SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 101
STRUKTUR BETON BERTULANG
MATERI I
PENGERTIAN BETON BERTULANG
• Beton adalah campuran pasir, kerikil atau batu pecah,
semen, dan air.
• Bahan lain (admixtures) dapat ditambahkan pada
campuran beton untuk meningkatkan workability,
durability, dan waktu pengerasan.
• Beton mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, dan
kekuatan tarik yang rendah.
• Beton dapat retak karena adanya tegangan tarik akibat
beban, susut yang tertahan, atau perubahan temperatur.
• Beton bertulang adalah kombinasi dari beton dan baja,
dimana baja tulangan memberikan kekuatan tarik yang
tidak dimiliki beton. Baja tulangan juga dapat memberikan
tambahan kekuatan tekan pada struktur beton.
KELEBIHAN BETON BERTULANG
SEBAGAI BAHAN STRUKTUR
• Memiliki kekuatan tekan yang relative lebih tinggi dari pada kebanyakan
bahan lainnya
• Struktur beton bertulang sangat kokoh. Tahan terhadap api dan air
• Tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
• Dibanding dengan bahan lain, beton bertulang memiliki masa layan yang
sangat panjang. Sangat ekonomis untuk pondasi tapak, dinding basement,
tiang tumpuan jembatan, dsb.
• Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi
bentuk yang sangat beragam, mulai dari plat, balok, kolom yang
sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar.
• Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan local yang murah
(pasir, kerikil, air) dan relative membutuhkan sedikit semen dan baja yang
mungkin saja harus didatangkan dari tempat lain.
• Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti baja struktur.
KELEMAHAN BETON BERTULANG
• Beton memiliki kekuatan tarik yang sangat rendah sehingga memerlukan
penggunaan tulangan tarik.
• Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap pada
tempatnyan sampai beton mengeras.
• Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton menyebabkan beton bertulang
menjadi berat. Ini akan berpengaruh terutama pada struktur dengan bentang-
bentang panjang dimana beban mati akibat berat sendiri yang sangat besar akan
mempengaruhi momen lentur.
• Rendahnya kekuatan per satuan volume mengakibatkan beton bertulang akan
berukuran relative besar. Hal penting yang harus dipertimbangkan untuk bangunan
tinggi dan struktur dengan bentang panjang.
• Sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi campuran dan
pengerjaannya. Penuangan dan perawatan beton umumnya tidak bisa ditangani
seteliti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti baja struktur.
• Sifat susut (shrinkage) dan rangkak (creep) pada beton bila tidak diperhatikan
dapat menimbulkan masalah yang berarti
Berikut adalah Diagram Tegangan-
Regangan Baja
• Daerah Elastis
adalah keadaan
dimana baja masih
bersifat elastis
artinya dapat
kembali ke posisi
semula.
• Titik Batas adalah
keadaan dimana
baja sudah dalam
kondisi batas atau
hampir putus.
FAKTOR KEAMANAN STRUKTUR
BERDASARKAN DESAIN KEKUATAN
A.KUAT PERLU (U)
• Strukur harus dirancang shg. setiap penampang
mempunyai kekuatan sama dengan kuat perlu yg
dihitung berdasarkan beban/gaya terfaktor.
• Faktor Beban(lihat SNI-03-2002)
• U= 1,4 D (D = beban mati0
• U= 1,2 D + 1,6 L (L = beban hidup)
• U= 1,2 D + L ±E , dll (E= beban gempa)
B. FAKTOR REDUKSI KEKUATAN (Φ)
Tujuan :
• memperhitungkan penurunan kekuatan akibat
kesalahan dlm pelaksanaan, kwalitas material yg tidak
sesuai, dll
KUAT RENCANA = KUAT PERLU ( U )Φ
• dimana :Φ= 0,80 (lentur) ; Kuat Rencana Momen (Mn)=
Mu/ Φ
• Φ= 0.75 (geser)
• Φ= 0.65 (aksial)
Lentur disebabkan oleh momen.Akibat lenturan makas ebagian penampang
menerima tekan,sebagian lagi menerima tarik.Peralihan daerah tekan dg
daerah tarik disebut garis netral (Daerah dg Reg dan teg=0).Kekuatan tarik
beton sangat kecil sehingga bagian penampang beton yang menerima tarik
kekuatannya diabaikan dan tugasnya akan digantikan oleh baja tulangan.
• LENTUR
DASAR-DASAR ANGGAPAN DALAM
PERENCANAAN:
• Regangan dalam beton dan baja tulangan dianggap
berbanding lurus dg jarak terhadap garis netral.
(Bentuk diagram regangan selalu linier)
• Regangan maks. Beton pada serat tekan terluar εcu’ =
0.003
• Untuk εs < εy, teg. Baja fs = εs . Es
• Untuk εs ≥ εy, teg. Baja fs = fy
• Kekuatan tarik beton diabaikan
• Baja tulangan dianggap terekat sempurna dengan
beton sehingga regangan baja sama dengan regangan
beton.
HUBUNGAN ANTARA DIAGRAM
REGANGAN DAN TEGANGAN
Perencanaan Penampang Persegi
Terhadap Tarik (Tulangan Tunggal)
Dalam perencanaan penampang persegi dengan
tulangan tarik, permasalahan yang timbul adalah
bagaimana menentukan b,d, dan As untuk harga = Mu,
atau Mn = dengan sifat bahan f’c fan fy yang diketahui
Perencanaan Penampang Persegi Terhadap Lentur
Dengan Penulangan Tarik dan Tekan (Rangkap).
PENAMPANG BUKAN PERSEGI
ANALISIS BALOK “T”
Pada umumnya, zona tekan balok “T” berbentuk
persegi seperti terlihat pada gambar 4.2b
(diatas). Untuk kasus seperti ini, balok “T”
tersebut dapat dianalisa sebagai balok persegi
dengan lebar “b”. Untk kasus dimana zona tekan
berbentuk “T” seperti pada gambar 4.2d (diatas)
analisis dapat dilakukan dengan
memperhitungkan secara terpisah kontribusi
sayap dan badan penampang dalam menahan
momen.
Analisis dilakukan secara terpisah sebagai berikut :
BALOK SAYAP
Luas zona tekan = (b – bw) hf
Gaya tekan Cf = 0,85. fc’. (b – bw) hf
Syarat keseimbangan , Tf = Cf
Sehingga dengan asumsi fs = fy maka :
Asf. fy = 0,85. fc’. (b-bw) hf
sehingga Asf dapat dicari dari persamaan di atas
Lengan momen = (d-hf/2)
Mnf = 0,85. fc’. (b-bw) hf (d-hf/2)
atau, Mnf = Asf. fy (d-hf/2)
BALOK BADAN
Luas tulangan tarik badan –> Asw = As – Asf
Gaya tekan , Cw = 0,85. fc’. bw. a
Syarat keseimbangan –> Cw = Tw = Asw . fy
sehingga, a = Asw.fy / 0,85. fc’. bw
Lengan momennya adalah (d-a/2), sehingga :
Mnw = 0,85. fc’. bw. a (d-a/2), atau
Mnw = Asw. fy (d-a/2)
Maka ,Momen pada balok T adalah = Momen pada balok sayap + Momen pada
balok badan
Momen balok T = Mnf + Mnw
BATASAN TULANGAN MAXIMUM UNTUK BALOK T
Untuk menjamin perilaku yang daktail, SNI 2002 pasal
12.3 butir 3 mensyaratkan :
ρ ≤ 0,75 ρb
TULANGAN MINIMUM BALOK T
SNI 2002 pasal 12.5 butir 2 mensyaratkan batasan
tulangan minimum untuk balok T yaitu
Asmin = (√f’c / 2.fy) bw.d
Atau
Asmin = (√f’c / 4.fy) bf.d
GESER
Untuk memahami mekanisme geser, kita tinjau suatu balok sederhana yang
homogen, isotropis, dan linier elastis dengan pembebanan merata. Kita tinjau
dua elemen kecil A1 dan A2 pada balok tersebut, maka tegangan.lentur (f)
dan tegangan geser (v) pada elemen-elemen tersebut adalah :
PERILAKU BALOK TANPA TULANGAN
GESER
Untuk balok yang mempunyai tulangan memanjang, yaitu tulangan yang
direncanakan untuk memikul gaya-gaya lentur tarik dan tekan yang
ditimbulkan oleh momen lentur, tegangan geser yang tinggi menimbulkan
retak miring. Untuk mencegah pembentukan retak miring, maka digunakan
penulangan transversal (dikenal dengan penulangan geser), yang berbentuk
sengkang tertutup atau yang berbentuk U di arah vertical atau miring untuk
menutupi penulangan memanjang utama di sekeliling muka balok.
Pada dasarnya ada tiga jenis keretakan pada balok :
• Retak lentur (flexural crack), terjadi di daerah yang mempunyai harga
momen lentur besar. Arah retak hampir tegak lurus.pada sumbu balok.
• Retak geser lentur ( flexural shear crack), terjadi pada bagian balok yang
sebelumnya telah terjadi keretakan lentur. Jadi retak geser lentur
merupakan perambatan retak miring dari retak lentur yang sudah terjadi
sebelumnya.
• Retak geser badan / retak tarik diagonal (web shear crack), terjadi pada
daerah garis netral penampang dimana gaya geser maksimum dan
tegangan aksial sangat kecil.
MEKANISME TRANSFER GESER
Pada balok tanpa tulangan geser, keruntuhan balok dapat
disebabkan oleh runtuhnya salah satu dari ketiga komponen gaya
transfer di atas segera setelah terbentuknya keretakan miring.
