang terdapat di
              sekitarnya.
             Dalam membangun sebuah masjid dari kajian tidak terdapat konsep perencanaan
              yang tidak mudah dan memiliki ketentuan tertentu
             Dalam mendesain sebuah bangunan masjid hendaknya memperhatikan batasan-
              batasan yang telah ada sehingga tujuan pembangunan masjid tidak menyimpang.
             Masjid memiliki berbagai komponen bangunan, diantaranya adalah:              bentuk,
              menara, kubah, Mihrab, tempat bersuci, Tempat ibadah, dan fasilitas lain. Karena
              perkembangan zaman maka komponen bangunan masjid ini menjadi berkembang
              dan berubah menjadi bervariasi


    3.1 Saran
   Hendaknya sebagai seorang muslim        kita memelihara karya seni rupa (arsitektur) dalam
    bangunan masjid yaitu dengan tidak merusak agar rumah Allah tetap terjaga
   Sebagai   seorang   arsitek   dalam   merancang    arsitektur   bangunan   masjid   hendaknya
    mengetahui batasan-batasan dan ketentuan-ketentuan dalam membangun masjid agar tidak
    terjadi mubazir dalam bangunan masjid tersebut
Daftar Pustaka



Basuni, A.K., Organisasi dan Manajemen Masjid, paper pada lokakarya Imarah Masjid se Jawa
Barat, 1976

Pranggono, Bambang. Arsitektur Masjid dan pemuda Masjid. (Jakarta: Harian Kompas, 21
September 1997)

Rukmana, Nana. Masjid dan dakwah. (Jakarta: Al-Mawardi Prima), 2002

http://auliayahya.wordpress.com (diakses 21 mei 2011)

www. google.com (diakses 24 mei 2011)

www.wikipedia.org (diakses 21 mei 2011)
Seni arsitektur bangunan masjid

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Puasa dan pembentukan disiplin pribadi
Puasa dan pembentukan disiplin pribadiPuasa dan pembentukan disiplin pribadi
Puasa dan pembentukan disiplin pribadiEko Nugroho
 
Perkembangan Islam Di Indonesia
Perkembangan Islam Di IndonesiaPerkembangan Islam Di Indonesia
Perkembangan Islam Di IndonesiaYulia Fauzi
 
Sejarah dan-perkembangan-arsitektur-dunia 2
Sejarah dan-perkembangan-arsitektur-dunia 2Sejarah dan-perkembangan-arsitektur-dunia 2
Sejarah dan-perkembangan-arsitektur-dunia 2Haidar Bashofi
 
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan Kota
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan KotaRangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan Kota
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan KotaNesha Mutiara
 
Perbandingan Produk dengan Standar Mutu Pelabelan
Perbandingan Produk dengan Standar Mutu PelabelanPerbandingan Produk dengan Standar Mutu Pelabelan
Perbandingan Produk dengan Standar Mutu PelabelanNursalinda Oktarini
 
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan Eneng Susanti
 
Kbk sma a. ekonomi
Kbk sma a. ekonomiKbk sma a. ekonomi
Kbk sma a. ekonomiJasmin Jasin
 
Soal pemrograman berorientas objek 1
Soal pemrograman berorientas objek 1Soal pemrograman berorientas objek 1
Soal pemrograman berorientas objek 1Rima Ariona
 
Struktur dan Konstruksi I : Mengenal Dinding Logam (Seng)
Struktur dan Konstruksi I : Mengenal Dinding Logam (Seng)Struktur dan Konstruksi I : Mengenal Dinding Logam (Seng)
Struktur dan Konstruksi I : Mengenal Dinding Logam (Seng)Ega Abdi Satrio
 
Jenis-Jenis Aktivitas Dasar Manusia (kelompok 3 genap)
Jenis-Jenis Aktivitas Dasar Manusia (kelompok 3 genap)Jenis-Jenis Aktivitas Dasar Manusia (kelompok 3 genap)
Jenis-Jenis Aktivitas Dasar Manusia (kelompok 3 genap)Armadira Enno
 
Desain interior
Desain interiorDesain interior
Desain interiormeaarrayan
 
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFIPOLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFIJacqueline Celine
 
Bab 1 kondisi fisik wilayah indonesia a
Bab 1   kondisi fisik wilayah indonesia   aBab 1   kondisi fisik wilayah indonesia   a
Bab 1 kondisi fisik wilayah indonesia aAtanasia Widihartanti
 
Laporan Desain Site Plan Perumahan Kota Muntilan
Laporan Desain Site Plan Perumahan Kota MuntilanLaporan Desain Site Plan Perumahan Kota Muntilan
Laporan Desain Site Plan Perumahan Kota MuntilanNurlina Y.
 
BAB 1 A. Letak dan Luas Benua Asia dan Benua lainnya(1)
BAB 1  A. Letak dan Luas Benua Asia dan Benua lainnya(1) BAB 1  A. Letak dan Luas Benua Asia dan Benua lainnya(1)
BAB 1 A. Letak dan Luas Benua Asia dan Benua lainnya(1) Risdiana Hidayat
 

Mais procurados (20)

Puasa dan pembentukan disiplin pribadi
Puasa dan pembentukan disiplin pribadiPuasa dan pembentukan disiplin pribadi
Puasa dan pembentukan disiplin pribadi
 
Peta konsep
Peta konsepPeta konsep
Peta konsep
 
Perkembangan Islam Di Indonesia
Perkembangan Islam Di IndonesiaPerkembangan Islam Di Indonesia
Perkembangan Islam Di Indonesia
 
Aqiqah kurban
Aqiqah kurbanAqiqah kurban
Aqiqah kurban
 
Sejarah dan-perkembangan-arsitektur-dunia 2
Sejarah dan-perkembangan-arsitektur-dunia 2Sejarah dan-perkembangan-arsitektur-dunia 2
Sejarah dan-perkembangan-arsitektur-dunia 2
 
Studi banding
Studi bandingStudi banding
Studi banding
 
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan Kota
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan KotaRangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan Kota
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan Kota
 
Perbandingan Produk dengan Standar Mutu Pelabelan
Perbandingan Produk dengan Standar Mutu PelabelanPerbandingan Produk dengan Standar Mutu Pelabelan
Perbandingan Produk dengan Standar Mutu Pelabelan
 
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
 
Kbk sma a. ekonomi
Kbk sma a. ekonomiKbk sma a. ekonomi
Kbk sma a. ekonomi
 
Soal pemrograman berorientas objek 1
Soal pemrograman berorientas objek 1Soal pemrograman berorientas objek 1
Soal pemrograman berorientas objek 1
 
Struktur dan Konstruksi I : Mengenal Dinding Logam (Seng)
Struktur dan Konstruksi I : Mengenal Dinding Logam (Seng)Struktur dan Konstruksi I : Mengenal Dinding Logam (Seng)
Struktur dan Konstruksi I : Mengenal Dinding Logam (Seng)
 
Jenis-Jenis Aktivitas Dasar Manusia (kelompok 3 genap)
Jenis-Jenis Aktivitas Dasar Manusia (kelompok 3 genap)Jenis-Jenis Aktivitas Dasar Manusia (kelompok 3 genap)
Jenis-Jenis Aktivitas Dasar Manusia (kelompok 3 genap)
 
Desain interior
Desain interiorDesain interior
Desain interior
 
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFIPOLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
 
Design M.I.C.E Building.
Design M.I.C.E Building.Design M.I.C.E Building.
Design M.I.C.E Building.
 
Bab 1 kondisi fisik wilayah indonesia a
Bab 1   kondisi fisik wilayah indonesia   aBab 1   kondisi fisik wilayah indonesia   a
Bab 1 kondisi fisik wilayah indonesia a
 
Laporan Desain Site Plan Perumahan Kota Muntilan
Laporan Desain Site Plan Perumahan Kota MuntilanLaporan Desain Site Plan Perumahan Kota Muntilan
Laporan Desain Site Plan Perumahan Kota Muntilan
 
PPT SOUP
PPT SOUPPPT SOUP
PPT SOUP
 
BAB 1 A. Letak dan Luas Benua Asia dan Benua lainnya(1)
BAB 1  A. Letak dan Luas Benua Asia dan Benua lainnya(1) BAB 1  A. Letak dan Luas Benua Asia dan Benua lainnya(1)
BAB 1 A. Letak dan Luas Benua Asia dan Benua lainnya(1)
 

Destaque

Perkembangan arsitektur masjid
Perkembangan arsitektur masjidPerkembangan arsitektur masjid
Perkembangan arsitektur masjidKansa Amirah Ulfah
 
Makalah sejarah seni rupa islam mengenal arsitektur mesjid-mesjid di negara...
Makalah sejarah seni rupa islam   mengenal arsitektur mesjid-mesjid di negara...Makalah sejarah seni rupa islam   mengenal arsitektur mesjid-mesjid di negara...
Makalah sejarah seni rupa islam mengenal arsitektur mesjid-mesjid di negara...AbuTasmin
 
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHA
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHAMASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHA
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHADiesty Paramitha
 
Ruang pada objek arsitektur bersejarah tipologi masjid jawa
Ruang pada objek arsitektur bersejarah   tipologi masjid jawaRuang pada objek arsitektur bersejarah   tipologi masjid jawa
Ruang pada objek arsitektur bersejarah tipologi masjid jawaAsri NK
 
