MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia
Direktorat Diplomasi Publik
Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110
Telepon : 021-3813480
Faksimili : 021-3858035
Diplomasi
tabloiddiplomasi.org tabloiddiplomasi@Kemlu.go.id @diplik_Kemlu
www. Kemlu.go.id
TABLOID NO. 117
TAHUN XIII
TGL. 15 DESEMBER 2021
Tantangan Diplomasi
Memperebutkan Pasokan Vaksin
MOMENTUM BERSEJARAH:
INDONESIA MEMEGANG
PRESIDENSI G20
INDONESIA DORONG DUNIA
PULIH BERSAMA
KESEMPATAN INDONESIA
MEMOTORI EKONOMI HIJAU
WAMENLU RI:
PERAN INDONESIA MENJEMBATANI
PERBEDAAN KEPENTINGAN
PRESIDENSI G20
PELUANG INDONESIA MAJU
DAN MODERASI DUNIA
G20
EDISI KHUSUS G20
SURAT PEMBACA
G20 MOMENTUM KEBANGKITAN
EKONOMI INDONESIA
CATATAN REDAKSI
Pembaca Tabloid Diplomasi yang budiman.
Edisi Desember 2021 kali ini Tabloid Diplomasi
menyuguhkan tema utama kepemimpinan
Indonesia dalam Presidensi G20 Indonesia
2022. Itu nama resminya secara nomenklatur
kenegaraandanjabatanyangtengahdisandang
Indonesia saat ini.
Presidensi atau keketuaan ini merupakan ke
pemimpinan yang bergulir secara rutin tiap
tahun di antara negara-negara anggota G20.
Sementara “Indonesia 2022” merujuk pada
negara yang sedang menjabat sebagai Presiden
G20 dan tahun masa kepemimpinannya.
Indonesia memegang Presidensi G20 terhitung
mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November
2022.
Secara resmi, terhitung sudah dua kegiatan
utama telah diselenggarakan Indonesia dalam
rangka mengawali Presidensi G20 Indonesia.
Pertama, Pertemuan Sherpa Pertama yang
diselenggarakan pada 7-8 Desember 2021 di
Jakarta. Kedua, Pertemuan Pertama Tingkat
Deputi Keuangan dan Bank Sentral (finance
track) di Nusa Dua, Bali pada 9-10 Desember
2021.
Di luar itu, Kementerian Luar Negeri RI sebe-
narnya sudah mulai melakukan sosialisasi Pres-
idensi G20 Indonesia 2022 di Bandung, Jawa
Barat pada 26-29 Nopember 2021. Kegiatan
pengenalan ini berisi outreach seminar dan
media gathering. Keduanya mendapatkan re-
spon luar biasa dan sangat positif dari kalangan
masyarakat Jabar. Bahkan, Gubernur Jabar Rid-
wan Kamil secara tegas menyatakan kesiapan
daerahnya untuk menjadi tuan rumah berbagai
kegiatan Presidensi G20 Indonesia 2022.
Pembaca yang budiman. Semua topik yang
disuguhkan di edisi kali ini mengupas berbagai
hal yang menjadi isi perut G20. Mulai bagaima-
na sejarah awal lahirnya G20 yang sebelumnya
dimulai dengan G7, beragam jenis pertemuan
dalam G20, isu perempuan dalam G20, keterli-
batan pemuda, harapan Presiden Jokowi, pilar,
agenda prioritas, dan manfaat G20 Indonesia,
keterkaitannya dengan isu lingkungan dan pe-
rubahan iklim, hingga tantangan-tantangan
global yang akan dihadapi selama kepemim
pinan setahun ke depan.
Selain isu spesifik seputar apa dan bagaimana
G20, ada beberapa pendapat tokoh mengenai
peran yang dapat lebih dioptimalkan Indonesia
dalam Presidensi G20 Indonesia 2022. Yakni ula-
san dari Wamenlu RI Mahendra Siregar terkait
peran penting Indonesia dan tulisan Ketum PP
Muhammadiyah Haedar Nashir mengenai misi
moderasi di G20.
Akhirul kalam, bangsa ini sepatutnya ikut
menyambut gembira dengan posisi Indonesia
saat ini di mata dunia. Kehormatan Indonesia
adalah kehormatan kita sebagai bangsa. Se
bagaimana dinyatakan Presiden Jokowi, kepe
mimpinan Indonesia di G20 saat ini menjadi
langkah penting untuk berkontribusi lebih
besar bagi pemulihan ekonomi dunia, untuk
membangun tata kelola dunia yang lebih
sehat, lebih adil, dan berkelanjutan berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Semoga kita mampu berperan maksimal
sebagai pemimpin sekaligus inspirator dunia
global menuju pemulihan seutuhnya di ber
bagai bidang. Pulih bersama, dan pulih untuk
menjadi lebih kuat lagi.
Selamat membaca.
Surat Pembaca
Sebagai mahasiswa di tanah air, saya
merasa bangga, posisi Indonesia menjadi
Presiden G20 adalah kesempatan emas
yang pernah dimiliki bangsa ini untuk
makin mengembangkan potensi sumber
daya manusia kita.
Dulu pada saat isu anggaran pendidikan
sebesar 20 persen masuk menjadi
salah satu ketentuan dalam UUD 1945,
menurut saya itu sudah gebrakan paling
hebat bangsa ini karena secara konkret
Ahmad Saefuddin, Mahasiswa UNISULA
Semarang.
memasukkan perintah pembiayaan sektor
pendidikan ke Konstitusi.
Belum lama ini, Undang-Undang Pesantren
yang diketok DPR RI bersama pemerintah,
menyaratkan adanya Dana Abadi Pesantren
agar SDM para santri di pesantren tidak
kalah akseleratif dibanding pelajar di
sekolah dan pendidikan umum.
Sekarang, Indonesia dipercaya memimpin
sejumlah negara superpower dunia di
G20, dengan waktu sangat singkat, hanya
setahun. Saya berharap pemerintah
benar-benar mampu memaksimalkan
kepemimpinan ini untuk membuka seluas-
luasnya kerjasama di bidang pendidikan
dengan negara-negara maju di G20. Sebab,
hanya dengan cara itu saya meyakini
Indonesia bisa ikut maju.
Sukses buat Indonesia, sukses buat Kemlu
RI, sukses buat perahu bangsa ini yang
akan melesat lebih cepat di samudera
dunia.[]
DAFTAR ISI
Penanggung Jawab
Teuku Faizasyah
(Direktur Jenderal Informasi dan
Diplomasi Publik)
Yusron B. Ambary
(Direktur Diplomasi Publik)
REDAKTUR
Joneri Alimin
ANGGOTA REDAKTUR
Annisa Paramita
Nadya Almira
PENYUNTING/EDITOR
Khariri
SEKRETARIAT
Sofiah
Alamat Redaksi
Direktorat Diplomasi Publik,
Kementerian Luar Negeri RI, Lt. 12
Jl. Taman Pejambon No.6, Jakarta
Pusat
Telp. 021- 68663162,3863708,
Fax : 021- 29095331, 385 8035
Tabloid Diplomasi edisi bahasa
Indonesia dan Inggris dapat
didownload di :
http://www.tabloiddiplomasi.org
Email : tabloiddiplomasi@Kemlu.
go.id
Diterbitkan oleh
Direktorat Diplomasi Publik,
Direktorat Jenderal IDP
Kementerian Luar Negeri R.I.
Gambar Cover:
news.dgtn.com
st2.depositphotos.com
Wartawan Tabloid Diplomasi tidak
diperkenankan menerima dana atau
meminta imbalan dalam bentuk apapun dari
narasumber.
Wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi
kartu pengenal atau surat keterangan
tugas. Apabila ada pihak mencurigakan
sehubungan dengan aktivitas kewartawanan
Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
BAGI ANDA YANG INGIN MENGIRIM TULISAN ATAU MENYAMPAIKAN TANGGAPAN, INFORMASI, KRITIK DAN SARAN
SILAHKAN KIRIM EMAIL: tabloiddiplomasi@Kemlu.go.id
FOKUS UTAMA
04
06
07
FOKUS
08
09
10
11
LENSA
12
13
14
15
16
17
18
19
SOROT
20
21
22
KILAS
23
24
Indonesia Dorong Dunia Pulih Bersama
Presiden Jokowi: Presidensi G20 adalah Kehormatan bagi Indonesia
Momentum Bersejarah: Indonesia memegang Presidensi G20
Sektor Prioritas, Manfaat dan Agenda Presidensi G20 Indonesia
Tantangan Global G20 Indonesia 2022: Sistem Kesehatan Hingga Transformasi
Ekonomi
Presidensi G20 Peluang Indonesia Maju dan Moderasi Dunia
Indonesia dalam Jajaran Raksasa Ekonomi Dunia
Menyiapkan Skema Penyelenggaraan G20 Indonesia 2022
Wamenlu RI: Peran Indonesia Menjembatani Perbedaan Kepentingan
G20 Italia 2021 Suasana Pandemi, G20 Indonesia 2022 Dunia Pulih dan Bangkit
Seputar G20
Finance Track Meeting Penguatan Stabilitas Sektor Ke
uang
an untuk Pemulihan
Ekonomi Berkelanjutan
Gugus Tugas G20: Keuangan-Kesehatan Hingga Ekonomi Digital
Pertemuan Pertama Sherpa Menlu RI: Kerja G20 Harus Down to Earth dan
Inclusive
Presiden Jokowi Teken Keppres Baru Panitia G20
G20 Harus Jadi Contoh Atasi Perubahan Iklim
Kesempatan Indonesia Memotori Ekonomi Hijau
Outreach Seminar dan Media Gathering dengan Masyarakat Jabar:
Meningkatkan Pemahaman Masyarakat terhadap Presidensi G20 Indonesia
Perempuan Salah Satu Isu Utama Presidensi G20 Indonesia
Y20 Ruang Pemuda di G20
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021
Diplomasi
FOKUS UTAMA
4
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
INDONESIA DORONG DUNIA
PULIH BERSAMA
Ini kali pertama dalam sejarah Indo-
nesia memegang presidensi (keke
tuaan) sejak bergabung di forum
G20 pada 1999. Kepercayaan yang
diberikan kepada Indonesia untuk
memegang presidensi tersebut
mencerminkan pengakuan atas
kepemimpinan Indonesia pada fo-
rum G20.
Karena itu, kesempatan emas se-
lama setahun ke depan ini harus
dimanfaatkan seoptimal mungkin
bagi kepentingan global maupun
domestik untuk menghasilkan
berbagai kesepakatan solutif dalam
upaya bangkit bersama dari krisis
pandemi COVID-19. Sebagaimana
tema yang diusung oleh Presidensi
G20 Indonesia, yaitu “Recover To
gether, Recover Stronger”.
Normalisasi Kebijakan
Kejadian luar biasa pandemi
COVID-19 masih menjadi isu uta-
ma yang dihadapi negara-nega-
ra di dunia. Kepala Departemen
Ekonomi CSIS dan Co-Chair Think
20 (T20) Indonesia, Yose Rizal Da-
muri, sebagaimana dilansir dari
mediakeuangan.kemenkeu.go.id
mengatakan pemulihan ekonomi
di dunia pasca hantaman gelom-
bang COVID-19 belum berlangsung
optimal karena masih terbatasnya
akses vaksin COVID-19 di negara
mis
kin dan berkembang.
Ada negara-negara yang populasi
nya sudah mencapai 70 atau 80
persen dalam pemberian vaksin,
namun masih ada negara-nega-
ra seperti Madagaskar yang hanya
sekitar satu persen dari populasinya
yang baru mendapatkan vaksinasi
secara penuh. Artinya, pembahasan
soal pemulihan ekonomi di negara
dengan vaksinasi rendah seperti ini
tentu masih akan jauh panggang
dari api karena masalah kesehatan-
nya masih belum terselesaikan.
Menurut Yose, kompleksitas im-
bas pandemi tersebut diperparah
dengan beban utang negara mi-
skin dan berkembang yang makin
tinggi serta krisis energi akibat re-
striksi ataupun menurunnya per-
mintaan.[]
Mulai 1 Desember 2021 hingga setahun ke depan, Indonesia resmi didaulat sebagai Presidensi G20 2022. Peresmian
presidensi Indonesia terjadi pada sesi penutupan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Roma yang berlangsung di La
Nuvola, Roma, Italia, pada Minggu, 31 Oktober 2021. Presidensi atau tuan rumah perhelatan G20 ditetapkan secara
konsensus pada KTT berdasarkan sistem rotasi kawasan dan berganti setiap tahunnya.
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021 Diplomasi FOKUS UTAMA 5
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
Kepala Departemen Internasional
BI Doddy Zulverdi mengungkap-
kan hal serupa. Menurut Doddy,
negara-negara besar yang memiliki
kapasitas fiskal maupun moneter
yang besar serta akses vaksin dan
pengobatan COVID-19 memadai
bisa pulih lebih cepat. Sedangkan
negara-negara dengan kondisi se-
baliknya tertinggal.
Setelah pulih, negara-negara maju
tersebut terdorong untuk mulai
menormalisasi kebijakan. Stimulus
fiskal dan moneter mulai dikura
ngi sehingga terjadi pengetatan.
Likuiditas global pun menurun dan
suku bunga terdorong naik. Akibat-
nya, aliran modal ke negara-negara
berkembang berkurang. Kondisi
fiskal dan moneter negara berkem-
bang menjadi tidak kondusif. Se
hingga mereka semakin terbela
kang dalam pemulihan.
Solusi Menghadapi Tantangan
Ekonomi Global
Presidensi G20 Indonesia 2022
menjadi bagian solutif dari sederet
tantangan ekonomi global tersebut.
Menurut Doddy, Presidensi Indone-
sia memberi peluang untuk Indo-
nesia memimpin dunia keluar dari
krisis. Indonesia akan mendorong
pembahasan topik-topik yang rele
van dan esensial dengan kondisi
ekonomi global terkini termasuk
topik penanganan krisis.
Berarti, langkah Indonesia yang
paling penting adalah bagaimana
mempercepat proses keluar dari kri-
sis bersama-sama, jadi bukan hanya
kepentingan segelintir negara ter-
tentu saja, terutama negara-ne
gara
besar yang selama ini perekono-
miannya paling dominan di dunia
global. Tidak hanya itu, Indonesia
juga mampu mendorong pening-
katan produktivitas sektor ekonomi.
Sebab, banyak orang kehilangan
pekerjaan dan banyak sektor yang
sulit untuk bangkit kembali akibat
pandemi.
Sementara upaya mitigasi risiko
munculnya krisis di waktu men-
datang dilakukan dengan mening-
katkan ketahanan dan stabilitas. Di
samping itu, G20 harapannya juga
mampu mendorong inklusivitas
untuk pemerataan ekonomi serta
menjaga aspek keberlanjutan mi
salnya melalui penanganan isu-isu
lingkungan.
