SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 75
Baixar para ler offline
Nilai-nilai dan Peran
Guru Penggerak
Penulis modul:
Aditya Dharma, S.Si, M.B.A.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT KEPALA SEKOLAH, PENGAWAS SEKOLAH DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
2022
Bahan Ajar
Pendidikan Program Guru Penggerak
Paket Modul 1: Paradigma dan Visi Guru Penggerak
Modul 1.2 “Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak”
Edisi Ketiga
Penulis Modul:
Edisi Kesatu (September 2020):
• Aditya Dharma, S.Si, M.B.A.
Edisi Kedua (Februari 2021):
• Aditya Dharma, S.Si, M.B.A.
• Khristian Arimara, S.Psi.
Edisi Ketiga (Januari 2022):
• Aditya Dharma, S.Si, M.B.A.
Editor:
Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan,
Kemendikbudristek
_______________________________________________________________
_____________________________
Hak Cipta © 2022 pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Dilindungi Undang-undang
Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknolog
Lembar Pengesahan
Tahapan Nama Tanda Tangan Tanggal
Review Dr. Rita Dewi Suspalupi, M.Ak.
Verifikasi Dr. Kasiman, M.T.
Validasi Dr. Praptono, M.Ed.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | i
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan
Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan
keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan
berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu
memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu
padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa
dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam
terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.
Untuk dapat menjalankan peran-peran tersebut, seorang pemimpin sekolah perlu
mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebelum ia menjabat. Program Pendidikan
Guru Penggerak (PPGP), sebagai bagian dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar
episode kelima, didesain untuk mempersiapkan guru-guru terbaik Indonesia untuk
menjadi pemimpin sekolah yang berfokus pada pembelajaran (instructional leaders).
Melalui berbagai aktivitas pembelajaran dalam PPGP, kandidat kepala sekolah masa
depan diharapkan dapat memiliki kompetensi dalam pengembangan diri dan orang lain,
pengembangan pembelajaran, manajemen sekolah serta pengembangan sekolah. Kami
memiliki harapan besar agar lulusan PPGP dapat mewujudkan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan di seluruh wilayah negeri ini, di mana
keberpihakan pada murid menjadi orientasi utamanya.
Upaya pemenuhan kandidat kepala sekolah yang lebih optimal menuntut penyesuaian
pada desain pembelajaran PPGP. Karena itu, terhitung dari angkatan kelima durasi
program diefisiensikan dari sembilan menjadi enam bulan. Selain itu, PPGP juga
menerapkan diferensiasi proses untuk peserta di daerah yang memiliki akses terbatas,
baik dari segi transportasi maupun telekomunikasi. Namun, terlepas dari moda
penyampaian yang beragam, para Calon Guru Penggerak (CGP) di seluruh Indonesia
sama-sama mempelajari materi-materi bekal kepemimpinan dengan sistem on-the-job
ii | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
learning di mana selama belajar, guru tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus
menerapkan pengetahuan yang didapat dari ruang pelatihan ke dalam pembelajaran di
kelas. Pendekatan pembelajaran juga tetap menggunakan siklus inkuiri yang sarat
dengan refleksi dan praktik langsung, baik bersama sesama CGP maupun rekan sejawat
di sekolah. Pendampingan di lapangan juga tetap menjadi kunci dari keberhasilan
implementasi konsep di kelas atau sekolah CGP.
Tentu saja, seluruh upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa peran berbagai tim
pendukung yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif mewujudkan
penyelesaian bahan ajar ini serta membantu terlaksananya PPGP. Kami mengucapkan
terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pengembang modul, tim
digitalisasi, serta fasilitator, pengajar praktik dan instruktur. Semoga Allah Yang
Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi transformasi
pendidikan Indonesia. Amin.
Jakarta, Januari 2022
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan,
Dr. Iwan Syahril, Ph.D.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | iii
Surat dari Instruktur
Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak!
Selamat datang dalam Modul “Nilai-nilai dan peran guru penggerak”. Modul ini akan
mengeksplorasi mengapa dan bagaimana nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak
mampu menumbuhkan sekolah dan ekosistem pendidikan agar berpihak pada murid.
Mengapa demikian? Dunia kini sudah semakin tanpa batas, teknologi telah berhasil
menghilangkan jarak. Pertukaran budaya baik yang positif maupun negatif kini menjadi
sukar terawasi dan tanpa filter.
Filter tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan sejak dini dalam setiap diri manusia
Indonesia agar budayanya tidak tergerus oleh budaya lain yang lebih agresif melakukan
penetrasi. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita dituntut untuk berpikir kembali
mengenai makna dan tujuan pendidikan kita. Dalam kaitannya dengan Standar Nasional
Pendidikan, modul ini berusaha menempatkan Profil Pelajar Pancasila sebagai acuan
utama standar kompetensi lulusan, karenanya harus dijadikan pedoman dan dihidupi
oleh para pendidik, khususnya Guru Penggerak di Indonesia.
Kita semua mengalami fenomena pandemi COVID-19 sejak permulaan tahun 2020.
Secara fisik sekolah dan kelas diadakan dari jauh, namun sebetulnya jika dipikirkan
ternyata kelas-kelas ini justru mendekat dan masuk ke rumah-rumah murid kita di masa
pandemi ini. Pandemi membukakan mata kita bahwa guru punya peran yang besar
dalam proses belajar murid-muridnya, sekaligus mengungkapkan bahwa orangtua pun
punya peran yang tak terelakkan dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Hal itu
membuat kita kembali percaya bahwa gotong-royong dalam pendidikan adalah hal yang
tidak bisa ditawar lagi.
Dari pengalaman tersebut, kita disadarkan kembali bahwa pendidikan adalah suatu hal
yang sifatnya individual sekaligus komunal yang tak terpisahkan. Murid di kelas-kelas
kita adalah bagian dari sebuah komunitas di rumah, di masyarakat, dan di lingkungan.
iv | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Mempertimbangkan kesalingterhubungan dan kerumitan tersebut, maka sebagai
pendidik mau tidak mau kita harus menilik kembali apakah nilai-nilai diri kita telah
selaras dengan tuntutan zaman dan alam yang seperti itu.
Dengan maksud itulah maka dalam modul ini Bapak/Ibu diajak masuk ke dalam dan
menelusuri diri sendiri sebagai manusia sekaligus pendidik, kemudian mengakui bahwa
Anda sekalian adalah pribadi-pribadi istimewa yang unik. Modul ini mengajak Bapak/Ibu
menyadari bahwa nilai-nilai yang perlu diyakini seorang pendidik itu dipengaruhi oleh
interaksi antara cara kerja pikiran serta emosi sebagai aspek intrinsik dengan aspek
ekstrinsik dalam suatu lingkungan pembelajaran. Bapak/Ibu pun akan mengeksplorasi
dan berkolaborasi untuk merencanakan perubahan nyata pada lingkungan masing-
masing. Diharapkan, setelah mengalami dan berproses sepanjang materi ini, Bapak/Ibu
sekalian dapat menemukan jati dirinya sebagai Guru Penggerak.
Selamat belajar!
Aditya Dharma, S.Si, M.B.A.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | v
Daftar Isi
hlm.
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ..................................i
Surat dari Instruktur .........................................................................................................iii
Daftar Isi ............................................................................................................................v
Daftar Gambar..................................................................................................................vi
Capaian yang Diharapkan..................................................................................................1
Ringkasan Alur Belajar MERDEKA......................................................................................2
Glosarium ..........................................................................................................................4
Pembelajaran 1 - Mulai Dari Diri.......................................................................................5
Pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep.................................................................................8
A. BAGAIMANA MANUSIA TERGERAK .................................................................. 9
B. BAGAIMANA MANUSIA MERDEKA BERGERAK............................................... 19
C. BAGAIMANA MENGGERAKKAN MANUSIA: MENUNTUN KEKUATAN KODRAT
MANUSIA ................................................................................................................ 40
Pembelajaran 3 – Ruang Kolaborasi................................................................................49
Pembelajaran 4 – Demonstrasi Kontekstual...................................................................52
Pembelajaran 5 – Elaborasi Pemahaman........................................................................54
Pembelajaran 6 – Koneksi Antarmateri...........................................................................55
Pembelajaran 7 – Aksi Nyata...........................................................................................57
Surat Penutup..................................................................................................................59
Daftar Pustaka.................................................................................................................60
Profil Penulis Modul ........................................................................................................62
vi | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Daftar Gambar
hlm.
Gambar 1. Contoh gambar trapesium usia ......................................................................6
Gambar 2. Roda Emas Plutchik........................................................................................ 7
Gambar 3. Kerangka Konsep Modul 1.2.......................................................................... 9
Gambar 4. Tangkapan Gambar Video Eskalator dan Kerja Otak................................... 10
Gambar 5. Perumpamaan Otak Menggunakan Tangan................................................ 11
Gambar 6. Lima Kebutuhan Dasar Manusia.................................................................. 14
Gambar 7. Wiraga-Wirama: Tingkatan Jiwa Anak (Ki Hadjar Dewantara).................... 16
Gambar 8. Tahap Perkembangan Prikososial Erikson (sumber: helenggrasha)............ 17
Gambar 9. Interpretasi atas Maksud Pendidikan Ki Hadjar Dewantara........................ 20
Gambar 10. Profil Pelajar Pancasila............................................................................... 25
Gambar 11. Roda Nilai Guru Penggerak........................................................................ 33
Gambar 12. Dimensi pada lingkaran pengaruh............................................................. 41
Gambar 13. Tangkapan gambar video Diagram Identitas Gunung Es........................... 43
Gambar 14. Peran Guru Penggerak di lingkup kelas-sekolah dan lingkungan masyarakat
........................................................................................................................................ 44
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 1
Capaian yang Diharapkan
Kompetensi lulusan yang dituju
Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai
berikut:
1. Guru Penggerak memahami peran dan alasan menjadi pemimpin pembelajaran.
2. Guru Penggerak, melalui refleksi diri yang terdokumentasi, mampu secara reguler
mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kompetensi dan kematangan diri demi
mendukung pembelajaran murid.
3. Guru Penggerak secara aktif menetapkan tujuan, membuat rencana, dan
menentukan cara untuk mencapainya dalam meningkatkan kompetensi dan
kematangan dirinya.
Capaian umum modul 1.2
Secara umum, profil kompetensi yang ingin dicapai dari modul ini adalah Calon Guru
Penggerak mampu:
1. menumbuh-kembangkan Profil Pelajar Pancasila, nilai-nilai dan peran Guru
Penggerak (GP) dalam dirinya sehingga mampu menumbuh-kembangkan Profil
Pelajar Pancasila dalam diri murid-murid.
Capaian khusus modul 1.2
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi guru penggerak
yang mampu:
1. memahami bahwa manusia memiliki daya untuk memilih (choice theory)
2. memahami pentingnya menumbuhkan motivasi intrinsik
3. memahami bagaimana otak triune, kebutuhan dasar manusia, dan perkembangan
psikososial mempengaruhi bagaimana nilai-nilai tumbuh dalam diri seseorang
4. memahami bagaimana nilai-nilai Guru Penggerak dapat menguatkan peran Guru
Penggerak dalam membawakan perubahan pada ekosistem sekolah
5. mengadopsi kebiasaan reflektif sebagai Guru Penggerak
2 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Ringkasan Alur Belajar MERDEKA
Mulai dari diri (Mandiri): 1JP
Kegiatan pembelajaran pemantik:
a. CGP memberikan jawaban reflektif-kritis untuk mengetahui pemahaman diri
tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara,
b. CGP membuat refleksi diri tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar
Dewantara.
Eksplorasi Konsep: 3JP
a. CGP menyimak video tentang pendidikan di Indonesia dari zaman kolonial dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan panduan;
b. CGP menyimak video-video tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar
Dewantara;
c. CGP membaca 2 (dua) tulisan karya Ki Hadjar Dewantara.
Eksplorasi Konsep (Forum Diskusi): 2JP
a. CGP mendiskusikan pertanyaan reflektif terkait pemikiran (filosofi pendidikan) Ki
Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan Indonesia saat ini dan
pendidikan pada konteks lokal sosial budaya di daerah asal CGP yang difasilitasi
oleh Fasilitator
b. CGP berbagi pengalaman praktik baik penerapan pemikiran filosofis Pendidikan
KHD pada konteks lokal sosial budaya di daerahnya.
Ruang Kolaborasi: 6JP (3 + 3)
CGP mengeksplorasi (memaknai dan menghayati) nilai-nilai luhur sosial budaya di
daerah asal dalam menguatkan dan menebalkan Konteks (kodrat) Diri Murid
sebagai manusia dan anggota masyarakat.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 3
Demonstrasi Kontekstual: 4JP
CGP mendesain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - 'Pendidikan yang
Berpihak pada Murid' - sesuai dengan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di
daerah asal (kar2ya demonstrasi kontekstual dalam video, atau infografis atau puisi
atau lagu, dll).
Elaborasi Pemahaman: 2JP
CGP mendapatkan penguatan pemahaman tentang pemikiran (filosofi pendidikan)
Ki Hadjar Dewantara dari Instruktur;
Koneksi Antar Materi: 2JP
CGP membuat kesimpulan dalam bentuk esai atau jurnal reflektif tentang
‘Pendidikan yang Berpihak pada Murid’ dengan merefleksikan seluruh rangkaian
materi yang sudah dipelajari dari pemikiran-pemikiran KHD dan praktik baik yang
telah dilakukan di sekolah-sekolah saat ‘Elaborasi Pemahaman’.
Aksi Nyata
CGP mengimplementasikan strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD yang telah
dibuat pada ‘Demonstrasi Kontekstual’ secara konkret sebagai perwujudan
'Kepemimpinan Pembelajaran' yang Berpihak pada Murid' dan direfleksikan
kembali dalam Jurnal Refleksi Pribadi,
4 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Glosarium
CGP Calon Guru Penggerak
tautan Terjemahan kata link yang jika di-klik akan mengarahkan
pembaca ke alamat tujuan atau situs dalam jaringan
(online)
rubrik alat penilaian otentik yang dapat sekaligus difungsikan
sebagai pemandu untuk menggambarkan kualitas tagihan
yang diharapkan
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 5
Pembelajaran 1 - Mulai Dari Diri
NILAI DIRI
Durasi : 1JP
Moda : Mandiri
Tujuan pembelajaran khusus:
CGP dapat mengidentifikasi nilai-nilai diri sendiri, yang selama ini melekat dalam
pribadinya.
CGP dapat menyatakan peran guru penggerak yang menurutnya sudah melekat dalam
pribadinya.
Selamat datang Bapak/Ibu CGP di Pembelajaran pertama dalam Modul 1.2 ini!
Pada kesempatan ini, pembelajaran akan dimulai dengan membuat diagram trapesium
usia dan menjawab beberapa pertanyaan mengenai diri Bapak/Ibu. Agar mendapatkan
manfaat yang maksimal dari kegiatan ini, hal yang perlu diperhatikan ketika menjawab
pertanyaan nanti adalah kejujuran Bapak/Ibu dalam memberikan jawaban. Tidak ada
jawaban benar ataupun salah. Apa yang menjadi pertanyaan hanyalah upaya untuk
membantu menggali pengalaman serta nilai diri Bapak/Ibu sendiri. Silakan jawab semua
jangan sampai terlewat. Ambil waktu khusus agar dapat mengerjakannya dengan
tenang. Selamat Mengerjakan!
Kegiatan 1. Trapesium usia
Kegiatan ini adalah hasil kolaborasi Ifa Hanifah Misbach, M.A., Psikolog (Ketua Tim Pengembang Jabar Masagi)
dan Alm. Prof. Dr. H. Sutardjo A. Wiramihardja, Psikolog (Guru Besar Emeritus Fakultas Psikologi Unpad) beberapa
tahun yang lalu.
Di sini Bapak/Ibu akan membuat Diagram Trapesium Usia -nya sendiri dengan
mengikuti instruksi berikut:
1. Buatlah garis miring naik ke atas (sisi kiri), tuliskan usia saat Bapak/Ibu
menyelesaikan masa sekolah pada ujung garis tersebut.
6 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
2. Lanjutkan dengan membuat garis mendatar (tengah), yang menunjukkan usia
kerja. Pada salah satu titik di garis tersebut, tuliskan angka yang menunjukkan usia
saat ini.
3. Buatlah garis miring menurun (sisi kanan) untuk menandakan masa pensiun.
4. Ingatlah dua peristiwa penting pada masa sekolah; satu peristiwa bernuansa
positif dan satu lagi yang negatif yang terkait relasi Bapak/Ibu dengan guru pada
rentang usia PAUD sampai sekolah menengah (4-17 tahun).
5. Pada bagian garis miring naik ke atas (sisi kiri), tulis angka yang menunjukkan pada
usia berapa kedua peristiwa tersebut terjadi (misalnya: umur 7 dan 12 tahun).
6. Hitunglah selisih dari usia Bapak/Ibu sekarang dan usia pada saat kedua peristiwa
tersebut terjadi.
[sumber: Modul pendidikan karakter Jabar Masagi]
Gambar 1. Contoh gambar trapesium usia
Tugas MD1. Refleksi
Jika Bapak/Ibu sudah membuat diagram trapesium usia ini, jawablah pertanyaan
berikut:
1. Apa peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana?
2. Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut?
3. Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan
roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan
Bapak/Ibu di masa itu)
4. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan
masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang?
5. Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda
emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya?
6. Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru,
dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: “guru”, “murid”, “belajar”,
“makna”, “peran”?
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 7
Gambar 2. Roda Emas Plutchik
Tugas MD2. Nilai dan peran guru penggerak menurut saya
1. Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan
guru, dan komunitas sekolah saya?
2. Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan
guru, dan komunitas sekolah saya?
Peran Fasilitator:
1. Fasilitator mengingatkan CGP untuk mengerjakan tugas pada bagian Mulai
dari Diri
2. Fasilitator mempelajari jawaban dari CGP
3. Fasilitator memberikan komentar/apresiasi terhadap jawaban-jawaban CGP
pada bagian ini