Jumlah dari ketiga komponen di atas, pada ACI dan SNI disebut
dengan "komponen gaya geser yang ditahan oleh beton" atau Vc.
Pada balok semacam ini beban keretakan miring Vc merupakan
parameter penentu dalam disain. Karena keruntuhan balok
tanpa sengkang tiba-tiba tanpa adanya aba-aba yang cukup,
dimana hal ini tidak diinginkan, maka peraturan pada umumnya
mensyaratkan sedapat mungkin pemakaian sengkang.
Persyaratan penggunaan tulangan geser minimum, yaitu untuk
Ф,Vc > V > 0,5 Ф.Vc , digunakan sengkang minimum sebesar :
2.Penampang dengan tulangan geser
Sengkang akan meningkatkan kekuatan balok
karena :
• 1. Sengkang akan memikul sebagian gaya geser
penampang
• 2. Sengkang akan menahan perkembangan lebar
retak akibat tarik diagonal sehingga
mempertahankan adanya interface shear transfer
• 3. Sengkang yg cukup rapat akan mengikat
tulangan memanjang sehingga meningkatkan
dowelcapacity
PERENCANAAN PENAMPANG
TERHADAP GESER
Langkah-langkah perencanaan penampang terhadap geser adalah :
1. Hitung gaya geser terfaktor Vu pada penampang kritis di sepanjang
elemen.
2. Untuk suatu penampang kritis, hitung kekuatan geser beton Vc.
3. a). Bila (Vu - Ф. Vc) > 0,67.bw d.√(f'c), ukuran balok diperbesar.
b). Bila (Vu -Ф. Vc) < 0,67. bw .d.√(f'c), tentukan jumlah tulangan
geser untuk menahan kelebihan tegangan.
c). Bila Vu > 0,5. Ф. Vc, gunakan tulangan geser minimum Vu= Ф. Vn
Dengan Vu adalah gaya geser terfaktor yang bekerja pada
penampang yang ditinjau,
Sedangkan Vn merupakan kuat geser nominal yang dihitung dari : Vn
= Vc + VS
Dengan Vc = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh beton
Vs = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh tulangan badan
a) Bila Vu ≤ Ф.Vc. tidak perlu tulangan geser ,
hanya tulangan geser praktis
b) Bila 0,5. Ф.Vc < Vu < Ф.Vc, gunakan tulangan
geser minimum
c) Bila Vu > Ф.Vc, diperlukan tulangan geser,
dengan gaya yang harus ditahan oleh sengkang
sebesar :
MATERI II
Perencanaan Puntir
Pengaruh puntir dapat diabaikan bila:
• Tu <
∅ 𝑓′𝑐
12
𝐴2
𝑐𝑝
𝑝 𝑐𝑝
• Tu <
∅ 𝑓′𝑐
12
𝐴2
𝑐𝑝
𝑝 𝑐𝑝
1 +
3𝑁𝑢
𝐴 𝑔 𝑓′𝑐
(apabila ada gaya
normal)
Acp = luas yang dibatasi keliling luar penampang beton
pcp = keliling luar penampang beton
Untuk struktur statis tak tentu
• Tu maks =
∅ 𝑓′𝑐
3
𝐴2
𝑐𝑝
𝑝 𝑐𝑝
• Tu maks =
∅ 𝑓′𝑐
3
𝐴2
𝑐𝑝
𝑝 𝑐𝑝
1 +
3𝑁𝑢
𝐴 𝑔 𝑓′𝑐
• Dimensi penampang harus memenuhi:
𝑉𝑢
𝑏 𝑤 𝑑
2
+
𝑇𝑢 𝑝ℎ
1,7𝐴 𝑜ℎ
2
2
≤ ∅
𝑉𝑐
𝑏 𝑤 𝑑
+
2 𝑓′ 𝑐
3
ph = keliling dari garis pusat tulangan sengkang terluar
Aoh = luas yang dibatasi oleh garis pusat tulangan
sengkang torsi terluar
Perencanaan tulangan sengkang untuk puntir
Tn =
2𝐴 𝑜 𝐴 𝑡 𝑓𝑦𝑣
𝑠
cotѲ
∅Tn ≥ Tu
Ao = 0,85 Aoh
• At = luas satu kaki sengkang penahan puntir
• fyv = tegangan leleh sengkang penahan puntir
• Ѳ = 45°
Tulangan longitudinal untuk menahan puntir
Al =
𝐴 𝑡
𝑠
𝑝ℎ
𝑓𝑦𝑣
𝑓 𝑦𝑙
𝑐𝑜𝑡2 𝜃
fyl = tegangan leleh tulangan torsi longitudinal
Tulangan puntir minimum
Av + 2At =
75 𝑓′ 𝑐
1200𝑓𝑦𝑣
bw s
Av + 2At =
1
3
𝑏 𝑤 𝑠
𝑓𝑦𝑣
Tulangan puntir longitudinal minimum
Al minimum =
5 𝑓′ 𝑐
12𝑓𝑦𝑣
𝐴 𝑐𝑝-
𝐴 𝑡
𝑠
𝑝ℎ
𝑓𝑦𝑣
𝑓 𝑦𝑙
𝐴 𝑡
𝑠
≥
𝑏 𝑤
6𝑓𝑦𝑣
Spasi tulangan puntir
1.Spasi sengkang puntir ≤
𝑝ℎ
8
atau 300 mm
2.Tulangan longitudinal harus terdistribusi sekeliling sengkang dengan spasi ≤
300 𝑚𝑚. Diameter tulangan longitudinal ≥
1
24
spasi sengkang atau ≥ 10 𝑚𝑚
• Penyelesaian
Vc =
1
6
𝑓′𝑐 𝑏 𝑤 𝑑
Vc =
1
6
20 .300.360= 80498,447 N
Vn =
𝑉𝑢
∅
=
150000
0,75
= 200000 N
Vs = Vn – Vc
Vs = 200000 – 80498,447 = 119501 N
𝐴𝑣
𝑠
=
𝑉𝑠
𝑓𝑦. 𝑑
𝐴𝑣
𝑠
=
119501
400.360
= 0,8298
• Puntir diabaikan bila:
Tu <
∅ 𝑓′𝑐
12
𝐴2
𝑐𝑝
𝑝 𝑐𝑝
Tu <
0,75 20
12
3002.4002
600+800
Tu > 2874944 Nmm maka puntir tidak diabaikan
• Perencanaan tulangan puntir
Tn =
2𝐴 𝑜 𝐴 𝑡 𝑓𝑦𝑣
𝑠
cotѲ
Ao = 0,85 Aoh = 0,85.70400 = 59840 mm2
𝜃 = 45°
fyv = fy = 400 MPa
Tn =
𝑇𝑢
∅
=
15.106
0,75
= 20.106 Nmm
20.106 =
2.59840.𝐴𝑡.400
𝑠
𝐴 𝑡
𝑠
= 0,417
• Kombinasi sengkang geser dengan sengkang puntir
𝐴 𝑣𝑡
𝑠
=
𝐴 𝑣
𝑠
+
2𝐴 𝑡
𝑠
𝐴 𝑣𝑡
𝑠
= 0,8298 + 2. 0,417 = 1,6638
Pakai D10 → Avt = 2.0,25. 3,14. 102 = 150,72 mm2
s =
150,72
1,6638
= 90,58 mm
• Cek tulangan puntir minimum
Av + 2At =
75 𝑓′ 𝑐
1200𝑓𝑦𝑣
bw s
Av + 2At =
75 20
1200.400
300. 90,58 = 18,98 mm2
Av + 2At = 150,72 + 150,72 = 301,44 mm2
301,44 mm2 > 18,98 mm2 ok
Av + 2At =
1
3
𝑏 𝑤 𝑠
𝑓𝑦𝑣
Av + 2At =
1
3
300.90,58
400
= 22,645 mm2
301,44 mm2> 22,645 mm2 ok
• Tulangan longitudinal penahan puntir
Al =
𝐴 𝑡
𝑠
𝑝ℎ
𝑓𝑦𝑣
𝑓 𝑦𝑙
𝑐𝑜𝑡2 𝜃
Al = 0,417.1080
400
400
. 1 = 450,36 mm2
Ambil D13 maka jumlah tulangan memanjang =
450,36
0,25.3,14.132 = 3,39 ( 4
batang)
• Cek tulangan minimum longitudinal:
Al minimum =
5 𝑓′ 𝑐
12𝑓𝑦𝑣
𝐴 𝑐𝑝-
𝐴 𝑡
𝑠
𝑝ℎ
𝑓𝑦𝑣
𝑓 𝑦𝑙
Al minimum =
5 20
12.400
300.400- 0,417 . 1080
400
400
= 108,65 mm2
450,36 mm2> 108,65 mm2 ok
MATERI III
a. Definisi Kolom
• Struktur kolom adalah batang vertikal dari rangka
struktur yang memikul beban dari balok (E.G
Nawy.,1998). Kolom berfungsi meneruskan beban
dari elevasi atas ke elevasi bawahnya hingga
sampai tanah melalui fondasi. Kolom merupakan
struktur tekan sehingga keruntuhan kolom tidak
memberikan peringatan awal yang cukup jelas.
Oleh karena itu, dalam merencanakan kolom
perlu adanya perencanaan kekuatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan elemen beton
bertulang lainnya.
Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom dibedakan
menjadi :
1. Kolom segi empat dengan tulangan memanjang dan
sengkang.
2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan
lateral berbentuk spiral.
3. Kolom komposit yang terdiri dari beton dan baja profil
didalamnya.
b. Kolom dengan Beban Sentris dan
Eksentris
1. Kolom Pendek dengan Beban Sentris
Kapasitas beban sentris maksimum diperoleh
dengan menambah kontribusi beton yaitu (Ag
– Ast) 0,85 f’c dan kontribusi baja tulangan
yaitu Ast fy, dimana Ag luas penampang bruto
dan Ast luas total tulangan baja
Kolom dengan Beban Sentris dan
Eksentris
• Batas eksentrisitas minimal untuk kolom
sengkang dalam arah tegak lurus sumbu lentur
adalah 10% dari tebal kolom dan 5% untuk kolom
bulat (E.G Nawy., 1998) Berdasarkan SNI 03-
2847-2002 tentang tata cara perencanaan beton
untuk bangunan gedung, kuat rencana kolom
tidak boleh lebih dari :
Kolom dengan Beban Sentris dan
Eksentris
• Dengan faktor reduksi kekuatan ϕ untuk kolom
sengkang sebesar 0,65 dan ϕ untuk kolom bulat 0,70.
Persyaratan detail penulangan kolom bulat antara lain :
1. Luas tulangan longitudinal komponen struktur tekan
tidak boleh kurang dari 0,01 ataupun lebih dari 0,08
kali luas penampang bruto (pasal 12.9(1)).
2. Jumlah tulangan longitudinal munimum adalah 4
untuk kolom persegi empat atau lingkaran, 3 untuk
kolom sengkang segitiga dan 6 untuk kolom pengikat
spiral (pasal 12.9(2)).
3. Rasio penulangan spiral untuk fy ≤ 400 tidak boleh
kurang dari (pasal 12.9(3)) :
Kolom Dengan Beban Eksentris
• Kolom yang menahan beban eksentris mengakibatkan baja
pada sisi yang tertarik akan mengalami tarik dengan garis
netral dianggap kurang dari tinggi efektif penampang (d).
• Berdasarkan regangan yang terjadi pada baja tulangan yang
tertarik, kondisi awal keruntuhan digolongkan menjadi dua
yaitu :
1. Keruntuhan tarik yang diawali dengan luluhnya tulangan
tarik dimana Pn < Pnb.
2. Keruntuhan tekan yang diawali dengan kehancuran beton
dimana Pn > Pnb.
• Beton mencapai kekuatan maksimum f’c pada saat
regangan desak beton maksimal mencapai 0,003
Kolom Dengan Beban Eksentris
• Perencanaan kolom eksentris diselesaikan dengan dua
cara antara lain :
1. Diagram Pn - Mn
yaitu suatu grafik daerah batas yang menunjukkan
ragam kombinasi beban aksial dan momen yang dapat
ditahan oleh kolom secara aman. Diagram interaksi
tersebut dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah
keruntuhan tekan dan daerah keruntuhan tarik
dengan pembatasnya adalah titik balance. Analisis
kolom dengan diagram Pn - Mn diperhitungkan pada
tiga kondisi yaitu :
Kolom Dengan Beban Eksentris
• Pada Kondisi Eksentrisitas Kecil
Prinsip-prinsip pada kondisi ini dimana kuat
tekan rencana memiliki nilai sebesar kuat
rencana maksimum.
