Dokumen tersebut membahas standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk SMP yang mencakup pengantar, rasional, pengertian, fungsi dan tujuan, ruang lingkup, serta daftar isi standar kompetensi yang akan dibahas."
1. KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI
Mata Pelajaran
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Jakarta, Tahun 2003
2. Katalog dalam Terbitan
Indonesia. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian
dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Hindu SMP, - Jakarta:
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003
iv, 32 hal.
ISBN 979-725-157-8
2
3. KATA PENGANTAR
Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia mengalami
perkembangan dan perubahan secara terus menerus sebagai akumulasi
respon terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini serta
pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni dan budaya. Hal ini menuntut perlunya perbaikan sistem
pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum.
Penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan mengacu pada Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah yang terkait yang mengamanatkan tentang adanya standar nasional
pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan
serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah.
Upaya penyempurnaan kurikulum ini guna mewujudkan peningkatan mutu
dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup
pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral,
akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya.
Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan
pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian
kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan
berhasil dalam kehidupan. Kurikulum ini dikembangkan lebih lanjut sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan daerah dan sekolah.
Dokumen kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar Kurikulum 2004, Standar
Bahan Kajian dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran yang disusun untuk
masing-masing mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan.
Dokumen ini adalah Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Hindu untuk satuan pendidikan SMP.
Dengan diterbitkan dokumen ini maka diharapkan daerah dan sekolah dapat
menggunakannya sebagai acuan dalam pengembangan perencanaan
pembelajaran di sekolah masing-masing.
Jakarta, Oktober 2003
Direktur Jendral Kepala Badan Penelitian
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Pengembangan
Dr. Ir. Indra Jati Sidi Dr. Boediono
NIP. 130672115 NIP. 130344755
3
4. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................. 4
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 5
A. Rasional ......................................................................................... 5
B. Pengertian ..................................................................................... 8
C. Fungsi dan Tujuan ........................................................................ 8
D. Ruang Lingkup ............................................................................. 9
E Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ...................................... 9
F Standar Kompetensi Bahan Kajian .............................................
. 10
G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran ............................................ 11
H. Rambu-rambu ............................................................................... 11
II. KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR, DAN MATERI POKOK ...... 16
Kelas VII ................................................................................................ 16
Kelas VIII .............................................................................................. 23
Kelas IX .................................................................................................... 27
4
5. 1 PENDAHULUAN
Dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir
semua aspek dan perkembangan paradigma baru dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Di awal melinium ketiga ini telah
dikembangkan kurikulum pendidikan agama Hindu SMP secara Nasional,
yaitu kurikulum yang ditandai dengan cici-ciri antara lain:
1. Lebih menitik beratkan pencapaian target kompetensi (attaiment targets)
dari pada penguasaan materi;
2. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia;
3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan
di lapangan yang mengembangkan dan yang melaksanakan program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Walaupun Kurikulum Nasional ini lebih global dibandingkan Kurikulum
1994, model ini diharapkan lebih membantu Guru karena dilengkapi dengan
pencapaian target yang jelas, materi standar, indikator, dan prosedur
pelaksanaan pembelajaran. Meskipun demikian, keadaan sumber daya
pendidikan di Indonesia sangat memungkinkan munculnya keragaman
pemahaman terhadap standar Nasional, yang dampaknya akan
mempengaruhi pencapaian standar Nasional, Kompetensi Dasar yang telah
ditetapkan, untuk itu perlu adanya penjabaran tentang Kurikulum yang
berbasis Kompetensi Dasar yang diharapkan dapat lebih menjamin tercapainya
Kompetensi Dasar Nasional mata pelajaran pendidikan agama Hindu.
A. Rasional
Dalam perjalanan sejarah kehidupan dan peradaban manusia di awal
melinium ketiga ini telah terjadi perubahan-perubahan dipelbagai bidang
dan dimensi. Merespon penomena itu, manusia terpacu untuk
mengembangkan pendidikan dalam ilmu-ilmu sosial, ilmu alam, ilmu
pasti, maupun ilmu-ilmu terapan Masyarakat telah sampai pada era
5
6. Pendidikan Agama Hindu
modern tertinggi, sangat maju dalam atribut kehidupan duniawi. Dengan
munculnya sejumlah krisis kehidupan berbangsa dan bernegara yang
meliputi politik, ekonomi, sosial, hukum, etnis, agama, golongan dan
ras, perilaku menyimpang, belakangan ini dipertanyakan peranan dan
efektifitas pendidikan agama di sekolah sebagai pemberi nilai acuan
tertinggi secara spiritual terhadap kesejahteraan nasional. Dengan asumsi
ini jika pendidikan agama dilakukan dengan baik, maka kerjasama dan
toleransi dalam masyarakatpun akan lebih baik.
Namun kenyataannya seolah-olah pendidikan agama tidak banyak
memberikan kontribusi terhadap pembekalan peserta didik hingga
periode reformasi ini. Ternyata setelah ditelusuri pendidikan agama
menghadapai persoalan dari berbagai sisi, antara lain: waktu yang
disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu
padat dan memang penting yakni menuntut pemantapan pengetahuan
hingga terbentuk watak dan kepribadian agama yang berbeda jauh
dengan tuntutan mata pelajaran lainnya.
Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab munculnya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada pendidikan agama
di sekolah-sekolah sebab pendidikan agama di sekolah bukanlah satu-
satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan
kepribadian siswa. Banyak faktor-faktor instrumental yang ikut
menentukan tetapi perlu diakui bahwa selain keberhasilan dalam
memberikan kontribusinya dalam meningkatkan ketaatan menjalankan
agamanya, pada aspek hubungan vertikal dengan Tuhan, dalam
pelaksanaan pendidikan agama masih terdapat kelemahan-kelemahan
yang mendorong dilakukannya penyempurnaan terus menerus.
