SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 78
Muchlis Alahudin
                     P3200209007


PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
         PROGRAM PASCASARJANA
         UNIVERSITAS HASANUDDIN
                      MAKASSAR
                            2011
LATAR BELAKANG
• Rumah tradisional merupakan kekayaan
  khasanah budaya Indonesia yang perlu
  dilestarikan.
• Kenyamanan adalah bagian dari salah
  satu sasaran karya Arsitektur.
• Kenyamanan          bangunan      erat
  hubungannya dengan kondisi alam atau
  lingkungan disekitarnya, bahan/material
  dari bangunan dan upaya pengkondisian
  atau pengaturan ruang dalam bangunan.
RUMUSAN MASALAH
•   Faktor-faktor mempengaruhi kenyamanan
    termal dari bangunan tradisional Toraja


TUJUAN PENELITIAN
•   Mengetahui faktor-faktor kenyamanan
    termal dari bangunan tradisional Toraja.
MANFAAT PENELITIAN

Manfaat Teoritis
•   Sebagai referensi pengembangan ilmu
    arsitektur      khususnya  arsitektur
    tradisional Toraja.
Manfaat Praktis
•   Sebagai masukan kepada pemerintah
    kota Toraja dan praktisi dalam rangka
    pelestarian arsitektur tradisional Toraja
    sehingga       menjadi    tuan     rumah
    didaerahnya sendiri tanpa kehilangan
    nilai-nilanya.
LINGKUP PENELITIAN
•   Penelitian ini merupakan penelitian ilmu
    arsitektur yang fokus kajian pada
    kenyamanan         termal     bangunan
    tradisional Toraja (Banua) ditinjau dari
    temperatur, kelembaban dan kecepatan
    angin.
TINJAUAN PUSTAKA
•   Tana Toraja
•   Bahan/material dan Warna
•   Konsep Perancangan Arsitektur Tropis
•   Variabel iklim tropis yang mempengaruhi
    termal dalam ruang
•   Hubungan orientasi bangunan dalam
    pengkodisian termal
•   Hubungan bentuk arsitektur rumah
    tinggal dengan kenyamanan termal
•        Tana Toraja
     •    Topografi Tana Toraja

            Luas Tanah                         Prosentase     Temperatur    Kelembaba
    No                      Ketinggian (m)
               (Ha)                               (%)          Rata-rata     n Udara

     1.           18.425      150 – 500           5.80

     2.          143.314      501 – 1000          44.70
                                                              15˚C - 28˚C   82 – 86 %
     3.          118.330     1000 – 2000          36.90

     4.           40.508        > 2000            12.60


    Sumber : http://budayatoraja.tripod.com/letak_geografis.htm
•   Pengertian Tongkonan
    - Said (2004) berasal dari kata Tongkon yang
      berarti "tempai duduk', mendapat akhiran 'an'
      maka menjadi Tongkonan yang artinya tempat
      duduk. Di dalam membuat Tongkonan perlu
      dipikirkan seni spiritual menurut pandangan
      hidup masyarakat Toraja yang dalam hat ini
      disebut kepercayaan Aluk Todolo.

    -   Tandilinting (1975:32) bahwa Tongkonan
        adalah Rumah Adat Keluarga Toraja yang
        berasa dari kata Tongkonan (bhs. Toraja) yang
        artinya duduk, berarti Tongkonan adalah
        tempat duduk, yang tak lain duduk
        mendengarkan perintah dan duduk mendengar
        keterangan    serta   duduk   menyelesaikan
        persoalan-persoalan.
A.   Tana Toraja
 •   Bagian-bagian Tongkonan
     Pembagian alam raya berdasarkan kepercayaan
     Aluk Todolo menjadi konsep dasar terwujudnya
     bentukan rumah Tongkonan seperti terlihat
     pada gambar dibawah.
•   Bagian Kaki Tongkonan
    Bagian berfungsi sebagai tempat
    Mengurung binatang ternak

•   Bagian Badan Tongkonan
    Terdiri dari ruang-ruang yang
    berjejer dari utara ke selatan
    dan berbentuk persegi panjang.
    Tangdo/Paluang, Sali dan Sumbung

•   Bagian Atap Tongkonan
    Atap Tongkonan merupakan
    abstraksi dari bentuk ‘perahu’,
    Atau bentuk atap sebagai gambaran
    tanduk kerbau.
B. Bahan/material
   Bangunan
 •   Bahan bangunan merupakan suatu unsur yang unik dan
     menarik. Pada dasarnya bahan-bahan yang digunakan
     adalah yang berada dalam alam sekitarnya :
     •   Perandangan (Pondasi dasar yang diletakkan bebas) dari
         batu andesit hitam.
     •   Kolom/tiang(a’riri) dari kayu urug dan nangka
     •   Ring pengikat kolom(Pa’tolo A’riri) dari kayu Buanging
     •   Balok lantai/dinding, rangka dinding dari kayu urug (pada
         umumnya)
     •   Struktur/konstruksi atap dari kayu urug/buanging
     •   Penutup atap dari bambu, ijuk dan kayu pakis (kayu Pune)
     •   Bahan pengikat pada umumnya rotan/ijuk
     •   Bahan cat dari tanah, arang yang dicampur dengan
         alkohol atau cuka dan sebagai bahan gosok untuk
         mengkilapkannya dipakai getah kayu Cendana.
     Sumber : KKL Arsitektur Toraja 1979 Univesitas Hasanuddin
A’riri




          Pattolo
                          Gambar Kolong
     Parandangan          (Suluk Banua)




                   Gambar Konstruksi dinding
                        (Kale Banua)
Gambar Konstruksi Atap




Warna
 Warna-warna yang pada rumah Tongkonan antara lain :
 • Merah(kasumba mararang) melambangkan darah,          Kuning
   (kasumba mariri) lambang kemuliaan, Putih(kasumba mabusa)
   lambang dari daging dan tulang manusia,      Hitam(kasumba
   malotong) melambangkan kematian.




        Gambar penerapan warna pada rumah Tongkonan
C.       Konsep Perancangan Arsitektur Tropis
 •   Pengertian Arsitektur Tropis
     -   Istilah Tropis berasal dari bahasa Yunani Kuno
         yaitu dari kata "Tropikos" berarti garis balik.
         Daerah beriklim tropis terletak diantara garis
         Lintang Utara 23°271 (garis balik Cancer) dan
         garis balik Lintang Selatan 23°27 (garis balik
         Capricon). Daerah tropis adalah daerah yang
         terletak antara garis isoterm 20° disebelah
         bumi utara dan selatan (Lippsmeier, 1994).

     -   Ciri-ciri iklim tropis lembab adalah perbedaan
         temperatur pada siang dan malam hari sangat
         kecil, temperatur selalu tinggi, angin sedikit
         dan radiasi matahari sedang sampai tinggi.
D.   Variabel Iklim Tropis yang Mempengaruhi
     Pengkodisian Thermal Dalam Ruang

     -   Faktor-faktor yang mendukung kenyamanan
         thermal sebagaimana dikemukakan oleh
         Hardiman (1996), seperti pada tabel dibawah
         ini:
               FAKTOR          FAKTOR         FAKTOR FISIK
              FISIOLOGI      PERANTARA
           Makanan         Pakaian           Temperatur Udara
           Ras Bangsa      Aktivitas         Temperatur
                                             Dinding
           Jenis Kelamin   Penyesuaian       Kelembaban
           Kondisi Tubuh   Jumlah Penghuni   Gerakan Udara
           Situasi         Psiko Faktor      Komposisi Udara
           Lingkungan                        Listrik Udara
                                             Pengaruh Akustik
                                             Pengaruh Mata
Variabel iklim yang dapat mempengaruhi kondisi thermal baik
dari Szokolay (1980), Lippsmeier (1994), maupun Rapoport
(1969) yaitu :
1. Temperatur Udara (Air Temperature)
2. Kelembaban Udara (Humidity)
3. Pergerakan Udara (Air Movement)
1. Temperatur Udara (Air Temperature)

   •   Szokolay (1994) dan Koenisberger (1973): kombinasi dari
       pergerakan udara dengan kecepatan 4,57m – 7,63m
       /merit, suhu udara 20,4°C dan kelembaban 70%
       kelembaban 20% dari kecepatan pergerakan udara sama.
       Kombinasi temperatur udara, kelembaban, dan kecepatan
       angin yang membentuk temperatur nyaman pada saat
       tersebut dikatakan sebagai temperatur efektif
   •   Mom dan Wiesebrom adalah sejuk nyaman suhu antara
       20,5°C sampai dengan 22,8°C (TE), nyaman optimal suhu
       antara 22,8°C sampai dengan 25,8°C (TE) dan hangat
       nyaman suhu antara 25,8°C sampai dengan 27,1°C (TE).
2. Kelembaban Udara
- Kelembaban udara yang nikmat untuk tubuh
  berkisar 40-70%. Padahal ditempat-tempat seperti
  di tepi pantai, berkisar 80% - 98%. Jika
  kelembaban udara sudah jenuh, maka tubuh kita
  tidak    bisa    menguapkan     keringat    lagi
  (Mangunwijaya, 1994).




        Diagram 4. Diagram Psikometrik
          (Sumber : Lippsmeier, 1994)
3. Pergerakan Udara
-   Pergerakan udara terjadi disebabkan oleh pemanasan lapisan-
    lapisan yang berbeda-beda. Bangunan di daratan harus
    memperhatikan sifat angin yang kadang-kadang kencang dan hal ini
    perlu dihindari. Jadi kecuali mempelajari cepat dan lambatnya
    gerakan angin di suatu daerah, maka perlu juga diketahui arah angin
    setempat.




          Tingkat Kecepatan Angin di permukaan bumi
              dan tempat ketinggian (Sumber : S.V.
                       Szokolay, 1990)
Gambar Gerakan Udara antara
                                         barisan rumah yang rapat dan
                                               sejajar. (Sumber :
                                               Lippsmeier, 1994)




Untuk daerah panas-lembab, pola
penataan bangunan teratur dalam
bentuk grid dengan pola jalan yang
saling memotong tegak lurus dan
bangunan seperti itu akan
menambah hembusan angin yang
dapat dimanfaatkan untuk ventilasi
di dalam bangunan dan
diharapkan menjadi lancar.      Gambar   Disain pola bangunan yang
                               menghambat pergerakan Angin untuk
                               daerah beriklim cold-dry dan hot-dry
                               (Sumber : Gideon S. Golany, 1995)
Sedangkan pola penataan bangunan yang mengakibatkan
blocking pergerakan udara karena adanya bidang penghambat.
Kurang sesuai untuk panas-lembab dan lebih sesuai untuk daerah
beriklim cold-dry dan hot-dry, karena pola tersebut
dipertimbangkan untuk menghambat pengaruh hembusan angin
dingin maupun angin yang membawa debu, khususnya dimalam
hari (Gideon S. Golany, 1995).