sehingga kuat tekan kolom maksimum yaitu :
Kolom Dengan Beban Eksentris
• Pada Kondisi Momen Murni
Momen murni tercapai apabila tulangan tarik
belum luluh sedangkan tulangan tekan telah luluh
dimana fs adalah tegangan tulangan tekan pada
kondisi luluh. Pada kondisi momen murni
keruntuhan terjadi saat hancurnya beton (Pn = Pu
= 0). Keseimbangan pada kondisi momen murni
yaitu :
ND1 + ND2 = NT .........................(7)
Kolom Dengan Beban Eksentris
• Dimana
Selisih akibat perhitungan sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Persamaan yang diperoleh dari segitiga
sebangun dengan tinggi sumbu netral pada c yaitu :
Kolom Dengan Beban Eksentris
• Dengan mensubtitusikan persamaan (7) dan
(11) akan dihasilkan persamaan pangkat dua
dengan perubah tinggi sumbu netral c.
Momen rencana dapat dihitung sebagai
berikut :
Kolom Dengan Beban Eksentris
• Pada Kondisi Balance
Kondisi keruntuhan balance tercapai apabila
tulangan tarik luluh dan beton mengalami
batas regangan dan mulai hancur. Persamaan
yang diperoleh dari segitiga yang sebangun
dengan persamaan sumbu netral pada kondisi
balance (Cb) yaitu :
Kolom Dengan Beban Eksentris
• Sehingga eksentrisitas balance (eb) dapat
ditulis sebagai berikut :
Kolom Dengan Beban Eksentris
2. Metode Pendekatan Whitney
Persamaan-persamaan yang disarankan
Whitney dugunakan sebagai solusi alternatif
dengan cara coba-coba walaupun tidak selalu
konservatif khususnya apabila beban rencana
terlalu dekat dengan beban balance.
Kolom Dengan Beban Eksentris
a. Kolom Segi Empat :
• Persamaan-persamaan Whitney pada kondisi keruntuhan
tekan yang disarankan berdasarkan asumsi-asumsi :
• Tulangan dipasang simetris pada satu lapis sejajar
terhadap sumbu lentur penampang segi empat.
• Tulangan tekan telah leleh.
• Luas beton yang ditempati tulangan diabaikan.
• Tinggi balok tegangan ekivalen dianggap sebesar 0,54d
setara dengan harga a rata-rata kondisi balance pada
penampang segi empat.
• Keruntuhan tekan menentukan.
Kolom Dengan Beban Eksentris
• Dalam banyak hal, metode Whitney konservatif
apabila eksentrisitas sangat kecil.
• Persamaan Whitney untuk hancur tekan
menentukan :
• Persamaan Whitney untuk hancur tarik
menentukan berdasarkan asumsi-asumsi
keruntuhan ditandai dengan luluhnya tulangan
tarik sedangkan tulangan tekan bisa belum luluh.
Kolom Dengan Beban Eksentris
b. Kolom Bulat
• Persamaan-persamaan Whitney pada kondisi keruntuhan
tekan yang disarankan berdaarkan asumsi-asumsi :
• Transformasi kolom bulat menjadi kolom segi empat
akivalen.
• Tebal penampang segi empat ekivalen diambil sebesar 0,8h
dimana h adalah diameter kolom bulat.
• Lebar kolom segi empat ekivalen diambil sebesar Ag / 0,8h.
• Luas total tulangan segi empat ekivalen pada dua lapis yang
sejajar berjarak 2Ds /3 dalam arah lentur dimana Ds adalah
diameter tulangan terluar dari as ke as.
• Persamaan Whitney untuk keruntuhan tekan :
Kolom Dengan Beban Eksentris
Persamaan Whitney untuk keruntuhan tarik :
c. Kolom Langsing
Apabila angka kelangsingan kolom melebihi
batas untuk kolom pendek maka kolom tersebut
akan mengalami tekuk sebelum mencapai batas
limit kegagalan material. Kolom tersebut adalah
jenis kolom langsing yang mengalami momen
tambahan akibat efek PΔ dimana P adalah beban
aksial dan Δ adalah defleksi akibat kolom tertekuk
pada penampang yang ditinjau.
1. Besarnya k dapat dihitung dengan persamaan-
persamaan dari peraturan ACI (E.G Nawy., 1998)
antara lain :
Kolom Langsing
a. Batas atas faktor panjang efektif untuk
batang tekan berpengaku diambil dari nilai
terkecil antara persamaan berikut:
Dimana ψA dan ψB adalah ψ pada ujung
kolom dan ψmin adalah yang terkecil dari
kedua harga tersebut.
Kolom Langsing
b. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan
tanpa pengaku yang tertahan pada kedua ujungnya
diambil sebesar :
Diamana ψ m adalah harga ψ rata-rata dari kedua ujung
batang tertekan tersebut.
Kolom Langsing
c. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang
tekan tanpa pengaku yang kedua ujungnya
sendi diambil sebesar :
Kolom Langsing
2. Pengaruh kelangsingan
SNI (1991) mensyaratkan pengaruh kelangsingan
boleh diabaikan apabila :
• untuk komponen struktur tekan
yang ditahan terhadap goyangan kesamping.
• untuk komponen struktur tekan yang
tidak ditahan terhadap goyang kesamping.
M1b dan M2b adalah momen pada ujung-ujung
yang berlawanan pada kolom dengan M2b adalah
momen yang lebih besar dan M1b adalah momen
yang lebih kecil.
Kolom Langsing
3. Metode pembesaran momen
Pembesaran momen bergantung pada
kelangsingan batang, desain penampang dan
kekuatan seluruh rangka portal bergoyang.
Komponen struktur tekan harus direncanakan
menggunakan beban aksial terfaktor dan
momen terfaktor yang diperbesar.
Kolom Langsing
Dimana ∑Pu adalah beban vertikal trfaktor pada suatu tingkat dan
∑Pc adalah kapasitas tekan total kolom-kolom pada suatu tingkat.
Kolom Langsing
4. Kuat geser
a. Perencanaan kolom harus
mempertimbangkan gaya geser yang bekerja
antara lain :
• Komponen struktur yang menerima beban
aksial tekan :
Kolom Langsing
b. Kuat geser boleh dihitung dengan perhitungan yang lebih
rinci yaitu :
Dengan nilai Mm menggantikan Mu dan nilai Vud/Mu boleh
diambil lebih daripada 1,0 dengan :
Tetapi dalam hal ini Vc tidak boleh diambil lebih besar dari
pada :
Kolom Langsing
CONTOH PERHITUNGAN DAN
PEMBAHASAN
A. Contoh Hitungan Kolom berpenampang
Persegi
• Perancangan kolom berpenampang persegi
dengan cara hitungan manual biasa dan cara
grafis Interaksi M-N.
MATERI IV
CONTOH SOAL PERANCANGAN
DESAIN PELAT LANTAI
• Pembebanan Pelat Lantai
• Beban-beban yang bekeja pada pelat berdasarkan pada Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983.
• Adapun ketentuan dari pelat lantai adalah :
• Tebal pelat lantai, t = 12 cm =120 mm
• Tebal spesi, t = 3 cm = 30 mm
• Tebal tegel, t = 2 cm = 20 mm
• Diameter tulangan utama ϕ d = 10 mm
• Tebal selimut beton untuk beton yang tidak langsung berhubungan
dengan tanah sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 9.7 butir 1.c pelat
dinding, pelat berusuk seperti batang D-36 dan yang lebih kecil
dipakai p = 20 mm
• Gamma beton, γb = 2400 Kg/m3
• Gamma spesi γs = 2100 Kg/m3
• Beban mati (WD), ditinjau per meter lebar pias
– Berat sendiri pelat (0.12 × 2400 Kg/m3) = 288 Kg/m2
– Berat spesi (0.03 × 2100 Kg/m3) = 63 Kg/m2
– Berat tegel, t = 2 cm (0.02 × 2400 Kg/m3) = 48 Kg/m2
– Berat plafond = 11 Kg/m2
– Berat penggantung = 7 Kg/m2
Total beban mati (WD) = 417 Kg/m2
• Beban hidup (WL)
– Beban untuk lantai gedung Hotel = 250 Kg/m2
Total beban hidup (WL) = 250 Kg/m2
• Beban ultimate (WU)
• WU =
=
= 900.4 Kg/m2
= 9.004 KN/m2
LD qq  6.12.1
   2506.14172.1 
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk
komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap
penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk
komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap
penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk
komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap
penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk
komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap
penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekanIndah Rosa
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaYusrizal Mahendra
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautJunaida Wally
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) NitaMewaKameliaSiman
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingGraham Atmadja
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalJulia Maidar
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaRafi Perdana Setyo
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar MOSES HADUN
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokLeticia Freidac
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileAngga Nugraha
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungMira Pemayun
 