Kelemahan lain, materi pendidikan agama Hindu, termasuk bahan ajar
susila lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim
dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik),
sehingga peranan humanistis dari susila tidak banyak teralisasi.
Pelaksanaan pendidikan agama di sekolah juga menghadapi kendala
kurangnya keikutsertaan Guru mata pelajaran lain dalam memberi
motivasi peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai pendidikan
agama dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu persoalan lain yang
dihadapai adalah lemahnya sumber daya pendidikan seperti kurangnya
6
7. Pendahuluan
kemampuan guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang
lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan,
rendahnya sambutan orang tua siswa yang kurang mendukung
pendidikan agama peserta didik.
Dari kronologi Kurikulum 1975, 1984, 1994, target yang harus dicapai
‘attaiment targets’ dicantumkan dalam tujuan pembelajaran umum. Hal
ini kurang memberi acuan standar yang jelas tentang kemampuan yang
harus dikembangkan pada peserta didik dan hasil belajar yang diinginkan
atas dasar teori dan prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum yang telah
lama dipraktekkan di berbagai mancanegara seperti: Singapura, Australia,
Inggris dan Amerika; juga didorong oleh harus reformasi, visi, misi,
dan paradigma baru pendidikan agama Hindu, maka penyusunan
Kurikulum agama Hindupun dilakukan dengan berbasis kemampuan
dasar (basic competencies).
Sejalan dengan itu, terlihat pula realisasi bahwa Kurikulum pendidikan
agama tahun 1994 lebih menekankan materi standar, lebih bersifat
memaksakan target bahan ajar sehingga tingkat kemampuan peserta
didik terabaikan.
Hal ini kurang sesuai dengan prinsip pendidikan yang menekankan
pengembangan peserta didik lewat fenomena bakat, minat, serta
dukungan sumber daya lingkungan dan lain-lain.
Kurikulum pendidikan agama Hindu tahun 1994, walaupun telah
mempertimbangkan kemampuan efektif dan psikomotorik dalam
rumusan tujuan pembelajaran, dalam implementasinya dirasakan masih
terasa lebih didominasi pencapaian kognitif. Selain itu Kurikulum 1994
juga dirasakan kurang mengakomodasi keragaman kebutuhan daerah.
Walaupun secara nasional kebutuhan keragaman siswa pada dasarnya
tidak berbeda. Dengan mempertimbangkan ini maka disusun Kurikulum
nasional pendidikan agama Hindu yang berbasis pada kompetensi dasar
(basic competencies) yang mencerminkan kebutuhan keragaman
kompetensi siswa secara nasional. Standar ini diharapkan dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan Kurikulum
pendidikan agama Hindu sesuai dengan kebutuhan daerah/sekolah.
7
8. Pendidikan Agama Hindu
B. Pengertian
Pendidikan agama Hindu adalah upaya sadar dan terencana, menyiapkan
peserta didik dalam mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,
bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Hindu
dari sumber utamanya kitab suci: Sruti, Smerti, Sila, Acara dan Atmanastusti.
Pendidikan agama Hindu diarahkan untuk membangun kualitas mental
pribadi siswa agar memiliki visi yang jelas, wawasan dan pengetahuan
yang kontekstual, tujuan hidup yang jelas, komitmen terhadap nilai-
nilai dan prinsip-prinsip hidup secara harmonis dan kreatif dalam
masyarakat yang pluralistic, kepedulian terhadap lingkungan, dan
berkarya sesuai dengan swadharmanya. Kualitas mental tersebut menjadi
penentu arah, penghela, motivator dan fasilitator dalam pengembangan
swadharma hidupnya.
Pendidikan agama Hindu diharapkan dapat membangun kesadaran akan
persoalan bukan saja hidup sesudah mati tetapi juga apa harus diperbuat
selama hidup didunia ini. Kesadaran dibangun meningkat mulai dari
kesadaran (a) hidup untuk mencari makan, (b) hidup untuk
mendapatkan rasa aman, (c) hidup untuk diterima oleh masyarakat,
(d) hidup untuk mendapatkan status kehormatan, (e) hidup untuk
menemukan makna hidup, dan (f) hidup untuk tidak hidup kembali
(baca lahir kembali) sesuai dengan tingkatan kehidupannya.
C. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Pendidikan Agama Hindu berfungsi untuk:
a. Penanaman nilai-nilai ajaran Agama Hindu yang dapat
dijadikan pedoman hidup dalam mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup (Moksartham Jagadhita);
b. Pengembangan Sradha dan Bhakti kehadapan Hyang Widhi
(Brahman);
c. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
sistem, dan fungsinya;
8
9. Pendahuluan
d. Penyiapan kemampuan sikap mental siswa yang ingin
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi;
e. Mempersiapkan kematangan dan daya resistensi siswa dalam
mengadaptasi diri terhadap lingkungan fisik dan sosial.
f. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan dan pengamalan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari
g. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif yang diakibatkan
oleh pergaulan dunia luar
2. Tujuan
Pendidikan Agama Hindu bertujuan untuk menumbuhkembangkan
dan meningkatkan Sraddha (iman) dan Bhakti (ketaquaan) siswa
kehadapan Brahman melalui pelatihan penghayatan dan pengamalan
ajaran Agama Hindu, sehingga menjadi insan Hindu yang darmika
dan mampu mewujudkan cita-cita luhur Moksartham Jagadhita.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pendidikan Agama Hindu meliputi Sradha, Susila,
Yadnya, Kitab suci, Orang suci, Tempat Suci, Hari Suci, Kepemimpinan,
Alam semesta, Budaya, dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu.
E. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan untuk belajar
sepanjang hayat sebagai akumulasi kemampuan setelah seseorang
mempelajari berbagai kompetensi dasar yang dirumuskan setiap mata
pelajaran.
Kompetensi Lintas Kurikulum tersebut dirumuskan menjadi sembilan
kompetensi sehingga siswa mampu:
1. Memiliki keyakinan, mempunyai hak, menjalankan kewajiban dan
berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya, serta menyadari
bahwa setiap orang perlu saling menghargai dan merasa aman.
