2. Potret Ketimpangan dan Tingkat
Kemiskinan di Indonesia
Masalah serius yang harus dibenahi adalah Tingkat Kemiskinan dan Tingkat
Ketimpangan dalam hal perolehan dan atau pendapatan. Penyebabnya, tidak
meratanya tingkat distribusi pendapatan di antara warga negara.
3. Inisiatif untuk mengubah kampung
ini muncul dari sejumlah
mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Malang yang
tergabung dalam kelompok
Guyspro. Pemerintah Kota Malang
menyambut baik inisiatif mereka
dan memulai proses pengecatan
pada pertengahan 2016 lalu.
Kampung
Warna
Warni
Jodipan
Sumber: http://www.republika.co.id
4. Sumber: http://www.republika.co.id
Kontribusi sector usaha mikro, kecil, dan menengah terhadap PDB meningkat,
dari 57,84% menjadi 60,34% dalam lima tahun terakhir. Serapan tenaga kerja
pun meningkat dari 96,99% menjadi 97,22%.
5. UMKM: Sebuah Keniscayaan
• Tak ada komunitas yang mampu mencukupi kebutuhannya
secara mandiri. “No civilized community produces all the things
which it consumes. A portion of its need must be supplied by an
interchange of products with other community or nations and this is
beginning of commerce, either domestic or foreign” (Powers, tt; Fajar,
2016).
• Naluri untuk melakukan barter dan
perdagangan. “the Kingdom of
Babylonia had a system a commerce
that included coined (banks), receipts,
titles, seals, signing, and merchant law
which evolved into Roman Law then
into Civil Law and later became
Maritime Law” (Starr, tt; Fajar, 2016).
6. UMKM: Sebuah Keniscayaan
• Terbangunnya Jalur Sutra (Silk Road) pada masa Dinasti
Yuan, yang terbentang dari Daratan China hingga Asia
Selatan, Antokia-Turki, dan Suriah sekitar 2,500 yang lalu.
• Revolusi Industri di Eropa
pada 1760-1850 seiring
dengan penemuan mesin
uap dan beberapa
temuan lainnya. Revolusi
Industri berdampak luas
pada perubahan
teknologi, sosiologi,
ekonomi dan budaya.
8. Pengertian UMKM
• Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
• Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini.
• Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam UndangUndang ini.
UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
9. Pengertian UMKM
• Small Medium Enterprise (SMEs) is business with fewer than 300
employees while classifying firms with 500 or more employees as ‘large’
business (SMEs in Canada).
• Small Medium Enterprise (SMEs) is business with a headcount of fewer
than 250 is classified as medium-sized; a business with a headcount of
fewer than 50 is classified as small; and a business with a headcount of
fewer than 10 is classified as microbusiness. The European System also
takes into account a business’s turnover rate and its balance sheet (SMEs
in Europe).
• Small Medium Enterprise (SMEs) to indicate the largerst a concern can be
in order to still be considered a small business, and therefore able to benefit
from small business targetted funding. The concern cannot be dominant in
its field, ona national basis. It must be independently owned and operated
(SMEs in United State of America).
Mukti Fajar, Dr. UMKM di Indonesia, 2016.
