Cerita rakyat tentang asal usul burung ruai menceritakan seorang putri bungsu yang baik hati tetapi dijebak oleh keenam kakaknya ke dalam gua. Ia bertemu kakek sakti yang mengubah air matanya menjadi telur yang menjadi burung-burung ruai. Kisah ini membangun tema ketegaran hati.
2. Nama Kelompok
1. Citra Dwi Anggreini (06)
2. Dita Dwi Permata Sari (34)
3. Kurniapeni Margi Rahayu (17)
4. Qurrota Yunin (25)
X-2 Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo
3. Unsur-unsur intrinsik
a. Tokoh dan Perwatakan
b. Latar Tempat
c. Latar Waktu
d. Latar Suasana
e. Tema
f. Alur
g. Sudut Pandang
h. Amanat
Cuplikan Cerita
4. “Asal Mula Terjadinya Burung Ruai”
Konon, pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan
yang kecil, letaknya tidak jauh dari Gunung Bawang yang
berdampingan dengan Gunung Ruai. Tidak jauh dari kedua
gunung tersebut terdapatlah sebuah gua yang bernama
Gua Batu, di dalamnya terdapat banyak aliran sungai kecil
yang di dalamnya terdapat banyak ikan dan gua tersebut
dihuni oleh seorang kakek tua renta yang dikatakan sakti.
Hiduplah seorang raja yang memerintah sebuah
kerajaan dengan tujuh orang putri. Di antara ketujuh orang
putri tersebut ada satu orang putri raja yang bungsu atau si
bungsu. Si bungsu mempunyai budi pekerti yang baik, rajin,
suka menolong dan taat pada orang tua. Lain halnya
dengan keenam kakaknya yang mempunyai hati yang jahat,
dengki, suka membantah orang tua, dan malas bekerja.
5. Singkat cerita, sang ayah yang menjadi pilih kasih
terhadap putri-putsrinya, membuat keenam kakak si putri
bungsu iri hati, dendam, dan sering menyakiti si bungsu.
Suatu hari si bungsu diajak oleh keenam kakaknya untuk
mencari ikan (menangguk) ke Gua Batu. Karena sangat
gembira, si bungsu menerima ajakan tersebut. Padahal
dalam ajakan tersebut terselip pembalasan dendam.
Setelah sampai ke gua batu, si bungsu disuruh masuk
terlebih dahulu ke dalam gua, kemudian diikuti kakak-
kakaknya. Si bungsu sudah berada lebih jauh kedalam gua,
namun keenam kakaknya masih berada dimuka gua dan
mendoakan supaya si bungsu tidak dapat menemukan jejak
untuk pulang nantinya. Keenam kakaknya tertawa
terbahak-bahak sebab si bungsu benar-benar hilang dari
pengelihatannya.
6. Tanpa terasa, tujuh hari tujuh malam lamanya, si
bungsu terjebak dalam gua. Tiba-tiba terjadilah
peristiwa yang sangat menakutkan di dalam Gua
Batu itu. Suara gemuruh menggelegar seperti ingin
merobohkan Gua Batu tersebut. Si bungsu hanya
bisa menangis dan menjerit untuk menahan rasa
ketakutannya dan munculah seorang kakek tua renta
yang sakti di hadapan si bungsu.
7. Sambil menangis Si bungsu menjawab pertanyaan-
pertanyaan si kakek. Tanpa diduga-duga, pada saat itu dengan
kesaktian kakek tersebut, air mata Si bungsa secara perlahan-
lahan berubah menjadi telur-telur putih yang besar dan
banyak jumlahnya. Si bungsu berubah bentuknya menjadi
seekor burung yang indah bulu-bulunya. “Aku akan
menolongmu dari kesengsaraan tapi, dengan cara engkau
mengubah bentukmu menjadi seekor burung dengan nama
Burung Ruai. Apabila aku telah hilang dari pandanganmu,
eramlah telur-telur itu supaya jadi burung-burung sebagai
temanmu “. Bersamaan dengan itu, kakek sakti menghilang
bersama asap. Burung Ruai yang sangat banyak jumlahnya
ikut berlalu, kemudian hidup di pohon depan tempat tinggal
si bungsu dahulu. Mereka menyaksikan keenam kakak Si
bungsu dihukum oleh ayah karena telah membunuh Si
bungsu.
8. A. Tokoh dan Perwatakan
1. Si Bungsu : Baik, rajin, suka menolong
dan taat pada orang tua.
2. Keenam Putri : Jahat, iri hati, suka
membantah orang tua,
malas bekerja.
3. Raja : Bijaksana.
4. Kakek Tua : Sakti, baik hati.
9. B. Latar Tempat
1. Gunung Bawang
“ Gunung Bawang yang berdampingan dengan Gunung Ruai”.
2. Gunung Ruai
“ Gunung Bawang yang berdampingan dengan Gunung Ruai”.
3. Gua Batu
“ dan sampailah merekan bertujuh ditempat yang akan mereka tuju
(lokasi menangguk), yaitu Gua Batu”.
4. Kerajaan
“ …oleh seluruh rakyat kerajaan dan dilepas oleh ketujuh orang
putrinya…”.
5. Istana
“maka pada suatu hari berkumpullah seluruh penghuni istana…”.
10. Latar Waktu
a. Pada zaman dahulu
“ Konon, pada zaman dahulu ….”.
b. Setiap hari
“ Setiap hari yang dikerjakannya hanya bermain-main”.
c. Sekali waktu
“ Sekali waktu, pernah akibat perlakuan…..”.
d. Pada suatu hari
“ maka pada suatu hari berkumpullah seluruh penghuni istana…”.
e. Satu bulan
“ ….kekerabatan diantara mereka selama satu bulan”.
f. Pada keesokan harinya
“ Pada keesokan harinya, berangkatlah pasukan…”.
11. g. Satu minggu
“ …sudah berlangsung satu minggu yang lewat”.
h. Sampai tibalah saatnya
“ Sampai tibalah saatnya, yaitu saat-saat yang…”.
i. Malam hari
“…oleh kakaknya pada waktu tidur di malam hari”.
j. Suatu siang
“ …maka pada suatu siang keenam kakak si bungsu…”.
k. Tujuh hari tujuh malam
“ …gua itu sudah tujuh hari tujuh malam lamanya”.
l. Hari ketujuh
“ Pada hari ketujuh, si bungsu berada di dalam…”.
m. Pada saat itu
“ Pada saat itu, dengan disertai bunyi yang menggelegar, muncullah
seorang kakek tua renta…”.
12. D. Latar Suasana
1. Gembira
“ karena sangat gembira kakaknya mau berteman lagi
dengannya, si bungsu menerima ajakan tersebut.”
2. Gelap Gulita
“ suasana gua yang gelap gulita membuat si bungsu
menjadi betul-betul kahabisan akal…..”.
3. Menangis / Sedih
“ Si bungsu hanya dapat menangis siang dan malam
sebab….”.
4. Ketakutan
“ Si bungsu pun menangis ketakutan sehingga air
matanya….”.