9
10. Pendidikan Agama Hindu
2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan
mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi
dengan orang lain.
3. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep dan teknik-
teknik numerik dan spasial, serta mampu mencari dan menyusun
pola, struktur, dan hubungan.
4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang
diperlukan dari berbagai sumber serta menilai kebermanfaatannya.
5. Memahami dan menghargai dunia fisik, makhluk hidup, dan
teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.
6. Memahami konteks budaya, geografi, dan sejarah, serta memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif
dalam kehidupan, serta berinteraksi dan berkontribusi dalam
masyarakat dan budaya global.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan kreatif di lingkungan untuk saling
menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan
nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju
masyarakat beradab.
8. Menunjukkan kemampuan berpikir konsekuen, berpikir lateral,
berpikir kritis, memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap
untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
9. Menunjukkan motivasi dan percaya diri dalam belajar, mampu
bekerja mandiri, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
F. Standar Kompetensi Bahan Kajian
Siswa beriman dan bertaqua kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak
mulia/berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; memahami, menghayati ajaran
agamanya serta mampu menghormati agama lain dalam kerangka
kerukunan antar umat beragama.
Dalam landasan hukum Hindu seperti Sruti, Smerti, Sila, Acara dan
Atmanastusti; siswa memiliki Sradha dan Bhakti kepada Brahman
berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam perilaku
10
11. Pendahuluan
sehari-hari dalam hubungannya dengan Tuhan, Sesama manusia dan
Alam sekitar; mampu membaca dan memahami Weda mampu beryadnya
dan berkarma dengan baik dan benar; serta mampu menjaga kerukunan
intern dan antar umat bergama.
G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
1. Memahami, menghayati dan mengamalkan Sradha Agama Hindu
sebagai cikal bakal pengembangan konsep-konsep ajaran lainnya;
2. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Susila Agama
Hindu dalam kehidupan nyata;
3. Memahami, menghayati dan mengaplikasikan konsep-konsep
Yadnya dalam kehidupan nyata;
4. Memahami, menghayati dan mengamalkan Kitab Suci Weda;
5. Mengenal, meyakini dan mendalami sejarah dan ajaran Orang Suci:
6. Mengenal esensi, fungsi dan pelestarian Tempat Suci;
7. Mengenal Hari-Hari Suci keagamaan serta memanfaatkannya
untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti kepada Hyang Widhi
(Brahman) cintakasih terhadap sesama, dan harmonis dengan
alam lingkungan;
8. Memahami, menghayati, mengamalkan, serta membudayakan
Konsep Kepemimpinan dalam berbagai ilmu kehidupan dalam
menjalankan swadarma masing-masing;
9. Mengenal hakekat alam semesta beserta berbagai basis dari
kesadaran hidup didalam menunaikan swadarma;
10. Memahami, menghayati dan memanfaatkan budaya untuk
menyuburkan semangat relegiositas;
11. Mendalami sejarah perkembangan Agama Hindu sebagai refleksi
untuk kehidupan mendatang.
H. Rambu-rambu
1. Pendekatan pembelajaran
Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu menggunakan pola
pendekatan terpadu, demokratis, humanistis, fungsional, dan
11
12. Pendidikan Agama Hindu
kontekstual sesuai dengan dinamika perkembangan berbangsa dan
bernegara serta tuntutan masyarakat modern yang pluralistik dan
turbelent.
Pendidikan Agama Hindu agar lebih fungsional dan bermakna bagi
siswa maka strategi pembelajaran yang digunakan meliputi lima
dimensi pendekatan yaitu:
• Pendekatan dengan dimensi Konsekuensial yaitu pola
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada peranan dan
fungsi Agama Hindu sebagai sumber motivator dan sumber
inspirasi dalam berperilaku keseharian sesuai dengan
swadharma siswa sebagai anak bangsa. Siswa dilatih dan
dibiasakan mempraktekkan dan merasakan manfaat pengamalan
ajaran Agama Hindu dalam kehidupan nyata seperti berperilaku
jujur, sopan dan santun, tertib, taat waktu, bersih, tekun, sabar,
bersemangat, tolong menolong, berdana punia, kebajikan,
kedamaian, tanpa kekerasan, kemurahan hati, kemandirian, rasa
percaya diri, tekad kerja keras, suka pada tantangan, kreatif,
bugar dan energik, berinisiatif tinggi berlandaskan pada Dharma.
• Pendekatan dengan dimensi Imperensial yaitu pola pendekatan
pembelajaran menyangkut penumbuhan dan pengembangan
intensitas perasaan-perasaan dan pengalaman religius siswa
dalam bentuk upaya-upaya menghadirkan Tuhan dalam
kesadaran siswa disetiap saat dan disetiap tempat. Siswa dilatih
untuk merasakan Tuhan Maha Ada, Maha Mengetahui, Maha
Kuasa, dan Maha Pencipta. Dengan demikian siswa terlatih
berbuat jujur, tidak sombong, tidak rendah diri, tidak cemas,
dan berkeyakinan Tuhan memberi perlindungan pada dirinya.
Dimata siswa Tuhan tidak dihadirkan hanya dalam momen-
momen eksklusif saja seperti pada saat ada upacara-upacara
keagamaan di Pura, melainkan terus menerus dalam setiap
langkah kehidupan.
• Pendekatan dengan dimensi Ideologis yaitu pendekatan
pembelajaran yang berkaitan dengan tingkat keyakinan siswa pada
kebenaran Ajaran Agama Hindu. Siswa dibangun kesadarannya
agar menghayati Panca Sradha yaitu keyakinan terhadap adanya
Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbhawa, dan Moksa.