Perhelatan G20 bukan saja berskala
besar tapi juga berdurasi panjang
yakni hampir sepanjang tahun. Di-
rektur Pembangunan, Ekonomi,
dan Lingkungan Hidup Kementeri-
an Luar Negeri, Hari Prabowo me
ngatakan akan ada 150 lebih per-
temuan yang diadakan di berbagai
kota di Indonesia. Mulai Desember
2021 sampai dengan November
2022 yang terdiri dari pertemuan di
tingkat engagement group, work
ing group, Deputi, Menteri dan
Gubernur Bank Sentral, hingga
puncak
nya yaitu pertemuan kepala
negara/pemerintahan dalam KTT.
Artinya, keberhasilan Indonesia da-
lam menyelenggarakan presidensi
G20 akan menunjukkan kemam-
puan Indonesia dalam mengelola
pertemuan-pertemuan berskala in
ternasional tersebut. Untuk memas-
tikan kesuksesan penyelenggaraan
acara, Hari mengatakan ada Stan-
dar Layanan Acara yang selaras
yang akan diterapkan pada setiap
pertemuan sehingga delegasi yang
datang akan melewati proses serta
memiliki pengalaman yang sama.
Gelaran presidensi G20 Indonesia
juga akan mendorong manfaat
ekonomi yang nyata bagi perekono-
mian lokal serta pemulihan sektor
pariwisata. Menteri Keuangan, Sri
Mulyani Indrawati dalam laman
akun instagram miliknya mengung-
kapkan acara G20 Indonesia ber-
potensi membuka 3000 lapangan
pekerjaan baru dan mendongkrak
konsumsi sebesar USD119,2 juta. Hal
tersebut akan berkontribusi pada
PDB Indonesia sebesar USD533 juta.
Sementara Doddy berpendapat
kenduri berskala internasional ini
sangat efektif untuk mempro-
mosikan berbagai keunggulan dan
kemajuan Indonesia kepada dunia.
Baik dari segi resiliensi atau ketah-
anan ekonomi dari guncangan
pandemi maupun dari segi budaya
serta pariwisata yang pada akhirnya
akan berdampak positif bagi pere-
konomian nasional.
Presidensi G20 Indonesia mer-
upakan kesempatan emas agar
Kepemimpinan Indonesia menjadi
fokus perhatian dunia. Di samping
itu, ini juga sebagai wujud nyata
upaya menjaga keadilan sosial di
tingkat dunia sebagaimana amanat
Konstitusi.[]
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021
Diplomasi
FOKUS UTAMA
6
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
Indonesia resmi memegang keketuaan atau
presidensi Group of Twenty (G20) per 1 Desember
2021. Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa
presidensi G20 merupakan sebuah kepercayaan
dan kehormatan bagi Indonesia.
Hal tersebut diutarakan oleh Presiden Joko
Widodo saat berpidato pada pembukaan presi-
densi G20 Indonesia sebagaimana ditayangkan
pada YouTube Sekretariat Presiden, Rabu, 1 De-
sember 2021, serta dilansir dari presidenri.go.id.
“Kepercayaan ini adalah kesempatan bagi In-
donesia untuk berkontribusi lebih besar bagi
pemulihan ekonomi dunia, untuk membangun
tata kelola dunia yang lebih sehat, lebih adil, dan
berkelanjutan berdasarkan kemerdekaan, perda-
maian abadi, dan keadilan sosial,” ujar Presiden.
Sejalan dengan hal tersebut maka presidensi
G20 Indonesia akan mengusung tema “Recov
er Together, Recover Stronger”. Presiden men-
jelaskan bahwa dalam presidensi G20 tersebut,
Indonesia akan fokus untuk mengerjakan tiga
hal. “Pertama, penguatan arsitektur kesehatan
global. Kedua, transformasi berbasis digital. Keti-
ga, transisi menuju energi berkelanjutan,” imbuh
Presiden. Lebih lanjut, Kepala Negara juga ingin
agar presidensi Indonesia pada G20 tidak sebatas
seremonial belaka. Indonesia mendorong nega-
ra-negara G20 untuk melakukan aksi-aksi nyata
dan terobosan-terobosan besar.
“Indonesia akan terus mendorong negara-nega-
ra G20 membangun kolaborasi dan menggalang
kekuatan untuk memastikan masyarakat dunia
dapat merasakan dampak positif dari kerja sama
ini,” jelasnya. Presidensi Indonesia juga akan di-
gunakan untuk memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan negara-negara berkembang. Pre
siden menegaskan bahwa Indonesia berusaha
membangun tata kelola dunia yang lebih adil.
“Indonesia berupaya memperkuat solidaritas
dunia mengatasi perubahan iklim dan pemba-
ngunan berkelanjutan, dan menggalang komit-
men negara maju membantu negara berkem-
bang, negara kaya membantu negara miskin,”
ungkapnya.
Presiden juga meyakini bahwa kebersamaan
adalah jawaban atas masa depan dengan se-
mangat solidaritas. Untuk itu, Indonesia be-
rupaya keras untuk menghasilkan inisiatif-inisi-
atif konkret untuk mendorong pemulihan situasi
global agar segera pulih dan menjadi kuat.
“Saya mengundang para delegasi untuk datang
ke Indonesia, untuk melihat keindahan alam
Indonesia, untuk menyaksikan keunikan, kerag-
aman budaya Indonesia, dan merasakan kera-
mahtamahan masyarakat Indonesia. Kami akan
menyambut Bapak, Ibu, semua dengan penuh
kegembiraan dan tangan terbuka,” tandasnya.
Kebanggaan Masyarakat Indonesia
Dalam kesempatan lain, sebagaimana dikutip
dari setkab.go.id, Presiden menegaskan bahwa
dengan memegang Presidensi G20 terhitung
mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November
2022, Indonesia akan menyelenggarakan lebih
dari 150 pertemuan terkait keuangan, iklim, serta
ekonomi digital.
Presiden Jokowi menyampaikan, “Posisi strategis
seperti ini harus kita manfaatkan sebaik-baikn-
ya, karena be
tul-betul kita duduk setara dengan
negara-ne
gara maju. Bagaimana kita bisa men-
dongkrak, bagaimana kita bisa memanfaatkan
posisi ini untuk kepentingan nasional kita, tidak
ada yang lain, kepentingan nasional kita,” ujarn-
ya.
Presiden menyebutkan, selain menjabat Presi-
densi G20, Indonesia juga akan menerima tong-
kat ketua di ASEAN yang diperkirakan terlaksana
pada bulan Oktober atau November tahun 2022.
Dengan dipercayanya Indonesia menjadi pemi-
mpin, Presiden berharap masyarakat Indonesia
ikut merasakan kebanggaan yang sama. Mas-
yarakat Indonesia pun harus merasa terhormat
di antara negara-negara lain.
“Saya juga ingin, kita semuanya juga ingin, war-
ga negara kita ini juga dihormati, dihargai oleh
warga negara lain di manapun WNI kita berada,”
imbuh Presiden. Kepala Negara juga menegas-
kan bahwa mental inferior, inlander, dan terjajah
yang masih ada di dalam diri bangsa Indonesia
harus dihilangkan.
“Saya tidak ingin mental inferior, mental inlan
der, mental terjajah ini masih ada yang masih
bercokol di dalam mentalitas bangsa kita,” tutur
nya. Menurut Presiden Jokowi, untuk meng
atasi
mentalitas seperti itu maka masyarakat Indone-
sia harus mulai membangun rasa percaya diri
serta rasa optimisme sebagai bangsa pemim
pin[]
PRESIDEN JOKOWI:
PRESIDENSI G20 ADALAH KEHORMATAN
BAGI INDONESIA
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021 Diplomasi FOKUS UTAMA 7
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
Di Asia, dengan posisi Presidensi
G20 Indonesia saat ini, total su-
dah ada lima negara yang pernah
menjadi Presidensi G20, yaitu Je-
pang, RRT, Korea Selatan, Arab
Saudi, dan terakhir Indonesia.
Presidensi Indonesia mendapat
dukungan dari seluruh anggota
G20, dan terdapat harapan Indo-
nesia akan mampu menjembatani
kepentingan negara maju dan
negara berkembang.
Melansir dari laman Sherpa G20
Indonesia, G20 adalah kelompok
pengaruh ekonomi secara sistemik
harus ikut serta dalam perundingan
demi mencari solusi permasalah-
an ekonomi global. Lalu, Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Sen-
tral negara G20 mulai mengadakan
pertemuan untuk membahas krisis
keuangan global yang terjadi pada
1997-1999. Hal ini terjadi berkat sa-
ran dari para Menteri Keuangan G7
pada 1999. Sejak saat itu, pertemuan
tingkat Menteri Keuangan diadakan
secara rutin pada musim gugur.
Negara yang Pernah Jadi Presi-
densi G20
Presiden AS George W. Bush me-
ngundang para pemimpin negara
G20 dalam KTT G20 pertama un-
tuk melakukan koordinasi terkait
dampak krisis keuangan yang terja-
di di AS pada 14-15 November 2008.
Setelah itu, pertemuan lanjutan
pun akhirnya disepakati oleh pemi-
mpin negara.
Berikut ini negara yang juga pernah
menjadi presidensi KTT G20, beser-
ta kota penyelenggaranya, yakni se-
bagai berikut.
• Washington, Amerika Serikat
(2008)
• London, Inggris (2009)
• Pittsburg, Pennsylvania (2009)
• Toronto, Kanada (2010)
• Seoul, Korea (2010)
• Cannes, Prancis (2011)
• Los Cabos, Mexico (2012)
• St. Petersburg, Rusia (2013)
• Brisbane, Australia (2014)
• Antalya, Turki (2015)
• Hangzhou, RRT (2016)
• Hamburg, Jerman (2017)
• Buenos Aires, Argentina (2018)
• Osaka, Jepang (2019)
• Riyadh, Arab Saudi (2020)
• Roma, Italia (2021)
• Indonesia (2022)
Menteri Keuangan dan Gubernur
Bank Sentral G20 akan melakukan
pertemuan beberapa kali dalam
tantangan global yang semakin
berkembang juga membuat isu-isu
nonkeuangan turut dibahas.
Ada dua jalur pertemuan dalam
G20, yaitu jalur keuangan (finance
track) dan jalur nonkeuangan (Sher
pa track). Jalur keuangan dihadiri
Menteri Keuangan dan Gubernur
Bank Sentral G20. Isu yang dibahas
berkaitan dengan sektor keuangan.
Kemudian, jalur Sherpa membahas
isu lainnya di luar sektor keuangan
sekaligus mempersiapkan konsep
outcome documents yang dibahas
pada KTT. Para Sherpa ditunjuk oleh
Kepala Pemerintahan atau Kepa-
la sebagai representasi pada per-
temuan G20 selain KTT.[]
satu tahun untuk mempersiapkan
KTT. Presidensi G20 ditetapkan ber-
dasarkan kesepakatan sistem rotasi
kawasan sehingga akan berganti
setiap tahunnya. Biasanya, presi-
densi tahun berjalan, serta pres-
idensi sebelum dan selanjutnya
melakukan koordinasi agenda pri-
oritas G20 secara intensif.
Isu yang selalu mejadi perhatian
para pemimpin G20 di setiap KTT
adalah isu krisis, isu reformasi
lembaga keuangan internasion-
al, dan isu perdagangan. Namun,
PDB dunia.
Awalnya, G20 dibentuk karena ko-
munitas internasional kecewa atas
kegagalan Group of Seven (G7)
mencari solusi dari permasalahan
ekonomi global yang dihadapi saat
itu. Negara yang bergabung dalam
G7, antara lain Kanada, Prancis,
Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan
Amerika Serikat.
Ada pandangan bahwa nega-
ra-negara berpendapatan menen-
gah dan negara yang memiliki
informal yang terdiri dari 19 nega-
ra dan Uni Eropa.
Sebuah momentum bersejarah
bagi Indonesia dipercaya me-
megang Presidensi forum neg-
ara-negara besar di dunia yang
tergabung dalam G20. Indonesia
dipercaya meneruskan estafet
keketuaan atau Presidensi G20
dari Italia. Indonesia akan meme-
gang Presidensi G20 terhitung
mulai 1 Desember 2021 hingga 30
November 2022.
Lebih lanjut, G20 menjadi forum
ekonomi utama dunia yang me-
wakili sekitar 60% populasi dunia,
75% perdagangan global, dan 80%
MOMENTUM BERSEJARAH:
INDONESIA MEMEGANG PRESIDENSI G20
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021
Diplomasi
FOKUS
8
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
SEKTOR PRIORITAS,
MANFAAT DAN AGENDA
Presidensi G20 Indonesia
mengusung semangat pulih
bersama, di bawah tema besar
Recover Together, Recover
Stronger:
Sebagai tindak lanjut Rome
Declaration pada KTT G20 Roma
dan dalam upaya mempercepat
pemulihan dunia, Presidensi
G20 Indonesia memiliki 3 (tiga)
sektor prioritas yaitu Penguatan
Arsitektur Kesehatan Global,
Transformasi Digital, dan
Transisi energi.
Tiga sektor tersebut adalah
kunci untuk memberdayakan
dunia, dan menuju pemulihan
ekonomi yang resisten dan
berkelanjutan.
Pertama, dalam penguatan
arsitektur kesehatan global,
hal ini terkait bagaimana
memperkuat kesiapan, daya
tanggap, dan daya respons
dunia dalam menangani
pandemi dan berbagai darurat
kesehatan masa depan.
Kedua, transformasi digital
akan menjadi salah satu solusi
utama dalam menggerakkan
ekonomi di saat pandemi. Salah
satu agenda untuk digital ini
adalah peningkatan digital skills
dan digital literacy, dimana kita
juga menyasar akses digital bagi
kalangan rentan dan UMKM,
yang terbukti dapat bertahan
selama masa pandemi dengan
dukungan digitalisasi. Dalam
hal ini, Transformasi Digital
memastikan transisi digital yang
inklusif bagi pertumbuhan dan
pembangunan.
Ketiga, Indonesia ingin
mendorong transisi energi,
yang menuju energi baru
dan terbarukan. Khususnya,
memastikan dukungan tersedia
bagi negara berkembang
dalam mencapai transisi energi.
Indonesia mendorong agenda
investasi dan transfer teknologi
di sektor ini. Dua hal tersebut
sangat penting untuk negara-
negara berkembang. Dalam hal
ini, Presidensi G20 Indonesia
mendorong G20 untuk
berperan dalam memastikan
ketersediaan teknologi bersih
yang terjangkau.
