1. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PEKERJAAN :
PENETAPAN BATAS RUANG
PRASARANA JALUR KERETA API
ANTARA PEKALONGAN – SEMARANG TAWANG
TAHUN ANGGARAN 2015
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
SATUAN KERJA PENGEMBANGAN, PENINGKATAN DAN
PERAWATAN PRASARANA PERKERETAAPIAN
2. KERANGKA ACUAN KEGIATAN
(Term Of Reference)
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : Kementerian Perhubungan
UNIT ORGANISASI : Direktorat Jenderal Perkeretaapian
PROGRAM : Program Restrukturisasi dan Reformasi
Kelembagaan Perkeretaapian
SASARAN PROGRAM : Tersedianya Pedoman Teknis Bidang Prasarana
Perkeretaapian
USULAN SBK : Kegiatan / Sub Kegiatan / Detail Kegiatan
KEGIATAN : Survey / Studi Kelayakan / Penyusunan Master
Plan / DED / SID
SUB KEGIATAN : Penetapan Batas Ruang Prasarana
DETAIL KEGIATAN : Penetapan Batas Ruang PrasaranaJalur Kereta
ApiLintas Pekalongan - Semarang Tawang
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
1.) Dasar Hukum
a.) Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
b.) Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian ;
c.) Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Kereta Api;
d.) Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta
Api.
e.) Peraturan-peraturan lainnya yang terkait.
2.) Gambaran Umum
Jalur Kereta api sebagai salah satu jaringan transportasi angkutan darat yang
keberadaannya sudah ada dari tahun 1864, sudah mengalami banyak perubahan
dari segi luas dan penggunaan lahan. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya
Kereta Api untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang, maupun akibat
pembangunan masyarakat di sekitar jalur kereta api.
Menurut Undang – Undang nomor 23 tahun 2007 pasal 36, yang dimaksud jalur
kereta api meliputi ruang manfaat jalur (RUMAJA) kereta api, ruang milik jalur
(RUMIJA) kereta api dan ruang pengawasan jalur (RUWASJA) kereta api.
Kondisi saat ini belum tersedia data gambar maupun peta yang menggambarkan
secara detail batasan, topografi, jenis prasarana dan fasilitas di dalam jaringan jalur
3. kereta api, sehingga menimbulkan kesulitan pada saat ada rencana pengembangan
maupun pemanfaatan lahan di sepanjang jalur kereta api.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai revitalisasi perkeretaapian, dimana
kereta api menjadi tulang punggung angkutan penumpang dan barang skala
nasional, maka diperlukan data yang akurat dan terintegrasi dengan jaringan moda
transportasi yang lain. Guna memenuhi kebutuhan data jaringan jalur kereta api,
maka perlu dilakukan studi pemetaan jalur kereta api eksisting khususnya yang
sudah jalur ganda.
b. Maksud Dan Tujuan
1.) Maksud Kegiatan
Maksud dari kegiatan pemetaan jalur ganda kereta api di lintas iniadalah untuk
menggambarkan/memetakan dan mendata jaringan jalur ganda kereta api dan
utilitas/bangunan pelengkap yang ada didalamnya, termasuk
memberikan/memasang patok-patok batas RUMAJA dan RUMIJA lengkap dengan
buku diskripsi dan dokumentasi di tiap-tiap patok.
2.) Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan dokumen yang berkualitas
baik yang dapat dijadikan Pedoman/referensi teknis dalam proses perencanaan
pengembangan/peningkatan pembangunan dimasa mendatang.
2. LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan Penetapan batas ruang jalur kereta api adalah pada lintasPekalongan–
Semarang Tawangsepanjang +88 Km.
4. 3. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Adapun ruang lingkup pekerjaan ini secara umun dapat terlihat seperti dalam diagram alir
dibawah ini:
a. Kegiatan Survey Sekunder
1.) Instansional
a.) Lingkup dan Ketentuan kegiatan
Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah Pengumpulan data-data yang relevan
dari berbagai pihak/instansi yang terkait untuk mendukung keberhasilan
pelaksanaan kegiatan ini.
b.) Ketentuan-ketentuan untuk kegiatan
Dalam Pengumpulan data sekunder, minimal konsultan mendapatkan dan atau
memiliki data-data sebagai berikut:
(1.) Peta rupa bumi BIG (Badan Informasi Geospasial) atau peta Topografi
Jantop dalam skala 1 : 50.000 atau yang lebih besar;
(2.) Peta Ground Kart
Gambar 3 – Diagram Alir Pekerjaan Secara Umum
5. (3.) Data-data utilitas, jembatan dan bangunan pelengkap.