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautEdhot Badhot
 
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANGMETODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANGMOSES HADUN
 

Mais procurados (20)

Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gording
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum Gempa
 
Perencanaan Kolom
Perencanaan KolomPerencanaan Kolom
Perencanaan Kolom
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balok
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
 
kuliah kolom panjang
kuliah kolom panjangkuliah kolom panjang
kuliah kolom panjang
 
Kuliah dinamika-lengkap
Kuliah dinamika-lengkapKuliah dinamika-lengkap
Kuliah dinamika-lengkap
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
 
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-baut
 
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANGMETODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
 

Destaque

diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton Abdul Majid
 
Uji kuat&amp;point load test
Uji kuat&amp;point load testUji kuat&amp;point load test
Uji kuat&amp;point load testhamdi101996
 
Gambar Kerja Rumah 2 Lantai (Gambar Arsitektural, Mekanikal Elektrikal & Plum...
Gambar Kerja Rumah 2 Lantai (Gambar Arsitektural, Mekanikal Elektrikal & Plum...Gambar Kerja Rumah 2 Lantai (Gambar Arsitektural, Mekanikal Elektrikal & Plum...
Gambar Kerja Rumah 2 Lantai (Gambar Arsitektural, Mekanikal Elektrikal & Plum...caturprasetyo11tgb1
 
Pelat beton bertulang
Pelat beton bertulangPelat beton bertulang
Pelat beton bertulangReski Aprilia
 
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aciTeknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode acinoussevarenna
 
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaa
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaaPerbaikan Beton dan pelaksanaannyaa
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaaAdita Utami
 
Sni 1972-2008 cara-uji_slump_beton
Sni 1972-2008 cara-uji_slump_betonSni 1972-2008 cara-uji_slump_beton
Sni 1972-2008 cara-uji_slump_betonFeryanto Berutu
 
Pelat Beton Bertulang
Pelat Beton BertulangPelat Beton Bertulang
Pelat Beton BertulangReski Aprilia
 
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETONPENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETONOmer Kanan
 
Pedoman pelaksanaan pekerjaan beton
Pedoman pelaksanaan pekerjaan betonPedoman pelaksanaan pekerjaan beton
Pedoman pelaksanaan pekerjaan betonArmida Share
 
Bahan aditif pada beton
Bahan aditif pada betonBahan aditif pada beton
Bahan aditif pada betonIhsan Ismail
 
99160197 kendali-mutu-beton
99160197 kendali-mutu-beton99160197 kendali-mutu-beton
99160197 kendali-mutu-betonmarolop007
 
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)noussevarenna
 
274264497 cara-memperbaiki-bangunan-sederhana-yang-rusak-akibat-gempa
274264497 cara-memperbaiki-bangunan-sederhana-yang-rusak-akibat-gempa274264497 cara-memperbaiki-bangunan-sederhana-yang-rusak-akibat-gempa
274264497 cara-memperbaiki-bangunan-sederhana-yang-rusak-akibat-gempaRie Aizawa
 
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Herlyn Meylisa
 
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...Mira Pemayun
 
Perancangan campuran beton
Perancangan campuran betonPerancangan campuran beton
Perancangan campuran betonindah0330
 
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunan
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar BangunanLaporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunan
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunancaturprasetyo11tgb1
 

Destaque (20)

Hammer test report
Hammer test reportHammer test report
Hammer test report
 
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
 
Uji kuat&amp;point load test
Uji kuat&amp;point load testUji kuat&amp;point load test
Uji kuat&amp;point load test
 
Gambar Kerja Rumah 2 Lantai (Gambar Arsitektural, Mekanikal Elektrikal & Plum...
Gambar Kerja Rumah 2 Lantai (Gambar Arsitektural, Mekanikal Elektrikal & Plum...Gambar Kerja Rumah 2 Lantai (Gambar Arsitektural, Mekanikal Elektrikal & Plum...
Gambar Kerja Rumah 2 Lantai (Gambar Arsitektural, Mekanikal Elektrikal & Plum...
 