Desain & analisis struktur mesjid darul hasanah manado 11.06.2016
Desain & analisis struktur mesjid darul hasanah manado 11.06.2016Desain & analisis struktur mesjid darul hasanah manado 11.06.2016
Desain & analisis struktur mesjid darul hasanah manado 11.06.2016Qodri Sihotang
 
GRC BANGUN PERSADA company profile
GRC BANGUN PERSADA company profileGRC BANGUN PERSADA company profile
GRC BANGUN PERSADA company profileGRC BANGUN PERSADA
 
Masjid type 01 a3 denah
Masjid type 01 a3 denahMasjid type 01 a3 denah
Masjid type 01 a3 denahInf ForAll
 
Deskripsi peradaban islam ayyubiyah
Deskripsi peradaban islam ayyubiyahDeskripsi peradaban islam ayyubiyah
Deskripsi peradaban islam ayyubiyahiwan Alit
 
Arsitektur islam
Arsitektur islam Arsitektur islam
Arsitektur islam Fira Lah
 
SENI TARI: Perbedaan Tari Topeng Betawi dan Cirebon
SENI TARI: Perbedaan Tari Topeng Betawi dan CirebonSENI TARI: Perbedaan Tari Topeng Betawi dan Cirebon
SENI TARI: Perbedaan Tari Topeng Betawi dan CirebonVika Mubarokah
 
Makalah ragam kebudayaan Nusantara
Makalah ragam kebudayaan NusantaraMakalah ragam kebudayaan Nusantara
Makalah ragam kebudayaan NusantaraLukman Al-Farisy
 
Denah lokasi dayah dan mesjid bambong delima
Denah lokasi dayah dan mesjid bambong delimaDenah lokasi dayah dan mesjid bambong delima
Denah lokasi dayah dan mesjid bambong delimaTengkiu Muhammad
 
Pengantar logistic dan warehouse
Pengantar logistic dan  warehousePengantar logistic dan  warehouse
Pengantar logistic dan warehouseLukmandono Didot
 
Indonesia pada masa kerajaan islam
Indonesia pada masa kerajaan islamIndonesia pada masa kerajaan islam
Indonesia pada masa kerajaan islamajiee kudo
 
Musik Tradisional Jawa Barat
Musik Tradisional Jawa BaratMusik Tradisional Jawa Barat
Musik Tradisional Jawa BaratNadia Azahra
 
Rumah adat di indonesia
Rumah adat di indonesiaRumah adat di indonesia
Rumah adat di indonesiaMahda Leni
 
Manajemen logistik konstruksi
Manajemen logistik konstruksiManajemen logistik konstruksi
Manajemen logistik konstruksiTogar Simatupang
 

Destaque (20)

Perkembangan arsitektur masjid
Perkembangan arsitektur masjidPerkembangan arsitektur masjid
Perkembangan arsitektur masjid
 
Makalah sejarah seni rupa islam mengenal arsitektur mesjid-mesjid di negara...
Makalah sejarah seni rupa islam   mengenal arsitektur mesjid-mesjid di negara...Makalah sejarah seni rupa islam   mengenal arsitektur mesjid-mesjid di negara...
Makalah sejarah seni rupa islam mengenal arsitektur mesjid-mesjid di negara...
 
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHA
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHAMASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHA
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHA
 
Ruang pada objek arsitektur bersejarah tipologi masjid jawa
Ruang pada objek arsitektur bersejarah   tipologi masjid jawaRuang pada objek arsitektur bersejarah   tipologi masjid jawa
Ruang pada objek arsitektur bersejarah tipologi masjid jawa
 
Desain & analisis struktur mesjid darul hasanah manado 11.06.2016
Desain & analisis struktur mesjid darul hasanah manado 11.06.2016Desain & analisis struktur mesjid darul hasanah manado 11.06.2016
Desain & analisis struktur mesjid darul hasanah manado 11.06.2016
 
GRC BANGUN PERSADA company profile
GRC BANGUN PERSADA company profileGRC BANGUN PERSADA company profile
GRC BANGUN PERSADA company profile
 
Masjid type 01 a3 denah
Masjid type 01 a3 denahMasjid type 01 a3 denah
Masjid type 01 a3 denah
 
Deskripsi peradaban islam ayyubiyah
Deskripsi peradaban islam ayyubiyahDeskripsi peradaban islam ayyubiyah
Deskripsi peradaban islam ayyubiyah
 
Arsitektur islam
Arsitektur islam Arsitektur islam
Arsitektur islam
 
SENI TARI: Perbedaan Tari Topeng Betawi dan Cirebon
SENI TARI: Perbedaan Tari Topeng Betawi dan CirebonSENI TARI: Perbedaan Tari Topeng Betawi dan Cirebon
SENI TARI: Perbedaan Tari Topeng Betawi dan Cirebon
 
Makalah ragam kebudayaan Nusantara
Makalah ragam kebudayaan NusantaraMakalah ragam kebudayaan Nusantara
Makalah ragam kebudayaan Nusantara
 
Denah lokasi dayah dan mesjid bambong delima
Denah lokasi dayah dan mesjid bambong delimaDenah lokasi dayah dan mesjid bambong delima
Denah lokasi dayah dan mesjid bambong delima
 
Pengantar logistic dan warehouse
Pengantar logistic dan  warehousePengantar logistic dan  warehouse
Pengantar logistic dan warehouse
 
Tari topeng klana
Tari topeng klanaTari topeng klana
Tari topeng klana
 
Indonesia pada masa kerajaan islam
Indonesia pada masa kerajaan islamIndonesia pada masa kerajaan islam
Indonesia pada masa kerajaan islam
 
Musik Tradisional Jawa Barat
Musik Tradisional Jawa BaratMusik Tradisional Jawa Barat
Musik Tradisional Jawa Barat
 
Contoh Karya cipta seni musik dan tari
Contoh Karya cipta seni musik dan tariContoh Karya cipta seni musik dan tari
Contoh Karya cipta seni musik dan tari
 
Gambar dan nama rumah adat dari 33 provinsi di indonesia
Gambar dan nama rumah adat dari 33 provinsi di indonesiaGambar dan nama rumah adat dari 33 provinsi di indonesia
Gambar dan nama rumah adat dari 33 provinsi di indonesia
 
Rumah adat di indonesia
Rumah adat di indonesiaRumah adat di indonesia
Rumah adat di indonesia
 
Manajemen logistik konstruksi
Manajemen logistik konstruksiManajemen logistik konstruksi
Manajemen logistik konstruksi
 

Semelhante a Seni arsitektur bangunan masjid

Makalah 03
Makalah 03Makalah 03
Makalah 03Putri
 
Laporan penelitian keraton cirebon & yogyakarta
Laporan penelitian keraton cirebon & yogyakartaLaporan penelitian keraton cirebon & yogyakarta
Laporan penelitian keraton cirebon & yogyakartaRifqi Syamsul Fuadi
 
Iptek dan seni dalam islam
Iptek dan seni dalam islamIptek dan seni dalam islam
Iptek dan seni dalam islamTriwrant Atmod
 
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan SelatanKiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan SelatanAgustin Ayunk
 
Nilai Nilai Universal Pancasila
Nilai Nilai Universal PancasilaNilai Nilai Universal Pancasila
Nilai Nilai Universal PancasilaShintaAndrianie
 
Makalah metodologi islam ibu titin
Makalah metodologi islam ibu titinMakalah metodologi islam ibu titin
Makalah metodologi islam ibu titinapotek agam farma
 
Proposal kegitan kelompok 3
Proposal kegitan kelompok 3Proposal kegitan kelompok 3
Proposal kegitan kelompok 3Retno Damayanti
 
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5Lisalestari10
 
Ibd makalah lengkap rifqi
Ibd makalah lengkap rifqiIbd makalah lengkap rifqi
Ibd makalah lengkap rifqirifki1122
 
Makalah pengaruh globalisasi terhadap budaya
Makalah pengaruh globalisasi terhadap budayaMakalah pengaruh globalisasi terhadap budaya
Makalah pengaruh globalisasi terhadap budayaSeptian Muna Barakati
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islammuhfachrul3
 
Tugas Teori Arsitektur hgfdfghjkl;'';knvjkrtnktrrrrrrrrrrrrrrrrrkgjs,nmvndfvk...
Tugas Teori Arsitektur hgfdfghjkl;'';knvjkrtnktrrrrrrrrrrrrrrrrrkgjs,nmvndfvk...Tugas Teori Arsitektur hgfdfghjkl;'';knvjkrtnktrrrrrrrrrrrrrrrrrkgjs,nmvndfvk...
Tugas Teori Arsitektur hgfdfghjkl;'';knvjkrtnktrrrrrrrrrrrrrrrrrkgjs,nmvndfvk...KutzaimaAhmadAli
 
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipaTugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipaAlengPratamaa
 
Paradigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunanParadigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunanIchiro Hidayate
 
Makalah kebudayaan indonesia
Makalah kebudayaan indonesiaMakalah kebudayaan indonesia
Makalah kebudayaan indonesiaAliaWati
 

Semelhante a Seni arsitektur bangunan masjid (20)

Makalah 03
Makalah 03Makalah 03
Makalah 03
 
Laporan penelitian keraton cirebon & yogyakarta
Laporan penelitian keraton cirebon & yogyakartaLaporan penelitian keraton cirebon & yogyakarta
Laporan penelitian keraton cirebon & yogyakarta
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Iptek dan seni dalam islam
Iptek dan seni dalam islamIptek dan seni dalam islam
Iptek dan seni dalam islam
 