                                   Gambar Disain pola bangunan
                                   yang menghambat pergerakan
                                   Angin untuk daerah beriklim cold-
                                   dry dan hot-dry (Sumber : Gideon
                                   S. Golany, 1995)
E.   Hubungan Orientasi Bangunan dalam
     Pengkondisian Thermal
1. Orientasi
   Tiga faktor utama yang sangat menentukan bagi perletakan
   bangunan (orientasi) yang tepat adalah :
   • Radiasi matahari dan tindakan perlindungan.
   • Arah dan kekuatan angin
   • Topografi
2. Lokasi dan Sistem Tatanan Lingkungan
   • Lokasi
   • Kepadatan Bangunan
   • Geometri Tatanan
•   Radiasi matahari dan tindakan perlindungan.
    Sudut jatuh cahaya matahari juga penting; semakin curam, semakin
    besar penerimaan energi panas. Dan sini dapat disimpulkan bahwa
    fasade selatan dan utara menerima lebih sedikit panas dibandingkan
    dengan fasade barat dan timur. Bila di depan fasade timur dan barat
    terdapat bidang relektif yang luas, orientasi ini lebih merugikan
    lagi, karena kesilauan yang diakibatkan oleh matahari rendah tidak
    dapat diterima.
•   Arah dan kekuatan angin
    Ventilasi silang merupakan faktor yang sangat penting bagi
    kenyamanan ruangan, karena itu untuk daerah tropika-
    basah, posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin
    utama lebih penting dibandingkan dengan perlindungan
    terhadap radiasi matahari.
•   Topografi
    Pemanasan tanah dan intensitas pemantulan dapat dikurangi
    dengan pemilihan lokasi yang sudut miringnya sekecil mungkin
    terhadap cahaya matahari. Tetapi pengubahan topograti yang
    ada, bila mungkin, akan memakan biaya besar, sehingga
    perbaikan iklim ini hanya dapat dilakukan pada pemilihan lokasi
•   Lokasi
    Lippsmeier (1994) menyatakan bahwa bidang daratan menjadi panas
    dua kali lebih cepat dari pada bidang air dengan luas yang sama.
    Bidang air kehilangan sebagian energi panasnya karena
    penguapan, temperatur udara sebagian besar ditentukan oleh sentuhan
    udara dengan permukaan tanah, maka temperatur yang tinggi selalu
    berhubungan dengan kelembaban udara yang rendah, dan temperatur
    yang sedang dengan kelembaban yang tinggi.
•   Kepadatan bangunan
    Kepadatan bangunan adalah jarak antara bangunan disuatu
    area yang akan membentuk temperatur lingkungan. Area
    dengan kepadatan tinggi secara umum akan memiliki
    temperatur lebih tinggi dari pada area yang kurang padat.
    Meskipun hal ini juga harus memperhatikan kondisi lainnya
    seperti.    Kecepatan      angin,     jenis     dan    kerapatan
    vegetasi, ketinggian dan laut serta posisinya terhadap garis edar
    matahari.
•   Geometri tatanan
    Bentuk dan keteraturan tatanan lingkungan akan banyak
    berpengaruh pada kecepatan angin. Dengan semakin banyak
    belokan-belokan maka kecepatan ini dapat dipertimbangkan
F.   Hubungan Bentuk Arsitektur Rumah Tinggal
     dengan Kenyamanan Thermal

 Rumah      tinggal    (bangunan) beserta  elemen-elemen
 pembentuknya dan tatanan lingkungannya, memberikan
 sumbangan terhadap kenyamanan didalam bangunan, dan akan
 diuraikan sebagai berikut :
 • Faktor Bentuk dan Elemen Bangunan
   • Bentuk dan Denah
   • Bukaan
   • Atap dan binding
   • Overstek / Pelindung
 • Pergerakan Udara Alami dalam Bangunan
Diagram Kenyamanan menurut Olgyay
    Sumber : Lippsmeier, 1994 : 37
G.   Kriteria Perancangan Kenyamanan Thermal
     Bangunan
Proses perancangan yang dapat mempengaruhi iklim interior
menurut Lippsmeier (1994) adalah :
• Orientasi Bangunan
• Ventilasi Silang
• Pelindung Matahari
• Pelembaban Udara (tindakan pengurangan)
• Pengisolasian Panas
• Vegetasi


Pada perancangan thermal terdapat tiga aspek utama yang
menjadi inti permasalahan yaitu :
• Ikim (aspek panas dan terang matahari, aspek keberadaan dan
  kecepatan angin dan aspek curah hujan)
• Kondisi dalam Ruang, yang sesuai untuk aktivitas pemakai
• Bangunan, yang berlaku sebagai filter sekaligus modifier
H. Pola Berpikir Penelitian
                         Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
                        Kenyamanan Thermal Pada Bangunan
                             Hunian Tradisional Toraja


         Aspek Klimatologis                                 Aspek Arsitektur



  -   Cahaya Matahari                  Kondisi Lingkungan              Bahan Bangunan :
  -   Temperatur Udara                 sekitar                         - Asli
  -   Kelembaban Udara                 - Tapak/Topografi               - Tidak asli
  -   Angin                            - Vegetasi
  -   Curah hujan



      Metode Pengumpulan Data


         Wawancara & Pengamatan                                 Pengukuran

                                           - Temperatur udara            - Di luar
       - Keaslian material
                                           - Kelembaban udara              bangunan
       - Vegetasi di sekitar
                                                                         - Di dalam
         bangunan                          - Pergerakan udara
                                                                           bangunan
       - Bangunan lain


      Analisis

                                     Analisis Kuantitatif                      Kesimpulan dan Saran
A. Rancangan Penelitian
 • Tahap Pengumpulan Data
   Data yang dikumpulkan dari survei : Data fisik (temperatur
   udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dimensi
   ruang, dimensi bukaan, orientasi bangungan, pola tatanan
   lingkungan).
   Data Non-fisik merupakan data sekunder yaitu data dari Badan
   Meteorologi dan Geofisika Wilayah Kabupaten Toraja.
 • Tahap Kompilasi dan Interpretasi Data
    Hasil pengukuran yang berupa data pengkondisian
   dikomparasikan     dengan     teori  standar    kenyamanan
   thermal, baik berdasarkan diagram Olgyay maupun
   berdasarkan standar kenyamanan dari penelitian Mom dan
   Wiesebrom (1940), untuk mendapatkan suatu temuan indeks
   kondisi termal rumah sampel.
 • Analisis Data
   Data fisik bangunan dianalisis secara kualitatif guna
   mengetahui pengaruhnya terhadap kondisi termal dalam ruang.
   Hasil pengukuran dari kombinasi temperatur, kelembaban dan
   pengaruh angin, diperoleh suatu temuan indeks kenyamanan
B. LOKASI PENELITIAN
Rencana lokasi penelitian dilaksanakan di Rantepao kabupaten
Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan

Penelitian dilakukan   pada
dua tempat yaitu :

• Kecamatan Sanggalangi
• Kecamatan Kete’ Kesu’




                                  Toraja Utara
Tongkonan Po’Pong




                                      Tongkonan Garampa’




                    Kecamatan Sanggalangi
Tongkonan To’Kala’




     Kecamatan Kete’ Kesu’   Tongkonan Ne’Gala’
C.    Penentuan Kasus
     Yang menjadi kasus penelitian adalah beberapa
     rumah Tongkonan yang berada pada daerah
     Kabupaten Toraja Utara. Hunian Tongkonan terdiri
     dari 4 kasus.
      No                      Keterangan                 Jumlah
      1.   Tongkonan asli dengan vegetasi bagus            1
      2.   Tongkonan asli dengan vegetasi kurang           1
      3.   Tongkonan tidak asli dengan vegetasi bagus      1
      4.   Tongkonan tidak asli dengan vegetasi kurang     1
                              Jumlah                       4
D. Instrumen Pengumpulan Data

 1. Metode Penelitian
   Metode Observasi dilakukan dengan pengamatan,
   pencatatan dan pengukuran secara sistematis gejala
   atau fenomena yang diteliti (Marzuki, 1997). Metode
   observasi yang digunakan dalam pengumpulan data
   ini menggunakan teknik : pengukuran, pengamatan
   dan pencatatan, dan juga cara perhitungan. Metode
   Interview (wawancara) digunakan untuk mengetahui
   kondisi rumah tinggal Tongkonan, siapa pemilik serta
   elemen-elemen arsitekturnya.
 2. Instrumen Penelitian
    - Penentuan Daerah Pengukuran
    - Perekaman dan Pemotretan
    - Wawancara (Interview)
    - Alat Perekam dan Pengukur
ALAT PEREKAM DAN PENGUKUR
• Perangkat instrumen
  Peralatan penunjang dalam pengumpulan data
  dibutuhkan antara lain : Kamera Digital, papan
  pengalas, alat tulis dan perlengkapan gambar, alat
  pengukur termal (Termo -Hyrgometer, Anemometer
  dan Altimeter )




 Termo -Hyrgometer




    Altimeter           Kompas             Anemometer
- Penentuan Daerah Pengukuran
 Penentuan             daerah
 pengukuran pada tiap rumah
 sampel dibagi atas 2 (dua)
 yaitu : ruang luar dan ruang
 dalam.
  Ruang luar yang dimaksud
  adalah ruang luar disekitar
  Tongkonan tersinari matahari
  kurang lebih 30cm–50cm dari
  Tongkonan.           Sedangkan
  pengukuran untuk direncanakan
  dengan ketinggian yang sesuai
  dengan bukaan (jendela) rumah
  Tongkonan
Rencana peletakan alat ukur di dalam rumah Tongkonan

Ruang dalam, pengukuran dilakukan pada semua ruang (Tangdo, Sali
dan Sumbung). Pengukuran setiap rumah sampel dan tabel pengukuran
yang memuat : daerah titik ukur, waktu pengukuran, temperatur
udara, kelembaban dan kecepatan angin yang terjadi. Untuk di dalam
ruang, diukur dengan titik ketinggian orang posisi berdiri (+ 1.60 m) dan
posisi duduk (+ 60 m) serta di lantai.
Tangdo          Sali       Sumbung




          Peletakkan Alat Ukur pada ruang dalam Tongkonan




Pengukuran posisi berdiri
 Ketinggian + 1.60 cm
                                              Pengukuran posisi duduk
                                               Ketinggian + 60 cm

                        Pengukuran dilantai
3. Tahap Kerja Lapangan
  Peneliti melakukan pengukuran sebanyak 24 kali
  untuk masing-masing daerah ukur, yaitu untuk ruang
  luar dari jam 1.00, 2.00, 3.00, 4.00, 5.00, 6.00, 7.00,
  8.00, 9.00, 10.00, 11.00, 12.00,13.00, 14.00, 15.00,
  16.00, 17.00, 18.00 19.00, 20.00, 21.00, 22.00,
  23.00, 24.00 ruang dalam sama dengan jam
  pengukuran ruang luar, dalam tahapan ini peneliti
  dilengkapi dengan tabel pengukuruan

4. Kompilasi data dan Interpretasi Data
   Observasi yang dilakukan menghasilkan data primer
   yang terdiri dari data primer pengukuran,
   pengamatan dan pencatatan. Semua data
   dikumpulkan dan disusun sesuai dengan urutannya.
   Data tersebut kemudian dipelajari, termasuk
   mengkoreksi ketepatan dan kebenaran pengukuran
   dan pencatatan.
E. Analisis Data
   - Analisis     Kualitatif, menganalisis    bahan
     bangunan dan lingkungan sekitar Tongkonan
     (diwakili 2 lokasi dan kondisi berbeda) beserta
     elemen-elemen pembentuknya untuk mengetahui
     pengaruh terhadap kondisi termal dalam ruang.
   - Analisis Kuantitatif, hasil pengukuran berupa
     data kuantitatif baik pengukuran didalam maupun
     diluar     diperbandingkan    dengan     standart
     kenyaman termal kemudian melakukan analisis
     kuantitatif. Diagram yang digunakan; diagram
     Psikometric, Temperature Effective dan standar
     kenyamanan dari hasil penelitian terdahulu; Mom
     dan Wiesebrom
• Santoso, 1984, dan penelitian Mom dan Wiesebrom (1940) yang
  pernah dilakukan di Indonesia, standart kenyamanan hasil penelitian
  Santoso (1984) yaitu :
  Temperatur udara           : 23-34,4oC
  Kelembaban relatif         : 45-95 %
  Radiasi matahari           : 1020 W/m2
  Kecepatan angin            : 0-4,3 m/d
  Kenyamanan thermal         : 25,4-28,9oC

• Standart kenyamanan hasil penelitian Mom dan Wiesebrom (1940)
  dengan kecepatan udara sekitar 0,1 m/s – 0,2 m/s yaitu :
  - Ambang bawah untuk Kondisi Sejuk adalah temperature 23oC, RH =
    50% atau temperature efektif 20,5oC
 - Ambang bawah untuk Kondisi Nyaman optimal adalah 24oC, RH =
   80% atau temperature efektif 22.8oC yang juga digunakan ambang
   atas untuk kondisi sejuk nyaman.
 - Ambang atas untuk Kondisi Nyaman Optimal adalah pada 28oC, RH
   = 70% atau temperature efektif 25.8oC yang juga merupakan ambang
   bawah untuk kondisi hangat.
 - Ambang atas untuk Kondisi Hangat adalah pada 31oC, RH = 60%
   atau temperature efektif 27.1oC
Analisis Formulasi
•   Pergantian udara didalam bangunan dengan menghitung luas
    lubang bukaan dan sistem ventilasi kearah digunakan formula
    Terry S. Boater, (1987):