Dalam ketiga sektor ini, Pemri
memiliki peran yang strategis
ke depannya, baik dalam
lingkup bilateral, regional, dan
multilateral. Banyak peluang
yang dapat ditindaklanjuti
melalui diplomasi, misalnya:
aspek kerja sama investasi,
pendanaan pembangunan,
atau transfer teknologi.
Dalam jalur Sherpa,
pembahasan isu dibahas
dalam 11 Working Group dan
1 Inisiatif yang mencakup isu
ekonomi digital, kesehatan,
transisi energi, pembangunan,
pendidikan, ketenagakerjaan,
lingkungan dan iklim, pertanian,
anti-korupsi, perdagangan
dan investasi, pariwisata serta
inisiatif Women Empowerment.
AgendaPrioritasJalurKeuangan
dalam Presidensi G20 Indonesia
2022
1. Exit Strategy to
Support Recovery
Membahas bagaimana
melindungi negara-
negara yang masih
menuju pemulihan
ekonomi (terutama negara
berkembang) dari efek
limpahan (spillover) exit
policy yang diterapkan
oleh negara yang lebih
dahulu pulih ekonominya
(umumnya negara maju).
2. Adressing Scaring Effect
to Secure Future Growth
Mengatasi dampak
berkepanjangan (scarring
effect) krisis dengan
meningkatkan produktivitas
dan pertumbuhan jangka
panjang, memperhatikan
ketenagakerjaan, rumah
tangga, sektor korporasi, dan
sektor keuangan.
3. Payment System in Digital
Era Standar pembayaran
lintas batas negara (CBP),
serta prinsip-prinsip
pengembangan CBDC
(General Principles for
Developing CBDC).
4. Sustainable Finance
Membahas risiko iklim
dan risiko transisi
menuju ekonomi rendah
karbon, dan sustainable
finance (keuangan
berkelanjutan) dari sudut
pandang makroekonomi
dan stabilitas keuangan
5. Digital Financial Inclusion
Memanfaatkan open
banking untuk mendorong
produktivitas dan
mendukung ekonomi dan
keuangan inklusif bagi
underserved community
yaitu wanita, pemuda, dan
UMKM, termasuk aspek
lintas batas.
6. International Taxation
Membahas perpajakan inter-
nasional, utamanya terkait
dengan instantasi Frame
work bersama OECD/G20
mengenai strategi peren-
canaan pajak yang dise-
but Base Erotion and Profit
Shifting (BEPS).
Manfaat untuk Indonesia
Manfaat strategis Presidensi
G20 Indonesia melingkupi
berbagai sektor diantaranya
manfaat ekonomi, politik, dan
pembangunan sosial. Manfaat
ini dapat ditimbulkan dari
penyelenggaraan rangkaian
pertemuan G20 di Indonesia.
Lebih dari 20 ribu delegasi
G20 dan peserta internasional
lainnya diperkirakan akan hadir
di Indonesia sepanjang masa
Keketuaan, termasuk dari
kalangan media. Direncanakan
lebih dari 150 pertemuan
G20 akan diselenggarakan di
berbagai daerah dan kota di
Indonesia, dengan acara puncak
yaitu KTT G20 diselenggarakan
pada akhir tahun 2022.
1. Di bidang ekonomi, dampak
langsung penyelenggaraan
Presidensi G20 ialah
peningkatan penerimaan
devisa negara melalui
kehadiran delegasi dan
peserta internasional.
2. Berdasarkan pengalaman
Presidensi sebelumnya,
ada dampak ekonomi dari
penyelenggaraan G20
terhadap ekonomi lokal
host country.
3. Presidensi G20 terdahulu
selalu memilih tempat
pertemuan di kota
pariwisata atau bersejarah,
terutama untuk
memperoleh efek ekonomi
dan pariwisata.
4. Di bidang politik, sebagai
Presiden G20 tahun
2022, Indonesia dapat
mengusung isu-isu
strategis, mendorong kerja
sama, menentukan agenda
setting, hingga mendorong
adanya hasil konkret.
5. Di bidang pembangunan
sosial, Presidensi G20
adalah momentum bagi
Indonesia untuk tunjukkan
bahwa Indonesia is open
for business, dengan
menampilkan kemajuan
pembangunan Indonesia,
dan potensi investasi, di
Indonesia.
6. Dari showcase ini, target
kita adalah kepercayaan
dunia terhadap Indonesia.
Dari kepercayaan ini, dapat
menghasilkan peningkatan
komitmen investasi
dan bisnis dan dapat
berkontribusi terhadap
peningkatan penyerapan
tenaga kerja di Indonesia.
7. Dari showcase ini, target
kita adalah kepercayaan
dunia terhadap Indonesia.
Dari kepercayaan ini, dapat
menghasilkan peningkatan
komitmen investasi
dan bisnis dan dapat
berkontribusi terhadap
peningkatan penyerapan
tenaga kerja di Indonesia.[]
PRESIDENSI G20 INDONESIA
TIGA PRIORITAS UTAMA PRESIDENSI G20
INDONESIA: Penguatan Arsitektur Kesehatan
Global, Transformasi Digital, dan Transisi Energi
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021 Diplomasi FOKUS 9
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
TANTANGAN GLOBAL G20
INDONESIA 2022: SISTEM KESEHATAN HINGGA
TRANSFORMASI EKONOMI
Para pemimpin ekonomi utama
dunia telah berjanji untuk meng-
gunakan semua alat yang tersedia
untuk mengatasi konsekuensi pan-
demi, mempertahankan pemulih
an, dan tetap waspada terhadap
tantangan global seperti gangguan
rantai pasokan.
Menyoroti peran penting vaksin
dalam perang melawan pandemi,
mereka berjanji untuk memaju
kan upaya untuk memastikan
akses yang tepat waktu, adil dan
universal ke vaksin, pengobatan
dan diagnostik yang aman, ter-
jangkau, berkualitas dan efektif,
khususnya berkaitan dengan ke-
butuhan negara-negara berpeng-
hasilan rendah dan menengah.
“Kami akan mengambil lang-
kah-langkah untuk membantu
meningkatkan pasokan vaksin dan
produk medis penting dan masu-
kan di negara-negara berkembang
dan menghilangkan kendala pa-
sokan dan pembiayaan yang rele-
van,” bunyi deklarasi tersebut.
StafAhliKonektivitas,Pengembang
an Jasa, dan Sumber Daya Alam Ke-
menko Perekonomian RI Edi Prio
Pambudi mengatakan kondisi yang
ada saat ini adalah pemulihan kri-
sis kesehatan dan ekonomi dunia
menunjukkan kemajuan yang solid,
tapi yang menjadi tantangan global
dari rencana aksi G20 yaitu adanya
perbedaan aturan dan undang-un-
dang terkait kondisi pandemik di
tiap negara yang juga disebabkan
oleh progres vaksinasi tidak merata,
serta varian baru COVID-19 dan ge-
lombang baru.
Presidensi G20 Indonesia didukung
oleh lima pilar, yaitu: 1) menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi ke-
mitraan antar pemangku kepen
tingan, 2) meningkatkan produk-
tivitas, 3) membangun ekonomi
dunia yang tangguh dan stabil, 4)
mendorong pertumbuhan yang
inklusif dan berkelanjutan dan 5)
penguatan kepimpinan kolektif
global. “Pembahasan utama dalam
G20 Indonesia adalah sistem kese-
hatan global, transformasi ekonomi
dan digital, serta energi transisi.
Ketiga poin pembahasan utama
tersebut telah dibuat data-datanya
secara lengkap mengenai kondisi,
dampak, dan usulan terkait dengan
topik tersebut,” ujar Edi.
Selain membahas mengenai isu-
isu yang terjadi di dunia, substansi
yang menjadi fokus global dan re-
fleksi kepentingan nasional dalam
G20 Indonesia nanti antara lain isu
keuangan dan perpajakan, human
capital, kapasitas nasional produksi
vaksin, serta isu reformasi struktural.
Transformasi Ekonomi
G20 yang rutin digelar setiap tahun
selalu membahas isu-isu penting
yang mencakup dua kelompok ker-
ja utama, yakni kelompok Finance
Track dan Sherpa Track. Mengacu
kepada penamaannya, kelompok
Finance Track akan membahas isu-
isu tentang keuangan, sementara
pada kelompok Sherpa Track akan
dibahas topik-topik strategis lain
nya, mulai dari isu kesehatan, sosial,
energi, lingkungan, perdagangan
hingga investasi.
Posisi sebagai presidensi di tahun
2022 menjadikan Indonesia memi-
liki posisi yang sangat strategis
dalam menentukan arah pemba-
hasan pada G20 nanti. Lainnya, ini
juga memberikan kesempatan bagi
Indonesia untuk mengangkat te-
ma-tema topikal yang menjadi isu
nasional agar bisa disolusikan ber-
sama-sama dengan negara anggo-
ta lainnya.
Secara spesifik, anggota G20 di
bawah kepemimpinan Indone-
sia dapat berperan lebih untuk
melakukan transformasi ekonomi
yang ditandai dengan digitalisa-
si berbagai sektor perekonomian,
reformasi struktural, serta upaya
mempercepat pembangunan yang
inklusif sebagai kunci untuk keluar
dari krisis ini.
Peran-peran itu dilandasi fakta bah-
wa COVID-19 telah mengubah ham-
pir seluruh tata cara pengelolaan
ekonomi di setiap negara. Karena
itu, kebijakan yang menggunakan
pendekatan transformasional, se
perti digitalisasi, restrukturisasi ke
bijakan fiskal, dan penguatan sek-
tor industri kreatif perlu diambil
oleh pemerintah untuk menjamin
ketersediaan lapangan kerja serta
meningkatkan kapasitas ekonomi
masyarakat.
Selain itu, segala upaya pemulih
an ekonomi tersebut mesti tetap
memperhatikan aspek pembangu-
nan yang berkelanjutan. Dalam hal
ini, pendanaan untuk Sustainable
Development Goals (SDGs) dan
akses terhadap pendidikan yang
berkualitas untuk semua lapisan
masyarakat sebagai elemen pen
ting guna memastikan pertumbuh
an dan pembangunan ekonomi
yang inklusif.
Sebagai bagian dari komunitas in-
ternasional yang terus menjaga
ke
seimbangan antara pendekatan
multilateral dan bilateral, Indonesia
perluterus-menerusmemanfaatkan
keberadaannya dalam forum G20,
apalagi dalam posisinya sebagai
Presidensi G20, untuk menyuarakan
inisiatif yang menjadi kepentingan
nasional maupun global.[]
Salah satu komitmen penting yang dihasilkan dari KTT G20 Italia adalah deklarasi para pemimpin G20 yang berjanji untuk memperkuat
respon bersama terhadap pandemi dan membuka jalan bagi pemulihan global, dengan perhatian khusus bagi yang paling rentan.
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021
Diplomasi
FOKUS
10
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
Indonesia di bawah kepemimpinan
Presiden Joko Widodo terpilih me-
megang Presidensi G20 untuk
satu tahun ke depan (2021-2022).
Muhammadiyah mengapresiasi
kepercayaan dunia terhadap Indo-
nesia tersebut sebagai suatu ca-
paian yang positif dan konstruktif
yang memberi optimisme di te
ngah bangsa dan dunia yang masih
menghadapi pandemi.
Indonesia juga setelah 2030 di
prediksi menjadi negara keempat
sebagai negara dengan ukuran
ekonomi terbesar setelah Tiong-
kok, AS, dan India, menyusul nomor
lima Jerman. Posisi yang baik terse-
but tentu tidak hanya akan terkait
dengan ekonomi semata tetapi
akan berkorelasi dengan bebera-
pa isu global yang saat ini. Beber-
apa isu besar di tingkat dunia ya
itu pandemi COVID-19, demokrasi,
globalisasi terutama WTO, revolusi
saintifik dan teknologi yang terkait
disrupsi dan digitalisasi, SDG’s, dan
isu perubahan iklim global atau “the
climate change”. Bagaimana Indo-
nesia mampu mengelola isu dan
agenda global tersebut di dalam
negeri secara cerdas dan visioner
dengan berpijak pada kepribadian
bangsa yang dijiwai Pancasila, Aga
ma, dan kebudayaan luhur bangsa.
Khusus isu demokrasi akan tetap
menjadi paradigma global di
seluruh dunia. Masa depan dunia
ialah masa depan demokrasi. Tapi
mulai muncul warning (peringatan)
seperti disuarakan Steven Levitsky
dan Daniel Ziblatt tahun 2018 ten-
tang fenomena “Democracies Die”
(Kematian Demokrasi) di ranah poli-
tik global. “Demokrasi mati bukan
di tangan jenderal, tetapi di tangan
pemimpin terpilih, yang membajak
proses yang membawa mereka ke
kekuasaan” seperti kasus Amerika
Serikat di era Trump dan sejumlah
negara.
Pelemahan norma demokrasi dan
polarisasi partisan ekstrem pada era
rezim demokratik menjadi sumber
konflik eksistensial terkait ras dan
budaya. “Egalitarianisme, kesan-
tunan, rasa kebebasan, dan tujuan
bersama sebagai inti demokrasi di
AS dan negara-negara Barat mu-
lai diserang dari dalam, kita mesti
mencegahnya mati dari dalam”
ungkap dua penulis tersebut. In-
donesia tentu perlu waspada serta
harus memiliki wajah dan karakter
demokrasi yang sejalan dengan Sila
“Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaaan dalam per-
musyawaratan perwakilan”.
Fenomena kedua ialah perubahan
iklim global, the climate change.
Seperti disuarakan David Wallace
tahun 2019 tebtang “The Uninhibit
able Earth”, kisah tentang bumi
yang tidak dapat dihuni. Yaitu an-
caman dari perubahan iklim lebih
total dan lebih luas ketimbangan
ancaman dari bom. Berbagai ben-
cana alam yang tidak lagi alami,
badai, kelaparan, laut yang sekarat,
udara yang tidak dapat dihirup, wa-
bah akibat pemanasan, ambruknya
ekonomi, konflik akibat iklim, terkait
dengan perubahan iklim global.
Kehidupan diambang kepunahan
menyerupai kiamat, manusia tidak
dapat lagi memilih planet karena
inilah tempat satu-satunya di alam
semesta yang dapat disebut se-
bagai rumah.
Indonesia penting mengantisipa-
si isu-isu global tersebut dengan
seksama. Khusus pasca terpilih
menjadi Presidensi G20, Indonesia
agar lebih mampu mengelola dan
mengakselerasikan secara lebih
progresif posisi dan peran Indonesia
di kancah Regional khusus ASEAN,
Asia Timur khsususnya Tiongkok,
Australia dan kawasan Pasifik, serta
Dunia Islam khusus Timur Tengah.