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan SelatanKiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
 
Nilai Nilai Universal Pancasila
Nilai Nilai Universal PancasilaNilai Nilai Universal Pancasila
Nilai Nilai Universal Pancasila
 
Makalah metodologi islam ibu titin
Makalah metodologi islam ibu titinMakalah metodologi islam ibu titin
Makalah metodologi islam ibu titin
 
Proposal kegitan kelompok 3
Proposal kegitan kelompok 3Proposal kegitan kelompok 3
Proposal kegitan kelompok 3
 
Makalah isbd
Makalah isbdMakalah isbd
Makalah isbd
 
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
 
Publikasi1 85012 2286
Publikasi1 85012 2286Publikasi1 85012 2286
Publikasi1 85012 2286
 
Aktivis 2003
Aktivis 2003Aktivis 2003
Aktivis 2003
 
Makalah senrup2
Makalah senrup2Makalah senrup2
Makalah senrup2
 
Ibd makalah lengkap rifqi
Ibd makalah lengkap rifqiIbd makalah lengkap rifqi
Ibd makalah lengkap rifqi
 
Makalah pengaruh globalisasi terhadap budaya
Makalah pengaruh globalisasi terhadap budayaMakalah pengaruh globalisasi terhadap budaya
Makalah pengaruh globalisasi terhadap budaya
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islam
 
Tugas Teori Arsitektur hgfdfghjkl;'';knvjkrtnktrrrrrrrrrrrrrrrrrkgjs,nmvndfvk...
Tugas Teori Arsitektur hgfdfghjkl;'';knvjkrtnktrrrrrrrrrrrrrrrrrkgjs,nmvndfvk...Tugas Teori Arsitektur hgfdfghjkl;'';knvjkrtnktrrrrrrrrrrrrrrrrrkgjs,nmvndfvk...
Tugas Teori Arsitektur hgfdfghjkl;'';knvjkrtnktrrrrrrrrrrrrrrrrrkgjs,nmvndfvk...
 
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipaTugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
 
Paradigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunanParadigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunan
 
Makalah kebudayaan indonesia
Makalah kebudayaan indonesiaMakalah kebudayaan indonesia
Makalah kebudayaan indonesia
 

Mais de Mut Mu3tiah

Kondisi belajar dan masalah
Kondisi belajar dan masalahKondisi belajar dan masalah
Kondisi belajar dan masalahMut Mu3tiah
 
Makalah obsevasi IAD
Makalah obsevasi IADMakalah obsevasi IAD
Makalah obsevasi IADMut Mu3tiah
 
sosiologi sastra
sosiologi sastrasosiologi sastra
sosiologi sastraMut Mu3tiah
 
Cover observasi ppl
Cover observasi pplCover observasi ppl
Cover observasi pplMut Mu3tiah
 
Cover laporan ppl
Cover laporan pplCover laporan ppl
Cover laporan pplMut Mu3tiah
 
Format penulisan skripsi
Format penulisan skripsiFormat penulisan skripsi
Format penulisan skripsiMut Mu3tiah
 
Administrasi keuangan
Administrasi keuanganAdministrasi keuangan
Administrasi keuanganMut Mu3tiah
 
Alih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kodeAlih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kodeMut Mu3tiah
 
Filosofi pendidikan
Filosofi pendidikanFilosofi pendidikan
Filosofi pendidikanMut Mu3tiah
 
Komponen pendidikan
Komponen pendidikanKomponen pendidikan
Komponen pendidikanMut Mu3tiah
 
Makalah penafsiran hasil ujian
Makalah penafsiran hasil ujianMakalah penafsiran hasil ujian
Makalah penafsiran hasil ujianMut Mu3tiah
 
Pengolahan dan penafsiran skor
Pengolahan dan penafsiran skorPengolahan dan penafsiran skor
Pengolahan dan penafsiran skorMut Mu3tiah
 
Pertemuan 11 action research
Pertemuan 11   action researchPertemuan 11   action research
Pertemuan 11 action researchMut Mu3tiah
 
Pertemuan h8 teknik analisis data
Pertemuan h8   teknik analisis dataPertemuan h8   teknik analisis data
Pertemuan h8 teknik analisis dataMut Mu3tiah
 
Laporan observasi ppl
Laporan observasi pplLaporan observasi ppl
Laporan observasi pplMut Mu3tiah
 
معلّاقة السبعة
معلّاقة السبعةمعلّاقة السبعة
معلّاقة السبعةMut Mu3tiah
 
معلاقة العشر
معلاقة العشرمعلاقة العشر
معلاقة العشرMut Mu3tiah
 

Mais de Mut Mu3tiah (20)

Kondisi belajar dan masalah
Kondisi belajar dan masalahKondisi belajar dan masalah
Kondisi belajar dan masalah
 
Makalah obsevasi IAD
Makalah obsevasi IADMakalah obsevasi IAD
Makalah obsevasi IAD
 
sosiologi sastra
sosiologi sastrasosiologi sastra
sosiologi sastra
 
qus bin sa'adah
qus bin sa'adahqus bin sa'adah
qus bin sa'adah
 
Cover observasi ppl
Cover observasi pplCover observasi ppl
Cover observasi ppl
 
Cover laporan ppl
Cover laporan pplCover laporan ppl
Cover laporan ppl
 
Format penulisan skripsi
Format penulisan skripsiFormat penulisan skripsi
Format penulisan skripsi
 
Laporan ppl
Laporan pplLaporan ppl
Laporan ppl
 
Administrasi keuangan
Administrasi keuanganAdministrasi keuangan
Administrasi keuangan
 
Alih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kodeAlih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kode
 
Filosofi pendidikan
Filosofi pendidikanFilosofi pendidikan
Filosofi pendidikan
 
Komponen pendidikan
Komponen pendidikanKomponen pendidikan
Komponen pendidikan
 
Makalah penafsiran hasil ujian
Makalah penafsiran hasil ujianMakalah penafsiran hasil ujian
Makalah penafsiran hasil ujian
 
Pengolahan dan penafsiran skor
Pengolahan dan penafsiran skorPengolahan dan penafsiran skor
Pengolahan dan penafsiran skor
 
Pertemuan 11 action research
Pertemuan 11   action researchPertemuan 11   action research
Pertemuan 11 action research
 
Pertemuan h8 teknik analisis data
Pertemuan h8   teknik analisis dataPertemuan h8   teknik analisis data
Pertemuan h8 teknik analisis data
 
Laporan observasi ppl
Laporan observasi pplLaporan observasi ppl
Laporan observasi ppl
 