Pelat beton bertulang
Pelat beton bertulangPelat beton bertulang
Pelat beton bertulang
 
Jalan rel-27112010
Jalan rel-27112010Jalan rel-27112010
Jalan rel-27112010
 
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aciTeknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aci
 
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaa
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaaPerbaikan Beton dan pelaksanaannyaa
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaa
 
Sni 1972-2008 cara-uji_slump_beton
Sni 1972-2008 cara-uji_slump_betonSni 1972-2008 cara-uji_slump_beton
Sni 1972-2008 cara-uji_slump_beton
 
Pelat Beton Bertulang
Pelat Beton BertulangPelat Beton Bertulang
Pelat Beton Bertulang
 
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETONPENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON
 
Pedoman pelaksanaan pekerjaan beton
Pedoman pelaksanaan pekerjaan betonPedoman pelaksanaan pekerjaan beton
Pedoman pelaksanaan pekerjaan beton
 
Bahan aditif pada beton
Bahan aditif pada betonBahan aditif pada beton
Bahan aditif pada beton
 
99160197 kendali-mutu-beton
99160197 kendali-mutu-beton99160197 kendali-mutu-beton
99160197 kendali-mutu-beton
 
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
 
274264497 cara-memperbaiki-bangunan-sederhana-yang-rusak-akibat-gempa
274264497 cara-memperbaiki-bangunan-sederhana-yang-rusak-akibat-gempa274264497 cara-memperbaiki-bangunan-sederhana-yang-rusak-akibat-gempa
274264497 cara-memperbaiki-bangunan-sederhana-yang-rusak-akibat-gempa
 
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
 
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
 
Perancangan campuran beton
Perancangan campuran betonPerancangan campuran beton
Perancangan campuran beton
 
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunan
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar BangunanLaporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunan
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunan
 

Semelhante a Struktur Beton Bertulang

Bab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geserBab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geserKetut Swandana
 
Bab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geserBab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geserKetut Swandana
 
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.pptbab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.pptNirmayaIndiani
 
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdfDPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdfYudaPrabowo1
 
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril iAnalisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril imoses hadun
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)wildan grenadi
 
pengantar struktur kolom pada konstruksi beton
pengantar struktur kolom pada konstruksi betonpengantar struktur kolom pada konstruksi beton
pengantar struktur kolom pada konstruksi betonTeguhSipil1
 
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfMuhamadIlham279890
 
Kolom (sahnohilhami)
Kolom (sahnohilhami)Kolom (sahnohilhami)
Kolom (sahnohilhami)sahnohilhami
 
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.pptSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.pptdarmadi ir,mm
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaperkasa45
 
Bangunan atas gelagar induk beton bertulang
Bangunan atas gelagar induk beton bertulangBangunan atas gelagar induk beton bertulang
Bangunan atas gelagar induk beton bertulangAgus Gunawan
 
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.pptSTRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.pptDitaLestari18
 

Semelhante a Struktur Beton Bertulang (20)

Bab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geserBab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geser
 
Bab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geserBab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geser
 
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.pptbab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
 
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdfDPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
 
173213944 perencanaan-angkur
173213944 perencanaan-angkur173213944 perencanaan-angkur
173213944 perencanaan-angkur
 
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril iAnalisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)
 
Kolom
KolomKolom
Kolom
 
pengantar struktur kolom pada konstruksi beton
pengantar struktur kolom pada konstruksi betonpengantar struktur kolom pada konstruksi beton
pengantar struktur kolom pada konstruksi beton
 
Beton bertulang 2021.ppt
Beton bertulang 2021.pptBeton bertulang 2021.ppt
Beton bertulang 2021.ppt
 
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
 
Klom 2
Klom 2Klom 2
Klom 2
 
Kolom (sahnohilhami)
Kolom (sahnohilhami)Kolom (sahnohilhami)
Kolom (sahnohilhami)
 
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.pptSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
 
Rujukan 2.pdf
Rujukan 2.pdfRujukan 2.pdf
Rujukan 2.pdf
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
 
Bangunan atas gelagar induk beton bertulang
Bangunan atas gelagar induk beton bertulangBangunan atas gelagar induk beton bertulang
Bangunan atas gelagar induk beton bertulang
 
bajot
bajotbajot
bajot
 
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.pptSTRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
 
Kolom
KolomKolom
Kolom
 

Mais de Mira Pemayun

JURNAL ILMIAH (ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJAL...
JURNAL ILMIAH (ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJAL...JURNAL ILMIAH (ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJAL...
JURNAL ILMIAH (ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJAL...Mira Pemayun
 
ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJALANAN SDN 5 PEDU...
ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJALANAN SDN 5 PEDU...ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJALANAN SDN 5 PEDU...
ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJALANAN SDN 5 PEDU...Mira Pemayun
 
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalSni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalMira Pemayun
 
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...Mira Pemayun
 
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANPERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANMira Pemayun
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonMira Pemayun
 
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...Mira Pemayun
 
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE BALANCING
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE BALANCINGMERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE BALANCING
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE BALANCINGMira Pemayun
 
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANGMERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANGMira Pemayun
 
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesiaMira Pemayun
 

Mais de Mira Pemayun (10)

JURNAL ILMIAH (ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJAL...
JURNAL ILMIAH (ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJAL...JURNAL ILMIAH (ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJAL...
JURNAL ILMIAH (ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJAL...
 
ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJALANAN SDN 5 PEDU...
ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJALANAN SDN 5 PEDU...ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJALANAN SDN 5 PEDU...
ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DIPONEGORO AKIBAT BANGKITAN PERJALANAN SDN 5 PEDU...
 
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalSni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
 
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
 
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANPERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
 
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
 
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE BALANCING
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE BALANCINGMERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE BALANCING
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE BALANCING
 
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANGMERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
 
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
 

Último

Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxRahmiAulia20
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyafaizalabdillah10
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databasethinkplusx1
 
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptEndarto Yudo
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxdpcaskonasoki
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKFerdinandus9
 
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555zannialzur
 

Último (7)

Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian database
 
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
 
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
 

Struktur Beton Bertulang

  • 3. PENGERTIAN BETON BERTULANG • Beton adalah campuran pasir, kerikil atau batu pecah, semen, dan air. • Bahan lain (admixtures) dapat ditambahkan pada campuran beton untuk meningkatkan workability, durability, dan waktu pengerasan. • Beton mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, dan kekuatan tarik yang rendah. • Beton dapat retak karena adanya tegangan tarik akibat beban, susut yang tertahan, atau perubahan temperatur. • Beton bertulang adalah kombinasi dari beton dan baja, dimana baja tulangan memberikan kekuatan tarik yang tidak dimiliki beton. Baja tulangan juga dapat memberikan tambahan kekuatan tekan pada struktur beton.
  • 4. KELEBIHAN BETON BERTULANG SEBAGAI BAHAN STRUKTUR • Memiliki kekuatan tekan yang relative lebih tinggi dari pada kebanyakan bahan lainnya • Struktur beton bertulang sangat kokoh. Tahan terhadap api dan air • Tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi. • Dibanding dengan bahan lain, beton bertulang memiliki masa layan yang sangat panjang. Sangat ekonomis untuk pondasi tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dsb. • Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam, mulai dari plat, balok, kolom yang sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar. • Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan local yang murah (pasir, kerikil, air) dan relative membutuhkan sedikit semen dan baja yang mungkin saja harus didatangkan dari tempat lain. • Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti baja struktur.
  • 5. KELEMAHAN BETON BERTULANG • Beton memiliki kekuatan tarik yang sangat rendah sehingga memerlukan penggunaan tulangan tarik. • Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap pada tempatnyan sampai beton mengeras. • Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton menyebabkan beton bertulang menjadi berat. Ini akan berpengaruh terutama pada struktur dengan bentang- bentang panjang dimana beban mati akibat berat sendiri yang sangat besar akan mempengaruhi momen lentur. • Rendahnya kekuatan per satuan volume mengakibatkan beton bertulang akan berukuran relative besar. Hal penting yang harus dipertimbangkan untuk bangunan tinggi dan struktur dengan bentang panjang. • Sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi campuran dan pengerjaannya. Penuangan dan perawatan beton umumnya tidak bisa ditangani seteliti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti baja struktur. • Sifat susut (shrinkage) dan rangkak (creep) pada beton bila tidak diperhatikan dapat menimbulkan masalah yang berarti
  • 6. Berikut adalah Diagram Tegangan- Regangan Baja • Daerah Elastis adalah keadaan dimana baja masih bersifat elastis artinya dapat kembali ke posisi semula. • Titik Batas adalah keadaan dimana baja sudah dalam kondisi batas atau hampir putus.
  • 7. FAKTOR KEAMANAN STRUKTUR BERDASARKAN DESAIN KEKUATAN A.KUAT PERLU (U) • Strukur harus dirancang shg. setiap penampang mempunyai kekuatan sama dengan kuat perlu yg dihitung berdasarkan beban/gaya terfaktor. • Faktor Beban(lihat SNI-03-2002) • U= 1,4 D (D = beban mati0 • U= 1,2 D + 1,6 L (L = beban hidup) • U= 1,2 D + L ±E , dll (E= beban gempa)
  • 8. B. FAKTOR REDUKSI KEKUATAN (Φ) Tujuan : • memperhitungkan penurunan kekuatan akibat kesalahan dlm pelaksanaan, kwalitas material yg tidak sesuai, dll KUAT RENCANA = KUAT PERLU ( U )Φ • dimana :Φ= 0,80 (lentur) ; Kuat Rencana Momen (Mn)= Mu/ Φ • Φ= 0.75 (geser) • Φ= 0.65 (aksial)
  • 9. Lentur disebabkan oleh momen.Akibat lenturan makas ebagian penampang menerima tekan,sebagian lagi menerima tarik.Peralihan daerah tekan dg daerah tarik disebut garis netral (Daerah dg Reg dan teg=0).Kekuatan tarik beton sangat kecil sehingga bagian penampang beton yang menerima tarik kekuatannya diabaikan dan tugasnya akan digantikan oleh baja tulangan. • LENTUR
  • 10. DASAR-DASAR ANGGAPAN DALAM PERENCANAAN: • Regangan dalam beton dan baja tulangan dianggap berbanding lurus dg jarak terhadap garis netral. (Bentuk diagram regangan selalu linier) • Regangan maks. Beton pada serat tekan terluar εcu’ = 0.003 • Untuk εs < εy, teg. Baja fs = εs . Es • Untuk εs ≥ εy, teg. Baja fs = fy • Kekuatan tarik beton diabaikan • Baja tulangan dianggap terekat sempurna dengan beton sehingga regangan baja sama dengan regangan beton.
  • 12. Perencanaan Penampang Persegi Terhadap Tarik (Tulangan Tunggal) Dalam perencanaan penampang persegi dengan tulangan tarik, permasalahan yang timbul adalah bagaimana menentukan b,d, dan As untuk harga = Mu, atau Mn = dengan sifat bahan f’c fan fy yang diketahui
  • 13.
  • 14.
  • 15.
  • 16.
  • 17. Perencanaan Penampang Persegi Terhadap Lentur Dengan Penulangan Tarik dan Tekan (Rangkap).
  • 18.
  • 19.
  • 20.
  • 22. ANALISIS BALOK “T” Pada umumnya, zona tekan balok “T” berbentuk persegi seperti terlihat pada gambar 4.2b (diatas). Untuk kasus seperti ini, balok “T” tersebut dapat dianalisa sebagai balok persegi dengan lebar “b”. Untk kasus dimana zona tekan berbentuk “T” seperti pada gambar 4.2d (diatas) analisis dapat dilakukan dengan memperhitungkan secara terpisah kontribusi sayap dan badan penampang dalam menahan momen.
  • 23.
  • 24. Analisis dilakukan secara terpisah sebagai berikut : BALOK SAYAP Luas zona tekan = (b – bw) hf Gaya tekan Cf = 0,85. fc’. (b – bw) hf Syarat keseimbangan , Tf = Cf Sehingga dengan asumsi fs = fy maka : Asf. fy = 0,85. fc’. (b-bw) hf sehingga Asf dapat dicari dari persamaan di atas Lengan momen = (d-hf/2) Mnf = 0,85. fc’. (b-bw) hf (d-hf/2) atau, Mnf = Asf. fy (d-hf/2) BALOK BADAN Luas tulangan tarik badan –> Asw = As – Asf Gaya tekan , Cw = 0,85. fc’. bw. a Syarat keseimbangan –> Cw = Tw = Asw . fy sehingga, a = Asw.fy / 0,85. fc’. bw Lengan momennya adalah (d-a/2), sehingga : Mnw = 0,85. fc’. bw. a (d-a/2), atau Mnw = Asw. fy (d-a/2) Maka ,Momen pada balok T adalah = Momen pada balok sayap + Momen pada balok badan Momen balok T = Mnf + Mnw
  • 25. BATASAN TULANGAN MAXIMUM UNTUK BALOK T Untuk menjamin perilaku yang daktail, SNI 2002 pasal 12.3 butir 3 mensyaratkan : ρ ≤ 0,75 ρb TULANGAN MINIMUM BALOK T SNI 2002 pasal 12.5 butir 2 mensyaratkan batasan tulangan minimum untuk balok T yaitu Asmin = (√f’c / 2.fy) bw.d Atau Asmin = (√f’c / 4.fy) bf.d
  • 26. GESER Untuk memahami mekanisme geser, kita tinjau suatu balok sederhana yang homogen, isotropis, dan linier elastis dengan pembebanan merata. Kita tinjau dua elemen kecil A1 dan A2 pada balok tersebut, maka tegangan.lentur (f) dan tegangan geser (v) pada elemen-elemen tersebut adalah :
  • 27.
  • 28. PERILAKU BALOK TANPA TULANGAN GESER Untuk balok yang mempunyai tulangan memanjang, yaitu tulangan yang direncanakan untuk memikul gaya-gaya lentur tarik dan tekan yang ditimbulkan oleh momen lentur, tegangan geser yang tinggi menimbulkan retak miring. Untuk mencegah pembentukan retak miring, maka digunakan penulangan transversal (dikenal dengan penulangan geser), yang berbentuk sengkang tertutup atau yang berbentuk U di arah vertical atau miring untuk menutupi penulangan memanjang utama di sekeliling muka balok. Pada dasarnya ada tiga jenis keretakan pada balok : • Retak lentur (flexural crack), terjadi di daerah yang mempunyai harga momen lentur besar. Arah retak hampir tegak lurus.pada sumbu balok. • Retak geser lentur ( flexural shear crack), terjadi pada bagian balok yang sebelumnya telah terjadi keretakan lentur. Jadi retak geser lentur merupakan perambatan retak miring dari retak lentur yang sudah terjadi sebelumnya. • Retak geser badan / retak tarik diagonal (web shear crack), terjadi pada daerah garis netral penampang dimana gaya geser maksimum dan tegangan aksial sangat kecil.