Indonesia dengan posisi Presidensi
G20 niscaya menggeser secara sig-
nifikan dari negara konsumen men-
jadi negara produsen, dari negara
pengimpor menjadi pengekspor,
dan dari objek globalisasi-moderni-
sasi menjadi subjek globalisasa-
si-modernisasi.
Selain itu di tingkat domestik pen
ting mengelola demokrasi agar
ti
dak berhenti pada pestapora de
mokrasi dan HAM yang menjurus
ekstrem atau liberal-sekuler, me-
mecahkan problem laten ekonomi
yaitu kemiskinan dan kesenjangan
sosial ekonomi, masalah utang
luar negeri, serta ancaman politik
terutama menyangkut persatuan
nasional, dan masalah bangsa lain-
nya karena akan terkoneksi dengan
peran di ranah global.
Muhammadiyah sebagai kekuatan
Civil Society yang modern men-
dorong dan berperan aktif dalam
menyukseskan kepemimpinan In-
donesia di tingkat global. Pertama
dengan program internasionali
sasi Muhammadiyah dalam ben-
tuk mempromosikan Kosmopoli-
tanisme Islam Berkemajuan serta
program unggulan Amal Usaha di
ranah global. Kedua memperkuat
basis kemajuan bangsa seperti di
bidang sumberdaya manusia dan
pendidikan, ekonomi UMKM yang
berkeadilan sosial, pemanfaatan pe-
luang digitalisasi.
Dalam ikut mengarahkan kiblat
bangsa Muhammadiyah berharap
dan ingin berkontribusi agar ran-
cang bangun Satu Abad Indonesia
di tahun 2045 benar-benar visioner
membawa Indonesia sebagai neg-
ara besar yang maju dan modern
berbasis identitas keindonesiaan
yaitu Pancasila, Agama, dan Kebu-
dayaan Nasional.
Khusus dalam moderasi Indonesia
untuk dunia. Moderasi Indonesia
untuk dunia niscaya dimulai dari
moderasi diri sendiri berbasis nilai-
nilai moderat atau wasathiyah.
Penting mempraktikkan modera
si dalam berpolitik, berekonomi,
berbudaya, beragama, dan perike-
hidupan kebangsaan lainnya diser
tai uswah hasanah atau ketela
danan.
Moderasi Indonesia mesti berba-
sis pada dasar negara Pancasila,
nilai luhur Agama, dan kebudayaan
bangsa. Konsep dan kebijakan
moderasi dalam menghadapi radi-
kalisme-ekstremisme harus holistik
bahwa sumber radikalisme-eks-
tremisme bisa berasal dari apa saja,
aspek apa saja, dan dilakukan oleh
siapa saja. Melawan radikalisme-ek-
stremisme tidak dilakukan dengan
cara yang radikal-ekstrem tetapi
dengan moderasi. Cegah Indonesia
dari segala bentuk radikalisme-eks-
tremisme dari semua aliran pikiran
dan gerakan yang nyata-nyata ber-
tentangan dengan Pancasila, Aga
ma, dan Kebudayaan bangsa.
Bila tidak setuju dengan satu radi-
kal-ekstrem yang sering dikonota-
sikan secara salah atau bias tentang
“Arabisme” misalnya, maka harus
selektif juga dengan ekstremitas
pemikiran liberal-sekuler Barat
yang bertentangan dengan jatidiri
keindonesiaan. Moderasi Indonesia
harus autentik dan sejiwa dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Para
elite dan warga bangsa mesti berji-
wa, berpikir, dan bertindak moderat
dengan jujur, cerdas, berilmu, dan
hikmah-bijaksana menuju kebaikan
hidup Indonesia milik bersama.[]
Sumber: www.muhammadiyah.
or.id
PRESIDENSI G20
PELUANG INDONESIA MAJU DAN
MODERASI DUNIA
Oleh Haedar Nashir (Ketum PP Muhammadiyah)
Moderasi Indonesia mesti berbasis pada dasar negara Pancasila, nilai
luhur Agama, dan kebudayaan bangsa. Konsep dan kebijakan moderasi
dalam menghadapi radikalisme-ekstremisme harus holistik bahwa
sumber radikalisme-ekstremisme bisa berasal dari apa saja, aspek apa
saja, dan dilakukan oleh siapa saja.
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021 Diplomasi FOKUS 11
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
INDONESIA
DALAM JAJARAN RAKSASA EKONOMI DUNIA
Indonesia memegang Presidensi
G20 mulai dari 1 Desember 2021
hingga November 2022. Sebagai
informasi, Indonesia memiliki
kesempatan pertama kali menjadi
tuan rumah Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20),
sejak didirikannya perkumpulan
tersebut pada 1999. Dikutip melalui
situs resmi G20 (g20.org), G20 terdiri
dari 20 anggota, yaitu 19 negara dan
Uni Eropa. Organisasi ini berfokus
pada perekonomian dan keuangan
global.
Anggota awalnya adalah para men-
teri keuangan dan gubernur bank
sentral. Kemudian setelah krisis
ekonomi global pada 2008, para
pemimpin negara diikutsertakan.
Indonesia menjadi anggota G20 se-
jak forum internasional tersebut
dibentuk pada tahun 1999. Pada
saat itu, Indonesia ada dalam tahap
pemulihan setelah krisis ekonomi
1997-1998 dan dinilai sebagai
emerging economy yang mempu-
nyai ukuran dan potensi ekonomi
sangat besar di kawasan Asia.
Mengutip ulasan Kepala Bidang
Program Analis Kebijakan, Badan
Kebijakan Fiskal Kemenkeu RI
Dalyono, rata-rata pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada periode
1970 hingga 1997 ialah 6,6%. Pen-
duduk Indonesia pada 1997 berada
pada kisaran 204 juta, terbesar ke-
empat di dunia setelah Tiongkok,
India, dan AS. Fundamen ekonomi
Indonesia juga kuat setelah melaku-
kan reformasi struktural pada peri-
ode 1985-1987.
Namun, di atas dari statistik itu,
menurut Dalyono, penilaian utama
yang menjadikan Indonesia sebagai
anggota G20 ialah daya tahan dan
upaya kebijakan yang telah dilaku-
kan pemerintah Indonesia dalam
menghadapi krisis ekonomi. Pada
krisis ekonomi 1997-1998, Indonesia
terdampak sangat signifikan. Per-
tumbuhan pada 1998 turun dras-
tis hingga minus 13,1%, terendah
sepanjang sejarah. Inflasi mencapai
77,6% dan tingkat utang menca-
pai 62% dari produk dometik bruto
(PDB).
Berhasil Keluar dari Krisis
Dari sisi moneter, nilai tukar rupi-
ah jatuh sangat dalam. Dari yang
se
mula hanya 2.450/dolar AS pada
Juni 1997 menjadi 16.800/dolar AS
pada akhir Juni 1998. Meski demiki-
an, dengan komitmen yang kuat
dan kebijakan yang tepat, Indonesia
berhasil keluar dari jerat krisis. Indo-
nesia menerapkan bauran kebija-
kan yang menyinergikan kebijakan
fiskal, moneter, dan sektor riil.
Pada sisi fiskal, pemerintah mem-
berikan dorongan stimulus melalui
pembatasan anggaran untuk me
ningkatkan kinerja perekonomian.
Adapun pada kebijakan moneter,
Bank Indonesia melakukan stimu-
lus dengan meningkatkan tingkat
suku bunga dan mengembalikan
kepercayaan sektor perbankan
melalui penutupan dan pengga-
bungan bank serta melikuidasi 16
bank. Pada sektor riil, Pemerintah
Indonesia menekankan pentingnya
penambahan value added dan pe
nerapan strategi yang lebih terbuka
dalam perdagangan bebas.
Pada periode lima tahun pascakri-
sis, Indonesia berhasil menjaga
stabilitas ekonomi makro dengan
lebih baik. Ditandai dengan rela
tif stabilnya tingkat pertumbuhan
ekonomi, menurunnya laju inflasi,
terkendalinya tingkat suku bunga,
relatif stabilnya nilai tukar rupiah,
terjaga
nya cadangan devisa, dan
membaik
nya ketahanan fiskal.
Ketahan
an ekonomi Indonesia
kembali dibuktikan pada saat krisis
global melanda dunia pada 2008-
2009. Fundamen ekonomi Indo-
nesia saat itu sangat jauh berbeda
dengan kondisi pada saat mengha-
dapi krisis 1997-1998.
Pertumbuhan Konsumsi Mening-
kat
Pada saat krisis global, pertum-
buhan ekonomi Indonesia bera-
da pada angka 6,1%, tingkat inflasi
11,06%, transaksi berjalan pada an-
gka positif 0,1%, dan utang luar ne
geri sebesar 29% dari PDB. Indone-
sia tidak terkena dampak signifikan
karena fundamen sektor eksternal,
fiskal, dan perbankan cukup kuat.
Faktor lain yang juga mendukung
ketahanan ekonomi Indonesia ialah
tingkat pertumbuhan konsumsi
masyarakat yang meningkat. Hal ini
terjadi karena adanya peningkatan
pendapatan masyarakat akibat ke-
naikan komoditas ekspor, kenaikan
tingkat pendapatan pekerja kelas
menengah ke atas, karena kebijak
an kenaikan gaji pegawai negeri,
juga kebijakan bantuan langsung
tunai (BLT) untuk mengompensasi
kenaikan harga bahan bakar mi
nyak.
Tanggapan pemerintah Indonesia
yang cepat dan tepat dalam meng-
hadapi krisis 1997-1998 dan kembali
terujinya ketahanan ekonomi Indo-
nesia pada krisis global 2008-2009
menjadi nilai penting Indonesia un-
tuk dapat berkontribusi aktif di G20.
Indonesia memiliki pengalaman
berharga yang dapat dibagikan ke-
pada negara lain mengenai strate-
gi mengatasi krisis, menangani
dampaknya, dan mengantisipasi
agar tidak terulang lagi.
Meskipun negara-negara ASEAN
yang lain juga menerapkan kebija-
kan penanganan krisis yang cukup
memadai, seperti Singapura, Thai-
land, Malaysia, dan Filipina, Indone-
sia dinilai mempunyai kelebihan ke-
timbang negara-negara ASEAN lain
tersebut. Hal itu juga yang kemudi-
an menjadikan Indonesia sebagai
satu-satunya negara ASEAN yang
menjadi anggota G20, selain karena
ukuran dan potensi ekonomi yang
dimiliki.
Semoga Presidensi G20 Indonesia
sekarang berhasil dimanfaatkan se-
baik mungkin untuk menyejahtera-
kan warganya, serta menginspirasi
warga dunia untuk bangkit dari krisis
kesehatan yang telah menyuguhkan
dampak signifikan di semua sektor
kehidupan dewasa ini.[]
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021
Diplomasi
LENSA
12
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
MENYIAPKAN SKEMA
PENYELENGGARAAN G20 INDONESIA 2022
Sejak awal tahun 2021, Pemerintah
Indonesia, yaitu setiap Kementeri-
an/lembaga terkait, termasuk Kem-
lu RI tercatat menyiapkan skema
terbaik untuk penyelenggaraan
G20 Indonesia 2022. Berbagai rapat
dan koordinasi terus diitensifkan se-
mata-mata agar optimalisasi Indo-
nesia sebagai Presiden G20 dapat
berjalan sukses dan mencapai hasil
yang diharapkan.
Menurut Staf Ahli Ekonomi Makro
Dan Keuangan Internasional Ke-
menterian Keuangan RI Wempi
Saputra, sejauh ini Kemenkeu RI
telah membuat kerangka dasar dari
G20 Summit Indonesia berdasar-
kan Finance Track, Sherpa Track,
dan Engagement Group. “Menteri
Keuangan telah turut berperan ak-
tif sejak pertemuan dengan Menteri
Kesehatan G20 di Osaka pada 28
Juni 2019 hingga yang terakhir di
Presidensi G20 Italia yang lalu, yang
juga diadakan pertemuan antara
Menteri Keuangan dan Menteri Kes-
ehatan secara hybrid pada 29 Okto-
ber 2021 dalam rangka pembentu-
kan G20 Joint Finance-Health Task
Force,” ujar Wempi.
Menurut Wempi, Joint Fi
nance-Health Task Force bertugas
untuk mengembangkan opsi pen-
gaturan koordinasi antara Kemen-
terian Keuangan dan Kementerian
Kesehatan. Selain itu, dalam rang-
ka memastikan inklusivitas, keter-
wakilan, dan cakupan geografis,
Task Force terdiri dari negara ang-
gota G20, non-G20, organisasi re-
gional dan internasional. Task Force
ini diketuai oleh Italia dan Indonesia.
Ke depan, gugus tugas yang telah
dibentuk tersebut akan diwujud-
kan sebagai prakarsa nyata G20
dalam menangani tantangan glo
bal, antara lain untuk penanganan
krisis, arsitektur keuangan interna-
sional, perdagangan internasional,
pengembangan infrastruktur, per-
pajakan internasional, dan pengua-
tan global partnership. “Kemen-
terian Keuangan telah membuat
rangkaian Finance Track Agenda
Framework secara ringkas sebagai
peta jalan kegiatan konkret kita da-
lam kelompok finance track,” tegas
Wempi.
Sementara itu, Asdep Kerja Sama
Ekonomi Internasional Kemenko
Perekonomian RI Ferry Ardiyanto
dalam briefing kepada perwakilan
Indonesia menginformasikan bah
wa Sherpa Track sebanyak 468
delegasi sedangkan Finance Track
sebanyak 3.060 delegasi. Untuk
Deputies/Sherpa Meetings, Sherpa
Track sebanyak 468 delegasi,
sedangkan Finance Track sebanyak
744 delegasi. Untuk Working Group
Meetings, Sherpa Track sebanyak
5.850 delegasi, sedangkan Finance
Track sebanyak 2.480 delegasi.
Untuk Engagement Group Meet
ings sebanyak 6.436 delegasi,”
terang Feri.
Untuk penyelenggaraan kegiatan
G20, Pemerintah Indonesia menyu
sun prosedur untuk delegasi, ter-
masuk protokol kesehatan. Selain
itu, terdapat prosedur kesehatan se-
belum keberangkatan, proses saat
kedatangan di bandara, protokol
kesehatan di hotel atau tempat per-
temuan, dan yang terakhir protokol
kesehatan saat kepulangan.
Dari sisi kenyamanan delegasi dan
tantangan penyelenggaraan, Chief
Change Management Officer Ke-
menkeu RI Rudy Rachmadi men-
gatakan skema penyelenggaraan,
kenyamanan delegasi, dan COVID
outbreak sangatlah diperhatikan
dalam penyelenggaraan G20 di In-
donesia.