معلّاقة السبعة
معلّاقة السبعةمعلّاقة السبعة
معلّاقة السبعة
 
معلاقة العشر
معلاقة العشرمعلاقة العشر
معلاقة العشر
 
Sunnatullah
SunnatullahSunnatullah
Sunnatullah
 

Seni arsitektur bangunan masjid

  • 1. Kata pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta ini dengan segala kebesaranNya, dimana dengan melihat dan mengamati ciptaanNya, manusia dapat berfikir dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan dilandasi semangat sehingga pemakalah dapat menyusun makalah ini sebagai tugas makalah kelompok mata kuliah estetika tentang seni dalam perspektif Islam. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman pemakalah dalam mendalami seni Arsitektur Islam dalam bangunan Masjid. Dan tidak lupa pula pemakalah mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dosen mata kuliah estetika yaitu bapak Shafrudin Tajudin Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami selaku penyusun makalah dan umumnya kepada para pembaca. Atas perhatiannya pemakalah mengucapkan terima kasih. Jakarta, 16 mei 2011 MUMUT MUTI’AH
  • 2. Daftar Isi Kata pengantar ................................................................................................................... 1 Daftar Isi ........................................................................................................................... 2 BAB I ................................................................................................................................ 3 PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3 1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 3 BAB II ............................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6 2.1 Definisi Masjid............................................................................................................... 6 2.2 Sejarah Masjid .............................................................................................................. 6 2.3 Konsep Perencanaan Masjid ............................................................................................ 7 2.4 Bangunan Masjid sebagai Unsur Estetika dan Land Mark dari suatu Lingkungan .................... 9 2.5 Desain Arsitektur Bangunan Masjid ................................................................................ 10 2.6 Komponen Bangunan Masjid ......................................................................................... 11 BAB III ............................................................................................................................ 19 PENUTUP ......................................................................................................................... 19 3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 19 3.1 Saran......................................................................................................................... 19 Daftar Pustaka .................................................................................................................. 20
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni sebagai suatu bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni kreatif, maka seni sebagai kegiatan manusia selalu melahirkan kreasi-kreasi baru, mengikuti nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Seni juga merupakan hal yang menjadikan dunia terasa indah, tanpa seni tidak ada yang dapat dirasakan begitu indah. Tuhan menciptakan dunia dan seluruh kekayaan yang ada di dalamnya dengan seni dan penuh dengan keindahan. Hal ini dapat terlihat dari beragamnya warna yang ada dalam dunia ini, air bewarna bening, tanah bewarna coklat, pepohonan yang berwarna hijau, langit bewarna biru. Semua diciptakan penuh dengan seni, sampai kepada ciptaanNya yang paling megah dan penuh dengan seni, yaitu manusia. Setiap manusia adalah seniman, disadari ataupun tidak karena manusia adalah suatu karya seni Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa dimanapun manusia berada yang adalah makhluk Tuhan yang diciptakan penuh dengan seni akan selalu melakukan seni dengan cara-cara dan kebudayaannya masing-masing. Berkesenian adalah salah satu ekpresi proses kebudayaan manusia. kesenian adalah salah satu ciri utama suatu kebudayaan. Bagi manusia kesenian memiliki dua dimensi, yaitu dimensi budaya (pemerdekaan diri) dan dimensi fungsional (kegunaan, efisiensi, teknis dan komersil). Manusia ingin menikmati dan membagikan pengalaman estetis dalam kehidupannya, sehingga berkesenian menjadi penting dalam hidup. Seperti yang telah diketahui bahwa seni sebagai suatu bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal, maka seni memiliki berbagai jenis seperti seni rupa, seni tari, seni lukis, seni bangunan (arsitektur) dan lain sebagainya yang memiliki berbagai macam ciri khas dari masing-masing seni. Karena banyaknya jenis seni untuk itu dalam makalah ini pemakalah hanya membatasi pembahasan yaitu seni bangunan(arsitektur). Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil- hasil proses perancangan tersebut. Arsitektur menurut Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya. Arsitektur Islam mengungkapkan hubungan geometris yang kompleks, hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang sangat dalam. Arsitektur Islam merupakan salah satu jawaban yang dapat membawa pada perbaikan peradaban. Di dalam Arsitektur Islam terdapat esensi dan nilai-nilai Islam yang dapat diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekspresikan esensi tersebut.
  • 4. Arsitektur yang merupakan bagian dari budaya, selalu berkembang seiring dengan berkembangnya peradaban manusia. Oleh karena itu, Islam yang turut membentuk peradaban manusia juga memiliki budaya berarsitektur. Budaya arsitektur dalam Islam dimulai dengan dibangunnya Ka’bah oleh Nabi Adam as sebagai pusat beribadah umat manusia kepada Allah SWT (Saoud, 2002: 1). Ka’bah juga merupakan bangunan yang pertama kali didirikan di bumi. Tradisi ini dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim AS bersama anaknya, Nabi Ismail AS. Mereka berdua memugar kembali bangunan Ka’bah. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW melanjutkan misi pembangunan Ka’bah ini sebagai bangunan yang bertujuan sebagai tempat beribadah kepada Allah. Dari sinilah budaya arsitektur dalam Islam terus berkembang dan memiliki daya dorong yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta mencapai arti secara fungsional dan simbolis. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 96 :“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Islam adalah cara membangun yang Islami sebagaimana ditentukan oleh hukum syariah, tanpa batasan terhadap tempat dan fungsi bangunan, namun lebih kepada karakter Islaminya dalam hubungannya dengan desain bentuk dan dekorasi. Definisi ini adalah suatu definisi yang meliputi semua jenis bangunan, bukan hanya monumen ataupun bangunan religius (Saoud, 2002: 2). Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Arsitektur Islam merupakan salah satu gaya arsitektur yang menampilkan keindahan yang kaya akan makna. Setiap detailnya mengandung unsur simbolisme dengan makna yang sangat dalam. Salah satu makna yang terbaca pada arsitektur Islam itu adalah bahwa rasa kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam arsitektur tidak terlepas dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran dan keagungan Allah sebagai Dzat yang memiliki segala keindahan. Arsitektur Islam lebih mengusung pada nilai-nilai universal yang dimuat oleh ajaran Islam. Nilai-nilai ini nantinya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektur dan tampil dalam berbagai bentuk tergantung konteksnya, dengan tidak melupakan esensi dari arsitektur itu sendiri, serta tetap berpegang pada tujuan utama proses berarsitektur, yaitu sebagai bagian dari beribadah kepada Allah. Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekular maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah mesjid, kuburan, istana dan benteng yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya. Pengembangan seni ruang, termasuk di dalamnya arsitektur, berdasar pada nilai-nilai yang terdapat dalam al-Qur’an, apabila diterjemahkan secara fisik, memiliki beberapa ciri utama. Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, ciri utama yang digolongkan dalam empat kategori tersebut didasarkan pada ciri-ciri utama yang dimiliki semua seni Islam (Al-Faruqi, 1999:158), yaitu sebagai berikut: 1. Unit-unit isi 2. Arsitektur atau struktur dengan ruang interior 3. Lanskaping (holtikultura maupun akuakultura)
