Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal pada bangunan tradisional Toraja. Faktor-faktor tersebut meliputi orientasi bangunan, bahan material, konsep perancangan arsitektur tropis, dan variabel iklim tropis seperti temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin.
1. Muchlis Alahudin
P3200209007
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
2.
3. LATAR BELAKANG
• Rumah tradisional merupakan kekayaan
khasanah budaya Indonesia yang perlu
dilestarikan.
• Kenyamanan adalah bagian dari salah
satu sasaran karya Arsitektur.
• Kenyamanan bangunan erat
hubungannya dengan kondisi alam atau
lingkungan disekitarnya, bahan/material
dari bangunan dan upaya pengkondisian
atau pengaturan ruang dalam bangunan.
4. RUMUSAN MASALAH
• Faktor-faktor mempengaruhi kenyamanan
termal dari bangunan tradisional Toraja
TUJUAN PENELITIAN
• Mengetahui faktor-faktor kenyamanan
termal dari bangunan tradisional Toraja.
5. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Teoritis
• Sebagai referensi pengembangan ilmu
arsitektur khususnya arsitektur
tradisional Toraja.
Manfaat Praktis
• Sebagai masukan kepada pemerintah
kota Toraja dan praktisi dalam rangka
pelestarian arsitektur tradisional Toraja
sehingga menjadi tuan rumah
didaerahnya sendiri tanpa kehilangan
nilai-nilanya.
6. LINGKUP PENELITIAN
• Penelitian ini merupakan penelitian ilmu
arsitektur yang fokus kajian pada
kenyamanan termal bangunan
tradisional Toraja (Banua) ditinjau dari
temperatur, kelembaban dan kecepatan
angin.
7.
8. TINJAUAN PUSTAKA
• Tana Toraja
• Bahan/material dan Warna
• Konsep Perancangan Arsitektur Tropis
• Variabel iklim tropis yang mempengaruhi
termal dalam ruang
• Hubungan orientasi bangunan dalam
pengkodisian termal
• Hubungan bentuk arsitektur rumah
tinggal dengan kenyamanan termal
9. • Tana Toraja
• Topografi Tana Toraja
Luas Tanah Prosentase Temperatur Kelembaba
No Ketinggian (m)
(Ha) (%) Rata-rata n Udara
1. 18.425 150 – 500 5.80
2. 143.314 501 – 1000 44.70
15˚C - 28˚C 82 – 86 %
3. 118.330 1000 – 2000 36.90
4. 40.508 > 2000 12.60
Sumber : http://budayatoraja.tripod.com/letak_geografis.htm
10. • Pengertian Tongkonan
- Said (2004) berasal dari kata Tongkon yang
berarti "tempai duduk', mendapat akhiran 'an'
maka menjadi Tongkonan yang artinya tempat
duduk. Di dalam membuat Tongkonan perlu
dipikirkan seni spiritual menurut pandangan
hidup masyarakat Toraja yang dalam hat ini
disebut kepercayaan Aluk Todolo.
- Tandilinting (1975:32) bahwa Tongkonan
adalah Rumah Adat Keluarga Toraja yang
berasa dari kata Tongkonan (bhs. Toraja) yang
artinya duduk, berarti Tongkonan adalah
tempat duduk, yang tak lain duduk
mendengarkan perintah dan duduk mendengar
keterangan serta duduk menyelesaikan
persoalan-persoalan.
11. A. Tana Toraja
• Bagian-bagian Tongkonan
Pembagian alam raya berdasarkan kepercayaan
Aluk Todolo menjadi konsep dasar terwujudnya
bentukan rumah Tongkonan seperti terlihat
pada gambar dibawah.
12. • Bagian Kaki Tongkonan
Bagian berfungsi sebagai tempat
Mengurung binatang ternak
• Bagian Badan Tongkonan
Terdiri dari ruang-ruang yang
berjejer dari utara ke selatan
dan berbentuk persegi panjang.
Tangdo/Paluang, Sali dan Sumbung
• Bagian Atap Tongkonan
Atap Tongkonan merupakan
abstraksi dari bentuk ‘perahu’,
Atau bentuk atap sebagai gambaran
tanduk kerbau.
13. B. Bahan/material
Bangunan
• Bahan bangunan merupakan suatu unsur yang unik dan
menarik. Pada dasarnya bahan-bahan yang digunakan
adalah yang berada dalam alam sekitarnya :
• Perandangan (Pondasi dasar yang diletakkan bebas) dari
batu andesit hitam.
• Kolom/tiang(a’riri) dari kayu urug dan nangka
• Ring pengikat kolom(Pa’tolo A’riri) dari kayu Buanging
• Balok lantai/dinding, rangka dinding dari kayu urug (pada
umumnya)
• Struktur/konstruksi atap dari kayu urug/buanging
• Penutup atap dari bambu, ijuk dan kayu pakis (kayu Pune)
• Bahan pengikat pada umumnya rotan/ijuk
• Bahan cat dari tanah, arang yang dicampur dengan
alkohol atau cuka dan sebagai bahan gosok untuk
mengkilapkannya dipakai getah kayu Cendana.
Sumber : KKL Arsitektur Toraja 1979 Univesitas Hasanuddin
14. A’riri
Pattolo
Gambar Kolong
Parandangan (Suluk Banua)
Gambar Konstruksi dinding
(Kale Banua)
15. Gambar Konstruksi Atap
Warna
Warna-warna yang pada rumah Tongkonan antara lain :
• Merah(kasumba mararang) melambangkan darah, Kuning
(kasumba mariri) lambang kemuliaan, Putih(kasumba mabusa)
lambang dari daging dan tulang manusia, Hitam(kasumba
malotong) melambangkan kematian.