(4.) Data sungai dan sistem drainase perkotaan/wilayah;
(5.) Data/gambar/Laporan Akhir dari pekerjaan pembuatan desain yang pernah
dilakukan sebelumnya dan terkait dengan pekerjaan ini;
(6.) Data-data lain yang terkait dan relevan dalam menunjang keberhasilan
pelaksanaan kegiatan ini.
Data-data yang diperoleh yang kemudian diolah haruslah representatif terhadap
kondisi dilapangan dan dapat diverivikasi kebenarannya.
2.) Peninjauan Lapangan (Reconnaissance)
a.) Lingkup kegiatan
Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah mengadakan peninjauan
awal/pendahuluan ke lapangan untuk mengadakan evaluasi secara visual ke
lokasi.
b.) Ketentuan kegiatan
Hal-hal yang dilakukan pada kegiatan peninjauan awal/pendahuluan, minimal
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut
Survey Topografi awal mencakup:
Mengamati kondisi topografi, dan mencatat daerah-daerah yang perlu
dilakukan pengukuran khusus atau lebih mendetail.
Mencari titik tetap (BM= Bench Mark) hasil studi terdahulu dan atau BM yang
terdekat dengan lokasi/lintas yang akan dipetakan;
Mengamati jalur KA, bangunan pelengkap dan jaringan utilitas sepanjang Jalan
Kereta Api eksisting,
Membuat dokumentasi hasil peninjauan awal
Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran topografi, survey
jaringan Utilitas serta rencana pemasangan Patok Rumija dan Rumaja, sampai
penggambaran.
b. Kegiatan Survey Primer
1.) Lingkup Kegiatan
Kondisi lokasi yang ada perlu survey secara teliti, sehingga dalam pelaksanaan
pekerjaan, hal-hal yang menjadi kendala sudah di antisipasi, dari berbagai aspek
pelaksanaan.
a) Survai topografi meliputi:
(1.) Penentuan metode pelaksanaan
(2.) Penentuan Referensi Pengukuran
(3.) Pengukuran situasi
(4.) Pengukuran profil memanjang dan melintang
(5.) Penentuan titik-titik BM, Rumija dan Rumaja
(6.) Penggambaran
b) Survey Jaringan Utilitas dan bangunan pelengkap yang berada dalam jalur
kereta api di sepanjang lintas.
2.) Ketentuan-ketentuan Kegiatan
a) Secara detail ketentuan kegiatan Survey Geodesi / Topografi yang
dilakukansecara lengkap dan sistematis, setidaknya meliputi ketentuan-
ketenttuan sebagai berikut:
(1.)Penentuan Metode Pelaksanaan
Metodepelaksanaan pengukuran dilakukan dengan peralatan digital otomatis
atau di kombinasi dengan peralatan manual.Pengolahan data ukur sampai
penggambaran dilakukan juga dengan metode digital. Dalam pelaksanaan,
minimal memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(a.) Titik Kontrol Tanah
i. Titik Kontrol Horizontal ditentukan dengan metode pengukuran
poligon. Pertama kali pengukuran poligon utama dilakukan di
sepanjang lokasi pekerjaan berupa kring tertutup. Untuk
6. merapatkan jaringan titik kontrol horizontal dapat dilakukan
dengan menggunakan poligon cabang.
ii. Titik Kontrol Vertikal ditentukan dengan sipat datar.
(b.) Kerapatan Titik Kontrol
i. Kontrol Horizontal
Pada tiap spasi (5-10 cm) diatas bidang datar/peta terdapat 1 titik
kontrol, yaitu 1 titik kontrol pada tiap :
i.) (50-100) meter untuk skala 1 : 1000
ii.) (100-200) meter untuk skala 1 : 2000
iii.) (250-500) meter untuk skala 1:5000
ii. Kontrol Vertikal
Pada tiap spasi (2,5-5 cm) diatas bidang datar/peta terdapat 1 titik
kontrol yaitu titik kontrol pada tiap :
i.) (50-100) meter untuk skala 1 : 1000
ii.) (100-200) meter untuk skala 1 : 2000
iii.) (250-500) meter untuk skala 1:5000
Jalur pengukuran poligon cabang sebaiknya diusahakan berbentuk
garis lurus, sehingga penyebaran titik-titik kontrol yang didapatkan
memenuhi batasan diatas.