Menurutnya, tantangan yang perlu
diwaspadai dari segi penyelengga-
raan adalah memastikan protokol
kesehatan yang ketat. “Pemilihan
format penyelenggaraan tergan-
tung kepada banyak faktor dan
membutuhkan koordinasi dengan
banyak pihak,” ujar Rudy.
Dari segi menyeimbangkan as-
pek kenyamanan dan kesuksesan
penyelenggaraan, penyelenggara
an meeting dalam zona waktu
yang berbeda, serta delegasi yang
memilih kehadiran fisik dihadapkan
pada travel hurdles (rintangan per-
jalanan). Dari segi antisipasi COVID
outbreak, pandemi COVID-19 belum
berakhir. Bahkan trennya saat ini
ada kenaikan kembali kasus harian
COVID-19 di sejumlah negara Eropa.
Meski demikian, Indonesia telah
menyiapkan pengaturan rangkaian
pertemuan untuk para delegasi da-
lam G20 Indonesia. Adapun kate-
gorisasi airport hospitality G20 yang
diberikan, akan disesuaikan dengan
tingkatan delegasi sesuai protokoler
yang berlaku secara internasional.
Mengenai aspek hukum dan perun-
dang-undangan, Direktur Konsuler
Kemlu RI Prasetyo Hadi menga-
takan ada perundang-undangan
yang telah ditetapkan selama ber-
langsungnya G20 di Indonesia nan-
ti. Di antaranya Permenlu Nomor
6/2018 Tentang Visa Diplomatik dan
Visa Dinas, Permenkumham Nomor
34/2021 tentang pemberian Visa
dan Izin Tinggal Keimigrasian da-
lam masa penanganan penyebaran
COVID-19 dan pemulihan ekonomi
nasional, Pedoman Pemberian Visa
dan Izin Tinggal Keimigrasian da-
lam masa penanganan COVID-19
dan pemulihan ekonomi nasional
No. IMI-0196.GR.01.01 Tahun 2021,
serta Kepmenkumham NO.HH-03.
GR.01.05 Tahun 2021 tentang peru-
bahan atas Kepmenkumham NO.
M.HH-02.GR.01.05 Tahun 2021 ten-
tang jenis kegiatan orang asing da-
lam rangka pemberian visa selama
masa penanganan COVID-19 dan
pemulihan ekonomi nasional.[]
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021 Diplomasi LENSA 13
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
WAMENLU RI:
PERAN INDONESIA MENJEMBATANI PERBEDAAN
KEPENTINGAN
Hal itu disampaikannya dalam acara Prime Time
News Metro TV me
ngenai Peran Strategis Indo-
nesia di Presidensi G20, sebagaimana dilansir dari
mediaindonesia.com. “Indonesia yang memiliki
politik luar negeri bebas aktif dan kemampuan
Presiden (Joko Widodo) untuk menjembatani
karena memiliki hubung
an yang baik dengan
seluruh pemimpin dunia akan menjadi sentral
dan dipercaya untuk melakukan presidensi ini,”
katanya, Kamis (2/12/2021).
Untuk diketahui, dalam Presidensi G20 Indonesia
akan fokus pada tiga hal, yaitu penanganan kese-
hatan yang inklusif, transformasi berbasis digital
dan transisi menuju energi berkelanjutan. Terkait
itu, Mahendra mengatakan bahwa itu merupakan
ciri kepemimpinan Presiden Jokowi yang tidak re-
torikal dan seremonial, tetapi ingin yang konkret.
“Dalam G20 sekarang ini banyak sekali isu yang
dibahas. Pak Jokowi sampaikan pesan, kita tidak
usah mencoba membahas semuanya tapi tidak
ada hasil konkret. Mari kita tentukan tiga prioritas.
Memang ini tidak akan menyelesaikan seluruh
permasalahan dunia, tapi kalau ada hasil konkret
akan memberikan kontribusi yang luar biasa baik
untuk pandemi, pemulihan ekonomi, isu pemer-
ataan dan pembangunan berkelanjutan,” tuturn-
ya.
Terkait langkah yang diambil pemerintah untuk
memastikan pe
nyelenggaraan G20 berjalan lan-
car di tengah pandemi, Mahendra menyampaikan
bahwa pemerintah te
rus memantau, merespon,
dan me
nyikapi kondisi pandemi.
“Jangan panik, karena itu akan menyampaikan
pesan bahwa kita tidak tahu pasti mengenai
bagaimana proses kepemimpinan kita, ka
rena
itu juga memberikan sinyal yang salah,” ucap-
nya. Pemerintah, sambungnya, melakukan lang-
kah-langkah yang ada, yang berbasis pendekatan
dan perhitungan ilmiah, serta melakukan pro-
tokol kesehatan yang baik.
Pada kesempatan yang sama, Peneliti CSIS
Dandy Rafitrandi me
nyampaikan bahwa tahun
2022 merupakan tahun yang sangat strategis.
Saat memegang Presidensi G20, Indonesia akan
mengusung tema recover together, recover stron
ger. Adapun tema yang diangkat terkait dengan
pemulihan, menurut Dandy, pemulihan tersebut
merupakan pemulihan yang komprehensif. “Ini
salah satu kontribusi terbesar Indonesia di tahun
depan untuk bagaimana kita bisa melahirkan
kembali kerja sama-kerja sama yang mungkin
mulai pudar akibat pandemi,” katanya.
Selain itu, dia juga menekankan bahwa Indone-
sia harus bisa memanfaatkan semaksimal mun-
gkin gelaran G20 nanti. Dengan gelaran G20 yang
akan berlangsung di ba
nyak kota, menurutnya,
pemerintah daerah dan masyarakat setempat ha-
rus berperan untuk bisa menggerakkan ekonomi
lokal.
“Saya sangat menyarankan untuk pemerintah
baik pusat dan daerah bekerja sama dengan
masyarakat daerah untuk bisa memaksimalkan
potensi ekonomi yang ada di G20 biar berdampak
langsung. Juga dampak strategis bagaimana kita
bisa menjadi leader dalam forum G20 untuk bisa
men-set agenda global dan meningkatkan kerja
sama global di tiga topik tadi,” ujarnya.[]
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Mahendra Siregar mengatakan prinsip Indonesia yang
tidak memihak dalam pertikaian geopolitik dunia yang semakin tajam akan memiliki posisi
sentral untuk menjembatani berbagai perbedaan kepentingan saat menjadi Presidensi G20
2022.
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021
Diplomasi
14
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
LENSA
Selain itu, agar ada kesepahaman
antar berbagai pihak terkait pe
ran Indonesia di G20, peranan per-
wakilan-perwakilan RI akan menja-
di ujung tombak dalam memberi-
kan pemahaman presidensi G20 di
Indonesia nanti. Hal ini diungkap-
kan Dirjen Kerja Sama Multilateral
Kemlu RI Febrian A. Ruddyard da-
lam sesi briefing antara perwakilan
RI di G20 dengan Kemlu RI pada 19
November 2021.
Febrian menyatakan bahwa Presi-
densi G20 Indonesia akan berjalan
selama setahun penuh hingga 30
November 2022. Presidensi G20 In-
donesia pun akan melakukan lebih
dari 150 pertemuan. “Indonesia di-
harapkan untuk tidak menjadi ne
gara penyelenggara saja, melainkan
Indonesia diharapkan untuk men-
jadi pemimpin dalam G20 men-
datang,” ujarnya.
Belajar dari G20 Italia 2021
Staf Khusus Penguatan Pro-
gram-Program Prioritas Kemlu RI
Dian Triansyah Djani memberi-
kan penjelasan lebih rinci terkait
Hasil KTT G20 2021 kemarin. “KTT
G20 yang telah diselenggarakan
di Roma, Italia pada 30-31 Oktober
2021 yang lalu menjadi gambaran
untuk penyelenggaraan Presiden-
si G20 di Indonesia di waktu men-
datang. G20 yang diselenggarakan
di Italia beberapa waktu yang lalu
memiliki tema People, Planet, and
Prosperity. Dalam Presidensi G20
di Italia, ada beberapa kegiatan
yang diselenggarakan, yaitu: 6 WG
Finance Track, 11 WG dan Inisiatif
Sherpa Track, 8 EG, dan Additional
Meetings. Di setiap kegiatan terse-
but, terdapat pembahasan-pemba-
hasan tersendiri terkait tema atau
topik dari G20 itu sendiri,” ujar Dian.
Faktanya, Presidensi G20 di Italia
diselenggarakan di saat dunia ma-
sih dalam suasana pandemi dan
menuju pemulihan. Sedangkan
di Presidensi G20 Indonesia nanti,
pelaksanaannya di saat dunia su-
dah mulai pulih dari keadaan krisis
pandemi. Sehingga, Indonesia per-
lu membuktikan ke dunia bahwa
sekarang dunia sudah mulai sehat
dan sudah dapat melakukan ke-
giatan-kegiatan diplomatik secara
langsung dengan tetap mengikuti
protokol kesehatan yang ada. G20
yang akan diselenggarakan di Indo-
nesia nanti juga akan dilaksanakan
di seluruh kota yang ada di Indo-
nesia yang bertujuan juga untuk
membuktikan ke dunia bahwa In-
donesia telah open for business.
Fokus utama dari Presidensi G20
di Italia pada isu Lingkungan, Tran-
sisi Energi, dan Perubahan Iklim.
Adapun beberapa kegiatan Pres-
iden Jokowi pada KTT G20 Roma
di antaranya menjadi pembicara
utama saat sesi Supporting SMEs
and Women-Owned Business to
Bounce Back Better, pertemuan bi-
lateral dengan 6 World Leaders, dan
yang terakhir menerima presidensi
G20 dari PM Italia saat sesi penut-
upan. Menurut Dian, kegiatan-ke-
giatan tersebut pun bisa menjadi
gambaran susunan acara untuk
G20 yang akan dilaksanakan di In-
donesia di waktu mendatang.
Harapan KTT G20 di Indonesia
Di G20 Roma, Presiden Indonesia
diminta untuk menyampaikan Re
marks dengan pesan kunci Global
Economy & Global Health, Climate
Change & Environment, serta Sus
tainable Development. Harapan
untuk Presidensi G20 di Indonesia
nanti bahwa Presiden dapat lebih
memecahkan segala permasalah-
an-permasalahan yang ada di ber
bagai negara.
Dian menekankan misalnya pen
ting untuk mendorong transformasi
digital dalam Presidensi G20 di In-
donesia nanti, juga isu Women Em
powerment. “Di Presidensi G20 Indo-
nesia nanti, perlu lebih mendorong
bentuk pembahasan Transformasi
Digital dan Women Empowerment.
Beberapa hal kekurangan dari G20
Italia harus menjadi pembelajaran
untuk G20 yang akan diselenggara-
kan di Indonesia nanti,” ujarnya.
Prinsipnya, persiapan yang baik,
terencana, matang, dan well-pre
pared merupakan kata kunci dalam
penyelenggaraan G20 Indonesia
2022 di saat dunia mulai beralih dari
suasana pandemi menuju suasana
pulih dan bangkit dari krisis keseha-
tan global.
Sebagai negara yang dipercaya me-
megang Presidensi di masa-masa
krisis, Indonesia tentu harus mampu
membuktikan kepada dunia kapasi-
tas dan performa kepemimpinannya.
Salah satu tolok ukur paling terlihat
adalah saat penyelenggaraan KTT
G20 Indonesia nanti. Dengan pu-
lihnya dunia global, Indonesia pas-
ti mampu menjadi penyelenggara
yang baik, bahkan lebih dari itu, akan
mampu menjadi inspirasi global.[]
G20 ITALIA 2021 SUASANA PANDEMI,
G20 INDONESIA 2022 DUNIA PULIH DAN BANGKIT
Meskipun Presidensi G20 adalah rotasi kepemimpinan rutin antar negara-negara anggota
G20, namun bagi Indonesia, memegang Presidensi G20 sepanjang 2022 merupakan tanta-
ngan dan kebanggaan tersendiri yang perlu dioptimalkan betul peran dan fungsi kepemi-
mpinan yang dimiliki.
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021 Diplomasi 15
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
LENSA
SEPUTAR
Arti G20
G20 adalah forum kerja sama multilateral yang
terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU).
G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi
bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB
dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan,
Jepang, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina,
Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia,
Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia,
Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Awal Mula G20
Dibentuk pada 1999 atas inisiasi anggota G7, G20
merangkul negara maju dan berkembang untuk
bersama-sama mengatasi krisis, utamanya yang
melanda Asia, Rusia, dan Amerika Latin. Adapun
tujuan G20 adalah mewujudkan pertumbuhan
global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan
inklusif.
G20 pada awalnya merupakan pertemuan Ment-
eri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Namun
sejak 2008, G20 menghadirkan Kepala Ne
gara
dalam KTT dan pada 2010 dibentuk pula pemba-
hasan di sektor pembangunan. Sejak saat itu G20
terdiri atas Jalur Keuangan (Finance Track) dan
Jalur Sherpa (Sherpa Track). Sherpa diambil dari
istilah untuk pemandu di Nepal, menggambar-
kan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan
menuju KTT (Summit).
Jenis Pertemuan G20
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)/Summit
Merupakan puncak dari proses pertemuan
G20, yaitu rapat tingkat kepala negara/pe-
merintahan.
Ministerial & Deputies Meetings/Pertemuan
Tingkat Menteri dan Deputi
Diadakan di masing-masing area fokus uta-
ma forum. Pada Finance Track, Ministerial
Meetings dihadiri oleh Menteri Keuangan
dan Gubernur Bank Sentral, yang disebut
Finance Ministers and Central Bank Go
vernors Meetings (FMCBG). Sementara per-
temuan para deputi disebut Finance and
Central Bank Deputies Meetings (FCBD).
Kelompok Kerja/Working Groups
Di bawah Sherpa Track, Presidensi Indone-
sia memiliki 11 Working Groups dan satu (1)
inisiatif, mencakup isu Ekonomi Digital (Dig
ital Economy WG), Kesehatan (Health WG),
Energi (Energy Transitions WG), Pembangu-
nan (Development WG), Pendidikan (Edu
cation WG), Ketenagakerjaan (Employment
WG), Lingkungan dan iklim (Environment
and Climate Sustainability WG), Pertanian
(Agriculture WG), anti-korupsi (Anti-Corrup
tion WG), perdagangan dan investasi (Trade,
Investment, and Indusry WG), Pariwisata
(Tourism WG) serta inisiatif Women Empow
erment.
Working Groups tersebut beranggota
kan
para ahli dari negara G20. Working Groups
menangani isu-isu spesifik yang terkait
dengan agenda G20 yang lebih luas, yang
kemudian dimasukkan ke dalam segmen
kementerian dan akhirnya KTT.
Kelompok Pemangku Kepentingan/Engage-
ment Groups
Pertemuan Kelompok Pemangku Kepentingan
(Engagement Groups) yang terdiri dari Bisnis
(Business 20), Masyarakat Madani (Civil 20), bu-
ruh (labor 20) Parlemen (Parliament 20), Sains
(Science 20) Audit (Supreme Audit Institution 20),
Kajian (Think 20), Urban (Urban 20), Women 20
(W20) dan Pemuda (Youth 20).
Peran Konkret G20
Penanganan Krisis Keuangan Global 2008
Salah satu kesuksesan G20 terbesar adalah
dukungannya dalam mengatasi krisis keuangan
global 2008. G20 telah turut mengubah wajah
tata kelola keuangan global, dengan menginisi-
asi paket stimulus fiskal dan moneter yang ter-
koordinasi, dalam skala sangat besar. G20 juga
mendorong peningkatan kapasitas pinjaman
IMF, serta berbagai development banks utama.
G20 dianggap telah membantu dunia kembali ke
jalur pertumbuhan, serta mendorong beberapa
reformasi penting di bidang finansial.
Kebijakan Pajak
G20 telah memacu OECD untuk mendorong per-
tukaran informasi terkait pajak. Pada 2012, G20
menghasilkan cikal bakal Base Erosion and Prof
it Shifting (BEPS) keluaran OECD, yang kemudi-
an difinalisasikan pada 2015. Melalui BEPS, saat
ini 139 negara dan jurisdiksi bekerja sama untuk
mengakhiri penghindaran pajak.
Kontribusi dalam penanganan pandemi
COVID-19
Inisiatif G20 dalam penanganan pandemi men-
cakup penangguhan pembayaran utang luar
negeri negara berpenghasilan rendah, Injeksi
penanganan COVID-19 sebanyak >5 triliun USD
(Riyadh Declaration), penurunan/penghapusan
bea dan pajak impor, pengurangan bea untuk
vaksin, hand sanitizer, disinfektan, alat medis dan
obat-obatan.
Selain itu, G20 berperan dalam isu internasional
lainnya, termasuk perdagangan, iklim, dan pem-
bangunan. Pada 2016, diterapkan prinsip-prin-
sip kolektif terkait investasi internasional. G20
juga mendukung gerakan politis yang kemudi-
an berujung pada Paris Agreement on Climate
Change di 2015, dan The 2030 Agenda for Sus
tainable Development.
Presidensi G20
Indonesia Memegang Presidensi G20
Berbeda dari kebanyakan forum multila
teral, G20 tidak memiliki sekretariat tetap.
Fungsi presidensi dipegang oleh salah satu
negara anggota, yang berganti setiap ta-
hun. Sebagaimana ditetapkan pada Riyadh
Summit 2020, Indonesia akan memegang
presidensi G20 pada 2022, dengan serah
terima yang dilakukan pada akhir KTT Roma
(30-31 Oktober 2021).
Tema Presidensi G20 Indonesia 2022
“Recover Together, Recover Stronger”
Melalui tema tersebut, Indonesia ingin me
ngajak seluruh dunia untuk bahu-memba-
hu, saling mendukung untuk pulih bersa-
ma serta tumbuh lebih kuat dan berkelan-
jutan.[]
G20
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021
Diplomasi
16
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
LENSA
FINANCE TRACK MEETING
PENGUATAN STABILITAS SEKTOR KE
UANG
AN
UNTUK PEMULIHAN EKONOMI BERKELANJUTAN
Rangkaian acara Presiden-
si G20 terbagi atas pertemuan
tingkat tinggi kepala negara, per-
temuan tingkat menteri dan depu-
ti, serta pertemuan kelompok ker-
ja yang beranggotakan para ahli.
Adapun acara pertama telah dim-
ulai dengan sherpa meeting di
Jakarta pada 7-8 Desember 2021.
Kemudian dilanjutkan dengan Per-
temuan Pertama Tingkat Depu-
ti Keuang
an dan Bank Sentral
(finance track) di Nusa Dua, Bali
pada 9-10 Desember 2021.
Banyak negara anggota G20 tidak
bisa hadir secara fisik imbas penye-
baran varian baru virus Omicron. Ha-
nya delapan negara dan 22 lemba-
ga internasional maupun regional
yang hadir secara langsung melalui
delegasi atau perwakilannya. Per-
temuan G20 finance track dilaku-
kan secara virtual, luring, dan hyb
rid dalam waktu bersamaan. Hal
ini mengingat banyak negara tidak
bisa hadir secara langsung.
Kick off finance track G20 dibuka
oleh Menteri Keuangan Italia Da
niele Franco, Menteri Keuangan In-
dia Nirmala Sitharaman, dan Men-
teri Keuangan RI Sri Mulyani In-
drawati. Media center dan ven
ue pertemuan finance track dipisah
mengikuti kebijakan protokol kese-
hatan dan protokol COVID-19. Acara
seminar dan jumpa pers pun hanya
dilakukan secara daring melalui la-
yar besar. Media center berada di
Grand Hyatt, sedangkan rangkaian
pertemuan deputi keuangan dan
bank sentral dunia ini digelar di Bali
Nusa Dua Convention Center.
Venue pertemuan finance track di
rancang dengan suasana yang kental
akan budaya Indonesia. Ada pertun-
jukan gamelan Bali, pameran produk
batik, kerajinan tangan, hingga sajian
makanan khas dari berbagai daerah.
Ada pula menu kopi lokal dari Sabang
sampai Merauke.
Dilansir dari kemenkeu.go.id, per-
temuan Finance and Central
Bank Deputies Meeting (FCBD) ini
menandai dimulainya Presidensi
G20 Indonesia di jalur keuangan
(finance track) dengan pemba-
hasan agenda yang produktif dan
mendapat apresiasi dari anggota
G20, negara terundang maupun
organisasi internasional. Hal ini ter-
ungkap dalam konferensi pers Staf
Ahli Bidang Makro Ekonomi dan
Keuangan Kementerian Keuangan,
Wempi Saputra, dan Deputi Gu-
bernur Bank Indonesia, Dody Budi
Waluyo, pada Jumat (10/12) di Nusa
Dua, Bali.
“G20 merupakan forum kerjasa-
ma internasional dimana agen-
da-agenda reformasi tata ekonomi
global dibahas,” kata Wempi Sapu-
tra. Menurutnya, dengan menjadi
Presidensi G20, Indonesia memi-
mpin pembahasan agenda-agenda
reformasi ekonomi dan keuangan
global untuk menciptakan tata
kelola dan lingkungan operasional
ekonomi dan keuangan dunia yang
lebih baik serta mendukung proses
pemulihan ekonomi global yang se-
dang berlangsung.
Pada kesempatan yang sama, Dody
Budi Waluyo menyampaikan bah-
wa kualitas persiapan Presidensi
Indonesia diapresiasi oleh seluruh
peserta dari sisi penyiapan susbtan-
si maupun penyelenggaraan acara
yang berlangsung secara hybrid
dengan protokol kesehatan yang
ketat. “Kami mengapresiasi seluruh
peserta Finance Track atas ko-
laborasi antarinstansi yang kuat,
dukungan dari Pemerintah Provinsi
Bali dan juga rekan-rekan media,”
tambah Dody.
Sebagai informasi, FCBD memba-
has enam topik yang dibagi dalam
enam sesi. Isu utama yang dibahas
pada sesi pertama antara lain: (i)
prospek ekonomi global dan risiko;
(ii) normalisasi kebijakan terkait
pandemi; (iii) dampak jangka pan-
jang pandemi. Pada pembahasan
normalisasi kebijakan terkait pan-
demi, mayoritas anggota menyam-
paikan pentingnya koordinasi dis-
tribusi vaksin dan kebutuhan pem-
biayaan vaksin, perlunya komunika-
si dan pentahapan yang tepat da-
lam melakukan normalisasi kebija-
kan. Selain itu, reformasi struktural
untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas dinilai dapat men-
dukung upaya mengatasi dampak
jangka panjang pandemi.
Pada sesi kedua, pembahasan yang
dilakukan mencakup: (i) jaring pe
ngaman keuangan internasional;
(ii) isu-isu hutang negara miskin;
(iii) mata uang digital Bank Sentral
(Central Bank Digital Currency).
Pembahasan fokus pada peran G20
menjaga stabilitas keuangan global
di tengah meningkatnya ketidak-
pastian, serta upaya bersama dalam
mengatasi risiko dan mendukung
negara-negara rentan.
Selanjutnya, pada sesi ketiga di
lakukan pembahasan terkait ba
gaimana memperkuat stabilitas
sektor keuangan untuk mendorong
pemulihan ekonomi yang inklu-
sif dan berkelanjutan. Pembaha-
san pada agenda regulasi sektor
keuangan mencakup normalisasi
kebijakan terkait pandemi di sektor
keuangan agar dapat mendukung
pemulihan dan tetap menjaga
stabilitas sektor keuangan. Selain
itu, dibahas upaya untuk menga-
tasi dampak jangka panjang dari
pandemi di sektor keuangan de
ngan melanjutkan reformasi sek-
tor keuangan guna memperkuat
ketahanan sektor keuangan dan
mendorong intermediasi. Agenda
lain yang juga diangkat meliputi
upaya memperkuat ketahanan lem-
baga keuangan nonbank (NBFI),
terutama yang terkait dengan up-
aya memitigasi risiko, identifikasi
risiko keuangan digital, serta upaya
mendorong peran sektor keuangan
dalam mendukung pembiayaan
berkelanjutan serta upaya mem-
perluas inklusi keuangan.
Untuk sesi keempat dibahas me
ngenai keuangan berkelanjutan
yang berkaitan dengan agen-
da-agenda terkait lingkungan di-
mana para Deputi menyampaikan
dukungan untuk transisi menuju
ekonomi hijau yang lebih adil dan
terjangkau. Kemudian, pada sesi
kelima didiskusikan isu menge-
nai infrastruktur berkualitas dan
berkelanjutan. Para Deputi juga
membahas mengenai penting
nya inklusivitas infrastruktur pada
pemerintah daerah. Dan pada sesi
terakhir, dibahas mengenai perpa-
jakan internasional dimana para
Deputi sepakat untuk dapat segera
mengimplementasikan Pilar 1 dan
Pilar 2 untuk menciptakan arsitek-
tur perpajakan yang lebih adil dan
stabil.[]
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021 Diplomasi 17
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
GUGUS TUGAS G20:
KEUANGAN-KESEHATAN HINGGA
EKONOMI DIGITAL
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawa-
ti mengatakan bahwa Indonesia tergabung da-
lam anggota Gugus Tugas Keuangan-Kesehat
an yang telah dibentuk saat pertemuan G20 di
Roma, Italia beberapa waktu lalu.
“Task force health and finance itu kan sudah
dibentuk saat pertemuan di Roma, maka per
tanyaannya adalah funding-nya seperti apa?
Ini adalah hasil dari rekomendasi high level
independent expert yang diminta oleh Presidensi
Italia,” ujarnya, sebagaimana dilansir dari money.
kompas.com, dalam konferensi pers rangkaian
Presidensi G20, Finance and Central Bank
Deputies Meetings (FCBD) di Nusa Dua, Bali,
Kamis (9/12/2021).
Selain itu, menurut Sri Mulyani, dirancang juga
estimasi biaya jika pandemi kembali terjadi di
masa-masa mendatang. Adapun estimasi biaya
tersebut mencapai 15 miliar dollar Amerika Seri
kat (AS) per tahun. Mantan Direktur Pelaksana
Bank Dunia itu mengatakan, dana tersebut akan
dimanfaatkan untuk membangun sistem kese-
hatan, terutama di negara-negara berkembang
serta negara berpenghasilan rendah.
“Untuk apa? pertama, membangun sistem ke
sehatan di negara berkembang atau nega-
ra-negara low income yang memang dikasih
vaksin pun belum tentu vaccinated (divaksinasi).
Meski vaksinnya gratis, tapi tadi, distribusinya su-
lit. Itu karena sistem kesehatannya belum siap,”
kata dia. “Karena banyak negara-negara berkem-
bang, termasuk kita sendiri pun masih perlu
memperbaiki sistem kesehatan kita. Supaya jika
terjadi pandemi, itu ada alarm (peringatan) dan
bisa dicegah secara dini,” lanjut Sri Mulyani.
Sebelumnya, Menteri Keuangan dan Menteri
Kesehatan G20 melakukan pertemuan bersama
di Roma pada 29 Oktober 2021. Pertemuan terse-
but menjadi bagian dari rangkaian pertemuan
G20 Leaders’ Summit (Konferensi Tingkat Tinggi
G20 / KTT G20) di bawah Presidensi Italia saat itu.
Dalam pertemuan itu, Indonesia menyampaikan
dukungan bagi pembentukan Gugus Tugas
Gabungan Keuangan Kesehatan (the G20 Joint
Finance-Health Task Force) sebagai mekanisme
kerja sama dalam menangani masalah yang ber-
kaitan dengan pencegahan, kesiapsiagaan, dan
respons pandemi.
Joint Meeting Task Force
Selain Joint Finance-Health Task Force di atas,
ada juga JMTF atau Joint Meeting Task Force.
JMTF ini awal mulanya merupakan inisiatif Pres-
idensi RRT, yang memandang bahwa teknologi
informasi memegang peranan penting dalam
revolusi industri baru, di mana revolusi tersebut
akan membawa perubahan mendasar guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tren dig
ital economy yang berdampak pada perekono-
mian global juga melatarbelakangi pemben-
tukan JMTF yang terdiri dari Innovation Task
Force, New Industrial Revolution Task Force, ser-
ta Digital Economy Task Force.
Pada Innovation Task Force, terdapat beberapa
agenda yang menjadi prioritas seperti penting-
nya aspek inklusivitas dan open-access terhadap
sumber-sumber inovasi, sinergitas antara inovasi,
revolusi industri baru, dan ekonomi digital, serta
pengaruh pertumbuhan inovasi terhadap pen-
ciptaan lapangan kerja. Sementara pada New
Industrial Revolution Task Force, Presidensi RRT
menggarisbawahi pengaruh revolusi industri
terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM), In
tellectual Property Rights (IPR), serta kerja sama
dalam bidang riset. Digital Economy Task Force
(DETF) secara khusus mengangkat pentingnya
kerja sama dan koordinasi kebijakan nasional un-
tuk menghadapi tantangan ekonomi digital. Pe-
satnya pertumbuhan ekonomi digital juga dapat
menjadi peluang perluasan lapangan kerja serta
kemajuan digital inclusion.
Sejak tahun 2017, G20 telah membentuk Digital
Economy Task Force (DETF). Beberapa skala pri-
oritas DETF yang dihasilkan dari sejumlah per-
temuan G20 adalah mengenai Trustworthy Ar
tificial Intelligence (AI), Data Flow, Smart Cities,
Measurement of the Digital Economy, dan Cyber
Resilience in Global Economic Systems. []
LENSA
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021
Diplomasi
18
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
LENSA
PERTEMUAN PERTAMA SHERPA G20
MENLU RI: KERJA G20 HARUS DOWN TO EARTH
DAN INCLUSIVE
AN, dan Amerika Latin.
Negara-negara Karibia diwakili
oleh Ketua Caribbean Community
(Caricom), yang saat ini dipegang
oleh Antigua dan Barbuda. Nega
ra-negara Pasifik diwakili oleh
Ketua Pacific Islands Forum (PIF),
yang saat ini dipegang oleh Fiji.
Indonesia juga mengundang se-
jumlah organisasi internasional
seperti IMF, ILO, ADB, WHO, World
Bank, dan WTO. Secara khusus,
diundang pula Direktur Jenderal
World Health Organization (WHO),
Dr. Tedros Adhanom, yang hadir
secara virtual. Sementara Man
aging Director Bank Dunia, yaitu
Ibu Mari Elka Pangestu, hadir se-
cara fisik. Kedua pimpinan organ-
isasi internasional ini memberikan
ini. Mengingat pentingnya per-
temuan ini, maka Presidensi Indo-
nesia telah memperkenalkan apa
yang dinamakan “sofa talk” yang
akan memungkinkan para sherpa
berbicara secara lebih terbuka se
hingga memudahkan kerja seta-
hun ke depan,” ujar Retno.
Pertemuan Sherpa dihadiri oleh 39
delegasi, terdiri dari 20 anggota G20
(Indonesia dihitung sebagai dele-
gasi), 9 negara undangan, dan 10
organisasi internasional. Sebanyak
23 delegasi hadir secara in-person,
dan sisanya secara virtual. Prinsip
inklusivitas jelas tampak dari daft-
ar invitee. Untuk pertama kalinya
dalam sejarah, G20 me
ngundang
negara-negara pulau kecil dari Pa-
sifik dan Karibia, di samping negara
berkembang lain dari Afrika, ASE-
Menlu RI Retno L.P. Marsudi dan
Menko Perekonomian RI Airlang-
ga Hartarto membuka pertemuan
yang dilangsungkan secara hybrid
ini. Pertemuan ini merupakan per-
temuan pertama G20 di bawah
keketuaan Indonesia. Pasca Sherpa
Meeting ini, juga akan dilangsung-
kan Pertemuan Deputy Finance di
Bali pada 9-10 Desember 2021.
Menurut Menlu RI Retno Marsudi,
fokus dari Pertemuan Sherpa per-
tama ini adalah membahas me
ngenai mekanisme kerja ke depan
dan mulai membahas arah pem-
bahasan agenda G20 setahun ke
depan. “Jadi pertemuan ini sangat
penting artinya karena akan set
the tone untuk mekanisme kerja
atau cara kerja dan hasil dari keke
tuaan Indonesia selama satu tahun
briefing mengenai kondisi kese-
hatan dan ekonomi global terkini.
Pelaksanaan pertemuan dilakukan
de
ngan cara memperhatikan pro-
tokol kesehatan secara ketat.
Dalam welcoming remark, Men-
lu RI Retno L.P. Marsudi men-
yampaikan sejumlah hal penting.
Pertama, ekspektasi dunia terha-
dap G20 sangat besar agar dapat
memimpin pemulihan global serta
menghasilkan solusi yang konkret.
“Dari sejak keketuaan Indonesia di
G20, Presiden Jokowi selalu me-
nekankan pentingnya kerja G20
membawa manfaat bagi semua
dari barat ke timur, utara selatan,
kecil dan besar. Kerja G20 harus
down to earth. Dengan demikian,
G20 tidak memiliki alternatif ke
cuali mengambil tanggung jawab
agar dapat menghasilkan deli
verables yang konkret untuk men-
jawab tantangan global, dari pan-
demi, lingkungan, sampai ke isu
pencapaian SDGs,” ujar Menlu.
Selain itu, Menlu RI juga menyam-
paikan bahwa G20 harus menjadi
katalis bagi pemulihan global yang
kuat, inklusif dan sustainable. “In
clusiveness menjadi kunci. Oleh
karena itu, saya sampaikan bahwa
isu inclusiveness ini sangat tereflek-
si dari tema besar keketuaan Indo-
nesia, yaitu recover together, recov
er stronger. Indonesia menekankan
bahwa kemitraan dan mencip-
takan enabling environment sa
ngat penting artinya,” tuturnya.
Selain itu, untuk mem-frame kerja
G20 ke depan, dalam pidato wel
coming remarks ini Menlu kembali
menekankan tiga prioritas Indone-
sia, yaitu membangun arsitektur
kesehatan dunia yang lebih kuat,
transisi energi, dan transformasi dig-
ital. “Saya mengharapkan agar sher-
pa G20 dapat menghasilkan arah
yang jelas, mentransformasikan
tantangan menjadi opportunities,
dan tentunya kemudian semua re-
komendasi ini disampaikan kepada
para pemimpin G20,” pungkasnya.
Pesan tegas Menlu dalam Sherpa
Meeting ini menandai era baru
keterbukaan dan pelibatan nega-
ra-negara pulau kecil sebagai mak-
na inklusivitas, serta adaptasi yang
lebih membumi dan kemanfaatan
yang lebih luas sebagai makna
penting keberadaan G20.[]
Pertemuan pertama Sherpa G20 diselenggarakan pada tanggal
7-8 Desember 2021 di Jakarta. Pertemuan berjalan dengan
lancar dan sukses. Pertemuan ini menjadi pembuka dari seluruh
rangkaian pertemuan Presidensi G20 Indonesia 2022.
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021 Diplomasi 19
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
LENSA
PRESIDEN JOKOWI
TEKEN KEPPRES BARU PANITIA G20
Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menandatangani Keputusan Presi-
den (Keppres) baru tentang panitia nasional penyelenggara presidensi G20.
Berdasarkan Keppres yang diteken oleh Jokowi pada 15 Oktober 2021, ada
sejumlah ketentuan yang diubah dari Keppres sebelumnya. Salah satunya,
Keppres tersebut memberikan perubahan terhadap susunan kepanitiaan.
Posisi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Bin-
sar Pandjaitan ditukar oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD. Aturan itu tertuang dalam
Keputusan Presiden Nomor 18/2021 tentang Perubahan Atas Keputusan
Presiden Nomor 12/2021 tentang Panitia Nasional Penyelenggara Presidensi
G20 Indonesia Tahun 2022. Menko Polhukam berada di susunan pengarah
yang sebelumnya diisi oleh Menko Kemaritiman dan Investasi.
Secara spesifik, Keppres No. 18/2021 ini memuat perubahan ketentuan
dalam pasal-pasalnya dibanding Keppres sebelumnya, yakni Keppres No.
12/2021. Perubahan itu utamanya termaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, dan
Pasal 16, yakni sebagai berikut:
Keppres 18/2021
Pasal 5
(1) Susunan Pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a terdi-
ri atas:
a. Presiden Republik Indonesia;
b. Wakil Presiden Republik Indonesia;
c. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; dan
d. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebu-
dayaan.
(2) Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan
arahan, saran, dan pertimbangan kepada Ketua dalam rangka penye-
lenggaraan rangkaian Presidensi G20 Indonesia.
Pasal 6
(1) Ketua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b terdiri atas:
a. Bidang Sherpa Track;
b. Bidang Finance Track; dan
c. Bidang Dukungan Penyelenggaraan Acara.
(2) Bidang Sherpa Track sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
Ketua I: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
Ketua II: Menteri Luar Negeri;
Wakil Ketua: Wakil Menteri Luar Negeri.
(3) Bidang Finance Track sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ter-
diri atas:
Ketua l: Menteri Keuangan;
Ketua II: Gubernur Bank Indonesia;
Wakil Ketua I: Wakil Menteri Keuangan;
Wakil Ketua II: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.
(4) Bidang Dukungan Penyelenggaraan Acara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
Ketua: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Ketentuan ayat (4) Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 16
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Sherpa Track, Bidang
Finance Track, dan Bidang Dukungan Penyelenggaraan Acara
didukung oleh Sekretariat.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Sekretariat Bidang Sherpa Track dan Finance Track; dan
b. Sekretariat Bidang Dukungan Penyelenggaraan Acara.
(3) Susunan dan keanggotaan Sekretariat Bidang Sherpa Track dan
Finance Track sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri
atas:
Ketua: Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;
Wakil Ketua:
1. Sekretaris Jenderal, Kementerian Keuangan; dan
2.
Staf Ahli Bidang Hubungan Antarlembaga, Kementerian Luar
Negeri;
Anggota:
1. Deputi Bidang Perundang-undangan dan Administrasi Hukum,
Kementerian Sekretariat Negara;
2. Deputi Bidang Perekonomian, Sekretariat Kabinet; dan
3. Kepala Departemen Internasional, Bank Indonesia.
(4) Susunan dan keanggotaan Sekretariat Bidang Dukungan Penye-
lenggaraan Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ter-
diri atas:
Ketua: Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
dan Investasi;
Wakil Ketua:
1. Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara;
2.
Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler, Kementerian Luar
Negeri;
3.
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ke-
menterian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;
4. Sekretaris Jenderal, Kementerian Luar Negeri;
5. Sekretaris Jenderal, Kementerian Komunikasi dan Informatika;
6.
Sekretaris Jenderal, Kementerian Perdagangan; dan
7. Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia;
Anggota:
1. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan;
2.
Direktur Jenderal Perencanaan Pertahanan, Kementerian Per-
tahanan;
3. Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementeri-
an Komunikasi dan Informatika
4. Kepala Badan Pemelihara Keamanan, Kepolisian Negara Repub-
lik Indonesia;
5. Deputi Bidang Intelijen Dalam Negeri, Badan Intelijen Negara;
6. Sekretaris Militer Presiden; dan
7. Sekretaris Daerah Provinsi Bali.
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021
Diplomasi
SOROT
20
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
G20 HARUS JADI CONTOH
ATASI PERUBAHAN IKLIM
Penanganan perubahan iklim
dan lingkungan hidup, hanya bisa
dilakukan dengan bekerja sama
dalam tindakan nyata, bukan saling
menyalahkan. “Indonesia ingin G20
memberikan contoh, Indonesia
ingin G20 mendorong kerja sama
dalam mengatasi perubahan iklim
dan mengelola lingkungan secara
berkelanjutan dengan tindakan
nyata,” kata Presiden Joko Widodo,
dilansir dari kominfo.go.id, ketika
berbicara dalam KTT G20 sesi II
dengan topik perubahan iklim,
energi dan lingkungan hidup di
La Nuvola, Roma, Italia, Minggu
(31/10/2021).
Lebih lanjut Presiden menyampaikan bahwa
G20 harus menjadi katalisator pemulihan hijau
dan memastikan tidak ada satu pihak pun yang
tertinggal. “Penanganan perubahan iklim harus
diletakkan dalam kerangka besar pembangunan
berkelanjutan,” ucap Presiden. Bahkan, pena
nganan perubahan iklim harus bergerak maju
seiring dengan penanganan berbagai tantangan
global lainnya seperti pengentasan kemiskinan
dan pencapaian target SDGs.
“Saya paham, sebagai salah satu pemilik hutan
tropis terbesar di dunia, Indonesia memiliki arti
strategis dalam menangani perubahan iklim.
Posisi strategis tersebut kami gunakan untuk
berkontribusi. Deforestasi di Indonesia dapat
ditekan ke titik terendah dalam 20 tahun terak
hir. Indonesia telah melakukan rehabilitasi 3 juta
hektar critical land pada 2010-2019,” kata Pre
siden.
Target Net Sink Carbon
Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyam-
paikan bahwa Indonesia telah menargetkan Net
Sink Carbon untuk sektor lahan dan hutan se-
lambat-lambatnya tahun 2030 dan “Net Zero”
di tahun 2060 atau lebih cepat. Kawasan Net
Zero mulai dikembangkan termasuk pemba-
ngunan Green Industrial Park di Kalimantan
Utara seluas 13.200 hektar, yang menggunakan
energi baru terbarukan dan menghasilkan green
product.
“Tata kelola yang baik di tingkat global untuk
penerapan carbon pricing perlu segera agar se-
suai dengan tujuan Persetujuan Paris dan mem-
berikan insentif bagi partisipasi swasta de
ngan
memperhatikan kapabilitas dan kondisi tiap
negara. Saat ini Indonesia sedang dalam tahap
akhir penyelesaian regulasi mengenai carbon
pricing untuk mendukung pemenuhan komit-
men target NDCs,” tutur Presiden.
Dalam pidato di depan Sidang Majelis Umum
PBB beberapa waktu lalu, Presiden mengingat-
kan pentingnya mengenai pemberdayaan nega-
ra berkembang untuk melakukan transisi energi
dan mendorong inovasi teknologi untuk mem-
bangun ekonomi dunia yang berkelanjutan.
“Saya ingin berikan perhatian besar terhadap te-
knologi-teknologi yang dapat ditawarkan nega-
ra G20 bagi negara berkembang dalam transisi
energi,” ujar Presiden. Presiden juga menyam-
paikan, pada saat presidensi Indonesia di forum
G20 nanti, Presiden berharap akan terdapat se-
buah platform yang dapat kita tawarkan melalui
kemitraan global dan dukungan pendanaan in-
ternasional bagi transisi energi. “Kita perlu pas-
tikan bahwa transisi ke energi baru terbarukan
berjalan seiringan dengan prinsip energy se
curity, accessibility, and affordability,” kata
Presiden.
Presiden Joko Widodo membahas beberapa isu
politik dunia, antara lain perkembangan di Af-
ghanistan, saat mengadakan pertemuan bilate
ral dengan Presiden Dewan Eropa, Charles Mic
hel, di sela-sela KTT G20 di La Nuvola, Roma, Italia.
Presiden menjelaskan mengenai upaya yang se-
dang dilakukan Indonesia untuk mencoba mem-
bantu Afghanistan. Presiden Michel menilai, se-
bagai negara berpenduduk muslim terbesar di
dunia, Indonesia memiliki pengalaman yang baik
dengan Afghanistan.
Kedua, Presiden juga membahas isu perubahan
iklim dan menyampaikan upaya yang dilakukan
Indonesia dalam hal penurunan deforestasi, ke-
bakaran hutan, dan rehabilitasi mangrove. Pre
siden berpandangan bahwa saat membahas isu
perubahan iklim, semua negara harus bekerja
sama dan tidak saling menyalahkan agar semua
negara memiliki kemampuan melakukan transisi
ekonomi dan transisi energi.
“Teknologi dan investasi menjadi kunci. Hal ini ti-
dak mungkin dilakukan tanpa kerja sama, terma-
suk dengan negara-negara maju,” ungkapnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Presiden mene
gaskan komitmen Indonesia sangat jelas dan
konsisten. Pemenuhan nationally determined
contributions atau NDC Indonesia sudah be-
rada pada jalur yang benar. Pada saat banyak
negara masih terus mengalami kebakaran hutan
yang hebat, kebakaran hutan di Indonesia justru
berkurang 82 persen.
“Deforestasi mengalami angka terendah dalam
20 tahun. Rehabilitasi mangrove akan mencapai
600.000 hektare dalam 3 tahun”, kata Presiden.
Selain itu, Presiden juga membahas mengenai
isu kesehatan, termasuk rencana dunia mem-
bahas Pandemic Treaty. Dalam pembahasan
mengenai isu kesehatan, Indonesia menyam-
paikan kekhawatiran terhadap diskriminasi ter
hadap beberapa jenis vaksin yang dilakukan oleh
Uni Eropa.
Secara singkat, Presiden juga mendorong agar
perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif
antara Indonesia dan Uni Eropa atau IEU-CEPA
dapat segera diselesaikan. Terlebih, perundingan
terkait hal tersebut sudah berlangsung selama
lebih dari lima tahun. “Saya sangat berharap pe-
rundingan Indonesia-EU CEPA dapat kita sele-
saikan. Perundingan ini sudah memakan lebih
dari lima tahun. Dengan karakter produk yang
saling melengkapi, saya yakin CEPA ini akan
membawa manfaat besar bagi kita,” ujar Pre
siden. Turut mendampingi Presiden dalam per-
temuan bilateral tersebut yaitu Menteri Koordi-
nator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.[]
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021 Diplomasi SOROT 21
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
KESEMPATAN INDONESIA
MEMOTORI EKONOMI HIJAU
Green Economy atau
ekonomi hijau adalah suatu
gagasan ekonomi yang ber-
tujuan untuk meningkat-
kan kesejahteraan dan ke-
setaraan sosial masyarakat,
sekaligus mengurangi risiko
kerusakan lingkungan se-
cara signifikan. Ekonomi Hi-
jau ini dapat juga diartikan
perekonomian yang rendah
atau tidak menghasilkan
emisi karbondioksida ter-
hadap lingkungan, hemat
sumber daya alam dan
berkeadilan sosial.
Perbedaan ekonomi hi-
jau dibanding gagasan
ekonomi lainnya adalah pe-
nilaian langsung kepada
modal alami dan jasa eko
logis sebagai nilai ekonomi
dan akuntansi biaya, di
mana biaya yang diwujud-
kan ke masyarakat dapat
ditelusuri kembali dan di-
hitung sebagai kewajiban
serta kesatuan yang ti-
dak membahayakan atau
mengabaikan aset.
Dalam rangka mewujud-
kan ekonomi hijau, pe-
merintah Indonesia telah
bekerja secara progresif
dalam perencanaan inisi-
atif Pembangunan Rendah
Karbon (PRK) sejak inisiatif
tersebut dicetuskan pada
UNFCC COP 23. Inisiatif PRK
bertujuan untuk secara ek-
splisit memasukkan per-
timbangan-pertimbangan
lingkungan, semisal target
pengurangan gas rumah
kaca dan daya dukung ke
dalam kerangka perenca-
naan pembangunan.
Fase 1 inisiatif PRK Indone-
sia telah diadopsi ke dalam
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasio
nal
(RPJMN) 2020-2024. Saat
ini, inisiatif PRK di Indonesia
telah memasuki fase 2, yaitu
fase implementasi.
Mengoptimalkan Presiden
si G20
Dengan jabatan sebagai
presidensi G20 saat ini, In-
donesia punya kesempatan
emas menunjukkan komit-
mennya untuk menjadikan
ekonomi hijau sebagai isu
strategis nasional dan glo
bal.
sebagaiman dikutip dari
https://climateanalytics.org
Isu tentang ekonomi hijau
sendiri sekarang menjadi
isu favorit akibat adanya
kesadaran dari berbagai
negara akan pentingnya
menjaga lingkungan untuk
mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang lebih berke-
lanjutan. Bentuk konkret
dari kesadaran tersebut
tertuang dalam Persetu-
juan Paris, di mana dalam
persetujuan tersebut ratu-
san negara termasuk Indo-
nesia berkomitmen untuk
menahan laju peningkatan
temperatur global di bawah
2 derajat celcius guna men-
gurangi dampak negatif
perubahan iklim dengan
Target net zero emission se-
suai PA adalah “later half of
the 21st century”, tidak mes-
ti 2050.
Pentingnya mewujudkan
ekonomi hijau tersebut,
sebagaimana ditegaskan
Muhamad Rifki Maulana,
Ekonom Bank Indonesia
Kaltim, semata-mata di-
dasari oleh dampak nega-
tif yang akan terjadi di
masa depan apabila kita
tidak memperhatikan isu
lingkungan. Berdasarkan
kajian dari Intergover
mental Panel on Climate
Change (IPCC), adanya ke-
naikan temperatur global
selama 2 derajat celcius per
tahun mampu menurunk-
an hasil perikanan laut per
tahun mencapai 3 juta ton
dan juga penurunan hasil
panen sebesar 7 persen per
tahun.
Tidak hanya itu, kenaikan
temperatur global tersebut
juga berisiko meningkat-
kan kenaikan permukaan
laut dan mempercepat
kepunah
an tanaman, he-
wan hingga terumbu ka-
rang. Banyaknya ancaman
tersebut membuat seber-
apa besar perolehan per-
tumbuhan ekonomi yang
diraih akan menjadi sia-sia
karena alam yang sudah
terlanjur meng
alami keru-
sakan. Langkah nyata ba
nyak negara di dunia dalam
menurunkan tingkat emi
sinya tercermin dari mulai
dialihkannya sumber energi
negara tersebut dari sum-
ber daya alam yang tidak
terbarukan menjadi Energi
Baru Terbarukan (EBT). Bah-
kan untuk merealisasikan
visi tersebut, beberapa ne
gara maju yang tergabung
dalam kelompok G7 (Ame
rika Serikat, Inggris, Kana-
da, Prancis, Jerman, Italia,
dan Jepang) sepakat untuk
menghentikan pendanaan
internasional ke proyek-
proyek yang mengeluarkan
emisi karbon tinggi guna
mencapai target perubah
an iklim pada Perjanjian
Paris.
Ikhtiar Mewujudkan Baur
an Energi
Masalahnya, Indonesia se
ringkali dianggap tidak se-
rius dalam mewujudkan
visi ekonomi hijau tersebut
karena masih tingginya
ketergantungan Indonesia
terhadap SDA yang tidak
terbarukan dalam bauran
energinya. Padahal yang
jarang khalayak ketahui,
Indonesia terus berupaya
untuk mewujudkan bauran
energi yang lebih ramah
lingkungan. Hal tersebut
tecermin dari persentase
EBT di dalam bauran energi
Indonesia yang terus meng
alami peningkatan dari ta-
hun 2015 yang hanya sebe-
sar 4,97 persen, telah tum-
buh mencapai 11,20 persen
pada 2020.
Persentase tersebut diper
kirakan akan terus meng
alami peningkatan dan di-
targetkan mencapai lebih
dari 23 persen di tahun 2025
sejalan dengan berlanjut
nya rencana pembangunan
pembangkit listrik berbasis
EBT dalam beberapa ta-
hun ke depan. Oleh kare-
na itu, guna mendorong
perkembangan EBT na-
sional, maka momentum
besar Indonesia yang dipi-
lih menjadi Presidensi G20
pada 2022 harus diman-
faatkan, terlebih mengingat
melimpahnya potensi EBT
yang belum teroptimalkan
di Indonesia.
Salah satu upaya konkret
nya bisa melalui pem-
buatan skema kerja sama
dengan anggota G20 yang
sudah mumpuni dalam
pengembangan EBT untuk
bersinergi dalam meng
akselerasi pembangunan
pembangkit listrik berbasis
EBT di Indonesia. Perma
salahan yang kerap terjadi
dalam pengembangan EBT
di Indonesia maupun ne
gara berkembang lainnya
seperti terbatasnya investa-
si untuk adaptasi teknologi
EBT kiranya mampu dica
rikan solusi dalam forum
strategis tersebut.
Pada akhirnya, kita semua
berharap pertemuan G20
nanti tidak hanya akan be-
rakhir sebagai forum tahun
an biasa, namun bisa dike-
nang sebagai momentum
besar Indonesia memotori
ekonomi hijau dunia.[]
No. 117 Tahun XIII
15 Desember 2021
Diplomasi
22
MEDIA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
SOROT
Direktorat Pembangunan, Ekonomi, dan Ling
kungan Hidup (PELH) Kemlu RI menyelengga-
rakan rangkaian kegiatan Sosialisasi Presidensi
G20 Indonesia di Bandung pada 26 – 29 Novem-
ber 2021. Pelaksanaan rangkaian kegiatan me
rupakan bagian dari public and media engage
ment, dalam rangka penjaringan dukungan dari
seluruh elemen pemangku kepentingan.
Rangkaian kegiatan tersebut terdiri atas kegiat
an seminar outreach dengan masyarakat Jawa
Barat, khususnya kalangan muda, pada tanggal
27 November 2021, dan media gathering dengan
sejumlah pemimpin redaksi dari media setempat
pada tanggal 28 November 2021. Cukup banyak
catatan dari rangkaian pertemuan dimaksud.
Outreach Seminar
Bertempat di Museum Konferensi Asia Afrika
(MKAA) Bandung, Outreach Seminar secara khu-
sus mengusung bertema “Unlocking G20 Op
portunities”. Seminar ini diselenggarakan dalam
sinergi dengan Direktorat Diplomasi Publik dan
MKAA pada tanggal 27 November 2021. Kegiatan
diselenggarakan secara hybrid dengan protokol
kesehatan, dan dihadiri sekitar 30 mahasiswa
dari Jabar, termasuk dari Unpad, Unpar, Unpas,
Politeknik Negeri, UIN Sunan Gunung Djati, UPI,
Universitas Kristen Maranatha, ST Farmasi Indo-
nesia, dan Politeknik STIA LAN.
Kegiatan dibuka dengan remarks oleh Sekretaris
Ditjen IDP (mewakili Dirjen IDP), menghadirkan
pembicara Sahli Hublem Kemlu, Ekonom dari
INDEF, Direktur PELH, co-chair Indonesia Youth
Diplomacy (IYD), dan tim desainer logo. Ha
dir
mewakili Gubernur Jawa Barat adalah Kepala
Biro Pemerintahan dan Kerja Sama Pemda Jawa
Barat, dan Kepala Museum KAA selaku tuan ru-
mah lokasi kegiatan.
Materi sosialisasi dibagi dalam dua konten uta-
ma. Pertama, sesi substansi, yaitu dalam rangka
raising awareness tentang Presidensi G20 Indo-
nesia. Kedua, sesi testimoni, untuk berbagi best
practices dan lessons learned partisipasi pemu-
da dalam G20, termasuk terkait ekonomi kreatif.
Kegiatan ini diliput oleh media CNBC Indonesia
dan ditayangkan di kanal youtube, sehingga ma-
sih dapat disaksikan setelah acara selesai.
Media Gathering
Kegiatan media gathering dihadiri oleh pemi-
mpin redaksi serta jurnalis dari 6 (enam) media
di Jawa Barat, yaitu dari TVRI, RRI, Antara News,
Pikiran Rakyat FM, Detik.com, dan Ayobandung.
com. Kegiatan ini bertujuan sebagai perkenalan
bagi media lokal mengenai Presidensi G20 In-
donesia, sehingga dalam pemuatan berita tidak
terjadi misinformasi.
Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga dan
Direktur PELH menyampaikan gagasan menge-
nai perlunya amplifikasi komunikasi dan pub
lic engagement kepada publik sehingga dapat
meningkatkan awareness dan sense of owner
ship masyarakat. Disampaikan pula sejumlah
persiapan yang telah dilakukan oleh pemerintah
Indonesia, terutama dalam hal logistik dan per-
siapan protokol kesehatan. Presidensi G20 Indo-
nesia diharapkan memberikan dampak positif
bagi ekonomi Indonesia dan dunia.
Penyelenggaraan media gathering ini bertujuan
agar dukungan media dapat diperoleh sekaligus
sebagai proyeksi pemberitaan yang positif me
ngenai kepemimpinan Indonesia di G20, terma-
suk menangkal berita hoax.
Secara umum, para peserta menyambut baik ini-
siatif pelaksanaan rangkaian kegiatan Sosiali
sasi
Presidensi G20 Indonesia tahun 2022. Para pe-
serta, baik yang hadir dalam outreach seminar
maupun media gathering sangat aktif dalam di-
skusi dan turut memberikan berbagai pandang
an mengenai pelaksanaan Presidensi.
Dalam diskusi informal, perwakilan Pemda Jabar
menyampaikan pesan dari Gubernur Jawa Barat
mengenai kesiapan Jabar untuk mendukung
Presidensi G20 Indonesia, termasuk sebagai lo-
kasi kegiatan, misalnya untuk pertemuan dan
side-events. Pihak Kemlu pun menyampaikan
rencana sejumlah kegiatan di Jabar, terutama
Y20 Summit pada pertengahan 2022.
Perwakilan media-media Jabar menyampaikan
apresiasi atas upaya dialog Kemlu RI, karena ek-
spos tentang G20 di Jabar masih cukup terbatas.
Ditambahkan juga bahwa selama ini belum ada
media engagement dari kementerian atau lem-
baga negara lainnya, termasuk Kominfo RI, me
ngenai Presidensi G20.
Mengingat antusiasme warga dan media di Ja-
bar, di waktu mendatang sangat diperlukan
penjajakan peluang kegiatan serupa di wilayah
Indonesia lain, dalam misi raising awareness
Presidensi G20 Indonesia. Bagaimanapun, mas-
yarakat Indonesia memiliki hak untuk mengeta-
hui posisi dan prestasi kepemimpinan Indonesia
di tingkat dunia saat ini. Kegiatan serupa di tem-
pat lain tentu sangat strategis dalam menjang-
kau langsung masyarakat dan media setempat
mengenai perkembangan pembahasan G20, ter-
masuk mengenai manfaatnya.[]
OUTREACH SEMINAR DAN MEDIA
GATHERING
MENINGKATKAN
PEMAHAMAN
MASYARAKAT
TERHADAP
PRESIDENSI G20
INDONESIA