O slideshow foi denunciado.
Seu SlideShare está sendo baixado. ×

PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx

Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Carregando em…3
×

Confira estes a seguir

1 de 48 Anúncio

Mais Conteúdo rRelacionado

Semelhante a PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx (20)

Mais recentes (20)

Anúncio

PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx

  1. 1. WORKSHOP NPM – ENDOKRINOLOGI - GASTROHEPATOLOGI PENCEGAHAN STUNTING PADA MASA BAYI DAN BALITA dr. Mira Mariana Ulfah, SpA
  2. 2. POKOK BAHASAN • Kondisi stunting di Indonesia • Penyamaan persepsi tentang stunting dan dampaknya pada Sumber Daya Manusia Indonesia • Strategi pencegahan stunting POKOK BAHASAN
  3. 3. Kondisi stunting di Indonesia • Angka stunting Indonesia menurun, dari 29 %pada 2015 menjadi 27.6 % di 2016 dan pada tahun 2013 mencapai 37,2 % • Angka tersebut masih di atas batas yang ditetapkan WHO, yaitu 20 persen. • Persentase stunting Indonesia juga lebih tinggi dibanding sejumlah negara Asia Tenggara seperti Vietnam (23), Filipina (20), Malaysia (17), dan Thailand (16). • Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). • Perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak Stunting KONDISI STUNTING DI INDONESIA https://p2ptm.kemkes.go.id/post/stunting-ancaman-generasi-masa-depan-indonesia
  4. 4. Sebaran stunting di Indonesia
  5. 5. Definisi Stunting Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal anak lahir  stunting nampak setelah anak berusia 2 tahun Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diakibatkan oleh asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat. Pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO.  Kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/kronis yang terjadi dalam 1000 HPK DEFINISI STUNTING
  6. 6. APAKAH SEMUA ANAK DENGAN PERAWAKAN PENDEK ITU STUNTING ???
  7. 7. source: Mark A. Sperling, MD STUNTING Tidak semua balita pendek itu STUNTING, sehingga perlu dibedakan STUNTING VS STUNTED
  8. 8. STUNTING VS GIZI BURUK • Manifestasi gizi buruk yang berkepanjangan/kronis  Stunting • Dampak Gizi buruk jangka pendek : • Anak mudah mengalami infeksi karena kekebalan tubuhnya rendah. • Memiliki intelligence quotient (IQ) rendah. • Dampak Jangka panjang • Pertumbuhan anak berhenti bertumbuh sebelum waktunya  Anak kurus (wasting) dan pendek (stunting). • Stunting pada anak akan berdampak pada gangguan metabolisme, rendahnya kekebalan tubuh, dan ukuran fisik tubuh yang tidak optimal.
  9. 9. 1. Praktek pengasuhan yang tidak baik  POLA ASUH - 60 % dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif - 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima MPASI 2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC, post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas - 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD - 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai - Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013) - Kurangya cakupan imunisasi terutama paska pandemi Covid 3. Kurangnya akses ke makanan bergizi  POLA MAKAN YANG SALAH - Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai makanan bergizi 4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi - 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka - 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih PENYEBAB STUNTING Multidimensi  Intervensi 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) SANGAT MENENTUKAN !!!!
  10. 10. Jangka pendek • Terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh Jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan • Menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua DAMPAK STUNTING JANGKA PENDEK JANGKA PANJANG
  11. 11. Kapan waktu yang tepat untuk mencegah stunting? Dewey & Huffman (2009)  pertambahan panjang anak Malawi (Afrika Selatan) dari median kurva pertumbuhan standar WHO sampai usia 3 tahun adalah 10 cm, dimana penambahan terjadi pada masa: • 20%  saat awal lahir (terjadi pre-natal) • 20%  6 bulan pertama • 50%  usia 6-24 bulan • 10%  tahun ke-3 kehidupan
  12. 12. Mencegah terjadinya weight faltering  Memantau dan Deteksi dini bila ada gangguan pertumbuhan Memastikan balita mendapat asupan nutrisi yang adekuat dan optimal Memperhatikan kondisi Kesehatan balita dengan cermat  Identifikasi red flag Bagaimana Cara Mencegah Stunting?
  13. 13. • Deteksi dini weight faltering/growth faltering/gagal tumbuh sangat penting • Adalah kondisi dimana arah garis pertumbuhan kurang dari yang diharapkan karena berat badan yang stagnan atau rendahnya kenaikan berat badan anak berdasar usia. • Anak dengan weight faltering memiliki tubuh yang lebih ringan dan lebih pendek secara signifikan dibandingkan dengan anak seusianya (stunting) • Kekurangan gizi juga mengakibatkan gangguan imunitas tubuh yang berkontribusi terhadap angka kesakitan dan angka kematian.
  14. 14. Pendekatan Penyebab weight faltering untuk mencegah berlanjut menjadi stunting Weight Faltering Asupan nutrisi tidak adekuat Ketidak tersediaan pangan Ketidaktahuan gizi lengkap dan seimbang, dll Penyuluhan praktek pemberian makan yang benar Perbaikan ekonomi Ketidakmampuan mengonsumsi makanan yang ada misal alergi makanan, kelainan metabolisme bawaan, prematuritas, dll Food for special medically purposes PKMK Kebutuhan nutrisi meningkat Penyakit infeksi Misal diare berulang, ISPA, ISK, dll Imunisasi, perbaikan sanitasi, dll
  15. 15. Penyebab weight faltering •Gastroesofageal refluks •Pasokan ASI tidak adekuat atau perlekatan tidak efektif •Penyiapan susu formula salah •Gangguan mekanik dalam menyusu (misal celah bibir/ langit-langit) •Penelantaran atau kekerasan anak •Kebiasaan makan yang buruk •Gangguan koordinasi neuromotor oral •Gangguan gastrointestinal yang diinduksi toksin (misal peningkatan kadar timbal menyebabkan anoreksia, konstipasi, atau nyeri perut) •Anemia, defisiensi besi •Atresia bilier •Penyakit celiac •Gangguan gastrointestinal kronis (misal irritable bowel syndrome), •Infeksi •Kistik fibrosis •Kelainan metabolisme bawaan •Alergi susu sapi •Kolestasis •Penyakit hati • Infeksi kronik (HIV-AIDS, tuberkulosis) •Kelainan jantung bawaan •Penyakit paru kronik (pada bayi dengan riwayat prematur) •Keganasan •Gagal ginjal •Hipertiorid •Kondisi infalamasi (misal asma, inflammatory bowel disease) Asupan tidak adekuat Absorpsi yang tidak adekuat Peningkatan metabolism PENYEBAB WEIGHT FALTERING
  16. 16. • Gagal tumbuh terjadi paling banyak dari usia 3 hingga 18-24 bulan. • Perlu meningkatkan intervensi dalam 1000 HPK, dengan mencegah BBLR dan melakukan praktek pemberian makan yang benar : ASI + MP ASI • Defisiensi protein menyebabkan hambatan pertumbuhan, dari beberapa studi di negara berkembang telah menunjukkan bahwa protein hewani mempunyai growth-promoting effect pada anak-anak
  17. 17. Deteksi dini masalah gizi Meneliti KMS (BB menurut Umur dan jenis kelamin) Melakukan pengukuran BB dan PB dengan cara benar Memplot BB dan PB di grafik BB menurut PB dan Jenis Kelamin Mengklasifikasikan status gizi menurut tabel WHO 2005
  18. 18. WORKS HOP NPM – ENDOKRINOLOGI - GASTROHEPATOLOGI PEMERIKSAAN FISIS DAN ANTROPOMETRI Lakukan assessment: status pertumbuhan dan status nutrisi dengan benar  Pengukuran antropometri BB, PB, LK kemudian di plotkan pada kurva pertumbuhan yang sesuai.
  19. 19. KRITERIA FALTERING GROWTH Usia 0-2 tahun: Kenaikan BB dan PB <P5 grafik WHO weight dan length increment Usia 2-5 tahun : Garis yang menghubungkan dua titik berat badan memotong 2 garis persentil mayor (P75, P50, P25, P10, P5 dan P3) grafik CDC-NCHS 2000 berat badan menurut usia (weight for age) PNPK Weight Faltering UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. 2020
  20. 20. WO NPM – ENDOKRINOLOGI - GAST Status Pertumbuhan pasien pada KMS STATUS PERTUMBUHAN
  21. 21. Identifikasi weight faltering ditandai bila kenaikan BB dibawah Persentil-5 (P-5) untuk usia 0-2 tahun 19
  22. 22. Kenaikan PB 3 bulan terakhir: 66,0-64,0 = 2,0 cm  dibawah persentil 5 Identifikasi Length Deceleration ditandai bila kenaikan PB < Persentil-5 untuk usia 0-2 tahun
  23. 23. Melakukan Plotting Grafik Pertumbuhan dan Interpretasi status nutrisi sesuai Permenkes no 2 tahun 2020
  24. 24. Menghitung Tinggi Potensi Genetik  Prediksi rentang TB dewasa yang akan dicapai seorang anak berdasarkan TB kedua orang tua  Bila tinggi anak konsisten dengan potensi tinggi genetik  perawakan pendek familial  Bila tinggi anak kurang dari potensi genetik  constitutional delay of growth and puberty (CDGP).  Untuk membedakan perawakan pendek familial dan constitutional delay of growth and puberty (CDGP) adalah pemeriksaan usia tulang (bone age) Laki-laki Perempuan 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐛𝐚𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐲𝐚𝐡 + 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐛𝐚𝐝𝐚𝐧 𝐢𝐛𝐮 + 𝟏𝟑 ± 𝟖. 𝟓 𝐜𝐦 𝟐 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐛𝐚𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐲𝐚𝐡 + 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐛𝐚𝐝𝐚𝐧 𝐢𝐛𝐮 − 𝟏𝟑 ± 𝟖. 𝟓 𝐜𝐦 𝟐
  25. 25. Tatalaksana gagal tumbuh pada bayi usia 0-6 bulan Evaluasi komprehensif Manajemen laktasi & atasi masalah medis Kenaikkan berat cukup Kenaikkan berat tidak cukup T eruskanASI eksklusif Bayi siap makan (≥ 4 bulan) Mulai MPASI Bayi belum siap makan Suplementasi ASI donor yang memenuhi syarat kemanan Suplementasi susu formula sesuai Codex Ditentukan oleh dokter Red flags ?
  26. 26. TATA LAKSANA NUTRISI P ADA STUNTING • Asuhan Nutrisi Pediatrik, meliputi : menilai diagnosis masalah nutrisi, menghitung kebutuhan zat gizi, menentukan rute pemberian makan, menentukan jenis makanan yang sesuai, serta evaluasi toleransi, akseptabilitas serta kenaikan BB dan PB • Edukasi praktek pemberian makan yang benar dengan mengutamakan protein hewani yang memenuhi rasio protein energi (PER) 10-15%. • Pemberian pangan untuk keperluan medis khusus (PKMK) sesuai indikasi • Pemantauan dilakukan hingga tercapai kecepatan pertumbuhan optimal dan panjang/tinggi badan anak sama atau lebih dari -2 SD
  27. 27. • Edukasi kepada orang tua/pengasuh: • Anjuran cara pemberian makan sesuai usia dan kondisi anak dan penerapan aturan makan (feeding rules) • Jenis terapi nutrisi yang diberikan • Mengajarkan cara pembuatannya menurut kaidah keamanan pangan
  28. 28. Rekomendasi WHO 2003 1. Setiap bayi seharusnya mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya (tmsk IMD), KECUALI pada beberapa kondisi medis 2. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, setiap bayi harus mendapat MP-ASI yang cukup serta aman, sementara ASI diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.
  29. 29. REKOMENDASI PEMBERIAN MAKAN UNTUK MENCEGAH STUNTING 1) Inisiasi Menyusu Dini (<1 Jam Lahir) 2) ASI Eksklusif selama 6 bulan 3) Makanan pendamping ASI diberikan di usia 6 bulan sambil melanjutkan pemberian ASI 4) Berikan MPASI • Tepat waktu • Kandungan nutrisi cukup & seimbang • Aman • Diberikan dengan cara yang benar Kualitas Komposisi MP ASI harus adekuat memenuhi Protein 10-15%
  30. 30. ● Secara tegas mempromosikan konsumsi pangan sumber hewani yang tersedia setempat serta terjangkau • Konsumsi telur sebutir sehari selama 6 bulan dalam periode MPASI 6-9 bulan terbukti menurunkan prevalensi stunting 47% dan underweight 74% (Pediatrics 140:1:2017) • Konsumsi lebih dari 1 macam pangan sumber hewani berhubungan dengan penurunan risiko stunting usia 18-23 bulan secara signifikan (Amer.J.Agr.Econ. 10C (5), 20 Juli 2017) Berdasarkan bukti ilmiah terkini, dirumuskan strategi pencegahan stunting sebelum usia 2 tahun (Sjarif 2021) ● Untuk deteksi dini dan tatalaksana segera weight faltering dan growth deceleration ○ Pencegahan weight faltering dapat mencegah stunting hingga 34% pada usia 12 bulan dan 24% pada usia 24 bulan (J Nutr. 2015 Dec; 145) Penerapan panduan pemberian makan bayi dan baduta Pemantauan pertumbuhan yang reguler
  31. 31. NPM – ENDOKRINOLOGI - GA Cross sectional study in Central and East Jakarta using a questionnaire consisting of 5 questions: Sjarif, D. R., Yuliarti, K., & Iskandar, W. J. (2019). Daily consumption of growing-up milk is associated with less stunting among Indonesian toddlers, 28(1), 70–76. A daily consumption of 300 ml of GUM prevents stunting in toddlers.
  32. 32. WORKS HOP NPM – ENDOKRINOLOGI - GASTROHEPATOLOGI
  33. 33. Alternatif sumber protein untuk batita Source : nutrient data for this listing was provided by USDA SR -21 Jumlah (g) Kuantitas Protein Kualitas Protein (AAS) Keterangan Dagung Ayam (dada) 28 g 8 gram 136 (>100) lengkap, kualitas tinggi Telur Ayam 50 g 7,5 gram 132 (>100) lengkap, kualitas tinggi Daging sapi cincang 28 g 7 gram 136 (>100) lengkap, kualitas tinggi Ikan kembung (mackarel) kalengan 28 g 7 gram 148 (>100) lengkap, kualitas tinggi Susu sapi cair UHT 250 g 8 gram 136 (>100) lengkap, kualitas tinggi Tempe 28 g 5 gram 79 (limiting amino acids methionine + cystine) (< 100), tidak lengkap, memerlukan makanan pelengkap
  34. 34. 3. IDENTIFIKASI RED FLAG (tanda dan gejala penyakit) Penyakit jantung bawaan (bising jantung, menetek terputus-putus) Keterlambatan perkembangan Gambaran dismorfik wajah (contoh: sindrom Down) Gagal tumbuh meskipun intake kalori adekuat Organomegali atau limfadenopati Infeksi berulang pada system pernapasan, mukokutaneus atau saluran kencing Muntah, diare atau dehidrasi berulang
  35. 35. NPM – ENDOKRINOLOGI - GASTR Algoritme pencegahan dan Tata Laksana Stunting
  36. 36. TAKE HOME MESSAGES  Deteksi dini dan tatalaksana segera weight faltering dan growth deceleration sangat penting sebagai upaya pencegahan terjadinya stunting  Penting melakukan edukasi praktek pemberian makan yang benar dengan mengutamakan protein hewani yang memenuhi rasio protein energi (PER) 10-15%.  Perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan dan status nutrisi secara rutin pada anak terutama yang sudah mengalami weight faltering
  37. 37. TERIMA KASIH

×