(c.) Poligon
i. Jalur pengukuran poligon utama dilakukan mengelilingi daerah
survai serta dimulai dan diakhirinya pada titik yang sama (kring
tertutup). Jika disekitar lokasi proyek terdapat titik tetap yang telah
diketahui koordinatnya maka jalur poligon utama harus melalui titik
tetap tersebut dan pengukuran tetap dilakukan secara kring
tertutup.
ii. Pengukuran poligon cabang dilakukan dengan kedua ujungnya
terikat pada titik-titik poligon utama atau dilakukan secara kring
tertutup pada 2 (dua) buah bench mark yang saling kelihatan (sisi
poligon utama).
iii. Stasiun pengukuran poligon selain pada titik permanen maupun
semi permanen dapat terbuat dari patok kayu dengan ukuran
minimal sebagai berikut :
i.) Panjang : 40 cm
ii.) Penampang : (5x7) cm
Sedangkan pada tanah yang lunak diperlukan patok kayu yang
panjang, sehingga patok tersebut tidak mudah berubah
kedudukannya setelah ditancapkan.Patok kayu ditancapkan
dengan bagian atas menonjol setinggi 10 cm diatas permukaan
tanah.Untuk mendefinisikan titik secara pasti pada penampang
patok bagian atas harus dipasang paku.
iv. Titik-titik poligon diberi nomor dengan huruf dan diikuti oleh angka.
Penomoran ini dilakukan dengan memakai cat.
v. Ketelitian pengukuran poligon utama minimal 0,0005 cm dan untuk
poligon cabang minimal 0,001 cm.
(d.) Sudut Horizontal
i. Sudut horizontal diukur dengan teodolit 1” (Wild T2 atau yang
sejenis)
ii. Pembacaan sudut horizontal pada pengkuran poligon utama
dilakukan sebanyak 2 seri ganda sedangkan untuk poligon cabang
sebanyak 1 seri ganda. Bacaan 1 seri ganda didefinisikan sebagai
berikut :
i.) Teropong dalam keadaan luar biasa ke target muka
ii.) Teropong dalam keadaan luar biasa ke target belakang
Perbedaan maximum sudut-sudut horizontal hasil bacaan adalah
10”.
7. iii. Pengukuran sudut horizontal dalam 2 seri ganda dilakukan dengan
setting awal berbeda, yaitu 0 dan 90. Jika dirasa perlu setting
awal dapat dilakukan pada 45 dan 135. Bagian sekon cukup di
baca sampai angka pasti (bulat).
iv. Sebelum pembacaan sudut dilakukan gelembung nivo kotak dan
nivo tabung harus diatur dengan teliti.
v. Untuk memperkecil kesalahan ukuran sudut akibat kesalahan
centering, maka perpindahan alat ukur pada titik atau stasiun
pengukuran harus dilakukan dengan metode centering paksaan.
vi. Tripod harus dipasang pada tanah yang stabil agar ketelitian
pengukuran terjamin.
vii.Jalur pengukuran poligon sebaiknya menghindari lokasi yang sulit,
sawah dan tanah yang tidak stabil.
(e.) Sudut Vertikal
i. Sudut vertikal diukur dengan menggunakan alat theodolith 1” (wild
T2 atau yang sejenisnya)
ii. Pengukuran ini dilakukan dalam 2 kedudukan teropong yaitu
teropong dalam kedudukan biasa dan luar biasa.
iii. Pengukuran sudut vertikal dilakukan dari tiap ujung sisi poligon
untuk mereduksi jarak ke jarak horizontal.
(f.) Jarak
i. Jarak antara titik-titik poligon utama diukur dengan jarak ukur
elektromagnetik (EDM) yang mempunyai ketelitian ± (5 mm + 3
ppmD).
ii. Jarak tersebut diukur 2 kali dari arah yang berlawanan (pulang-
pergi) dan pada tiap arah minimal dilakukan 3 kali pembacaan.
iii. Jarak horizontal antara titik-titik poligon cabang diukur dengan
menggunakan meteran pegas dan minimal dilakukan pembacaan 2
kali.