10. Kriteria UMKM
UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
Jenis Usaha Aset Usaha Omzet Usaha
• Usaha mikro Maksimal Rp 50 jt Maksimal Rp 300
jt
• Usaha kecil Besaran di antara
Rp 50 jt hingga Rp
500 jt
Besaran di
antara Rp 300 jt
hingga Rp 3
milyar
• Usaha
menengah
Besaran di antara
Rp 500 jt hingga
Rp 10 milyar
Besaran di
antara Rp 2,5
milyar hingga Rp
50 milyar
11. Karakteristik Usaha Mikro
• Formalitas: beroperasi di sektor informal, usaha tidak terdaftar,
tidak/jarang membayar pajak—bahkan cenderung liar
• Organisasi dan manajemen: dijalankan oleh pemilik, tidak
menerapkan pembagian tenaga kerja internal, tidak ada manajemen
dan struktur organisasi yang formal, atau sistem pembukuan formal
• Sifat dan kesempatan kerja: sebagian besar menggunakan
anggota keluarga yang tidak dibayar secara resmi
• Pola/sifat dari proses produksi: derajat mekanisme atau
prosedural yang sangat rendah/umumnya masih bersifat manual;
tingkat pemakaian teknologi yang masih sangat rendah
• Orientasi pasar: umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelas
masyarakat berpenghasilan rendah
12. Karakteristik Usaha Mikro
• Profil ekonomi dan sosial dari pemilik usaha: pendidikan
rendah dan dari rumah tangga yang miskin; motivasi
utamanya adalah sekadar survive of the fittest
• Sumber-sumber dari bahan baku dan modal: sebagian besar
memakai bahan lokal dan dengan permodalan sendiri—nyaris
menggunakan permodalan dari pihak luar (eksternal)
• Hubungan-hubungan eksternal: kebanyakan tidak
mempunyai akses kepada program-program pemerintah dan
tidak memiliki hubungan bisnis yang intensif dengan usaha
besar lainnya
• Wanita pengusaha: rasio dari jumlah wanita yang memikiki
usaha terhadap pria yang memiliki usaha sangatlah tinggi
13. Karakteristik Usaha Kecil
• Formalitas: beberapa usaha kecil beroperasi di sektor formal;
beberapa di antaranya masih belum/tidak terdaftar dalam
lembaga pemerintahan; masih sedikit yang membayar pajak
• Organisasi dan manajemen: dijalankan oleh pemilik, tidak
ada pembagian tenaga kerja internal yang formal, tidak ada
pola dan struktural manajemen dan organisasi yang formal,
belum menerapkan pembukuan yang formal
• Sifat dan kesempatan kerja: beberapa memakai tenaga kerja
yang digaji
• Pola/sifat dari proses produksi: beberapa memakai teknologi
dan mesin terbaru
• Orientasi pasar: banyak yang menjual produknya ke pasar
domestik dan ekspor, lebih cenderung melayani masyarakat
kelas menengah ke bawah
14. Karakteristik Usaha Kecil
• Profil ekonomi dan sosial dari pemilik usaha: banyak yang
memiliki tingkat pendidikan yang baik dan berasal dari
keluarga yang nonmiskin; banyak yang memiliki motivasi
bisnis/mencari profit (profit oriented)
• Sumber-sumber dari bahan baku dan modal: beberapa
memakai bahan baku impor dan memiliki askes ke kredit
formal (perbankan)
• Hubungan-hubungan eksternal: kebanyakan mempunyai
akses kepada program pemerintah dan memiliki hubungan
bisnis yang intensif dengan usaha besar lainnya
• Wanita pengusaha: rasio dari jumlah wanita yang memikiki
usaha terhadap pria yang memiliki usaha cukup tinggi
15. Karakteristik Usaha Menengah
• Formalitas: semua di sektor formal; terdapat secara resmi di
kementrian terkait; membayar pajak
• Organisasi dan manajemen: mengerjakan manajer
profesional; menerapkan pembagian tenaga kerja yang formal,
menerapkan pola-struktural manajemen dan organisasi formal,
menerapkan sistem pembukuan (akuntansi) formal
• Sifat dan kesempatan kerja: semua tenaga kerja yang digaji;
semua menerapkan konsep perekrutan yang formal;
• Pola/sifat dari proses produksi: banyak yang memiliki derajat
mekanisasi yang tinggi; memiliki akses terhadap teknologi
tinggi dan mutakhir
• Orientasi pasar: semua menjual produk ke pasar domestik dan
pasar internasional (ekspor); melayani kelas menengah ke atas.
16. Karakteristik Usaha Menengah
• Profil ekonomi dan sosial dari pemilik usaha: sebagian besar
memiliki pendidikan yang sangat baik (well educated); berasal
dari keluarga intelek dan makmur; memiliki motivasi yang
kuat terhadap profit
• Sumber-sumber dari bahan baku dan modal: banyak yang
memakai bahan baku impor; memiliki akses yang luas
terhadap kredit formal (bankable)
• Hubungan-hubungan eksternal: kebanyakan memiliki akses
kepada program pemerintah dan memiliki hubungan bisnis
yang intensif dan kuat dengan usaha besar lainnya
• Wanita pengusaha: rasio dari jumlah wanita yang memikiki
usaha terhadap pria yang memiliki usaha sangat rendah
17. Ketangguhan UMKM
UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
• Jumlah dan tingkat produksi (barang dan jasa) yang rendah, tapi
fleksibillitasnya tinggi karena sesuai dengan permintaan, yang
ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat sehingga tidak
berpengaruh terhadap permintaan barang.