12
13. Pendahuluan
• Pendekatan dengan dimensi Ritualistik yaitu pola pendekatan
pembelajaran yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan siswa
dalam menjalankan ritual-ritual Agama Hindu. Siswa dilatih
untuk menjalankan ritual Puja Tri Sandya setiap hari dan aktif
mengikuti kegiatan upacara keagamaan pada setiap Purnama
Tilem, Hari Raya Galungan, Kuningan, Nyepi, Pagerwesi,
Siwaratri, dan hari piodalan lainnya.
• Pendekatan dengan dimensi Intelektual yaitu pola pendekatan
pembelajaran yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan
pemahaman siswa mengenai ajaran-ajaran Agama Hindu
berkaitan dengan Sradha, Susila, Yadnya, Kitab suci, Orang suci,
Tempat Suci, Hari Suci, Kepemimpinan, Alam semesta, Budaya,
dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu.
2. Penilaiaan
Penilaiaan adalah suatu usaha untuk memperoleh informasi secara
berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil
pengembangan kompetensi dasar, sikap atau prilaku serta pengetahuan
yang telah dicapai oleh siswa dalam pendidikan agama Hindu
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara
sistimatik dan berkesinambungan dengan aspek yang dinilai,
sehingga pada akhirnya muncul informasi yang bermakna dalam
mengambil keputusan. Tujuan dari penilaian proses dan hasil belajar
siswa adalah untuk menentukan tingkat ketercapaian kompetensi
dasar yang diharapkan. Penilaian juga dapat dijadikan acuan bagi
perbaikan dan penyempurnaan PBM dan output pembelajaran
Pendidikan Agama Hindu.
Penilaian hasil belajar siswa untuk pendidikan agama Hindu
mencakup ketiga tujuan pembelajaran yakni kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dengan pendekatan dialogis partisipatif maka hasil
belajar lebih berorientasi pada perubahan sikap, pertumbuhan
perilaku siswa ke arah yang baik dan benar menurut ajaran agama
Hindu dengan memperhitungkan kemampuan siswa memahami
pengetahuan agama Hindu dengan benar.
13
14. Pendidikan Agama Hindu
Penilaian hasil belajar pendidikan agama Hindu adalah pencapaian
pembiasaan hidup beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dengan tujuan untuk peningkatan Sradha (iman) dan bhakti
(ketaqwaan) dari peserta didik kehadapan Brahman melalui
pemberian, pemupukan, penghayatan dan pengamalan ajaran agama
sehingga menjadi insan Hindu yang darmika dan mampu
mewujudkan cita-cita luhur Moksartham Jhagadhita.
3. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
Pendidikan agama di era modern perlu didukung inovasi-inovasi
baru seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi. Inovasi-inovasi tersebut erat kaitannya dengan kreativitas
guru dalam memahami substansi agama yang permanen dan sub
informasi yang selalu berubah. Kedua hal tersebut saling terkait
dan guru dituntut untuk mampu menjelaskan kepada siswa secara
terpadu.
Fasilitas yang dapat mendukung ke era itu perlu diupayakan
misalnya komputer yang dilengkapi dengan akses internet, kliping-
kliping, artikel-artikel koran dan majalah yang topik-topiknya
berkaitan dengan masalah-masalah agama dan kemodernan.
Demikian pula fasilitas-fasilitas teknologi lain yang dapat
dipergunakan untuk keperluan serupa, antara lain: televisi, radio,
vidio, OHP, slide dan media lainnya sesuai dengan kondisi dan
kemampuan masing-masing sekolah.
4. Kompetensi Persatuan Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama
Kelas VII:
Memahami konsep Asta Iswara, mengenal ajaran tentang atma,
memahami karma phala, memahami ajaran phunarbhawa,
mengetahui konsep ajaran moksa, memahami konsep pemimpin
dan kepemimpinan, mengetahui syair-syair dharma gita (lirik),
mengetahui makna tari keagamaan, mengetahui klasifikasi waktu
hari suci keagamaan, memahami konsep Tri Kaya Parisudha,
memahami konsep Catur Guru, mamahami ajaran Tri Hita Karana,
14
15. Pendahuluan
memahami syarat-syarat yang harus dipenuhi membangun tempat
suci, mengetahui pengelompokan tempat suci sesuai dengan
wilayah, fungsi dan sebagainya, mengetahui kedudukan orang suci
dalam kehidupan keagamaan, mengetahui pengertian fungsi dan
sifat-sifat weda;
Kelas VIII:
Memahami konsep nawa dewata, memahami konsep jiwatman,
mengetahui tiga jenis Karma Phala, mamahami konsep Punarbhawa,
memahami jenis-jenis Moksa, memahami Bhuana Agung dan
Bhuana Alit, memahami kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia,
memahami kedudukan dan syarat-syarat pemimpin, memahami
sumber hukum yadnya, memahami konsep yadnya dan Yama dan
Nyama Bratha, memahami konsep Catur Marga;
Kelas IX:
Memahami konsep Purusa dan Prakerti, memahami konsep Tri
Sarira, memahami konsep Subha dan Asubha Karma, mengetahui
cara-cara mengakhiri Punarbhawa, memahami hambatan mencapai
moksa, mengetahui konsep Bhuana Agung dan Bhuana Alit,
mengatahui puncak dan kejayaan agama Hindu di Indonesia,
memahami jenis-jenis Dharmagita sebagai kidung suci keagamaan,
memahami jenis-jenis tari keagamaan, memahami jenis-jenis
yadnya, memahami konsep Sapta Timira, memahami konsep Sad
Atatayi, memahami konsep Sad Ripu.
15
16. 2 KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR, DAN
MATERI POKOK
Kelas : VII
Aspek : Sradha
Sub Aspek : Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbhawa, Moksa
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan mengamalkan Sradha
Agama Hindu sebagai cikal bakal pengembangan
konsep-konsep ajaran lainnya;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami konsep Asta • Dapat menuliskan • Pengertian Asta
Iswara (delapan sifat kembali pengertian Iswarya.
Kemahakuasaan Tuhan). Asta Iswarya. • Bagian-bagian Asta
• Dapat menguraikan Iswarya.
bagian-bagian Asta • Contoh-contoh
Iswarya. pembanding delapan
• Dapat menemukan sifat kemahakuasaan
contoh-contoh Tuhan (Asta Iswarya).
pembanding delapan
sifat kemahakuasaan
Tuhan (Asta Iswarya).
Memahami ajaran tentang • Dapat menguraikan • Pengertian Atman.
Atman sebagai kekuatan pengertian Atman. • Sifat-sifat Atman.
hidup pada setiap • Dapat menguraikan • Atman sebagai
manusia/makhluk hidup. sifat-sifat Atman yang pemberi hidup
sama dengan sifat-sifat terhadap badan wadag.
Brahman. • Contoh-contoh
• Dapat menunjukkan perbandingan tentang
contoh-contoh sifat-sifat Atman.
perbandingan tentang
sifat-sifat Atman.
• Dapat menunjukkan
Atman sebagai
pemberi hidup.
16
17. Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami Karma Phala • Dapat menjelaskan • Karma Phala sebagai
sebagai hukum yang Karma Phala sebagai hukum yang berlaku
berlaku secara universal. hukum universal. bagi semua orang.
• Dapat menunjukkan • Contoh-contoh
contoh-contoh pembanding tentang
perbandingan tentang hakekat hukum karma
hakekat hukum karma yang universal dan
yang universal dan sebab akibat.
sebab akibat.
Memahami konsep • Dapat menguraikan • Pengertian Punarbawa.
Punarbawa sebagai pengertian Punarbawa. • Sebab-sebab terjadinya
kesempatan yang utama • Dapat mengidentifikasi Punarbawa.
untuk memperbaiki diri. sebab-sebab terjadinya • Contoh ilustrasi
Punarbawa. tentang terjadinya
• Dapat menunjukkan Punarbawa.
contoh ilustrasi tentang • Punarbawa sebagai
terjadinya Punarbawa. kesempatan utama
• Dapat menjelaskan untuk meningkatkan
bahwa Punarbhawa diri.
sebagai kesempatan • Contoh ilustrasi
yang baik untuk tentang Punarbawa
memperbaiki kualitas sebagai kesempatan
diri. untuk memperbaiki
• Dapat menunjukkan diri.
contoh ilustrasi tentang
Punarbhawa sebagai
kesempatan untuk
memperbaiki diri.
Memahami konsep Moksa • Dapat menjelaskan • Konsep Moksa sebagai
sebagai tujuan akhir pengertian Moksa. tujuan akhir.
Agama Hindu. • Dapat menguraikan • Perbedaan
Moksa sebagai tujuan Moksa,sorga dan
akhir. neraka.
• Dapat membedakan • Cara-cara mencapai
pengertian antara Moksa.
Moksa, sorga dan
neraka.
• Dapat mengidentifikasi
cara-cara mencapai
Moksa.
17
18. Pendidikan Agama Hindu
Aspek : Kepemimpinan
Sub Aspek : Kepemimpinan dan Pemimpin
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, mengamalkan, serta
membudayakan Konsep Kepemimpinan dalam
berbagai ilmu kehidupan dalam menjalankan
swadarma masing-masing;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami Konsep • Dapat menjelaskan • Pengertian pemimpin.
Kepemimpinan serta pengertian pemimpin. • Pengertian
contoh pemimpin Hindu. • Dapat menjelaskan kepemimpinan.
konsep kepemimpinan. • Contoh-contoh
• Dapat menyebutkan pemimpin di kalangan
contoh pemimpin Hindu.
dikalangan Hindu. • Contoh-contoh
• Dapat menemukan kepemimpinan dalam
tipe-tipe Itiasa, Purana, dsb.
kepemimpinan dalam
Itiasa dan Purana.
• Dapat
mengklasifikasikan
karakter tokoh-tokoh
pemimpin dalam
Mahabarata dan
Ramayana.
• Dapat meneladani
sifat-sifat pemimpin
yang baik.
Aspek : Budaya
Sub Aspek : Dharmagita dan Tari Keagamaan
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan memanfaatkan budaya
untuk menyuburkan semangat relegiositas;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Mendemonstrasikan Syair- • Dapat menguraikan • Pengertian syair
Syair Dharmagita. pengertian syair-syair Dharmagita
Dharmagita (lirik). • Tujuan yang ingin
• Dapat menjelaskan dicapai lewat syair
tujuan dari syair (lirik) tersebut.
Dharmagita.
18
19. Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
• Dapat melagukan • Dampak dari adanya
syair-syair Dharmagita. Dharmagita.
• Dapat menjelaskan • Lirik syair-syair
dampak dari adanya Dharmagita.
Dharmagita
Memahami makna tari • Dapat menjelaskan • Makna tari
sakral keagamaan Hindu. makna tari keagamaan. keagamaan.
• Dapat menguraikan • Tujuan tari
tujuan tari keagamaan. keagamaan.
• Dapat menguraikan • Dampak dari adanya
dampak dari adanya tari keagamaan.
tari keagamaan.
Aspek : Hari Suci
Sub Aspek : Klasifikasi waktu pelaksanaan Hari Suci Hindu
Standar Kompetensi : Mengenal Hari-Hari Suci keagamaan serta
memanfaatkannya untuk meningkatkan Sradha dan
Bhakti kepada Hyang Widhi (Brahman) cintakasih
terhadap sesama, dan harmonis dengan alam
lingkungan;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Mengklasifikasi waktu • Dapat mengklasifikasi • Hari Suci Agama
pelaksanaan hari suci waktu pelaksanaan Hindu berdasarkan
keagamaan Hindu. kegiatan hari suci Sasih.
agama Hindu • Hari Suci Agama
berdasarkan sasih. Hindu berdasarkan
• Dapat mengklasifikasi Wuku.
waktu kegiatan • Esensi waktu
pelaksanaan hari suci pelaksanaan hari suci
berdasarkan wuku. Agama Hindu.