(g.) Sipat Datar
i. Alat ukur yang digunakan adalah waterpass (Wild NAK-2 atau yang
sejenis). Minimal seminggu sekali kemiringan garis bidik alat ukur
sipat datar ini harus diperiksa, jika dirasa perlu kesalahan garis
bidik dapat dikoreksikan.
ii. Untuk menentukan beda tinggi antara 2 buah titik yang berjauhan
letaknya rambu ukur harus diletakkan diatas plat besi atau patok
kayu sebagai titik perantara.
iii. Rambu ukur harus dilengkapi dengan nivo rambu, dan kepada
pemegang rambu harus agar diinstruksikan untuk menjaga rambu
tetap vertikal pada saat pengukuran dilakukan.
iv. Jarak antara alat ukur terhadap rambu tidak boleh melebihi 50
meter.
v. Jarak antara alat ukur ke rambu belakang dan jarak alat ukur ke
rambu muka diusahakan sama. Pada waktu pelaksanaan,
perbedaan jumlah jarak ke rambu belakang dan jumlah jarak ke
rambu muka harus tidak lebih dari 5 meter.
vi. Pembacaan ke rambu dilakukan diantara (0,2-2,8) meter dan
ketiga benang dibaca penuh.
vii.Pengukuran harus dilakukan dengan jumlah slaak genap dan
rambu awal menjadi rambu akhir.
viii. Semua Bench Mark dan titk-titik tetap lainnya diukur secara
kring tertutup dan merupakan jalur sipat datar utama. Pada tiap
seksi (antara 2 pasang Bench Mark), pengukuran dilakukan dari 2
arah yang berlawanan (pulang-pergi). Jalur pengukuran pulang dan
jalur pengukuran pergi tidak boleh sama. Pengukuran pulang pergi
boleh dilakukan oleh pengukur yang sama atau pengukur yang
berbeda.
8. ix. Jika disekitar lokasi proyek terdapat titk-titik tetap lainnya yang
telah diketahui ketinggiannya maka jalur pengukuran sipat datar
utama harus melalui titik tetap tersebut dan tetap dilakukan pulang
pergi serta berupa kring tertutup.
x. Ketelitian pengukuran sipat datar utama adalah 12√k km pada
kring tertutup dimana k adalah panjang jalur dalam satuan km.
xi. Pengukuran sipat datar cabang dimulai dan diakhiri pada titik-titik
sipat datar utama dengan kata lain kedua ujung jalur sipat datar
cabang terikat pada titik-titik sipat datar utama.
xii.Ketelitian pengukuran sipat datar cabang adalah 20√k km, dimana
k adalah jalur satuan km.
(h.) Situasi
i. Jarak diukur dengan menggunakan meteran. Untuk daerah yang
relatif datar, beda tinggi diukur dengan sipat datar sedangkan untuk
daerah yang curam beda tinggi dapat ditentukan dengan theodolite
(T). Dalam hal ini ketiga benag harus dibaca penuh sebagai kontrol
jarak yang diukur dengan pita ukur.
ii. Kerapatan titik-titik detail situasi adalah tiap spasi (2-2,5 ) cm pada
bidang datar atau peta yaitu pada setiap :
i.) (20-25) meter untuk skala 1:1000
ii.) (40-50) meter untuk skala 1 : 2000
iii.) (100-125) meter untuk skala 1 : 5000
iii. Semua titik-titik detail harus ditentukan posisinya ( X,Y,Z) sehingga
dapat digambarkan pada peta situasi, seperti :
i.) Pojok bangunan tetap
ii.) Titik penyelidikan tanah
iii.) Batas kampung
iv.) Detail jalan inspeksi dan perlintasan
v.) Dan lain-lain
iv. Lebar daerah pengukuran di sekitar jembatan dapat diperbesar
sesuai kebutuhan perencanaan.
(i.) Contour (Garis Ketinggian)
Contour dapat dilakukan dengan cara interpolasi atau ditentukan
dilapangan setelah posisi horizontal dan ketinggian titik-titik kontrol di
plot.