• Karena UMKM tidak mendapatkan modal dari bank (unbankable),
sebaliknya, modal UMKM sebagian besar berasal berbentuk modal
dan bantuan pemerintah, terjadinya gejolak moneter tidak banyak
berpengaruh atas kondisi usaha UMKM. Buktinya, ketika sukubunga
naik, sektor usaha yang digeluti UMKM tidak terpengaruh.
• UMKM justru meningkat ketika terjadi gelombang pemutusan
hubungan kerja yang dilakukan perusahaan karena “alumni”
karyawan akan memilih untuk berbisnis agar tetap eksis.
18. Bentuk Perusahaan UMKM
1. Perusahaan Badan Hukum:
• Perseroan Terbatas (PT)
• Koperasi
• Perusahaan milik negara (Badan Usaha Milik Negara)
• Perusahaan milik daerah (Badan Usaha Milik Daerah)
2. Perusahaan Bukan Badan Hukum:
• Perusahaan Firma (Fa)—perusahaan yang dimiliki oleh dua orang atau
lebih. Tanggung jawab bersifat rente.
• Perusahaan Persekutuan Komanditer (CV)—perusahaan yang dimiliki
oleh dua orang atau lebih. Tanggung jawab bersifat terpisah.
• Perseroan Terbatas—perusahaan yang dimiliki oleh dua orang atau
lebih. Tanggung jawab bersifat terpisah.
• Perusahaan Perseorangan—perusahaan yang dimiliki dan dijalankan
oleh seorang saja.
19. Peran dan Kontribusi UMKM
• Kontribusi sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat dari 57,84 persen
menjadi 60,34 persen dalam lima tahun terakhir.
• Serapan tenaga kerja pada sektor meningkat dari 96,99 persen
menjadi 97,22 persen.
• Kontribusi UMKM di Indonesia terhadap rantai pasok global hanya 0,8
persen.
• Kontribusi sektor UMKM terhadap ekspor Indonesia tahun 2015 hanya
15,8 persen, jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara
sekawasan di Asia Tenggara. Bandingkan dengan kontribusi sektor
UMKM Thailand terhadap ekspor 29,5 persen dan Filipina 20 persen.
Di tingkat global, kontribusi sektor UMKM Jerman terhadap ekspor
mencapai 55,9 persen dan Jepang sekitar 53,8 persen.
20. Peran dan Kontribusi UMKM
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai
pasar semua barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu negara pada periode
tertentu sebagai salah satu metode untuk
menghitung pendapatan nasional.
PDB = konsumsi + investasi +
pengeluaran pemerintah +
(ekspor - impor)
21. Peran dan Kontribusi UMKM
UMKM memainkan peranan yang sangat penting bagi perekonomian
Indonesia, terlepas dari segala kelemahan yang melekat padanya.
• Merupakan ujung tombak industri nasional, sekaligus menjadi
penopang identitas budaya bangsa dari sisi ekonomi
• Menjadi pedagang perantara dan pengumpul hasil panen petani
lokal yang menjadi cara efektif untuk melakukan pemberdayaan
• Memproduksi banyak sektor kebutuhan rakyat
• Ikut serta dalam pembangunan nasional, tertama dalam hal
membayar pajak
• Meningkatkan perdagangan luar negeri, nilai ekspor yang
berpengaru pada peningkatan pendapatan nonmigas, cadangan
devisa dan kapasitas produksi nasional.
22. Peran dan Kontribusi UMKM
• Kesempatan kerja: membuka lahan pekerjaan yang sedemikian
lebar dan membangun produktivitas masyarakat.
• Pendapatan: menjadi sumber pendapatan bagi kelompok miskin,
sekaligus alat pemberdayaan mereka, dan terjadinya pemerataan
pendapatan di antara masyarakat-warga bangsa.
• Kemiskinan: menjadi pengurang
populasi dan kelompok masyarakat
miskin seiring dengan naiknya
pendapatan yang mereka peroleh.
• Sosial politik: menjadi pendukung
utama pembangunan berbasis
pedesaan sebagai penopang stabilitas
sosial-politik kebangsaan.
23. Liberalisasi Perdagangan
Liberal artinya bersifat bebas, atau berpandangan bebas (luas dan
terbuka). Jadi, liberalisasi berarti proses (usaha dan sebagainya)
untuk menerapkan paham liberal dalam kehidupan (tata negara dan
ekonomi). Liberalisasi perdagangan merupakan proses penggunaan
mekanisme harga (tarif) yang lebih intensif sehingga dapat mengurangi
bias antiekspor dari rezim perdagangan (Nyak Ilham, 2003).
Liberalisasi perdagangan
menunjukkan kecenderungan semakin
berkurangnya intervensi pasar dan
menggambarkan situasi yang semakin
terbukanya pasar domestik untuk
produk luar negeri, yang dipercepat
oleh revolusi teknologi telekomunikasi
dan informasi (Nyak Ilham, 2003).
24. Liberalisasi Perdagangan
Liberalisasi perdagangan erat kaitannya dengan perdagangan
internasional. Pencetus perdagangan yang liberal adalah Adam
Smith (1917) melalui The Wealth of Nations. Menurutnya, sebuah
negara harus melakukan pertukaran jika masing-masing negara
melakukan pembagian kerja berdasarkan keahlian terhadap barang
yang diproduksi sehingga menimbulkan efisiensi. Dalam hal ini, nilai
tenaga kerja menjadi pusat perhatian. Inilah Teori Absolute
Advantage.
Teori kedua disebut Comparative Advantage. Pencetusnya adalah
David Ricardo—pengembangan dari Teori Absolute Advantage.
Menurut David Ricardo, produk yang dihasilkan tidak harus memiliki
keunggulan secara penuh, tapi memiliki nilai perbandingan. Caranya,
lakukan pemusatan produksi agar tidak membuang waktu, tenaga,
dan biaya produksi.
26. Liberalisasi Perdagangan dan
Kesepakatan Multilateral
Pemerintah Indonesia sudah melakukan kesepakatan dan
memberlakukan Asean China Free Trade Area (ACFTA) secara
efektif sejak 2010. Pemerintah juga telah menyepakati perjanjian
kerja sama ACFTA atau perjanjian lainnya, misalnya, APEC. Tapi,
kebijakan itu tidak mempertimbangkan kesiapan UKM agar mampu
bersaing dengan produk luar negeri.
Saat MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015 diberlakukan,
pemerintah berkeyakinan bahwa kerja sama ini akan menciptakan
perubahan perilaku pasar dengan ciri-ciri: karakteristik pasar akan
lebih dinamis, kompetisi global dan bentuk organisasi cenderung
membentuk jejaring. Padahal, UKM belum siap bersaing tentang
masalah kualitas produk, harga, dan pasar. Peta produk impor
masih belum jelas.
27. Dampak dan Manfaat Liberalisasi
Perdagangan
1. Akses pasar lebih luas sehingga memungkinkan diperoleh efisiensi seiring
dengan munculnya pusat produksi baru yang saling terkait dalam rantai
pasok (supply chain) yang padu.
2. Iklim usaha menjadi lebih kompetitif sehingga mengurangi kegiatan yang
bersifat rent seeking dan mendorong pengusaha untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi.
3. Arus perdagangan dan investasi lebih bebas sehingga mempermudah akses
teknologi untuk menciptakan efisiensi produktivitas.
4. Perdagangan lebih bebas terutama dalam hal
memberikan sinyal harga yang “benar” dan
“sesuai” sehingga berkontribusi nyata dalam
peningkatan investasi.
5. Terjadinya peningkatan kesejahteraan
konsumen seiring terbukanya pilihan atau
alternatif produk—banyak produk pilihan.