  • 30. Pada balok tanpa tulangan geser, keruntuhan balok dapat disebabkan oleh runtuhnya salah satu dari ketiga komponen gaya transfer di atas segera setelah terbentuknya keretakan miring. Jumlah dari ketiga komponen di atas, pada ACI dan SNI disebut dengan "komponen gaya geser yang ditahan oleh beton" atau Vc. Pada balok semacam ini beban keretakan miring Vc merupakan parameter penentu dalam disain. Karena keruntuhan balok tanpa sengkang tiba-tiba tanpa adanya aba-aba yang cukup, dimana hal ini tidak diinginkan, maka peraturan pada umumnya mensyaratkan sedapat mungkin pemakaian sengkang. Persyaratan penggunaan tulangan geser minimum, yaitu untuk Ф,Vc > V > 0,5 Ф.Vc , digunakan sengkang minimum sebesar :
  • 32. Sengkang akan meningkatkan kekuatan balok karena : • 1. Sengkang akan memikul sebagian gaya geser penampang • 2. Sengkang akan menahan perkembangan lebar retak akibat tarik diagonal sehingga mempertahankan adanya interface shear transfer • 3. Sengkang yg cukup rapat akan mengikat tulangan memanjang sehingga meningkatkan dowelcapacity
  • 33. PERENCANAAN PENAMPANG TERHADAP GESER Langkah-langkah perencanaan penampang terhadap geser adalah : 1. Hitung gaya geser terfaktor Vu pada penampang kritis di sepanjang elemen. 2. Untuk suatu penampang kritis, hitung kekuatan geser beton Vc. 3. a). Bila (Vu - Ф. Vc) > 0,67.bw d.√(f'c), ukuran balok diperbesar. b). Bila (Vu -Ф. Vc) < 0,67. bw .d.√(f'c), tentukan jumlah tulangan geser untuk menahan kelebihan tegangan. c). Bila Vu > 0,5. Ф. Vc, gunakan tulangan geser minimum Vu= Ф. Vn Dengan Vu adalah gaya geser terfaktor yang bekerja pada penampang yang ditinjau, Sedangkan Vn merupakan kuat geser nominal yang dihitung dari : Vn = Vc + VS Dengan Vc = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh beton Vs = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh tulangan badan
  • 34.
  • 35. a) Bila Vu ≤ Ф.Vc. tidak perlu tulangan geser , hanya tulangan geser praktis b) Bila 0,5. Ф.Vc < Vu < Ф.Vc, gunakan tulangan geser minimum c) Bila Vu > Ф.Vc, diperlukan tulangan geser, dengan gaya yang harus ditahan oleh sengkang sebesar :
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 40. Perencanaan Puntir Pengaruh puntir dapat diabaikan bila: • Tu < ∅ 𝑓′𝑐 12 𝐴2 𝑐𝑝 𝑝 𝑐𝑝 • Tu < ∅ 𝑓′𝑐 12 𝐴2 𝑐𝑝 𝑝 𝑐𝑝 1 + 3𝑁𝑢 𝐴 𝑔 𝑓′𝑐 (apabila ada gaya normal) Acp = luas yang dibatasi keliling luar penampang beton pcp = keliling luar penampang beton
  • 41. Untuk struktur statis tak tentu • Tu maks = ∅ 𝑓′𝑐 3 𝐴2 𝑐𝑝 𝑝 𝑐𝑝 • Tu maks = ∅ 𝑓′𝑐 3 𝐴2 𝑐𝑝 𝑝 𝑐𝑝 1 + 3𝑁𝑢 𝐴 𝑔 𝑓′𝑐 • Dimensi penampang harus memenuhi: 𝑉𝑢 𝑏 𝑤 𝑑 2 + 𝑇𝑢 𝑝ℎ 1,7𝐴 𝑜ℎ 2 2 ≤ ∅ 𝑉𝑐 𝑏 𝑤 𝑑 + 2 𝑓′ 𝑐 3 ph = keliling dari garis pusat tulangan sengkang terluar Aoh = luas yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar
  • 42. Perencanaan tulangan sengkang untuk puntir Tn = 2𝐴 𝑜 𝐴 𝑡 𝑓𝑦𝑣 𝑠 cotѲ ∅Tn ≥ Tu Ao = 0,85 Aoh • At = luas satu kaki sengkang penahan puntir • fyv = tegangan leleh sengkang penahan puntir • Ѳ = 45° Tulangan longitudinal untuk menahan puntir Al = 𝐴 𝑡 𝑠 𝑝ℎ 𝑓𝑦𝑣 𝑓 𝑦𝑙 𝑐𝑜𝑡2 𝜃 fyl = tegangan leleh tulangan torsi longitudinal
  • 43. Tulangan puntir minimum Av + 2At = 75 𝑓′ 𝑐 1200𝑓𝑦𝑣 bw s Av + 2At = 1 3 𝑏 𝑤 𝑠 𝑓𝑦𝑣 Tulangan puntir longitudinal minimum Al minimum = 5 𝑓′ 𝑐 12𝑓𝑦𝑣 𝐴 𝑐𝑝- 𝐴 𝑡 𝑠 𝑝ℎ 𝑓𝑦𝑣 𝑓 𝑦𝑙 𝐴 𝑡 𝑠 ≥ 𝑏 𝑤 6𝑓𝑦𝑣 Spasi tulangan puntir 1.Spasi sengkang puntir ≤ 𝑝ℎ 8 atau 300 mm 2.Tulangan longitudinal harus terdistribusi sekeliling sengkang dengan spasi ≤ 300 𝑚𝑚. Diameter tulangan longitudinal ≥ 1 24 spasi sengkang atau ≥ 10 𝑚𝑚
  • 44.
  • 45. • Penyelesaian Vc = 1 6 𝑓′𝑐 𝑏 𝑤 𝑑 Vc = 1 6 20 .300.360= 80498,447 N Vn = 𝑉𝑢 ∅ = 150000 0,75 = 200000 N Vs = Vn – Vc Vs = 200000 – 80498,447 = 119501 N 𝐴𝑣 𝑠 = 𝑉𝑠 𝑓𝑦. 𝑑 𝐴𝑣 𝑠 = 119501 400.360 = 0,8298 • Puntir diabaikan bila: Tu < ∅ 𝑓′𝑐 12 𝐴2 𝑐𝑝 𝑝 𝑐𝑝 Tu < 0,75 20 12 3002.4002 600+800 Tu > 2874944 Nmm maka puntir tidak diabaikan
  • 46.
  • 47. • Perencanaan tulangan puntir Tn = 2𝐴 𝑜 𝐴 𝑡 𝑓𝑦𝑣 𝑠 cotѲ Ao = 0,85 Aoh = 0,85.70400 = 59840 mm2 𝜃 = 45° fyv = fy = 400 MPa Tn = 𝑇𝑢 ∅ = 15.106 0,75 = 20.106 Nmm 20.106 = 2.59840.𝐴𝑡.400 𝑠 𝐴 𝑡 𝑠 = 0,417
  • 48. • Kombinasi sengkang geser dengan sengkang puntir 𝐴 𝑣𝑡 𝑠 = 𝐴 𝑣 𝑠 + 2𝐴 𝑡 𝑠 𝐴 𝑣𝑡 𝑠 = 0,8298 + 2. 0,417 = 1,6638 Pakai D10 → Avt = 2.0,25. 3,14. 102 = 150,72 mm2 s = 150,72 1,6638 = 90,58 mm • Cek tulangan puntir minimum Av + 2At = 75 𝑓′ 𝑐 1200𝑓𝑦𝑣 bw s Av + 2At = 75 20 1200.400 300. 90,58 = 18,98 mm2 Av + 2At = 150,72 + 150,72 = 301,44 mm2 301,44 mm2 > 18,98 mm2 ok Av + 2At = 1 3 𝑏 𝑤 𝑠 𝑓𝑦𝑣 Av + 2At = 1 3 300.90,58 400 = 22,645 mm2 301,44 mm2> 22,645 mm2 ok
  • 49. • Tulangan longitudinal penahan puntir Al = 𝐴 𝑡 𝑠 𝑝ℎ 𝑓𝑦𝑣 𝑓 𝑦𝑙 𝑐𝑜𝑡2 𝜃 Al = 0,417.1080 400 400 . 1 = 450,36 mm2 Ambil D13 maka jumlah tulangan memanjang = 450,36 0,25.3,14.132 = 3,39 ( 4 batang) • Cek tulangan minimum longitudinal: Al minimum = 5 𝑓′ 𝑐 12𝑓𝑦𝑣 𝐴 𝑐𝑝- 𝐴 𝑡 𝑠 𝑝ℎ 𝑓𝑦𝑣 𝑓 𝑦𝑙 Al minimum = 5 20 12.400 300.400- 0,417 . 1080 400 400 = 108,65 mm2 450,36 mm2> 108,65 mm2 ok
  • 51. a. Definisi Kolom • Struktur kolom adalah batang vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok (E.G Nawy.,1998). Kolom berfungsi meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi bawahnya hingga sampai tanah melalui fondasi. Kolom merupakan struktur tekan sehingga keruntuhan kolom tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas. Oleh karena itu, dalam merencanakan kolom perlu adanya perencanaan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan elemen beton bertulang lainnya.
  • 52. Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom dibedakan menjadi : 1. Kolom segi empat dengan tulangan memanjang dan sengkang. 2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berbentuk spiral. 3. Kolom komposit yang terdiri dari beton dan baja profil didalamnya.
  • 53. b. Kolom dengan Beban Sentris dan Eksentris 1. Kolom Pendek dengan Beban Sentris Kapasitas beban sentris maksimum diperoleh dengan menambah kontribusi beton yaitu (Ag – Ast) 0,85 f’c dan kontribusi baja tulangan yaitu Ast fy, dimana Ag luas penampang bruto dan Ast luas total tulangan baja
  • 54. Kolom dengan Beban Sentris dan Eksentris • Batas eksentrisitas minimal untuk kolom sengkang dalam arah tegak lurus sumbu lentur adalah 10% dari tebal kolom dan 5% untuk kolom bulat (E.G Nawy., 1998) Berdasarkan SNI 03- 2847-2002 tentang tata cara perencanaan beton untuk bangunan gedung, kuat rencana kolom tidak boleh lebih dari :
  • 55. Kolom dengan Beban Sentris dan Eksentris • Dengan faktor reduksi kekuatan ϕ untuk kolom sengkang sebesar 0,65 dan ϕ untuk kolom bulat 0,70. Persyaratan detail penulangan kolom bulat antara lain : 1. Luas tulangan longitudinal komponen struktur tekan tidak boleh kurang dari 0,01 ataupun lebih dari 0,08 kali luas penampang bruto (pasal 12.9(1)). 2. Jumlah tulangan longitudinal munimum adalah 4 untuk kolom persegi empat atau lingkaran, 3 untuk kolom sengkang segitiga dan 6 untuk kolom pengikat spiral (pasal 12.9(2)). 3. Rasio penulangan spiral untuk fy ≤ 400 tidak boleh kurang dari (pasal 12.9(3)) :
  • 56. Kolom Dengan Beban Eksentris • Kolom yang menahan beban eksentris mengakibatkan baja pada sisi yang tertarik akan mengalami tarik dengan garis netral dianggap kurang dari tinggi efektif penampang (d). • Berdasarkan regangan yang terjadi pada baja tulangan yang tertarik, kondisi awal keruntuhan digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Keruntuhan tarik yang diawali dengan luluhnya tulangan tarik dimana Pn < Pnb. 2. Keruntuhan tekan yang diawali dengan kehancuran beton dimana Pn > Pnb. • Beton mencapai kekuatan maksimum f’c pada saat regangan desak beton maksimal mencapai 0,003