  • 5. 4. Desain kota dan desa Menurut Ismail Raji Al Faruqi pula, ajaran tauhid yang dapat menstimulasi kesan infinitas dan transendensi melalui isi dan bentuk estetis dapat direpresentasikan dalam karya seni Islam, yang ciri-ciri di dalamnya mengandung kaidah-kaidah sebagai berikut : 1. Abstraksi 2. Unit/Modul 3. Kombinasi suksesif 4. Pengulangan 5. Dinamisme 6. Kerumitan1 Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu hadis bahwa “Seluruh permukaan bumi ini adalah tempat sujud” Maksudnya, adalah bahwa dimana saja tempat di muka bumi ini dapat digunakan untuk tempat shalat, tentunya tempat yang bersih dan tidak bemajis. Dan untuk lebih tenang dan sesuai dengan ajaran Islam, dibangunlah masjid sebagai tempat untuk shalat. Masjid digunakan untuk shalat bersama-sama (berjamaah) yang menurut ajaran Islam lebih baik dari pada shalat sendiri-sendiri (mufarid). Masjid berasal dari kata “sajada”, artinya tempat sujud atau tempat shalat. Dan dalam Islam, membangun masjid termasuk salah satu investasi amal yang tak putus-putus walaupun orang tersebut sudah meninggal dunia. Setiap muslim juga dianjurkan untuk senantiasa mendatangi dan memakmurkan masjid Olehkarena latar belakang yang begitu luas dan judul ini pernah ditayangkan dalam sebuah acara di salah satu stasiun televisi maka pemakalah merasa tertarik dengan seni arsitektur bangunan masjid. Karena latar belakang di atas maka Makalah ini berjudul ”Seni Arsitektur dalam Bangunan masjid menurut perspektif Islam”. 1 http://auliayahya.wordpress.com (diakses 21 mei 2011)
  • 6. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Masjid Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".2 Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini berasal dari kata mezquita dalam bahasa Spanyol. Dan kata mosque kemudian menjadi populer dan dipakai dalam bahasa Inggris secara luas. 2.2 Sejarah Masjid Masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hijrah dari Mekkah ke Madinah adalah Masjid Quba, lalu kemudian Masjid Nabawi. Ciri dari kedua masjid ini hampir sama dengan masjid-masjid Madinah lainnya mengikutinya kemudian, yaitu sangat sederhana. Bentuknya empat persegi panjang, berpagar dinding batu gurun yang cukup tinggi. Tiang-tiangnya dibuat dari batang pohon kurma, atapnya terbuat dari pelepah daun kurma yang dicampur dengan tanah liat. Mimbarnya juga dibuat dari potongan batang pohon kurma, memiliki mihrab, serambi dan sebuah sumur. Pola ini mengarah pada bentuk fungsional sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan Nabi.Biasanya masjid pada waktu itu memiliki halaman dalam yang disebut “Shaan”, dan tempat shalat berupa bangunan yang disebut “Liwan”. Beberapa waktu kemudian, pada masa khalifah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin pola masjid bertambah dengan adanya “Riwaqs” atau serambi/selasar. Ini terlihat pada masjid Kuffah. Masjid yang dibangun pada tahun 637 M ini tidak lagi dibatasi oleh dinding batu atau tanah liat yang tinggi sebagaimana layaknya masjid-masjid terdahulu, melainkan dibatasi dengan kolam air. Masjid ini terdiri dan tanah lapang sebagai Shaan dan bangunan untuk shalat (liwan) yang sederhana namun terasa suasana keakraban dan suasana demokratis (ukhuwah Islamiah). Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang-pedagang Gujarat, yang mengembangkan Islam ke Timur pada masa Khalifah bani Ummaiyah/Muawiyah dimana pusat pemerintahannya tidak lagi di Mekkah atau Madinah melainkan sudah dipindahkan ke Damsyik/Damaskus di Syria. Daerah yang mula-mula mendapat tebaran agama Islam antara lain Perlak, Samudra Pasai (Aceh) dan Palembang, pantai utara Jawa yaitu Jepara dan Tuban serta Indonesia Timur seperti Ternate, Ambon dan lain-lain, yaitu sekitar tahun 1500 M. Sebagai tempat ibadah Mesjid dapat diartikan sebagai suatu bangunan tempat melakukan ibadah shalat secara berjamaah atau sendiri-sendiri, serta kegiatan lain yang berhubungan dengan Islam. Selain masjid dikenal pula istilah-istilah lain seperti mushalla, langgar atau surau. Mushalla atau langgar biasanya digunakan untuk shalat wajib (fardu) sebanyak lima kali sehari semalam, serta untuk pendidikan dan pengajaran masalah-masalah keagamaan. Sedangkan masjid, digunakan juga 2 www.wikipedia.org (diakses 21 mei 2011)
  • 7. sebagai tempat shalat berjamaah seperti shalat Jum’at, shalat hari Raya (kalau tidak di tanah lapang), shalat tarawih serta tempat i’tikaf. Masjid juga dipakal sebagai tempat berdiskusi, mengaji dan lain-lain yang tujuan utamanya mengarah pada kebaikan. Karena sesuai dengan hadits, dikatakannya: “dimana kamu bersembahyang, disitulah masjidmu” Pada setiap masjid, tentunya ada hal-hal khusus yang perlu diperhatikan sesuai dengan kebutuhan peribadatan. Yang perlu diperhatikan adalah antara lain urut-urutan kegiatan shalat baik bagi laki-laki maupun wanita. Dalam Islam secara tegas dipisahkan antara jamaah laki-laki dan wanita. Dengan demikian, sejak awal masuk, bersuci (wudlu) sampai pada waktu shalat sebaiknya pemisahan itu telah dilakukan. Ruang untuk shalat atau yang disebut Liwan, biasanya berdenah segi empat. Hal ini sesuai dengan tuntunan dalam shalat bahwa setiap jemaah menghadap kearah kiblat.dengan pandangan yang sama dan satu sama lain berdiri rapat. Shalat berjamaah dipimpin oleh seorang imam, yang berada dtengah pada posisi terdepan. 2.3 Konsep Perencanaan Masjid3 Untuk merencanakan sebuah masjid sebaiknya perlu ditinjau dulu konsep dasarnya, sebagaimana juga dilakukan terhadap bangunan-bangunan lain. Pada dasarnya untuk membangun atau merencanakan sebuah masjid hendaknya kembali kepada tuntunan-tuntunan yang terdapat pada sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dalam membangun masjid, arsitek tidak dapat melihat sejarah atau bangunan-bangunan masjid yang telah ada saja, melainkan memahami atau belajar berdasarkan inti ajaran Islam itu sendiri atau menurut istilahnya “the teaching it self”. Namun, tentunya kaidah-kaidah arsitektur tetap perlu diperhatikan, sebagaimana layaknya bangunan-bangunan lain. Kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan bagi sebuah masjid, seperti yang dituturkan Miftah dalam bukunya berjudul “Masjid” antara lain, bahwa masjid selain mengarah ke kiblat di Masjidil Haram, Mekkah, juga hendaknya dibangun benar-benar sesuai dengan fungsi dan tujuannya, sehingga perlu dihindari kemungkinan adanya bagian-bagian bangunan atau ruangan yang memang dilarang dalam Islam. Ditekankan pula, bahwa identitas yang menunjukkan pengaruh agama-agama lain hendaknya sejauh mungkin dihindarkan walau hanya berupa elemen kecil yang samar sekalipun. Dalam hal ini perlu sekali kearifan dan kesensitifan Arsitek untuk meng-expose atau menvisualisasikan elemen-elemen konstruksi. Juga masjid hendaknya dibangun dengan biaya rendah yang tidak berlebih-lebihan serta tetap memperhatikan faktor keindahan dan kebersihan. Hal ini semua sesuai dengan tuntunan dalam Islam dan diterangkan Miftah dalam bukunya yang berjudul “Masjid”, masing-masing lengkap dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Memahami inti ajaran Islam adalah mutlak. Dengan demikian masjid yang dibangun hanya berdasarkan dari sejarah atau hanya melihat masjid-masjid yang telah ada, sebenarnya kurang tepat, dalam hal ini perlu ditekankan pula motivasi dan niat yang baik dalam membangun sebuah masjid. 3 www. google.com (diakses 24 mei 2011)
  • 8. Mengenai perkembangan masjid di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga jalur, yaitu: pertama, perkembangan yang bertolak dari bangunan “sakral” tradisional daerah, kedua adalah perkembangan yang meniru arsitektur Masjid di Timur Tengah, dan ketiga adalah perkembangan yang baru atau modern. Bentuk Dome. Pada masa lampau manusia baru mengenal konstruksi sederhana yang terdiri dari kolom dan balok yang ditumpang di atasnya. Justru itu, bentuk yang terjadipun sesuai dengan konstruksinya. Kemudian, sesuai dengan tuntunan shalat bahwa shaf (barisan dalam shalat) harus lurus dan rapat, maka dicarilah bentuk yang dapat menciptakan ruang luas tanpa banyak diganggu oleh kolom-kolom. Maka tak heran kalau kemudian muncul bentuk dome. Sebagaimana diketahui, dengan bentuk dome itu, gaya-gaya dapat disalurkan melalui lengkungan-lengkungannya, sehingga tidak banyak mengganggu.Kubah adalah ciri atau identitas masjid, dengan kubah itu tercipta suasana yang agung, sehingga manusia merasa kecil dihadapan Khaliknya. Seperti Istiqlal di Jakarta, bentuk dome membuat ruang dibawahnya memiliki suasana tenang dan orang yang sedang shalat akan merasa kecil. Kwalitas ruang yang tercipta demikian agung. Konstruksi atau struktur lengkung banyak dipilih oleh arsitek kawakan terdahulu dalam merencanakan masjid dari pada memilih struktur balok polos (lurus) yang pasti tidak dapat dihindari seperti “cross” (persilangan) antara balok dan kolom yang dapat menjadi silent simbol atau identitas dari agama lain. Untuk mendesain sebuah masjid, diperlukan tiga prasyarat, yang maksudnya untuk dapat menstimulir kekhusukan dalam beribadat. Ketiga prasyarat itu adalah, pertama: harus selalu bersih, dalam arti mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. Kedua, adalah tenang, yaitu menciptakan “suasana” yang dapat mendorong lahirnya ketenangan. Dan ketiga, adalah “sakral tapi ramah”. Kolom, Tujuannya menciptakan suasana yang ramah, agar setiap orang yang memasuki masjid dapat duduk sama rendah tanpa perbedaan derajat. Bukankah Islam itu agama yang sangat demokratis? Jadi, masjid harus sederhana namun kaya akan daya ungkap ke-Islam-an”. Denah Sejak awal dibangunnya sebuah masjid, denah yang ada berbentuk segi empat. Hal ini dilakukan secara logis sesuai dengan kebutuhan shaf-shaf dalam shalat berjamaah. Bentuk persegi akan membuat ruang-ruang yang terbentuk dapat dimanfaatkan seluruhnya, sedangkan denah yang berbentuk sudut-sudut tertentu (lancip) akan membuat ruangan banyak yang terbuang. Ini berarti, berlebih-lebihan atau mubazir. Arah kiblat yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan ruang-ruang terbuang percuma, sehingga dalam perencanaan sebuah masjid hal ini harus benar-benar diperhatikan. Denah segi empat, dapat berarti bujur sangkar atau empat persegi panjang. Empat persegi panjangpun ada dua jenis, sisi panjangnya searah dengan arah kiblat atau tegak lurus arah kiblat. Bentuk bujur sangkar membuat arah kiblat menjadi lemah karena bentuk yang cenderung memusat itu akan menimbulkan kesan ke atas yang kuat, paradoks dengan arah kiblat yang semestinya ditekankan. untuk denah segi empat yang sisi panjangnya searah dengan arah kiblat,
  • 9. para jemaah dapat dengan mudah melihat khatib (pemberi khotbah). Namun akan terjadi shaf yang relatif banyak kebelakang. Ini melemahkan sifat kesamaan (demokrasi) dalam Islam. Bentuk lain adalah segi empat yang sisi panjangnya tegak lurus arah kiblat atau sisi terpendek searah dengan arah kiblat. Shaf yang terjadi tidaklah banyak, walau jamaah agak sulit melihat khatib pada waktu khotbah. Namun dengan sedikit menyerong, jemaah dapat melihat khatib dan hal ini tidak ada larangannya dalam Islam. Pembagian denah untuk ruang shalat bagi wanita biasanya ditempatkan dibelakang. Dengan pembatas biasanya berupa tirai ataupun dinding kerawang yang transparan. Beberapa masjid ada juga yang menempatkan wanita di lantai atas, yang dibuat semacam balkon sehingga jemaah wanita masih dapat melihat imam. Sesungguhnya dalam Islam, wanita tidak wajib pergi shalat ke masjid. Pergi shalat ke masjid bagi wanita hanyalah suatu perbuatan baik saja atau amal shaleh. Bahkan ada hadis meriwayatkan bahwa shalat di rumah bagi wanita lebih besar pahalanya dari pada shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Karena itu luas liwan untuk wanita juga relatif lebih kecil daripada liwan untuk laki-laki. Ruang Dalam dan Ornamen Kubah atau dome dibahagian dalam ruang masjid adalah suatu konsep untuk menciptakan suasana sakral serta perasaan diri yang sangat kecil di hadapan Khalik tanpa dipenuhi hiasan kuduniaan yang glamour yang jauh dari menimbulkan rasa sakral. Ornamen pola geometris dan ArabeskAda beberapa corak ornamen atau ornamentik, diantaranya corak abstrak sebagai “ornamen arabesk” yang terdiri dari corak geometris dan corak “stilasi” dari tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan. Hal ini adalah jalan keluar dimana adanya larangan dalam ajaran Islam untuk tidak boleh menampilkan gambar-gambar atau lukisan sebagai hiasan dengan motif manusia, binatang atau makhluk bernyawa lainnya secara realistis di dalam ruangan masjid. Ornamen atau gaya ornamentik dapat di visualisasikan dengan huruf-huruf atau kaligrafi, seperti huruf “Arab Kufa” dan “Karmalis” adalah merupakan salah satu ornamen geometris yang berisi tulisan lafazd Al-Qur’an sebagai hiasan masjid. 2.4 Bangunan Masjid sebagai Unsur Estetika dan Land Mark dari suatu Lingkungan Dengan bertitik tolak dari fungsi Masjid sebagai pusat pembinaan umat, pusat dakwah Islamiyah dan secara fisik sebagai unsur pengikat lingkungan, maka jelas masjid harus mempunyai daya tarik yang kuat terhadap masyarakat di sekitarnya agar mereka senang dan tidak segan untuk datang ke Masjid. Sebenarnya ada dua faktor yang dapat berperan dalam hal tersebut di atas sebagaimana dikemukakan oleh A.K. Basuni:
  • 10. “Masjid yang makmur, dalam arti Masjid yang bersih, dalam arti Masjid yang bersih, indah, dan penuh dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat akan merupakan besi sembrani yang mempunyai daya tarik bagi masyarakat yang ada di sekitarnya”4 Dengan demikian jelaslah bahwa faktor estetika ini memegang peranan penting sebagai daya tarik, karena walaupun masjid sudah ditentukan sedemikian rupa lokasinya, sehingga menjadi pusat lingkungan, dengan jarak jangkauannya yang relatif dekat dari lingkungan perumahan atau perkantorandan pusat kegiatan lainnya. Akan tetapi jika Masjid tersebut kurang dipelihara, kotor bahkan dari segi arsitekturnya memberi kesan bangunan kurang ramah (angker), tentu saja mengurangi daya tarik Masjid tersebut. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh serang arsitektur islam sebagai berikut: “sekarang dengan wajah-wajah angker yang seram, masjid-masjid besar setapak demi setapak menjauh dari hati umat. Apalagi di kampung-kampung rasa negri itu ditambah dengan beberapa kuburan di halaman masjid dn usungan mayat di dindingnya.”5 Seharusnya bentuk bangunan Masjid itu didesain sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor estetika sehingga masyarakat merasa akrab dan damai dengan Masjid. 2.5 Desain Arsitektur Bangunan Masjid Dalam (Nana,2002:53) Sebenarnya desain arsitektur Masjid tidak secara eksplisit dijelaskan dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits, namun di dalam hadits Rasulullah bersabda:”sesungguhnya Allah itu indah dan Allah menyukai keindahan”. Namun demikian, karena keindahan itu bersifat relatif, maka dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman, maka Allah SWT menyerahkan sepenuhnya kepada manusia tentang bangunan masjid karena semata- mata masalah dunia. Dalam hal ini Nabi Muhammada SAW bersabda:”Kalian lebih tau dalam urusan dunia kalian”. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam persoalan dunia umat Islam diberi kebebasan untuk melakukan kreatifitas. Di sini juga merupakan peuan bagi umat Islam untuk merencanakan dan membangun masjid yang indah dan megah asal masih dalam batas-batas ajaran Islam. Batasa- batasan itu adalah sebagai berikut: 1. Tidak boleh menyerupai produk budaya agama lain(Tasyabbuuh), seperti gereja, kelenteng, candi dan bengunan ibadah lainnya. Artinya secara sepintas saja orang akan langsung mengenali bangunan masjid, dengan ciri khasnya, sepeti menara, kubah, dan lain-lainnya. 2. Masjid hendaknya mencerminkan simbol ajaran Islam. Seperti segitiga merupakan simbol Iman, Islam dan Ihsan merupakan pondasi segi enam sebagai simbol Rukun Islam, dan lain-lain 3. Tidak boleh b]erlebihan (ishraf), jangan karena ingin indah lalu semena-mena melebihi kebutuhan yang dituntut oleh keindahan yang wajar, keindahan jangan menjadi tujuan tanpa menghiraukan fungsi, karena Allah tidak menyukai orang yang berlebihan(Q.S. Al- A’raf: 31) 4 A.K. Basuni, Organisasi dan Manajemen Masjid, paper pada lokakarya Imarah Masjid se Jawa Barat, 1976,hal. 4 5 Ir. Bambang Pranggono, Arsitektur Masjid dan pemuda Masjid, Harian Kompas, 21 September 1997
  • 11. Dalam hal ini kualitas ruang arsitektur yang dihasilkan para arsitek harus memenuhi beberapa kriteria pokok sebagai berikut:6 1. Ruang yang diciptakan harus dapat memberikan ruang gerak, berinteraksi, dan berkegiatan kepada pengguna ruang secara mudah sesuai dengan fungsi ruang, serta memberikan kesan aman. Elemen perlengkapan (amenity) dibangun skala yang manusiawi, baik dari segi ketinggian, detail, pertamanan, pagar, ornamen bangunan, sampai dengan ruang-ruang terbuka yang bersifat positif. 2. Ruang yang diciptakan harus memberi bentuk yang bermakna kepada pengguna ruangnya, memberikan kejelasan, keindahan dan kecerahan kepada lingkungannya, serta harmonis dari sudut pandang pengguna ruang. 3. Jati diri arsitektur yang berkaitan dengan identitas ruang yang tercipta, harus dibedakan menurut peran sertanya di dalam budaya, yaitu dalam memberikan ciri yang bersifat universal, spesifik, dan bersifat altternatif. Universal karena berperan sama dengan elemen-elemen budaya yang dimiliki oleh sebagian budaya di dunia, misalnya identitas arsitektur tropis. Spesifik, karena dapat sebagai elemen-elemen budaya yang hanya dimiliki oleh suatu kelompok suku bangsa atau tipe-tipe tertentudari individu, misalnya arsitektur yang spesifik dari Bali, Jawa dan sebagainya. Bersifat alternatif, karena menampilkan elemen-elemen yang terbuka karena adanya pilihan, seperti gaya-gaya yang berkembang dalam arsitektur 4. Ruang yang diciptakan harus mampu bertahan lama, tidak tertelan zaman, permanen mewadahi hasrat dan kegiatan manusia, dan cukup intim dalam konteks masyarakat yang mekanis dan industrial. 2.6 Komponen Bangunan Masjid7 Bentuk Bentuk masjid telah diubah di beberapa bagian negara Islam di dunia. Gaya masjid terkenal yang sering dipakai adalah bentuk masjid Abbasi, bentuk T, dan bentuk kubah pusat di Anatolia. Negara-negara yang kaya akan minyak biasanya membangun masjid yang megah dengan biaya yang besar dan pembangunannya dipimpin oleh arsitek non-Muslim yang dibantu oleh arsitek Muslim. Arab-plan atau hypostyle adalah bentuk-bentuk awal masjid yang sering dipakai dan dipelopori oleh Bani Umayyah. Masjid ini berbentuk persegi ataupun persegi panjang yang dibangun pada sebuah dataran dengan halaman yang tertutup dan tempat ibadah di dalam. Halaman di masjid sering digunakan untuk menampung jamaah pada hari Jumat. Beberapa masjid berbentuk hypostyle ayau masjid yang berukuran besar, biasanya mempunyai atap datar diatasnya, dan digunakan untuk penopang tiang-tiang. Contoh masjid yang menggunakan bentuk hypostyle adalah Masjid Kordoba, di Kordoba, yang dibangun dengan 850 tiang. Beberapa masjid bergaya hypostyle memiliki atap melengkung yang memberikan keteduhan bagi jamaah di masjid. Masjid bergaya arab-plan mulai dibangun pada masa Abbasiyah dan Umayyah, tapi masjid bergaya arab-plan tidak terlalu disenangi. 6 Ir. Rachmadi B.S., Arsitektur Indonesia Sebagai Pencerminan Budaya Bangsa, Jakarta, 1997 7 www.wikipedia.org
  • 12. Kesultanan Utsmaniyah kemudian memperkenalkan bentuk masjid dengan kubah di tengah pada abad ke-15 dan memiliki kubah yang besar, dimana kubah ini melingkupi sebagian besar area salat. Beberapa kubah kecil juga ditambahkan di area luar tempat ibadah. Gaya ini sangat dipengaruhi oleh bangunan-bangunan dari Bizantium yang menggunakan kubah besar.[1] Masjid gaya Iwan juga dikenal dengan bagian masjid yang dikubah. Gaya ini diambil dari arsitektur Iran pra-Islam. Menara Menara masjid dalam perkembangan sejarah Islam pada awalnya merupakan elemen sekunder, namun dalam perkembangan selanjutnya dan sejalan dengan dinamika peradaban umat Islam, menara masjid menjadi bagian penting dari sebuah masjid, baik dalam memberikan makna artistik atau makna fungsional. Bentuk umum dari sebuah masjid adalah keberadaan menara. Kata menara berasal dari bahasa Arab almanara, akar katanya "naara, yanuura,naura" yang artinya menyinari dan indah warnanya. Almanaara artinya menyinari dan indah warnanya. Almanaara artinya lilin yang memiliki sinar, mercusuar dan tempat azan. Oleh karena itu, tempat azan yang berada di masjid merupakan salah satu makna almanaara. Masjid-masjid pada zaman Nabi Muhammad tidak memiliki menara, dan hal ini mulai diterapkan oleh pengikut ajaran Wahabiyyah, yang melarang pembangunan menara dan menganggap menara tidak penting dalam kompleks masjid. Menara pertama kali dibangun di Basra pada tahun 665 sewaktu pemerintahan khalifah Bani Umayyah, Muawiyah I, yang mendukung pembangunan menara masjid untuk menyaingi menara-menara lonceng pada gereja. Menara bertujuan sebagai tempat muazin mengumandangkan azan. Menara masjid dipandang sebagai salah satu unsur penting yang memberikan karakteristik spesifik terhadap bangunan masjid. Penambahan menara bukan saja menambah keagungan dan keindahan arsitektur masjid, tetapi juga berfungsi sebagai tempat mengumandangkan azan yang dilakukan oleh seorang juru azan(muazin). Menurut cerita sejarah, menara lonceng gereja St. John di Syria dibiarkan berdiri tegak oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik setelah ia mengubahnya menjadi masjid. Setelah itu Al-Walid benyak membangun masjid dengan menara- menara indah. Dari sinilah Al-Walid dipandang memiliki peran berarti dalam memperkenalkan menara dalam arsitektur masjid. Dalam perkembangannya, menara masjid memiliki bentuk yang sangat bervariasi, di antaranya :berbentuk silinder, Segi empat atau lebih, ada pula yang bertingkat. Ujung menara dapat dibuat bervariasi bentuknya, ada yang berbentuk empat persegi, kerucut, belimbing, lembing dan sebagainya. Jumlah menara pun dapat dibuat bervariasi jumlahnya, mulai dari satu sampai lebih dari lima. Letaknya dapat menyatu dengan masjid atau terpisah. Untuk melihat berbagai ragam menara masjid ini dapat dilihat di kota Kairo yang merupakan museum bagi menara dari berbagai corak sebagaimana dikemukakan di atas. Bentuk-bentuk Menara Pada masa awal perkembangan arsitektur masjid, setidaknya ada beberapa bentuk dasar menara masjid. Tapi yang paling awal, seperti pada menara Masjid Nabawi dan Masjid Damaskus, menara itu tidak berdiri sendiri melainkan menyatu dengan struktur bangunan masjid. Pola seperti
  • 13. ini menyebar ke berbagai penjuru negeri-negeri muslim melintasi dataran Arab hingga ke Andalusia. Namun ada juga menara yang dibangun terpisah dari bangunan utama masjid, seperti menara Masjid Agung Samarra dan menara Masjid Abu Dulaf di wilayah Iraq. Ada beberapa bentuk dasar menara masjid: menara klasik, menara variasi, menara segi empat, menara spiral dan menara silinder. Pada menara klasik (classic minaret): lantai dasarnya berbentuk segi empat, naik ke atas menjadi oktagonal (segi delapan) dan kemudian diakhiri dengan tower silinder yang dipuncaki dengan sebuah kubah kecil. Termasuk jenis ini misalnya menara Masjid Mad Chalif di Kairo, yang dibangun pada abad ke-11 masehi semasa pemerintahan Khalifah Al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah. gambar 1. menara Masjid Mad Chalif di Kairo Sementara itu, jenis menara variasi diawali dengan segi empat di bagian bawah, lalu bertransformasi menjadi segi enam yang dihiasi dengan balkon segi delapan. Menara Masjid Al- Azhar termasuk dalam jenis ini. Sedangkan menara-menara masjid di Iran sebagian besar merupakan menara jenis menara silinder dengan diameter silinder yang semakin mengecil di puncak menara, misalnya menara Masjid Natanz di Iran. gambar 2: menara Masjid Natanz berbentuk silinder, di Iran Sementara itu di Aleppo (di wilayah Mediterrania), terdapat tren baru bentuk menara masjid. Menara Masjid Aleppo ini sepenuhnya berbentuk segi empat dari dasar hingga puncak. Menara yang dibangun oleh penguasa Turki Seljuk pada tahun 1089 ini menggunakan batu sebagai material utama. Uniknya, sebagai tren baru, tidak ada kubah di puncak menara. Hasan bin Mufarraj, arsitektur yang merancangnya, memberikan sentuhan baru dengan meletakkan muqarnas di puncak menara setinggi 46 meter ini. Muqarnas tersebut menyerupai galeri dan berfungsi sebagai tempat muadzin. Masih ada beberapa lagi menara segi empat yang terdapat di wilayah Mediterrania, seperti menara Masjid Agung Sevilla (yang disebut Menara Giralda). Menara ini pernah berfungsi sebagai menara lonceng katederal seiring dengan lahirnya kekuasaan Kristen di Spanyol. Menara segi empat lain terdapat di Masjid Kutubiyyah (dibangun 1125-1130) di Marrakesh, Maroko.
  • 14. Keberadaan menara segi empat pada masjid-masjid tersebut sangat dipengaruhi oleh menara Masjid Qayrawan (35 meter) yang mempunyai tiga undakan segi empat. Hanya saja, ada pengamat arsitektur yang menyebutkan bahwa bentuk menara masjid segi empat ini mengadopsi bentuk mercusuar kuno di Iskandarsyah, Mesir. gambar 3: Menara segi empat di Masjid Kutubiyyah di Marrakesh, Maroko Ada sebuah bentuk menara yang jarang diadopsi oleh menara-menara masjid di dunia, yaitu menara spiral. Bentuk khas menara pada masjid-masjid di Samarra ini merupakan tradisi dalam bangunan menara Mesopotamia. Menara Masjid Samarra dan Masjid Dullaf, bahkan hingga sekarang masih tegak berdiri walaupun sudah berusia 1.200 tahun. Padahal, bangunan masjidnya hanya tinggal reruntuhan saja. Bisa dikatakan kedua menara ini sebagai peninggalan arsitektur yang memberikan kesan bahwa perhitungan geometri para arsitek pada masa itu sudah sangat akurat. Masjid lain yang juga memiliki menara spiral adalah Masjid Ibnu Tulun di Fustat, Mesir. gambar 4: menara berbentuk spiral masjid-masjid di Samarra Jika menengok ke Iran, umumnya masjid-masjid di sini memiliki dua menara (sepasang) yang tegak berdiri di samping kanan dan kiri dan kanan pintu gerbang, seperti halnya di Masjid Nabawi (Madinah) dan Masjidil Haram (Makkah). Gambar 5. dua menara (sepasang) yang tegak di Masjid Nabawi (Madinah) dan Masjidil Haram (Makkah) Adapun corak arsitektur menara masjid Turki Utsmani umumnya berbentuk jirin (meruncing) semampai tinggi menjulang bagai jarum raksasa melesat ke ruang angkasa.
  • 15. Gambar 6. menara berbentuk jirin (meruncing) Masjid Ahmad Kadyrov Arsitektur Turki Usmani di Pegunungan Kaukasus Fungsi Menara Menara masjid selain berfungsi sebagai tempat bagi muadzin mengumandangkan adzan juga bisa berfungsi ganda seperti halnya mercusuar atau menara pengintai. Hal ini terutama terdapat pada menara-menara masjid yang berada di kota pelabuhan atau tepi sungai. Corak menara Masjid Ribbat Shushah di Tunisia, misalnya, terdapat pada bangunan corak masjid yang sangat mirip sebuah markas militer. Menara berbentuk silinder ini dibuat dengan gaya yang teramat kokoh untuk sebuah menara yang biasanya berbentuk ramping. Ribbat Shushah, sebagai kota pelabuhan, memanfaatkan menara masjid sebagai sarana untuk melakukan pengamatan lepas pantai dari balkon menara. Dalam sejarah menara-menara masjid legendaris, masjid-masjid yang dibangun oleh Dinasti Turki Utsmaniyah tercatat memiliki menara yang paling tinggi. Wajar saja, sebab dinasti terakhir dalam kekhilafahan Islam ini sudah mengembangkan teknik konstruksi yang lebih moderen. Menara-menara itu pada umumnya dibangun dengan menerapkan pondasi pasak bumi generasi pertama. Hasilnya, mereka bisa membangun menara masjid dengan ketinggian lebih dari 70 meter. Sebuah prestasi pada zamannya. Memang, tinggi menara-menara masjid itu masih lebih rendah dibandingkan menara Masjid Nabawi yang 105 meter. Namun, menara masjid Nabawi tersebut sudah merupakan hasil renovasi pemerintah Arab Saudi, yang notabene teknologinya sudah jauh lebih canggih Contoh Menara di masjid biasanya tinggi dan berada di bagian pojok dari kompleks masjid. Menara masjid tertinggi di dunia berada di Masjid Hassan II, Casablanca, Maroko. Gambar 7:Masjid Hassan II di Casablanca Kubah Kubah juga merupakan salah satu ciri khas dari sebuah masjid. Seiring waktu, kubah diperluas menjadi sama luas dengan tempat ibadah di bawahnya. Walaupun kebanyakan kubah memakai bentuk setengah bulat, masjid-masjid di daerah India dan Pakistan memakai kubah berbentuk bawang. Dalam tulisan berjudul A review of Mosque Architecture, Foundation for Science Technology Civilisation (FSTC) mengungkapkan, keberadaan kubah dalam arsitektur Islam