Gambar penerapan warna pada rumah Tongkonan
16. C. Konsep Perancangan Arsitektur Tropis
• Pengertian Arsitektur Tropis
- Istilah Tropis berasal dari bahasa Yunani Kuno
yaitu dari kata "Tropikos" berarti garis balik.
Daerah beriklim tropis terletak diantara garis
Lintang Utara 23°271 (garis balik Cancer) dan
garis balik Lintang Selatan 23°27 (garis balik
Capricon). Daerah tropis adalah daerah yang
terletak antara garis isoterm 20° disebelah
bumi utara dan selatan (Lippsmeier, 1994).
- Ciri-ciri iklim tropis lembab adalah perbedaan
temperatur pada siang dan malam hari sangat
kecil, temperatur selalu tinggi, angin sedikit
dan radiasi matahari sedang sampai tinggi.
17. D. Variabel Iklim Tropis yang Mempengaruhi
Pengkodisian Thermal Dalam Ruang
- Faktor-faktor yang mendukung kenyamanan
thermal sebagaimana dikemukakan oleh
Hardiman (1996), seperti pada tabel dibawah
ini:
FAKTOR FAKTOR FAKTOR FISIK
FISIOLOGI PERANTARA
Makanan Pakaian Temperatur Udara
Ras Bangsa Aktivitas Temperatur
Dinding
Jenis Kelamin Penyesuaian Kelembaban
Kondisi Tubuh Jumlah Penghuni Gerakan Udara
Situasi Psiko Faktor Komposisi Udara
Lingkungan Listrik Udara
Pengaruh Akustik
Pengaruh Mata
18. Variabel iklim yang dapat mempengaruhi kondisi thermal baik
dari Szokolay (1980), Lippsmeier (1994), maupun Rapoport
(1969) yaitu :
1. Temperatur Udara (Air Temperature)
2. Kelembaban Udara (Humidity)
3. Pergerakan Udara (Air Movement)
1. Temperatur Udara (Air Temperature)
• Szokolay (1994) dan Koenisberger (1973): kombinasi dari
pergerakan udara dengan kecepatan 4,57m – 7,63m
/merit, suhu udara 20,4°C dan kelembaban 70%
kelembaban 20% dari kecepatan pergerakan udara sama.
Kombinasi temperatur udara, kelembaban, dan kecepatan
angin yang membentuk temperatur nyaman pada saat
tersebut dikatakan sebagai temperatur efektif
• Mom dan Wiesebrom adalah sejuk nyaman suhu antara
20,5°C sampai dengan 22,8°C (TE), nyaman optimal suhu
antara 22,8°C sampai dengan 25,8°C (TE) dan hangat
nyaman suhu antara 25,8°C sampai dengan 27,1°C (TE).
19. 2. Kelembaban Udara
- Kelembaban udara yang nikmat untuk tubuh
berkisar 40-70%. Padahal ditempat-tempat seperti
di tepi pantai, berkisar 80% - 98%. Jika
kelembaban udara sudah jenuh, maka tubuh kita
tidak bisa menguapkan keringat lagi
(Mangunwijaya, 1994).
Diagram 4. Diagram Psikometrik
(Sumber : Lippsmeier, 1994)
20. 3. Pergerakan Udara
- Pergerakan udara terjadi disebabkan oleh pemanasan lapisan-
lapisan yang berbeda-beda. Bangunan di daratan harus
memperhatikan sifat angin yang kadang-kadang kencang dan hal ini
perlu dihindari. Jadi kecuali mempelajari cepat dan lambatnya
gerakan angin di suatu daerah, maka perlu juga diketahui arah angin
setempat.
Tingkat Kecepatan Angin di permukaan bumi
dan tempat ketinggian (Sumber : S.V.
Szokolay, 1990)
21. Gambar Gerakan Udara antara
barisan rumah yang rapat dan
sejajar. (Sumber :
Lippsmeier, 1994)
Untuk daerah panas-lembab, pola
penataan bangunan teratur dalam
bentuk grid dengan pola jalan yang
saling memotong tegak lurus dan
bangunan seperti itu akan
menambah hembusan angin yang
dapat dimanfaatkan untuk ventilasi
di dalam bangunan dan
diharapkan menjadi lancar. Gambar Disain pola bangunan yang
menghambat pergerakan Angin untuk
daerah beriklim cold-dry dan hot-dry
(Sumber : Gideon S. Golany, 1995)
22. Sedangkan pola penataan bangunan yang mengakibatkan
blocking pergerakan udara karena adanya bidang penghambat.
Kurang sesuai untuk panas-lembab dan lebih sesuai untuk daerah
beriklim cold-dry dan hot-dry, karena pola tersebut
dipertimbangkan untuk menghambat pengaruh hembusan angin
dingin maupun angin yang membawa debu, khususnya dimalam
hari (Gideon S. Golany, 1995).
Gambar Disain pola bangunan
yang menghambat pergerakan
Angin untuk daerah beriklim cold-
dry dan hot-dry (Sumber : Gideon
S. Golany, 1995)
23. E. Hubungan Orientasi Bangunan dalam
Pengkondisian Thermal
1. Orientasi
Tiga faktor utama yang sangat menentukan bagi perletakan
bangunan (orientasi) yang tepat adalah :
• Radiasi matahari dan tindakan perlindungan.