(j.) Plotting
i. Semua titik-titik kontrol di plot dengan cara plotting koordinat.
ii. Plotting titik-titik detail situasi dapat dilakukan dengan cara plotting
koordinat dan atau cara grafis dengan argumen sudut dan jarak
datar.
iii. Pekerjaan sebaiknya dilakukan dilapangan sebelum semua staf
lapangan meninggalkan lokasi proyek.
(k.) Pengambilan dan Proses Data Lapangan
i. Semua formulir berukuran folio.
ii. Semua data lapangan ditulis dengan menggunakan tinta hitam
atau ballpoint hitam.
iii. Jika terjadi kesalahan dalam menulis data lapangan, maka
kesalahan tersebut dapat dicoret dengan garis tunggal. Menghapus
data dengan menggunakan setip , dalam hal ini tidak dibenarkan.
iv. Semua data lapangan harus dilengkapi nama pengukur, tanggal
pengukuran, nomor alat ukur dan sebagainya.
v. Hitungan sebaiknya dilakukan 2 kali agar tidak terjadi kesalahan
dalam hitungan.
vi. Proses hitungan dilakukan di lapangan hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah hasil ukuran telah memenuhi toleransi yang
diijinkan. Hitungan-hitungan tersebut antara lain meliputi :
9. i.) Untuk titik kontrol horizontal
(i.) Periksa hitungan sudut dan jarak rata-rata.
(ii.) Periksa hitungan azimuth matahari.
(iii.) Periksa hitungan salah satu penutup horizontal.
(iv.) Periksa hitungan salah satu penutup absis dan ordinat.
(v.) Periksa hitungan ketelitian pengukuran poligon.
ii.) Untuk titik kontrol vertikal
(i.) Periksa semua jumlah jarak ke muka dan jumlah jarak ke
belakang.
(ii.) Periksa hitungan beda tinggi ukuran pulang dan pergi serta
rata-ratanya untuk tiap seksi.
(iii.) Periksa hitungan beda tinggi dan salah satu penutupnya
dalam kring tertutup.
vii.Hitungan perataan untuk titik-titik poligon dilakukan berbanding
lurus dengan jarak , yaitu sebagai berikut :
√x = (d/D).fx dan √y = (d/D).fy
Dimana : √x = Koreksi untuk absis
√y = Koreksi untuk ordinat
fx = Salah satu penutup absis
fy = Salah satu penutup ordinat
d = Jarak sisi-sisi poligon
D = Jumlah jarak sisi-sisi poligon
Hal yang sama berlaku juga untuk hitungan perataan sipat
datar.Semua perhitungan-perhitungan (Analisis/Interpretasi/Grafik/)
harus dibuat dan dilampirkan pada laporan.
(2.)Referensi Pengukuran koordinat X, Y dan elevasi
(a.)Untuk menentukan koordinat X dan Y, sedapatnya dilakukan pengikatan
kepada Titik GPS (orde 2 atau 3 dari BIG), orde 4 (BPN) atau titik
referensi (BM) hasil pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling
dekat ke lokasi kegiatan;
(b.)Untuk ketinggian (elevasi), sedapatnya dilakukan pengikatan kepada Titik
Tinggi Geodetik (TTG) dari Badan Informasi Geospasial (BIG) atau titik
referensi hasil pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling dekat
ke lokasi kegiatan.
(3.)Pengukuran untuk pemetaan situasi
Untuk pemetaan situasi trase Jalur kereta api, dilakukan dengan ketentuan,
sebagi berikut:
(a.)Pengukuran situasi di lakukan pada jalan rel minimum 50 m ke kiri dan
50 m ke kanan dari as jalur jalan rel.
(b.)Pengukuran situasi di lokasi emplasemen, dilakukan selebar minimum
100 m ke arah kiri dan 100 m ke arah kanan dari as jalur jalan rel kereta
api atau sampai batas terluar area eplasemen (ROW).
Dalam pengukuran situasi, semua bentuk bangunan existing yang ada
pada sekitar jalur kereta api harus dimasukkan dalam peta, meliputi:
(a.)Posisi jalan rel existing pada lintas
(b.)Jaringan sinyal, tiang sinyal bantu, semua tiang rambu pada jalur kereta
api, papan lengkung, dll.
(c.) Bangunan hikmat dan jalan perlintasan
(d.)Pagar, patok batas jalan KA termasuk bangunan infrastruktur lainnya.