• Dapat • Peranan Umat dalam
mendeskripsikan pelaksanaan hari suci
esensi pemilihan Agama Hindu.
waktu pelaksanaan
hari suci.
• Dapat berperan aktif
dalam pelaksanaan
hari suci.
19
20. Pendidikan Agama Hindu
Aspek : Susila
Sub Aspek : Tri Kaya Parisudha, Catur Guru dan Tri Hita Karana
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Susila Agama Hindu dalam kehidupan nyata;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Menilai ajaran Tri Kaya • Dapat membedakan • Makna bagian-bagian
Parisudha. pikiran baik dan Tri Kaya Parisudha.
pikiran buruk. • Arah dan tujuan
• Dapat membedakan ajaran Tri Kaya
perkataan baik dan Parisudha.
perkataan buruk.
• Dapat membedakan
perbuatan baik dan
perbuatan buruk.
• Dapat mengaplikasikan
pelaksanaan Tri Kaya
Parisuda dalam
kehidupan.
• Dapat menampilkan
pelaksanan Tri Kaya
Parisuda.
Menilai konsep Catur • Dapat membedakan • Makna bagian-bagian
Guru. bagian-bagian dari Catur Guru.
Catur Guru. • Bentuk-bentuk
• Dapat melaksanakan prilaku sebagai
ajaran Catur Guru penghormatan Catur
Bhakti. Guru.
• Dapat menjelaskan • Pelaksanaan ajaran
makna bagian-bagian Catur Guru Bhakti.
dari Catur Guru.
• Dapat menunjukan
bentuk-bentuk prilaku
sebagai penghormatan
kepada Catur Guru.
Mendeskripsikan ajaran • Dapat menjelaskan • Pengertian ajaran Tri
Tri Hita Karana. pengertian Tri Hita Hita Karana.
Karana. • Makna bagian-bagian
• Dapat mendeskripsikan Tri Hita Karana.
bagian-bagian ajaran • Arti penting dari ajaran
Tri Hita Karana. Tri Hita Karana.
20
21. Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
• Dapat menguraikan • Makna ajaran Tri Hita
arti penting ajaran Tri Karana.
Hita karana.
• Dapat menjelaskan
makna ajaran Tri Hita
Karana.
Aspek : Tempat Suci
Sub Aspek : Pengelompokan tempat suci
Standar Kompetensi : Mengenal esensi, fungsi dan pelestarian Tempat Suci;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Mendeskripsikan syarat- • Dapat • Syarat-syarat tempat
syarat yang harus mendeskripsikan suci.
dipenuhi dalam syarat-syarat yang • Pengelompokkan
membangun tempat suci, harus dipenuhi dalam tempat suci.
esensi dan Ista Dewata membangun tempat • Esensi dari masing-
masing tempat suci. suci. masing kelompok
• Dapat mengidentifikasi tempat suci.
pengelompokan • Ista Dewata dari
tempat suci masing-masing
berdasarkan sifat kelompok.
wilayah teritorial • Kesucian tempat Suci.
fungsi dsb.
• Dapat mengidentifikasi
esensi dari masing-
masing kelompok
tempat suci.
• Dapat membedakan
Ista Dewata dari
masing-masing
kelompok tempat suci.
• Dapat menjaga
kesucian tempat suci.
21
22. Pendidikan Agama Hindu
Aspek : Orang Suci
Sub Aspek : Kedudukan dan syarat-syarat orang Suci
Standar Kompetensi : Mengenal, meyakini dan mendalami sejarah dan
ajaran Orang Suci;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami syarat-syarat • Dapat menguraikan • Kedudukan orang
dan kedudukan Orang kedudukan orang suci suci.
Suci dalam Kehidupan dalam kehidupan • Syarat-syarat orang
Keagamaan Hindu. keagamaan. Suci.
• Dapat mengidentifikasi
syarat-syarat menjadi
orang suci.
• Dapat menyimpulkan
konsekwensi bila orang
suci tidak
melaksanakan
tugasnya.
Aspek : Kitab Suci
Sub Aspek : Fungsi dan sifat-sifat Weda
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan mengamalkan Kitab
Suci Weda;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami pengertian, • Dapat menjelaskan • Pengertian Weda.
fungsi dan sifat-sifat pengertian Weda. • Fungsi Weda.
Weda. • Dapat mengidentifikasi • Sifat-sifat Weda.
fungsi Weda.
• Dapat mendeskripsikan
sifat-sifat Weda.
22
23. Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
Kelas : VIII
Aspek : Sradha
Sub Aspek : Brahman, Atman, Karmaphala, Punarbhawa, dan
Moksa
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan mengamalkan Sradha
Agama Hindu sebagai cikal bakal pengembangan
konsep-konsep ajaran lainnya;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami konsep Nawa • Dapat menjelaskan • Pengertian Nawa
Dewata. pengertian Nawa Dewata.
Dewata. • Bagian-bagian Nawa
• Dapat mengidentifikasi Dewata.
bagian-bagian Nawa • Atribut-atribut Nawa
Dewata. Dewata.
• Dapat menggambarkan • Kaitan Nawa Dewata
atribut-atribut Nawa dalam pemantapan
Dewata. Sradha dan Bhakti.
• Dapat meyakini Nawa
Dewata dan dapat
memantapkan Sradha
dan Bhakti.
Memahami konsep • Dapat menjelaskan • Pengertian Jiwatma.
Jiwatma. pengertian Jiwatma. • Sumber Jiwatma.
• Dapat mendiskripsikan • Fungsi Jiwatma.
sumber Jiwatma. • Korelasi Jiwatma
• Dapat menguraikan dengan badan wadag.
Jiwatma.
• Dapat menguraikan
korelasi Jiwatma
dengan badan wadag.
Menyebutkan tiga jenis • Dapat mengidentifikasi • Jenis-jenis Karma
Karma Phala. jenis-jenis Karma Phala.
Phala. • Pengaruh Karma
• Dapat mengkaitkan dalam kehidupan.
pengaruh karma dalam • Karma sebagai hukum
kehidupan. sebab akibat.
• Dapat mendeskripsikan
karma sebagai hukum
sebab akibat.
23
24. Pendidikan Agama Hindu
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Menerapkan konsep • Dapat menilai asubha • Asubha Karma
Punarbhawa. karma sebagai kaitannya dengan
penyebab Punarbhawa.
Punarbhawa. • Proses terjadinya
• Dapat menjelaskan Punarbhawa.
proses terjadinya • Punarbhawa untuk
Punarbhawa. memperbaiki kualitas
• Dapat kehidupan.
mengilustrasikan
Punarbhawa untuk
memperbaiki kualitas
karma.
Menyebutkan jenis-jenis • Dapat • Jenis-jenis Moksa.
Moksa. mengidentifikasi jenis- • Ciri-ciri pencapaian
jenis Moksa. Moksa.
• Dapat menyusun/ • Tingkatan-tingkatan
mengurutkan Moksa.
tingkatan-tingkatan
Moksa.
• Dapat
mengidentifikasi ciri
masing-masing
tingkatan pencapaian
Moksa.
Aspek : Alam Semesta
Sub Aspek : Bhuana Agung dan Bhuana Alit
Standar Kompetensi : Mengenal hakekat Alam Semesta beserta berbagai
basis dari kesadaran hidup dalam menunaikan
swadarma;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Mengidentifikasi Bhuana • Dapat menjelaskan • Hubungan Bhuana
Agung dan Bhuana Alit. hubungan Bhuana Agung dan Bhuana
Agung dan Bhuana Alit.
Alit. • Persamaan dan
• Dapat mengidentifikasi perbedaan Bhuana
persamaan dan Agung dan Bhuana
perbedaan Bhuana Alit.
Agung dan Bhuana Alit.
24
25. Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
• Dapat menemukan • Contoh-contoh
contoh-contoh Bhuana Bhuana Agung dan
Agung dan Bhuana Bhuana Alit.
Alit.
Aspek : Sejarah Agama Hindu
Sub Aspek : Kerajaan Hindu
Standar Kompetensi : Mendalami sejarah perkembangan Agama Hindu
sebagai repleksi untuk kehidupan mendatang;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami kerajaan- • Dapat menguraikan • Perkembangan
kerajaan Hindu di perkembangan kerajaan Hindu di
Indonesia masing-masing Indonesia.
kerajaan yang
bercorak Hindu.
• Dapat menuliskan
contoh kerajaan yang
bercorak Hindu.
Aspek : Yadnya
Sub Aspek : Sumber Hukum Yadnya
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, dan mengaplikasikan
konsep Yadnya dalam kehidupan sehari-hari;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami sumber • Dapat menjelaskan • Pengertian Yadnya.
hukum Yadnya. pengertian Yadnya. • Dasar hukum Yadnya.
• Dapat menjelaskan • Dasar pelaksanaan
dasar pelaksanaan Yadnya.
Yadnya. • Pelaksanaan Yadnya
• Dapat menjelaskan dalam kehidupan
dasar hukum Yadnya. sehari-hari.
• Dapat
mengaplikasikan
pelaksanaan Yadnya
dalam kehidupan.
25
26. Pendidikan Agama Hindu
Aspek : Susila
Sub Aspek : Yama Bratha, Nyama Bratha dan Catur Marga
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
Susila dalam kehidupan nyata;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Menerapkan konsep Yama • Dapat menjelaskan • Pengertian Yama dan
dan Nyama Bratha. pengertian Yama Nyama Bratha.
Bratha dan Nyama • Bagian-bagian Yama
Bratha. dan Nyama Bratha.
• Dapat • Yama dan Nyama
mendeskripsikan Bratha sebagai
bagian-bagian Yama landasan etik moral.
dan Nyama Bratha. • Yama Nyama Bratha
• Dapat memaknai dalam kehidupan
ajaran Yama dan sehari-hari.
Nyama Bratha sebagai
landasan etik moral.
• Dapat
mengaplikasikan
ajaran Yama dan
Nyama Bratha dalam
kehidupan.
Memahami konsep ajaran • Dapat menjelaskan • Pengertian Catur
Catur Marga. pengertian Catur Marga.
Marga. • Bagian-bagian Catur
• Dapat Marga.
mengidentifikasi • Makna masing-masing
bagian bagian catur bagian Catur Marga.
marga.
• Dapat
mendeskripsikan
makna bagian-bagian
Catur Marga.
• Dapat melaksanakan
ajaran catur marga
dalam kehidupan
sehari-hari.
26
27. Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
Kelas : IX
Aspek : Susila
Sub Aspek : Sad Ripu
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
Susila dalam kehidupan nyata;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Menilai Konsep Sad Ripu. • Dapat membedakan • Pengaruh Sad Ripu
bagian-bagian Sad dalam kehidupan
Ripu. manusia.
• Dapat merumuskan • Konsekwensi
cara-cara pelaksanaan Sad Ripu
menghindarkan diri
dari pengaruh Sad
Ripu.
• Dapat mengidentifikasi
konsekwensi
pelaksanaan Sad Ripu.
Aspek : Sradha
Sub Aspek : Purusa Prakerti, Tri Sarira, Subha Asubha Karma,
Punarbhawa, dan Moksa
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, dan mengamalkan Sradha
Agama Hindu sebagai cikal bakal pengembangan
konsep-konsep ajaran lainnya;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami konsep Purusa • Dapat menjelaskan • Pengertian Purusa dan
dan Prakerti. pengertian Purusa dan Prakerti.
Prakerti. • Perbedaan Purusa dan
• Dapat menguraikan Prakerti.
perbedaan antara • Korelasi Purusa dan
Purusa dan Prakerti. Prakerti.
• Dapat menguraikan
korelasi antara Purusa
dan Prakerti.
Memahami Ajaran Tri • Dapat menguraikan • Pengertian Tri Sarira.
Sarira. pengertian Tri Sarira.
27
28. Pendidikan Agama Hindu
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
• Dapat menyebutkan • Bagian-bagian Tri
bagian-bagian Tri Sarira.
Sarira. • Ilustrasi Tri Sarira.
• Dapat mengilustrasikan
Tri Sarira.
• Dapat menguraikan
hubungan antara
Atman dengan Tri
Sarira yang merupakan
unsur-unsur
pembangun diri
manusia.
Memahami konsep Subha • Pengertian Subha dan • Pengertian Subha dan
dan Asubha Karma. Asubha Karma. Asubha Karma.
• Dapat • Pelaksanaan Suba
mengidentifikasi Asubha Karma dalam
perilaku Subha dan Kehidupan.
Asubha Karma dengan • Kosekuensi
tujuan hidup. Pelaksanaan Subha
• Dapat Asubha Karma dalam
mengidentifikasi Kehidupan.
konsekuensi
pelaksanaan Subha
Asubha Karma dalam
kehidupan.
Mengetahui cara-cara • Dapat mengidentifikasi • Cara Mengakhiri
untuk mengakhiri perbuatan-perbuatan Punarbawa.
Punarbawa. yang dapat mendukung • Hubungan Karma
mengakhiri proses Phala dengan
Punarbawa. Purnarbawa.
• Dapat
mendeskripsikan
hubungan Karma
Phala dengan
Punarbawa.
Memahami hambatan • Dapat • Hambatan dalam
dalam upaya mencapai mengidentifikasikan mencapai Moksa.
Moksa. perbuatan yang • Upaya pendukung
menjadi hambatan mencapai Moksa.
dalam mencapai Moksa.
28
29. Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
• Dapat
mengidentifikasi
upaya pendukung
mencapai Moksa.
Aspek : Sejarah Agama Hindu
Sub Aspek : Puncak kejayaan dan runtuhnya kerajaan Hindu di
Indonesia
Standar Kompetensi : Mendalami sejarah perkembangan agama Hindu
sebagai repleksi kehidupan mendatang
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami puncak • Dapat menjelaskan • Masa kejayaan
kejayaan dan runtuhnya masa-masa Kejayaan kerajaan Hindu di
kerajaan Hindu di Kerajaan Hindu di Indonesia.
Indonesia. Indonesia. • Sebab-sebab
• Dapat menjelaskan runtuhnya kerajaan
sebab-sebab Hindu di Indonesia.
runtuhnya Kerajaan
Hindu di Indonesia.
• Dapat merepleksikan
kejayaan dan
runtuhnya kerajaan
Hindu di Indonesia
dalam rangka
pembinaan dan
pengembangan Agama
Hindu
Aspek : Budaya
Sub Aspek : Dharmagita dan Tari Keagamaan
Standar Kompetensi : Memahami dan memanfaatkan Budaya untuk
menyuburkan perkembangan semangat religius;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami jenis-jenis • Dapat menjelaskan • Jenis-jenis
Dharmagita sebagai jenis-jenis Dharmagita.
kidung suci keagamaan. Dharmagita.
29
30. Pendidikan Agama Hindu
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
• Dapat menjelaskan inti • Inti pokok masing-
pokok masing-masing masing jenis
jenis Dharmagita. Dharmagita.
• Dapat menguraikan • Dampak Dharmagita
dampak kidung dalam pembentukan
Dharmagita terhadap sikap mental.
pembentukan sikap
mental.
• Melapalkan
Dharmagita.
• Meragakan
Dharmagita.
Memahami jenis-jenis tari • Dapat menjelaskan • Jenis-jenis tari
keagamaan sebagai bagian jenis-jenis tari keagamaan.
pembinaan nilai-nilai keagamaan yang • Dampak sikap mental
keagamaan. diperagakan dalam terhadap tari
rangkaian upacara keagamaan.
keagamaan.
• Dapat menguraikan
dampak tari
keagamaan terhadap
pembentukan sikap
mental.
• Meragakan tari
keagamaan Hindu.
Aspek : Yadnya
Sub Aspek : Panca Yadnya
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, dan mengaplikasikan
konsep-konsep Yadnya dalam kehidupan sehari-hari;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami jenis-jenis • Dapat menjelaskan • Jenis-jenis Yadnya.
Yadnya. jenis-jenis Yadnya. • Inti pokok masing-
• Dapat menjelaskan inti masing jenis Yadnya.
pokok masing-masing • Pengaruh sikap mental
jenis Yadnya. terhadap pelaksanaan
• Dapat mengaplikasikan dari jenis-jenis
pelaksanaan Yadnya Yadnya.
dalam kehidupan.
30
31. Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
Aspek : Susila
Sub Aspek : Sapta Timira dan Sad Atatayi
Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Susila Agama Hindu dalam kehidupan nyata;
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Memahami konsep Sapta • Dapat membedakan • Bagian-bagian Sapta
Timira. bagian-bagian Sapta Timira.
Timira. • Konsekwensi
• Dapat menjelaskan pelaksanaan Sapta
konsekwensi Timira.
pelaksanaan Sapta • Pengaruh Sapta Timira
Timira. dalam Kehidupan.
• Dapat menghindar
dari Sapta Timira
dalam kehidupan.
Memahami konsep Sad • Dapat membedakan • Bagian-bagian Sad
Atatayi. bagian-bagian Sad Atatayi.
Atatayi. • Konsekwensi
• Dapat menjelaskan pelaksanaan Sad
konsekwensi Atatayi.
pelaksanaan Sad • Pengaruh Sad Atatayi
Atatayi. dalam kehidupan.
• Dapat menghindar
dari Sad Atatayi dalam
hidup.
31
32. Kutipan Pasal 44
Sanksi Pelanggaran Undang - undang Hak Cipta 1987
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah).