Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
>Tiga Model Penawaran Agregat
>>Model Harga Kaku (Sticky Price)
>>Model Upah Kaku
>>Model Informasi-Tak Sempurna
>Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Disusun oleh:
Afrida Syahputri R. N.
Danan Giriatmojo
Fildzah Salsabila
Muhammad Rafi Kambara
Saila Dhiyaul Haq
3. a. Model Harga Kaku (Sticky Price)
Model ini menekankan perusahaan tidak instan menyesuaikan harga
yang mereka tetapkan dalam merespon perubahan permintaan.
Karena kadang harga ditetapkan oleh kontrak jangka panjang antara
perusahaan dan konsumen.
Alasan kenapa adanya model Sticky Pice
* adanya kontrak jangka panjang antara
perusahaan dan konsumen
* menu cost
* perusahaan tidak ingin merepotkan konsumen, dengan sering
melakukan perubahan harga
Dalam mempelajari model ini, kita harus mengasumsikan bahwa
perusahaan adalah penentu harga (price-setters).
4. Harga yang diinginkan perusahaan (p)
p = P + a(Y- Ŷ)
a. Tingkat harga keseluruhan (P)
tingkat harga lebih tinggi biaya perusahaan lebih
tinggi semakin besar harga produk perusahaan
b. Tingkat pendapatan agregat (Y)
tingkat pendapatan lebih tinggi meningkatkan
permintaan terhadap produk perusahaan. Karena
biaya marginal (MC) naik pada tingkat produksi lebih
tinggi, semakin besar permintaan, semakin tinggi harga
yang diinginkan perusahaan
5. - Harga diinginkan (p) bergantung pada tingkat harga
keseluruhan (P) dan tingkat permintaan agregat relatif
terhadap tingkat alaminya (Y- Ŷ)
- Parameter a(>0) mengukur berapa banyak harga diinginkan
perusahaan merespon tingkat output agregat.
6. Sekarang, kita asumsikan ada 2 tipe perusahaan
a. Perusahaan harga fleksibel : menetapkan harga
p = P + a(Y- Ŷ)
b. Perusahaan harga kaku : mereka mengumumkan harga
berdasarkan kondisi perekonomian yang mereka harapkan.
Perusahaan harga kaku menetapkan harga : p = Pe + a(Ye- Ŷe)
c. Asumsi perusahaan mengharapkan output pada tingkat
alaminya a(Ye- Ŷe) = 0, maka P = Pe artinya, perusahaan
dengan harga kaku menetapkan harga berdasarkan prediksi
perusahaan lain akan menetapkan harga yang sama
7. Kesimpulan :
- Harga yang diharapkan Pe meningkat, maka tingkat harga
aktual P meningkat (perusahaan harga kaku)
- Ketika output Y meningkat, maka P meningkat (perusahaan
fleksibel)
Misalkan pendapatan turun, maka :
a. Perusahaan melihat penurunan permintaan untuk produk
mereka
b. Perusahaan dengan harga kaku mengurangi produksi,
sehingga mengurangi permintaan untuk tenaga kerja
c. Pergeseran ke kiri pada permintaan tenaga kerja
menyebabkan upah rill turun
8. Model
Upah Kaku
Untuk menjelaskan mengapa kurva
penawaran agregat jangka pendek miring
ke atas, banyak ekonom menekankan
pada lambannya penyesuaian upah
nominal.
Dalam banyak industri, upah nominal
ditetapkan oleh kontrak jangka panjang,
sehingga upah tidak dapat disesuaikan
dengan cepat ketika kondisi ekonomi
berubah.
Akibatnya, banyak ekonom percaya bahwa
upah nominal adalah kaku dalam jangka
pendek.
Model upah kaku (sticky wage model)
menunjukkan implikasi dari upah nominal
kaku penawaran agregat.
9. 1. Ketika upah nominal tidak berubah,
kenaikan tingkat harga menurunkan upah riil,
yang membuat tenaga kerja menjadi lebih
murah.
2. upah riil yang lebih rendah mendorong
perusahaan menggunakan lebih banyak
tenaga kerja.
3. Tenaga kerja tambahan yang digunakan
memproduksi lebih banyak output
Hubungan positif antara tingkat harga dan
jumlah output ini berarti bahwa kurva
penawaran agregat miring ke atas selama
upah nominal tidak dapat disesuaikan.
10. Para pekerja dan perusahaan menetapkan upah nominal W berdasarkan
upah riil target ω dan tingkat harga yang mereka harapkan Pᵉ. Upah
nominal yang mereka tetapkan adalah
Setelah upah nominal ditetapkan dan sebelum tenaga kerja ditarik,
perusahaan mempelajari tingkat harga aktual P. Upah riil kemudian
menjadi
W = ω x Pᵉ
Upah nominal = Upah Riil Target x Tingkat Harga yang Diharapkan
W/P = ω x (Pᵉ/P)
Upah Riil = Upah Riil Target x Tingkat Harga yang Diharapkan
Tingkat Harga Aktual
11. Persamaan ini menunjukkan bahwa upah riil menyimpang dari
targetnya jika tingkat harga aktual berbeda dari tingkat harga yang
diharapkan. Ketika tingkat harga aktual lebih besar dari yang diharapkan,
upah riil lebih kecil dari targetnya; ketika tingkat harga aktual kurang dari
yang diharapkan, upah riil lebih besar dari targetnya.
Asumsi akhir dari model upah kaku (sticky wage model) adalah
bahwa kesempatan kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
diminta perusahaan.
12. Model
Informasi-
Tak
Sempurna
Asumsi:
• Setiap pemasok memproduksi barang
tunggal dan mengkonsumsi banyak
barang
• Pemasok memantau harga barang yang
mereka produksi, tetapi kurang
memantau harga seluruh barang lain
dalam perekonomian
13. • Karena pemasok tidak mengetahui harga keseluruhan barang dalam
perekonomian, maka sebelum membuat keputusan berapa banyak
barang yang akan diproduksi, digunakan harga yang diharapkan
(expected price) : P
e
• Model informasi-tak sempurna menyatakan: “bila harga aktual (P)
melebihi harga yang diharapkan (P
e
), pemasok akan meningkatkan
output mereka (Y)”
• Y naik jika P>P
e
14. Kurva penawaran agregat jangka pendek
Jika tingkat harga lebih
tinggi dari tingkat
harga yang diharapkan,
output akan naik
melebihi tingkat
alamiahnya, dan
sebaliknya
Y
P LRAS
Y
SRAS
( )e
Y Y P P
e
P P
e
P P
e
P P
( )e
Y Y P P
15. Pergeseran permintaan agregat menyebabkan fluktuasi
jangka pendek
Perekonomian dimulai
dalam ekuilibrium jangka
panjang di titik A, saat
permintaan agregat
meningkat, harga naik dari
P1 ke P2, menyebabkan
output naik, ekuilibrium
bergerak dari titik A ke B.
Dalam jangka panjang
harga yg diharapkan naik
ke P3
e
menyebabkan kurva
penawaran bergeser ke
titik C dan terbentuk
ekuilibrium baru.
Y
P LRAS
SRAS1
1 1
e
P P
SRAS2
AD1
AD2
2P
3 3
e
P P
1Y Y
2Y
3Y
A
C
B
17. Dua tujuan dalam kebijakan ekonomi yang ingin dicapai namun sering bertentangan adalah
inflasi yang rendah dan pengangguran yang rendah.
Misalnya, pembuat kebijakan menggunakan kebijakan fiskal / moneter untuk memperbesar
permintaan agregat. Kebijakan ini akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva
penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang lebih tinggi dan tingkat harga yang
lebih tinggi.
Output yang lebih tinggi berarti pengangguran yang lebih rendah, karena perusahaan
membutuhkan lebih banyak pekerja ketika memproduksi lebih banyak. Tingkat harga yang
tinggi, berdasarkan tingkat harga tahun sebelumnya, berarti inflasi yang lebih tinggi. jadi,
ketika para pembuat kebijakan menggerakkan perekonomian ke atas sepanjang kurva
penawaran agregat jangka pendek, mereka menurunkan tingkat pengangguran dan
menaikkan tingkat inflasi. Sebaliknya, ketika mereka mengontraksi permintaan agregat dan
menggerakkan perekonomian ke bawah pada kurva penawaran agregat jangka pendek,
pengangguran dan inflasi turun.
18. Tradeoff antara inflasi dan pengangguran ini,
yang disebut kurva Phillips.
Kurva Phillips merupakan refleksi dari kurva
penawaran agregat jangka pendek: ketika para pembuat
kebijakan menggerakkan perekonomian sepanjang
kurva penawaran agregat jangka pendek, pengangguran
dan inflasi bergerak dalam arah berlawanan.
Kurva Phillips adalah cara yang berguna untuk
menunjukan penawaran agregat karena inflasi dan
pengangguran merupakan ukuran kinerja
perekonomian yang penting.
19. 19
2 6
Phillips
Curve
7
3
Unemployment
Rate (percent)
Inflation
rate
(percent
per year)
B
A
Dalam jangka pendek, inflasi dan
pengangguran
berhubungan negatif. Pada setiap titik waktu,
pembuat kebijakan yang mengendalikan
permintaan agregat dapat memilih kombinasi
inflasi dan pengangguran pada kurva Phillips
jangka-pendek ini.
20. Sebagai contoh, tingkat harga awal adalah 100. Kemudian pada tahun berikutnya
permintaan aggregat mengalami peningkatan. Sehingga kurva permintaan
aggregat bergeser ke kanan, hingga mencapai keseimbangan baru di titik B. Titik B
ini juga berhubungan dengan titik B di kurva Phillips. Jadi, ketika permintaan
aggregat meningkat, tingkat inflasi relatif tinggi dan tingkat pengangguran relatif
rendah. 20
104
100
B
A
2 6
Phillips
Curve
7
3
Unemployment
Rate (percent)
Inflation
rate
(percent
per year)
B
A
Price
Level
Quantity of
output
AD1
AD2
SRAS
Peningkatan
AD
21. Menderivisi Kurva Phillips dari Kurva Penawaran Agregat
Kurva Phillips (Phillips curve) dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa
tingkat inflasi tergantung pada tiga kekuatan:
Ø Inflasi yang diharapkan;
Ø Deviasi pengangguran dari tingkat alamiah, yang disebut pengangguran siklis
Ø Guncangan penawaran.
22. Tiga kekuatan ini ditunjukkan dalam persamaan berikut:
π = πe - β (u - un) + v
inflasi = inflasi - (β x Pengangguran Siklis) + Guncangan
yang diharapkan Penawaran
di mana β adalah parameter yang mengukur respon inflasi terhadap pengangguran
siklis. Ingatlah bahwa ada tanda minus sebelum simbol pengangguran siklis: dengan
mengasumsikan variabel lainnya tidak berubah, pengangguran yang tinggi cenderung
mengurangi inflasi.
23. Dari manakah persamaan untuk kurva Phillips ini berasal? Meskipun
kelihatannya tidak biasa, kita bisa menderivasinya dari persamaan untuk
penawaran agregat. Untuk melihat bagaimana caranya, tulislah persamaan
penawaran agregat sebagai
P = Pe + (1/a)(Y — Y),
Dengan satu penambahan, satu pengurangan, dan satu substitusi, kita bisa
memanipulasi persamaan ini untuk mendapatkan hubungan antara inflasi dan
pengangguran.
Inilah tiga tahap tersebut. Pertama, tambahkan sisi kanan persamaan itu dengan
guncangan penawaran v untuk menunjukkan per-istiwa eksogen (seperti
perub.ahan harga minyak dunia) yang mengubah tingkat harga dan menggeser
kurva penawaran agregat jangka pendek:
P = Pe + (1/α)(Y- Y) + v.
Selanjutnya, untuk mengubah dari tingkat harga menjadi tingkat inflasi, kurangi
tingkat harga tahun lalu P-1 dari kedua sisi persamaan untuk mendapatkan
(P – P-1) = (Pe - P-1 + (1/a)(Y - Y) + v.
Symbol pada sisi kiri, P- P-1, adalah perbedaan antara tingkat harga sekarang dan
tingkat harga tahun lalu, yang merupakan inflasi π8simbolpada sisi kanan, Pe - P-
1 adalah perbedaanantara tingkat harga yang diharapkan dan tingkat harga
tahun lalu, yang merupakan inflasi yang (diharapkan. π8Karna itu, kita
bisa mengantiP — P-1 dengan π dan Pe'- P-1 dengan πe
π= π+(1-α)(Y — Y) + v.
24. Ketiga, untuk beralih dari output ke pengangguran, ingatlah dari Bab 9
bahwahukum Okun memberikan hubungan antara dua variabel ini. Sato
versi dari hukum Okun nienyatakan bahwa penyimpangan output dari
tingkat alamiah berbanding terbalik dengan penyimpangan pengangguran
dari tingkat alamiah; yaitu, bila output lebih tinggi dari tingkat output
alamiah, pengangguran lebih rendah daripada tingkat pengangguran
alamiah. Kira bisa menulisnya sebagai
(1/α) (Y – Y) = - β(u – ue).
Dengan menggunakan hubungan hukum Okun ini, kita bisa mensubstitusi -
β(u- u") untuk (1/α) (Y — Y) dalam persamaan sebelumnya untuk
mendapatkan:
π – πe - β(u – ue) + v
jadi, kita bisa menderivasi persamaan kurva Phillips dari persamaan
penawaran agregat.
Seluruh proses aljabar ini menunjukkan satu hal: persamaan kurva Phillips
dan persamaan penawaran agregat jangka pendek pada dasarnya
menunjukkan gagasan makroekonomi yang sama. Lebih jelasnya, kedua
persamaan itu menunjukkan hubungan antara variabel riil dan nominal
25. Ekspektasi Adaptif dan Inersia Inflasi
Agar kurva Phillips bermanfaat dalam menganalisis pilihan-pilihan yang dihadapi para
pembuat kebijakan, penyebab inflasi yang diharapkan harus ditentukan. Asumsi
sederhana dan sering kali masuk akal adalah bahwa orang-orang membentuk
ekspektasi mereka terhadap inflasi berdasarkan inflasi yang sedang diamati. Asumsi
ini disebut ekspektasi adaptif (adaptive expectations)
Sebagai contoh, anggaplah orang-orang mengharapkan harga meningkat tahun ini
pada tingkat yang sama sebagaimana tahun lalu. Kemudian inflasi yang diharapkan
πe sama dengan inflasi tahun lalu π-1
πe = π-1
Dalam kasus ini, kita bisa menulis kurva Phillips sebagai
π = π-1 – β(u – ue) + v
Yang menyatakan bahwa inflasi tergantung pada inflasi yang lalu, pengangguran
siklis, dan guncangan penawaran. Ketika kurva Phillips ditulis dalam bentuk ini,
tingkat pengangguran alamiah kadang kala disebut NAIRU atau Non-
AcceleratingInflation Rate of Unemployment.
.
26. Dua Penyebab Naik dan Turunnya Inflasi
Simbol kedua dan ketiga dalam persamaan kurva Phillips menunjukkan dua kekuatan yang dapat
mengubah tingkat inflasi.
Simbol kedua, β(u – ue)menunjukkan bahwa pengangguran siklis – penyimpangan pengangguran
dari tingkat alamiah—memberi tekanan ke atas dan ke bawah pada inflasi. Pengangguran yang
rendah akan menarik inflasi ke atas. Indah yang disebut inflasi tarikanpermintaan (demand-pull
inflation) karena permintaan agregat yang tinggi bertanggung jawab atas jenis inflasi ini.
Pengangguran yang tinggi menarik tingkat inflasi ke bawah. Parametermengukur sejauh mana
responsivitas inflasi terhadap pengangguran siklis.
Simbol ketiga, v, menunjukkan bahwa inflasi juga naik dan turun karena guncangan penawaran.
Guncangan penawaran yang memperburuk, seperti kenaikan harga minyak dunia pada tahun 1970-
an, menunjukkan nilai positif v dan menyebabkan inflasi naik. Ini disebut inflasi dorongan-biaya
(cost-push inflation) karena goncangan penawaran yang memperburuk adalah peristiwa-peristiwa
tipikal yang mendorong ke atas biaya produksi. Guncangan penawaran yang bermanfaat, seperti
persediaan minyak berlimpah yang menyebabkan turunnya harga minyak pada tahun 1980-an,
membuat v negatif dan menyebabkan turunnya inflasi.
27. Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan
Pengangguran
• Pembuat kebijakan:
1. Memperbesar permintaan agregat untuk
menurunkan pengangguran dan meningkatkan
inflasi.
2. Menekan permintaan agregat untuk meningkatkan
pengangguran dan menurunkan inflasi.
28. Disinflasi dan Rasio Pengorbanan
• Disinflasi adalah penurunan tingkat inflasi. Ini berarti peningkatan
yang lambat dalam harga tetapi bukan penurunan harga, yang dikenal
sebagai deflasi.
• Rasio Pengorbanan merupakan presentase GDP riil satu tahun yang
harus dikorbankan untuk menurunkan inflasi sebesar 1 persen.
29. Ekspektasi Rasional dan Histeresis
• Ekspektasi Rasional adalah penggunaan seluruh informasi yang ada
secara optimal termasuk kebijakan pemerintah baik fiskal maupun
moneter yang sekarang untuk meramalkan masa depan.
• Histeresis adalah situasi yang muncul ketika peristiwa masa lalu
mempengaruhi jalur ekonomi masa depan. Setiap gangguan dalam
perekonomian akan menyebabkan kemunduran dan masalah akan
bertahan lama .