                      Q = A x V x Cf x CV

Keterangan :
Q      : Pergantian udara yang dibutuhkan (m3/sekon)
A      : Luas lubang inlet (m)
V      : Kecepatan Angin (m/sekon)
Cf     : Faktor Koefisien (besarnya 60)
Cv     : Efektifitas bukaan (besarnya 0,5-0,6 untuk angin yang
         tegak lurus lubang, atau 0,25-0,35 untuk angin dengan
         arah miring terhadap lubang) nilai ini dikali dengan
         konstanta efektifitas bukaan dari perbandingan inlet dan
         outlet. Sebagai berikut :
Tabel Perbandingan inlet : outlet (rasio) dan
 nilai konstanta efektifitas bukaan
Inlet = Outlet        Nilai Eff.                    Nilai Eff.
                                   Inlet = Outlet
    Outlet            Bukaan                        Bukaan

     1 :1               1,00             1:5          1,40


     1 :2               1,27             2 :1         0,63


     1:3                1,35             4 :1         0,35


     1:4                1,38             4 :3         0,86


                 Sumber : Terry S. Boutet, 1987
•   Mengetahui      pengurangan           panas didalam
    bangunan dapat digunakan dari Terry S.
    Boutet, (1987): Q = D x Cp Qa x (To-Ti)

Keterangan :
Q      : Laju pengurangan panas (w)
D      : Massa jenis udara kg/m3 (0.0013 kg/m3)
Cp     : Panas jenis udara, konstanta (1004,65 J/kgok)
Qa     : Jumlah aliran udara m2/detik
To     : Temperatur udara luar (oC)
Ti     : Temperatur udara dalam (oC)

Analisis kebutuhan pergerakan udara yang dapat digunakan untuk
memenuhi kenyamanan thermal dapat dihitung berdasarkan
rumus yang dikemukakan Macfarlane yaitu :

Av = 0.15 [DBT-27.2 + (RH-60/10) x 0,56]

Penggunaan rumus ini tidak berlaku untuk DBT < 27.2° C dengan
kondisi RH < 60%
H. Definisi Operasional

1.   Faktor-faktor kenyaman termal

     a. Aspek Klimatologis; Temperatur Udara, Kelembaban Udara
        dan Kecepatan angin.

     b. Aspek Arsitektur; Kondisi Lingkungan sekitar (Topografi dan
        Vegetasi), bahan atap bangunan (atap alami dan pabrikasi)

2.   Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang dapat
     mengukur secara otomatis dan berkala.
     Alat-alat ukur yang digunakan untuk mengetahui :
     -   Suhu udara, T(Temperatur), ˚C
     -   Kelembaban Udara, RH(Relative Humidity), %
     -   Kecepatan Angin, V(Velocity), m/dtk
Definisi Operasional

3.   Identifikasi lingkungan sekitar Tongkonan

     •   Ketinggian

     •   Jenis vegetasi

     •   Jarak vegetasi dengan bangunan

     •   Keberadaan bangunan lain

4.   Identifikasi bahan bangunan, difokuskan pada bagian
     atap

     •   Bahan asli (bambu)

     •   Bahan tidak asli (seng)
Definisi Operasional

5.   Titik ukur adalah letak pengukuran yang akan dilakukan,
     rencana letak pengukuran:
     •   Dalam bangunan, diukur pada depan (Tangdo), tengah
         (Sali), belakang (Sumbung). Alat ukur yang dipakai
         antara lain Thermo-Hygrometer dan Anemometer.
         Thermo-Hygrometer diletakkan ketinggian 1 m pada
         Tangdo dan Sumbung, pada Sali diletakkan di lantai,
         ketinggian 60cm dan 160.
     •   Luar bangunan, selain mengukur temperatur dan
         kelembaban juga diukur kecepatan udara. Alat Termo-
         Hygrometer        bebas  peletakkannya,  sedangkan
         Anemometer diletak +30-50cm dari jendela kanan dan
         kiri (inlet dan outlet).
Definisi Operasional

6.   Pengukuran dilakukan selama 24 jam atau pada jam-jam
     dimana bangunan dihuni. Untuk masing-masing kasus
     yang diteliti direncanakan diukur selama 1(satu) minggu.
7.   Pendataan tentang apa saja yang ada di dalam ruangan;
     jumlah penghuni, alat-alat elektronik dan aktivitas yang
     sering dilakukan.
8.   Hasil pengukuran temperatur, kelembaban dan kecepatan
     udara diisikan pada masing-masing kolom tabel yang di
     sediakan pada tabel pengukuran
9.   Dibuatkan grafik pengukuran antara lain;
     • Grafik Temperatur dalam seminggu
     • Grafik Kelembaban dalam seminggu
     • Grafik Kecamatan udara dalam seminggu
IDENTIFIKASI KASUS (RUMAH) PENELITIAN
TONGKONAN TO’KALA’
Alamat : Jln. Se’pon Kelurahan Bua Tallu Kecamatan Ke’te
      Ke’su Rantepao Toraja Utara.

a.   Kondisi Tongkonan
     • Berada pada ketingian 780 m/dpl
     • Luas denah 6.40 x 3.20 m
     • Atap menggunakan bahan seng
     • Lebar jendela 40 x 40 cm, pintu 70 x 1.30 cm


b.   Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan
     • Utara        : + 20 m lumbung (Alang)
     • Selatan      : 20 m vegetasi + KM/WC
     • Barat        : 15 m rumah Bugis
     • Timur        : ruang terbuka (rerumputan)
Kondisi
                     Lumbung
                     (Alang) jumlah
                     5 Alang.




Jarak antara
Tongkonan dengan
Lumbung (Alang)




Jarak antara       Ruang terbuka,
Tongkonan          disebelah timur
dengan rumah       Tongkonan
Bugis
TONGKONAN NE’GALA’
Alamat : Jln. Se’pon Kelurahan Bua Tallu Kecamatan Ke’te
      Ke’su Rantepao Toraja Utara.

a.   Kondisi Tongkonan
     • Berada pada ketingian 780 m/dpl
     • Luas denah 6.40 x 3.20 m
     • Atap menggunakan bahan seng
     • Lebar jendela 30 x 40 cm, pintu 70 x 1.30 cm


b.   Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan
     • Utara        : + 20 m lumbung (Alang)
     • Selatan      : 15 m jalan kampung
     • Barat        : 2 m rumah Bugis
     • Timur        : 15 m jalan kampung
Lumbung
                                    (Alang) jumlah
                                    1 Alang.




Bahan penutup                                 Kondisi rumah
atap Tongkonan                                Bugis sangat dekat
Ne’Gala’ dari seng.                           dengan
Kondisi vegetasi di                           Tongkokanan
sekitar Tongkonan
bagus.




                      Jln. Se’pon
TONGKONAN GARAMPA’
Alamat : Jln. Poros Buntao’ Lembang Buntu La’bo
      Kecamatan Sanggalangi kota Rantepao Toraja Utara.

a.   Kondisi Tongkonan
     • Berada pada ketingian 800 m/dpl
     • Luas denah 8.25 x 400 m
     • Atap menggunakan bahan bambu
     • Lebar jendela 40 x 70 cm, pintu 70 x 1.20 cm


b.   Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan
     • Utara        : + 20 m lumbung (Alang), jumlah 1
     • Selatan      : 10 m jalan kampung
     • Barat        : 2 m rumah Bugis
     • Timur        : open space
Lumbung
                      (Alang) jumlah
                      1 Alang.




Bahan penutup
atap Tongkonan                   Kondisi rumah
Ne’Gala’ dari seng.              Bugis sangat dekat
Kondisi vegetasi di              dengan
tongkonan bagus.                 Tongkokanan
TONGKONAN PO’PONG
Alamat : Jln. Poros Buntao’ Lembang Buntu La’bo
      Kecamatan Sanggalangi kota Rantepao Toraja Utara.

a.   Kondisi Tongkonan
     • Berada pada ketingian 800 m/dpl
     • Luas denah 8.25 x 400 m
     • Atap menggunakan bahan bambu
     • Lebar jendela 40 x 70 cm, pintu 70 x 1.20 cm


b.   Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan
     • Utara        : + 20 m lumbung (Alang), jumlah 4
     • Selatan      : 30 m jalan kampung
     • Barat        : 2 m rumah Bugis
     • Timur        : Jalan Poros Buntao’
Lumbung
                                          (Alang) jumlah
                                          4 Alang.




                     Jln. Poros Buntao’
Tongkonan Po’pong
berada sangat
dekat dengan jalan                                         Kondisi rumah
poros Buntao’                                              Bugis sangat dekat
                                                           dengan
                                                           Tongkokanan
TEMPERATUR/SUHU
33.0                                                                        Data Iklim Tongkonan To’Kala’
32.5
32.0            Panas
31.5
31.0
30.5
30.0
29.5        Hangat
29.0        Nyaman
28.5
28.0                                                                    Pada grafik temperatur Tongkonan
27.5
27.0                                                                    To’Kala   menunjukkan      rata-rata
26.5      Nyaman
26.0
25.5      Optimal                                                       temperatur luar dan temperatur
25.0
24.5                                                                    dalam masih diambang nyaman.
24.0
23.5
23.0                          Sejuk Nyaman                              Puncak dari temperatur antara pukul
22.5
22.0                                                                    12.00 – 16.00, pada pukul 14.00
21.5                            Dingin
21.0                                                                    temperatur mendekati ke kondisi
       1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
                                                                        panas.
                     dalam bangunan        luar bangunan


                         Kelembaban
 100
  90                       Udara Pengap
  80
  70       Kurang Nyaman
  60
  50       Nyaman
  40
  30
  20
  10
   0
       1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

                    Dalam Bangunan        Luar Bangunan
Temperatur/Suhu
30.00                                                                              Data Iklim Tongkonan Ne’Gala’
29.50
29.00     Hangat
28.50     Nyaman
28.00
27.50
27.00
26.50      Nyaman
26.00      Optimal
                                                                           Pada grafik temperatur Tongkonan
25.50
25.00                                                                      Ne’Gala’     menunjukkan      rata-rata
24.50
24.00
                                                                           temperatur luar dan temperatur dalam
23.50
23.00                             Sejuk Nyaman                             masih diambang nyaman. Puncak dari
22.50                                                                      temperatur antara pukul 12.00 –
22.00
21.50                                                                      16.00, suhu tertinggi 29oC pada pukul
21.00
20.50                            Dingin                                    14.00.
20.00
         1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

                   Dalam Bangunan           Luar Bangunan

                          Kelembaban
 100.0
  90.0                          Udara Pengap
  80.0
  70.0     Kurang Nyaman
  60.0
  50.0                 Nyaman
  40.0
  30.0
  20.0
  10.0
   0.0
          1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

                    Dalam Bangunan           Luar Bangunan
Temperatur/Suhu
 30.00                                                                         Data Iklim Tongkonan Garampa’
 29.50        Hangat Nyaman
 29.00
 28.50
 28.00
 27.50
 27.00
 26.50
 26.00
 25.50        Nyaman Optimal
 25.00                                                                 Pada     grafik  temperatur   Tongkonan
 24.50
 24.00
 23.50
                                                                       Garampa’        menunjukkan      rata-rata
 23.00        Sejuk Nyaman
 22.50                                                                 temperatur luar nyaman dan temperatur
 22.00
 21.50
 21.00
                                                                       dalam pada posisi diambang bawah
 20.50
 20.00                                                                 nyaman 24oC. Puncak dari temperatur
 19.50                           Dingin
 19.00
 18.50
                                                                       antara pukul 12.00 – 16.00, suhu tertinggi
 18.00                                                                 27oC (diluar Tongkonan) pada pukul 15.00.
         1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324

                  dalam bangunan          luar bangunan

                       Kelembaban
100
 90                          Udara Pengap
 80
 70        Kurang Nyaman
 60
 50
 40
 30
 20
 10
  0
      1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