  • 57. Kolom Dengan Beban Eksentris • Perencanaan kolom eksentris diselesaikan dengan dua cara antara lain : 1. Diagram Pn - Mn yaitu suatu grafik daerah batas yang menunjukkan ragam kombinasi beban aksial dan momen yang dapat ditahan oleh kolom secara aman. Diagram interaksi tersebut dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah keruntuhan tekan dan daerah keruntuhan tarik dengan pembatasnya adalah titik balance. Analisis kolom dengan diagram Pn - Mn diperhitungkan pada tiga kondisi yaitu :
  • 58. Kolom Dengan Beban Eksentris • Pada Kondisi Eksentrisitas Kecil Prinsip-prinsip pada kondisi ini dimana kuat tekan rencana memiliki nilai sebesar kuat rencana maksimum. sehingga kuat tekan kolom maksimum yaitu :
  • 59. Kolom Dengan Beban Eksentris • Pada Kondisi Momen Murni Momen murni tercapai apabila tulangan tarik belum luluh sedangkan tulangan tekan telah luluh dimana fs adalah tegangan tulangan tekan pada kondisi luluh. Pada kondisi momen murni keruntuhan terjadi saat hancurnya beton (Pn = Pu = 0). Keseimbangan pada kondisi momen murni yaitu : ND1 + ND2 = NT .........................(7)
  • 60. Kolom Dengan Beban Eksentris • Dimana Selisih akibat perhitungan sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Persamaan yang diperoleh dari segitiga sebangun dengan tinggi sumbu netral pada c yaitu :
  • 61. Kolom Dengan Beban Eksentris • Dengan mensubtitusikan persamaan (7) dan (11) akan dihasilkan persamaan pangkat dua dengan perubah tinggi sumbu netral c. Momen rencana dapat dihitung sebagai berikut :
  • 62. Kolom Dengan Beban Eksentris • Pada Kondisi Balance Kondisi keruntuhan balance tercapai apabila tulangan tarik luluh dan beton mengalami batas regangan dan mulai hancur. Persamaan yang diperoleh dari segitiga yang sebangun dengan persamaan sumbu netral pada kondisi balance (Cb) yaitu :
  • 63. Kolom Dengan Beban Eksentris • Sehingga eksentrisitas balance (eb) dapat ditulis sebagai berikut :
  • 64. Kolom Dengan Beban Eksentris 2. Metode Pendekatan Whitney Persamaan-persamaan yang disarankan Whitney dugunakan sebagai solusi alternatif dengan cara coba-coba walaupun tidak selalu konservatif khususnya apabila beban rencana terlalu dekat dengan beban balance.
  • 65. Kolom Dengan Beban Eksentris a. Kolom Segi Empat : • Persamaan-persamaan Whitney pada kondisi keruntuhan tekan yang disarankan berdasarkan asumsi-asumsi : • Tulangan dipasang simetris pada satu lapis sejajar terhadap sumbu lentur penampang segi empat. • Tulangan tekan telah leleh. • Luas beton yang ditempati tulangan diabaikan. • Tinggi balok tegangan ekivalen dianggap sebesar 0,54d setara dengan harga a rata-rata kondisi balance pada penampang segi empat. • Keruntuhan tekan menentukan.
  • 66. Kolom Dengan Beban Eksentris • Dalam banyak hal, metode Whitney konservatif apabila eksentrisitas sangat kecil. • Persamaan Whitney untuk hancur tekan menentukan : • Persamaan Whitney untuk hancur tarik menentukan berdasarkan asumsi-asumsi keruntuhan ditandai dengan luluhnya tulangan tarik sedangkan tulangan tekan bisa belum luluh.
  • 67. Kolom Dengan Beban Eksentris b. Kolom Bulat • Persamaan-persamaan Whitney pada kondisi keruntuhan tekan yang disarankan berdaarkan asumsi-asumsi : • Transformasi kolom bulat menjadi kolom segi empat akivalen. • Tebal penampang segi empat ekivalen diambil sebesar 0,8h dimana h adalah diameter kolom bulat. • Lebar kolom segi empat ekivalen diambil sebesar Ag / 0,8h. • Luas total tulangan segi empat ekivalen pada dua lapis yang sejajar berjarak 2Ds /3 dalam arah lentur dimana Ds adalah diameter tulangan terluar dari as ke as. • Persamaan Whitney untuk keruntuhan tekan :
  • 68. Kolom Dengan Beban Eksentris Persamaan Whitney untuk keruntuhan tarik :
  • 69. c. Kolom Langsing Apabila angka kelangsingan kolom melebihi batas untuk kolom pendek maka kolom tersebut akan mengalami tekuk sebelum mencapai batas limit kegagalan material. Kolom tersebut adalah jenis kolom langsing yang mengalami momen tambahan akibat efek PΔ dimana P adalah beban aksial dan Δ adalah defleksi akibat kolom tertekuk pada penampang yang ditinjau. 1. Besarnya k dapat dihitung dengan persamaan- persamaan dari peraturan ACI (E.G Nawy., 1998) antara lain :
  • 70. Kolom Langsing a. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan berpengaku diambil dari nilai terkecil antara persamaan berikut: Dimana ψA dan ψB adalah ψ pada ujung kolom dan ψmin adalah yang terkecil dari kedua harga tersebut.
  • 71. Kolom Langsing b. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan tanpa pengaku yang tertahan pada kedua ujungnya diambil sebesar : Diamana ψ m adalah harga ψ rata-rata dari kedua ujung batang tertekan tersebut.
  • 72. Kolom Langsing c. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan tanpa pengaku yang kedua ujungnya sendi diambil sebesar :
  • 73. Kolom Langsing 2. Pengaruh kelangsingan SNI (1991) mensyaratkan pengaruh kelangsingan boleh diabaikan apabila : • untuk komponen struktur tekan yang ditahan terhadap goyangan kesamping. • untuk komponen struktur tekan yang tidak ditahan terhadap goyang kesamping. M1b dan M2b adalah momen pada ujung-ujung yang berlawanan pada kolom dengan M2b adalah momen yang lebih besar dan M1b adalah momen yang lebih kecil.
  • 74. Kolom Langsing 3. Metode pembesaran momen Pembesaran momen bergantung pada kelangsingan batang, desain penampang dan kekuatan seluruh rangka portal bergoyang. Komponen struktur tekan harus direncanakan menggunakan beban aksial terfaktor dan momen terfaktor yang diperbesar.
  • 75. Kolom Langsing Dimana ∑Pu adalah beban vertikal trfaktor pada suatu tingkat dan ∑Pc adalah kapasitas tekan total kolom-kolom pada suatu tingkat.
  • 76. Kolom Langsing 4. Kuat geser a. Perencanaan kolom harus mempertimbangkan gaya geser yang bekerja antara lain : • Komponen struktur yang menerima beban aksial tekan :
  • 77. Kolom Langsing b. Kuat geser boleh dihitung dengan perhitungan yang lebih rinci yaitu : Dengan nilai Mm menggantikan Mu dan nilai Vud/Mu boleh diambil lebih daripada 1,0 dengan : Tetapi dalam hal ini Vc tidak boleh diambil lebih besar dari pada :
  • 79. CONTOH PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN A. Contoh Hitungan Kolom berpenampang Persegi • Perancangan kolom berpenampang persegi dengan cara hitungan manual biasa dan cara grafis Interaksi M-N.
  • 80.
  • 81.
  • 82.
  • 83.
  • 84.
  • 85.
  • 87. CONTOH SOAL PERANCANGAN DESAIN PELAT LANTAI • Pembebanan Pelat Lantai • Beban-beban yang bekeja pada pelat berdasarkan pada Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983. • Adapun ketentuan dari pelat lantai adalah : • Tebal pelat lantai, t = 12 cm =120 mm • Tebal spesi, t = 3 cm = 30 mm • Tebal tegel, t = 2 cm = 20 mm • Diameter tulangan utama ϕ d = 10 mm • Tebal selimut beton untuk beton yang tidak langsung berhubungan dengan tanah sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 9.7 butir 1.c pelat dinding, pelat berusuk seperti batang D-36 dan yang lebih kecil dipakai p = 20 mm • Gamma beton, γb = 2400 Kg/m3 • Gamma spesi γs = 2100 Kg/m3
  • 88. • Beban mati (WD), ditinjau per meter lebar pias – Berat sendiri pelat (0.12 × 2400 Kg/m3) = 288 Kg/m2 – Berat spesi (0.03 × 2100 Kg/m3) = 63 Kg/m2 – Berat tegel, t = 2 cm (0.02 × 2400 Kg/m3) = 48 Kg/m2 – Berat plafond = 11 Kg/m2 – Berat penggantung = 7 Kg/m2 Total beban mati (WD) = 417 Kg/m2 • Beban hidup (WL) – Beban untuk lantai gedung Hotel = 250 Kg/m2 Total beban hidup (WL) = 250 Kg/m2 • Beban ultimate (WU) • WU = = = 900.4 Kg/m2 = 9.004 KN/m2 LD qq  6.12.1    2506.14172.1 
  • 89.
  • 90.
  • 91.
  • 92.
  • 93.
  • 94. Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
  • 95.
  • 96. Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
  • 97.
  • 98. Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
  • 99.
  • 100. Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :