Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)
1. Perencanaan Pembangunan wilayah Maroko
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Wilayah
(TKP348)
Anggota
Kelompok 4A:
Anggieta Dwi Septiani NIM 21040111130061
Sri Febriharjati NIM 21040111130043
Hendra Saputra NIM 21040111130087
Eren Marsyukrilla NIM 21040111120005
Ilman Naa’fiaa NIM 20140111130085
Latifah NIM 21040111130089
Muharar Ramadhan NIM 21040111130083
Febrina Sri Arta S NIM 21040111130079
Karolina Siahaan NIM 21040111130045
Resti Oktaviani NIM 21040111120025
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
2. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan sebagai suatu proses mengandung arti bahwa perencanaan merupakan
suatu kegiatan yang berkesinambungan yang mencakup keputusan atau pilihan-pilihan
berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada
masa yang akan datang (Conyers dan Hills, 1994). Pengembangan wilayah adalah
harmonisasi perkembangan wilayah. Banyak cara dapat diterapkan, mulai dari konsep
pengembangan sektoral, basic needs approach sampai penataan ruang (pengaturan ruang
secara terpadu melalui proses pemanfaatan sumber daya alam secara sinergi dengan
pengembangan sumber daya manusia dan lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan). Pembangunan dan pengembangan wilayah di Indonesia masih menghadapi
berbagai permasalahan seperti masih adanya kesenjangan antar wilayah atau kota, oleh
karena itu dibutuhkan sebuah perencanaan guna mewujudkan keseimbangan pertumbuhan
antar daerah dalam suatu kota atau wilayah, mewujudkan percepatan pembangunan,
mewujudkan kegiatan perekonomian antar wilayah desa dan kota serta mewujudkan sistem
pembangunan yang berkelanjutan melalui keserasian pemanfaatan dan pengendalian ruang.
Wilayah studi yang ditetapkan sebagai wilayah amatan dalam tugas perencanaan
wilayah kali ini adalah Wilayah Maroko. Wilayah Maroko terdiri dari 3 kecamatan yang
berdekatan yaitu Kecamatan Manyaran, Kecamatan Wuryantoro, dan Kecamatan
Eromoko. Pemilihan Wilayah Maroko sebagai wilayah studi tugas Perencanan Wilayah ini
didasarkan pada beberapa faktor yaitu posisi geografis dan fungsi wilayah tersebut dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri.Kecamatan Manyaran secara
administratif terletak di sebelah timur Propinsi D. I. Yogyakarta yaitu berbatasan dengan
Kabupaten Wonogiri. Hal tersebut menyebabkan adanya keterkaitan antara Wonogiri
dengan Propinsi D. I. Yogyakarta. Kecamatan Wuryantoro menyumbang hasil pertanian
untuk perekonomian Kabupaten Wonogiri. Hasil pertanian dari Kecamatan Wuryantoro
antara lain padi, padigogo, jagung, ubikayu, kacang tanah, shorgum dan
kedelai.Kecamatan Eromoko memiliki potensi di bidang pertanian. Jumlah komoditas
pertanian Eromoko antara lain jagung,ubi kayu, kacang tanah, kedelai,sukun,
sawo,pepaya,kacang panjang, kapas, dan ditambah komoditas peternakan seperti ayam
buras dan ayam potong. Sedangkan berdasarkan fungsi kawasan yang tertuang dalam
RTRW Kabupaten Wonogiri, Wilayah Maroko diarahkan sebagai sebagai kawasan
permukiman, pelayanan, jasa, pelayanan sosial serta kegiatan ekonomi.Dengan melakukan
pendekatan melalui perencanaan wilayah serta melakukan pertimbangan berdasarkan
potensi dan masalah yang ada, diharapkan Wilayah Maroko dapat mengalami pertumbuhan
dan pembangunan wilayah secara sinergis dan merata.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan adalah sesuatu hal yang ingin dicapai pada laporan ini, sedangkan sasaran
adalah cara untuk mencapai tujuan. Berikut adalah tujuan dan sasarannya :
1.2.1 Tujuan
Tujuan pada laporan ini adalah didapatkan rencana pengembangan dan memberikan
rekomendasi berdasarkan potensi dan masalah yang dimiliki oleh Maroko baik pada aspek
keruangan, ekonomi dan kelembagaan.
3. 2
1.2.2 Sasaran
Cara pencapaian tujuan atau sasaran pada laporan ini dengan cara :
a. Mendapatkan profil wilayah Maroko, berupa konstelasi Maroko terhadap
Wonogiri, kondisi fisik dan non fisik secara Makro dan kondisi secara mikro(sub
wilayah) baik dari data sekunder maupun data primer.
b. Menentukan isu dan masalah Maroko serta potensi yang ada
c. Menentukan strategi keruangan, ekonomi, dan kelembagaan serta rekomendasi
yang dapat diberikan.
1.3 Ruang Lingkup
Pada Perencanaan Wilayah ini terdiri dua cakupan ruang lingkup, yaitu Ruang
Lingkup Substansi dan Ruang Lingkup Wilayah.
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah Maroko mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri yaitu Kecamatan
Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko (Maroko). Wilayah Maroko saling berbatasan
langsung dan terletak di bagian utara Kabupaten Wonogiri. Setiap kecamatan memiliki
jumlah kelurahan atau desa yang berbeda-beda, Kecamatan Manyaran terdiri dari 2
kelurahan (kelurahan Pagutan dan Kelurahan Punduhsari) dan 5 desa (Desa Kepuhsari,
Desa Pijiharjo, Desa Bero, Desa Gunungan, Desa Karanglor), Kecamatan Wuryantoro
terdiri dari 2 kelurahan (Kelurahan Mojopuro dan Kelurahan Wuryantoro) dan 6 desa
(Desa Genukharjo, Desa Sumberejo, Desa Mlopoharjo, Desa Pulutan Kulon, Desa Pulutan
Wetan, dan Desa Gunungan Lor). Kecamatan Eromoko terdiri dari 2 kelurahan (Kelurahan
Puloharjo, dan kelurahan Ngadirejo) dan 13 desa (Desa Basuhan, Desa Pucung, Desa
Sindukarto, Desa Panekan, Desa Baleharjo, Desa Minggarharjo, Desa Tegalharjo, Desa
Sumberharjo, Desa Eromoko, Desa Pasekan, Desa Ngandong, Desa Tempuharjo, dan Desa
Ngunggahan). Unit amatan pada wilayah Maroko meliputi unit amatan kecamatan dan unit
amatan kelurahan dan desa.
Penyusunan data bersumber dari data primer maupun sekunder dengan
menyesuaikan kebutuhan data dan pengumpulan data pun berdasarkan unit amatan
kecamatan dan unit amatan kelurahan atau desa.
1.3.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang ada pada laporan ini meliputi karakteristik wilayah
Maroko secara agregrat maupun intrawilayah baik aspek fisik, kependudukan, ekonomi
dan kelembagaan. Untuk intrawilayah juga dibahas sistem pusat permukiman (kota-desa),
dan hubungan antar pusat permukiman. Analisis terhadap isu dan masalah di wilayah
Maroko yang akan mendapatkan aspek permsalahan utama yang akhirnya akan didapatkan
rencana pengembangan wilayah berupa strategi dan rekomendasi.
1.4 Kerangka Pikir
Dalam penyusunan laporan perencanaan wilayah terdapat beberapa proses
pelaksanaan studi yang dilakukan.Pertama adalah penentuan wilayah studi dengan
justifikasi yang menguatkan pemilihan wilayah studi tersebut. Wilayah Studi pada studi
perencanaan wilayah ini mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Winogiri yaitu
Kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko (Maroko). Setelah wilayah studi
ditentukan, tahap selanjutnya mengidentifikasi wilayah studi tersebut. Pada tahap
identifikasi ini diperlukan berbagai data terkait wilayah studi baik data sekunder maupun
data primer. Identifikasi yang dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder
akan diketahui isu, permasalahan, dan prospek masa depan dari wilayah studi. Tahapan ini
sudah merupakan tahapan proses yang dilakukan. Selanjutnya diakukan penyusunan profil
wilayah yang mencakup ekonomi dan sosial, keruangan, dan kelembagaan. Analisis
4. 3
wilayah secara agregat dan intra wilayah dapat dilakukan dari profil wilayah yang telah
disusun. Hasil analisis wilayah tersebut akan dikerucutkan kembali dengan penstrukturan
dan sintessa permasalahan. Dengan mengetahui permasalahan wilayah maka dapat disusun
kebijakan, strategi, dan program pengembangan wilayah Maroko tersebut. Selanjutnya
barulah dapat memberikan rekomendasi terkait rencana pengembangan wilayah jangka
pendek, menengah dan jangka panjang Untuk lebih jelasnya, proses pelaksanaan studi
dapat dilihat pada gambar 1.1.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Gambar 1.1
Kerangka Pikir
Data Sekunder :
BPS
Bappeda
PNPM
Kantor Kecamatan
Kantor Kelurahan / Desa
Internet
Literatur
Justifikasi Wilayah Studi Maroko
(Kecamatan Manyaran,
Wuryantoro, dan Eromoko)
Data primer :
Observasi
Wawancara
Kuisioner
Perekaman gambar
Pemetaan
Profil Wilayah (Ekonomi dan Sosial, Keruangan, dan
Kelembagaan)
INPUT
P
R
O
S
E
S
OUTPUT
Analisis Wilayah Agregat dan Intra Wilayah
Identifikasi Isu, Masalah, dan Prospek Masa Depan
(Ekonomi dan sosial, Keruangan, dan Kelembagaan)
Penstrukturan dan Sintesa Permasalahan
Kebijakan, Strategi, dan Program Rencana
Pengembangan Wilayah
Rekomendasi Rencana Pengembangan Wilayah (Jangka
Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang)
Identifikasi Wilayah Studi Maroko
5. 4
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berisikan tentang bab-bab apa saja yang terdapat di laporan ini,
berikut adalah bab-babnya beserta isinya :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, justifikasi wilayah studi Wilayah Maroko, tujuan,
sasaran, ruang lingkup materi dan wilayah, kerangka pikir, serta sistematika penulisan
Laporan.
BAB II PROFIL WILAYAH
Pada bab ini bisa disebut dengan bab yang berisikan data-data eksisting dengan
konteks spasial terkait posisi geografis, karakteristik wilayah baik fisik (tata guna
lahan, topografi, persebaran infrastruktur dan fasilitas,dll) maupun non fisik (kondisi
sosial, ekonomi, budaya, kependudukan).
BAB III POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH MAROKO
Bab ini membahas tentang isi dan permasalah yang ada di wilayah Maroko, baik dari
aspek fisik maupun aspek non fisik serta skenario dan tren perkembangan wilayah.
BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH
Bab ini berisikan tentang kebijakan dan strategi keruangan, kebijakan dan strategi
pengembangan ekonomi wilayah serta kebijakan dan strategi pengembangan
kelembagaan wilayah Maroko.
BAB V PENUTUP
Pada bab penutup ini akan disimpulkan isi dari laporan serta akan diberikan
rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait.
6. 5
BAB II
PROFIL WILAYAH
2.1 Konteks Wilayah
Kabupaten Wonogiri terletak di bagaian paling tenggara Propinsi Jawa Tengah. Dari
peta diatas terlihat bahwa Kabupaten Wonogiri memiliki batas administrasi sebagai berikut
Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Timur : Propinsi Jawa timur
Selatan : Propinsi Jawa timur dan Samudera hindia
Barat : Propinsi D.I.Y
Berdasarkan letak administrasinya, wilayah Maroko merupakan daerah paling utara
dari Kabupaten Wonogiri yang memeiliki batas administrasi sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Sukoharjo
Timur : Waduk Gajah Mungkur
Selatan : Sub Wilayah PP (Pracimantoro Parangpupito)
Barat : Propinsi D.I.Y
Dalam Lingkup Wilayah Kabupaten wonogiri, Wilayah Maroko menjadi penghubung
wilayah Selowono (Selogiri Wonogiri) dan wilayah PP (Pracimantoro Parangpupito ).
Dalam Konteks keluar wilayah Kabupaten, wilayah Maroko menjadi penghubung wilayah
kabupaten Wonogiri dengan Propinsi D.I.Y. Wilayah Maroko memiliki sektor basis
pertanian yang komoditas utamanya adalah pertanian padi. Hasil dari pertanian yang
berupa beras akan dipasok ke wilayah lain seperti Kabupaten Sukoharjo, Solo, dan
Provinsi DIY. Karena wilayah Sukoharjo dan Solo memiliki sektor unggulan yang bukan
berupa pertanian melainkan perdagangan dan jasa. Sektor unggulan lain dari wilayah
Maroko yang memiliki yang sektor pertanian khususnya untuk sub sektor tanaman jagung
dan singkong, sektor tanaman perkebunan yaitu mete dan mangga, sertasektor
pengangkutan. Pertanian di wilayah Maroko dapat dikatakan merupakan sektor yang
cukup besar karena lahan pertanian yang terdapat di wilayah ini masih sangat banyak,
begitu pula dengan masyarakatnya yang mayoritas bekerja sebagai petani.
Hubungan antar suatu wilayah dengan wilayah lain tentu akan sangat berkaitan erat
dengan aksesbilitas yang ada. Dari wilayah Maroko untuk menuju ke Kabupaten Sukoharjo
dan Solo melalui jalan lintas Kabupaten yang kondisinya sudah baik. Namun lain halnya
dengan aksesbilitas dari wilayah Maroko menuju ke Provinsi DI Yogyakarta yang kondisi
jalanya belum memadai. Di banyak ruas jalan masih banyak ditemukan kerusakan dan
badan jalan pun tidak terlalu lebar.
Di wilayah Maroko sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor yang belum begitu
berkembang dengan baik. Meskipun di setiap kecamatan di wilayah Maroko sudah
memiliki pasar sebagai sentra perekonomian, namun pasar-pasar yang tidak buka setiap
hari. Pasar yang ada akan ramai pada hari-hari pasar yang sudah ditentukan dan masing-
masing pasar pun berbeda hari pasarnya. Hal ini tentu terkait dengan pedagang yang
berjualan di pasar tersebut, mayoritas pedagang yang terdapat di setiap pasar di wilayah
Maroko adalah pedagang yang sama, sehingga dengan adanya hari pasar pedagang akan
dapat berjualan di setiap pasar. Pedagang yang datang tidak hanya datang dari wilayah
Maroko saja namun juga dari wilayah Sukoharjo dan Solo. Disini terlihat bahwa aliran
barang pada aktivitas perdagangan yang terdapat di wilayah Maroko juga berasal dari
wilayah lain.
Pelayanan pasar di wilayah Maroko belum dapat menjangkau seluruh masyarakat yang
ada di wilayah tersebut. Beberapa wilayah yang berada di perbatasan seperti di perbatasan
dengan DI Yogyakarta justru masyarakatnya lebih memilih untuk membeli berbagai
kebutuhan dari wilayah DI Yogyakarta tersebut karena alasan jarak yang lebih dekat. Hal
7. 6
ini tentu menjadi suatu realita yang harus diperhatikan karena suatu wilayah yang sudah
pasar sebagai sentra aktivitas perekonomian justru harus menerobos administrasi lain
karena pelayanan yang tidak dapat menjangkau seluruh wilayah.
Letak wilayah Maroko yang berada di perbatasan, menjadikan wilayah ini strategis
karena banyak dilalui oleh berbagai moda transportasi yang menghubungkan antar kota
hingga antar provinsi. Kondisi seperti tentu menjadikan wilayah Marokosanagt terkait
dengan wilayah lain di sekitarnya. Mobilisasi yang terjadi dengan intensitas yang cukup
tinggi sangat terlihat dengan banyaknya angkutan umum yang melewati wilayah ini.
Seperti bus dengan tujuan Solo yang sangat sering melalui jalan di wilayah Maroko.
Keadaan tersebut menunjukan bahwa tingkat mobilisasi masyarakat Maroko ke wilayah di
sekitarnya cukup tinggi. Pada umumnya masyarakat yang melakukan pergerakan tersebut
untuk kepentingan pekerjaan dan kegiatan perekonomian lainnya
Sumber : Bappeda
Kabupaten Wonogiri,
2010
Gambar 2.1
Peta Administrasi
Kabupaten
Wonogiri
8. 7
2.2 Kondisi Fisik
Kondisi fisik menjelaskan tentang bagaimana kondisi eksisting wilayah Kabupaten
Wonogiri dan Maroko, penjelasan berupa tata guna lahan beserta keterkaitannya.
2.2.1 Penggunaan Lahan
Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010
Gambar 2.2
Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Wonogiri
Pada peta penggunaan lahan Wonogiri, menjelaskan bahwa penggunaan lahan di
Wonogiri mayoritas masih berupa lahan non terbangun, baik hutan, kebun, sawah dan
tegalan. Namun untuk Wonogiri bagian utara lebih didominasi oleh gedung, dan
pemukiman. Namun untuk Wonogiri bagian utara yang bertopografi tinggi hingga
Wonogiri bagian timur didominasi oleh sawah, kebun, tegalan, dan hutan. Begitu juga
Wonogiri bagian selatan dan timur, masih didominasi oleh lahan non terbangun. Namun,
untuk wilayah yang dekat dengan waduk termasuk Maroko sudah cukup banyak
penggunaan lahan sebagai permukiman, walaupun masih cukup banyak tegalan dan sawah.
Maroko yang terdiri dari 3 kecamatan memiliki luas wilayah yang berbeda, sehingga
membuat setiap kecamatan memiliki penggunaan lahan yang berbeda pula. Selain itu
karena aktivitas manusia yang berbeda, juga membuat ketiga kecamatan ini memiliki
karakteristik wilayah yang berbeda. Penggunaan lahan ini dapat dipresentasikan dalam
bentuk grafik,agar dapat jelas prosentasenya.
9. 8
Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri
Gambar 2.3
Diagram Penggunaan Lahan Wilayah Maroko
Dari gambar diagram 2.3 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan terbesar di
wilayah Maroko adalah tegalan dan sawah. Luas lahan tegalan di Maroko memiliki
peringkat pertama paling luas penggunaannya yaitu 49,92% dibandingkan luas lahan total
Maroko yang sebesar 4.790.744,10 ha dan 0,131% dibanding luas Wonogiri. Jenis dari
tegalan yang ada di Maroko terdiri dari lahan jagung, kedelai, ketela, dll.Untuk
penggunaan lahan sawah, terdiri dari 5 macam jenis, yaitu sawah irigasi sebesar 9,94%,
sawah irigasi ½ teknis sebesar 6,94%, sawah pengairan sederhana sebesar 6,70%,sawah
tadah hujan sebesar 0,05%, dan untuk sawah pasang surut 0%. Penggunaan lahan lainnya
adalah pekarangan dan bangunan sebesar 26,43%.
Pada peta terlihat persebaran penggunaan lahan di maroko, dimana intensitas
penggunaan lahan terbangun berada di Kelurahan Punduhsari dan Desa Karanglor. Untuk
penggunaan lahan tegalan intensitas tertinggi pada Desa Kepuhsari, Desa Basuhan dan
Desa Pucung. Sedangkan untuk desa yang memiliki intensitas tinggi dalam penggunaan
lahan sawah irigasi adalah Desa Mojopuro dan Desa Baleharjo. Perbedaan intensitas yang
terjadi memiliki keterkaitan dengan aspek lain, seperti:
Keterkaitan dengan klimatologi: curah hujan yang tergolong tinggi, maka membuat
wilayah Maroko cocok untuk lahan pertanian. Walapun untuk desa yang memiliki
topografi tinggi seperti desa ngandong, basuhan, pasekan,dan pucung yang air bersihnya
sulit, mereka menggunakan air hujan sebagai sumber air pertanian mereka. Keterkaitan
dengan jenis tanah: walaupun jenis tanah termasuk jenis tanah yang kurang subur, tetapi
dengan didukung irigasi yang baik yaitu dengan waduk gajahmungkur, dan sungai. Maka
lahan dapat digunakan untuk lahan pertanian.
Keterkaitan dengan topografi: karena letak topografi Maroko yang bermcam-macam,
membuat penggunaan lahan yang ada berbeda-beda, untuk wilayah yang datar, biasanya
didominasi oleh sawah, sednagkan untuk wilayah yang tinggi didominasi oleh lahan
tegalan.
9,94%
6,94%
6,70%
0,05%
26,43%
49,92%
0,03%
Penggunaan Lahan
Sawah Irigasi Teknis
Sawah Irigasi 1/2 Teknis
Pengairan Sederhana
Tadah Hujan
Pasang Surut
Pekarangan dan
bangunan
Tegalan
Padang Rumput
10. 9
Keterkaitan ekonomi karena
penggunaan lahan yang banyak adalah
tegalan dan sawah, maka basis ekonomi
maroko bertumpu pada pertanian dari sawah
dan tegalan. Komoditas utamanya adalah
padi, jagung, ketela, dan kedelai. Hasil dari
produksi pertanian akan dijual di pasar
umum dan pasar desa.Untuk pengalih
fungsian lahan secara besar-besaran di
Maroko tidak ada, tetapi ada alih fungsi
lahan yang hanya dibawah 5% dari luas
seluruh Maroko. Biasanya alih fungsi berupa
tegalan menjadi lahan rumah, karena ada
keluarga yang menikah.
Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010
Gambar 2.4
Peta Tata Guna Lahan Maroko
2.3 Kondisi Non Fisik
Kondisi non fisik menjelaskan tentang bagaimana kependudukan, dan perekonomian
wilayah Kabupaten Wonogiri dan Maroko.
2.3.1 Sosial
Analisis agregat wilayah Maroko berdasarkan jumlah penduduk dapat diketahui
dengan membandingkan wilaayah Maroko terhadap Kabupaten Wonogiri dan sembilan
Sub Wilayah yang ada di kabupaten Wonogiri. Berdasarkan data jumlah penduduk tahun
2010 wilayah Maroko memiliki jumlah penduduk sebesar 9,6% dari jumlah penduduk
yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Jika di bandingkan dengan jumlah penduduk
berdasarkan sembilan Sub Wilayah lainnya yang ada di Kabupaten Wonogiri, wilayah
Maroko termasuk wilayah keempat terbanyak jumlah penduduknya sebesar 121.382 jiwa
setelah Subwilayah Wonogiri-Selogiri, Subwilayah Sijago, dan Subwilayah Bagyo.
Sumber : Bappeda
Kabupaten Wonogiri,
2010
Gambar 2.5
Grafik Jumlah
Penduduk Total per-
Sub Wilayah
11. 10
Isu kependudukan yang berkembang di Kabupaten Wonogiri saat ini adalah jumlah
migrasi keluar lebih banyak dibandingkan jumlah migrasi masuk. Hal ini di lihat dari
banyaknya penduduk yang keluar daerah untuk bekerja daripada di Kabupaten Wonogiri
sendiri. Berdasarkan data yang ada jumlah penduduk wilayah Maroko yang melakukan
migrasi keluar sebesar 2.269 jiwa dan migrasi masuk sebesar 605 jiwa. Jumlah penduduk
yang melakukan migrasi keluar sebesar 25,4% dari jumlah penduduk untuk migrasi keluar
di kabupaten Wonogiri. Hal ini juga terlihat dari kesembilan Subwilayah, wilayah Maroko
merupakan wilayah terbesar penduduknya yang melakukan migrasi keluar wilayah.
Sedangkan Subwilayah yang jumlah penduduk migrasi keluarnya paling kecil adalah
Subwilayah Karyono.
Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010
Gambar 2.6
Grafik Jumlah Penduduk Migrasi Keluar dan Masuk per-Sub Wilayah
Jika di lihat dari jumlah penduduk berdasarkan agama, penduduk wilayah Maroko
mayoritas beragama Islam dengan sebesar 116.529 jiwa dari paling minoritas adalah
penduduk beragama Budha sebesar 28 jiwa. Jika di bandingkan dengan kesembilan
Subwilayah yang mayoritas penduduknya juga beragama islam, penduduk Islam di
wilayah Maroko merupakan yang terbesar kelima di Kabupaten Wonogiri.
Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010
Gambar 2.7
Grafik Jumlah Penduduk berdasarkan Agama per-Sub Wilayah
0
500
1000
1500
2000
2500
Migrasi
Masuk
Migrasi
Keluar
0
7500
15000
22500
30000
37500
45000
52500
60000
67500
75000
82500
90000
97500
105000
112500
120000
127500
135000
Islam
Protestan
Katholik
Hindu
Budha
14. 13
2.3.2 Ekonomi
Berdasarkan gambar 2.10 dan 2.11, wilayah Maroko memiliki nilai PDRB total
paling tinggi dibandingkan dengan wilayah yang lain dengan nilai Rp. 360.314.340.000,-
atau sekitar 13% dari PDRB ADHK Kabupaten Wonogiri. Nilai PDRB total terendah yaitu
wilayah Purwantoro dan Kismantoro sebesar Rp. 207.410.460.000,- dan wilayah Jatisrono
dan Jatiroto sebesar Rp 210.705.750.000,- dengan kontribusi 7% terhadap PDRB
Wonogiri. Semua wilayah di Wonogiri memiliki nilai PDRB total diatas Rp.
200.000.000.000,- dengan kontribusi rata-rata 11% sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua wilayah memiliki kontribusi yang hampir sama terhadap PDRB Wonogiri.
Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010
Gambar 2.10
PDRB Total ADHK Kabupaten Wonogiri
tahun 2010 (dalam Juta Rupiah)
Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010
Gambar 2.11
Kontribusi Wilayah terhadap
Kabupaten Wonogiri tahun 2010 (dalam Juta Rupiah)
0,00
100000,00
200000,00
300000,00
400000,00
PDRB Total ADHK
15. 14
Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000
Gambar 2.12
Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Perdagangan tahun 2010
Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000
Gambar 2.13
Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Industri tahun 2010
16. 15
Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000
Gambar 2.14
Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Jasa-Jasa tahun 2010
Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000
Gambar 2.15
Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tahun 2010
17. 16
Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000
Gambar 2.16
Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Pertanian tahun 2010
Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000
Gambar 2.17
Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Pertambangan tahun 2010
18. 17
Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000
Gambar 2.18
Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Pertanian tahun 2010
2.3.3 Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan pendukung bagi aktivitas penduduk di suatu
wilayah. Berikut sarana prasarana yang ada di Maroko dibandingkan dengan Sub Wilayah
di Kabupaten Wonogiri :
a. Sarana
Sarana merupakan tempat untuk mewadahi aktivitas penduduk yang terdiri dari Sarana
Pendidikan, Sarana Peribadatan, Sarana Kesehatan.
Sarana Pendidikan
Berdasarkan jumlah sarana pendidikan yang terdiri dari TK, SD, SMP dan SMA,
wilayah Maroko memiliki jumlah sarana pendidikan tingkat SD paling banyak yaitu
sebanyak 106 unit yang artinya sebanyak 13% dari jumlah keseluruhan sarana
pendidikan berada di Wilayah Maroko dan Subwilayah Ngadirojo, Nguntoronadi
memiliki jumlah sarana pendidikan tingkat SD paling rendah yaitu sebanyak 63 unit
atau sebanyak 7% dari jumlah total sarana pendidikan SD di Wonogiri. Banyaknya
jumlah sarana pendidikan tingkat SD di wilayah Maroko dibandingkan dengan
subwilayah Ngadirojo, Nguntoronadi dikarenakan karena jumlah penduduk tahun 2010
subwilayah Ngadirojo, Nguntoronadi sebanyak 95.887 jiwa sedangkan jumlah
penduduk wilayah Maroko sebanyak 121.832. Pada Jumlah sarana pendidikan tingkat
SMP wilayah Maroko berada pada peringkat 4 dibandingkan dengan 9 subwilayah lain
dengan jumlah sarana pendidikan tingkat SMP sebanyak 14 unit atau sekitar 11,4% dari
jumlah total sarana pendidikan SMP yang ada di Wonogirid. Jumlah sarana pendidikan
tingkat SMP terbanyak berada di subwilayah Wonogiri,Selogiri dengan jumlah
sebanayak 22 unit atau sekitar 18% dari jumlah total saran pendidikan SMP yang ada,
dan jumlah sarana pendidikan tingkat SMP terendah berada di subwilayah Jatisrono,
19. 18
Jatiroto dengan jumlah sarana pendidikan SMP sebanyak 7 unit atau hanya sekitar 5%
dari jumlah totalnya. Berdasarkan jumlah penduduk subwilayah Wonogiri, Selogiri
memiliki jumlah penduduk lebih banyak dari wilayah Maroko yaitu sebanyak 142.544
jiwa sedangkan subwilayah Jatiroto, Jatisrono memiliki jumlah penduduk lebih sedikit
dibandingkan dengan wilayah Maroko 115.316 jiwa. Berdasarkan jumlah sarana
pendidikan tingkat SMA wilayah Maroko memiliki jumlah sarana SMA sebanyak 3 unit
jumlah sarana pendidikan SMA di wilayah Maroko ini sama dengan jumlah sarana
SMA di subwilayah Wonogiri, Selogiri. Sedangkan Pracimantoro, Paranggupito tidak
memiliki sarana pendidikan tingkat SMA.
Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010
Gambar 2.19
Grafik Jumlah Sarana Pendidikan per-Sub Wilayah
Sarana Peribadatan
Dari 10 sub wilayah yang ada di Wonogiri, terlihat bahwa jumlah sarana peribadatan
yang ada pada setiap sub wilayah sudah cukup banyak. Jenis sarana peribadatan yang
ada terdiri dari musholla/surau, masjid, gereja, vihara, dan pura. Jumlah dari sarana
yang ada dapat terlihat peringkatnya/urutannya dari jumlah sarana yang ada, peringkat
ini dibuat dengan mengasumsikan jumlah fasilitas peribadatan berdasarkan jumlah
penduduk yang beragama islam, kristen/katolik, budha dan hindu pada sub wilayah
tersebut. Sub wilayah Maroko memiliki peringkat pertama, yang berarti bahwa Maroko
sudah memiliki sarana peribadatan yang lengkap dan dapat menampung semua
penduduk beragama Maroko. Prosentase jumlah sarana peribadatan di Maroko adalah
12,4% dari jumlah fasilitas total di Wonogiri.
Sarana mushalla, wilayah yang paling banyak memiliki mushalla adalah sub wilayah
4 yaitu wilayah Maroko sendiri dengan jumlah 339 dengan presentase 20,9% dari total
Wonogiri , sedangkan wilayah yang memiliki mushalla yang paling sedikit adalah sub
wilayah 9 yaitu Kecamatan Jatisrono dan dan kecamatan Jatiroto dengan jumlah 58
dengan presentase 6,4%. Sedangkan untuk masjid, peringkat pertama adalah sub
wilayah 8 yaitu Kecamatan Pracimantoro dan Kecamatan Paranggupito, dengan jumlah
total adalah 277 dengan presentase 10,2% dari total Wonogiri dan sub wilayah yang
memiliki masjid yang paling sedikit adalah wilayah Maroko dengan jumlah 75 yang
memiliki prosentase 4% dari total Wonogiri. Sub wilayah 9 yaitu Kecamatan Jatisrono
dan kecamatan Jatiroto memiliki peringkat pertama untuk fasilitas gereja dengan
presentase 7,8% dari total Wonogiri, sedangkan peringkat 10 untuk sub wilayah yang
0
50
100
150
200
250
300
350
TK
SD
SMP
SMA
20. 19
memiliki gereja yang paling sedikit adalah sub wilayah 8 yaitu kecamatan Pracimantoro
dan Paranggupito dengan presentase 22,9% dari total Wonogiri. Sedangkan untuk sub
wilayah Maroko terletak pada peringkat ke 2, yang berarti bahwa di Maroko cukup
banyak penduduk yang beragama kristen.
Vihara terbanyak terletak pada sub wilayah 4, yaitu Maroko dengan jumlah vihara
adalah 9 buah dengan presentase 40,9%, sedangkan pada 3 sub wilayah yang ada yaitu
sub wilayah 1,2 dan 6 tidak memiliki vihara sama sekali. Fasilitas selanjutnya adalah
pura, persebaran pura masih belum merata, karena masih banyak sub wilayah yang
tidak memiliki pura yaitu sub wilayah 2,3,5,6,7,9, dan 10, sedangkan sub wilayah yang
memiliki pura terbanyak pada sub wilayah 1 yaitu sub wilayah Bagiyo dan sub wilayah
8 yaitu kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dengan presentase 42,9% .
Sedangkan sub wilayah Maroko hanya memiliki 1 pura dengan presentase 14,3%.
Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010
Gambar 2.20
Grafik Jumlah Sarana Peribadatan per-Sub Wilayah
Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan menjadi salah satu fasilitas yang mendorong sistem pembentuk
ruang di Kabupaten Wonogiri. Selain itu sarana kesehatan juga dapat menunjukkan
tingkat kesehatan manyarakat yang tinggal di Kabupaten tersebut. Berdasarkan data
pada tahun 2010 yang diperoleh, setiap sub wilayah telah memiliki sarana kesehatan
yang cukup lengkap yaitu poliklinik, puskesmas, pustu, rumah bersalin, praktek dokter,
dan posyandu.
Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010
Gambar 2.21
Grafik Jumlah Sarana Kesehatan per-Sub Wilayah
0
50
100
150
200
250
300
350
Sub
Wilayah
1
Sub
Wilayah
2
Sub
Wilayah
3
Sub
Wilayah
4
Sub
Wilayah
5
Sub
Wilayah
6
Sub
Wilayah
7
Sub
Wilayah
8
Sub
Wilayah
9
Sub
Wilayah
10
Mushola/Surau Masjid Gereja Vihara Pura
0
50
100
150
200
250
300
350
SUBWIL 1 SUBWIL 2 SUBWIL 3 SUBWIL 4 SUBWIL 5 SUBWIL 6 SUBWIL 7 SUBWIL 8 SUBWIL 9 SUBWIL 10
Poliklinik Puskesmas Pustu Rumah Bersalin Praktek Dokter Posyandu
21. 20
Berdasarkan gambar 2.21, dapat diketahui bahwa secara umum sub wilayah 5 yang
terdiri dari Kecamatan Giritontro, Kecamatan Giriwoyo, dan Kecamatan Baturetno
memiliki jumlah sarana kesehatan yang paling lengkap yaitu 16% dari total seluruh
sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan sub wilayah 4 yaitu
kecamatan Manyaran, Kecamatan Wuryantoro, dan Kecamatan Eromoko merupakan
sub wilayah yang memiliki sarana kesehatan paling tidak lengkap yaitu 5% apabila
dibandingkan dengan seluruh sub wilayah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri.
Sarana poliklinik terlengkap dimiliki oleh sub wilayah 5 yaitu sejumlah 21 buah
mencapai 27% dari total yang ada di Kabupaten Wonogiri, sedangkan Sub Wilayah
Maroko hanya memiliki 1 buah poliklinik dan memiliki prosentase sebesar 1% dari
total seluruh poliklinik di Kabupaten Wonogiri sehingga berada pada urutan terakhir
apabila dilihat dari jumlah sarananya. Puskesmas terlengkap dimiliki oleh Sub Wilayah
2 sejumlah 20 buah dengan prosentase 60% dari total puskesmas yang terdapat di
Kabupaten Wonogiri, sedangkan sub wilayah 10 sebagai sub wilayah terendah hanya
memiliki puskesmas sejumlah 2 buah dengan prosentase 6%. Wilayah Maroko hanya
memiliki 4 buah puskesmas dengan prosentase 12% dari total puskesmas yang terdapat
di Kabupaten Wonogiri. Pustu terlengkap dimiliki oleh sub wilayah 1 dan sub wilayah
10 sejumlah 20 buah dengan prosentase 13%, sedangkan sub wilayah 2 memiliki jumlah
sarana paling sedikit dengan jumlah 5 buah dengan prosentase 3%. Wilayah Maroko
memiliki pustu sejumlah 16 buah dan berada pada urutan ke empat dengan prosentase
11%. Rumah bersalin terlengkap dimiliki oleh sub wilayah 3 sejumlah 20 buah dengan
prosentase 24%, sedangkan sub wilayah 9 tidak memiliki rumah bersalin sama sekali.
Wilayah Maroko memiliki pustu sejumlah 13 buah dan berada pada urutan ke dua
dengan prosentase 15%. Praktek dokter terlengkap dimiliki oleh Wilayah Maroko yaitu
sejumlah 140 buah dengan prosentase 52%, sedangkan sub wilayah 6 hanya memiliki 5
buah prakter dokter sehingga berada pada urutan terakhir dengan prosentase 2%.
Posyandu terlengkap dimiliki oleh Sub Wilayah 5 yaitu sejumlah 331 buah dengan
prosentase 17%, sedangkan sub wilayah 2 tidak memilki posyandu sama sekali.
Wilayah Maroko hanya memiliki 117 buah posyandu dan berada pada urutan terakhir
dengan prosentase 6% dari total posyandu yang terdapat di Kabupaten Wonogiri.
b. Prasarana
Selain sarana, prasarana juga salah satu hal yang penting untuk mendukung aktivitas
masyarakatnya. Terdapat 3 kondisi jalan di Kabupaten Wonogiri yaitu kondisi baik
(jarang ditemukan lubang-lubang), sedang (jalan masih cukup baik namun ditemukan
beberapa titik yang berlubang) dan rusak (terdapat lubang disepanjang jalan dan
hancurnya aspal atau beton). Rata-rata kondisi jalan yang ada di Kabupaten Wonogiri
tergolong baik dan dapat mendukung aktivitas masyarakatnya. Namun masih terdapat
kondisi jalan yang sedang bahkan rusak di beberapa desa/kelurahan. Seperti di Sub
Wilayah Si Jago yang kondisi jalan sebagian besar memiliki kondisi sedang. Kondisi
jalan yang sedang dan rusak biasanya terdapat pada Sub Wilayah yang bertopografi agak
curam ataupun curam, sehingga Pemerintah setempat sulit untuk memperbaikinya.
Kondisi jalan antar Kecamatan memiliki kondisi yang baik, jarang ditemukan lubang-
lubang. Namun berbeda halnya dengan jalan antar Desa/Kelurahan yang berkondisi
sedang bahkan rusak. Wilayah Maroko dilihat dari gambar 2.22 terlihat memiliki kondisi
jalan yang paling baik dibandingkan 9 Sub Wilayah lainnya. Kondisi jalan didominasi
oleh jalan baik dan hanya terdapat sebagian kecil saja yang memiliki jalan rusak. Kondisi
jalan yang rusak itupun berada di Desa/Kelurahan yang bertopografi curam. Sama dengan
wilayah lainnya dengan kondisi topografi yang curam, Pemerintah kesulitan untuk
memperbaiki jalan-jalan rusak tersebut.
22. 21
Sumber : Survey
Wonogiri 2013
Gambar 2.22
Peta Kondisi Jalan
Kabupaten
Wongiri tahun
2013
2.4 Karakteristik Sub Wilayah
Menjelaskan tentang karakteristik khusus yang terdapat pada wilayah Maroko secara
keseluruhan, mulai dari kependudukan, sistem pusat permukiman, perekonomian, dan
infrastruktur. Wilayah Maroko mempunyai 3 pusat permukiman yang terdiri dari pusat
permukiman Kecamatan Manyaran, pusat permukiman Kecamatan Wuryantoro dan pusat
permukiman Kecamatan Eromoko. Masing-masing pusat permukiman mempunyai
jangkauan atau skala pelayanan kecamatan yang terdiri dari beberapa desa dan kelurahan.
Hubungan pusat permukiman di Kecamatan Manyaran dan pusat permukiman di
kecamatan lainnya tidak begitu erat. Hal ini dikarenakan letak pusat permukiman
Kecamatan Manyaran jauh dari pusat permukiman lainnya. Pusat permukiman di
Kecamatan Manyaran berada bagian utara tepatnya di perbatasan Kabupaten Sukoharjo.
Sedangkan hubungan antara pusat permukiman di Kecamatan Wuryantoro dengan
Kecamatan Eromoko memiliki keterkaitan yang kuat. Hal ini dikarenakan kedua pusat
23. 22
permukiman ini berdekatan dan memiliki aksesibilitas yang baik dengan kondisi jalan
kolektor yang menghubungkan kedua kecamatan ini tergolong cukup baik.
Berdasarkan perhitungan schalogram didapatkan orde kota atau pusat permukiman di
Wilayah Maroko. Gambar Peta 2.23 menunjukkan bahwa pusat pusat permukiman
Kecamatan Wuryantoro merupakan orde 1, pusat permukiman Kecamatan Manyaran
merupakan orde 2 dan pusat permukiman Kecamata Eromoko merupakan orde 3.
Kecamatan Wuryantoro menjadi orde 1 dikarenakan Kecamatan ini mempunyai jumlah
fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan dengan 2 pusat permukiman lain di Wilayah
Maroko. Seperti contohnya adalah Sekolah Menengah Atas Negeri yang hanya ada di
Kecamatan Wuryantoro, hal ini menyebabkan penduduk usia sekolah menengah atas harus
pergi ke Kecamatan Wuryantoro untuk bersekolah.
Adapun hubungan kota dengan subwilayah atau daerah pedesaannya yaitu berupa
hubungan distribusi penjualan hasil pertanian, peternakan maupun pertambangan.
Karakteristik subwilayah di wilayah Maroko mempunyai fungsi sebagai wilayah penghasil
komoditas pertanian, peternakan dan pertambangan. Komoditas ini dijual ke wilayah
perkotaan yang ada di wilayah Maroko. Kondisi wilayah Maroko yang cukup luas dan
dengan topografi yang beragam membuat beberapa daerah di wilayah Maroko yang
berbatasan langsung degan wilayah lain seperti Provinsi DI Yogyakarta menjual hasil
komoditasnya ke wilayah di luar wilayah Maroko .
Sumber : Survey Wonogiri 2013
Gambar 2.23
Peta Kota-Kota Wilayah
Maroko
24. 23
2.4.1 Ekonomi Wilayah
Perekonomian wilayah di Maroko dapat diperoleh dari jumlah penduduk permata
pencaharian dan yang paling besar adalah penduduk bekerja sebagai petani dan buruh
tani. Tingginya penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani diikuti
dengan luas lahan pertanian yang luas sehingga membuat pertanian sebagai sektor
unggulan di Maroko. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani dan
petani pada tahun 2010 adalah 16.876 jiwa dan 30.318 jiwa. Selain itu Tingginya
penduduk yang bekerja sebagai petani dan buruh tani ditunjukkan dengan banyaknya lahan
pertanian berupa tegalan dan sawah baik sawah tadah hujan dan sawah pasang surut.
Sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah penduduk yang bermata pencaharian
sebagai angkutan (supir angkutan) yaitu hanya 798 pada tahun 2010. Mobilisasi yang
rendah membuat sektor ini tidak berkembang dengan baik. Untuk lebih detailnya dapat
dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Maroko
No Mata Pencaharian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pengusaha Kecil 2197 4905 5720 5936 2155
2 Buruh Bangunan 5169 4326 5157 4988 4871
3 Buruh Tani 15920 13164 12897 13846 16876
4 Petani 30796 26745 26633 26253 30318
5 Buruh Indsutri 3244 7347 7681 7569 4272
6 Pedagang 1715 1632 3150 2341 4356
7 PNS/TNI/POLRI 1618 1997 1796 1805 1805
8 Angkutan 1132 1155 777 344 798
Jumlah Penduduk per Mata Pencaharian 61.791 61.271 63.811 63.082 65.451
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) -0,84% 4,15% -1,14% 3,76%
Sumber: Kecamatan dalam Angka 2007, 2008, 2009,2010 dan 2011
Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan ekonomi yang cukup baik pada tahun
2010 khususnya jumlah penduduk yang bekerja sebagi petani yaitu dari 26.253
meningkat menjadi 30.318. Dari tabel diatas juga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perubahan yang signifikan dari jumlah penduduk per mata pencaharian setiap tahunnya.
Setiap tahun jumlah penduduk yang paling tinggi adalah penduduk yang bekerja sebagai
petani dan diikuti buruh tani. Sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah penduduk
yang bekerja sebagai supir angkutan.Dari mata pencaharian dapat juga diketahui laju
pertumbuhan ekonomi Maroko dari perbandingan jumlah penduduk per mata pencaharian
setiap tahun dimana pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan
yaitu 3,76%. Laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2009, -1,14%. Hal ini terjadi
karena adanya penurunan jumlah penduduk yang bekerja sebagai angkutan sebesar 433
jiwa.
Dari gambar 2.24 dapat diketahui bahwa persentase penduduk yang paling tinggi
adalah penduduk yang bekerja sebagai petani yaitu sebesar 44,62%. Persentase yang
paling tinggi kedua yaitu buruh tani dengan persentase sebesar 23,05%. Sedangkan
persentase penduduk yang paling rendah adalah penduduk yang berkerja sebagi supir
angkutan. Dari lebih meningkatkan perekonomian di Maroko maka sektor yang lebih
ditingkatkan adalah pertanian.
25. 24
6,63%
7,77%
23,05%
44,62%
9,55%
4,18%
2,86% 1,33%
Pengusaha Kecil
Buruh Bangunan
Buruh Tani
Petani
Buruh Indsutri
Pedagang
PNS/TNI/POLRI
Angkutan
Sumber: Analisis Kelompok 4 Studio, 2013
Gambar 2.24
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Setiap Tahun Maroko
Selain jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian, sektor perkembangan
ekonomi dapat dilihat dari perkembangan PDRB. Berikut adalah perkembangan PDRB
wilayah Maroko dari tahun 2006-2010.
Tabel 2.3
Perkembangan PDRB wilayah Maroko tahun 2006-2010
No Sektor
PDRB Maroko(Dalam Juta)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 201457,54 208986,09 215049,79 224779,28 223330,36
2 Pertambangan dan Penggalian 534,81 562,25 585,36 608,97 653,08
3 Industri Pengolahan 9012,14 9548,51 10066,06 10474,85 11469,22
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1713,37 1791,67 1866,03 1926,69 2050,98
5 Bangunan 8551,9 9214,97 9928,76 10662,61 11685,48
6 Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
36208,02 37169,53 38628,24 40194,14 41953,49
7 Pengangkutan dan Komunikasi 8839,9 12404,17 15267,29 15913,18 16134,18
8 Lembaga Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaaan
10136,46 10599,66 10773,3 11129,68 11548,01
9 Jasa-jasa 31395,69 34275,9 36089,23 38664,21 41489,54
Total 307849,83 324552,75 338254,06 354353,61 360314,34
Sumber: Kecamatan dalam Angka 2007,2008,2009,2010 dan 2011
Dari tabel 2.3 dapat disimpulkan bahwa sektor perekonomian yang paling dominan
di wilayah Maroko adalah pertanian dan menjadi sektor paling dominan setiap tahunnya.
Setiap tahun sektor pertanian semakin meningkat dan pada tahun 2010 sektor pertanian
sebesar 223.330,36 juta rupiah dan menyumbang 61,9% terhadap PDRB Maroko.
Sedangkan sektor perekonomian yang yang perannya paling kecil dalam sektor
perekonomian adalah sektor pertambangan dan penggalian dimana tahun 2010 sebesar
653,08 dan menyumbang PDRB sebesar 0,0018% terhadap wilayah Maroko.
26. 25
Sumber : Perhitungan
LQ Kelompok 4A
Gambar 2.25
Peta Intrawilayah Sektor Basis
Pertanian Maroko
2.4.2 Distribusi Demografis
Data Kependudukan merupakan data yang dibutuhkan untuk menganalisis
perkembangan jumlah penduduk.Perkembangan penduduk dapat dianalisis berdasarkan
data kelahiran penduduk, kematian penduduk, dan data migrasi penduduk. Selain itu data
jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dan jenis agama juga dapat digunakan
untuk pertimbangan perencanaan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan
wilayah.Data tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan desain perencanaan dan
kebijakan yang diterapkan pada lokasi tersebut.
2.4.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di 3 kecamatan
memiliki jumlah berbeda-beda.
Kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk yang lebih banyak
dibanding 2 kecamatan lainnya
adalah kecamatan Eromoko.
Kecamatan Eromoko memiliki
jumlah penduduk sebanyak 48.746
jiwa sedangkan untuk Kecamatan
Manyaran sebanyak 21.281 dan
Kecamatran Wuryantoro sebanyak
30.781.
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
Manyaran Wuryantoro Eromoko
Manyaran
Wuryantoro
Eromoko
Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri
Gambar 2.26
Diagram Jumlah Penduduk Wilayah Maroko
27. 26
Dari gambar 2.1, penduduk umur 0-
4 th terbanyak di Maroko dan jumlahnya
paling banyak di Kecamatan Manyaran.
Berdasarkan kelompok umur, jumlah
penduduk Kecamatan Manyaran cukup
merata di tiap kelompok umur. Di
Kecamatan Eromoko dan Kecamatan
Wuryantoro memiliki proporsi jumlah
penduduk tiap kelompok umur yang
hampir sama dengan jumlah penduduk
dengan umur 60 ++ paling banyak dari
pada dengan jumlah penduduk pada
kelompok umur lainnya. Dari peta diatas
juga menunjukkan bahwa Kecamatan
Manyaran Didominasi oleh usia 0-19 tahun
sedangkan Kecamatan Wuryantoro dan
Kecamatan Eromoko didominasi oleh usia
30 tahun keatas.
Dalam gambar 2.27, Kecamatan Eromoko memiliki beberapa desa dengan tingkat
jumlah penduduk yang rendah dan beberapa dengan tingkat jumlah penduduk sedang.
Namun karena jumlah desa/kelurahan yang ada di kecamatan lebih banyak dari 2
kecamatan lainnya maka jumlah penduduk di kecamatan Eromoko menjadi paling banyak.
Kecamatan Manyaran memilikijumlah penduduk sebesar 21.281 jiwa akan tetapi dari Peta
Jumlah Penduduk terlihat bahwa Kecamatan manyaran memiliki 2 desa dan 2 kelurahan
dengan jumlah penduduk tinggi di Maroko yaitu Desa Bero, Desa Gunungan, Kelurahan
Punduhsari dan Kelurahan Pagutan. Kecamatan Wuryantoro sebagian besar memiliki
jumlah penduduk dengan tingkat sedang. Dari jumlah penduduk yang ada di Maroko,
dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri yang sebanyak 1.245.923,
presentase jumlah penduduk Maroko adalah 8,09 % dari jumlah penduduk Kabupaten
Wonogiri.
2.4.2.2 Kepadatan Penduduk
Dari gambar 2.28 terlihat bahwa terdapat 3 pusat kepadatan dimasing-masing
Kecamatan di Maroko. Pada Kecamatan Manyaran Kepadatan tertertinggi terdapat pada 2
desa dan 2 kelurahan yaitu, Desa karanglor, Desa Gunungan, KelurahanPagutandan
Kelurahan Punduhsari. dikarenakan letaknya yang berbatasan dengan Kabupaten Gunung
Kidul dan Kabupaten Sukoharjo serta ditunjang infrastruktur dan sarana dengan kondisi
yang baik salah satunya adalah jaringan jalan yang sudah beraspal dengan kondisi baik.
Kemudian pada Kecamatan Eromoko Kepadatan Tertinggi terdapat pada desa Eromoko,
Desa Puloharjo dan Kelurahan Ngadirejo. Tingkat kepadatan yang tinggi ini disebabkan
oleh kawasan pemukiman yang banyak di daerah tersebut. Selain itu 3 desa/kelurahan
tersebut ditunjang dengan sarana dan prasarana yang cukup baik. Beda halnya dengan 4
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.27
Peta Jumlah Penduduk (kelompok Umur) Maroko
28. 27
desa yang memiliki kepadatan penduduk
rendah yaitu Desa Tegalharjo, Desa
Ngandong, Desa Pucung dan Desa
Basuhan.
Hal ini disebabkan 3 desa yaitu
Desa Ngandong, Desa Pucung dan Desa
Basuhan berada pada topografi yang curam
dengan keberadaan infrastruktur yang
minim salah satunya ialah jaringan jalan
masih berupa Rabat. Kecamatan
Wuryantoro memiliki kepadatan penduduk
tinggi yaitu desa pulutan wetan, pulutan
kulon dan mlopoharjo karena lokasinya
dekat dengan strategis yang mudah diakses
ke 3 Kecamatan yaitu Kecamatan
Wuryantoro, Kecamatan Manyaran dan
Kecamatan Eromoko. Selain itu sebagian
besar kawasan pemukiman di Kecamatan
wuryantoro berada di 3 desa tersebut.
Kelurahan Wuryantoro memiliki tinggkat
kepadatan rendah dikarenakan wilayah
tersebut terdapat banyak sarana dan
prasarana dimana jumlah sarana lebih
banyak daripada jumlah pemukiman. Desa
Gumiwanglor memiliki tingkat kepadatan
yang rendah karena desa tersebut berada
pada topografi yang agak curam.
2.4.2.3 Migrasi Keluar dan Masuk
Dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko memiliki
karakteristik jumlah penduduk yang datang dan pindah yang berbeda-beda. Pada
Kecamatan Manyaran jumlah penduduk yang pindah berjumlah 114 dan jumlah penduduk
yang datang 88. Jadi kecamatan Manyaran lebih banyak penduduk yang pindah daripada
yang datang, walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak. Sedangkan pada Kecamatan
Wuryantoro jumlah penduduk yang datang lebih banyak daripada jumlah penduduk yang
pindah, dengan jumlah penduduk yang datang 222, dan penduduk yang pindah berjumlah
192. Untuk Kecamatan Eromoko yang merupakan kecamatan paling luas diantara
kecamatan yang lain memiliki jumlah penduduk yang pindah lebih banyak daripada yang
datang yaitu 2023 dibanding dengan 325. Kecamatan Eromoko merupakan Kecamatan
dengan tingkat migrasi keluar dan migrasi masuk paling tinggi di wilayah Maroko.
Pada gambar 2.29, akan terlihat bahwa pada Kecamatan Eromoko paling
mendominasi. alasannya adalah jenis tanah yang ada di wilayah tersebut yang kurang
cocok untuk bercocok tanam, karena jenis tanah grumosol ini memiliki sifat pecah-pecah
di musim kering (bersifat liat). Selain itu, sifat tanah ini sangat rentan terhadap erosi,
karena sifat yang dimiliki tanah ini peka hinggaa sangat peka terhadap erosi dan pada jenis
tanah ini kandungan hara yang dikandungnya pun sangat minim. Sedangkan pada diagram
akan terlihat pada Kecamatan Eromoko memiliki jumlah penduduk migrasi keluar paling
banyak, penyebabnya adalah masih minimnya sarana pendidikan dan lapangan kerja di
kecamatan ini. Sebagian besar penduduk Laki-laki lah yang melakukan migrasi keluar
dengan alasan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari gambar 2.30 :
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.28
Peta Kepadatan Penduduk Maroko
29. 28
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.29
Peta Tingkat Migrasi Keluar dan Masuk Maroko
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.30
Peta Tingkat Migrasi Keluar dan Laki-laki dan Perempuan Maroko
30. 29
Secara umum penduduk yang tinggal di Wilayah Maroko melakukan migrasi
Keluar dengan alasan untuk mengubah hidup dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi setelah lulus SMA. Rata-rata penduduk memilih Jakarta sebagai daerah
migrasi keluarnya. Migrasi keluar yang terjadi dianggap oleh sebagian besar penduduk
sebagai hal yang positif karena dapat meningkatkan ekonomi Wonogiri sehingga
pemerintah tidak berupaya untuk menanggulanginya. Di Kecamatan Wuryantoro
sebenarnya sudah diberikan pelatihan agar penduduk memiliki kreatifitas, namun
kreatifitas tersebut digunakan oleh penduduk sebagai modal bekerja diluar kota. Dari
migrasi keluar yang terjadi ternyata juga berdampak negatif di beberapa desa seperti di
desa Pucung, desa Sindukarto, desa Panekan, desa Tegalharjo dan desa Sumberharjo yang
mengandalkan perekonomiannya dari lahan pertanian. Pada saat musim panen tiba para
petani kekurangan tenaga kerja untuk membantu memanen hasil pertanian tersebut
sehingga mereka mendatangkan tenaga kerja dari kecamatan lain.
2.4.3 Infrastruktur
2.4.3.1 Jalan
Jalan merupakan salah satu aspek yang
penting dalam keruangan karena
mendukung mobilisasi masyarakat.Pada
wilayah studi perencanaan, jalan terdiri
dari hirarki jalan kolektor dengan lebar
±7m dan jalan lingkungan dengan lebar
±3m. Dari ketiga kecamatan di wilayah
Maroko, dua diantaranya yaitu
Kecamatan Eromoko dan Kecamatan
Manyaran berbatasan langsung dengan
Provinsi DI.Yogjakarta. Namun, jalan
yang sering digunakan oleh sarana
transportasi umum dalam melakukan
perjalanan Wonogiri-Yogyakarta adalah
persimpangan yang terdapat pada
Kelurahan Punduh Sari yang terdapat
pada Kecamatan Manyaran. Hal tersebut
disebabkan oleh topografi yang ada pada
perbatasan antara Kecamatan Eromoko
dan Provinsi DI. Yogyakarta cukup
tinggi. Secara umum persebaran jalan di
ketiga Kecamatan cukup untuk
menunjang aksesibilitas masyarakat.
Namun dari ketiga kecamatan tersebut,
Kecamatan Wuryantoro memiliki akses
jalan yang paling baik dan paling mudah
untuk dijangkau, sedangkan Kecamatan
Eromoko memiliki akses jalan yang agak buruk dan beberapa tempat sulit untuk dijangkau,
hal tersebut disebabkan oleh kondisi topografinya.Secara umum kondisi jalan cukup baik.
Sudah ada pengerasan jalan menggunakan aspal dan paving, namun pada daerah-daerah
tertentu juga terdapat jalan dengan kondisi yang cukup rusak, terdapat lubang-lubang di
sepanjang jalan. Hal itu disebabkan oleh sulitnya akses untuk menjangkau tempat tersebut
sehingga jalang dilakukan perbaikan terhadap jalan tersebut. Selain itu, masih banyak jalan
yang tidak memiliki lampu penerangan, sehingga cukup menghambat mobilisasi penduduk
sekitar terutama di malam hari.
Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.31
Peta Kondisi Jalan Wilayah Maroko
31. 30
2.4.3.2 Transportasi
Sarana transportasi merupakan sarana yang digunakan manusia untuk berpindah
dari satu tempat ke tempat lain dengan lebih cepat. Dengan perkembangan zaman, maka
manusia akan selalu bergantung terhadap sarana transportasi. Berikut data jumlah sarana
transportasi yang ada di wilayah Maroko. Berdasarkan data selama 6 tahun terakhir yang
diperoleh, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap jumlah sarana transportasi.
Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri
Gambar 2.33
Diagram Jumlah Sarana Transportasi Wilayah Maroko
Sarana transportasi suatu wilayah dapat dijadikan acuan berkembang atau tidaknya
wilayah tersebut. Semakin banyak jenis dan jumlah sarana transportasi di suatu. wilayah
maka kegiatan ekonomi masyarakat dapat berkembang dan pada akhirnya akan
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Berdasarkan data yang didapatkan, sebagian
besar penduduk menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasi yaitu sebanyak
9485 unit. Kemudian selain sepeda motor, sepeda merupakan sarana transportasi terbanyak
kedua yaitu sejumlah 7181unit.
Bus merupakan satu-satunya sarana transportasi umum yang ada di Wilayah
Maroko. Sebanyak 170 bus yang beroperasi untuk membantu pergerakan masyarakat ke
tempat-tempat penting seperti kantor desa/kelurahan, balai desa/kelurahan, kantor
kecamatan, dan pasar. Bus menjadi sangat penting karena kantor kecamatan, pasar, dan
terminal yang sangat berdekatan sehingga bus menjadi solusi yang tepat bagi penduduk
yang tidak memiliki sepeda motor untuk pergi ke kantor kecamatan dan pasar.
Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.32
a.Jalan Kolektor,b.Jalan Lingkungan Maroko
a b
32. 31
Kondisi wilayah Maroko dengan kelerengan yang bervariasi dari landai hingga
curam, dan keterbatasan sarana prasarana transportasi menyebabkan wilayah ini memiliki
angkutan umum plat hitam yang merupakan inisiatif warga dalam upaya memudahkan
mobilisasi. Angkutan umum plat hitam ini pada awalnya adalah sarana transportasi pribadi
milik salah seorang warga yang sering digunakan untuk mengantarkan warga menuju pasar
pada hari pasaran tertentu tanpa ada biaya yang ditarik oleh pemiliknya. Semakin
berkembangnya waktu dan sarana transportasi umum belum juga dapat menjangkau
keseluruhan wilayah Maroko, angkutan plat hitam ini semakin berkembang dan hampir
setiap dusun memiliki satu angkutan plat hitam. Fungsi angkutan plat hitam ini juga
bertambah dari yang hanya sekedar mengantar menuju pasar pada hari-hari tertentu
menjadi angkutan yang mengantarkan anak-anak sekolah dan warga yang ingin ke pasar
untuk menjual hasil bumi setiap hari kemudian menjemput anak sekolah dan warga
tersebut untuk kembali ke dusun.Gambar 2.34 adalah peta rute angkutan pada hari kerja
dan hari libur di Wilayah Maroko.
2.4.3.3 Drainase
Sistem drainase yang ada di wilayah Maroko terdiri dari dua jenis, yaitu drainase
permanen dan non permanen. Berdasarkan kapasitasnya, Wilayah Maroko jarang sekali
mengalami permasalahan dengan saluran drainase. karena kelerengan yang cenderung
landai dan angak curam. Di beberapa saluran drainase memang sering terlihat adanya
sampah, namun hal tersebut tidak pernah mengakibatkan penyumbatan dan memberi
dampak bencana banjir. Peta dapat dilihat pada gambar 2.36.
Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.34
a.Peta Rute Angkutan Wilayah Maroko pada hari Kerja, b.Pada hari Libur
a b
33. 32
2.4.3.4 Persampahan
Kondisi persampahan pada Wilayah Maroko tidak pernah mengalami persoalan
yang serius. Sistem yang digunakan masyarakat dalam mengolah sampah adalah dengan
membakarnya langsung di pekarang rumah atau lahan terbuka sehingga tidak setiap rumah
memiliki tempat pembuangan sampah. Tidak ada sistem pengangkutan sampah pada
wilayah ini karena setiap kepala keluarga telah dapat mengolah sampah rumah tangga
masing-masing. Peta dapat dilihat pada gambar 2.36
Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.35
a.Drainase Permanen, b.Drainase Non Permanen di wilayah Maroko
a b
Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.36
a.Peta Kondisi Drainase, b.Peta Pengolahan Sampah Maroko
a b
34. 33
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.37
Peta Sumber Air Bersih Maroko
2.4.3.5 Air Bersih
Air bersih merupakan hal yang
sangat penting dan menjadi
kebutuhan utama masyarakat dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari.
Jaringan air bersih telah tersebar
secara merata pada Wilayah
Maroko, semua penduduk sudah
dapat menggunakan air bersih
dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Sumber air bersih yang
digunakan penduduk di Wilayah
Maroko berasal sumur, PDAM, dan
mata air. Namun mayoritas
penduduk yang terdapat pada ketiga
kecamatan tersebut memanfaatkan
sumber air yang berasal dari sumur
dan PDAM. Kualitas air yang
terdapat pada ketiga kecamatan
tersebut baik dan jernih, namun
pada tempat-tempat tertentu air
dikonsumsi mengandung zat kapur.
Hal tersebut dipengaruhi oleh jenis
tanah yang terdapat pada wilayah
Maroko.
2.4.3.6 Listrik dan Telekomunikasi
a. Listrik
Hampir di seluruh wilayah studi sudah tersalurkan oleh jaringan listrik.Sumber listrik
berasal dari PLTA Waduk Gajah Mungkur yang ada di Kecamatan Wuryantoro. Jaringan
listrik menjadi kebutuhan yang penting diseluruh wilayah Maroko. Daya listrik yang
Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.38
a.Sumur, dan b.PDAM
a b
35. 34
digunakan oleh penduduk Maroko rata-rata hanya 450 watt hingga 900 watt. Persebaran
listrik di ketiga kecamatan ini cukup merata. Setiap daerah sudah mendapatkan jaringan
listrik dan jarang terjadi pemadaman listrik pada Wilayah Maroko. Apabila dilihat dari
kemungkinan penggunaan listrik, Kecamatan Wuryantoro merupakan daerah yang paling
banyak menggunakan listrik, karena Kecamatan Wuryantoro adalah wilayah yang
dianggap paling memiliki sifat perkotaan dari ketiga kecamatan tersebut.
b. Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi merupakan hal yang penting dan erat kaitannya dengan
berbagai kegiatan yang dilakukan manusia. Jaringan komunikasi merupakan prasarana
yang membantu manusia dalam memperoleh informasi. Kondisi jaringan telekomunikasi
yang terdapat di Wilayah Maroko cukup baik dan telah dapat menunjang kebutuhan
masyarakat setempat dalam menyampaikan dan memperoleh informasi. Secara umum
setiap warga bahkan hingga daerah perbatasan sudah dapat mengakses jaringan
telekomunikasi, namun kendala yang ada yaitu tidak semua operator dapat digunakan di
wilayah tersebut karena jumlah BTS yang terbatas.
2.4.4 Fasilitas
2.4.4.1 Fasilitas Pendidikan
Kecamatan Manyaran memiliki sarana pendidikan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Sarana pendidikan yang ada pada Kecamatan
Manyaran terdiri dari TK, SD, SLTP, SMA, dan SMK. Jumlah fasilitas tersebut sesuai
dengan hirarki yang ada, yaitu dengan jumlah 13 bangunan TK, 36 bangunan SD, 5
bangunan SLTP, 2 bangunan SMA dan 1 bangunan SMK. Apabila dibandingkan dengan
acuan Standar Nasional Indonesia terkait keberadaan Sarana pendidikan yang
dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka jumlah sarana pendidikan yang terdapat di
Kecamatan Manyaran sudah tergolong cukup. Sarana pendidikan yang terdapat di
Kecamatan Manyaran hanya 6% dari total sarana pendidikan yang ada di Kabupaten
Wonogiri. Selain itu, pada Kecamatan Manyaran juga terdapat sekolah binaan dari
departemen agama untuk siswa/ siswi beragama Islam yaitu Madrasah Ibtidaiyah dan
Madrasah Tsanawiyah.
Sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Wuryantoro memiliki jenjang atau
tingkatan, dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) baik sekolah negeri maupun swasta.Total sarana pendidikan
yang terdapat di Kecamatan Wuryantoro hanya mencapai 5% dari total sarana pendidikan
yang ada di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Wuryantoro juga memiliki sekolah dengan
binaan dari Departemen Agama yaitu Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah.
Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Wuryantoro sudah tersebar diseluruh desa dan
kelurahan, akan tetapi untuk sekolah dengan jenjang lebih tinggi seperti SD, SLTP, dan
SMA hanya terdapat pada satu atau dua desa saja. Sarana pendidikan terlengkap rata-rata
terdapat di Kelurahan Wuryantoro.
Kecamatan Eromoko memiliki sarana pendidikan mulai dari tingkat SD hingga
jenjang SMA/ SMK. Tidak terdapat sarana pendidikan Taman Kanak-kanak pada
kecamatan ini. Total sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Eromoko hanya 5%
dari total sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Wonogiri. Selain itu di kecamatan ini
belum terdapat bangunan SMA, hanya terdapat 1 bangunan SMK yang berlokasi di Desa
Eromoko. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah sarana pendidikan di Kecamatan
Eromoko belum memenuhi acuan Standar Nasional Indonesia yang menyatakan bahwa
suatu wilayah wajib memiliki 1 TK dengan kriteria jumlah penduduk minimal 1250 dan 1
SMA dengan kriteria jumlah penduduk minimal 4800 jiwa. Berikut adalah diagram
perbandingan sarana pendidikan yang terdapat pada Kecamatan Manyaran, Wuryantoro,
36. 35
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
TK SD SLTP SMA SMK Madrasah
Ibtidaiyah
Madrasah
Tsanawiyah
Manyaran Wuryantoro Eromoko
dan Eromoko. Berdasarkan data selama 6 tahun terakhir yang diperoleh, tidak ada
perubahan yang signifikan terhadap jumlah fasilitas pendidikan.
Sehingga dari ketiga kecamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum
ketersediaan sarana pendidikan sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Apabila
dilihat dari persebarannya, sarana pendidikan yang terdapat pada Kecamatan Manyaran
dan Kecamatan Wuryantoro sudah cukup merata, dan fasilitas pendidikan terbaik dan
terlengkap terdapat pada Kecamatan Wuryantoro. Namun pada Kecamatan Eromoko
jumlah fasilitas terbanyak hanya pada tingkat SD, sedangkan sarana pendidikan pada
tingkat TK, SMP, dan SMA masih cukup minim. Contohnya adalah beberapa desa di
Kecamatan Eromoko yang terdapat di daerah perbatasan dengan kelerengan yang cukup
tinggi masih agak sulit untuk mengakses sarana pendidikan.
Secara umum fasilitas pendidikan yang ada di Wilayah Maroko sudah cukup baik,
gedung sekolah masih cukup terawat dengan fasilitas yang memadai serta tenaga pengajar
yang mencukupi. Selain itu, dari hasil perekaman gambar yang dilakukan menunjukkan
bahwa penduduk usia sekolah tingkat menengah keatas (SMA), mereka bersekolah di
SMA yang ada di Kecamatan Wuryantoro dengan alasan kualitas pendidikan yang menurut
masyarakat paling baik daripada Kecamatan Manyaran dan Kecamatan Eromoko.
2.4.4.2 Fasilitas Pendidikan
Penduduk di Kecamatan Manyaran mayoritas beraga islam. Hal ini terlihat dari
jumlah masjid sebanyak 98 buah yang hampir tersebar disemua desa/kelurahan yang
kemudian disusul dengan gereja yang hanya 5 buah, kemudian Vihara Budha sebanyak 9
buah, dan tidak terdapat vihara Hindu di Kecamatan Manyaran. Total sarana peribadatan
yang terdapat di Kecamatan Manyaran hanya 4% dari total sarana peribadatan yang ada di
Kabupaten Wonogiri.
Penduduk di Kecamatan Wuryantoro mayoritas memeluk agama Islam. Hal
tersebut ditandai dengan sarana peribadatan kaum muslim yaitu masjid dan mushola yang
paling banyak jumlahnya. Serta tidak adanya masyarakat yang beragama budha di
kecamatan ini. Total sarana peribadatan yang terdapat di Kecamatan Wuryantoro hanya
3% dari total sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Wonogiri.
Kecamatan Eromoko memiliki penduduk mayoritas beragama islam.. Hal ini
terlihat dari jumlah masjid sebanyak 161 buah yang hampir tersebar di semua kelurahan
yang kemudian disusul dengan gereja yang hanya 13 buah. Sementara vihara budha dan
hindu belum terdapat di kecamatan Eromoko. Kecamatan Eromoko hanya 4,5% dari total
sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Wonogiri. Berikut adalah diagram perbandingan
sarana peribadatan yang terdapat pada Kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko.
Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri
Gambar 2.39
Diagram Jumlah Sarana Pendidikan Wilayah Maroko
37. 36
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.41
Peta Sebaran Sarana Peribadatan
Maroko
Berikut adalah diagram perbandingan sarana peribadatan yang terdapat pada Kecamatan
Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko. Berdasarkan data selama 6 tahun terakhir yang
diperoleh, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap jumlah sarana peribadatan.
Berdasarkan gambar 2.41, dapat
diketahui bahwa dari ketiga kecamatan
tersebut, fasilitas terbanyak adalah
bangunan masjid. Hal tersebut karena
rata-rata penduduk yang menetap pada
kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan
Eromoko beragama Islam. Berdasarkan
kuantitas, Kecamatan Eromoko memiliki
jumlah fasilitas peribadatan yang paling
banyak.Apabila dilihat dari acuan
Standar Nasional Indonesia, jumlah
sarana peribadatan masjid di ketiga
kecamatan tersebut sudah memenuhi
standar bahkan jauh di atas standar
minimal, sehingga kebutuhan
masyarakat terhadap fasilitas peribadatan
sudah sangat terpenuhi.
0
50
100
150
200
Masjid Langgar/
Surau
Gereja Vihara Hindu Vihara Budha
Manyaran Wuryantoro Eromoko
Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri
Gambar 2.40
Diagram Jumlah Sarana peribadatan Wilayah Maroko
38. 37
0
20
40
60
80
100
120
Manyaran Wuryantoro Eromoko
2.4.5.3 Fasilitas Kesehatan
Sarana kesahtan tersebut menjadi sistem
pembentuk ruang di Kecamatan Manyaran,
Wuryantoro, dan Eromoko. Selain itu sarana
kesehatan juga dapat menunjukkan tingkat kesehatan
manyarakat yang tinggal di 3 kecamatan tersebut.
Berdasarkan data selama 6 tahun terakhir yang
diperoleh, tidak ada perubahan yang signifikan
terhadap jumlah sarana kesehatan.
Berdasarkan gambar 2.42 menunjukkan
Kecamatan Wuryantoro memiliki sarana kesehatan
paling lengkap yakni memiliki 6 sarana kesehatan
diantaranya 1 puskesmas, 3 puskesmas pembantu, 1
poliklinik, 2 rumah persalin, 5 praktek dokter dan 47
posyandu. Kecamatan Manyaran memiliki 5 sarana
kesehatan diantaranya adalah 1 puskesmas, 4 puskesmas pembantu, 6 rumah bersalin, 2
praktek dokter dan 88 posyandu dan Kecamatan Eromoko memiliki 5 sarana kesehatan
yaitu 2 puskesmas, 9 puskesmas pembantu, 5 rumah bersalin, dan 110 posyandu. Peraturan
pemerintah Wonogiri menyebutkan bahwa satu kecamatan harus memiliki setidaknya 1
puskesmas untuk melayani kesehatan masyarakat. Dari keenam sarana kesehatan yang ada,
posyandu paling mendominasi jumlah sarana kesehatan yang ada. Akan tetapi jumlah
posyandu paling banyak terdapat pada Kecamatan Eromoko. Posyandu disini berfungsi
melayani kesehatan anak balita dan memantau tumbuh kembang anak balita serta
memberikan imunisasi. Kemudian di masing masing kecamatan juga memiliki sarana
kesehatan berupa rumah bersalin yang berfungsi melayani suatu persalinan ibu-ibu yang
akan melahirkan. Sarana kesehatan berupa poliklinik sebagai penunjang pelayanan
kesehatan masyarakat hanya terdapat di Kecamatan Wuryantoro. Selain itu sarana
kesehatan berupa praktek dokter hanya terdapat di Kecamatan Manyaran dan Wuryantoro,
jumlah paling banyak terdapat di Kecamatan Wuryantoro. Dari sarana yang ada di Wilayah
Maroko secara keseluruhan baik di Kecamatan Manyaran, Kecamatan Wuryantoro ataupun
Kecamatan Eromoko sudah memenuhi SNI. Sehingga Penduduk di wilayah Maroko
Tercukupi akan Layanan Kesehatannya. Ketiga Kecamatan sudah memiliki sarana
kesahatan yang cukup baik hal ini ditandai dengan adanya puskesmas dan puskesmas
pembantu di masing-masing kecamatan. Namun, untuk beberapa desa yang terletak di
perbatasan antara Kecamatan Manyaran dan Kecamatan Eromoko belum dapat secara
optimal merasakan jangkauan dari sarana kesehatan tersebut, hal itu disebabkan oleh
kondisi topografi yang cukup tinggi sehingga untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah
memberikan alternatif puskesmas keliling. Berikut adalah gambar kondisi sarana kesehatan
di Wilayah Maroko.
2.4.5.4 Fasilitas Ekonomi
Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri
Gambar 2.42
Diagram Jumlah Sarana
Kesehatan Wilayah Maroko
0
200
400
600
800
Kecamatan Manyaran Kecamatan Wuryantoro
Kecamatan Eromoko
Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri
Gambar 2.43
Diagram Jumlah Sarana Ekonomi
Wilayah Maroko
39. 38
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.44
Peta Perbandingan Jumlah Sarana
Perdagangan dan Jasa Maroko
Dari gambar 2.44 dapat
diketahui bahwa jumlah sarana
perdagangan paling banyak terdapat
pada Kecamatan Eromoko. Hal
tersebut disebabkan karena luas
wilayah Kecamatan Eromoko adalah
luas wilayah terbesar dari ketiga
kecamatan tersebut. Berikut ini adalah
peta persebaran sarana perekonomian
Wilayah Maroko. Sarana perdagangan
yang terdapat pada Wilayah Maroko
terdiri dari pasar umum, pasar hewan,
pasar desa, serta toko dan kios. Dari
perbandingan ini dapat dilihat bahwa
sebagian besar penduduk melakukan
kegiatan ekonomi menggunakan
toko/kios. Hal tersebut disebabkan
oleh faktor akses yang cukup sulit
untuk menjangkau pasar. Namun pasar
yang terdapat di Wilayah Maroko tidak
beroperasi setiap hari, pasar-pasar
tersebut hanya berfungsi pada hari-hari
pasar sesuai dengan kecamatan
masing-masing
2.4.5.5 Fasilitas Olahraga
Sarana olahraga merupakan sarana penunjang suatu aktivitas olahraga yang
dibutuhkan masyarakat. Sarana olahraga yang terdapat pada Wilayah Maroko antara lain
lapangan sepak bola, lapangan volly, lapangan bulu tangkis, dan lapangan tenis. Kondisi
sarana olahraga yang ada masih cukup baik dan masih sering digunakan oleh masyarakat
di Wilayah Maroko.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lapangan voli lapangan bulu tangkis lapangan sepak bola
Lapangan voli
lapangan bulu tangkis
lapangan sepak bola
Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri
Gambar 2.45
Diagram Jumlah Fasilitas Olahraga Wilayah Maroko
40. 39
Sumber : Hasil Analisis
Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.46
Peta Sebaran Fasilitas
Pemerintahan Maroko
Sumber : Hasil Analisis
Kelompok 4A, 2013
Gambar 2.47
Peta Objek Wisata
Maroko
2.4.5.6 Fasilitas Pemerintahan
Sebagai wilayah yang memiliki aturan
dan tata organisasi maka di Kecamatan
Manyaran dan Wuryantoro memiliki
kantor-kantor kelurahan/desa sebagai
pusat pemerintahan untuk mengatur
seluruh kegiatan dan masyarakat dari
tingkatan kelurahan. Serta terdapat balai
desa sebagai tempat pertemuan
masyarakat. Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi, perangkat
desa/kelurahan menganggap bahwa
kondisi sarana pemerintahannya kurang,
karena bangunannya yang sudah cukup
tua dan kurangnya inventaris yang dapat
mendukung pelayanan kepada
masyarakat seperti komputer dan printer.
Berikut ini adalah gambar dan peta
persebaran jumlah sarana pemerintahan
di Wilayah Maroko.
2.4.5.7 Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi
Sarana kebudayaan yang ada di
wilayah Maroko yaitu Museum Wayang
Kulit Indonesia yang terletak di
Kecamatan Wuryantoro. Sumber mata
air Umbul Naga, seni ukir bambu,
organisasi wayang kulit, dan seni lukis
kaca yang terdapat pada Kecamatan
Manyaran. Selain itu pada Kecamatan
Eromoko juga terdapat Waduk Parang
Joho yang memiliki pemandangan yang
sangat indah. Berikut adalah peta
persebaran sarana kebudayaan dan
sarana rekreasi yang terdapat di wilayah
Maroko.
41. 40
2.5 Kelembagaan
Kelembagaan masyarakat merupakan suatu institusi yang mengarah pada organisasi atau pranata yaitu sistem norma khusus yang mengatur
suatu rangkaian tindakan dalam kehidupan bermasyarakat. Kelembagaan masyarakat yang terbentuk di wilayah studi Maroko adalah lembaga
yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan sebagian merupakan kerjasama desa dengan masyarakat. Jenis kelembagaan di Wilayah Maroko dapat
dlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1
Matriks Kelembagaan Wilayah Maroko
No Organisasi Status Fungsi dan peran deskripsi
A Kecamatan Pemerintah Perencana
Pembuat rencana startegis pembangunan wilayah kecamatan
dan mengakomodir musyawarah rencana pembangunan
B Kelurahan Pemerintah Perencana Pembuat rencana tata ruang kelurahan
C PNPM Non Pemerintah Fasilitator/Mediator
Fasilitator pembangunan antar pemerintah dengan
masyarakat
D Kelompok Tani Non Pemerintah Pelaksana
Membantu pemerintah dalam meningkatkan perekonomian
pada sektor pertanian
E Kelompok Ternak Non Pemerintah Pelaksana
Membantu pemerintah dalam meningkatkan perekonomian
pada sektor perternakan
F PAMSIMAS Non Pemerintah Pelaksana Menyediakan air bersih dan sanitasi bagi masyarakat
H KUD Pemerintah Pelaksana Membantu masyarakat dalam pengadaan modal usaha
I Desa Pemerintah Perencana Menyusun Anggaran Dasar Desa
J Koramil Pemerintah Pelaksana Membantu stabilitas keamanan kecamatan
Tabel 3.2
Matriks Hubungan Kelembagaan Wilayah Maroko
Kecamatan Kelurahan Desa PNPM
Kelompok
Tani
Kelompok
Ternak
PAMSIMAS KUD Koramil
Kecamatan
Terstruktur
dan formal
Terstruktur
dan formal
-
Terstruktur
dan formal
Terstruktur
dan formal
- -
Terstruktur
dan formal
Kelurahan
peraturan
tertulis/legal
-
sukarela dan
informal
Terstruktur
dan formal
sukarela dan
informal
sukarela dan
informal
Terstruktur
dan formal
-
42. 41
Kecamatan Kelurahan Desa PNPM
Kelompok
Tani
Kelompok
Ternak
PAMSIMAS KUD Koramil
Desa
peraturan
tertulis/legal
-
sukarela dan
informal
Terstruktur
dan formal
Terstruktur
dan formal
sukarela dan
informal
Terstruktur
dan formal
-
PNPM
Konsensus/k
esepakatan
konsensus/kes
epakatan
konsensus/ke
sepakatan
sukarela dan
informal
sukarela dan
informal
sukarela dan
informal
- -
Kelompok
Tani
peraturan
tertulis/legal
peraturan
tertulis/legal
peraturan
tertulis/legal
konsensus/
kesepakatan
- -
Terstruktur
dan formal
-
Kelompok
Ternak
peraturan
tertulis/legal
peraturan
tertulis/legal
peraturan
tertulis/legal
konsensus/
kesepakatan
- -
Terstruktur
dan formal
-
PAMSIMAS -
peraturan
tertulis/legal
peraturan
tertulis/legal
konsensus/
kesepakatan
- - - -
KUD
peraturan
tertulis/legal
peraturan
tertulis/legal
peraturan
tertulis/legal
-
konsensus/kes
epakatan
konsensus/kes
epakatan
- -
Koramil
peraturan
tertulis/legal
- - - - - - -
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Tabel di atas menjelaskan hubungan antar organisasi yang terdapat di Wilayah Maroko. Mekanisme hubungan yang terjadi diantara lebih dari 1
organisasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
Terstruktur dan formal, biasa terjadi diantara lembaga-lembaga negeri yang bersifat resmi. Contohnya adalah mekanisme hubungan antara
kecamatan dengan kelurahan, kecamatan dengan desa, kecamatan dengan kelompok tani, kecamatan dengan kelompok ternak, kecamatan
dengan koramil, kelurahan dengan kelompok tani, kelurahan dengan KUD.
Sukarela dan informal, biasa terjadi diantara lembaga-lembaga swasta yang bersifat tidak begitu resmi. Contohnya adalah mekanisme
hubungan antara kelurahan dengan PNPM, kelurahan dengan kelompok ternak, kelurahan dengan PAMSIMAS, desa dengan PNPM, PNPM
dengan kelompok tani, dan PNPM dengan kelompok ternak.
Dalam menjalankan hubungan juga terdapat dasar dalam organisasi tersebut. Dasar dalam hubungan di antara organisasi terbagi menjadi 2 jenis
yaitu:
Konsensus/ kesepakatan, merupakan dasar dalam menjalin hubungan yang terjadi diantara lembaga-lembaga swasta yang bersifat tidak
begitu resmi. Contohnya sama seperti lembaga-lembaga yang menjalani mekanisme sukarela dan informal.
Peraturan tertulis/legal, merupakan dasar dalam menjalin hubungan yang terjadi diantara lembaga-lembaga negeri yang bersifat resmi.
Contohnya sama seperti lembaga-lembaga yang menjalani mekanisme terstruktur dan formal.
43. 42
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Gambar 3.1
Bagan Permasalahan Pertanian
BAB III
POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH
3.1 Potensi dan Permasalahan
Sektor informal di wiayah Maroko adalah pertanian. Hasil komoditas pertanian di
wilayah Maroko Mayoritas adalah padi, palawija seperti tanaman kacang-kacangan,
jagung, dan singkong. Hasil komoditas tersebut didistribusikan ke sektor informal yang
berada di daerah kota yaitu toko kelontong. Kemudian aliran barang dari sektor informal
kota didistribusikan menuju sektor formal yang berada di kota yang berupa pasar
pertokoan dan mini market. Sektor formal yang berada di kota juga memiliki hubungan
dengan sektor informal yang berada di desa yaitu pertanian. Dimana sektor informal
pertanian mendapatkan bahan produksi pertanian seperti bibit, pupuk, pestisida, dan alat-
alat petanian. Selain itu sektor informal di desa (pertanian) memiliki hubungan langsung
dengan world market atau wilayah yang lebih luas yaitu Kabupaten Wonogiri. Hubungan
ini berupa penjualan hasil komoditas padi (beras) yang didistribusikan langsung ke pusat
kota Wonogiri. Untuk hubungan pusat kota Wonogiri dengan sektor formal wilayah
Maroko yaitu untuk memenuhi kebutuhan wilayah Maroko yang tidak ada di wilayah
Maroko itu sendiri, seperti pemenuhan barang-barang elektronik, dan sembako yang tidak
di produksi di wilayah Maroko. Bagan dapat dilihat pada gambar 3.1.
Sektor informal lain yang ada di wilayah Maroko yaitu home industry berupa industri
kerajinan baik kerajinan wayang kulit dan kerajinan bambu. Hasil produksi industri ini
berupa olahan wayang kulit, dan anyaman bambu yang di distribusikan ke sektor informal
kota yaitu distributor. Selanjutnya distributor menjual hasil produksi tersebut ke sektor
formal kota yaitu pasar, pertokoan, dan mini market. Selain menjual hasil produksi
informal ke sektor formal, distributor juga menjuual hasil produksi langsung ke world
market yaitu pusat kota Wonogiri tepatnya Kecamatan Selogiri dan kota-kota di luar
Pertanian,Toko
kelontong
Pasar,
Pertokoan,
mini
market
Kabupaten
Wonogiri
44. 43
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
Gambar 3.2
Bagan Permasalahan Home industry
wilayah Kabupaten Wonogiri seperti Kota Jakarta dan Kota Denpasar. Distribusi langsung
kepada world market tidak hanya dilakukan oleh distributor, namun home industry juga
menjual langsung hasil produksi ke world market yaitu kerajinan Wayang Kulit ke Kota
Jakarta, dan anyaman bambu ke Kota Denpasar. Selain hubungan diatas world market juga
menjual menjual kebuuhan yang tidak dapat dipenuhi di wilayah Maroko ke pasar,
pertokoan, dan mini market yang selanjutnya di distribusikan lagi ke home industry. Bagan
dapat dilihat pada gambar 3.2.
3.2 Hubungan Antar Aspek
Pada poin ini akan membahas mengenai hubungan aspek lain dengan dua
permasalahan utama yaitu Pertanian dan Home industry.
3.2.1 Pertanian
Pada permasalahan pertanian ternyata berkaitan dengan beberapa hal yaitu Jalan dan
Ekonomi, berikut penjelasannya :
a. Pertanian dengan Jalan
Sektor pertanian merupakan sektor basis perekonomian di wilayah Maroko. Aktivitas
pertanian ini menyebar di setiap wilayah Maroko dengan mayoritas penduduk
bermatapencaharian sebagai petani. Sebagai sektor basis perekonomian di Wilayah
Maroko, pertanian yang ada di wilayah ini belum sepenuhnya maju. Hal ini dikarenakan
berbagai faktor, salah satunya adalah faktor aksesbilitas yang berkaitan erat dengan
kondisi jalan.
Kondisi jalan yang ada di wilayah Maroko belum sepenuhnya baik. Terutama jalan
yang menjadi akses menuju pelosok desa yang ada di wilayah Maroko. Inilah yang
menjadi penyebab sulitnya aktivitas pertanian yang ada terutama dalam hal
pendistribusian baik untuk hasil produksi pertanian maupun pendistribusian keperluan
pertanian lainnya. Jalan yang beraada di desa wilayah Maroko sebagian besar merupakan
jalan rabat beton. Jalan ini memiliki lebar yang tidak lebih dari 3 meter, sehingga masih
Home
industry
Distributor
Pasar,
Pertokoan,
mini
market
Kabupaten
Wonogiri,
Kota Jakarta
dan Kota
Denpasar
45. 44
belum memadai untuk digunakan untuk pendistribusian dalam aktivitas pertanian yang
menggunakan mobil angkutan.
b. Pertanian dengan Ekonomi
Sektor pertanian merupakan sektor basis di wilayah Maroko sehingga menjadi sektor
yang berperan penting dalam ekonomi Maroko. Jika sektor pertanian ini mundur, maka
berdampak pada masalah ekonomi di wilayah Maroko seperti masyarakat tidak mampu
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya karena sebagian besar mata pencaharian sebagai
petani dan buruh tani.
3.2.2 Home industry
Pada permasalahan Home industry ternyata berkaitan dengan beberapa hal yaitu
Jalan dan Transportasi, berikut penjelasannya :
a. Home industry dengan Jalan
Home industry merupakan lapangan kerja yang diciptakan oleh penduduk guna
mendapatkan penghasilan. home industri ini bermodalkan kreatifitas penduduk dalam
mengolah bahan mentah menjadi barang yang memiliki daya jual. Home industry di
wilayah maroko adalah anyaman bambu dan kerajianan wayang. Aktifitas home industri
ini dipengaruhi oleh aksesibilitas di wilayah Maroko. Kedua kerajinan ini berada di
kecamatan manyaran tepatnya di desa Karanglor (anyaman bambu) dan kelurahan
Kepuhsari (kerajinan wayang). Dari kedua home industri yang ada kerajinan ayaman
bambu lebih cepat berkembang dibandingkan dengan kerajinan wayang. Hali ini
dikarenakan lokasi kerajinan anyaman bambu lebih dekat dengan jalan utama yaitu jalan
lintas propinsi. Sehingga kegiatan distribusi hasil kerajinan lebih mudah dan cepat
didistribusikan ke luar kota. Berbanding terbalik dengan kerajianan wayang yang
lokasinya terletak kelurahan Kepuhsari di bagian selatan dimana jauh dari jalan utama.
Selain itu lokasi kerajinan tersebut nampak seperti terisolasi karena kondisi jalan di
wilayah tersebut rusak dan berlubang alhasil kegiatan distribusi hasil kerajinan menjadi
terhambat dan sulit berkembang.
b. Home Industri dengan Telekomunikasi
Home industry di wilayah Maroko menjadi faktor dominan atau aspek kunci yang
mempengaruhi perekonomian wilayah. Produksi home industry ini diantaranya kerajinan
wayang kulit, dan anyaman bambu. Home industry tersebut memiliki hubungan dengan
aspek lain salah satunya dengan jaringan telekomunikasi. Dengan kemajuan jaman,
jaringan telekomunikasi menjadi pengaruh dari pertumbuhan produksi terhadap wilayah
luar khususnya wilayah luar Kabupaten Wonogiri. Hasil produksi kerajinan dapat
didistribusikan langsung oleh para pengrajin ke luar wilayah Maroko seperti para
pengrajin wayang kulit yang mendistribusikan langsung hasil produksinya melalui
jaringan telekomunikasi telepon terhadap para pembelinya yang berada di Kota Jakarta.
Sedangkan untuk kerajinan anyaman bambu para pengrajin banyak mengirimkan
permintaan hasil produksinya ke Kota Denpasar.
3.3 Skenario dan Tren Perkembangan Wilayah Maroko
Skenario yang akan dilakukan berdasarkan pendekatan PESTO yaitu Politik,
Ekonomi, Sosial dan Teknologi. Penjelasan PESTO di wilayah Maroko sebagai berikut :
Politik : Kebijakan yang ada di Maroko, yaitu Kebijakan Tata Ruang
Ekonomi : Investasi
Sosial : Migrasi
Teknologi: Inovasi
3.3.1 Pertanian
Terdapat tiga pendekatan untuk penyusunan skenario, yaitu Status Qou, Skenario
Optimis dan Skenario Pesimis, berikut penjelasannya :
46. 45
a. Status Quo
Sektor pertanian merupakan sektor basis basis di wilayah Maroko. sebagai sektor
basis, pertanian di Maroko tidak hanya memenuhi kebutuhan di wilayah itu sendiri
namun juga sudah diekspor ke Kabupaten Wonogiri. Namun dalam perkembangannya,
sektor ini pertumbuhannya cukup lambat, hal ini disebabkan karena hasil produksi tani
setiap tahun cenderung tetap. Hal ini dipengaruhi kondisi alam di Maroko dimana pada
bulan juni hingga september terjadi kekeringan sehingga produksi tani khususnya padi
hanya sekali setahun. Faktor faktor yang mempengaruhi keadaan sektor pertanian adalah
politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Jika dilihat dari faktor politik,selama ini
pemerintah sudah mulai memberikan perhatian dalam pengembangan pertanian yaitu
pembentukan GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Kelompok tani ini dibentuk
untuk mewadahi petani dalam pemberian bantuan baik bibit, pupuk, pestisida dan alat
pertanian. Selain itu kelompok ini juga dibentuk untuk mewadahi petani dalam
pemberian penyuluhan mengenai pertanian. Namun dalam prosesnya, kelompok tani ini
kurang berjalan dengan baik karena kurangnya koordinasi antara pemerintah dan petani
sendiri. Apabila kondisi ini tetap maka perkembangan pertanian di Maroko tidak akan
signifikan. Jika dilihat dari faktor ekonomi yaitu investasi, sektor pertanian di Maroko
hanay mendapat investasi dari pemerintah. Investasi yang diberikan pemerintah yaitu
bantuan dalam pengembangan pertanian. Apabila kondisi ini tetap tanpa adanya investasi
dari pihak lain seperti swasta, maka pertanian di Maroko akan tetap stagnan. Faktor
lainnnya yaitu faktor sosial, dimana kondisi sosial di Maroko, penduduk yang menetap
tinggal di Maroko mayoritas adalah penduduk yang usianya 30 tahun keatas. Hal ini
disebabkan karena penduduk usia produktif melakukan migrasi keluar daerah. Hal ini
tentunya mempengaruhi perkembangan pertania di Maroko dimana kurangnya tenaga
kerja yang produktif dalam mengelola pertanian. Apabila hal ini tetap terjadi, maka
produksi pertanian di Maroko akan tetap stagnan bahkan menurun karena kekurangan
SDM untuk mengelola pertanian. Faktor terakhir yang mempengaruhi adalah faktor
teknologi. Di wilayah Maroko, pengelolaan pertanian masih bersifat tradisional dan
belum ada inovasi yang membuat pertanian meningkat. Apabila hal ini tetap maka
produksi pertanian di Maroko tidak berkembang bahkan menurun karena tidak mampu
mengikuti perkembangan teknologi/inovasi khususnya dalam bidang pertanian.
b. Skenario Optimis
Pendekatan Politik untuk Sektor Pertanian akan berkembang jika didukung dengan
optimalnya peran kelompok tani yang ada di wilayah Maroko. Peran aktif kelompok tani
ini mampu sebagai wadah untuk saling berbagi informasi tentang bibit, pupuk, alat-alat
pertanian sehingga dapat meningkatkan produktivitas sawah. Pendekatan Ekonomi untuk
Sektor pertanian akan berkembang jika didukung dengan adanya investasi yang lebih
sehingga masyarakat dapat terbantu dalam pemenuhan modal seperti bibit, pupuk, alat-
alat pertanian, dan untuk membeli hasil pertanian dari masyarakat.
Pendekatan Sosial untuk Sektor pertanian akan berkembang jika jumlah migrasi di
wilayah Maroko dapat ditekan. Migrasi yang terjadi di Maroko sebagian besar berada di
usia produktif sehingga mengurangi sumber daya manusia untuk mengelola pertanian di
Maroko. Dengan berkurangnya atau dapat ditekannya angka migrasi diharapkan mampu
membuat sektor pertanian akan berkembang. Pendekatan Teknologi untuk Sektor
pertanian akan berkembang jika dibantu dengan adanya inovasi dalam bidang pertanian
seperti alat-alat pertanian yang baru dan bibit-bibit unggul.
c. Skenario Pesimis
Pertanian merupakan sektor basis dalam perekonomian wilayah Maroko, akan tetapi
sektor pertanian ini belum mampu menjadi sektor unggulan hanya mampu menjadi sektor
potansial. Hal ini dikarenakan sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang lambat.
47. 46
Dengan berbagai permasalahan yang ada salah satunya dari investasi, baik investasi
pemerintah maupun swasta. Investasi tersebut dapat meningkatkan produksi pertanian
bagi wilayah Maroko. Namun investasi yang ada selama ini hanya berasal dari
pemerintah, belum ada investasi dari pihak swasta. Investasi dari pemerintah dengan
pemberian bibit subsidi melalui kelompok tani. Belum adanya monitoring yang baik
terhadap kelompok tani oleh pemerintah, maka akan mempengaruhi terhadap pemberian
investasi dari pemerintah.
Tingginya angka migrasi yang ada di wilayah Maroko menjadikan penduduk wilayah
ini hanya anak-anak dan penduduk usia tua. Sehingga kurangnya penduduk usia produktif
di Maroko yang seharusnya berpotensi untuk mengembangkan produksi pertanian di
wilayahnya. Dengan kurangnya investasi khusunya penambahan investasi dari pihak
swasta dan kurangnya penduduk usia produktif, sehingga tidak berkembangnya inovasi
penggunaan alat-alat produksi pertanian. Hal ini akan menjadikan produksi pertanian
semakin lama semakin tidak berkembang.
3.3.2 Home industry
Terdapat tiga pendekatan untuk penyusunan skenario, yaitu Status Qou, Skenario
Optimis dan Skenario Pesimis, berikut penjelasannya :
a. Status Quo
Kegiatan home industry di wilayah Maroko terdiri dari pengerajin anyaman bambu
dan pengerajin wayang kulit. Kondisi kegiatan industri rumahan wayang kulit di Wilayah
Maroko ini sudah sempat dikirim hingga ke Provinsi DKI Jakarta dan luar negeri. Namun
beberapa tahun terakhir mengalami kemuduran disebabkan oleh tidak adanya perhatian
dari pemerintah setempat yang belum membuat kebijakan pengembangan terkait industri
rumahan, terbatasnya modal dan kurangnya sumber daya manusia yang ingin meneruskan
usaha ini yang disebabkan oleh kultur masyarakat terutama penduduk usia produktif di
Maroko yang lebih memilih pergi ke luar wilayah dibandingkan harus menetap dan
meruskan usaha yang ada. Sedangkan pada industri rumahan anyaman bambu saat ini
sudah dapat menjangkau pasar hingga ke Kota Denpasar. Pada sektor kerajinan wayang
kulit apabila kondisi modal tetap terbatas seperti saat ini maka industri rumahan wayang
kulit ini akan semakin mengalami kemunduran. Pada sektor kerajinan anyaman bambu
dengan kondisi investasidan modal yang terbatas serta kondisi jumlah migrasi yang
tinggi maka sektor industri rumahan di Maroko tidak akan mengalami pertumbuhan.
b. Skenario Optimis
Home industry yang terdapat di wilayah Maroko adalah industri wayang kulit dan
anyaman bambu. Industri yang terdapat di wilayah Maroko tersebut masih belum
berkembang dengan cukup baik. Padahal beberapa waktu yang lalu industri wayang kulit
yang ada pemasarannya hingga ke luar negeri. Namun seiring berjalannya waktu, justru
terjadi kemunduran terhadap industri wayang kulit ini dikarenakan ketidaktersedian
modal untuk pengembangan industri tersebut. Sejak mengalami kemuduran tersebut,
beberapa pengrajin industri wayang kulit mulai kembali merintis usaha yang sempat
berhenti tersebut. Saat ini pemasarannya telah sampai keluar daerah Wonogiri seperti
Kota Jakarta. Begitu pula dengan industri anyaman bambu yang masih sulit untuk
berkembang karena kertebatasan modal, padahal indutri anyaman bambu yang terdapat di
wilayah Maroko ini merupakan industri anyaman bambu terbesar ketiga di Jawa Tengah.
Dari latar belakang kondisi home industry yang telah dijelaskan di atas, home industry
yang terdapat di wilayah Maroko sanagt memiliki potensi yang sangat baik untuk
dikembangkan. Pemerintah belum memiliki perhatian yang lebih terkait dengan
keberadaan home industry di wilayah Maroko. Jika pemerintah dapat lebih
memperhatikan home industry yang ada melalui pembuatan kebijakan untuk memajukan
home industry, maka industri kerajinan wayang kulit dan anyaman bambu dapat
48. 47
berkembang dengan baik karena adanya dukungan dari pihak pemerintah terkait produksi
maupun pemasaran dari hasil industri tersebut.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa permasalahan home industry bermuara pada
ketidaktersediaan modal. Hal ini tentu juga dikarenakan minimnya investor yang bersedia
untuk melakukan investasi pada home industry di wilayah Maroko. Padahal peran
investor sangat diperlukan dalam pengadaan modal home industry. Jika banyak investor
yang bersedia melakukan investasi pada home industry di wilayah Maroko maka akan
sangat membantu dalam kemajuan home industry tersebut.
Keberadaan home industry yang ada tentu juga membutuhkan tenaga kerja yang tidak
sedikit untuk proses produksi. Di wilayah Maroko sendiri keberadaan tenaga kerja
dengan usia produktif sangat sulit, hal ini dikarenakan tingginya tingkat migrasi yang
terjadi di wilayah ini. Apabila tingkat migrasi yang ada di wilayah Maroko dapat ditekan
maka perkembangan home industry pun dapat lebih baik karena adanya dukungan dari
tenaga kerja produktif yang berasal dari wilayah Maroko sendiri. Tenaga kerja dari
wilayah Maroko sendiri tidak perlu lagi melakukan migrasi karena home industry yang
maju di wilayah Maroko dapat menyerap tenaga kerja.
Hal terpenting lainnya terkait dengan home industry adalah adanya inovasi yang
dilakukan oleh pelaku industri. Inovasi yang harus dilakuakn baik dari kegiatan produksi
maupun dalam hal pemasaran hasil produksi tersebut. Inovasi yang dilakukan seperti
adanya penggunaan teknologi saat kegiatan produksi dan pemasaran hasil produksi
tersebut, sehingga hasil industri dapat lebih berkualitas dan memiliki pasar yang luas.
c. Skenario Pesimis
Berdasarkan kondisi eksisting, belum adanya perda yang mengatur tentang
keberlangsungan home industry di Wilayah Maroko. Apabila home industry seperti
wayang kulit dan anyaman bambu terus berkembang tanpa adanya perhatian khusus dari
pemerintah, maka akan ada kemungkinan home industry yang terdapat di Wilayah
Maroko mengalami kemunduran. Apabila ditinjau dari aspek ekonomi, belum ada
investasi terhadap usaha kecil/ pengrajin di Wilayah Maroko. Hal tersebut dapat menjadi
kendala bagi para pengrajin karena terkendala modal untuk mengembangkan usaha
tersebut. Kecenderungan migrasi bagi penduduk kelompok umur produktif menyebabkan
mayoritas penduduk yang terdapat di Wilayah Maroko yaitu orang-orang yang berusia di
atas 50 tahun. Home industry yang ada di Wilayah Maroko hanya dikembangkan oleh
penduduk usia tua sehingga hasil yang didapatkan tidak optimal dan dapat menyebabkan
kemunduran pada sektor home industry apabila tidak ada penduduk usia produktif yang
berminat untuk mengembangkan usaha-usaha tersebut. Teknologi juga menjadi peran
yang sangat penting dalam mengembangkan usaha. Pengembangan home industry yang
dilakukan selama ini masih bersifat konvensional sehingga hal tersebut tidak akan
memberikan hasil yang maksimal dalam proses produktivitasnya.
49. 48
BAB IV
RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH
4.1 Kebijakan dan Strategi Keruangan
Tabel 4.1
Tabel Kebijakan dan Strategi Keruangan
No Analisis sistem
keruangan
Hasil analisis (fakta/kondisi yang ada) Pendekatan Strategi
1 Sistem pusat-pusat
pemukiman
Sistem pusat-pusat pemukiman yang ada di 3 kecamatan
diperoleh berdasarkan kepadatan permukiman dan
jumlah penduduk yang ada di wilayah 3 Kecamatan
tersebut. Pusat permukiman di Manyaran terdapat di
Kelurahan Karanglor, pusat pemukiman pada
Wuryantoro di Kelurahan Wuryantoro, Mlopoharjo, dan
Genukharjo. Sedangkan pusat pemukiman di Kecamatan
Eromoko terdapat pada Desa Eromoko, kelurahan
Ngadirejo, dan Kelurahan Puloharjo.
Agropolitan, pendekatan ini
merupakan pendekatan untuk
melakukan pengembangan
wilayah dengan memfokuskan
pertumbuhan di setiap wilayah
hinterland atau desa secara
terpadu, sehingga pertumbuhan
yang terjadi tidak hanya di
daerah pusat. Daerah pusat
lebih berfungsi sebagai
wilayah pemasaran dari hasil
pertanian pedesaan.
- Peningkatan jumlah dan
perbaikan terhadap sarana
perekonomian yaitu pasar-
pasar desa dan pasar umum
agar dapat menampung hasil
pertanian pedesaan.
- Pembenahan terhadap sarana
dan prasarana yang ada di
setiap pusat di desa secara
terpadu dan ke pusat
permukiman.agar dapat
memaksimalkan fungsi desa
sebagai pemenuh kebutuhan
wilayah desa itu sendiri.
- Pemerataan pelayanan sistem
pusat pemukiman di seluruh
Maroko.
2 Wilayah pelayanan
pusat permukiman
Wilayah pelayanan pusat di Kecamatan Manyaran
mencakup hampir seluruh desa dan kelurahan yang ada.
Sedangkan untuk desa yang berbatasan langsung dengan
Prov.DIY, mereka lebih memilih untuk memenuhi
kebutuhannya di Prov.DIY. Pada pusat Kecamatan
Wuryantoro dapat melayani daerah-daerah di sekitarnya
Agropolitan, pendekatan ini
merupakan pendekatan untuk
melakukan pengembangan
wilayah dengan memfokuskan
pertumbuhan di setiap wilayah
hinterland atau desa secara
- Maksimalisasi pelayanan
pada pusat permukiman
dengan cara melakukan
pembangunan dan perbaikan
terhadap sarana dan
prasarana yang ada di pusat
50. 49
No Analisis sistem
keruangan
Hasil analisis (fakta/kondisi yang ada) Pendekatan Strategi
yaitu Kelurahan Wuryantoro, desa Pulutan Wetan, desa
Pulutan Kulon, desa Sumberejo, desa Mlopoharjo, desa
Genukharjo dan Kelurahan Mojopuro. Selain itu pusat
pemukiman di Wuryantoro dapat melayani kelurahan
yang ada di kecamatan lain, seperti Kelurahan Bero
(Kecamatan Manyaran), desa Pijiharjo dan Kelurahan
Tempurharjo (Kecamatan Eromoko). Pusat pemukiman
di Kecamatan Eromoko dapat melayani hampir seluruh
desa dan kelurahan yang ada di Eromoko.
terpadu, sehingga pertumbuhan
yang terjadi tidak hanya di
daerah pusat. Daerah pusat
lebih berfungsi sebagai
wilayah pemasaran dari hasil
pertanian pedesaan
maupun wilayah pedesaaan
agar wilayah pedesaan dapat
mendistribusikan hasil
produksi pertanian ke
wilayah perkotaan.
- Meningkatkan kualitas dan
diversifikasi produk yang
dihasilkan dari wilayah-
wilayah yang ada.
3 Karakteristik wilayah
pedesaan dari setiap
pusat permukiman
tertentu
Ketiga pusat pemukiman yang ada di Kecamatan
Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko memiliki basis
perekonomian pada sektor pertanian. Karakteristik pusat
pemukiman di Kecamatan Manyaran memiliki mayoritas
penggunaan lahan adalah sawah, namun juga terdapat
tegalan yang menghasilkan jagung, singkong,dll.
Kecamatan Wuryantoro memiliki mayoritas penggunaan
lahan adalah sawah irigasi namun juga terdapat tegalan
yang menghasilkan jagung, singkong, sedangkan di
Kecamatan Eromoko mayoritas penggunaan lahannya
adalah sawah irigasi dan sawah tadah hujan, selain itu di
saat musim kemarau banyak terdapat tegalan yang
menghasilkan jagung,singkong, gudei, kacang tanah,dll.
Agropolitan, pendekatan ini
merupakan pendekatan untuk
melakukan pengembangan
wilayah dengan memfokuskan
pertumbuhan di setiap wilayah
hinterland atau desa secara
terpadu, sehingga pertumbuhan
yang terjadi tidak hanya di
daerah pusat. Daerah pusat
lebih berfungsi sebagai
wilayah pemasaran dari hasil
pertanian pedesaan
- Maksimalisasi potensi
sumberdaya alam yang
terdapat di setiap desa
dengan cara pemberian
modal kepada petani,
misalnya melalui KUD
(Koperasi Unit Desa).
- Pemberdayaan masyarakat
pelaku agribisnis setempat,
seperti pelatihan-pelatihan.
- Pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan agribisnis dan
industri pertanian di setiap
pusat permukiman.
4 Hubungan antara
pusat satu dengan
pusat lain
Hubungan pusat permukiman di Kecamatan Manyaran
dan pusat permukiman di kecamatan Wuryantoro cukup
erat terutama pada pelayanan sarana pendidikan SMA ke
pusat permukiman Wuryantoro, selain itu juga adanya
keterkaitan aksesibilitas antar 2 pusat tersebut.
Sedangkan hubungan pusat Manyaran ke pusat Eromoko
tidak ada hubungan. Hubungan antara pusat permukiman
di Kecamatan Wuryantoro dengan Kecamatan Eromoko
Agropolitan, pendekatan ini
merupakan pendekatan untuk
melakukan pengembangan
wilayah dengan memfokuskan
pertumbuhan di setiap wilayah
hinterland atau desa secara
terpadu, sehingga pertumbuhan
yang terjadi tidak hanya di
- Perbaikan dan perawatan
prasarana jalan sebagai faktor
utama dalam mobilitas
kegiatan masyarakat antara
tiap pusat permukiman.
51. 50
No Analisis sistem
keruangan
Hasil analisis (fakta/kondisi yang ada) Pendekatan Strategi
memiliki keterkaitan yang erat. Hal ini dikarenakan
kedua pusat permukiman ini berdekatan, selain itu
keterkaitan lainnya yaitu pelayanan sarana pendidikan
SMA yang berpusat di Wuryantoro,dan kedua wilayah
ini merupakan jalur transpotasi dari Pracimantoro
menuju Solo. Pusat pemukiman di Eromoko tidak
memiliki hubungan dengan Manyaran.
daerah pusat. Daerah pusat
lebih berfungsi sebagai
wilayah pemasaran dari hasil
pertanian pedesaan
5 Hubungan antara
pedesaan dengan
pusat perkotaan
terdekat
Hubungan pedesaan dengan pusat terdekat cukup erat
karena pedesaan yang ada di sekitar pusat pemukiman
terlayani oleh pusat pemukiman yang ada,
1.Kecamatan Manyaran, hubungan pusat pemukiman di
Manyaran dengan desa-desa yang ada adalah pergerakan
penduduk yang salah satunya dikarenakan adanya
tempat pariwisata Sendang Songo dan adanya aliran
barang yang berupa kerajinan wayang, alumunium, intip,
bak pia, serta hasil sumber daya alam.
2. Kecamatan Wuryantoro, wilayah hinterland atau
pedesaan mengirim hasil dari pertanian ke pasar desa
atau pasar umum karena wilayah pedesaan belum
memiliki pasar serta adanya pergerakan penduduk yang
salah satunya dikarenakan adanya waduk
Gajahmungkur.
3. Kecamatan Eromoko, memiliki hubungan dari
pedesaan terhadap pusat pemukimannya adalah
pergerakan penduduk serta pergerakan barang berupa
hasil produksi pertanian, serta hasil kerajinan.
Agropolitan, pendekatan ini
merupakan pendekatan untuk
melakukan pengembangan
wilayah dengan memfokuskan
pertumbuhan di setiap wilayah
hinterland atau desa secara
terpadu, sehingga pertumbuhan
yang terjadi tidak hanya di
daerah pusat. Daerah pusat
lebih berfungsi sebagai
wilayah pemasaran dari hasil
pertanian pedesaan
- Meningkatkan peran pusat
pemukiman sebagai tempat
penjualan dari komoditas-
komoditas pertanian dari
pedesaan.
- Menyediakan fasilitas untuk
pengembangan agro bisnis
di wilayah pedesaan seperti
pengadaan modal dan
teknologi pertanian.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013
52. 51
Sumber : Hasil Analisis
Kelompok 4A, 2013
Gambar 4.1
Peta Strategi
Pengembangan Wilayah
Pusat Permukiman
Maroko dan Peta
Strategi Pengembangan
Hubunga Pusat Satu
dengan Pusat Lainnya
53. 52
Sumber : Hasil Analisis
Kelompok 4A, 2013
Gambar 4.2
Peta Strategi
Pengembangan
Hubungan Pedesaan
dengan Pusat Perkotaan
dan Peta Strategi
Pengembangan
Karakterstik Wilayah
Pedesaan
54. 53
Sumber : Hasil Analisis
Kelompok 4A, 2013
Gambar 4.3
Peta Strategi
Pengembangan Sistem
Pusat Permukiman