                 Dalam Bangunan           Luar Bangunan
Temperatur/Suhu                                                Data Iklim Tongkonan Po’pong
30.00
29.50     Hangat Nyaman
29.00
28.50
28.00
27.50
27.00
26.50     Nyaman Optimal
26.00
25.50
25.00                                                                    Pada    grafik  temperatur    Tongkonan
24.50
24.00
23.50
                                                                         Po’pong menunjukkan rata-rata temperatur
         Sejuk Nyaman
23.00
22.50                                                                    luar dan temperatur dalam pada posisi
22.00
21.50
21.00
                                                                         nyaman. Puncak dari temperatur antara
20.50
20.00                                                                    pukul 12.00 – 16.00, suhu tertinggi 28oC
19.50                      Dingin
19.00
18.50
                                                                         (diluar   Tongkonan)     pada       pukul
18.00                                                                    14.00, sementara didalam bangunan
        1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
                                                                         25.5oC.
                   dalam bangunan          luar bangunan

                          Kelembaban
100
 90                              Udara Pengap
 80
 70
 60
            Kurang Nyaman
 50
 40
 30
 20
 10
  0
      1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

                   Dalam Bangunan           Dalam Bangunan
Data temperature/suhu rata-rata, minimum dan
  maksimum hasil pengukuran
                   RATA-RATA               MINIMUM             MAXIMUM

  Tongkonan    Dalam       Luar      Dalam       Luar      Dalam        Luar
              bangunan   bangunan   bangunan   bangunan   bangunan    bangunan

 To’Kala’       26.21      25.9       22.2       22.23      31.2       30.97

 Ne’Gala’        24.3      24.05      20.6       20.12      28.8       28.16

 Garampa’        21.6      21.99      19.1       18.51      24.6       27.21

 Po’pong         22.7      23.26      20.0       19.6       26.2       28.26



Data kelembaban rata-rata, minimum dan maksimum hasil pengukuran
                  RATA-RATA                MINIMUM                MAXIMUM

 Tongkonan     Dalam       Luar      Dalam       Luar      Dalam        Luar
              bangunan   bangunan   bangunan   bangunan   bangunan    bangunan

To’Kala’        71.8      75.59       54.5       60.2       84.5        86.20
Ne’Gala’        76.6      80.75       57.4       59.23      89.7        93.51
Garampa         93.4      91.31       83.9       81.36      99.3        98.07
Po’pong         88.8      85.59       74         68.9        99         98.04
Uji t pada Tongkonan
                                           Kondisi Tongkonan
    Uji t             Tongkonan
                                             dan Vegetasi
                  Tongkonan To’Kala’           TO + VK
    Uji t 1                            :
                  Tongkonan Po’pong             O + VK

                  Tongkonan To’Kala’           TO + VK
    Uji t 2                            :
                  Tongkonan Ne’Gala’           TO + VB

                  Tongkonan Garampa’            O + VB
    Uji t 3                            :
                  Tongkonan Po’pong             O + VK

                  Tongkonan Garampa’            O + VB
    Uji t 4                            :
                  Tongkonan Ne’Gala’           TO + VB


Keterangan : TO     Tidak Original
             VK     Vegetasi kurang
             O      Original
             VB     Vegetasi bagus
Uji t temperatur antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Po’Pong

                         Std.      Srd. Error
Tongkonan     Mean                                t      Df      Sig. (2-tailed)
                       Deviation   Difference

  To’Kala’   26.2104   2.74729      .68300      5.170    46           .000

  Po’pong    22.6792   1.91002      .68300      5.170   41.024        .000




  Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan
  To’Kala’ dengan Tongkonan Po’Pong, untuk mengetahui perbedaan
  pengaruh material atap tongkonan (atap bambu dan seng) dengan
  kondisi vegetasi yang sama (vegetasi kurang).

  Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan To’Kala’
  adalah 26.2oC sedangkan Tongkonan Po’pong 22.6C, dengan nilai
  kriteria pengujian |5.170| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
  berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
Uji t kelembaban antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Po’pong

                        Std.       Srd. Error
Tongkonan   Mean                                  t       Df      Sig. (2-tailed)
                      Deviation    Difference

 To’Kala’   71.7833      8.00650    2.19018     -7.783    46           .000


 Po’Pong    88.8292      7.14292    2.19018     -7.783   45.414        .000



Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan To’Kala’
adalah 71.7% sedangkan Tongkonan Po’pong 88.8%, dengan nilai
kriteria pengujian |7.783| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
Uji t temperatur antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Ne’Gala'

                        Std.       Srd. Error
Tongkonan   Mean                                  t      Df      Sig. (2-tailed)
                      Deviation    Difference


 To’Kala’   26.2104      2.74729    .73122      2.753    46           .008


 Ne’Gala’   24.1975      2.29885    .73122      2.753   44.613        .009




 Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan
 To’Kala’ dengan Tongkonan Ne’Gala’, untuk mengetahui perbedaan
 pengaruh material atap tongkonan yang sama (atap seng) dengan
 kondisi vegetasi berbeda (vegetasi kurangdan vegetasi bagus).

 Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan To’Kala’
 adalah 26.2oC sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 24.2oC, dengan nilai
 kriteria pengujian |2.753| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
 berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
Uji t kelembaban antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Ne’Gala’


                         Std.       Srd. Error
Tongkonan   Mean                                   t       Df      Sig. (2-tailed)
                       Deviation    Difference


 To’Kala’    71.7833      8.00650    2.33162     -2.089    46           .042

 Ne’Gala’    76.6542      8.14686    2.33162     -2.089   45.986        .042



 Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan To’Kala’
 adalah 71.78% sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 76.65%, dengan nilai
 kriteria pengujian |2.089| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
 berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
Uji t temperatur antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Po’Pong

                         Std.       Srd. Error
Tongkonan   Mean                                   t       Df      Sig. (2-tailed)
                       Deviation    Difference


 Garampa’    21.5817      1.57228    .50499      -2.173    46           .035


 Po’pong     22.6792      1.91002    .50499      -2.173   44.362        .035




 Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan
 Garampa’ dengan Tongkonan Po’pong, untuk mengetahui perbedaan
 pengaruh material atap tongkonan yang sama (atap bambu) dengan
 kondisi vegetasi berbeda (vegetasi bagus dan vegetasi kurang).

 Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan Garampa’
 adalah 21.58oC sedangkan Tongkonan Po’pong 22.62oC, dengan nilai
 kriteria pengujian |2.175| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
 berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
Uji t kelembaban antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Po’pong

                        Std.       Srd. Error
Tongkonan   Mean                                  t      Df      Sig. (2-tailed)
                      Deviation    Difference

Garampa’    93.4750      2.92668    1.57568     2.948    46           .005

 Po’pong    88.8292      7.14292    1.57568     2.948   30.511        .006




Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan Garampa’
adalah 93.47% sedangkan Tongkonan Po’pong 88.82%, dengan nilai
kriteria pengujian |2.948| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
Uji t temperatur antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Ne’gala’


                        Std.      Srd. Error
Tongkonan    Mean                                t       Df      Sig. (2-tailed)
                      Deviation   Difference

Garampa’    21.5817   1.57228      .56851      -4.601    46           .000

 Ne’Gala’   24.1975   2.29885      .56851      -4.601   40.655        .000



Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan
Garampa’ dengan Tongkonan Ne’Gala’, untuk mengetahui perbedaan
pengaruh material atap tongkonan yang berbeda (atap bambu dan atap
seng) dengan kondisi vegetasi sama (vegetasi bagus).

Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan Garampa’
adalah 21.58oC sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 24.19oC, dengan nilai
kriteria pengujian |4.601| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
Uji t kelembaban antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Ne’Gala’

                        Std.       Srd. Error
Tongkonan   Mean                                  t      Df      Sig. (2-tailed)
                      Deviation    Difference

Garampa’    93.4750      2.92668    1.76702     9.519    46           .000

 Ne’Gala’   76.6542      8.14686    1.76702     9.519   28.839        .000




Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan Garampa’
adalah 93.47% sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 76.65%, dengan nilai
kriteria pengujian |9.519| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan antara lain :
1.   Lingkungan sekitar Tongkonan mempengaruhi pengkondisian
     termal dalam ruang
     -   Vegetasi
         Kondisi vegetasi yang dimaksud adalah jarak vegetasi , jenis
         vegetasi .
     -   Banguna lain
         Bangunan lain(rumah Bugis) mempengaruhi temperatur dalam
         ruang Tongkonan, dikarenakan letaknya sangat dekat, kondisi
         atap lebih rendah dari Tongkonan oleh karena itu pada siang hari
         panas yang memantul dari atap rumah Bugis masuk ke
         Tongkonan.
2.   Material atap Tongkonan mempengaruhi pengkondisian
     termal dalam ruang.
     Materi atap berpengaruh pada pengkondisian ruang dalam
     Tongkonan. Dari segi temperatur, material atap Tongkonan
     seng lebih panas dari pada atap bambu, tetapi dari segi
     kelembaban atap seng lebih nyaman, dikarenakan atap
     Tongkonan dari bambu tidak terawat banyak ditumbuhi
     tumbuhan liar, maka kondisi atap bambu selalu basah dan tidak
     maksimal menyerap panas untuk membuat atap bambu kering.
•   Tongkonan To’Kala     26.2oC, RH 71.8% Nyaman Optimal
•   Tongkonan Ne’Gala     24.3oC, RH 76.6 % Kondisi Nyaman
•   Tongkonan Garampa  21.6oC, RH 93.4% Udara Pengap
•   Tongkonan Po’pong     22.7oC, RH 88.8% Udara Pengap

Dari Kondisi temperatur dan kelembaban diatas dibandingan dengan
standar Mom dan Wiesebrom yang dipakai, didapat bahwa :
•   Tongkonan Ne’Gala’      kondisinya cukup mendekati standar
    kenyamanan termal , sedangkan
•   Tongkonan Garampa’ kondisinya        paling jauh dari standar
    kenyaman termal, kondisinya cukup dingin dan kelembaban tinggi.
Faktor Kenyamanan Rumah Tradisional

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Konsep rancangan struktur &amp; konstruksi
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksiKonsep rancangan struktur &amp; konstruksi
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksiNana Roy
 
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNI
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNIMetode Sistem Pencahayaan Buatan-SNI
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNIArif211194
 
perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4Subandri Oo
 
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4WSKT
 
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2Ikhsan River
 
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan Tropis
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan TropisAzas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan Tropis
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan TropisAlvin Karama
 
Konsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigi
Konsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigiKonsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigi
Konsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigiayziffyrappe
 
Elemen landscape
Elemen landscapeElemen landscape
Elemen landscapeDhery Syam
 
Arsitektur Lanskap Masa Kini
Arsitektur Lanskap Masa KiniArsitektur Lanskap Masa Kini
Arsitektur Lanskap Masa KiniCharisma Amanda
 
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)rerianita
 
MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIAMUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIARabiyatul Adawiyah
 
Arsitektur tradisional papua (honai)
Arsitektur tradisional papua (honai)Arsitektur tradisional papua (honai)
Arsitektur tradisional papua (honai)Zatriani .
 