(e.)Tiang/jaringan listrik, tiang/jaringan listrik, tiang PJU, jaringan kabel
sinyal termasuk jaringan pipa/kabel bawah tanah.
(f.) Bentuk bangunan yang ekstrim, seperti: turap, kolam, tambak, rawa,
bukit, dll
Untuk pemetaan situasi di area Jembatan (BH > 10 m) kereta api, dilakukan
dengan ketentuan, sebagai berikut:
10. (1.) Dilakukan minimun selebar 100 m ke arah hilir dan 100 m ke arah
hulu sungai terhadap as jalur jalan kereta api.
(2.) Bila dalam radius minimum 300 m ke arah hulu / hilir ada belokan
sungai atau bangunan sungai (misalnya ambang bendung dan
sebagainya), pengukuran harus mencakup lokasi hal – hal tersebut,
(4.)Pengukuran potongan memanjang
(1.) Pada as jalur kereta api
Dilakukan terhadap masing-masing as track jalur ganda jalan kereta api
di sepanjang lintas.
(2.) Pada as sungai di BH > 10m
Dilakukan terhadap as sungai dan atau titik terdalam minimal
sepanjang/mencakup 100 m s/d 300 mke arah hulu dan 100 m s/d 300
m ke arah hilir dari as Jalur ganda kereta api.
(5.)Pengukuran potongan melintang
(1.) Pada Jalur kereta api
(a.) Dilakukan setiap interval 50 m untuk bagian lurus dan 25 m
pada bagian lengkungan
(b.) Untuk area jembatan dilakukan pengukuran profil melintang
dengan interval 25 m sepanjang jembatan dan ditambah ke
belakang pangkal masing-masing jembatan sejauh 100 m
(c.) Panjang setiap potongan (cross section) adalah 50 m ke kanan
dan 50 m kekiri as jalur ganda jalan kereta api
(2.) Pada sungai di BH > 10 m
(a.) Dilakukan sejauh 100 m s/d 300 mke arah hulu dan 100 m s/d
300 mke arah hilir dari as Jalur ganda dengan interval potongan
setiap 50 meter.
(b.) Panjang setiap potongan minimal mencakup 50 m ke kanan dan
50 m ke kiri dari tepi sungai, (50 m + lebar sungai + 50 m)
(6.)Laporan survai topografi berikut gambar-gambar hasil pengukuran dan
dokumentasi hasil pekerjaan.
11. (7.)Monumentasi Benchmark (BM), Rumaja dan Rumija
(a.) Pemasangan Bench Mark (BM) pada awal dan akhir lokasi proyek
masing-masing dipasang 2 buah yang saling terlihat dengan sejarak
maksimum 75 m. Hal yang sama juga dilakukan sepanjang lintas
dengan interval+ 1 km,
(b.) Pemasangan Patok RUMAJA dan RUMIJA dilengkapi keterangannya
dengan interval +1km, pada kanan dan kiri jalur ganda jalan kereta api,
sepanjang lokasi proyek.
(c.) Daftar/diskripsi patok Benchmark (BM), RUMAJA dan RUMIJA dan
titik-titik tetap lainnya lengkap dengan koordinat (x,y,z) harus dibuat
secara terpisah dengan titik-titik lainnya dalam formulir tersendiri,
dibuat lengkap dengan photo dan sketsa lokasinya disampaikan dalam
bentuk pelaporan tersendiri, sebagai lampiran laporan akhir.
(d.) Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA terbuat dari konstruksi
beton ukuran 20 x 20 x 125 cm. Dan tertera logo Ditjen Perkeretaapian
12. KODE/NOMOR:
BM, RUMIJA DAN RUMAJA
/ Kementerian Perhubungan dan nomor urut serta kode/informasi lain
yang diperlukan, menggunakan bahan marmer putih ukuran 12x15 cm.