  • 16. paling tidak memiliki dua interpretasi simbolik. Yakni, merepresentasikan kubah surga dan menjadi semacam simbol kekuasaan dan kebesaran Tuhan. Seperti halnya menara dan mihrab, secara historis kubah belum dikenal pada masa Rasulullah SAW. Arsitektur terkemuka, Prof K Cresswell dalam Early Muslim Architecture menyatakan bahwa pada desain awal masjid Madinah sama sekali belum mengenal kubah. Dalam rekonstruksi arsitekturnya, Cresswell menunjukkan betapa sederhananya masjid yang dibangun Nabi Muhammad SAW. gambar 8. Masjid tanpa kubah (masjid nabawi) Arsitektur awal masjid Rasul berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas sekelilingnya. Di sepanjang bagian dalam dinding tersebut dibuat semacam serambi yang langsung berhubungan dengan lapangan terbuka yang berada di tengahnya. Seiring berkembangnya teknologi arsitektur, maka kubah pun muncul sebagai penutup bangunan masjid. Kubah memang bukan berasal dan berakar dari arsitektur Islam. Itu karena memang ajaran Islam tidak membawa secara langsung tradisi budaya fisik atau Islam tidak mengajarkan secara konkrit tata bentuk arsitektur. Islam memberi kesempatan kepada umatnya untuk menentukan pilihan-pilihan fisiknya pada akal-budi. Hampir semua kebudayaan mengenal dan memiliki kubah. Dari masa ke masa bentuk kubah selalu berubah-ubah. Konon, peradaban pertama yang mengenal dan menggunakan kubah adalah bangsa Mesopotamia sejak 6000 tahun yang lalu. Pada abad ke-14 SM, di Mycenaean Greeks sudah ditemukan bangunan makam berbentuk kubah (tholos tombs). Namun, ada pula yang menyatakan bahwa kubah mulai muncul pada masa Imperium Romawi, sekitar tahun 100 M. Salah satu buktinya adalah bangunan pantheon (kuil) di kota Roma yang dibangun Raja Hadria pada 118 M - 128 M. Penggunaan kubah tercatat mulai berkembang pesat di periode awal masa Kristen. Struktur dan bentang kubah pada waktu itu tak terlalu besar, seperti terdapat pada bangunan Santa Costanza di Roma. Pada era kekuasaan Bizantium, Kaisar Justinian juga telah membangun kubah kuno yang megah. Pada tahun 500 M, dia menggunakan kubah pada bangunan Hagia Spohia di Konstantinopel. Secara historis dan arkeologis, kubah pertama dalam arsitektur Islam ditemukan di Kubah Batu (Dome of Rock) atau yang biasa dikenal sebagai Masjid Umar di Yerusalem. Kubah Batu dibangun sekitar tahun 685 M sampai 691 M. Gambar 8. kubah Masjid Umar di Yerusalem
  • 17. Interior Kubah Batu dihiasi dengan arabesk - hiasan berbentuk geometris, tanaman rambatan dan ornamen kaligrafi. Unsur hiasan sempat menjadi ciri khas arsitektur Islam sejak abad ke-7 M. Hingga kini, kaligrafi masih menjadi ornamen yang menghiasi interior bangunan sebuah masjid. Sejak saat itulah, para arsitek Islam terus mengembangkan beragam gaya kubah pada masjid yang dibangunnya. Pada abad ke-12 M, di Kairo kubah menjadi semacam lambang arsitektur nasional Mesir dalam struktur masyarakat Islam. Dari masa ke masa bentuk kubah pada masjid juga terus berubah mengikuti perkembangan teknologi. Ketika Islam menyebar dan berinteraksi dengan budaya dan peradaban lain, para arsitek Islam tampaknya tidak segan-segan untuk mengambil pilihan-pilihan bentuk yang sudah ada, termasuk teknik dan cara membangun yang memang sudah dimiliki oleh masyarakat setempat tersebut. Tak heran, jika bentuk kubah masjid pun terbilang beragam, sesuai dengan budaya dan tempat masyarakat Muslim tinggal. Hampir di setiap negara berpenduduk Muslim memiliki masjid berkubah. Di antara masjid berkubah yang terkenal antara lain; Masjid Biru di Istanbul Turki, Taj Mahal di Agra India, Kubah Batu di Yerusalem, dan lainnya. gambar 9. masjid biru di Istambul Turki Secara umum, kubah berbentuk seperti separuh bola atau seperti kerucut yang permukaannya melengkung keluar. Berdasarkan bentuknya, dalam dunia arsitektur dikenal ada 'kubah piring', karena puncak yang rendah dan dasar yang besar. Selain itu, ada pula 'kubah bawang', karena hampir menyerupai bentuk bawang. Kubah biasanya akan diletakkan pada tempat tertinggi di atas bangunan, berfungsi sebagai atap. Ada pula yang ditempatkan di atas rangka bangunan petak dengan menggunakan singgah kubah. Kubah juga biasa dianggap seperti gerbang yang diputarkan pada rangka penyangganya. Ini bermakna bahwa kubah mempunyai kekuatan struktur yang besar, laiknya jembatan gerbang tertekan. Pada awalnya, kubah dibangun dari batu bata atau beton. Seiring berkembangnya teknologi, kubah masjid pun dibentuk dari bahan alumunium. Di era modern, para arsitektur sudah memperkenalkan bentuk kubah geodesi. Kubah ini berbentuk hemisfer dan menggunakan kekisi sebagai rangka, menjadikannya lebih ringan. Perkembangan teknologi juga memungkinkan penggunaan cermin dan plastik sebagai padatan. Kini keberadaan kubah pada bangunan masjid telah bergeser dari tuntutan fungsional. keinginan untuk membentuk struktur bentang lebar pada ruang masjid - menjadi ciri dan simbol peradaban Islam yang ditempatkan pada bangunan masjid. Kehadiran kubah pada bangunan masjid-masjid di Indonesia terbilang masih baru. Atap kubah baru hadir di Indonesia pada akhir abad ke-19 M. Itu berarti, selama lima abad lamanya,
  • 18. bangunan masjid di Nusantara tak menggunakan atap. Bahkan di Jawa, atap masjid berkubah baru muncul pada pertengahan abad ke-20 M. Kubah merupakan elemen yang dapat menghadirkan ruang positif yang besar pada suatu bangunan. Ruang positif yang dihadirkan kubah pada bangunan masjid membuat orang yang berada di dalamnya akan merasa leluasa. Selain menghadirkan kesan megah, keberadaan kubah juga dapat membuat orang yang beribadah di masjid merasa kecil di hadapan kebesaran Tuhan yang menciptakannya. Gambar 3: Masjid dengan kubah yang besar di Pusat Islam Wina Salah satu sudut dalam Masjid dengan Mihrab pada bagian tengah ruangan Tempat ibadah Tempat ibadah atau ruang salat, tidak diberikan meja, atau kursi, sehingga memungkinkan para jamaah untuk mengisi shaf atau barisan-barisan yang ada di dalam ruang salat. Bagian ruang salat biasanya diberi kaligrafi dari potongan ayat Al-Qur'an untuk memperlihatkan keindahan agama Islam serta Al-Qur'an. Ruang salat mengarah ke arah Ka'bah, sebagai kiblat umat Islam. Di masjid juga terdapat mihrab dan mimbar. Mihrab adalah tempat imam memimpin salat, sedangkan mimbar adalah tempat khatib menyampaikan khutbah.[39] Tempat bersuci Dalam komplek masjid, di dekat ruang salat, tersedia ruang untuk menyucikan diri, atau biasa disebut tempat wudhu. Di beberapa masjid kecil, kamar mandi digunakan sebagai tempat untuk berwudhu. Sedangkan di masjid tradisional, tempat wudhu biasanya sedikit terpisah dari bangunan masjid. Fasilitas lain Masjid modern sebagai pusat kegiatan umat Islam, juga menyediakan fasilitas seperti klinik, perpustakaan, dan tempat berolahraga.
  • 19. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan  Arsitektur Islam adalah cara membangun yang Islami sebagaimana ditentukan oleh hukum syariah, tanpa batasan terhadap tempat dan fungsi bangunan, namun lebih kepada karakter Islaminya dalam hubungannya dengan desain bentuk dan dekorasi. Definisi ini adalah suatu definisi yang meliputi semua jenis bangunan, bukan hanya monumen ataupun bangunan religius (Saoud, 2002: 2).  Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".  Masjid memiliki nilai historis yang sangat banyak sejak dibangunnya, dan masing- masing bangun memiliiki nilai historis, nilai sosial dan nilai-nilai yang terdapat di sekitarnya.  Dalam membangun sebuah masjid dari kajian tidak terdapat konsep perencanaan yang tidak mudah dan memiliki ketentuan tertentu  Dalam mendesain sebuah bangunan masjid hendaknya memperhatikan batasan- batasan yang telah ada sehingga tujuan pembangunan masjid tidak menyimpang.  Masjid memiliki berbagai komponen bangunan, diantaranya adalah: bentuk, menara, kubah, Mihrab, tempat bersuci, Tempat ibadah, dan fasilitas lain. Karena perkembangan zaman maka komponen bangunan masjid ini menjadi berkembang dan berubah menjadi bervariasi 3.1 Saran  Hendaknya sebagai seorang muslim kita memelihara karya seni rupa (arsitektur) dalam bangunan masjid yaitu dengan tidak merusak agar rumah Allah tetap terjaga  Sebagai seorang arsitek dalam merancang arsitektur bangunan masjid hendaknya mengetahui batasan-batasan dan ketentuan-ketentuan dalam membangun masjid agar tidak terjadi mubazir dalam bangunan masjid tersebut
  • 20. Daftar Pustaka Basuni, A.K., Organisasi dan Manajemen Masjid, paper pada lokakarya Imarah Masjid se Jawa Barat, 1976 Pranggono, Bambang. Arsitektur Masjid dan pemuda Masjid. (Jakarta: Harian Kompas, 21 September 1997) Rukmana, Nana. Masjid dan dakwah. (Jakarta: Al-Mawardi Prima), 2002 http://auliayahya.wordpress.com (diakses 21 mei 2011) www. google.com (diakses 24 mei 2011) www.wikipedia.org (diakses 21 mei 2011)