• Arah dan kekuatan angin
• Topografi
2. Lokasi dan Sistem Tatanan Lingkungan
• Lokasi
• Kepadatan Bangunan
• Geometri Tatanan
24. • Radiasi matahari dan tindakan perlindungan.
Sudut jatuh cahaya matahari juga penting; semakin curam, semakin
besar penerimaan energi panas. Dan sini dapat disimpulkan bahwa
fasade selatan dan utara menerima lebih sedikit panas dibandingkan
dengan fasade barat dan timur. Bila di depan fasade timur dan barat
terdapat bidang relektif yang luas, orientasi ini lebih merugikan
lagi, karena kesilauan yang diakibatkan oleh matahari rendah tidak
dapat diterima.
• Arah dan kekuatan angin
Ventilasi silang merupakan faktor yang sangat penting bagi
kenyamanan ruangan, karena itu untuk daerah tropika-
basah, posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin
utama lebih penting dibandingkan dengan perlindungan
terhadap radiasi matahari.
• Topografi
Pemanasan tanah dan intensitas pemantulan dapat dikurangi
dengan pemilihan lokasi yang sudut miringnya sekecil mungkin
terhadap cahaya matahari. Tetapi pengubahan topograti yang
ada, bila mungkin, akan memakan biaya besar, sehingga
perbaikan iklim ini hanya dapat dilakukan pada pemilihan lokasi
25. • Lokasi
Lippsmeier (1994) menyatakan bahwa bidang daratan menjadi panas
dua kali lebih cepat dari pada bidang air dengan luas yang sama.
Bidang air kehilangan sebagian energi panasnya karena
penguapan, temperatur udara sebagian besar ditentukan oleh sentuhan
udara dengan permukaan tanah, maka temperatur yang tinggi selalu
berhubungan dengan kelembaban udara yang rendah, dan temperatur
yang sedang dengan kelembaban yang tinggi.
• Kepadatan bangunan
Kepadatan bangunan adalah jarak antara bangunan disuatu
area yang akan membentuk temperatur lingkungan. Area
dengan kepadatan tinggi secara umum akan memiliki
temperatur lebih tinggi dari pada area yang kurang padat.
Meskipun hal ini juga harus memperhatikan kondisi lainnya
seperti. Kecepatan angin, jenis dan kerapatan
vegetasi, ketinggian dan laut serta posisinya terhadap garis edar
matahari.
• Geometri tatanan
Bentuk dan keteraturan tatanan lingkungan akan banyak
berpengaruh pada kecepatan angin. Dengan semakin banyak
belokan-belokan maka kecepatan ini dapat dipertimbangkan
26. F. Hubungan Bentuk Arsitektur Rumah Tinggal
dengan Kenyamanan Thermal
Rumah tinggal (bangunan) beserta elemen-elemen
pembentuknya dan tatanan lingkungannya, memberikan
sumbangan terhadap kenyamanan didalam bangunan, dan akan
diuraikan sebagai berikut :
• Faktor Bentuk dan Elemen Bangunan
• Bentuk dan Denah
• Bukaan
• Atap dan binding
• Overstek / Pelindung
• Pergerakan Udara Alami dalam Bangunan
28. G. Kriteria Perancangan Kenyamanan Thermal
Bangunan
Proses perancangan yang dapat mempengaruhi iklim interior
menurut Lippsmeier (1994) adalah :
• Orientasi Bangunan
• Ventilasi Silang
• Pelindung Matahari
• Pelembaban Udara (tindakan pengurangan)
• Pengisolasian Panas
• Vegetasi
Pada perancangan thermal terdapat tiga aspek utama yang
menjadi inti permasalahan yaitu :
• Ikim (aspek panas dan terang matahari, aspek keberadaan dan
kecepatan angin dan aspek curah hujan)
• Kondisi dalam Ruang, yang sesuai untuk aktivitas pemakai
• Bangunan, yang berlaku sebagai filter sekaligus modifier
29. H. Pola Berpikir Penelitian
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kenyamanan Thermal Pada Bangunan
Hunian Tradisional Toraja
Aspek Klimatologis Aspek Arsitektur
- Cahaya Matahari Kondisi Lingkungan Bahan Bangunan :
- Temperatur Udara sekitar - Asli
- Kelembaban Udara - Tapak/Topografi - Tidak asli
- Angin - Vegetasi
- Curah hujan
Metode Pengumpulan Data
Wawancara & Pengamatan Pengukuran
- Temperatur udara - Di luar
- Keaslian material
- Kelembaban udara bangunan
- Vegetasi di sekitar
- Di dalam
bangunan - Pergerakan udara
bangunan
- Bangunan lain
Analisis
Analisis Kuantitatif Kesimpulan dan Saran
30.
31. A. Rancangan Penelitian
• Tahap Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari survei : Data fisik (temperatur
udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dimensi
ruang, dimensi bukaan, orientasi bangungan, pola tatanan
lingkungan).
Data Non-fisik merupakan data sekunder yaitu data dari Badan
Meteorologi dan Geofisika Wilayah Kabupaten Toraja.
• Tahap Kompilasi dan Interpretasi Data
Hasil pengukuran yang berupa data pengkondisian
dikomparasikan dengan teori standar kenyamanan
thermal, baik berdasarkan diagram Olgyay maupun
berdasarkan standar kenyamanan dari penelitian Mom dan
Wiesebrom (1940), untuk mendapatkan suatu temuan indeks
kondisi termal rumah sampel.
• Analisis Data
Data fisik bangunan dianalisis secara kualitatif guna
mengetahui pengaruhnya terhadap kondisi termal dalam ruang.
Hasil pengukuran dari kombinasi temperatur, kelembaban dan
pengaruh angin, diperoleh suatu temuan indeks kenyamanan
32. B. LOKASI PENELITIAN
Rencana lokasi penelitian dilaksanakan di Rantepao kabupaten
Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan
Penelitian dilakukan pada
dua tempat yaitu :
• Kecamatan Sanggalangi
• Kecamatan Kete’ Kesu’
Toraja Utara
35. C. Penentuan Kasus
Yang menjadi kasus penelitian adalah beberapa
rumah Tongkonan yang berada pada daerah
Kabupaten Toraja Utara. Hunian Tongkonan terdiri
dari 4 kasus.
No Keterangan Jumlah
1. Tongkonan asli dengan vegetasi bagus 1
2. Tongkonan asli dengan vegetasi kurang 1
3. Tongkonan tidak asli dengan vegetasi bagus 1
4. Tongkonan tidak asli dengan vegetasi kurang 1
Jumlah 4
36. D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Metode Penelitian
Metode Observasi dilakukan dengan pengamatan,
pencatatan dan pengukuran secara sistematis gejala
atau fenomena yang diteliti (Marzuki, 1997). Metode
observasi yang digunakan dalam pengumpulan data
ini menggunakan teknik : pengukuran, pengamatan
dan pencatatan, dan juga cara perhitungan. Metode
Interview (wawancara) digunakan untuk mengetahui
kondisi rumah tinggal Tongkonan, siapa pemilik serta
elemen-elemen arsitekturnya.
2. Instrumen Penelitian
- Penentuan Daerah Pengukuran
- Perekaman dan Pemotretan
- Wawancara (Interview)
- Alat Perekam dan Pengukur
37. ALAT PEREKAM DAN PENGUKUR
• Perangkat instrumen
Peralatan penunjang dalam pengumpulan data
dibutuhkan antara lain : Kamera Digital, papan
pengalas, alat tulis dan perlengkapan gambar, alat
pengukur termal (Termo -Hyrgometer, Anemometer
dan Altimeter )
Termo -Hyrgometer
Altimeter Kompas Anemometer
38. - Penentuan Daerah Pengukuran
Penentuan daerah
pengukuran pada tiap rumah
sampel dibagi atas 2 (dua)
yaitu : ruang luar dan ruang
dalam.
Ruang luar yang dimaksud
adalah ruang luar disekitar
Tongkonan tersinari matahari
kurang lebih 30cm–50cm dari
Tongkonan. Sedangkan
pengukuran untuk direncanakan
dengan ketinggian yang sesuai
dengan bukaan (jendela) rumah
Tongkonan
39. Rencana peletakan alat ukur di dalam rumah Tongkonan
Ruang dalam, pengukuran dilakukan pada semua ruang (Tangdo, Sali
dan Sumbung). Pengukuran setiap rumah sampel dan tabel pengukuran
yang memuat : daerah titik ukur, waktu pengukuran, temperatur
udara, kelembaban dan kecepatan angin yang terjadi. Untuk di dalam
ruang, diukur dengan titik ketinggian orang posisi berdiri (+ 1.60 m) dan
posisi duduk (+ 60 m) serta di lantai.
40. Tangdo Sali Sumbung
Peletakkan Alat Ukur pada ruang dalam Tongkonan
Pengukuran posisi berdiri
Ketinggian + 1.60 cm
Pengukuran posisi duduk
Ketinggian + 60 cm
Pengukuran dilantai
41. 3. Tahap Kerja Lapangan
Peneliti melakukan pengukuran sebanyak 24 kali
untuk masing-masing daerah ukur, yaitu untuk ruang
luar dari jam 1.00, 2.00, 3.00, 4.00, 5.00, 6.00, 7.00,
8.00, 9.00, 10.00, 11.00, 12.00,13.00, 14.00, 15.00,
16.00, 17.00, 18.00 19.00, 20.00, 21.00, 22.00,
23.00, 24.00 ruang dalam sama dengan jam
pengukuran ruang luar, dalam tahapan ini peneliti
dilengkapi dengan tabel pengukuruan
4. Kompilasi data dan Interpretasi Data
Observasi yang dilakukan menghasilkan data primer
yang terdiri dari data primer pengukuran,
pengamatan dan pencatatan. Semua data
dikumpulkan dan disusun sesuai dengan urutannya.
Data tersebut kemudian dipelajari, termasuk
mengkoreksi ketepatan dan kebenaran pengukuran
dan pencatatan.
42. E. Analisis Data
- Analisis Kualitatif, menganalisis bahan
bangunan dan lingkungan sekitar Tongkonan
(diwakili 2 lokasi dan kondisi berbeda) beserta
elemen-elemen pembentuknya untuk mengetahui
pengaruh terhadap kondisi termal dalam ruang.
- Analisis Kuantitatif, hasil pengukuran berupa
data kuantitatif baik pengukuran didalam maupun
diluar diperbandingkan dengan standart
kenyaman termal kemudian melakukan analisis
kuantitatif. Diagram yang digunakan; diagram
Psikometric, Temperature Effective dan standar
kenyamanan dari hasil penelitian terdahulu; Mom
dan Wiesebrom
43. • Santoso, 1984, dan penelitian Mom dan Wiesebrom (1940) yang
pernah dilakukan di Indonesia, standart kenyamanan hasil penelitian
Santoso (1984) yaitu :
Temperatur udara : 23-34,4oC
Kelembaban relatif : 45-95 %
Radiasi matahari : 1020 W/m2
Kecepatan angin : 0-4,3 m/d
Kenyamanan thermal : 25,4-28,9oC
• Standart kenyamanan hasil penelitian Mom dan Wiesebrom (1940)
dengan kecepatan udara sekitar 0,1 m/s – 0,2 m/s yaitu :
- Ambang bawah untuk Kondisi Sejuk adalah temperature 23oC, RH =
50% atau temperature efektif 20,5oC
- Ambang bawah untuk Kondisi Nyaman optimal adalah 24oC, RH =
80% atau temperature efektif 22.8oC yang juga digunakan ambang
atas untuk kondisi sejuk nyaman.
- Ambang atas untuk Kondisi Nyaman Optimal adalah pada 28oC, RH
= 70% atau temperature efektif 25.8oC yang juga merupakan ambang
bawah untuk kondisi hangat.
- Ambang atas untuk Kondisi Hangat adalah pada 31oC, RH = 60%
atau temperature efektif 27.1oC
44. Analisis Formulasi
• Pergantian udara didalam bangunan dengan menghitung luas
lubang bukaan dan sistem ventilasi kearah digunakan formula
Terry S. Boater, (1987):
Q = A x V x Cf x CV
Keterangan :
Q : Pergantian udara yang dibutuhkan (m3/sekon)
A : Luas lubang inlet (m)
V : Kecepatan Angin (m/sekon)
Cf : Faktor Koefisien (besarnya 60)
Cv : Efektifitas bukaan (besarnya 0,5-0,6 untuk angin yang
tegak lurus lubang, atau 0,25-0,35 untuk angin dengan
arah miring terhadap lubang) nilai ini dikali dengan
konstanta efektifitas bukaan dari perbandingan inlet dan
outlet. Sebagai berikut :
45. Tabel Perbandingan inlet : outlet (rasio) dan
nilai konstanta efektifitas bukaan
Inlet = Outlet Nilai Eff. Nilai Eff.
Inlet = Outlet
Outlet Bukaan Bukaan
1 :1 1,00 1:5 1,40
1 :2 1,27 2 :1 0,63
1:3 1,35 4 :1 0,35
1:4 1,38 4 :3 0,86
Sumber : Terry S. Boutet, 1987
46. • Mengetahui pengurangan panas didalam
bangunan dapat digunakan dari Terry S.
Boutet, (1987): Q = D x Cp Qa x (To-Ti)
Keterangan :
Q : Laju pengurangan panas (w)
D : Massa jenis udara kg/m3 (0.0013 kg/m3)
Cp : Panas jenis udara, konstanta (1004,65 J/kgok)
Qa : Jumlah aliran udara m2/detik
To : Temperatur udara luar (oC)
Ti : Temperatur udara dalam (oC)
Analisis kebutuhan pergerakan udara yang dapat digunakan untuk
memenuhi kenyamanan thermal dapat dihitung berdasarkan
rumus yang dikemukakan Macfarlane yaitu :
Av = 0.15 [DBT-27.2 + (RH-60/10) x 0,56]
Penggunaan rumus ini tidak berlaku untuk DBT < 27.2° C dengan
kondisi RH < 60%
47. H. Definisi Operasional
1. Faktor-faktor kenyaman termal
a. Aspek Klimatologis; Temperatur Udara, Kelembaban Udara
dan Kecepatan angin.
b. Aspek Arsitektur; Kondisi Lingkungan sekitar (Topografi dan
Vegetasi), bahan atap bangunan (atap alami dan pabrikasi)
2. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang dapat
mengukur secara otomatis dan berkala.
Alat-alat ukur yang digunakan untuk mengetahui :
- Suhu udara, T(Temperatur), ˚C
- Kelembaban Udara, RH(Relative Humidity), %
- Kecepatan Angin, V(Velocity), m/dtk
48. Definisi Operasional
3. Identifikasi lingkungan sekitar Tongkonan
• Ketinggian
• Jenis vegetasi
• Jarak vegetasi dengan bangunan
• Keberadaan bangunan lain
4. Identifikasi bahan bangunan, difokuskan pada bagian
atap
• Bahan asli (bambu)
• Bahan tidak asli (seng)
49. Definisi Operasional
5. Titik ukur adalah letak pengukuran yang akan dilakukan,
rencana letak pengukuran:
• Dalam bangunan, diukur pada depan (Tangdo), tengah
(Sali), belakang (Sumbung). Alat ukur yang dipakai
antara lain Thermo-Hygrometer dan Anemometer.
Thermo-Hygrometer diletakkan ketinggian 1 m pada
Tangdo dan Sumbung, pada Sali diletakkan di lantai,
ketinggian 60cm dan 160.
• Luar bangunan, selain mengukur temperatur dan
kelembaban juga diukur kecepatan udara. Alat Termo-
Hygrometer bebas peletakkannya, sedangkan
Anemometer diletak +30-50cm dari jendela kanan dan
kiri (inlet dan outlet).
50. Definisi Operasional
6. Pengukuran dilakukan selama 24 jam atau pada jam-jam
dimana bangunan dihuni. Untuk masing-masing kasus
yang diteliti direncanakan diukur selama 1(satu) minggu.
7. Pendataan tentang apa saja yang ada di dalam ruangan;
jumlah penghuni, alat-alat elektronik dan aktivitas yang
sering dilakukan.
8. Hasil pengukuran temperatur, kelembaban dan kecepatan
udara diisikan pada masing-masing kolom tabel yang di
sediakan pada tabel pengukuran
9. Dibuatkan grafik pengukuran antara lain;
• Grafik Temperatur dalam seminggu
• Grafik Kelembaban dalam seminggu
• Grafik Kecamatan udara dalam seminggu
51.
52. IDENTIFIKASI KASUS (RUMAH) PENELITIAN
TONGKONAN TO’KALA’
Alamat : Jln. Se’pon Kelurahan Bua Tallu Kecamatan Ke’te
Ke’su Rantepao Toraja Utara.
a. Kondisi Tongkonan
• Berada pada ketingian 780 m/dpl
• Luas denah 6.40 x 3.20 m
• Atap menggunakan bahan seng
• Lebar jendela 40 x 40 cm, pintu 70 x 1.30 cm
b. Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan
• Utara : + 20 m lumbung (Alang)
• Selatan : 20 m vegetasi + KM/WC
• Barat : 15 m rumah Bugis
• Timur : ruang terbuka (rerumputan)
53. Kondisi
Lumbung
(Alang) jumlah
5 Alang.
Jarak antara
Tongkonan dengan
Lumbung (Alang)
Jarak antara Ruang terbuka,
Tongkonan disebelah timur
dengan rumah Tongkonan
Bugis
54. TONGKONAN NE’GALA’
Alamat : Jln. Se’pon Kelurahan Bua Tallu Kecamatan Ke’te
Ke’su Rantepao Toraja Utara.
a. Kondisi Tongkonan
• Berada pada ketingian 780 m/dpl
• Luas denah 6.40 x 3.20 m
• Atap menggunakan bahan seng
• Lebar jendela 30 x 40 cm, pintu 70 x 1.30 cm
b. Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan
• Utara : + 20 m lumbung (Alang)
• Selatan : 15 m jalan kampung
• Barat : 2 m rumah Bugis
• Timur : 15 m jalan kampung
55. Lumbung
(Alang) jumlah
1 Alang.
Bahan penutup Kondisi rumah
atap Tongkonan Bugis sangat dekat
Ne’Gala’ dari seng. dengan
Kondisi vegetasi di Tongkokanan
sekitar Tongkonan
bagus.
Jln. Se’pon
56. TONGKONAN GARAMPA’
Alamat : Jln. Poros Buntao’ Lembang Buntu La’bo
Kecamatan Sanggalangi kota Rantepao Toraja Utara.
a. Kondisi Tongkonan
• Berada pada ketingian 800 m/dpl
• Luas denah 8.25 x 400 m
• Atap menggunakan bahan bambu
• Lebar jendela 40 x 70 cm, pintu 70 x 1.20 cm
b. Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan
• Utara : + 20 m lumbung (Alang), jumlah 1
• Selatan : 10 m jalan kampung
• Barat : 2 m rumah Bugis
• Timur : open space
57. Lumbung
(Alang) jumlah
1 Alang.
Bahan penutup
atap Tongkonan Kondisi rumah
Ne’Gala’ dari seng. Bugis sangat dekat
Kondisi vegetasi di dengan
tongkonan bagus. Tongkokanan
58. TONGKONAN PO’PONG
Alamat : Jln. Poros Buntao’ Lembang Buntu La’bo
Kecamatan Sanggalangi kota Rantepao Toraja Utara.
a. Kondisi Tongkonan
• Berada pada ketingian 800 m/dpl
• Luas denah 8.25 x 400 m
• Atap menggunakan bahan bambu
• Lebar jendela 40 x 70 cm, pintu 70 x 1.20 cm
b. Jarak dan Kondisi sekitar Tongkonan
• Utara : + 20 m lumbung (Alang), jumlah 4
• Selatan : 30 m jalan kampung
• Barat : 2 m rumah Bugis
• Timur : Jalan Poros Buntao’
59. Lumbung
(Alang) jumlah
4 Alang.
Jln. Poros Buntao’
Tongkonan Po’pong
berada sangat
dekat dengan jalan Kondisi rumah
poros Buntao’ Bugis sangat dekat
dengan
Tongkokanan
60. TEMPERATUR/SUHU
33.0 Data Iklim Tongkonan To’Kala’
32.5
32.0 Panas
31.5
31.0
30.5
30.0
29.5 Hangat
29.0 Nyaman
28.5
28.0 Pada grafik temperatur Tongkonan
27.5
27.0 To’Kala menunjukkan rata-rata
26.5 Nyaman
26.0
25.5 Optimal temperatur luar dan temperatur
25.0
24.5 dalam masih diambang nyaman.
24.0
23.5
23.0 Sejuk Nyaman Puncak dari temperatur antara pukul
22.5
22.0 12.00 – 16.00, pada pukul 14.00
21.5 Dingin
21.0 temperatur mendekati ke kondisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
panas.
dalam bangunan luar bangunan
Kelembaban
100
90 Udara Pengap
80
70 Kurang Nyaman
60
50 Nyaman
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dalam Bangunan Luar Bangunan
61. Temperatur/Suhu
30.00 Data Iklim Tongkonan Ne’Gala’
29.50
29.00 Hangat
28.50 Nyaman
28.00
27.50
27.00
26.50 Nyaman
26.00 Optimal
Pada grafik temperatur Tongkonan
25.50
25.00 Ne’Gala’ menunjukkan rata-rata
24.50
24.00
temperatur luar dan temperatur dalam
23.50
23.00 Sejuk Nyaman masih diambang nyaman. Puncak dari
22.50 temperatur antara pukul 12.00 –
22.00
21.50 16.00, suhu tertinggi 29oC pada pukul
21.00
20.50 Dingin 14.00.
20.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dalam Bangunan Luar Bangunan
Kelembaban
100.0
90.0 Udara Pengap
80.0
70.0 Kurang Nyaman
60.0
50.0 Nyaman
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dalam Bangunan Luar Bangunan
62. Temperatur/Suhu
30.00 Data Iklim Tongkonan Garampa’
29.50 Hangat Nyaman
29.00
28.50
28.00
27.50
27.00
26.50
26.00
25.50 Nyaman Optimal
25.00 Pada grafik temperatur Tongkonan
24.50
24.00
23.50
Garampa’ menunjukkan rata-rata
23.00 Sejuk Nyaman
22.50 temperatur luar nyaman dan temperatur
22.00
21.50
21.00
dalam pada posisi diambang bawah
20.50
20.00 nyaman 24oC. Puncak dari temperatur
19.50 Dingin
19.00
18.50
antara pukul 12.00 – 16.00, suhu tertinggi
18.00 27oC (diluar Tongkonan) pada pukul 15.00.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324
dalam bangunan luar bangunan
Kelembaban
100
90 Udara Pengap
80
70 Kurang Nyaman
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dalam Bangunan Luar Bangunan
63. Temperatur/Suhu Data Iklim Tongkonan Po’pong
30.00
29.50 Hangat Nyaman
29.00
28.50
28.00
27.50
27.00
26.50 Nyaman Optimal
26.00
25.50
25.00 Pada grafik temperatur Tongkonan
24.50
24.00
23.50
Po’pong menunjukkan rata-rata temperatur
Sejuk Nyaman
23.00
22.50 luar dan temperatur dalam pada posisi
22.00
21.50
21.00
nyaman. Puncak dari temperatur antara
20.50
20.00 pukul 12.00 – 16.00, suhu tertinggi 28oC
19.50 Dingin
19.00
18.50
(diluar Tongkonan) pada pukul
18.00 14.00, sementara didalam bangunan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
25.5oC.
dalam bangunan luar bangunan
Kelembaban
100
90 Udara Pengap
80
70
60
Kurang Nyaman
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dalam Bangunan Dalam Bangunan
64. Data temperature/suhu rata-rata, minimum dan
maksimum hasil pengukuran
RATA-RATA MINIMUM MAXIMUM
Tongkonan Dalam Luar Dalam Luar Dalam Luar
bangunan bangunan bangunan bangunan bangunan bangunan
To’Kala’ 26.21 25.9 22.2 22.23 31.2 30.97
Ne’Gala’ 24.3 24.05 20.6 20.12 28.8 28.16
Garampa’ 21.6 21.99 19.1 18.51 24.6 27.21
Po’pong 22.7 23.26 20.0 19.6 26.2 28.26
Data kelembaban rata-rata, minimum dan maksimum hasil pengukuran
RATA-RATA MINIMUM MAXIMUM
Tongkonan Dalam Luar Dalam Luar Dalam Luar
bangunan bangunan bangunan bangunan bangunan bangunan
To’Kala’ 71.8 75.59 54.5 60.2 84.5 86.20
Ne’Gala’ 76.6 80.75 57.4 59.23 89.7 93.51
Garampa 93.4 91.31 83.9 81.36 99.3 98.07
Po’pong 88.8 85.59 74 68.9 99 98.04
65. Uji t pada Tongkonan
Kondisi Tongkonan
Uji t Tongkonan
dan Vegetasi
Tongkonan To’Kala’ TO + VK
Uji t 1 :
Tongkonan Po’pong O + VK
Tongkonan To’Kala’ TO + VK
Uji t 2 :
Tongkonan Ne’Gala’ TO + VB
Tongkonan Garampa’ O + VB
Uji t 3 :
Tongkonan Po’pong O + VK
Tongkonan Garampa’ O + VB
Uji t 4 :
Tongkonan Ne’Gala’ TO + VB
Keterangan : TO Tidak Original
VK Vegetasi kurang
O Original
VB Vegetasi bagus
66. Uji t temperatur antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Po’Pong
Std. Srd. Error
Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed)
Deviation Difference
To’Kala’ 26.2104 2.74729 .68300 5.170 46 .000
Po’pong 22.6792 1.91002 .68300 5.170 41.024 .000
Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan
To’Kala’ dengan Tongkonan Po’Pong, untuk mengetahui perbedaan
pengaruh material atap tongkonan (atap bambu dan seng) dengan
kondisi vegetasi yang sama (vegetasi kurang).
Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan To’Kala’
adalah 26.2oC sedangkan Tongkonan Po’pong 22.6C, dengan nilai
kriteria pengujian |5.170| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
67. Uji t kelembaban antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Po’pong
Std. Srd. Error
Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed)
Deviation Difference
To’Kala’ 71.7833 8.00650 2.19018 -7.783 46 .000
Po’Pong 88.8292 7.14292 2.19018 -7.783 45.414 .000
Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan To’Kala’
adalah 71.7% sedangkan Tongkonan Po’pong 88.8%, dengan nilai
kriteria pengujian |7.783| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
68. Uji t temperatur antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Ne’Gala'
Std. Srd. Error
Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed)
Deviation Difference
To’Kala’ 26.2104 2.74729 .73122 2.753 46 .008
Ne’Gala’ 24.1975 2.29885 .73122 2.753 44.613 .009
Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan
To’Kala’ dengan Tongkonan Ne’Gala’, untuk mengetahui perbedaan
pengaruh material atap tongkonan yang sama (atap seng) dengan
kondisi vegetasi berbeda (vegetasi kurangdan vegetasi bagus).
Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan To’Kala’
adalah 26.2oC sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 24.2oC, dengan nilai
kriteria pengujian |2.753| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
69. Uji t kelembaban antara Tongkonan To’Kala’ - Tongkonan Ne’Gala’
Std. Srd. Error
Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed)
Deviation Difference
To’Kala’ 71.7833 8.00650 2.33162 -2.089 46 .042
Ne’Gala’ 76.6542 8.14686 2.33162 -2.089 45.986 .042
Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan To’Kala’
adalah 71.78% sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 76.65%, dengan nilai
kriteria pengujian |2.089| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
70. Uji t temperatur antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Po’Pong
Std. Srd. Error
Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed)
Deviation Difference
Garampa’ 21.5817 1.57228 .50499 -2.173 46 .035
Po’pong 22.6792 1.91002 .50499 -2.173 44.362 .035
Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan
Garampa’ dengan Tongkonan Po’pong, untuk mengetahui perbedaan
pengaruh material atap tongkonan yang sama (atap bambu) dengan
kondisi vegetasi berbeda (vegetasi bagus dan vegetasi kurang).
Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan Garampa’
adalah 21.58oC sedangkan Tongkonan Po’pong 22.62oC, dengan nilai
kriteria pengujian |2.175| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
71. Uji t kelembaban antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Po’pong
Std. Srd. Error
Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed)
Deviation Difference
Garampa’ 93.4750 2.92668 1.57568 2.948 46 .005
Po’pong 88.8292 7.14292 1.57568 2.948 30.511 .006
Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan Garampa’
adalah 93.47% sedangkan Tongkonan Po’pong 88.82%, dengan nilai
kriteria pengujian |2.948| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
72. Uji t temperatur antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Ne’gala’
Std. Srd. Error
Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed)
Deviation Difference
Garampa’ 21.5817 1.57228 .56851 -4.601 46 .000
Ne’Gala’ 24.1975 2.29885 .56851 -4.601 40.655 .000
Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara Tongkonan
Garampa’ dengan Tongkonan Ne’Gala’, untuk mengetahui perbedaan
pengaruh material atap tongkonan yang berbeda (atap bambu dan atap
seng) dengan kondisi vegetasi sama (vegetasi bagus).
Tabel diatas menunjukkan rata-rata temperatur Tongkonan Garampa’
adalah 21.58oC sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 24.19oC, dengan nilai
kriteria pengujian |4.601| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata temperatur antara keduanya.
73. Uji t kelembaban antara Tongkonan Garampa’ - Tongkonan Ne’Gala’
Std. Srd. Error
Tongkonan Mean t Df Sig. (2-tailed)
Deviation Difference
Garampa’ 93.4750 2.92668 1.76702 9.519 46 .000
Ne’Gala’ 76.6542 8.14686 1.76702 9.519 28.839 .000
Tabel diatas menunjukkan rata-rata kelembaban Tongkonan Garampa’
adalah 93.47% sedangkan Tongkonan Ne’Gala’ 76.65%, dengan nilai
kriteria pengujian |9.519| > 1.678 (H0 ditolak dan H1 diterima) yang
berarti ada perbedaan rata-rata kelembaban antara keduanya.
74.
75. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan antara lain :
1. Lingkungan sekitar Tongkonan mempengaruhi pengkondisian
termal dalam ruang
- Vegetasi
Kondisi vegetasi yang dimaksud adalah jarak vegetasi , jenis
vegetasi .
- Banguna lain
Bangunan lain(rumah Bugis) mempengaruhi temperatur dalam
ruang Tongkonan, dikarenakan letaknya sangat dekat, kondisi
atap lebih rendah dari Tongkonan oleh karena itu pada siang hari
panas yang memantul dari atap rumah Bugis masuk ke
Tongkonan.
76. 2. Material atap Tongkonan mempengaruhi pengkondisian
termal dalam ruang.
Materi atap berpengaruh pada pengkondisian ruang dalam
Tongkonan. Dari segi temperatur, material atap Tongkonan
seng lebih panas dari pada atap bambu, tetapi dari segi
kelembaban atap seng lebih nyaman, dikarenakan atap
Tongkonan dari bambu tidak terawat banyak ditumbuhi
tumbuhan liar, maka kondisi atap bambu selalu basah dan tidak
maksimal menyerap panas untuk membuat atap bambu kering.
77. • Tongkonan To’Kala 26.2oC, RH 71.8% Nyaman Optimal
• Tongkonan Ne’Gala 24.3oC, RH 76.6 % Kondisi Nyaman
• Tongkonan Garampa 21.6oC, RH 93.4% Udara Pengap
• Tongkonan Po’pong 22.7oC, RH 88.8% Udara Pengap
Dari Kondisi temperatur dan kelembaban diatas dibandingan dengan
standar Mom dan Wiesebrom yang dipakai, didapat bahwa :
• Tongkonan Ne’Gala’ kondisinya cukup mendekati standar
kenyamanan termal , sedangkan
• Tongkonan Garampa’ kondisinya paling jauh dari standar
kenyaman termal, kondisinya cukup dingin dan kelembaban tinggi.