(e.) Setiap Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA harus dipasang
dengan kokoh dan tetap pada posisinya
b) Secara detail ketentuan kegiatan Survey Jalur kereta api, jaringan utilitas dan
bangunan pelengkap yang dilakukan secara lengkap, sistematis serta
mengidentifikasi hal-hal sebagi berikut:
(1.)Jenis / identitas konstruksi dan alinyemen jalan rel existing
(2.)Jenis / identitas bangunan Hikmat existing, misalnya: Jembatan, Box
culvert, siphon, dll
(3.)Jenis / identitas sistem persinyalan, telekomunikasi dan instalasi listrik
perkeretaapian existing
(4.)Jenis / identitas jaringan utilitas existing lainnya, seperti pipa PDAM, pipa
gas, kabel optic dan lain sebagainya
(5.)Identitas stasiun/emplasemen existing
(6.)Jenis / identitas perlintasan sebidang dan tidak sebidang,
(7.)Serta peralatan dan/atau bangunan pelengkap lain, khususnya yang berada
pada jalur kereta api
Contoh Konstruksi Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA
Dipasang Pada BM
13. c. Kegiatan Pemetaan
Berdasarkan hasil pekerjaan survey lapangan, yang telah di kaji dan didiskusikan
dengan pemberi tugas kemudian penyedia jasa membuat gambar pemetaan.
1.) Dalam kegiatan ini, konsultan (bila diperlukan) mengacu dari peraturan/referensi
yang berlaku antara lain:
a.) Peraturan Dinas No. 10 (PD 10) ;
b.) AVBP 1932 ;
c.) Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI) 1989 ;
d.) BMS ( Bridge Management System)
e.) Peraturan/referensi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan ini.
2.) Proses penggambaran Peta
Hasil akhir dari kegiatan ini adalah gambar pemetaan, dimana dalam prosesnya,
baik pengolahan data termasuk penggambaran harus dilakukan secara digital
menggunakan komputer dan software, seperti Autodesk Land Desktop atau
Autodesk AutoCAD sehingga waktu pengerjaannya lebih efektif dan efisien.
Hal-hal tersebut diatas setidaknya harus mencakup:
a.) Gambar alinyemen horizontal, vertikal trase jalur ganda diatas peta topografi
(1.) Skala : 1 : 1000
(2.) Interval kontur : 1.00 m
b.) Gambar / peta situasi sekitar jembatan
(1.) Skala : 1 : 500
(2.) Interval kontur : 0,5 m;
c.) Gambar potongan memanjang jalan rel dan memanjang as sungai
(1.) Skala H : 1 : 1000
(2.) Skala V : 1 : 100
d.) Gambar potongan melintang jalan rel dan melintang sungai:
(1.) Skala H : 1 : 100
(2.) Skala V : 1 : 100
(3.) Interval : 50 m pada jalur lurus
(4.) Interval : 25 m pada jalur lengkungan.
e.) Semua gambar dicetak pada kertas HVS ukuran A.3 (semua tulisan angka
serta notasi dapat dibaca tanpa alat bantu).
f.) Format gambar dan tata letak disesuaikan dengan yang biasa digunakan Ditjen
Perkeretaapian
4. TENAGA AHLI
Pelaksanan kegiatan ini dilakukan oleh tenaga ahli berpengalaman dibidangnya dengan
minimum kualifikasi pendidikan, pengalaman dan jumlah sebagai berikut:
JUMLAH KUALIFIKASI PENGALAMAN
(Orang) PENDIDIKAN (Tahun)
1 Ketua Tim 1 S1 Tek. Sipil > 13
2 Ahli Jalan Kereta Api 1 S1 Tek. Sipil > 8
3 Ahli Geodesi 1 S1 T. Geodesi > 8
4 Ahli Jembatan Kereta Api 1 S1 Tek. Sipil > 8
5 Ahli Sinyal - Telekomunikasi KA 1 S1 Tek. Elektro > 8
NO JABATAN
14. 5. TENAGA PENDUKUNG
Pelaksanan kegiatan ini dibantu beberapa tenaga pendukung yaitu
JUMLAH KUALIFIKASI PENGALAMAN
(Orang) PENDIDIKAN (Tahun)
1 Administrasi Proyek 1 D3 Teknik Sipil > 2
2 CAD Operator 1 1 D3 Teknik Sipil > 2
3 CAD Operator 2 3 D3 Teknik Sipil > 4
NO JABATAN
6. PERALATAN
Dalam pelaksanaan kegiatan ini konsultan wajib menggunakan peralatan minimal sebagai
berikut:
1 Alat Ukur Topografi 2 Unit
2 Rol meter 3 Buah
3 Komputer 4 Unit
4 Printer 4 Unit
5 Projector/Infocus 1 Unit
6 Kamera/Handycam 1 Unit
7 Kendaraan roda 4 1 Unit
JUMLAHNO PERALATAN
7. JADWAL KEGIATAN
a. Waktu pelaksanaan kegiatan
Jangka waktu pelaksanaan untuk menyelesaikan pekerjaan ini maksimal 6 (enam)
bulan, terhitung sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan. Didalam jangka waktu
tersebut Konsultan harus menyerahkan semua hasil pekerjaan sebagaimana yang
diuraikan dalam Kerangka Acuan Kegiatan ini.