Mais procurados (20)

Arsitektur tropis semester IV
Arsitektur tropis semester IVArsitektur tropis semester IV
Arsitektur tropis semester IV
 
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksi
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksiKonsep rancangan struktur &amp; konstruksi
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksi
 
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNI
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNIMetode Sistem Pencahayaan Buatan-SNI
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNI
 
perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4
 
Buku ekologi arsitektur
Buku ekologi arsitekturBuku ekologi arsitektur
Buku ekologi arsitektur
 
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
 
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
 
Arsitektur renaissance
Arsitektur renaissanceArsitektur renaissance
Arsitektur renaissance
 
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan Tropis
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan TropisAzas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan Tropis
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan Tropis
 
Konsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigi
Konsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigiKonsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigi
Konsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigi
 
Elemen landscape
Elemen landscapeElemen landscape
Elemen landscape
 
utilitas gedung
utilitas gedungutilitas gedung
utilitas gedung
 
Perkembangan Aristektur Dunia
Perkembangan Aristektur DuniaPerkembangan Aristektur Dunia
Perkembangan Aristektur Dunia
 
Arsitektur Lanskap Masa Kini
Arsitektur Lanskap Masa KiniArsitektur Lanskap Masa Kini
Arsitektur Lanskap Masa Kini
 
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
 
Makalah Struktur Bentang Lebar
Makalah Struktur Bentang LebarMakalah Struktur Bentang Lebar
Makalah Struktur Bentang Lebar
 
MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIAMUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
 
Core dan Shaft
Core dan ShaftCore dan Shaft
Core dan Shaft
 
Arsitektur tradisional papua (honai)
Arsitektur tradisional papua (honai)Arsitektur tradisional papua (honai)
Arsitektur tradisional papua (honai)
 
Struktur Rangka Ruang (space frame)
Struktur Rangka Ruang (space frame)Struktur Rangka Ruang (space frame)
Struktur Rangka Ruang (space frame)
 

Destaque

Termodinamika - 04 b
Termodinamika - 04 bTermodinamika - 04 b
Termodinamika - 04 bjayamartha
 
Arsitektur toraja copy
Arsitektur toraja   copyArsitektur toraja   copy
Arsitektur toraja copyCelly Andy
 
Azas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta Contoh
Azas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta ContohAzas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta Contoh
Azas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta ContohAlvin Karama
 
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...Rahmawati Muslan
 
Komunikasi Arsitektur, Rumah Tinggal Klasik
Komunikasi Arsitektur, Rumah Tinggal KlasikKomunikasi Arsitektur, Rumah Tinggal Klasik
Komunikasi Arsitektur, Rumah Tinggal KlasikMelissa Soraya
 
Karakteistik, analisis dan recomendasi tapak
Karakteistik, analisis dan recomendasi  tapakKarakteistik, analisis dan recomendasi  tapak
Karakteistik, analisis dan recomendasi tapakrangga1261
 

Destaque (8)

Termodinamika - 04 b
Termodinamika - 04 bTermodinamika - 04 b
Termodinamika - 04 b
 
Arsitektur toraja copy
Arsitektur toraja   copyArsitektur toraja   copy
Arsitektur toraja copy
 
Makalah iklim tropis
Makalah iklim tropisMakalah iklim tropis
Makalah iklim tropis
 
Azas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta Contoh
Azas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta ContohAzas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta Contoh
Azas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta Contoh
 
Resume Arief Budiman
Resume Arief BudimanResume Arief Budiman
Resume Arief Budiman
 
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...
 
Komunikasi Arsitektur, Rumah Tinggal Klasik
Komunikasi Arsitektur, Rumah Tinggal KlasikKomunikasi Arsitektur, Rumah Tinggal Klasik
Komunikasi Arsitektur, Rumah Tinggal Klasik
 
Karakteistik, analisis dan recomendasi tapak
Karakteistik, analisis dan recomendasi  tapakKarakteistik, analisis dan recomendasi  tapak
Karakteistik, analisis dan recomendasi tapak
 

Semelhante a Faktor Kenyamanan Rumah Tradisional

Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdfProfil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdfKhairullah Khairullah
 
Fisika Bangunan Arsitektur universitas Indraprasta
Fisika Bangunan Arsitektur universitas IndraprastaFisika Bangunan Arsitektur universitas Indraprasta
Fisika Bangunan Arsitektur universitas Indraprastahuhuto
 
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah Banjar
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah BanjarKenyamanan termal dan iklim di Rumah Banjar
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah BanjarKhairullah Khairullah
 
Artikel jurnal ptk
Artikel jurnal ptk Artikel jurnal ptk
Artikel jurnal ptk rifkykey
 
minggu 4 - rekayasa thermal.pdf
minggu 4 - rekayasa thermal.pdfminggu 4 - rekayasa thermal.pdf
minggu 4 - rekayasa thermal.pdfIyanRangga
 
Bahan kuliah kd bab i. pendh
Bahan kuliah kd bab i. pendhBahan kuliah kd bab i. pendh
Bahan kuliah kd bab i. pendhAndrew Hutabarat
 
kajian presepsi kenyamanan termal pada ruangan ac
kajian presepsi kenyamanan termal pada ruangan ackajian presepsi kenyamanan termal pada ruangan ac
kajian presepsi kenyamanan termal pada ruangan acSOESENO Soeseno
 
Laporan 3
Laporan 3Laporan 3
Laporan 3isanuri
 
FB_w1 Pengantar Fisika Bangunan.pdf
FB_w1 Pengantar Fisika Bangunan.pdfFB_w1 Pengantar Fisika Bangunan.pdf
FB_w1 Pengantar Fisika Bangunan.pdfRizkyWisnuPrayoga
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Laporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologiLaporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologiApriani Matrikxzsia
 
Arsitekturtropissem4 120528120320-phpapp02
Arsitekturtropissem4 120528120320-phpapp02Arsitekturtropissem4 120528120320-phpapp02
Arsitekturtropissem4 120528120320-phpapp02frans2014
 
Atmosfer Kelas X Semester 2
Atmosfer Kelas X Semester 2Atmosfer Kelas X Semester 2
Atmosfer Kelas X Semester 2fadillahsalsa
 
Minggu ke-7-perancangan-pasif
Minggu ke-7-perancangan-pasifMinggu ke-7-perancangan-pasif
Minggu ke-7-perancangan-pasifsamad_yusof
 

Semelhante a Faktor Kenyamanan Rumah Tradisional (20)

Artrop
ArtropArtrop
Artrop
 
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdfProfil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
 
Fisika Bangunan Arsitektur universitas Indraprasta
Fisika Bangunan Arsitektur universitas IndraprastaFisika Bangunan Arsitektur universitas Indraprasta
Fisika Bangunan Arsitektur universitas Indraprasta
 
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah Banjar
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah BanjarKenyamanan termal dan iklim di Rumah Banjar
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah Banjar
 
Artikel jurnal ptk
Artikel jurnal ptk Artikel jurnal ptk
Artikel jurnal ptk
 
minggu 4 - rekayasa thermal.pdf
minggu 4 - rekayasa thermal.pdfminggu 4 - rekayasa thermal.pdf
minggu 4 - rekayasa thermal.pdf
 
Bahan kuliah kd bab i. pendh
Bahan kuliah kd bab i. pendhBahan kuliah kd bab i. pendh
Bahan kuliah kd bab i. pendh
 
kajian presepsi kenyamanan termal pada ruangan ac
kajian presepsi kenyamanan termal pada ruangan ackajian presepsi kenyamanan termal pada ruangan ac
kajian presepsi kenyamanan termal pada ruangan ac
 
Dinamika atmosfer
Dinamika  atmosferDinamika  atmosfer
Dinamika atmosfer
 
Laporan 3
Laporan 3Laporan 3
Laporan 3
 
Tugas mk klimatologi
Tugas mk klimatologiTugas mk klimatologi
Tugas mk klimatologi
 
FB_w1 Pengantar Fisika Bangunan.pdf
FB_w1 Pengantar Fisika Bangunan.pdfFB_w1 Pengantar Fisika Bangunan.pdf
FB_w1 Pengantar Fisika Bangunan.pdf
 
Makalah IPS
Makalah IPSMakalah IPS
Makalah IPS
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
 
Laporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologiLaporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologi
 
SUHU RH DAN TANAMAN.ppt
SUHU RH DAN TANAMAN.pptSUHU RH DAN TANAMAN.ppt
SUHU RH DAN TANAMAN.ppt
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Arsitekturtropissem4 120528120320-phpapp02
Arsitekturtropissem4 120528120320-phpapp02Arsitekturtropissem4 120528120320-phpapp02
Arsitekturtropissem4 120528120320-phpapp02
 
Atmosfer Kelas X Semester 2
Atmosfer Kelas X Semester 2Atmosfer Kelas X Semester 2
Atmosfer Kelas X Semester 2
 
Minggu ke-7-perancangan-pasif
Minggu ke-7-perancangan-pasifMinggu ke-7-perancangan-pasif
Minggu ke-7-perancangan-pasif
 

Faktor Kenyamanan Rumah Tradisional

  • 1. Muchlis Alahudin P3200209007 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011
  • 2.
  • 3. LATAR BELAKANG • Rumah tradisional merupakan kekayaan khasanah budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. • Kenyamanan adalah bagian dari salah satu sasaran karya Arsitektur. • Kenyamanan bangunan erat hubungannya dengan kondisi alam atau lingkungan disekitarnya, bahan/material dari bangunan dan upaya pengkondisian atau pengaturan ruang dalam bangunan.
  • 4. RUMUSAN MASALAH • Faktor-faktor mempengaruhi kenyamanan termal dari bangunan tradisional Toraja TUJUAN PENELITIAN • Mengetahui faktor-faktor kenyamanan termal dari bangunan tradisional Toraja.
  • 5. MANFAAT PENELITIAN Manfaat Teoritis • Sebagai referensi pengembangan ilmu arsitektur khususnya arsitektur tradisional Toraja. Manfaat Praktis • Sebagai masukan kepada pemerintah kota Toraja dan praktisi dalam rangka pelestarian arsitektur tradisional Toraja sehingga menjadi tuan rumah didaerahnya sendiri tanpa kehilangan nilai-nilanya.
  • 6. LINGKUP PENELITIAN • Penelitian ini merupakan penelitian ilmu arsitektur yang fokus kajian pada kenyamanan termal bangunan tradisional Toraja (Banua) ditinjau dari temperatur, kelembaban dan kecepatan angin.
  • 7.
  • 8. TINJAUAN PUSTAKA • Tana Toraja • Bahan/material dan Warna • Konsep Perancangan Arsitektur Tropis • Variabel iklim tropis yang mempengaruhi termal dalam ruang • Hubungan orientasi bangunan dalam pengkodisian termal • Hubungan bentuk arsitektur rumah tinggal dengan kenyamanan termal
  • 9. Tana Toraja • Topografi Tana Toraja Luas Tanah Prosentase Temperatur Kelembaba No Ketinggian (m) (Ha) (%) Rata-rata n Udara 1. 18.425 150 – 500 5.80 2. 143.314 501 – 1000 44.70 15˚C - 28˚C 82 – 86 % 3. 118.330 1000 – 2000 36.90 4. 40.508 > 2000 12.60 Sumber : http://budayatoraja.tripod.com/letak_geografis.htm
  • 10. Pengertian Tongkonan - Said (2004) berasal dari kata Tongkon yang berarti "tempai duduk', mendapat akhiran 'an' maka menjadi Tongkonan yang artinya tempat duduk. Di dalam membuat Tongkonan perlu dipikirkan seni spiritual menurut pandangan hidup masyarakat Toraja yang dalam hat ini disebut kepercayaan Aluk Todolo. - Tandilinting (1975:32) bahwa Tongkonan adalah Rumah Adat Keluarga Toraja yang berasa dari kata Tongkonan (bhs. Toraja) yang artinya duduk, berarti Tongkonan adalah tempat duduk, yang tak lain duduk mendengarkan perintah dan duduk mendengar keterangan serta duduk menyelesaikan persoalan-persoalan.
  • 11. A. Tana Toraja • Bagian-bagian Tongkonan Pembagian alam raya berdasarkan kepercayaan Aluk Todolo menjadi konsep dasar terwujudnya bentukan rumah Tongkonan seperti terlihat pada gambar dibawah.
  • 12. Bagian Kaki Tongkonan Bagian berfungsi sebagai tempat Mengurung binatang ternak • Bagian Badan Tongkonan Terdiri dari ruang-ruang yang berjejer dari utara ke selatan dan berbentuk persegi panjang. Tangdo/Paluang, Sali dan Sumbung • Bagian Atap Tongkonan Atap Tongkonan merupakan abstraksi dari bentuk ‘perahu’, Atau bentuk atap sebagai gambaran tanduk kerbau.
  • 13. B. Bahan/material Bangunan • Bahan bangunan merupakan suatu unsur yang unik dan menarik. Pada dasarnya bahan-bahan yang digunakan adalah yang berada dalam alam sekitarnya : • Perandangan (Pondasi dasar yang diletakkan bebas) dari batu andesit hitam. • Kolom/tiang(a’riri) dari kayu urug dan nangka • Ring pengikat kolom(Pa’tolo A’riri) dari kayu Buanging • Balok lantai/dinding, rangka dinding dari kayu urug (pada umumnya) • Struktur/konstruksi atap dari kayu urug/buanging • Penutup atap dari bambu, ijuk dan kayu pakis (kayu Pune) • Bahan pengikat pada umumnya rotan/ijuk • Bahan cat dari tanah, arang yang dicampur dengan alkohol atau cuka dan sebagai bahan gosok untuk mengkilapkannya dipakai getah kayu Cendana. Sumber : KKL Arsitektur Toraja 1979 Univesitas Hasanuddin
  • 14. A’riri Pattolo Gambar Kolong Parandangan (Suluk Banua) Gambar Konstruksi dinding (Kale Banua)
  • 15. Gambar Konstruksi Atap Warna Warna-warna yang pada rumah Tongkonan antara lain : • Merah(kasumba mararang) melambangkan darah, Kuning (kasumba mariri) lambang kemuliaan, Putih(kasumba mabusa) lambang dari daging dan tulang manusia, Hitam(kasumba malotong) melambangkan kematian. Gambar penerapan warna pada rumah Tongkonan
  • 16. C. Konsep Perancangan Arsitektur Tropis • Pengertian Arsitektur Tropis - Istilah Tropis berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu dari kata "Tropikos" berarti garis balik. Daerah beriklim tropis terletak diantara garis Lintang Utara 23°271 (garis balik Cancer) dan garis balik Lintang Selatan 23°27 (garis balik Capricon). Daerah tropis adalah daerah yang terletak antara garis isoterm 20° disebelah bumi utara dan selatan (Lippsmeier, 1994). - Ciri-ciri iklim tropis lembab adalah perbedaan temperatur pada siang dan malam hari sangat kecil, temperatur selalu tinggi, angin sedikit dan radiasi matahari sedang sampai tinggi.
  • 17. D. Variabel Iklim Tropis yang Mempengaruhi Pengkodisian Thermal Dalam Ruang - Faktor-faktor yang mendukung kenyamanan thermal sebagaimana dikemukakan oleh Hardiman (1996), seperti pada tabel dibawah ini: FAKTOR FAKTOR FAKTOR FISIK FISIOLOGI PERANTARA Makanan Pakaian Temperatur Udara Ras Bangsa Aktivitas Temperatur Dinding Jenis Kelamin Penyesuaian Kelembaban Kondisi Tubuh Jumlah Penghuni Gerakan Udara Situasi Psiko Faktor Komposisi Udara Lingkungan Listrik Udara Pengaruh Akustik Pengaruh Mata
  • 18. Variabel iklim yang dapat mempengaruhi kondisi thermal baik dari Szokolay (1980), Lippsmeier (1994), maupun Rapoport (1969) yaitu : 1. Temperatur Udara (Air Temperature) 2. Kelembaban Udara (Humidity) 3. Pergerakan Udara (Air Movement) 1. Temperatur Udara (Air Temperature) • Szokolay (1994) dan Koenisberger (1973): kombinasi dari pergerakan udara dengan kecepatan 4,57m – 7,63m /merit, suhu udara 20,4°C dan kelembaban 70% kelembaban 20% dari kecepatan pergerakan udara sama. Kombinasi temperatur udara, kelembaban, dan kecepatan angin yang membentuk temperatur nyaman pada saat tersebut dikatakan sebagai temperatur efektif • Mom dan Wiesebrom adalah sejuk nyaman suhu antara 20,5°C sampai dengan 22,8°C (TE), nyaman optimal suhu antara 22,8°C sampai dengan 25,8°C (TE) dan hangat nyaman suhu antara 25,8°C sampai dengan 27,1°C (TE).
  • 19. 2. Kelembaban Udara - Kelembaban udara yang nikmat untuk tubuh berkisar 40-70%. Padahal ditempat-tempat seperti di tepi pantai, berkisar 80% - 98%. Jika kelembaban udara sudah jenuh, maka tubuh kita tidak bisa menguapkan keringat lagi (Mangunwijaya, 1994). Diagram 4. Diagram Psikometrik (Sumber : Lippsmeier, 1994)
  • 20. 3. Pergerakan Udara - Pergerakan udara terjadi disebabkan oleh pemanasan lapisan- lapisan yang berbeda-beda. Bangunan di daratan harus memperhatikan sifat angin yang kadang-kadang kencang dan hal ini perlu dihindari. Jadi kecuali mempelajari cepat dan lambatnya gerakan angin di suatu daerah, maka perlu juga diketahui arah angin setempat. Tingkat Kecepatan Angin di permukaan bumi dan tempat ketinggian (Sumber : S.V. Szokolay, 1990)
  • 21. Gambar Gerakan Udara antara barisan rumah yang rapat dan sejajar. (Sumber : Lippsmeier, 1994) Untuk daerah panas-lembab, pola penataan bangunan teratur dalam bentuk grid dengan pola jalan yang saling memotong tegak lurus dan bangunan seperti itu akan menambah hembusan angin yang dapat dimanfaatkan untuk ventilasi di dalam bangunan dan diharapkan menjadi lancar. Gambar Disain pola bangunan yang menghambat pergerakan Angin untuk daerah beriklim cold-dry dan hot-dry (Sumber : Gideon S. Golany, 1995)
  • 22. Sedangkan pola penataan bangunan yang mengakibatkan blocking pergerakan udara karena adanya bidang penghambat. Kurang sesuai untuk panas-lembab dan lebih sesuai untuk daerah beriklim cold-dry dan hot-dry, karena pola tersebut dipertimbangkan untuk menghambat pengaruh hembusan angin dingin maupun angin yang membawa debu, khususnya dimalam hari (Gideon S. Golany, 1995). Gambar Disain pola bangunan yang menghambat pergerakan Angin untuk daerah beriklim cold- dry dan hot-dry (Sumber : Gideon S. Golany, 1995)
  • 23. E. Hubungan Orientasi Bangunan dalam Pengkondisian Thermal 1. Orientasi Tiga faktor utama yang sangat menentukan bagi perletakan bangunan (orientasi) yang tepat adalah : • Radiasi matahari dan tindakan perlindungan. • Arah dan kekuatan angin • Topografi 2. Lokasi dan Sistem Tatanan Lingkungan • Lokasi • Kepadatan Bangunan • Geometri Tatanan
  • 24. Radiasi matahari dan tindakan perlindungan. Sudut jatuh cahaya matahari juga penting; semakin curam, semakin besar penerimaan energi panas. Dan sini dapat disimpulkan bahwa fasade selatan dan utara menerima lebih sedikit panas dibandingkan dengan fasade barat dan timur. Bila di depan fasade timur dan barat terdapat bidang relektif yang luas, orientasi ini lebih merugikan lagi, karena kesilauan yang diakibatkan oleh matahari rendah tidak dapat diterima. • Arah dan kekuatan angin Ventilasi silang merupakan faktor yang sangat penting bagi kenyamanan ruangan, karena itu untuk daerah tropika- basah, posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin utama lebih penting dibandingkan dengan perlindungan terhadap radiasi matahari. • Topografi Pemanasan tanah dan intensitas pemantulan dapat dikurangi dengan pemilihan lokasi yang sudut miringnya sekecil mungkin terhadap cahaya matahari. Tetapi pengubahan topograti yang ada, bila mungkin, akan memakan biaya besar, sehingga perbaikan iklim ini hanya dapat dilakukan pada pemilihan lokasi
  • 25. Lokasi Lippsmeier (1994) menyatakan bahwa bidang daratan menjadi panas dua kali lebih cepat dari pada bidang air dengan luas yang sama. Bidang air kehilangan sebagian energi panasnya karena penguapan, temperatur udara sebagian besar ditentukan oleh sentuhan udara dengan permukaan tanah, maka temperatur yang tinggi selalu berhubungan dengan kelembaban udara yang rendah, dan temperatur yang sedang dengan kelembaban yang tinggi. • Kepadatan bangunan Kepadatan bangunan adalah jarak antara bangunan disuatu area yang akan membentuk temperatur lingkungan. Area dengan kepadatan tinggi secara umum akan memiliki temperatur lebih tinggi dari pada area yang kurang padat. Meskipun hal ini juga harus memperhatikan kondisi lainnya seperti. Kecepatan angin, jenis dan kerapatan vegetasi, ketinggian dan laut serta posisinya terhadap garis edar matahari. • Geometri tatanan Bentuk dan keteraturan tatanan lingkungan akan banyak berpengaruh pada kecepatan angin. Dengan semakin banyak belokan-belokan maka kecepatan ini dapat dipertimbangkan
  • 26. F. Hubungan Bentuk Arsitektur Rumah Tinggal dengan Kenyamanan Thermal Rumah tinggal (bangunan) beserta elemen-elemen pembentuknya dan tatanan lingkungannya, memberikan sumbangan terhadap kenyamanan didalam bangunan, dan akan diuraikan sebagai berikut : • Faktor Bentuk dan Elemen Bangunan • Bentuk dan Denah • Bukaan • Atap dan binding • Overstek / Pelindung • Pergerakan Udara Alami dalam Bangunan
  • 27. Diagram Kenyamanan menurut Olgyay Sumber : Lippsmeier, 1994 : 37
  • 28. G. Kriteria Perancangan Kenyamanan Thermal Bangunan Proses perancangan yang dapat mempengaruhi iklim interior menurut Lippsmeier (1994) adalah : • Orientasi Bangunan • Ventilasi Silang • Pelindung Matahari • Pelembaban Udara (tindakan pengurangan) • Pengisolasian Panas • Vegetasi Pada perancangan thermal terdapat tiga aspek utama yang menjadi inti permasalahan yaitu : • Ikim (aspek panas dan terang matahari, aspek keberadaan dan kecepatan angin dan aspek curah hujan) • Kondisi dalam Ruang, yang sesuai untuk aktivitas pemakai • Bangunan, yang berlaku sebagai filter sekaligus modifier
  • 29. H. Pola Berpikir Penelitian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan Thermal Pada Bangunan Hunian Tradisional Toraja Aspek Klimatologis Aspek Arsitektur - Cahaya Matahari Kondisi Lingkungan Bahan Bangunan : - Temperatur Udara sekitar - Asli - Kelembaban Udara - Tapak/Topografi - Tidak asli - Angin - Vegetasi - Curah hujan Metode Pengumpulan Data Wawancara & Pengamatan Pengukuran - Temperatur udara - Di luar - Keaslian material - Kelembaban udara bangunan - Vegetasi di sekitar - Di dalam bangunan - Pergerakan udara bangunan - Bangunan lain Analisis Analisis Kuantitatif Kesimpulan dan Saran
  • 30.
  • 31. A. Rancangan Penelitian • Tahap Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dari survei : Data fisik (temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dimensi ruang, dimensi bukaan, orientasi bangungan, pola tatanan lingkungan). Data Non-fisik merupakan data sekunder yaitu data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah Kabupaten Toraja. • Tahap Kompilasi dan Interpretasi Data Hasil pengukuran yang berupa data pengkondisian dikomparasikan dengan teori standar kenyamanan thermal, baik berdasarkan diagram Olgyay maupun berdasarkan standar kenyamanan dari penelitian Mom dan Wiesebrom (1940), untuk mendapatkan suatu temuan indeks kondisi termal rumah sampel. • Analisis Data Data fisik bangunan dianalisis secara kualitatif guna mengetahui pengaruhnya terhadap kondisi termal dalam ruang. Hasil pengukuran dari kombinasi temperatur, kelembaban dan pengaruh angin, diperoleh suatu temuan indeks kenyamanan
  • 32. B. LOKASI PENELITIAN Rencana lokasi penelitian dilaksanakan di Rantepao kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan Penelitian dilakukan pada dua tempat yaitu : • Kecamatan Sanggalangi • Kecamatan Kete’ Kesu’ Toraja Utara
  • 33. Tongkonan Po’Pong Tongkonan Garampa’ Kecamatan Sanggalangi
  • 34. Tongkonan To’Kala’ Kecamatan Kete’ Kesu’ Tongkonan Ne’Gala’
  • 35. C. Penentuan Kasus Yang menjadi kasus penelitian adalah beberapa rumah Tongkonan yang berada pada daerah Kabupaten Toraja Utara. Hunian Tongkonan terdiri dari 4 kasus. No Keterangan Jumlah 1. Tongkonan asli dengan vegetasi bagus 1 2. Tongkonan asli dengan vegetasi kurang 1 3. Tongkonan tidak asli dengan vegetasi bagus 1 4. Tongkonan tidak asli dengan vegetasi kurang 1 Jumlah 4
  • 36. D. Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Metode Observasi dilakukan dengan pengamatan, pencatatan dan pengukuran secara sistematis gejala atau fenomena yang diteliti (Marzuki, 1997). Metode observasi yang digunakan dalam pengumpulan data ini menggunakan teknik : pengukuran, pengamatan dan pencatatan, dan juga cara perhitungan. Metode Interview (wawancara) digunakan untuk mengetahui kondisi rumah tinggal Tongkonan, siapa pemilik serta elemen-elemen arsitekturnya. 2. Instrumen Penelitian - Penentuan Daerah Pengukuran - Perekaman dan Pemotretan - Wawancara (Interview) - Alat Perekam dan Pengukur
  • 37. ALAT PEREKAM DAN PENGUKUR • Perangkat instrumen Peralatan penunjang dalam pengumpulan data dibutuhkan antara lain : Kamera Digital, papan pengalas, alat tulis dan perlengkapan gambar, alat pengukur termal (Termo -Hyrgometer, Anemometer dan Altimeter ) Termo -Hyrgometer Altimeter Kompas Anemometer
  • 38. - Penentuan Daerah Pengukuran Penentuan daerah pengukuran pada tiap rumah sampel dibagi atas 2 (dua) yaitu : ruang luar dan ruang dalam. Ruang luar yang dimaksud adalah ruang luar disekitar Tongkonan tersinari matahari kurang lebih 30cm–50cm dari Tongkonan. Sedangkan pengukuran untuk direncanakan dengan ketinggian yang sesuai dengan bukaan (jendela) rumah Tongkonan
  • 39. Rencana peletakan alat ukur di dalam rumah Tongkonan Ruang dalam, pengukuran dilakukan pada semua ruang (Tangdo, Sali dan Sumbung). Pengukuran setiap rumah sampel dan tabel pengukuran yang memuat : daerah titik ukur, waktu pengukuran, temperatur udara, kelembaban dan kecepatan angin yang terjadi. Untuk di dalam ruang, diukur dengan titik ketinggian orang posisi berdiri (+ 1.60 m) dan posisi duduk (+ 60 m) serta di lantai.
  • 40. Tangdo Sali Sumbung Peletakkan Alat Ukur pada ruang dalam Tongkonan Pengukuran posisi berdiri Ketinggian + 1.60 cm Pengukuran posisi duduk Ketinggian + 60 cm Pengukuran dilantai
  • 41. 3. Tahap Kerja Lapangan Peneliti melakukan pengukuran sebanyak 24 kali untuk masing-masing daerah ukur, yaitu untuk ruang luar dari jam 1.00, 2.00, 3.00, 4.00, 5.00, 6.00, 7.00, 8.00, 9.00, 10.00, 11.00, 12.00,13.00, 14.00, 15.00, 16.00, 17.00, 18.00 19.00, 20.00, 21.00, 22.00, 23.00, 24.00 ruang dalam sama dengan jam pengukuran ruang luar, dalam tahapan ini peneliti dilengkapi dengan tabel pengukuruan 4. Kompilasi data dan Interpretasi Data Observasi yang dilakukan menghasilkan data primer yang terdiri dari data primer pengukuran, pengamatan dan pencatatan. Semua data dikumpulkan dan disusun sesuai dengan urutannya. Data tersebut kemudian dipelajari, termasuk mengkoreksi ketepatan dan kebenaran pengukuran dan pencatatan.
  • 42. E. Analisis Data - Analisis Kualitatif, menganalisis bahan bangunan dan lingkungan sekitar Tongkonan (diwakili 2 lokasi dan kondisi berbeda) beserta elemen-elemen pembentuknya untuk mengetahui pengaruh terhadap kondisi termal dalam ruang. - Analisis Kuantitatif, hasil pengukuran berupa data kuantitatif baik pengukuran didalam maupun diluar diperbandingkan dengan standart kenyaman termal kemudian melakukan analisis kuantitatif. Diagram yang digunakan; diagram Psikometric, Temperature Effective dan standar kenyamanan dari hasil penelitian terdahulu; Mom dan Wiesebrom
  • 43. • Santoso, 1984, dan penelitian Mom dan Wiesebrom (1940) yang pernah dilakukan di Indonesia, standart kenyamanan hasil penelitian Santoso (1984) yaitu : Temperatur udara : 23-34,4oC Kelembaban relatif : 45-95 % Radiasi matahari : 1020 W/m2 Kecepatan angin : 0-4,3 m/d Kenyamanan thermal : 25,4-28,9oC • Standart kenyamanan hasil penelitian Mom dan Wiesebrom (1940) dengan kecepatan udara sekitar 0,1 m/s – 0,2 m/s yaitu : - Ambang bawah untuk Kondisi Sejuk adalah temperature 23oC, RH = 50% atau temperature efektif 20,5oC - Ambang bawah untuk Kondisi Nyaman optimal adalah 24oC, RH = 80% atau temperature efektif 22.8oC yang juga digunakan ambang atas untuk kondisi sejuk nyaman. - Ambang atas untuk Kondisi Nyaman Optimal adalah pada 28oC, RH = 70% atau temperature efektif 25.8oC yang juga merupakan ambang bawah untuk kondisi hangat. - Ambang atas untuk Kondisi Hangat adalah pada 31oC, RH = 60% atau temperature efektif 27.1oC
  • 44. Analisis Formulasi • Pergantian udara didalam bangunan dengan menghitung luas lubang bukaan dan sistem ventilasi kearah digunakan formula Terry S. Boater, (1987): Q = A x V x Cf x CV Keterangan : Q : Pergantian udara yang dibutuhkan (m3/sekon) A : Luas lubang inlet (m) V : Kecepatan Angin (m/sekon) Cf : Faktor Koefisien (besarnya 60) Cv : Efektifitas bukaan (besarnya 0,5-0,6 untuk angin yang tegak lurus lubang, atau 0,25-0,35 untuk angin dengan arah miring terhadap lubang) nilai ini dikali dengan konstanta efektifitas bukaan dari perbandingan inlet dan outlet. Sebagai berikut :
  • 45. Tabel Perbandingan inlet : outlet (rasio) dan nilai konstanta efektifitas bukaan Inlet = Outlet Nilai Eff. Nilai Eff. Inlet = Outlet Outlet Bukaan Bukaan 1 :1 1,00 1:5 1,40 1 :2 1,27 2 :1 0,63 1:3 1,35 4 :1 0,35 1:4 1,38 4 :3 0,86 Sumber : Terry S. Boutet, 1987
  • 46. Mengetahui pengurangan panas didalam bangunan dapat digunakan dari Terry S. Boutet, (1987): Q = D x Cp Qa x (To-Ti) Keterangan : Q : Laju pengurangan panas (w) D : Massa jenis udara kg/m3 (0.0013 kg/m3) Cp : Panas jenis udara, konstanta (1004,65 J/kgok) Qa : Jumlah aliran udara m2/detik To : Temperatur udara luar (oC) Ti : Temperatur udara dalam (oC) Analisis kebutuhan pergerakan udara yang dapat digunakan untuk memenuhi kenyamanan thermal dapat dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan Macfarlane yaitu : Av = 0.15 [DBT-27.2 + (RH-60/10) x 0,56] Penggunaan rumus ini tidak berlaku untuk DBT < 27.2° C dengan kondisi RH < 60%
  • 47. H. Definisi Operasional 1. Faktor-faktor kenyaman termal a. Aspek Klimatologis; Temperatur Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan angin. b. Aspek Arsitektur; Kondisi Lingkungan sekitar (Topografi dan Vegetasi), bahan atap bangunan (atap alami dan pabrikasi) 2. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang dapat mengukur secara otomatis dan berkala. Alat-alat ukur yang digunakan untuk mengetahui : - Suhu udara, T(Temperatur), ˚C - Kelembaban Udara, RH(Relative Humidity), % - Kecepatan Angin, V(Velocity), m/dtk
  • 48. Definisi Operasional 3. Identifikasi lingkungan sekitar Tongkonan • Ketinggian • Jenis vegetasi • Jarak vegetasi dengan bangunan • Keberadaan bangunan lain 4. Identifikasi bahan bangunan, difokuskan pada bagian atap • Bahan asli (bambu) • Bahan tidak asli (seng)
  • 49. Definisi Operasional 5. Titik ukur adalah letak pengukuran yang akan dilakukan, rencana letak pengukuran: • Dalam bangunan, diukur pada depan (Tangdo), tengah (Sali), belakang (Sumbung). Alat ukur yang dipakai antara lain Thermo-Hygrometer dan Anemometer. Thermo-Hygrometer diletakkan ketinggian 1 m pada Tangdo dan Sumbung, pada Sali diletakkan di lantai, ketinggian 60cm dan 160. • Luar bangunan, selain mengukur temperatur dan kelembaban juga diukur kecepatan udara. Alat Termo- Hygrometer bebas peletakkannya, sedangkan Anemometer diletak +30-50cm dari jendela kanan dan kiri (inlet dan outlet).
  • 50. Definisi Operasional 6. Pengukuran dilakukan selama 24 jam atau pada jam-jam dimana bangunan dihuni. Untuk masing-masing kasus yang diteliti direncanakan diukur selama 1(satu) minggu. 7. Pendataan tentang apa saja yang ada di dalam ruangan; jumlah penghuni, alat-alat elektronik dan aktivitas yang sering dilakukan. 8. Hasil pengukuran temperatur, kelembaban dan kecepatan udara diisikan pada masing-masing kolom tabel yang di sediakan pada tabel pengukuran 9. Dibuatkan grafik pengukuran antara lain; • Grafik Temperatur dalam seminggu • Grafik Kelembaban dalam seminggu • Grafik Kecamatan udara dalam seminggu
  • 51.
  • 52. IDENTIFIKASI KASUS (RUMAH) PENELITIAN TONGKONAN TO’KALA’ Alamat : Jln. Se’pon Kelurahan Bua Tallu Kecamatan Ke’te Ke’su Rantepao Toraja Utara. a. Kondisi Tongkonan • Berada pada ketingian 780 m/dpl • Luas denah 6.40 x 3.20 m • Atap menggunakan bahan seng • Lebar jendela 40 x 40 cm, pintu 70 x 1.30 cm b. Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan • Utara : + 20 m lumbung (Alang) • Selatan : 20 m vegetasi + KM/WC • Barat : 15 m rumah Bugis • Timur : ruang terbuka (rerumputan)
  • 53. Kondisi Lumbung (Alang) jumlah 5 Alang. Jarak antara Tongkonan dengan Lumbung (Alang) Jarak antara Ruang terbuka, Tongkonan disebelah timur dengan rumah Tongkonan Bugis
  • 54. TONGKONAN NE’GALA’ Alamat : Jln. Se’pon Kelurahan Bua Tallu Kecamatan Ke’te Ke’su Rantepao Toraja Utara. a. Kondisi Tongkonan • Berada pada ketingian 780 m/dpl • Luas denah 6.40 x 3.20 m • Atap menggunakan bahan seng • Lebar jendela 30 x 40 cm, pintu 70 x 1.30 cm b. Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan • Utara : + 20 m lumbung (Alang) • Selatan : 15 m jalan kampung • Barat : 2 m rumah Bugis • Timur : 15 m jalan kampung
  • 55. Lumbung (Alang) jumlah 1 Alang. Bahan penutup Kondisi rumah atap Tongkonan Bugis sangat dekat Ne’Gala’ dari seng. dengan Kondisi vegetasi di Tongkokanan sekitar Tongkonan bagus. Jln. Se’pon
  • 56. TONGKONAN GARAMPA’ Alamat : Jln. Poros Buntao’ Lembang Buntu La’bo Kecamatan Sanggalangi kota Rantepao Toraja Utara. a. Kondisi Tongkonan • Berada pada ketingian 800 m/dpl • Luas denah 8.25 x 400 m • Atap menggunakan bahan bambu • Lebar jendela 40 x 70 cm, pintu 70 x 1.20 cm b. Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan • Utara : + 20 m lumbung (Alang), jumlah 1 • Selatan : 10 m jalan kampung • Barat : 2 m rumah Bugis • Timur : open space
  • 57. Lumbung (Alang) jumlah 1 Alang. Bahan penutup atap Tongkonan Kondisi rumah Ne’Gala’ dari seng. Bugis sangat dekat Kondisi vegetasi di dengan tongkonan bagus. Tongkokanan
  • 58. TONGKONAN PO’PONG Alamat : Jln. Poros Buntao’ Lembang Buntu La’bo Kecamatan Sanggalangi kota Rantepao Toraja Utara. a. Kondisi Tongkonan • Berada pada ketingian 800 m/dpl • Luas denah 8.25 x 400 m • Atap menggunakan bahan bambu • Lebar jendela 40 x 70 cm, pintu 70 x 1.20 cm b. Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan • Utara : + 20 m lumbung (Alang), jumlah 4 • Selatan : 30 m jalan kampung • Barat : 2 m rumah Bugis • Timur : Jalan Poros Buntao’
  • 59. Lumbung (Alang) jumlah 4 Alang. Jln. Poros Buntao’ Tongkonan Po’pong berada sangat dekat dengan jalan Kondisi rumah poros Buntao’ Bugis sangat dekat dengan Tongkokanan
  • 60. TEMPERATUR/SUHU 33.0 Data Iklim Tongkonan To’Kala’ 32.5 32.0 Panas 31.5 31.0 30.5 30.0 29.5 Hangat 29.0 Nyaman 28.5 28.0 Pada grafik temperatur Tongkonan 27.5 27.0 To’Kala menunjukkan rata-rata 26.5 Nyaman 26.0 25.5 Optimal temperatur luar dan temperatur 25.0 24.5 dalam masih diambang nyaman. 24.0 23.5 23.0 Sejuk Nyaman Puncak dari temperatur antara pukul 22.5 22.0 12.00 – 16.00, pada pukul 14.00 21.5 Dingin 21.0 temperatur mendekati ke kondisi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 panas. dalam bangunan luar bangunan Kelembaban 100 90 Udara Pengap 80 70 Kurang Nyaman 60 50 Nyaman 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Dalam Bangunan Luar Bangunan
  • 61. Temperatur/Suhu 30.00 Data Iklim Tongkonan Ne’Gala’ 29.50 29.00 Hangat 28.50 Nyaman 28.00 27.50 27.00 26.50 Nyaman 26.00 Optimal Pada grafik temperatur Tongkonan 25.50 25.00 Ne’Gala’ menunjukkan rata-rata 24.50 24.00 temperatur luar dan temperatur dalam 23.50 23.00 Sejuk Nyaman masih diambang nyaman. Puncak dari 22.50 temperatur antara pukul 12.00 – 22.00 21.50 16.00, suhu tertinggi 29oC pada pukul 21.00 20.50 Dingin 14.00. 20.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Dalam Bangunan Luar Bangunan Kelembaban 100.0 90.0 Udara Pengap 80.0 70.0 Kurang Nyaman 60.0 50.0 Nyaman 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Dalam Bangunan Luar Bangunan
  • 62. Temperatur/Suhu 30.00 Data Iklim Tongkonan Garampa’ 29.50 Hangat Nyaman 29.00 28.50 28.00 27.50 27.00 26.50 26.00 25.50 Nyaman Optimal 25.00 Pada grafik temperatur Tongkonan 24.50 24.00 23.50 Garampa’ menunjukkan rata-rata 23.00 Sejuk Nyaman 22.50 temperatur luar nyaman dan temperatur 22.00 21.50 21.00 dalam pada posisi diambang bawah 20.50 20.00 nyaman 24oC. Puncak dari temperatur 19.50 Dingin 19.00 18.50 antara pukul 12.00 – 16.00, suhu tertinggi 18.00 27oC (diluar Tongkonan) pada pukul 15.00. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324 dalam bangunan luar bangunan Kelembaban 100 90 Udara Pengap 80 70 Kurang Nyaman 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Dalam Bangunan Luar Bangunan
  • 63. Temperatur/Suhu Data Iklim Tongkonan Po’pong 30.00 29.50 Hangat Nyaman 29.00 28.50 28.00 27.50 27.00 26.50 Nyaman Optimal 26.00 25.50 25.00 Pada grafik temperatur Tongkonan 24.50 24.00 23.50 Po’pong menunjukkan rata-rata temperatur Sejuk Nyaman 23.00 22.50 luar dan temperatur dalam pada posisi 22.00 21.50 21.00 nyaman. Puncak dari temperatur antara 20.50 20.00 pukul 12.00 – 16.00, suhu tertinggi 28oC 19.50 Dingin 19.00 18.50 (diluar Tongkonan) pada pukul 18.00 14.00, sementara didalam bangunan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25.5oC. dalam bangunan luar bangunan Kelembaban 100 90 Udara Pengap 80 70 60 Kurang Nyaman 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Dalam Bangunan Dalam Bangunan
  • 64. Data temperature/suhu rata-rata, minimum dan maksimum hasil pengukuran RATA-RATA MINIMUM MAXIMUM Tongkonan Dalam Luar Dalam Luar Dalam Luar bangunan bangunan bangunan bangunan bangunan bangunan To’Kala’ 26.21 25.9 22.2 22.23 31.2 30.97 Ne’Gala’ 24.3 24.05 20.6 20.12 28.8 28.16 Garampa’ 21.6 21.99 19.1 18.51 24.6 27.21 Po’pong 22.7 23.26 20.0 19.6 26.2 28.26 Data kelembaban rata-rata, minimum dan maksimum hasil pengukuran RATA-RATA MINIMUM MAXIMUM Tongkonan Dalam Luar Dalam Luar Dalam Luar bangunan bangunan bangunan bangunan bangunan bangunan To’Kala’ 71.8 75.59 54.5 60.2 84.5 86.20 Ne’Gala’ 76.6 80.75 57.4 59.23 89.7 93.51 Garampa 93.4 91.31 83.9 81.36 99.3 98.07 Po’pong 88.8 85.59 74 68.9 99 98.04
  • 65. Uji t pada Tongkonan Kondisi Tongkonan Uji t Tongkonan dan Vegetasi Tongkonan To’Kala’ TO + VK Uji t 1 : Tongkonan Po’pong O + VK Tongkonan To’Kala’ TO + VK Uji t 2 : Tongkonan Ne’Gala’ TO + VB Tongkonan Garampa’ O + VB Uji t 3 : Tongkonan Po’pong O + VK Tongkonan Garampa’ O + VB Uji t 4 : Tongkonan Ne’Gala’ TO + VB Keterangan : TO  Tidak Original VK  Vegetasi kurang O  Original VB  Vegetasi bagus
  • 66. Uji t temperatur antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Po’Pong Std. Srd. Error Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed) Deviation Difference To’Kala’ 26.2104 2.74729 .68300 5.170 46 .000 Po’pong 22.6792 1.91002 .68300 5.170 41.024 .000 Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan To’Kala’ dengan Tongkonan Po’Pong, untuk mengetahui perbedaan pengaruh material atap tongkonan (atap bambu dan seng) dengan kondisi vegetasi yang sama (vegetasi kurang). Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan To’Kala’ adalah 26.2oC sedangkan Tongkonan Po’pong 22.6C, dengan nilai kriteria pengujian |5.170| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
  • 67. Uji t kelembaban antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Po’pong Std. Srd. Error Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed) Deviation Difference To’Kala’ 71.7833 8.00650 2.19018 -7.783 46 .000 Po’Pong 88.8292 7.14292 2.19018 -7.783 45.414 .000 Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan To’Kala’ adalah 71.7% sedangkan Tongkonan Po’pong 88.8%, dengan nilai kriteria pengujian |7.783| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
  • 68. Uji t temperatur antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Ne’Gala' Std. Srd. Error Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed) Deviation Difference To’Kala’ 26.2104 2.74729 .73122 2.753 46 .008 Ne’Gala’ 24.1975 2.29885 .73122 2.753 44.613 .009 Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan To’Kala’ dengan Tongkonan Ne’Gala’, untuk mengetahui perbedaan pengaruh material atap tongkonan yang sama (atap seng) dengan kondisi vegetasi berbeda (vegetasi kurangdan vegetasi bagus). Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan To’Kala’ adalah 26.2oC sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 24.2oC, dengan nilai kriteria pengujian |2.753| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
  • 69. Uji t kelembaban antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Ne’Gala’ Std. Srd. Error Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed) Deviation Difference To’Kala’ 71.7833 8.00650 2.33162 -2.089 46 .042 Ne’Gala’ 76.6542 8.14686 2.33162 -2.089 45.986 .042 Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan To’Kala’ adalah 71.78% sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 76.65%, dengan nilai kriteria pengujian |2.089| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
  • 70. Uji t temperatur antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Po’Pong Std. Srd. Error Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed) Deviation Difference Garampa’ 21.5817 1.57228 .50499 -2.173 46 .035 Po’pong 22.6792 1.91002 .50499 -2.173 44.362 .035 Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan Garampa’ dengan Tongkonan Po’pong, untuk mengetahui perbedaan pengaruh material atap tongkonan yang sama (atap bambu) dengan kondisi vegetasi berbeda (vegetasi bagus dan vegetasi kurang). Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan Garampa’ adalah 21.58oC sedangkan Tongkonan Po’pong 22.62oC, dengan nilai kriteria pengujian |2.175| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
  • 71. Uji t kelembaban antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Po’pong Std. Srd. Error Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed) Deviation Difference Garampa’ 93.4750 2.92668 1.57568 2.948 46 .005 Po’pong 88.8292 7.14292 1.57568 2.948 30.511 .006 Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan Garampa’ adalah 93.47% sedangkan Tongkonan Po’pong 88.82%, dengan nilai kriteria pengujian |2.948| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
  • 72. Uji t temperatur antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Ne’gala’ Std. Srd. Error Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed) Deviation Difference Garampa’ 21.5817 1.57228 .56851 -4.601 46 .000 Ne’Gala’ 24.1975 2.29885 .56851 -4.601 40.655 .000 Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan Garampa’ dengan Tongkonan Ne’Gala’, untuk mengetahui perbedaan pengaruh material atap tongkonan yang berbeda (atap bambu dan atap seng) dengan kondisi vegetasi sama (vegetasi bagus). Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan Garampa’ adalah 21.58oC sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 24.19oC, dengan nilai kriteria pengujian |4.601| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
  • 73. Uji t kelembaban antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Ne’Gala’ Std. Srd. Error Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed) Deviation Difference Garampa’ 93.4750 2.92668 1.76702 9.519 46 .000 Ne’Gala’ 76.6542 8.14686 1.76702 9.519 28.839 .000 Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan Garampa’ adalah 93.47% sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 76.65%, dengan nilai kriteria pengujian |9.519| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
  • 74.
  • 75. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan antara lain : 1. Lingkungan sekitar Tongkonan mempengaruhi pengkondisian termal dalam ruang - Vegetasi Kondisi vegetasi yang dimaksud adalah jarak vegetasi , jenis vegetasi . - Banguna lain Bangunan lain(rumah Bugis) mempengaruhi temperatur dalam ruang Tongkonan, dikarenakan letaknya sangat dekat, kondisi atap lebih rendah dari Tongkonan oleh karena itu pada siang hari panas yang memantul dari atap rumah Bugis masuk ke Tongkonan.
  • 76. 2. Material atap Tongkonan mempengaruhi pengkondisian termal dalam ruang. Materi atap berpengaruh pada pengkondisian ruang dalam Tongkonan. Dari segi temperatur, material atap Tongkonan seng lebih panas dari pada atap bambu, tetapi dari segi kelembaban atap seng lebih nyaman, dikarenakan atap Tongkonan dari bambu tidak terawat banyak ditumbuhi tumbuhan liar, maka kondisi atap bambu selalu basah dan tidak maksimal menyerap panas untuk membuat atap bambu kering.
  • 77. Tongkonan To’Kala  26.2oC, RH 71.8% Nyaman Optimal • Tongkonan Ne’Gala  24.3oC, RH 76.6 % Kondisi Nyaman • Tongkonan Garampa  21.6oC, RH 93.4% Udara Pengap • Tongkonan Po’pong  22.7oC, RH 88.8% Udara Pengap Dari Kondisi temperatur dan kelembaban diatas dibandingan dengan standar Mom dan Wiesebrom yang dipakai, didapat bahwa : • Tongkonan Ne’Gala’ kondisinya cukup mendekati standar kenyamanan termal , sedangkan • Tongkonan Garampa’ kondisinya paling jauh dari standar kenyaman termal, kondisinya cukup dingin dan kelembaban tinggi.