b. Matrik pelaksanaan Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Konsep Laporan Antara
4 Laporan Akhir
NO KEGIATAN
BULAN KE-
15. 8. LAPORAN
a. Laporan Pendahuluan
Secara garis besar memuat:
(1.) Metode pelaksanaan pekerjaan
(2.) Rencana Kerja
(3.) Data sekunder yang telah dikumpulkan
(4.) Survey pendahuluan, hasil pendataan awal lapangan dan hasil koordinasi atau
pembahasan dengan pihak terkait.
(5.) Kemajuan pekerjaan yang telah dicapai
Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan.
b. Laporan Antara
Secara garis besar memuat:
(1.) kemajuan pekerjaan yang telah dicapai
(2.) Hasil kegiatan pengukuran dan pendataan di jalur kereta api
(3.) Metodologi/konsep penyajian Peta
(4.) Hasil pemasangan/pematokan Rumaja dan Rumija yang sudah dilakukan
(5.) Hasil Koordinasi/pembahasan dengan pihak terkait.
(6.) Ketentuan pokok dalam penyusunan konsep laporan akhir.
Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku, selambat-lambatnya : 3 (tiga) bulan
sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan.
c. Konsep Laporan Akhir
Secara garis besar memuat:
(1.) Hasil pelaksanaan pekerjaan seperti hasil pengolahan data
(2.) Konsep penyajian peta
(3.) Hasil pekerjaan pemasangan/pematokan Rumaja dan Rumija.
Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku, selambat-lambatnya : 5 (lima) bulan
sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan
d. Laporan Akhir
Secara garis besar memuat:
(1.) Koreksi atas konsep laporan akhir sesuai dengan hasil pembahasannya dengan
pemberi tugas
(2.) Finalisasi laporan akhir termasuk gambar hasil pemetaan.
Laporan diserahkan sebanyak @ 5 (lima) rangkap, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan, termasuk softcopy keseluruhan laporan,
yang disimpan/direkam dalam flashdisk sebanyak 2 (buah) buah/rangkap.
Secara keseluruhan buku-buku yang harus di sampaikan, antara lain:
1.) Buku 1 Laporan Akhir
2.) Buku 2 Ringkasan Eksekutif
3.) Buku 3 Laporan Survei Topografi
(termasuk Deskripsi BM GPS, Deskripsi BM & Deskripsi Rumaja-Rumija)
4.) Buku 4 Album Gambar Pemetaan
(termasuk Situasi-Longsection & Cross Section)
5.) Buku 5 Laporan Survei Track, Jaringan Utilitas & Bangunan pendukung pada
Jalur Kereta Api
(termasuk track/alinyemen, emplasemen, BH, JPL, sintelis & bangunan
pendukung lainnya)
9. BIAYA
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN DIPA Tahun Anggaran 2015, Satuan
Kerja Pengembangan, Peningkatan dan Perawatan Prasarana Perkeretaapian, dengan
alokasi dana sebesar Rp. 1.612.600.000,- (Satu Milyar Enam Ratus Dua Belas Juta Enam
Ratus Ribu Rupiah).
16. 10. LAIN-LAIN
a. Penjabaran lebih lanjut terhadap pemahaman lingkup pekerjaan oleh Penyedia Jasa,
harus disampaikan untuk mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas pada saat
pembahasan Laporan Pendahuluan.
b. Pada tiap-tiap laporan yang disampaikan, dan setelah diperiksa oleh Pemberi Tugas
ternyata masih terdapat kekurangan atau diperlukan perbaikan/revisi, maka pada setiap
penambahan kekekurangan dimaksud ataupun perbaikan/revisi yang harus dilakukan,
masih merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa.
c. Hal – hal yang bersangkutan dengan pekerjaan/kegiatan ini, yang belum tercantum di
dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) akan dibahas dalam rapat koordinasi secara
terjadwal, antara Pemberi Tugas dan Penyedia Jasa.