8 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep
PEMBELAJARAN MANDIRI (4 JP)
Durasi : 6JP
Moda : Pembelajaran Mandiri dan Forum Diskusi Tertulis
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
CGP mengetahui hubungan antara emosi, cara kerja otak, kebutuhan dasar manusia,
daya untuk memilih, motivasi intrinsik, dan struktur sistemik lingkungan dalam
pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang
CGP menjelaskan makna Profil Pelajar Pancasila dalam transformasi pendidikan.
CGP menjelaskan makna nilai-nilai yang perlu dikembangkan guru penggerak.
CGP menjelaskan makna peran guru penggerak dalam transformasi pendidikan.
CGP mengetahui bahwa keteladanan dan sistem pembiasaan yang konsisten di suatu
lingkungan mempengaruhi penumbuhan nilai-nilai dalam diri seseorang.
CGP mengelaborasi makna pemimpin pembelajaran di sekolahnya masing-masing.
NILAI KEMANUSIAAN: KEBAJIKAN UNIVERSAL
Iwan Syahril Dirjen GTK Kemendikbudristek, menyatakan dalam refleksinya atas
Asas Konvergensi Ki Hadjar Dewantara: "Perubahan yang kita lakukan di pendidikan
harus menuju pada suatu titik yang memanusiakan manusia dan memperkuat nilai
kemanusiaan kita." Dalam sesi ini, Bapak/Ibu akan melakukan aktivitas yang berbentuk
paparan materi. Bapak/Ibu akan berinteraksi dengan materi secara mandiri dengan
menyimak dan memaknai materi yang dipaparkan serta merefleksikannya.
Sebagaimana dinyatakan dalam kalimat pembuka di atas, pendidikan harus mampu
menumbuhkan manusia yang kuat nilai kemanusiaannya, yang memegang teguh nilai-
nilai kebajikan. Dalam konteks yang beranekaragam, kita memerlukan pegangan yang
mempersatukan. Nilai-nilai kebajikan yang sifatnya universal lah kemudian yang dapat
dijadikan “landasan bersama” (common-ground), bagi beragam kepentingan, suku-
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 9
bangsa, ras, agama, dan antar-golongan. Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak
pada nilai-nilai yang diperlukan dan menguntungkan anak adalah landasan dalam
membawakan peran perubahan di pendidikan. Dengan demikian diharapkan,
Bapak/Ibu dapat menilik kembali nilai-nilai yang sudah ada dalam diri pribadi lalu
menguatkan yang selaras dengan nilai-nilai dan konsep yang dipromosikan dalam
Program Guru Penggerak ini. Bapak/Ibu juga diharapkan untuk menjawab dengan
seksama dan mendalam pertanyaan-pertanyaan refleksi yang telah disediakan agar
pemahaman Bapak/Ibu akan konsep yang dipaparkan pun menjadi semakin kuat,
semakin paham pula bagaimana manusia tergerak dan bergerak, sehingga semakin
menghayati bagaimana menggerakkan manusia.
Gambar 3. Kerangka Konsep Modul 1.2
A. BAGAIMANA MANUSIA TERGERAK
Pertanyaan pemandu: Apa saja halyang bekerja secara alami pada diri seorang manusia
dan mempengaruhi bagaimana manusia dalam berperilaku?
10 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
A.1. Cara kerja otak: Sistem berpikir cepat dan lambat
Pada bagian ini, Bapak/Ibu akan belajar bagaimana otak mempengaruhi
bagaimana manusia tergerak melalui sebuah video pendek berjudul “Eskalator dan
Kerja Otak”. Video ini berupaya menjelaskan bagaimana otak bekerja dalam dua sistem
berpikir yang berbeda, yaitu berpikir cepat dan berpikir lambat melalui perumpamaan
eskalator yang berjalan turun. Video ini juga membahas bagaimana otak “3-in-1
(Triune)” manusia bekerja.
Gambar 4. Tangkapan Gambar Video Eskalator dan Kerja Otak
Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia
lainnya. Oleh karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak,
kemudian mempengaruhi dirinya untuk bergerak. Emosi adalah bagian utama dari
lingkungan yang sifatnya psikis dan intrinsik yang dapat dipengaruhi dan harus
dipertimbangkan pengembangannya oleh guru. Dalam rangkaian modul Pendidikan
Guru Penggerak aspek emosi akan dibahas tersendiri dengan lebih detail dalam modul
Pembelajaran Sosial Emosional.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 11
Bacaan 1. Perumpamaan Otak 3-in-1 (Triune) Manusia Menggunakan Tangan
Bapak/Ibu sudah diajak melihat di balik kecanggihan otak manusia, ternyata ada
bagian-bagian yang masih menyerupai otak Reptil, otak Mamalia (dan Primata). Dalam
bacaan ini, Bapak/Ibu diajak untuk memvisualisasikan otak yang umumnya berukuran
lebih-kurang sebesar dua kepal tangan Bapak/Ibu sendiri. Pergelangan tangan
diumpamakan sebagai batang otak, jempol yang disembunyikan dalam 4 jemari
lainnya diumpamakan sebagai sistem limbik (amigdala), dan 4 jemari lain sebagai otak
berpikir atau otak luhur (neocortex).
Gambar 5. Perumpamaan Otak Menggunakan Tangan
Otak Reptil
Batang otak mengelola semua otomatisasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan
hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak. Bagian otak
ini mengotomatisasi kerja organ dalam tubuh, seperti: jantung, hati, paru-paru, dan
lain-lain yang terkait dengan sistem pernapasan, metabolisme, reproduksi, hormon,
12 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
suhu tubuh, bertahan hidup seperti: refleks untuk fight, flight, freeze (melawan, kabur,
diam), melindungi dari bahaya. Bagian otak ini selalu menganggap semua adalah
ancaman hingga terbukti aman. Bagian otak ini menyerupai otak Reptil.
Otak Mamalia
Sistem limbik (amigdala) yang menyerupai otak Mamalia ini, bertanggung jawab soal
emosi. Bagian otak ini adalah pusat emosi (takut, sedih, marah, senang, jijik, terkejut,
dan lain-lain), bertanggungjawab atas dinamika hormon dan sistem kekebalan tubuh.
Letaknya begitu dalam di otak kita sehingga seringkali mampu mengambil alih kendali
diri seseorang. Terlukanya perasaan jauh lebih sakit dan lama sembuhnya ketimbang
luka fisik biasa. Otak Mamalia tersebut juga memiliki kecenderungan alamiah yang
sama dengan Otak Reptil yaitu: sebanyak mungkin mengkonservasi energi melalui
otomatisasi, auto pilot. Dalam gambar perumpamaan tangan di atas, jika ibu jari yang
menggambarkan otak mamalia pengelola emosi dibiarkan mengambil kendali,
dibiarkan lepas, dan keluar dari persembunyiannya di dalam 4 jemari yang lain, maka
4 jemari pun akan dipaksa membuka, keadaan ini menggambarkan keadaan otak luhur
yang tidak dapat bekerja, tidak dapat aktif.
Otak Berpikir (Otak Luhur – Otak Primata)
Otak berpikir terdiri dari otak Primata (bagian gerak kompleks, rekayasa penggunaan
alat) yang berada dalam satu kesatuan dengan otak manusia, otak luhur, atau
neocortex. Otak ini mengelola kemampuan berpikir (logis, rasional, terstruktur),
kemampuan berbahasa, perencanaan dan pemecahan masalah, berimajinasi
(mengenai masa depan, visi). Otak ini memang bertugas untuk berpikir strategis,
kreatif, metakognitif. Ini merupakan kekuatan, namun karena kerja itu semua
memakan banyak sekali energi, maka hal ini pun sekaligus menjadi kelemahan.
Jadi, di sini perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai
kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat bereaksi
dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 13
terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman. Kabar baiknya, otak manusia
memiliki kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi elastis. Dengan demikian,
penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) dapat kita
pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem berpikir cepat (otak Reptil dan
Mamalia) mengambil alih kendali diri kita.
[sumber: http://www.whatonearthishappening.com/part-1-the-solution/65-the-triune-brain]
A.2. Lima (5) Kebutuhan Dasar Manusia: Kebutuhan Genetis
Disukai atau tidak, manusia adalah makhluk biologis yang memiliki sifat dasar
menjaga keberlanjutan spesiesnya secara genetis. Kebutuhan untuk bertahan hidup
(survival), kebutuhan untuk diterima (love and belonging), kebebasan (freedom),
kesenangan (fun), dan kekuasaan/penguasaan (power) adalah kebutuhan yang tidak
cuma dimiliki oleh manusia, makhluk lain seperti Burung, Mamalia, dan Primata juga
memiliki kebutuhan yang sama. Kita pasti pernah melihat anak-anak singa atau singa
remaja bermain layaknya berkelahi sungguhan, atau anak-anak monyet yang usil saling
mengganggu dan berakhir dengan kejar-kejaran dari pohon ke pohon. Itu adalah satu
contoh kebutuhan bersenang-senang (fun). Kelima kebutuhan di atas bermuara pada
kebutuhan tiap jenis makhluk untuk melanjutkan generasi, termasuk juga manusia.
Mungkin kita pernah menjumpai seseorang dengan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma atau aturan yang berlaku. Besar kemungkinan, hal itu mereka lakukan
karena mereka tak mampu memenuhi atau mereka tidak mendapatkan kebutuhan
dasar mereka. Setiap perilaku kita adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa
yang kita butuhkan, sebuah usaha untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan dasar
kita. Berikut ini, kita ulas satu demi satu kebutuhan tersebut dalam kaitannya dengan
konteks pendidikan dan sekolah.
14 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Gambar 6. Lima Kebutuhan Dasar Manusia
1. Kebutuhan Bertahan Hidup
Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis
untuk bertahan hidup misalnya makanan, pakaian, istirahat, tempat berlindung,
keamanan, dan kesehatan. Secara sederhana itu dapat dipenuhi dengan makan,
tidur, olahraga, memberikan perlindungan.
2. Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima)
Kebutuhan ini termasuk kebutuhan psikologis seperti: rasa diterima, dipedulikan,
berbagi, bekerja sama, menjadi bagian dari suatu kelompok, dikasihi-mengasihi,
disayangi-menyayangi. Kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan
untuk terhubung dengan orang lain, teman, keluarga, pasangan, rekan kerja,
kelompok, dan bahkan dengan binatang peliharaan. Kebutuhan ini biasanya dapat
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 15
dipenuhi melalui ketulusan dan kehangatan hubungan dengan keluarga, teman-
teman, kelompok, klub, guru, konselor, coach.
3. Kekuasaan dan Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)
Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan seseorang untuk untuk mencapai sesuatu,
menjadi kompeten, menjadi terampil, memimpin, berprestasi, diakui, dan didengar.
Kebutuhan ini meliputi harga diri, keinginan untuk dianggap, dan meninggalkan
pengaruh. Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui kegiatan-kegiatan seperti: proyek,
hobi, tugas sekolah yang menantang-kontekstual-relevan, belajar menjadi orang yang
kuat, membuat pilihan positif, dan bekerja.
4. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan untuk mandiri, otonom, memiliki pilihan,
mengembangkan daya lenturnya, dan mampu mengendalikan arahnya sendiri.
Kebutuhan ini terkait dengan kebebasan untuk memilih dan membuat pilihan,
kebutuhan bergerak, mencoba-coba, mengeksplorasi hal baru dan menarik. Pemenuhan
kebutuhan ini dapat dilakukan dengan menyediakan variasi, waktu senggang,
memberikan ruang untuk jadi diri sendiri yang merdeka, serta liburan.
5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan, humor,
bermain, bersenang-senang, bergembira, antusiasme, dan tertawa. Glasser
menghubungkan kebutuhan ini dengan belajar. Menurutnya, dengan bermain kita
sekaligus mempelajari banyak keterampilan hidup yang penting. Biasanya kebutuhan ini
juga dapat dipenuhi dengan menyediakan tantangan, gurauan, dan pembelajaran yang
bermakna.
A.3. Tahap tumbuh kembang anak
A.3.1. Wiraga-wirama Ki Hadjar Dewantara
Setiap insan manusia memiliki cara pandangnya sendiri terhadap dunia sesuai
dengan usia dan tahap tumbuh-kembangnya. Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa
16 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
proses belajar harus selaras dengan kodrat anak. Beliau paham bahwa dalam tiap
periode usia anak memiliki kekhususan yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam
proses belajar. Ki Hadjar Dewantara membagi periode usia anak ke dalam 3 tingkatan
jiwa tiap 8 tahun (windu):
Gambar 7. Wiraga-Wirama: Tingkatan Jiwa Anak (Ki Hadjar Dewantara)
1. Wiraga (periode usia 0-8 tahun): Dalam periode ini jasmani (raga) dan indera anak
tumbuh pesat sekali. Dengan demikian, mereka harus banyak bergerak (melatih otot
kasar/besar), melatih otot halus, mengeksplorasi indera mereka (pendengaran, perasa,
pengecap, penciuman, peraba, termasuk imajinasi), dan mengenali simbol-simbol. Tak
heran jika Ki Hadjar Dewantara juga menyebutnya sebagai Taman Indria. Para guru di
periode ini terus berupaya fokus pada pemberian akses dan penyediaan pengalaman
belajar agar anak makin merdeka dalam mengeksplorasi “dunia”nya (diri, sesama, dan
lingkungan di dekatnya).
2. Wiraga-Wirama (periode usia 9-16 tahun): Pada periode usia ini, anak mulai
berkembang pikirannya. Maka, selain melanjutkan pendidikan untuk mengakomodasi
kebutuhan perkembangan jasmani dan indera mereka yang belum usai, pendidik juga
mulai fokus dalam menuntun proses berpikir anak agar mereka semakin selaras
(seirama) dengan sesamanya dan lingkungannya. Guru pada periode ini menuntun anak
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 17
untuk melakukan, membiasakan, menginsyafi, hingga akhirnya menyadari mengapa
mereka (misalnya) melakukan kebiasaan baik yang mereka lakukan di sekolah, bukan
sekedar menuruti/mengikuti suatu aturan/kebiasaan saja.
3. Wirama (periode usia 17-24 tahun): Guru pada rentang usia ini, menuntun dan
menantang anak dalam hal pengelolaan diri dan pengenalan potensi dirinya. Anak dalam
periode ini mulai menata bagaimana agar masa depannya senantiasa seirama dengan
sesama dan semesta. Anak dipaparkan pada keputusan-keputusan mengenai
bagaimana menebalkan jati dirinya di tengah masyarakat dan lingkungan. Mereka sadar
bagaimana membawa diri sebagai manusia yang merdeka. Mereka sadar betul bahwa
ini hidup mereka, ini negara-bangsa-dan tanah air mereka.
[sumber:https://www.salamyogyakarta.com/proses-belajar-harus-sejalan-dengan-kodrat-anak-anak/]
A.3.2. Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson
Erik Erikson adalah psikolog yang meyakini bahwa kepribadian seseorang itu
tumbuh dalam rangkaian tahapan (8 tahapan). Tiap tahapan menggambarkan dampak
dari pengalaman sosial pada mereka. Hingga kini, teori psikososial ini masih menjadi
pegangan dalam teori perkembangan. Untuk keperluan program Guru Penggerak ini,
akan dibahas 6 tahapan saja, pada periode usia 0-40 tahun.
Gambar 8. Tahap Perkembangan Prikososial Erikson (sumber: helenggrasha)
18 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
1. Tahap 1 (Usia 0-1,5 tahun)
Pada tahap ini, anak menumbuhkan harapan dan mengembangkan rasa percaya saat
orangtua (pengasuh/lingkungan sosial) menyediakan kasih sayang, kelembutan, dan
kepedulian. Dan kurangnya itu semua membuat anak mengembangkan
ketidakpercayaan.
2. Tahap 2 (Usia 1,5-3 tahun)
Tahap ini adalah tahap usia dini dimana anak menumbuhkan tekad dan kehendak
mereka hanya jika orangtua (pengasuh/lingkungan sosial) menyediakan kesempatan
bagi mereka untuk mengembangkan kontrol diri serta kemandirian. Jika tidak maka yang
tumbuh adalah keraguan dan rasa rendah diri.
3. Tahap 3 (Usia 3-5 tahun)
Tahapan usia ini adalah masa awal anak bersekolah. Anak mulai mengeksplorasi maksud
dan tujuan-tujuan dalam kehidupan/lingkungan mereka. Orangtua
(pengasuh/lingkungan sosial) pada tahap ini perlu membuka banyak kesempatan pada
anak untuk mengambil inisiatif. Jika tidak demikian atau respon yang diberikan orangtua
(pengasuh/lingkungan sosial) atas laku anak tidak hati-hati maka yang tumbuh pada
anak adalah rasa bersalah.
4. Tahap 4 (Usia 5-12 tahun)
Pada periode ini anak menumbuhkan rasa kompeten atau kebanggaan atas pencapaian
dan kemampuan mereka. Untuk itu, orangtua (pengasuh/lingkungan sosial) mereka
harus menyediakan pengalaman bagi anak untuk menumbuhkembangkan produktivitas
mereka dalam belajar. Jika tidak, dalam diri mereka akan tumbuh rasa inferior, merasa
kecil dan tidak berarti.
5. Tahap 5 (Usia 12-18 tahun)
Periode ini terjadi pada masa remaja. Karakteristik anak pada usia ini adalah labil dan
galau, karena mereka memang sedang mencari dan mencoba-coba untuk menebalkan
identitas diri mereka. Pengalaman ini akan mempengaruhi perilaku mereka di masa-
masa berikutnya. Mereka mencari pegangan untuk menambatkan loyalitas mereka.
Maka orangtua (pengasuh/lingkungan sosial) perlu menuntun proses penguatan
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 19
identitas agar mereka tidak mengalami kebingungan peran.
6. Tahap 6 (Usia 18-40 tahun)
Di periode usia ini, seseorang mulai mengeksplorasi hubungan relasi yang sifatnya
pribadi. Ini adalah masa dewasa muda dimana mereka mulai mencari dan mendalami
perasaan cinta. Seseorang di tahap ini mulai membangun rasa dan kedekatan intim
dengan orang lain dan keluarga. Jika kesempatan untuk menumbuhkan itu semua tidak
tersedia untuknya, maka akan berujung pada lemahnya dukungan sosial bagi dirinya.
Dirinya merasa terisolasi dari lingkungan sosialnya.
[sumber: https://www.verywellmind.com/]
Tugas A.
Setelah menyimak video dan bacaan pada bagian ini:
● Bagaimana Bapak/Ibu memahami cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar manusia,
tahap tumbuh-kembang anak berserta pengaruhnya pada pembentukan
kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia? Mengapa demikian?
● Menurut Bapak/Ibu nilai-nilai apa yang perlu dikuatkan sebagai guru penggerak?
Mengapa demikian?
B. BAGAIMANA MANUSIA MERDEKA BERGERAK
Pertanyaan pemandu: Apa makna dari pernyataan: manusia merdeka adalah manusia
yang berdaya dalam memilih dan mereka termotivasi dari dalam?
B.1. Manusia Merdeka: Berdaya dalam Memilih (Teori Pilihan)
Ki Hadjar Dewantara pernah mengingatkan pada kita tentang konsep manusia
merdeka, yaitu: mereka tidak terperintah, mereka dapat menegakkan dirinya, tertib
mengatur perikehidupannya, sekaligus tertib mengatur perhubungan mereka dengan
kemerdekaan orang lain. Dengan begitu, pendidikan seyogyanya adalah upaya sadar
untuk menumbuhkan manusia-manusia yang merdeka. Dalam pernyataannya yang lain,
20 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Ki Hadjar Dewantara (Dasar-dasar Pendidikan, 1936), menyampaikan bahwa: “Maksud
pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.”
Gambar 9. Interpretasi atas Maksud Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Jika kita maknai sedikit mendalam pernyataan tersebut, maka pendidikan harus
mampu menuntun anak untuk memilih jalan kodrat yang menguatkan mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat. Kita kemudian dapat juga melihat bahwa “sebagai
manusia”, kita perlu memperhatikan hubungan kita dengan Tuhan, diri kita sendiri,
sesama, dan semesta. Sebagai manusia ber-Tuhan, sebagai makhluk dengan otak paling
canggih, kita harus menyadari peran penting kita dalam harmonisasi antara individu
manusia dengan manusia lain, makhluk lain, dan ibu bumi. Semakin harmonis hubungan
kita, maka makin besar kesempatan kita mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Kita juga dapat melihat bahwa “sebagai anggota masyarakat”, kita adalah bagian
dari berbagai lingkungan sekaligus. Kita adalah anggota dari suatu keluarga, kita juga
anggota dari masyarakat di lingkungan rumah tinggal, kita juga anggota masyarakat di
kelas-sekolah dan lingkungan sekitar sekolah, kita juga anggota masyarakat lokal
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 21
(kabupaten/kota/provinsi), kita pun adalah anggota masyarakat di tingkat nasional,
regional, dan global. Ketika kita paham bahwa sebagai individu kita adalah anggota
masyarakat yang lebih luas, maka kita juga harus paham bahwa secara individu, kita
berkontribusi, serta membawa potensi diri kita (baik potensi kebaikan maupun
keburukan) ke dalam semua lingkungan tersebut. Dengan demikian, kita perlu secara
sadar, sepenuh hati dan pikiran, menjadi seseorang yang makin berdaya dalam memilih
sehingga semakin bijaksana dalam menjalani kemerdekaan kita itu.
William Glasser (1998) pernah menyatakan dalam “teori pilihan”, bahwa perilaku
seorang manusia adalah buah dari pilihan yang dibuat oleh manusia itu sendiri (baca
Bacaan 1. Aksioma terkait pilihan). Setiap hari, manusia selalu berada dalam situasi
untuk memilih. Apakah harus bangun pagi atau tidur lagi, apakah harus bereaksi keras
atas berita yang menyinggung perasaan walaupun belum pasti kebenarannya atau
mengecek dahulu kebenarannya dahulu, dan lain sebagainya. Untuk itu, kita perlu terus
berlatih untuk:
(1) fokus pada apa yang terjadi saat ini bukan masa lalu;
(2) menghindari 7-kebiasaan buruk yang secara eksternal “mengganggu” relasi dengan
orang lain: mengkritik, menyalahkan, mengeluh, menjengkelkan, mengancam,
menghukum, menyuap (memberi reward) untuk mengendalikan orang lain;
(3) menjalankan 7-kebiasaan mempedulikan orang lain: mendukung, mendorong,
mendengarkan, menerima, mempercayai, menghormati, dan menegosiasikan
perbedaan;
(4) menghindari membuat dalih dan alasan karena menghalangi kita membangun relasi;
(5) bersabar.
[sumber: Glasser, 2011]
22 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Bacaan 2. Aksioma1
terkait “pilihan” (Glasser, 1998)
Untuk membantu mendefinisikan kembali apa yang dimaksud dengan “diri kita yang merdeka”.
1. Satu-satunya orang yang perilakunya dapat kita kendalikan adalah diri kita
sendiri.
2. Yang bisa kita berikan kepada orang lain hanyalah informasi.
3. Semua masalah psikologis yang bertahan lama adalah masalah relasi
(hubungan).
4. Masalah relasi selalu menjadi bagian dari kehidupan kita saat ini.
5. Apa yang terjadi di masa lalu berkaitan dengan keadaan kita sekarang ini, tetapi
kita hanya dapat memenuhi kebutuhan dasar kita saat ini dan berencana untuk
terus mengejar pemenuhannya di masa depan.
6. Kita hanya dapat memenuhi kebutuhan kita dengan cara memuaskan gambaran
yang kita anggap sebagai realitas di benak kita sendiri (disebut juga sebagai:
Dunia Berkualitas). Setiap manusia memiliki gambaran realitas yang berbeda
dalam memandang dunia mereka, biasanya gambaran itu lahir dari pengalaman
hidup mereka dan biasanya terkait: (1) orang-orang yang paling kita inginkan ada
bersama kita, (2) hal-hal yang paling ingin kita miliki atau alami, dan (3) gagasan
atau sistem keyakinan yang kemudian mengatur sebagian besar respon perilaku
kita.
7. Yang kita lakukan hanyalah berperilaku.
8. Setiap perilaku terdiri dari empat komponen: (1) tindakan, (2) pemikiran, (3)
perasaan, dan (4) fisiologis.
9. Setiap perilaku adalah buah dari pilihan. Kita memiliki kontrol langsung atas
komponen tindakan dan pemikiran. Kita dapat mengontrol komponen perasaan
dan fisiologis secara tidak langsung lewat cara kita memilih komponen tindakan
dan pemikiran tadi.
10. Karena setiap perilaku ada dalam kendali kita sendiri, maka kita perlu fokus pada
apa yang dapat dilakukan (fokus pada kata-kerja) untuk mengambil kendali atas
perilaku dalam suatu keadaan bukan berperilaku sebagai korban dari suatu
keadaan.
Keterangan: aksioma1 = menurut KBBI, adalah “pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa
pembuktian”
B.2. Manusia Merdeka: Termotivasi dari Dalam (Motivasi Intrinsik)
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 23
UU RI No. 20/2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Ketentuan Umum
Pasal 1, No.1, menyatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Pernyataan tersebut merupakan
penguatan bahwa pendidik harus menuntun segala kekuatan kodrat anak dari dalam.
Ryan dan Deci (2000) melalui teori determinasi diri (self-determination theory),
mengisyaratkan bahwa pendidik perlu fokus dalam menyediakan suasana belajar dan
proses pembelajaran yang memungkinkan anak menguatkan dan menumbuh-
kembangkan motivasi intrinsik mereka. Dalam penerapannya, suasana belajar dan
proses pembelajaran yang disediakan harus dapat membuat anak senantiasa: merasa
kompeten (mampu, dapat, cakap), merasa saling-terhubung (kebutuhan sosial yang
diusahakan oleh individu untuk membangun hubungan dengan sesamanya), dan
merasa otonom (mandiri, merdeka).
Jadi, jika kita mengharapkan anak memiliki determinasi atau ketetapan hati,
dalam menentukan jalan kodrat mereka, maka anakharus mampu menghayati perasaan
akan kompetensi, otonomi, dan relasi mereka dan mengambil makna positifnya. Kata
"merasa" menjadi kata yang penting untuk diperhatikan karena menunjukkan bahwa
suasana dan proses pembelajaran harus mampu menguatkan anak di tingkat
“perasaan” sehingga bersifat pribadi dan mendalam bagi masing-masing anak. Dengan
demikian, para pendidik harus mulai dan terus menguatkan dirinya untuk menumbuh-
kembangkan motivasi intrinsik.
B.3. Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila
Dunia pendidikan Indonesia kini telah memiliki acuan Profil Pelajar Pancasila
(Bacaan 3) sebagai gambaran, proyeksi, dan harapan yang bangsa kita upayakan agar
mewujud pada murid Indonesia di masa depannya kelak. Jadi masuk akal rasanya jika
24 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Profil Pelajar Pancasila tersebut pun dihidupi oleh para pendidik sebagai model mental
mereka. Profil Pelajar Pancasila mengandung enam dimensi yang kesemuanya berakar
pada falsafah Pancasila: (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan
berakhlak mulia; (2) Mandiri; (3) Bergotong-royong; (4) Berkebinekaan global; (5)
Bernalar kritis; (6) Kreatif. Bersamaan dengan itu, diharapkan Bapak/Ibu juga mulai
mengenali dan memaknai nilai-nilai Guru Penggerak. Nilai-nilai ini diharapkan dapat
menguat pada diri Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak untuk menjalankan peran terutama
dalam persoalan strategis, melampaui persoalan teknis atau operasional.
Bacaan 3. Profil Pelajar Pancasila
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, pada modul sebelumnya kita sudah
mempelajari bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada
pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Ki Hadjar
Dewantara mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, diri anak perlu merdeka
dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan
arah serta membahayakan dirinya. Semangat agar anak dapat bebas belajar, berpikir,
agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia
ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini,
Merdeka Belajar.
Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat
tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana
Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang
“beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah
pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 25
Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2020).
Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan
Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan
tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun
karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar
sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.
Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi
pembentuknya yang harus dilihat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil tersebut menjadi tidak bermakna.
Keenam dimensi itu adalah:
1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri;
3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif.
Gambar 10. Profil Pelajar Pancasila
26 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
Murid dengan dimensi profil ini berarti murid tersebut mengamalkan nilai-nilai
agama dan kepercayaannya sebagai bentuk religiusitasnya, percaya dan
menghayati keberadaan Tuhan serta memperdalam ajaran agamanya yang
tercermin dalam perilakunya sehari-hari sebagai bentuk penerapan
pemahaman terhadap ajaran agamanya. Dalam usahanya memperkuat iman
dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, murid dengan profil ini juga
menghargai segala bentuk ciptaan Nya, baik itu alam tempat ia tinggal,
manusia lain, dan yang juga tidak boleh dilupakan, dirinya sendiri. Dengan
menghargai hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sendiri, orang
lain, serta alam, maka seorang murid dapat memenuhi dimensi ini.
Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
● Akhlak Beragama. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu ataupun
memiliki:
- Mengenal dan mencintai Tuhan Yang Maha Esa
- Pemahaman agama/kepercayaan
- Pelaksanaan ajaran agama/kepercayaan
● Akhlak Pribadi. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan
ataupun memiliki:
- Integritas (sebagai bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dalam
relasi dengan orang lain)
- Merawat diri secara fisik, mental, dan spiritual
● Akhlak kepada manusia. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu
menunjukkan:
● Mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai
perbedaan
● Berempati kepada orang lain
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 27
● Akhlak kepada alam. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu
menunjukkan:
- Menjaga lingkungan
- Memahami keterhubungan ekosistem bumi
● Akhlak bernegara. Dalam elemen ini seorang murid mampu menunjukkan:
- Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara
2) Berkebinekaan Global
Murid dengan dimensi profil ini merupakan seorang murid yang berbudaya,
memiliki identitas diri yang matang, mampu menunjukkan dirinya sebagai
representasi budaya luhur bangsanya, serta terbuka terhadap keberagaman
budaya daerah, nasional, global. Hal ini dapat diwujudkan dengan kemampuan
berinteraksi secara positif antar sesama, memiliki kemampuan komunikasi
interkultural, serta mampu memaknai pengalamannya di lingkungan majemuk
sebagai kesempatan pegembangan dirinya. Berikut beberapa elemen dan sub
elemen dari dimensi Berkebinekaan Global:
● Mengenal dan menghargai budaya. Dalam elemen ini berarti seorang murid
mampu:
- Mendalami budaya dan identitas budaya
- Mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan budaya,
kepercayaan, serta praktiknya
- Menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya
● Komunikasi dan interaksi antar budaya. Dalam elemen ini berarti seorang
murid mampu menunjukkan:
- Berkomunikasi antar budaya
- Mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif
● Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan. Dalam
elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan:
● Melakukan refleksi terhadap pengalaman kebinekaan
28 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
● Menghilangkan stereotip dan prasangka
● Menyelaraskan perbedaan budaya
● Berkeadilan Sosial. Dalam elemen ini seorang murid mampu:
- Turut serta aktif, membangun masyarakat yang adil, inklusif dan
berkelanjutan
- Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan bersama
- Memahami peran individu dalam demokrasi
3) Gotong Royong
Seorang murid yang memiliki dimensi Gotong Royong berarti murid tersebut
mampu berkolaborasi dengan orang lain dan secara proaktif mengupayakan
pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang yang ada dalam
masyarakatnya. Murid tersebut juga sadar bahwa Ia tidak hidup sendiri,
memiliki kesadaran diri sebagai bagian dari kelompok, sehingga perlu ada
usaha dari dirinya untuk membantu pencapaian kebahagiaan kelompoknya.
Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Gotong Royong:
● Kolaborasi. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan:
- Kerjasama
- Berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama
- Menumbuhkan rasa saling ketergantungan positif (menyadari peran
dirinya dan peran orang lain dalam kontribusinya dalam pencapaian
tujuan kelompok)
- Koordinasi Sosial (melakukan koordinasi demi pencapaian tujuan
bersama)
● Kepedulian. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan
atau memiliki:
- Tanggap terhadap lingkungan
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 29
- Persepsi sosial (memahami dan menghargai lingkungan sosialnya,
untuk memunculkan situasi yang sejalan dengan kesejahteraan
lingkungan sosialnya)
● Berbagi. Memberi dan menerima segala hal yang penting bagi kehidupan
pribadi dan bersama.
4) Mandiri
Seorang murid yang memiliki dimensi mandiri berarti murid tersebut
mempunyai prakarsa atas pengembangan diri dan prestasinya dan didasari
pada pengenalan kekuatan serta keterbatasan dirinya serta situasi yang
dihadapi, dan bertanggung jawab atas proses dan hasilnya. Murid yang
memiliki dimensi ini juga mampu mengelola dirinya sendiri (pikiran, perasaan,
tindakan) untuk mencapai tujuan pribadinya ataupun tujuan bersama. Berikut
beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Mandiri:
● Pemahaman diri dan situasi. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu:
- Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi
- Mengembangkan refleksi diri
● Regulasi diri. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu:
- Regulasi emosi
- Menetapkan tujuan dan rencana strategis pengembangan diri dan
prestasi
- Memiliki inisiatif bekerja secara mandiri
- Mengembangkan kendali dan disiplin diri
- Percaya diri, resilien dan adaptif
5) Bernalar Kritis
Seorang murid yang memiliki dimensi Bernalar Kritis berarti murid tersebut
mampu menggunakan kemampuan nalar dirinya untuk memproses informasi,
mengevaluasinya, hingga menghasilkan keputusan yang tepat untuk
mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya. Murid tersebut mampu
30 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
menyaring informasi, mengolahnya, mencari keterkaitan berbagai informasi,
menganalisa serta membuat kesimpulan berdasarkan informasi tersebut.
Dimensi ini juga berarti keterbukaan terhadap berbagai macam perspektif
ataupun pembuktian baru (termasuk pada pendapatnya semula yang
digugurkan oleh pembuktian baru ini). Keterbukaan ini pun mampu
bermanfaat dalam kehidupan murid di masa mendatang karena
menumbuhkan murid yang terbuka, mau mengubah pendapatnya, serta
menghargai pendapat orang lain. Berikut beberapa elemen dan sub elemen
dari dimensi Bernalar Kritis:
● Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan. Dalam elemen ini
berarti seorang murid mampu:
- Mengajukan pertanyaan (untuk mengumpulkan data yang akurat)
- Mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengolah informasi dan gagasan
● Menganalisa dan mengevaluasi penalaran.
● Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri.
6) Kreatif
Seorang murid yang memiliki dimensi kreatif berarti mampu memodifikasi,
menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak
untuk mengatasi berbagai persoalan baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk
lingkungan di sekitarnya. Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari
dimensi Kreatif:
● Menghasilkan gagasan yang orisinal.
● Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
● Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi
permasalahan.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 31
Profil Pelajar Pancasila ini juga tidak harus diajarkan dalam mata pelajaran
khusus, namun memang harus diajarkan secara eksplisit, juga terintegrasi dalam
muatan pembelajaran. Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini, tentunya
perlu peran pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan profil yang
dijabarkan. Peran pendidik yang pertama terkait dengan Profil Pelajar Pancasila ini
adalah mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu. Ketika seorang
pendidik menghidupi profil ini, maka akan lebih mudah bagi murid untuk
mengikutinya. Keteladanan seorang guru dalam menjalankan profil ini pasti akan
dilihat dan dipelajari oleh para muridnya. Oleh karena itu, Program Guru Penggerak
ini ada untuk melengkapi Bapak/Ibu sekalian agar menjadi Guru Penggerak yang
berfokus pada pembentukan Profil Pelajar Pancasila.
B.4. Nilai-nilai Guru Penggerak
Rokeach (dalam Abdul H., 2015), menyatakan bahwa nilai merupakan keyakinan
sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan tolok ukur pengambilan keputusan
terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai-nilai positif
dalam diri seseorang akan membantu mereka mengambil posisi ketika berhadapan
dengan situasi atau masalah, sebagai bahan evaluasi ketika membuat keputusan dalam
kehidupan sehari-hari.
Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari,
maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai
nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak. Guru Penggerak diharapkan untuk memimpin
dan mengelola perubahan. Sebagai pemimpin perubahan, Guru Penggerak diharapkan
mulai berlatih dan mengadopsi kebiasaan “berpikir sistem” sebagai pendekatan holistik
yang berfokus pada bagaimana bagian-bagian penyusun sebuah ekosistem pendidikan
saling terkait dan bagaimana bagian-bagian tersebut dari waktu ke waktu bekerja secara
simultan dalam konteks lain atau sistem lain yang lebih besar. Dengan begitu, Guru
32 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Penggerak dapat lebih mendalam dan jernih dalam “memahami perubahan” yang
sedang berjalan (atau dibawakan) terutama pada tataran strategis untuk menjawab
pertanyaan “mengapa” yang menjadi alasan moral dan rasional, dan memiliki mentalitas
untuk mewujudkan inisiatif perubahan menjadi nyata (make it happen mentality).
Guru Penggerak yang paham akan perubahan berarti paham bahwa bersama
perubahan, datang pula gangguan atau kekacauan. Akan ada perbedaan pendapat yang
harus dipahami, didamaikan. Guru Penggerak perlu “membangun keselarasan atau
koherensi” secara efektif untuk menuntun yang lain melampaui perbedaan dan
menerima perbedaan yang muncul ke permukaan. Dengan demikian, Guru Penggerak
juga akan mengadopsi mentalitas “berpikir berbasis aset” yang mengapresiasi dan
memanfaatkan kekuatan atau sumberdaya yang telah dimiliki, bukan berkutat pada apa
yang tidak dimiliki.
Dengan demikian, dalam membawakan perubahan Bapak/Ibu diharapkan dapat
beranjak dari keadaan diri yang kurang berkesadaran menuju ke diri yang berkesadaran
penuh. Kesadaran penuh bersama lima keterampilan sosial-emosional (kesadaran diri,
pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab dan beretika) yang memungkinkan bertumbuhnya pola pikir
dan nilai-nilai yang diharapkan menubuh pada Guru Penggerak akan dipelajari lebih
dalam di paket modul berikutnya (Modul 2.2 . Gambar 10 di bawah ini berupaya
mengilustrasikan kata-kata kunci yang terkait dengan nilai-nilai guru penggerak: (1)
berpihak pada murid, (2) reflektif, (3) mandiri, (4) kolaboratif, serta (5) inovatif.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 33
Gambar 11. Roda Nilai Guru Penggerak
Nilai 1. Berpihak pada Murid
Berpihak pada murid adalah nilai yang telah dibahas khusus sebelumnya di
Modul 1.1. sebagai filosofi utama dari Ki Hadjar Dewantara. Nilai ini mensyaratkan Guru
Penggerak untuk selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan murid. Sebagai
bentuk keberpihakan tersebut, kita juga perlu menilik sejenak dokumen yang disetujui
dan berlaku secara universal di dunia yang terkait dengan pendidikan anak, yaitu:
Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak atau United Nations Convention on the Rights of
the Child (UN CRC) yang juga telah disetujui/diratifikasi oleh hampir semua negara di
dunia, termasuk Indonesia melalui Keppres No. 36 Tahun 1990. Tujuan pendidikan anak
secara universal cukup jelas dituliskan dalam pasal 29 ayat 1 UN CRC sebagai berikut:
34 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
1. Negara-negara Pihak setuju bahwa pendidikan anak harus diarahkan untuk:
(a) pengembangan kepribadian, bakat dan kemampuan mental dan fisik anak secara
maksimal;
(b) Pengembangan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental, dan untuk prinsip-prinsip yang diabadikan dalam Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa;
(c) Pengembangan rasa hormat terhadap orang tua anak, identitas budaya, bahasa
dan nilai-nilainya anak itu sendiri, untuk nilai-nilai nasional dari negara tempat anak
itu tinggal, negara dari mana ia mungkin berasal, dan untuk peradaban yang berbeda
dengan milik mereka;
(d) Penyiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam masyarakat
yang bebas, dalam semangat saling memahami, perdamaian, toleransi, kesetaraan
jenis kelamin, dan persahabatan di antara semua orang, kelompok etnis, bangsa, dan
agama, serta orang-orang asli;
(e) Pengembangan rasa hormat terhadap lingkungan alam.
Makna dari tujuan pendidikan pada pasal 29 ayat 1 UN CRC ini sangat dalam dan
luas, melampaui teksualnya karena kesepakatan ini dihasilkan oleh seluruh ahli anak di
dunia dengan latar-belakang ilmu yang beragam. Kesepakatan ini telah melingkupi 4
poin utama yakni perkembangan diri sendiri, penguatan identitas yang melingkupi anak,
penghormatan HAM, dan penghormatan atas lingkungan. Poin penghormatan kepada
HAM itu intrinsik dengan nilai universal manusia dan selaras dengan Sila 2 Pancasila.
Penghormatan terhadap lingkungan alam, merupakan bentuk tanggung-jawab dan
perwujudan filosofi Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan anak yang selaras
dengan kodrat alam dan kodrat zaman, mengingat persoalan lingkungan alam,
perubahan iklim, perusakan lingkungan dan lain sebagainya akan semakin nyata di hari-
hari depan anak-anak kita.
Segala keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak harus didasari oleh
semangat untuk memberdayakan dirinya serta memanfaatkan aset/kekuatan yang ada
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 35
untuk menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang positif serta
berkualitas bagi muridnya. Segala hal yang Guru Penggerak lakukan, harus bergeser dari
pemuasan kepentingan diri sendiri, maupun pihak lain, menuju kepentingan
pembelajaran murid. Guru Penggerak yang memiliki nilai ini, akan selalu berpikir
mengenai pertanyaan utama yang mendahulukan muridnya, seperti: “apa yang murid
butuhkan?”, “apa yang bisa saya lakukan agar suasana belajar dan proses pembelajaran
ini lebih baik?”, “bagaimana saya dapat membuka lebih banyak kesempatan bagi anak
untuk mewujudkan dunia yang mereka idamkan?”, dan lain-lain.
Nilai 2. Mandiri
Nilai Mandiri ini, secara sederhana menggambarkan semangat Guru Penggerak
untuk terus belajar sepanjang hayat. Ini juga berarti seorang Guru Penggerak harus
senantiasa memampukan dirinya sendiri dalam melakukan aksi serta berkenan
mengambil tanggung jawab dan turun tangan untuk memulai perubahan. Guru
Penggerak yang mandiri termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus
menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah, dinas, atau pihak lain.
Seyogyanya, dalam membawakan perubahan yang positif, pendidik perlu
memahami psikis-fisik-etis-estetis manusia dan pedagogis (pendidikan anak). Hal itu
selaras dengan Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa seorang guru harus
menguasai lima ilmu yaitu: ilmu hidup batin (psikologis), ilmu hidup jasmani (fisiologis),
ilmu kesopanan (etika), ilmu keindahan (estetika), dan ilmu pendidikan (pedagogis).
Dengan demikian, Guru Penggerak harus secara sengaja merencanakan dan melakukan
perbaikan diri sehingga makin menguasai dan makin ahli dalam apapun yang dianggap
perlu untuk membawakan perubahan yang berpihak pada murid. Guru Penggerak yang
mandiri memiliki daya lenting dan terpacu untuk memperhatikan kualitas kinerja dan
hasil kerja mereka. Mereka beranjak dari “kekaburan dan ketidaktepatan” menuju
“keelokan dan ketepatan” kualitas kinerja dan hasil kerja mereka.
36 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Nilai 3. Reflektif
Nilai Reflektif layaknya adalah model mental yang diharapkan menubuh pada
Guru Penggerak dimana mereka senantiasa memaknai pengalaman yang terjadi di
sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun pihak lain secara positif-
apresiatif-produktif. Proses mewujudkan Profil Pelajar Pancasila pada diri sendiri
sebagai Guru Penggerak dan menuntun perwujudannya pada murid-murid merupakan
perjalanan yang penuh dengan variasi pengalaman-pengalaman. Pengalaman-
pengalaman ini boleh jadi akan menimbulkan kesan positif maupun negatif. Dengan
mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak memanfaatkan pengalaman-pengalaman
tersebut sebagai pembelajaran untuk menuntun dirinya, murid, dan sesama dalam
menangkap pembelajaran positif, sehingga mampu menjalankan perannya dari waktu
ke waktu.
Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif, memiliki daya saing yang tinggi
karena mereka sadar akan hakikat persaingan. Mereka akan bersaing dengan potensi
dan upaya diri mereka sendiri. Dengan begitu, mereka terus mengupayakan
peningkatan efikasi dirinya, bagaimana mendorong dirinya untuk membuat pilihan-
pilihan masuk akal dan bertanggung jawab untuk memperbaiki kualitas kinerja dan hasil
kerjanya, serta bergeser dari dorongan perubahan diri yang sifatnya eksternal menuju
penguatan dorongan diri yang bersifat internal.
Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai rencana tindakan saja,
mereka juga mengejawantahkannya lewat tindakan nyata sebagai perbaikan yang perlu
dilakukan. Dalam konteks Pendidikan Guru Penggerak, Bapak/Ibu CGP harus menjadikan
refleksi sebagai kebiasaan bukan sekedar sebagai tugas menyelesaikan tagihan materi.
Refleksi yang baik dapat membantu mengubah pengalaman menjadi proses
pembelajaran yang memberdayakan baik individu maupun kelompok dalam
meningkatkan dan mengungkap potensi mereka. Sehingga refleksi harus menjadi
kebutuhan. Guru Penggerak yang reflektif memperlakukan kegiatan refleksi ini secara
pribadi, menuliskan kata demi kata yang memang bermakna dan membuat dirinya
sendiri tulus bergerak, bukan sekedar untuk terlihat indah dan enak dibaca saja. Bacaan
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 37
di bawah ini adalah dua model refleksi yang dapat diadopsi dan mulai dibiasakan untuk
dilakukan.
Bacaan 4. Model Refleksi
Model refleksi 4P
Merupakan model pertanyaan yang bisa kita gunakan untuk memaknai pengalaman
yang sudah pernah kita rasakan sebelumnya. Keempat langkah ini merupakan
terjemahan dari 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway (1991), yaitu:
● Peristiwa (Facts): paparan objektif berdasarkan pengalaman nyata atas apa
yang sejauh ini telah dialami. Contoh pertanyaan: apa kendala yang saya
hadapi? apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? apa yang saya
lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? apakah tindakan tersebut
berhasil?
● Perasaan (Feelings): apa yang dirasakan kini setelah mengikuti proses
tersebut. Contoh pertanyaan: Apa yang saya rasakan ketika menghadapi
kendala tersebut? ketika saya mencoba mengatasi kendala tersebut
bagaimana perasaan saya?
● Pembelajaran (Findings): apa hal paling konkrit yang dapat diambil sebagai
pembelajaran dan mungkin telah membawa makna baru. Contoh
pertanyaan: apa yang saya pelajari dari proses ini? apa hal baru yang saya
ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
● Penerapan ke depan (Future): apa hal yang dapat segera diterapkan baik
sebagai individu. Contoh pertanyaan: apa yang bisa saya lakukan ke
depannya dari pembelajaran dalam proses ini? pada aspek apa?
Model refleksi 5M
Model refleksi ini diadaptasi dari model 5R (Bain dkk. (2002) dalam Ryan & Ryan
38 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
(2013)). 5M terdiri dari langkah-langkah berikut:
● Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi
● Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam
menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini,
pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.
● Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan
pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.
● Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa
tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya
dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.
● Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika
menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.
Nilai 4. Kolaboratif
Nilai Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa
membangun daya sanding. Mereka memperhatikan pentingnya kesalingtergantungan
yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang
Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung
pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu
mengomunikasikan kepada semua pihak mengenai pentingnya keberpihakan pada
murid.
Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa saling
percaya dan saling menghargai, serta mengakui dan mengelola kekuatan serta
perbedaan peran tiap pemangku kepentingan di sekolah, sehingga tumbuh semangat
saling mengisi, saling melengkapi. Semangat pembelajaran tim. Mereka beranjak dari
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 39
laku yang terisolasi dan saling terpisah menuju laku yang terhubung oleh perhatian dan
urgensitas yang sama dalam komunitasnya, dalam hal ini adalah kepentingan
pembelajaran murid.
Nilai 5. Inovatif
Makna dari nilai Inovatif adalah seorang Guru Penggerak mampu senantiasa
memunculkan gagasan segar dan tepat guna. Dengan demikian, nilai inovatif ini juga
mengisyaratkan penguatan semangat ko-kreasi (gotong-royong) dan pemberdayaan
aset/kekuatan yang ada di sekolah untuk mewujudkan visi bersama. Di tengah
perkembangan zaman, realitas situasi yang dihadapi pendidik pun semakin volatil (tidak
dapat ditebak), tidak pasti, kompleks, ambigu (meragukan, kurang jelas, sehingga dalam
menghadapinya cenderung kurang awas). Agar nilai inovatif muncul, maka diperlukan
fleksibilitas (daya lentur) dari seorang Guru Penggerak. Mereka berkenan mengadopsi
multiperspektif, mencari dan membuat alternatif, mengubahsuaikan gaya dan
kecenderungan lama, untuk mewujudkan perubahan dan bergeser dari pandangan yang
ego-sentris serta sempit menuju pandangan-pandangan alternatif dan luas.
Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif juga pantang menyerah (daya
lenting) serta jeli melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya untuk mendukung dan
meningkatkan kualitas pembelajaran murid.
Tugas B.
1. Manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan setelah Bapak/Ibu
memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik?
2. Tindakan spesifik apa yang dapat dilakukan untuk menguatkan diri Bapak/Ibu
sendiri untuk memberdayakan murid dalam memilih jalan kodratnya sekaligus
menguatkan tumbuhnya motivasi intrinsik mereka dalam mengejawantahkan Profil
Pelajar Pancasila?
40 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
C. BAGAIMANA MENGGERAKKAN MANUSIA: MENUNTUN KEKUATAN
KODRAT MANUSIA
Pertanyaan pemandu: Bagaimana struktur sistemik lingkungan dalam pembentukan
nilai-nilai dalam diri seseorang?
C.1. Berpikir strategis dan menguatkan lingkaran pengaruh
Sebagai guru penggerak, Bapak/Ibu tentu memahami bahwa perubahan yang
sifatnya transformatif demi menjangkau kepentingan lebih banyak murid tidak akan
mampu dilakukan sendirian, perlu menggerakkan lebih banyak guru, lebih banyak pihak.
Agar mampu menggerakkan orang lain agar berdampak pada murid, Bapak/Ibu perlu
memahami konsep lingkaran pengaruh. Secara sederhana, lingkaran pengaruh adalah
gambaran sejauh mana pengaruh Bapak/Ibu efektif dalam membawakan perubahan,
atau dalam menggerakkan orang lain.
Dalam lingkaran pengaruh, Bapak/Ibu dapat diumpamakan sebagai supir,
dimana Bapak/Ibu yang memegang kendali arah kendaraan, serta mengatur
kecepatannya. Jadi dalam lingkaran pengaruh, Bapak/Ibu punya “kuasa” dan
kepercayaan diri untuk menjalankan inisiatif perubahan pada dimensi: diri, orang lain,
institusi, dan lingkungan-masyarakat. Dalam masing-masing dimensi, Bapak/Ibu perlu
menguatkan relasi (saling percaya, saling menghormati, saling bebas berekspresi), agar
terbukalah komunikasi (dialog, terhubung hati dengan hati), lalu memungkinkan
kolaborasi, hingga menghadirkan kontribusi (Lingkaran Ungu pada Gambar 11).
Perubahan yang Bapak/Ibu bawakan pasti terjadi di dalam lingkaran pengaruh. Dari
waktu ke waktu, seiring dengan makin kuat dan mampu-nya Bapak/Ibu maka lingkaran
pengaruh Bapak/Ibu pun makin meluas.
Lingkaran kuning pada Gambar 11, berusaha menggambarkan pada Bapak/Ibu
dua lingkaran lain, yaitu lingkaran kepedulian dan lingkaran perhatian. Lingkaran
kepedulian itu bagaikan kita di kursi penumpang, tidak punya kuasa langsung atau kuasa
cukup untuk menjalankan dan mempengaruhi perubahan. Dalam perumpamaan supir,
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 41
penumpang dan kendaraan tadi, lingkaran perhatian itu berada di luar kendaraan.
Bapak/Ibu masih punya perhatian, tapi sebatas itu saja, perhatian. Contoh misalnya kita
gemar memperhatikan berita politik, sepakbola, dan lainnya, namun tidak punya kuasa
apa-apa untuk mempengaruhinya langsung. Untuk itu, Bapak/Ibu tidak perlu
menghabiskan terlalu banyak energi dan pikiran untuk stress ketika tidak mampu
melakukan perubahan di lingkaran kepedulian atau lingkaran perhatian. Nikmati proses
menguatkan dan memperluas pengaruh Bapak/Ibu sedikit demi sedikit, orang demi
orang. Mulailah dengan menguatkan lingkaran pengaruh dari dimensi diri sendiri.
Gambar 12. Dimensi pada lingkaran pengaruh
Dengan demikian, Bapak/Ibu dapat menempatkan diri untuk berpikir sebagai
pemimpin di tataran individu, maupun mengadopsi pemikiran strategis di tataran
ekosistem pendidikan, sesuai lingkaran pengaruh Bapak/Ibu, dalam hal ini yang sudah
pasti adalah murid di kelas dan rekan lain di sekolah, sehingga mampu memfasilitasi
gotong-royong dalam mencari jawaban sebagai penyelaras konteks (context setter),
bukan sekedar sebagai penyedia jawaban.
C.2. Diagram identitas gunung es
Suka atau tidak, di luar kelebihan dan kelemahannya, baik atau tidak
karakternya, guru sudah terlanjur dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di
tengah masyarakat kita. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi
teladan bagi muridnya. Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan
42 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
kesadaran penuh atau membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa.
Menjadi teladan harus diupayakan secara sadar.
Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan
murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan
moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka
sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter
yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid
mereka.
Pada bagian ini, Bapak/Ibu akan menonton sebuah video pendek berjudul
“Diagram Identitas Gunung Es” yang berusaha menggambarkan bagaimana karakter
seseorang ditumbuhkan. Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilai-
nilai kebajikan di dalam diri murid-muridnya. Guru berkesempatan untuk
mengembangkan lingkungan yang dapat mempengaruhi identitas murid agar berproses
menumbuhkan nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu, guru harus terus mengembangkan
diri menjadi teladan nilai-nilai kebajikan dan memanfaatkan ekosistem lingkungan
sadar-bawah sadar, fisik-psikis, maupun ekstrinsik-intrinsik untuk menumbuhkan nilai-
nilai kebajikan dengan konsisten melalui gotong-royong bersama segenap anggota
komunitas di sekolahnya.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 43
Gambar 13. Tangkapan gambar video Diagram Identitas Gunung Es
C.3. Peran Guru Penggerak
Di masa mendatang, Guru Penggerak diharapkan dapat memainkan peran-peran
memimpin perubahan dalam ekosistem pendidikannya masing-masing. Kepemimpinan
seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun
kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Bapak/Ibu diajak
untuk membaca dan memahami 4 kategori kompetensi sebagai kompetensi-kompetensi
yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu:
mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen
sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Seorang Guru Penggerak diharapkan
mempunyai kesemua kompetensi itu. Guru Penggerak juga berfokus sebagai pemimpin
yang menggerakkan diri, sesama, serta lingkungan-masyarakat untuk mewujudkan
sekolah yang berpihak pada murid. Peran Guru Penggerak muncul sebagai respon atas
4 kompetensi kepemimpinan sekolah tersebut. Gambar 11 berusaha menggambarkan
Peran Guru Penggerak yang dimulai dengan pendalaman Nilai-nilai Guru Penggerak
dalam diri Guru Penggerak. Terdapat 5 peran Guru Penggerak yang akan diuraikan
secara singkat di bagian ini.
44 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Gambar 14. Peran Guru Penggerak di lingkup kelas-sekolah dan lingkungan
masyarakat
1. Menjadi Pemimpin Pembelajaran
Sambil menginternalisasikan nilai-nilai, Guru Penggerak akan meresonansikan
semangat-harapan-antusiasme yang dirasakan oleh mereka yang berinteraksi dalam
lingkaran pengaruh sang Guru Penggerak baik di kelas, sekolah, maupun lingkungan-
masyarakat. Diisyaratkan juga, bahwa Guru Penggerak itu menjalankan filosofi among
Ki Hadjar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulada (menjadi teladan, memimpin, contoh
kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain perbuatan-kelakuan-
sifat dan lain-lainnya), Ing Madya Mangun Karsa (memberdayakan, menyemangati,
membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya
demi memperbaiki kualitas diri mereka), serta Tut Wuri Handayani (mempengaruhi,
memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain
bertumbuh dan maju). Guru Penggerak pun mengadopsi kerangka berpikir inkuiri-
apresiatif dalam memimpin perubahan sehingga mereka lugas dalam mengemas
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 45
pertanyaan-pertanyaan pemantik dialog yang mengungkap potensi, kekuatan atau aset
individu maupun sekolah demi pencapaian visi bersama. Inkuiri-apresiatif juga dapat
menjadi alat bantu dalam proses mengelola perubahan yang secara lebih mendetail
akan dibahas tahapan-tahapannya (BAGJA) di modul selanjutnya (Modul 1.3.).
Dengan menjalankan prinsip among Ki Hadjar Dewantara dan pola pikir inkuiri-
apresiatif diharapkan Guru Penggerak mampu menjalankan peran-perannya. Guru
Penggerak akan mendorong adopsi pemikiran dan tindakan strategis di tengah
komunitasnya, jadi mereka akan lebih banyak membangun percakapan dan kapabilitas
strategis komunitasnya tidak cuma soal operasional dan teknis saja.
Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh
perhatian penuh secara sengaja pada komponen pembelajaran, seperti kurikulum (intra,
ekstra, dan ko -kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik
dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan pelibatan komunitas yang
kesemuanya mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan di
sekolah. Yang dimaksud dengan wellbeing disini adalah semua yang terkait dengan
kondisi yang berpihak pada murid. Apakah kondisi tersebut sudah membuat murid
nyaman untuk belajar? Apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid? Apakah
lingkungan belajar di sekolah sudah memungkinkan anak untuk mendapatkan manfaat
maksimal dari belajar? Guru Penggerak berperan besar dalam membuat lingkungan
sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan, namun tetap menantang, dan relevan
untuk para muridnya. Mereka diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang
berorientasi pada sebesar-besarnya kepentingan tumbuh, kembang, dan mekarnya
murid (flourish).
2. Menjadi Coach Bagi Guru Lain
Dalam menjalankan peran menjadi coach bagi guru lain, terutama yang terkait
dengan peningkatan kualitas pembelajaran bagi murid di sekolah, Guru Penggerak
dituntut untuk berdaya dalam menemani dan menuntun rekan sejawatnya itu untuk
menelaah proses belajar mereka sendiri. Hal ini sekaligus mengisyaratkan bahwa selain
46 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
belajar keterampilan coaching, Guru Penggerak juga harus memberdayakan dirinya
melalui refleksi atas hasil pengalaman praktik-praktik profesionalnya sendiri. Mereka
harus dapat mengambil pembelajaran, memunculkan pertanyaan-pertanyaan
mendalam untuk mengakses keterampilan metakognitifnya ketika melihat dan
mengevaluasi proses berpikirnya sendiri terkait belajar, pencapaian tujuan, dan
pemecahan masalah. Sebagai coach Guru Penggerak juga harus lincah berpindah-pindah
dari pemikiran pengembangan rekan sejawat pada level individu dan level anggota
komunitas pendidik di sekolah.
3. Mendorong kolaborasi
Secara sederhana, kolaborasi berarti bekerja bersama untuk mencapai suatu
tujuan atau menghasilkan sesuatu. Di sana tersirat makna bahwa setiap pihak yang
terlibat memiliki kekuatan yang saat dipersatukan menjadi saling melengkapi dan
produktif. Oleh karena itu, agar suatu inisiatif kolaborasi menjadi produktif, maka tiap
anggota yang terlibat di dalamnya membawa “sesuatu” yang berkontribusi pada proses
dan hasilnya nanti.
Guru Penggerak harus punya pandangan apresiatif yang memungkinkan
pengungkapan potensi positif rekan yang lain. Mereka membuka lebih banyak ruang
dialog positif antar guru, antara guru dan pemangku kepentingan baik di dalam maupun
di luar sekolah demi meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid. Lewat peran ini,
seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mengomunikasikan urgensi dari inisiatif
perubahan yang sedang dibawakannya pada lebih banyak pemangku kepentingan,
terutama mereka yang kiranya dapat membawa dampak positif pada murid.
4. Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency)
Guru Penggerak diharapkan mengambil peran untuk mewujudkan
kepemimpinan murid. Untuk itu, Guru Penggerak perlu memahami bagaimana meramu
pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga murid merasa kompeten, mandiri,
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 47
dicintai, dan memiliki kepercayaan diri serta determinasi untuk mencapai segala yang
mereka impikan. Guru Penggerak senantiasa memampukan diri untuk menuntun murid
di sekolahnya agar murid mereka sadar bahwa sebagai murid di saat ini, mereka juga
adalah wajah Indonesia di masa depan, sehingga mereka berdaya dan turut aktif
berkontribusi pada makin indahnya dunia di masa depan sejak sekarang. Dalam
mewujudkan kepemimpinan murid, Guru Penggerak mengerti betul esensi dari Tut Wuri
Handayani, sehingga mereka menempatkan murid pada kursi pemegang kendali proses
pembelajaran mereka sendiri. Guru Penggerak menuntun murid mereka belajar
merdeka untuk merdeka belajar.
5. Menggerakkan Komunitas Praktisi
Guru Penggerak diharapkan dapat mengambil peran untuk menggerakkan
komunitas praktisi di sekolah dan di wilayahnya. Agar komunitas praktisi dapat berjalan
secara berkesinambungan, Guru Penggerak pun perlu menumbuhkan budaya belajar
kolaboratif atau komunitas belajar profesional bersama para rekan guru di sekolah
maupun wilayahnya. Komunitas belajar inilah yang menjadi wahana perjumpaan
profesional para guru. Komunitas belajar ini memungkinkan terjadinya dialog akademik,
percakapan profesional, perencanaan strategis, diskusi teknis secara kolaboratif, terkait
dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran sekaligus membuahkan inovasi
pembelajaran (cara baru atau cara pandang baru) yang berdampak positif bagi murid.
Kerangka kerja Lesson Study: Merencanakan (Plan), Mengerjakan (Do), Melihat
kembali (See) adalah satu dari banyak contoh kerangka kerja kolaboratif yang dapat
digunakan untuk menggerakkan sebuah komunitas belajar profesional dan
menghasilkan praktik-praktik baik. Banyaknya praktik baik yang dibagikan dalam
komunitas tersebut akan menjadi bahan belajar bersama sehingga terus mendorong
agar praktik yang dilakukan menjadi semakin baik.
Dalam Program Guru Penggerak, Bapak/Ibu sebagai Calon Guru Penggerak akan
diperlengkapi (di kegiatan lokakarya) dengan pengetahuan dan keterampilan untuk
48 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
mengidentifikasi dan menggerakkan komunitas praktisi dalam ekosistem pendidikan di
wilayah masing-masing.
Tugas C.
● Apa kaitan antara diagram identitas gunung es dengan penumbuhan Profil Pelajar
Pancasila pada murid dan transformasi pendidikan?
● Apa konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es pada peran saya sebagai
Guru Penggerak dalam transformasi pendidikan?
FORUM DISKUSI TERTULIS (1 JP)
Setelah mempelajari paparan materi dalam tahap eksplorasi konsep ini,
diharapkan Bapak/Ibu secara individu dapat menguatkan pemahaman dan
mempersiapkan diri untuk berkolaborasi dalam kelompok dengan menjawab
pertanyaan:
1. Apa yang dapat saya ceritakan mengenai salah SATU dari nilai-nilai GP (berpihak
pada murid, inovatif, kolaboratif, reflektif, dan mandiri) yang telah membantu
saya dalam melayani murid saya dengan lebih baik? Tuliskan dalam bentuk
narasi singkat untuk berbagi dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi.
2. Apa saja 10 kegiatan di sekolah yang saya anggap masuk sebagai contoh
penerapan dari peran GP yang saya pahami saat ini (pemimpin pembelajaran,
pendorong kolaborasi, penggerak komunitas praktisi, mewujudkan
kepemimpinan murid, menjadi coach bagi rekan guru)? Buatlah daftarnya untuk
digunakan saat berbagi ide dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi.
Pada segmen ini, selain diminta untuk merespon kedua pertanyaan di atas,
Bapak/Ibu juga diminta memberikan komentar dan umpan balik atas respon rekan CGP
lainnya pada 2 pertanyaan di atas (paling tidak untuk 2 rekan CGP lain). Gunakan
kesempatan ini untuk menangkap atau memikirkan bagaimana ide dan wawasan rekan
lain dapat bekerja dalam konteks Bapak/Ibu masing-masing.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 49
Pembelajaran 3 – Ruang Kolaborasi
Diskusi Pembuatan Karya
Durasi: 6 JP
Moda: Pertemuan tatap maya (Diskusi pembuatan karya (3 JP), sesi Presentasi (2 JP),
sesi Refleksi-surat terimakasih (1 JP))
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP merancang kegiatan yang memanfaatkan kekuatan nilai para pihak secara
kolaboratif
Setelah mempelajari paparan materi pada bagian ini, Bapak/Ibu telah menjawab
pertanyaan pada forum diskusi tertulis secara individu. Gunakan pemahaman dan
refleksi pribadi Bapak/Ibu pada forum diskusi tertulis itu untuk berkolaborasi dalam
kelompok dan merespon tugas berikut:
Tugas RK1. Membuat karya poster/peta pikiran/powerpoint/video (3 JP)
Dalam kelompok, bagaimana saya dapat berkontribusi dalam merancang SATU
kegiatan yang sesuai dengan SATU peran GP yang kelompok pilih dalam upaya
mengkolaborasikan kekuatan nilai yang telah dimiliki oleh masing-masing rekan
dalam kelompok saya? Susunlah gambaran (rancangan) singkat kegiatan yang
berbasis kekuatan nilai setiap anggota kelompok.
Usai kerja kelompok, Bapak/Ibu diajak untuk melakukan refleksi dengan merespon tugas
berikut:
Tugas RK2. Refleksi (1 JP)
Siapa (1 orang) rekan dalam kelompok saya di Ruang Kolaborasi yang menurut saya
sudah memiliki satu nilai yang saya masih perlu kembangkan? Apakah nilai itu? Dan
mengapa itu penting untuk saya dan proses kolaborasi kelompok? Tuliskan dalam
50 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
bentuk surat terimakasih dan apresiatif pada rekan tersebut (untuk nantinya
dikirimkan melalui aplikasi pesan singkat).
Tenggat waktu pengumpulan tugas sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya
Bapak/Ibu akan mengikuti sesi pertemuan tatap maya bersama kelompok untuk
mempresentasikan hasil kolaborasi (2JP) Anda di depan kelompok lain dan fasilitator.
Karya yang Anda buat akan dinilai berdasarkan rubrik di bawah ini. Selamat
berkolaborasi!
Peran Fasilitator:
1. Menentukan anggota kelompok
2. Memastikan CGP mengakses bagian Ruang Kolaborasi
3. Memastikan setiap CGP sudah mendapatkan kelompok kerja
4. Memandu diskusi virtual
5. Menilai hasil karya CGP berdasarkan rubrik Ruang Kolaborasi
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 51
Rubrik 1. Penilaian Ruang Kolaborasi
Aspek Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1
Konten
(40%)
Konten mampu
● menunjukkan nilai-
nilai yang dimiliki
semua anggota
kelompok
● memberi gambaran
singkat kegiatan
yang jelas dan fokus
untuk menguatkan
satu nilai yang
dipilih kelompok
(40%)
Konten mampu
● menunjukkan nilai-
nilai yang dimiliki
beberapa anggota
kelompok
● memberi gambaran
panjang-lebar atas
kegiatan yang jelas
dan fokus untuk
menguatkan satu
nilai yang dipilih
kelompok (30%)
Konten mampu
● menunjukkan nilai-
nilai yang dimiliki
satu anggota
kelompok
● memberi gambaran
singkat kegiatan
walaupun tidak
fokus pada
penguatan satu nilai
yang dipilih
kelompok (20%)
Konten tidak mampu
● menunjukkan nilai-
nilai yang dimiliki
anggota kelompok
● memberi gambaran
panjang-lebar atas
kegiatan dan tidak
fokus pada
penguatan satu nilai
yang dipilih
kelompok (10%)
Penyam-
paian
(40%)
● Bahasa yang
digunakan mudah
dipahami
● teks pada
presentasi singkat,
namun padat
dengan informasi
● Bahasa yang
digunakan mudah
dipahami
● teks pada presentasi
panjang namun
padat informasi
(30%)
● Bahasa yang
digunakan mudah
dipahami
● teks pada
presentasi cukup
panjang dan sedikit
informasi (20%)
● Bahasa yang
digunakan sulit
untuk dipahami
● teks cukup panjang
dan sedikit informasi
(10%)
Desain
(20%)
● Menggunakan 2-3
warna dominan
dalam desain
● Menggunakan
gambar yang
berguna sebagai
penyampai pesan
● Menggunakan 1
warna dominan
dalam desain
● Menggunakan
gambar namun
kurang mendukung
penyampaian pesan
● Menggunakan
warna yang terlalu
banyak dalam
desain
● Tidak menggunakan
gambar dalam
desain
● Tidak menggunakan
variasi warna dalam
desain
● Tidak menggunakan
gambar dalam
desain
52 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Pembelajaran 4 – Demonstrasi Kontekstual
Tugas DK. Membuat gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan
Durasi: 3 JP
Moda: Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat menciptakan gambaran dirinya di masa depan, setelah mengikuti rangkaian
program pendidikan Guru Penggerak
Tanpa terasa, Bapak/Ibu telah memasuki sesi pembelajaran Pembelajaran 5
Demonstrasi Kontekstual! Sebagaimana judul unitnya, maka setelah merefleksikan
pembelajaran sebelumnya, kini Bapak/Ibu diminta untuk berbagi dengan
menyajikannya dalam bentuk sebuah karya.
Bayangkan diri Bapak/Ibu sudah lulus program ini dan telah menjalani peran sebagai
Guru Penggerak selama 3 tahun. Pada saat itu, tentunya Bapak/Ibu sudah memiliki
kepercayaan diri dan telah membawakan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan nilai dan
peran sebagai Guru Penggerak. Buatlah kisah narasi tertulis/presentasi
PowerPoint/poster/peta pikiran/video/audio sederhana yang dapat menggambarkan
kira-kira apa saja aktivitas Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak baik dalam keseharian,
atau yang terprogram rutin berkesinambungan, maupun yang sifatnya ad-hoc (khusus).
Buatlah sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan nilai-nilai Guru Penggerak
(berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif) yang Bapak/Ibu telah
dihidupi selama 3 tahun tersebut.
Poin utama tugas kisah narasi ini adalah pada kedalaman substansi serta penggambaran
detail kegiatan yang mewujudkan tiap nilai Guru Penggerak. Jangan terjebak pada
hiasan, sajian, dan tampilan saja. Terlampir di bawah adalah rubrik yang dapat
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 53
membantu Bapak/Ibu dalam membuat kisah narasi tersebut, juga sebagai petunjuk
untuk penilaian.
Peran Fasilitator:
1. Fasilitator memastikan CGP memahami tugas yang diberikan
2. Fasilitator menilai tugas CGP berdasarkan rubrik Demonstrasi Kontekstual
Rubrik Penilaian Demonstrasi Kontekstual
Aspek Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1
Konten
Kisah
Narasi
(80%)
Mampu
menjelaskan
bagaimana
kegiatan-kegiatan
yang
digambarkan
mewujudkan 5
nilai Guru
Penggerak.
(80%)
Mampu
menjelaskan
bagaimana
kegiatan-kegiatan
yang
digambarkan
mewujudkan
paling banyak 3-4
nilai Guru
Penggerak.
(60%)
Mampu
menjelaskan
bagaimana
kegiatan-kegiatan
yang
digambarkan
mewujudkan
paling banyak 1-2
nilai Guru
Penggerak.
(40%)
Tidak mampu
menjelaskan
bagaimana
kegiatan-kegiatan
yang
digambarkan
mewujudkan nilai
Guru Penggerak.
(20%)
Kesatuan
penyajian
(20%)
Perpaduan unsur
yang digunakan
saling mendukung
dan nyaman
untuk dilihat.
(20%)
Salah satu unsur
yang ditampilkan
mengurangi
kenyamanan saat
dilihat.
(15%)
Salah satu unsur
yang ditampilkan
merusak
keterpaduan.
(10%)
Semua unsur
yang digunakan
tidak saling
mendukung.
(5%)
54 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Pembelajaran 5 – Elaborasi Pemahaman
Diskusi virtual bersama Instruktur
Durasi: 2 JP
Moda: Forum diskusi virtual bersama Instruktur
Tujuan Pembelajaran Khusus :
CGP percaya diri untuk mulai menumbuhkan nilai dan peran Guru Penggerak pada
dirinya
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, setelah kita mengikuti rangkaian pembelajaran
mengenai pembentukan nilai diri serta nilai dan peran Guru Penggerak, sekarang mari
kita berdiskusi dengan instruktur mengenai ragam praktik baik yang bisa dilakukan
terkait penumbuhan nilai dalam diri seseorang. Diharapkan Bapak/Ibu Calon Guru
Penggerak dapat mendorong rasa keingintahuannya dalam bentuk pertanyaan
mendalam untuk dibahas bersama Instruktur. Jadi, bukan soal seberapa banyak
pertanyaan yang disampaikan, namun seberapa pentingkah pertanyaan tersebut bagi
Bapak/Ibu dalam menguatkan pemahaman pada Modul 1.2 ini. Berikan respon dengan
membuat pertanyaan pada kolom berikut ini:
Setelah memaknai konsep dalam materi di modul 1.2 ini, pertanyaan yang masih muncul
di benak saya adalah:
● …
● …
Peran Fasilitator:
1. Fasilitator mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari peserta Calon Guru
Penggerak kemudian menyampaikannya kepada instruktur
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 55
Pembelajaran 6 – Koneksi Antarmateri
Penugasan Mandiri
Durasi : 1 JP
Moda : Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus :
CGP mampu menghasilkan kesimpulan berdasarkan materi modul 1.2. Nilai & Peran
Guru Penggerak serta kaitannya dengan modul 1.1. Filosofi Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara
“Jika kita gagal merencanakan, berarti sama saja kita sedang merencanakan
kegagalan.”
~ Benjamin Franklin
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, ini adalah fase terakhir sebelum fase eksekusi atau
Aksi Nyata. Fase ini berisi tantangan tugas individu. Sebagai CGP, Bapak/Ibu ditantang
untuk melakukan refleksi menggunakan Model 4P yang sudah dipaparkan dalam
Eksplorasi Konsep. Pada kesempatan Koneksi Antar Materi ini, Bapak/Ibu diajak untuk
menelaah kembali rangkaian pembelajaran mulai dari Modul 1.1 hingga akhir Modul 1.2
ini. Silakan berikan respon pada kolom berikut ini.
Tugas Koneksi Antar Materi: Refleksi Model 4P (tulisan-naratif/poster/peta-
pikiran/powerpoint/video/audio sederhana)
Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut
adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya (model refleksi 4 P):
56 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
1. Peristiwa: Momen yang paling penting/menantang/mencerahkan bagi saya dalam
proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah ……
Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya pahami adalah ………..
2. Perasaan: Saat momen itu terjadi saya merasa seperti bagaikan …….
3. Pembelajaran: Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa …………...…
sekarang saya berpikir bahwa …………...…
4. Penerapan ke depan (Rencana): Apa pengembangan diri yang sederhana, konkret
dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu
menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak?
Peran Fasilitator:
1. Memastikan CGP memahami tugas yang diberikan
2. Mengingatkan CGP mengumpulkan tugas di LMS
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 57
Pembelajaran 7 – Aksi Nyata
Tugas Aksi Nyata
Moda : Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus :
1. CGP melakukan proses pengembangan diri untuk menguatkan nilai-nilai dan
peran mereka sebagai Guru Penggerak
“Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk
bangsa Indonesia dengan cara Indonesia.”
Ki Hajar Dewantara
Sebagai tahapan terakhir dari siklus pembelajaran MERDEKA, Aksi Nyata merupakan
ruang bagi Bapak/Ibu CGP menerapkan apa yang telah diperoleh dalam satu rangkaian
modul. Bagian ini diharapkan dapat menjadi awalan proses implementasi dari konsep-
konsep yang sudah didapatkan.
Di modul ini, Bapak/Ibu diajak untuk melaksanakan rencana yang telah dituliskan pada
refleksi 4P di bagian Koneksi Antar Materi mengenai “pengembangan DIRI yang
sederhana, konkret dan rutin serta dapat dilakukan sendiri dari sekarang”. Kumpulkan
dalam bentuk dokumentasi dengan format tulisan naratif bergambar/poster
bergambar/ powerpoint/video sederhana yang dapat menceritakan saat diri Bapak/Ibu
menjalankan rencana. Jangan lupa sertakan refleksi sepanjang proses menjalankannya,
seperti apa perasaan Bapak/Ibu, apa ide atau gagasan yang timbul, pembelajaran apa
saja yang dapat diambil, dan apa dampak (perubahan positif) yang paling dirasakan oleh
diri Bapak/Ibu.
58 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Peran Fasilitator:
1. membangun komunikasi dengan pengajar praktik dalam memantau
pelaksanaan rencana aksi CGP
2. mengingatkan CGP untuk secara rutin menuliskan jurnal refleksi pada portofolio
digitalnya.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 59
Surat Penutup
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak sekalian. Selamat. Bapak/Ibu telah
menyelesaikan Modul 1.2 ini. Terima kasih atas semangat dan upaya yang maksimal
dalam menyelesaikan semua tantangan yang diberikan. Semoga segala proses yang
dijalani dalam Modul 1.2 ini dapat membawa manfaat bagi murid-murid Bapak/Ibu
sekalian.
Bapak/Ibu tetap harus memperhatikan bahwa status penyelesaian modul ini
sangat bergantung pada bagaimana menyelesaikan Fase Aksi Nyata masing-masing.
Semoga modul ini berhasil membuat Bapak/Ibu tergerak hingga kemudian mengambil
keputusan untuk bergerak dan akhirnya memberanikan diri untuk menggerakkan lebih
banyak pihak di lingkungan dimana Bapak/Ibu berkarya demi meningkatkan kualitas
layanan dan lingkungan belajar bagi murid-murid.
Modul 1.2 ini melanjutkan Modul 1.1 - Filosofi Pendidikan Indonesia yang
kemudian akan dilanjutkan dengan Modul 1.3 - Visi Guru Penggerak dan Modul 1.4 -
Membangun Budaya Positif di Sekolah. Selamat menikmati tahapan materi berikutnya,
tetaplah terbuka dan bersemangat dalam menjalani prosesnya. Selamat menemukan,
menumbuhkan dan menguatkan jati diri Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak. Salam dan
bahagia!
Modul 1.2. Angkatan 5 Reguler. Nilai dan Peran GP - Final.pdf
Modul 1.2. Angkatan 5 Reguler. Nilai dan Peran GP - Final.pdf
Modul 1.2. Angkatan 5 Reguler. Nilai dan Peran GP - Final.pdf
Modul 1.2. Angkatan 5 Reguler. Nilai dan Peran GP - Final.pdf

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptxPPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptxSantiAprilia7
 
Diagram Frayer
Diagram FrayerDiagram Frayer
Diagram FrayerNurilFile
 
slide PI2 visi dan prakarsa perubahan.pptx
slide PI2 visi dan prakarsa perubahan.pptxslide PI2 visi dan prakarsa perubahan.pptx
slide PI2 visi dan prakarsa perubahan.pptxMuhararMuharar
 
Lembar Kerja 2_Rencana Penguatan Kompetensi Diri (2).docx
Lembar Kerja 2_Rencana Penguatan Kompetensi Diri (2).docxLembar Kerja 2_Rencana Penguatan Kompetensi Diri (2).docx
Lembar Kerja 2_Rencana Penguatan Kompetensi Diri (2).docxAvepAhmadMuasirSpd
 
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptxTugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptxAgungNugroho883817
 
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdfModul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdfIrman Ramly
 
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptxModul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptxNurilFile
 
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdfModul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdfIrman Ramly
 
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxOK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxkwartircabangmempawa
 
SKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptx
SKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptxSKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptx
SKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptxMonaMayaMita1
 
1.3.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.3.pdf
1.3.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.3.pdf1.3.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.3.pdf
1.3.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.3.pdfBASUKI ERYANTO
 
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2Dian Sari
 
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...Irman Ramly
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Irman Ramly
 
RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docxRPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docxDianKurniawati19
 
04. buku pendampingan individu_23092020_draft_layout
04. buku pendampingan individu_23092020_draft_layout04. buku pendampingan individu_23092020_draft_layout
04. buku pendampingan individu_23092020_draft_layoutFerry Slat
 
Tugas Ruang Kolaborasi Modul 2.2.a.5.pptx
Tugas Ruang Kolaborasi Modul 2.2.a.5.pptxTugas Ruang Kolaborasi Modul 2.2.a.5.pptx
Tugas Ruang Kolaborasi Modul 2.2.a.5.pptxJasabangImanSuhada
 
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptxPPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptxMonaMayaMita1
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdfBASUKI ERYANTO
 
AKSI Nyata Modul 2.2.pdf
AKSI Nyata Modul 2.2.pdfAKSI Nyata Modul 2.2.pdf
AKSI Nyata Modul 2.2.pdfAndriaDian
 

Mais procurados (20)

PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptxPPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptx
 
Diagram Frayer
Diagram FrayerDiagram Frayer
Diagram Frayer
 
slide PI2 visi dan prakarsa perubahan.pptx
slide PI2 visi dan prakarsa perubahan.pptxslide PI2 visi dan prakarsa perubahan.pptx
slide PI2 visi dan prakarsa perubahan.pptx
 
Lembar Kerja 2_Rencana Penguatan Kompetensi Diri (2).docx
Lembar Kerja 2_Rencana Penguatan Kompetensi Diri (2).docxLembar Kerja 2_Rencana Penguatan Kompetensi Diri (2).docx
Lembar Kerja 2_Rencana Penguatan Kompetensi Diri (2).docx
 
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptxTugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
 
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdfModul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
 
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptxModul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
 
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdfModul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
 
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxOK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
 
SKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptx
SKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptxSKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptx
SKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptx
 
1.3.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.3.pdf
1.3.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.3.pdf1.3.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.3.pdf
1.3.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.3.pdf
 
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2
 
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
 
RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docxRPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
 
04. buku pendampingan individu_23092020_draft_layout
04. buku pendampingan individu_23092020_draft_layout04. buku pendampingan individu_23092020_draft_layout
04. buku pendampingan individu_23092020_draft_layout
 
Tugas Ruang Kolaborasi Modul 2.2.a.5.pptx
Tugas Ruang Kolaborasi Modul 2.2.a.5.pptxTugas Ruang Kolaborasi Modul 2.2.a.5.pptx
Tugas Ruang Kolaborasi Modul 2.2.a.5.pptx
 
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptxPPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
 
AKSI Nyata Modul 2.2.pdf
AKSI Nyata Modul 2.2.pdfAKSI Nyata Modul 2.2.pdf
AKSI Nyata Modul 2.2.pdf
 

Semelhante a Modul 1.2. Angkatan 5 Reguler. Nilai dan Peran GP - Final.pdf

Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdfModul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdfdoziersiregar2
 
INP082220220711.ppt
INP082220220711.pptINP082220220711.ppt
INP082220220711.pptBulqiaMasud1
 
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...musbiawan0707
 
KURIKULUM MERDEKA- By ZUMAROH.pptx
KURIKULUM MERDEKA- By ZUMAROH.pptxKURIKULUM MERDEKA- By ZUMAROH.pptx
KURIKULUM MERDEKA- By ZUMAROH.pptxekamatif
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfpkgnedusi2021
 
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfAnaliaNesa1
 
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...MuhammadIdris276103
 
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdfssuser4339c7
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Irman Ramly
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler.
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler.Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler.
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler.EFIEPARABANG1
 
Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final.pdf
Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final.pdfModul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final.pdf
Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final.pdfWahyuSantosa18
 
AKSI NYATA TOPIK KURIKULUM MERDEKA susi.pdf
AKSI NYATA TOPIK KURIKULUM MERDEKA susi.pdfAKSI NYATA TOPIK KURIKULUM MERDEKA susi.pdf
AKSI NYATA TOPIK KURIKULUM MERDEKA susi.pdfsusinursaktimariyani1
 
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanRiris Purbosari
 
4 refleksi edu3083_sem7_2014
4 refleksi edu3083_sem7_20144 refleksi edu3083_sem7_2014
4 refleksi edu3083_sem7_2014awangyie
 
Uas mata kuliah perbandingan pendidikan share okt 2013
Uas mata kuliah perbandingan pendidikan share okt 2013Uas mata kuliah perbandingan pendidikan share okt 2013
Uas mata kuliah perbandingan pendidikan share okt 2013ISTAFIANI AMBARWATI
 
Profesionalisme guru
Profesionalisme guruProfesionalisme guru
Profesionalisme gurunadiahbsa
 

Semelhante a Modul 1.2. Angkatan 5 Reguler. Nilai dan Peran GP - Final.pdf (20)

Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdfModul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
 
INP082220220711.ppt
INP082220220711.pptINP082220220711.ppt
INP082220220711.ppt
 
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
 
KURIKULUM MERDEKA- By ZUMAROH.pptx
KURIKULUM MERDEKA- By ZUMAROH.pptxKURIKULUM MERDEKA- By ZUMAROH.pptx
KURIKULUM MERDEKA- By ZUMAROH.pptx
 
Presentation1 Kurikulum
Presentation1 KurikulumPresentation1 Kurikulum
Presentation1 Kurikulum
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
 
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
 
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
 
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler.
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler.Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler.
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler.
 
Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final.pdf
Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final.pdfModul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final.pdf
Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK KURIKULUM MERDEKA susi.pdf
AKSI NYATA TOPIK KURIKULUM MERDEKA susi.pdfAKSI NYATA TOPIK KURIKULUM MERDEKA susi.pdf
AKSI NYATA TOPIK KURIKULUM MERDEKA susi.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Artikel ilmiah1
Artikel ilmiah1Artikel ilmiah1
Artikel ilmiah1
 
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi Pendidikan
 
Kompetensi Guru
Kompetensi GuruKompetensi Guru
Kompetensi Guru
 
4 refleksi edu3083_sem7_2014
4 refleksi edu3083_sem7_20144 refleksi edu3083_sem7_2014
4 refleksi edu3083_sem7_2014
 
Uas mata kuliah perbandingan pendidikan share okt 2013
Uas mata kuliah perbandingan pendidikan share okt 2013Uas mata kuliah perbandingan pendidikan share okt 2013
Uas mata kuliah perbandingan pendidikan share okt 2013
 
Profesionalisme guru
Profesionalisme guruProfesionalisme guru
Profesionalisme guru
 

Último

Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfTidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfAnggaaBaraat
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 

Último (20)

Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfTidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 

Modul 1.2. Angkatan 5 Reguler. Nilai dan Peran GP - Final.pdf

  • 1.
  • 2.
  • 3. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak Penulis modul: Aditya Dharma, S.Si, M.B.A. KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT KEPALA SEKOLAH, PENGAWAS SEKOLAH DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2022
  • 4. Bahan Ajar Pendidikan Program Guru Penggerak Paket Modul 1: Paradigma dan Visi Guru Penggerak Modul 1.2 “Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak” Edisi Ketiga Penulis Modul: Edisi Kesatu (September 2020): • Aditya Dharma, S.Si, M.B.A. Edisi Kedua (Februari 2021): • Aditya Dharma, S.Si, M.B.A. • Khristian Arimara, S.Psi. Edisi Ketiga (Januari 2022): • Aditya Dharma, S.Si, M.B.A. Editor: Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbudristek _______________________________________________________________ _____________________________ Hak Cipta © 2022 pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Dilindungi Undang-undang Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknolog
  • 5. Lembar Pengesahan Tahapan Nama Tanda Tangan Tanggal Review Dr. Rita Dewi Suspalupi, M.Ak. Verifikasi Dr. Kasiman, M.T. Validasi Dr. Praptono, M.Ed.
  • 6.
  • 7. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | i Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Untuk dapat menjalankan peran-peran tersebut, seorang pemimpin sekolah perlu mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebelum ia menjabat. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), sebagai bagian dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar episode kelima, didesain untuk mempersiapkan guru-guru terbaik Indonesia untuk menjadi pemimpin sekolah yang berfokus pada pembelajaran (instructional leaders). Melalui berbagai aktivitas pembelajaran dalam PPGP, kandidat kepala sekolah masa depan diharapkan dapat memiliki kompetensi dalam pengembangan diri dan orang lain, pengembangan pembelajaran, manajemen sekolah serta pengembangan sekolah. Kami memiliki harapan besar agar lulusan PPGP dapat mewujudkan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan di seluruh wilayah negeri ini, di mana keberpihakan pada murid menjadi orientasi utamanya. Upaya pemenuhan kandidat kepala sekolah yang lebih optimal menuntut penyesuaian pada desain pembelajaran PPGP. Karena itu, terhitung dari angkatan kelima durasi program diefisiensikan dari sembilan menjadi enam bulan. Selain itu, PPGP juga menerapkan diferensiasi proses untuk peserta di daerah yang memiliki akses terbatas, baik dari segi transportasi maupun telekomunikasi. Namun, terlepas dari moda penyampaian yang beragam, para Calon Guru Penggerak (CGP) di seluruh Indonesia sama-sama mempelajari materi-materi bekal kepemimpinan dengan sistem on-the-job
  • 8. ii | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak learning di mana selama belajar, guru tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus menerapkan pengetahuan yang didapat dari ruang pelatihan ke dalam pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran juga tetap menggunakan siklus inkuiri yang sarat dengan refleksi dan praktik langsung, baik bersama sesama CGP maupun rekan sejawat di sekolah. Pendampingan di lapangan juga tetap menjadi kunci dari keberhasilan implementasi konsep di kelas atau sekolah CGP. Tentu saja, seluruh upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa peran berbagai tim pendukung yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif mewujudkan penyelesaian bahan ajar ini serta membantu terlaksananya PPGP. Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pengembang modul, tim digitalisasi, serta fasilitator, pengajar praktik dan instruktur. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi transformasi pendidikan Indonesia. Amin. Jakarta, Januari 2022 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Dr. Iwan Syahril, Ph.D.
  • 9. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | iii Surat dari Instruktur Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak! Selamat datang dalam Modul “Nilai-nilai dan peran guru penggerak”. Modul ini akan mengeksplorasi mengapa dan bagaimana nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak mampu menumbuhkan sekolah dan ekosistem pendidikan agar berpihak pada murid. Mengapa demikian? Dunia kini sudah semakin tanpa batas, teknologi telah berhasil menghilangkan jarak. Pertukaran budaya baik yang positif maupun negatif kini menjadi sukar terawasi dan tanpa filter. Filter tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan sejak dini dalam setiap diri manusia Indonesia agar budayanya tidak tergerus oleh budaya lain yang lebih agresif melakukan penetrasi. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita dituntut untuk berpikir kembali mengenai makna dan tujuan pendidikan kita. Dalam kaitannya dengan Standar Nasional Pendidikan, modul ini berusaha menempatkan Profil Pelajar Pancasila sebagai acuan utama standar kompetensi lulusan, karenanya harus dijadikan pedoman dan dihidupi oleh para pendidik, khususnya Guru Penggerak di Indonesia. Kita semua mengalami fenomena pandemi COVID-19 sejak permulaan tahun 2020. Secara fisik sekolah dan kelas diadakan dari jauh, namun sebetulnya jika dipikirkan ternyata kelas-kelas ini justru mendekat dan masuk ke rumah-rumah murid kita di masa pandemi ini. Pandemi membukakan mata kita bahwa guru punya peran yang besar dalam proses belajar murid-muridnya, sekaligus mengungkapkan bahwa orangtua pun punya peran yang tak terelakkan dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Hal itu membuat kita kembali percaya bahwa gotong-royong dalam pendidikan adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi. Dari pengalaman tersebut, kita disadarkan kembali bahwa pendidikan adalah suatu hal yang sifatnya individual sekaligus komunal yang tak terpisahkan. Murid di kelas-kelas kita adalah bagian dari sebuah komunitas di rumah, di masyarakat, dan di lingkungan.
  • 10. iv | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Mempertimbangkan kesalingterhubungan dan kerumitan tersebut, maka sebagai pendidik mau tidak mau kita harus menilik kembali apakah nilai-nilai diri kita telah selaras dengan tuntutan zaman dan alam yang seperti itu. Dengan maksud itulah maka dalam modul ini Bapak/Ibu diajak masuk ke dalam dan menelusuri diri sendiri sebagai manusia sekaligus pendidik, kemudian mengakui bahwa Anda sekalian adalah pribadi-pribadi istimewa yang unik. Modul ini mengajak Bapak/Ibu menyadari bahwa nilai-nilai yang perlu diyakini seorang pendidik itu dipengaruhi oleh interaksi antara cara kerja pikiran serta emosi sebagai aspek intrinsik dengan aspek ekstrinsik dalam suatu lingkungan pembelajaran. Bapak/Ibu pun akan mengeksplorasi dan berkolaborasi untuk merencanakan perubahan nyata pada lingkungan masing- masing. Diharapkan, setelah mengalami dan berproses sepanjang materi ini, Bapak/Ibu sekalian dapat menemukan jati dirinya sebagai Guru Penggerak. Selamat belajar! Aditya Dharma, S.Si, M.B.A.
  • 11. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | v Daftar Isi hlm. Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ..................................i Surat dari Instruktur .........................................................................................................iii Daftar Isi ............................................................................................................................v Daftar Gambar..................................................................................................................vi Capaian yang Diharapkan..................................................................................................1 Ringkasan Alur Belajar MERDEKA......................................................................................2 Glosarium ..........................................................................................................................4 Pembelajaran 1 - Mulai Dari Diri.......................................................................................5 Pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep.................................................................................8 A. BAGAIMANA MANUSIA TERGERAK .................................................................. 9 B. BAGAIMANA MANUSIA MERDEKA BERGERAK............................................... 19 C. BAGAIMANA MENGGERAKKAN MANUSIA: MENUNTUN KEKUATAN KODRAT MANUSIA ................................................................................................................ 40 Pembelajaran 3 – Ruang Kolaborasi................................................................................49 Pembelajaran 4 – Demonstrasi Kontekstual...................................................................52 Pembelajaran 5 – Elaborasi Pemahaman........................................................................54 Pembelajaran 6 – Koneksi Antarmateri...........................................................................55 Pembelajaran 7 – Aksi Nyata...........................................................................................57 Surat Penutup..................................................................................................................59 Daftar Pustaka.................................................................................................................60 Profil Penulis Modul ........................................................................................................62
  • 12. vi | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Daftar Gambar hlm. Gambar 1. Contoh gambar trapesium usia ......................................................................6 Gambar 2. Roda Emas Plutchik........................................................................................ 7 Gambar 3. Kerangka Konsep Modul 1.2.......................................................................... 9 Gambar 4. Tangkapan Gambar Video Eskalator dan Kerja Otak................................... 10 Gambar 5. Perumpamaan Otak Menggunakan Tangan................................................ 11 Gambar 6. Lima Kebutuhan Dasar Manusia.................................................................. 14 Gambar 7. Wiraga-Wirama: Tingkatan Jiwa Anak (Ki Hadjar Dewantara).................... 16 Gambar 8. Tahap Perkembangan Prikososial Erikson (sumber: helenggrasha)............ 17 Gambar 9. Interpretasi atas Maksud Pendidikan Ki Hadjar Dewantara........................ 20 Gambar 10. Profil Pelajar Pancasila............................................................................... 25 Gambar 11. Roda Nilai Guru Penggerak........................................................................ 33 Gambar 12. Dimensi pada lingkaran pengaruh............................................................. 41 Gambar 13. Tangkapan gambar video Diagram Identitas Gunung Es........................... 43 Gambar 14. Peran Guru Penggerak di lingkup kelas-sekolah dan lingkungan masyarakat ........................................................................................................................................ 44
  • 13. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 1 Capaian yang Diharapkan Kompetensi lulusan yang dituju Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut: 1. Guru Penggerak memahami peran dan alasan menjadi pemimpin pembelajaran. 2. Guru Penggerak, melalui refleksi diri yang terdokumentasi, mampu secara reguler mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kompetensi dan kematangan diri demi mendukung pembelajaran murid. 3. Guru Penggerak secara aktif menetapkan tujuan, membuat rencana, dan menentukan cara untuk mencapainya dalam meningkatkan kompetensi dan kematangan dirinya. Capaian umum modul 1.2 Secara umum, profil kompetensi yang ingin dicapai dari modul ini adalah Calon Guru Penggerak mampu: 1. menumbuh-kembangkan Profil Pelajar Pancasila, nilai-nilai dan peran Guru Penggerak (GP) dalam dirinya sehingga mampu menumbuh-kembangkan Profil Pelajar Pancasila dalam diri murid-murid. Capaian khusus modul 1.2 Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi guru penggerak yang mampu: 1. memahami bahwa manusia memiliki daya untuk memilih (choice theory) 2. memahami pentingnya menumbuhkan motivasi intrinsik 3. memahami bagaimana otak triune, kebutuhan dasar manusia, dan perkembangan psikososial mempengaruhi bagaimana nilai-nilai tumbuh dalam diri seseorang 4. memahami bagaimana nilai-nilai Guru Penggerak dapat menguatkan peran Guru Penggerak dalam membawakan perubahan pada ekosistem sekolah 5. mengadopsi kebiasaan reflektif sebagai Guru Penggerak
  • 14. 2 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Ringkasan Alur Belajar MERDEKA Mulai dari diri (Mandiri): 1JP Kegiatan pembelajaran pemantik: a. CGP memberikan jawaban reflektif-kritis untuk mengetahui pemahaman diri tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara, b. CGP membuat refleksi diri tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara. Eksplorasi Konsep: 3JP a. CGP menyimak video tentang pendidikan di Indonesia dari zaman kolonial dan menjawab pertanyaan-pertanyaan panduan; b. CGP menyimak video-video tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara; c. CGP membaca 2 (dua) tulisan karya Ki Hadjar Dewantara. Eksplorasi Konsep (Forum Diskusi): 2JP a. CGP mendiskusikan pertanyaan reflektif terkait pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan Indonesia saat ini dan pendidikan pada konteks lokal sosial budaya di daerah asal CGP yang difasilitasi oleh Fasilitator b. CGP berbagi pengalaman praktik baik penerapan pemikiran filosofis Pendidikan KHD pada konteks lokal sosial budaya di daerahnya. Ruang Kolaborasi: 6JP (3 + 3) CGP mengeksplorasi (memaknai dan menghayati) nilai-nilai luhur sosial budaya di daerah asal dalam menguatkan dan menebalkan Konteks (kodrat) Diri Murid sebagai manusia dan anggota masyarakat.
  • 15. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 3 Demonstrasi Kontekstual: 4JP CGP mendesain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' - sesuai dengan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di daerah asal (kar2ya demonstrasi kontekstual dalam video, atau infografis atau puisi atau lagu, dll). Elaborasi Pemahaman: 2JP CGP mendapatkan penguatan pemahaman tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara dari Instruktur; Koneksi Antar Materi: 2JP CGP membuat kesimpulan dalam bentuk esai atau jurnal reflektif tentang ‘Pendidikan yang Berpihak pada Murid’ dengan merefleksikan seluruh rangkaian materi yang sudah dipelajari dari pemikiran-pemikiran KHD dan praktik baik yang telah dilakukan di sekolah-sekolah saat ‘Elaborasi Pemahaman’. Aksi Nyata CGP mengimplementasikan strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD yang telah dibuat pada ‘Demonstrasi Kontekstual’ secara konkret sebagai perwujudan 'Kepemimpinan Pembelajaran' yang Berpihak pada Murid' dan direfleksikan kembali dalam Jurnal Refleksi Pribadi,
  • 16. 4 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Glosarium CGP Calon Guru Penggerak tautan Terjemahan kata link yang jika di-klik akan mengarahkan pembaca ke alamat tujuan atau situs dalam jaringan (online) rubrik alat penilaian otentik yang dapat sekaligus difungsikan sebagai pemandu untuk menggambarkan kualitas tagihan yang diharapkan
  • 17. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 5 Pembelajaran 1 - Mulai Dari Diri NILAI DIRI Durasi : 1JP Moda : Mandiri Tujuan pembelajaran khusus: CGP dapat mengidentifikasi nilai-nilai diri sendiri, yang selama ini melekat dalam pribadinya. CGP dapat menyatakan peran guru penggerak yang menurutnya sudah melekat dalam pribadinya. Selamat datang Bapak/Ibu CGP di Pembelajaran pertama dalam Modul 1.2 ini! Pada kesempatan ini, pembelajaran akan dimulai dengan membuat diagram trapesium usia dan menjawab beberapa pertanyaan mengenai diri Bapak/Ibu. Agar mendapatkan manfaat yang maksimal dari kegiatan ini, hal yang perlu diperhatikan ketika menjawab pertanyaan nanti adalah kejujuran Bapak/Ibu dalam memberikan jawaban. Tidak ada jawaban benar ataupun salah. Apa yang menjadi pertanyaan hanyalah upaya untuk membantu menggali pengalaman serta nilai diri Bapak/Ibu sendiri. Silakan jawab semua jangan sampai terlewat. Ambil waktu khusus agar dapat mengerjakannya dengan tenang. Selamat Mengerjakan! Kegiatan 1. Trapesium usia Kegiatan ini adalah hasil kolaborasi Ifa Hanifah Misbach, M.A., Psikolog (Ketua Tim Pengembang Jabar Masagi) dan Alm. Prof. Dr. H. Sutardjo A. Wiramihardja, Psikolog (Guru Besar Emeritus Fakultas Psikologi Unpad) beberapa tahun yang lalu. Di sini Bapak/Ibu akan membuat Diagram Trapesium Usia -nya sendiri dengan mengikuti instruksi berikut: 1. Buatlah garis miring naik ke atas (sisi kiri), tuliskan usia saat Bapak/Ibu menyelesaikan masa sekolah pada ujung garis tersebut.
  • 18. 6 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak 2. Lanjutkan dengan membuat garis mendatar (tengah), yang menunjukkan usia kerja. Pada salah satu titik di garis tersebut, tuliskan angka yang menunjukkan usia saat ini. 3. Buatlah garis miring menurun (sisi kanan) untuk menandakan masa pensiun. 4. Ingatlah dua peristiwa penting pada masa sekolah; satu peristiwa bernuansa positif dan satu lagi yang negatif yang terkait relasi Bapak/Ibu dengan guru pada rentang usia PAUD sampai sekolah menengah (4-17 tahun). 5. Pada bagian garis miring naik ke atas (sisi kiri), tulis angka yang menunjukkan pada usia berapa kedua peristiwa tersebut terjadi (misalnya: umur 7 dan 12 tahun). 6. Hitunglah selisih dari usia Bapak/Ibu sekarang dan usia pada saat kedua peristiwa tersebut terjadi. [sumber: Modul pendidikan karakter Jabar Masagi] Gambar 1. Contoh gambar trapesium usia Tugas MD1. Refleksi Jika Bapak/Ibu sudah membuat diagram trapesium usia ini, jawablah pertanyaan berikut: 1. Apa peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana? 2. Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut? 3. Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu) 4. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang? 5. Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya? 6. Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: “guru”, “murid”, “belajar”, “makna”, “peran”?
  • 19. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 7 Gambar 2. Roda Emas Plutchik Tugas MD2. Nilai dan peran guru penggerak menurut saya 1. Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya? 2. Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya? Peran Fasilitator: 1. Fasilitator mengingatkan CGP untuk mengerjakan tugas pada bagian Mulai dari Diri 2. Fasilitator mempelajari jawaban dari CGP 3. Fasilitator memberikan komentar/apresiasi terhadap jawaban-jawaban CGP pada bagian ini
  • 20. 8 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep PEMBELAJARAN MANDIRI (4 JP) Durasi : 6JP Moda : Pembelajaran Mandiri dan Forum Diskusi Tertulis TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS: CGP mengetahui hubungan antara emosi, cara kerja otak, kebutuhan dasar manusia, daya untuk memilih, motivasi intrinsik, dan struktur sistemik lingkungan dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang CGP menjelaskan makna Profil Pelajar Pancasila dalam transformasi pendidikan. CGP menjelaskan makna nilai-nilai yang perlu dikembangkan guru penggerak. CGP menjelaskan makna peran guru penggerak dalam transformasi pendidikan. CGP mengetahui bahwa keteladanan dan sistem pembiasaan yang konsisten di suatu lingkungan mempengaruhi penumbuhan nilai-nilai dalam diri seseorang. CGP mengelaborasi makna pemimpin pembelajaran di sekolahnya masing-masing. NILAI KEMANUSIAAN: KEBAJIKAN UNIVERSAL Iwan Syahril Dirjen GTK Kemendikbudristek, menyatakan dalam refleksinya atas Asas Konvergensi Ki Hadjar Dewantara: "Perubahan yang kita lakukan di pendidikan harus menuju pada suatu titik yang memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita." Dalam sesi ini, Bapak/Ibu akan melakukan aktivitas yang berbentuk paparan materi. Bapak/Ibu akan berinteraksi dengan materi secara mandiri dengan menyimak dan memaknai materi yang dipaparkan serta merefleksikannya. Sebagaimana dinyatakan dalam kalimat pembuka di atas, pendidikan harus mampu menumbuhkan manusia yang kuat nilai kemanusiaannya, yang memegang teguh nilai- nilai kebajikan. Dalam konteks yang beranekaragam, kita memerlukan pegangan yang mempersatukan. Nilai-nilai kebajikan yang sifatnya universal lah kemudian yang dapat dijadikan “landasan bersama” (common-ground), bagi beragam kepentingan, suku-
  • 21. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 9 bangsa, ras, agama, dan antar-golongan. Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai yang diperlukan dan menguntungkan anak adalah landasan dalam membawakan peran perubahan di pendidikan. Dengan demikian diharapkan, Bapak/Ibu dapat menilik kembali nilai-nilai yang sudah ada dalam diri pribadi lalu menguatkan yang selaras dengan nilai-nilai dan konsep yang dipromosikan dalam Program Guru Penggerak ini. Bapak/Ibu juga diharapkan untuk menjawab dengan seksama dan mendalam pertanyaan-pertanyaan refleksi yang telah disediakan agar pemahaman Bapak/Ibu akan konsep yang dipaparkan pun menjadi semakin kuat, semakin paham pula bagaimana manusia tergerak dan bergerak, sehingga semakin menghayati bagaimana menggerakkan manusia. Gambar 3. Kerangka Konsep Modul 1.2 A. BAGAIMANA MANUSIA TERGERAK Pertanyaan pemandu: Apa saja halyang bekerja secara alami pada diri seorang manusia dan mempengaruhi bagaimana manusia dalam berperilaku?
  • 22. 10 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak A.1. Cara kerja otak: Sistem berpikir cepat dan lambat Pada bagian ini, Bapak/Ibu akan belajar bagaimana otak mempengaruhi bagaimana manusia tergerak melalui sebuah video pendek berjudul “Eskalator dan Kerja Otak”. Video ini berupaya menjelaskan bagaimana otak bekerja dalam dua sistem berpikir yang berbeda, yaitu berpikir cepat dan berpikir lambat melalui perumpamaan eskalator yang berjalan turun. Video ini juga membahas bagaimana otak “3-in-1 (Triune)” manusia bekerja. Gambar 4. Tangkapan Gambar Video Eskalator dan Kerja Otak Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian mempengaruhi dirinya untuk bergerak. Emosi adalah bagian utama dari lingkungan yang sifatnya psikis dan intrinsik yang dapat dipengaruhi dan harus dipertimbangkan pengembangannya oleh guru. Dalam rangkaian modul Pendidikan Guru Penggerak aspek emosi akan dibahas tersendiri dengan lebih detail dalam modul Pembelajaran Sosial Emosional.
  • 23. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 11 Bacaan 1. Perumpamaan Otak 3-in-1 (Triune) Manusia Menggunakan Tangan Bapak/Ibu sudah diajak melihat di balik kecanggihan otak manusia, ternyata ada bagian-bagian yang masih menyerupai otak Reptil, otak Mamalia (dan Primata). Dalam bacaan ini, Bapak/Ibu diajak untuk memvisualisasikan otak yang umumnya berukuran lebih-kurang sebesar dua kepal tangan Bapak/Ibu sendiri. Pergelangan tangan diumpamakan sebagai batang otak, jempol yang disembunyikan dalam 4 jemari lainnya diumpamakan sebagai sistem limbik (amigdala), dan 4 jemari lain sebagai otak berpikir atau otak luhur (neocortex). Gambar 5. Perumpamaan Otak Menggunakan Tangan Otak Reptil Batang otak mengelola semua otomatisasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak. Bagian otak ini mengotomatisasi kerja organ dalam tubuh, seperti: jantung, hati, paru-paru, dan lain-lain yang terkait dengan sistem pernapasan, metabolisme, reproduksi, hormon,
  • 24. 12 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak suhu tubuh, bertahan hidup seperti: refleks untuk fight, flight, freeze (melawan, kabur, diam), melindungi dari bahaya. Bagian otak ini selalu menganggap semua adalah ancaman hingga terbukti aman. Bagian otak ini menyerupai otak Reptil. Otak Mamalia Sistem limbik (amigdala) yang menyerupai otak Mamalia ini, bertanggung jawab soal emosi. Bagian otak ini adalah pusat emosi (takut, sedih, marah, senang, jijik, terkejut, dan lain-lain), bertanggungjawab atas dinamika hormon dan sistem kekebalan tubuh. Letaknya begitu dalam di otak kita sehingga seringkali mampu mengambil alih kendali diri seseorang. Terlukanya perasaan jauh lebih sakit dan lama sembuhnya ketimbang luka fisik biasa. Otak Mamalia tersebut juga memiliki kecenderungan alamiah yang sama dengan Otak Reptil yaitu: sebanyak mungkin mengkonservasi energi melalui otomatisasi, auto pilot. Dalam gambar perumpamaan tangan di atas, jika ibu jari yang menggambarkan otak mamalia pengelola emosi dibiarkan mengambil kendali, dibiarkan lepas, dan keluar dari persembunyiannya di dalam 4 jemari yang lain, maka 4 jemari pun akan dipaksa membuka, keadaan ini menggambarkan keadaan otak luhur yang tidak dapat bekerja, tidak dapat aktif. Otak Berpikir (Otak Luhur – Otak Primata) Otak berpikir terdiri dari otak Primata (bagian gerak kompleks, rekayasa penggunaan alat) yang berada dalam satu kesatuan dengan otak manusia, otak luhur, atau neocortex. Otak ini mengelola kemampuan berpikir (logis, rasional, terstruktur), kemampuan berbahasa, perencanaan dan pemecahan masalah, berimajinasi (mengenai masa depan, visi). Otak ini memang bertugas untuk berpikir strategis, kreatif, metakognitif. Ini merupakan kekuatan, namun karena kerja itu semua memakan banyak sekali energi, maka hal ini pun sekaligus menjadi kelemahan. Jadi, di sini perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat bereaksi dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya
  • 25. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 13 terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman. Kabar baiknya, otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi elastis. Dengan demikian, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) dapat kita pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem berpikir cepat (otak Reptil dan Mamalia) mengambil alih kendali diri kita. [sumber: http://www.whatonearthishappening.com/part-1-the-solution/65-the-triune-brain] A.2. Lima (5) Kebutuhan Dasar Manusia: Kebutuhan Genetis Disukai atau tidak, manusia adalah makhluk biologis yang memiliki sifat dasar menjaga keberlanjutan spesiesnya secara genetis. Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kebutuhan untuk diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan/penguasaan (power) adalah kebutuhan yang tidak cuma dimiliki oleh manusia, makhluk lain seperti Burung, Mamalia, dan Primata juga memiliki kebutuhan yang sama. Kita pasti pernah melihat anak-anak singa atau singa remaja bermain layaknya berkelahi sungguhan, atau anak-anak monyet yang usil saling mengganggu dan berakhir dengan kejar-kejaran dari pohon ke pohon. Itu adalah satu contoh kebutuhan bersenang-senang (fun). Kelima kebutuhan di atas bermuara pada kebutuhan tiap jenis makhluk untuk melanjutkan generasi, termasuk juga manusia. Mungkin kita pernah menjumpai seseorang dengan perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku. Besar kemungkinan, hal itu mereka lakukan karena mereka tak mampu memenuhi atau mereka tidak mendapatkan kebutuhan dasar mereka. Setiap perilaku kita adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan, sebuah usaha untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan dasar kita. Berikut ini, kita ulas satu demi satu kebutuhan tersebut dalam kaitannya dengan konteks pendidikan dan sekolah.
  • 26. 14 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Gambar 6. Lima Kebutuhan Dasar Manusia 1. Kebutuhan Bertahan Hidup Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis untuk bertahan hidup misalnya makanan, pakaian, istirahat, tempat berlindung, keamanan, dan kesehatan. Secara sederhana itu dapat dipenuhi dengan makan, tidur, olahraga, memberikan perlindungan. 2. Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima) Kebutuhan ini termasuk kebutuhan psikologis seperti: rasa diterima, dipedulikan, berbagi, bekerja sama, menjadi bagian dari suatu kelompok, dikasihi-mengasihi, disayangi-menyayangi. Kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain, teman, keluarga, pasangan, rekan kerja, kelompok, dan bahkan dengan binatang peliharaan. Kebutuhan ini biasanya dapat
  • 27. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 15 dipenuhi melalui ketulusan dan kehangatan hubungan dengan keluarga, teman- teman, kelompok, klub, guru, konselor, coach. 3. Kekuasaan dan Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan) Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan seseorang untuk untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, memimpin, berprestasi, diakui, dan didengar. Kebutuhan ini meliputi harga diri, keinginan untuk dianggap, dan meninggalkan pengaruh. Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui kegiatan-kegiatan seperti: proyek, hobi, tugas sekolah yang menantang-kontekstual-relevan, belajar menjadi orang yang kuat, membuat pilihan positif, dan bekerja. 4. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan) Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan untuk mandiri, otonom, memiliki pilihan, mengembangkan daya lenturnya, dan mampu mengendalikan arahnya sendiri. Kebutuhan ini terkait dengan kebebasan untuk memilih dan membuat pilihan, kebutuhan bergerak, mencoba-coba, mengeksplorasi hal baru dan menarik. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan menyediakan variasi, waktu senggang, memberikan ruang untuk jadi diri sendiri yang merdeka, serta liburan. 5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang) Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan, humor, bermain, bersenang-senang, bergembira, antusiasme, dan tertawa. Glasser menghubungkan kebutuhan ini dengan belajar. Menurutnya, dengan bermain kita sekaligus mempelajari banyak keterampilan hidup yang penting. Biasanya kebutuhan ini juga dapat dipenuhi dengan menyediakan tantangan, gurauan, dan pembelajaran yang bermakna. A.3. Tahap tumbuh kembang anak A.3.1. Wiraga-wirama Ki Hadjar Dewantara Setiap insan manusia memiliki cara pandangnya sendiri terhadap dunia sesuai dengan usia dan tahap tumbuh-kembangnya. Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa
  • 28. 16 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak proses belajar harus selaras dengan kodrat anak. Beliau paham bahwa dalam tiap periode usia anak memiliki kekhususan yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam proses belajar. Ki Hadjar Dewantara membagi periode usia anak ke dalam 3 tingkatan jiwa tiap 8 tahun (windu): Gambar 7. Wiraga-Wirama: Tingkatan Jiwa Anak (Ki Hadjar Dewantara) 1. Wiraga (periode usia 0-8 tahun): Dalam periode ini jasmani (raga) dan indera anak tumbuh pesat sekali. Dengan demikian, mereka harus banyak bergerak (melatih otot kasar/besar), melatih otot halus, mengeksplorasi indera mereka (pendengaran, perasa, pengecap, penciuman, peraba, termasuk imajinasi), dan mengenali simbol-simbol. Tak heran jika Ki Hadjar Dewantara juga menyebutnya sebagai Taman Indria. Para guru di periode ini terus berupaya fokus pada pemberian akses dan penyediaan pengalaman belajar agar anak makin merdeka dalam mengeksplorasi “dunia”nya (diri, sesama, dan lingkungan di dekatnya). 2. Wiraga-Wirama (periode usia 9-16 tahun): Pada periode usia ini, anak mulai berkembang pikirannya. Maka, selain melanjutkan pendidikan untuk mengakomodasi kebutuhan perkembangan jasmani dan indera mereka yang belum usai, pendidik juga mulai fokus dalam menuntun proses berpikir anak agar mereka semakin selaras (seirama) dengan sesamanya dan lingkungannya. Guru pada periode ini menuntun anak
  • 29. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 17 untuk melakukan, membiasakan, menginsyafi, hingga akhirnya menyadari mengapa mereka (misalnya) melakukan kebiasaan baik yang mereka lakukan di sekolah, bukan sekedar menuruti/mengikuti suatu aturan/kebiasaan saja. 3. Wirama (periode usia 17-24 tahun): Guru pada rentang usia ini, menuntun dan menantang anak dalam hal pengelolaan diri dan pengenalan potensi dirinya. Anak dalam periode ini mulai menata bagaimana agar masa depannya senantiasa seirama dengan sesama dan semesta. Anak dipaparkan pada keputusan-keputusan mengenai bagaimana menebalkan jati dirinya di tengah masyarakat dan lingkungan. Mereka sadar bagaimana membawa diri sebagai manusia yang merdeka. Mereka sadar betul bahwa ini hidup mereka, ini negara-bangsa-dan tanah air mereka. [sumber:https://www.salamyogyakarta.com/proses-belajar-harus-sejalan-dengan-kodrat-anak-anak/] A.3.2. Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson Erik Erikson adalah psikolog yang meyakini bahwa kepribadian seseorang itu tumbuh dalam rangkaian tahapan (8 tahapan). Tiap tahapan menggambarkan dampak dari pengalaman sosial pada mereka. Hingga kini, teori psikososial ini masih menjadi pegangan dalam teori perkembangan. Untuk keperluan program Guru Penggerak ini, akan dibahas 6 tahapan saja, pada periode usia 0-40 tahun. Gambar 8. Tahap Perkembangan Prikososial Erikson (sumber: helenggrasha)
  • 30. 18 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak 1. Tahap 1 (Usia 0-1,5 tahun) Pada tahap ini, anak menumbuhkan harapan dan mengembangkan rasa percaya saat orangtua (pengasuh/lingkungan sosial) menyediakan kasih sayang, kelembutan, dan kepedulian. Dan kurangnya itu semua membuat anak mengembangkan ketidakpercayaan. 2. Tahap 2 (Usia 1,5-3 tahun) Tahap ini adalah tahap usia dini dimana anak menumbuhkan tekad dan kehendak mereka hanya jika orangtua (pengasuh/lingkungan sosial) menyediakan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan kontrol diri serta kemandirian. Jika tidak maka yang tumbuh adalah keraguan dan rasa rendah diri. 3. Tahap 3 (Usia 3-5 tahun) Tahapan usia ini adalah masa awal anak bersekolah. Anak mulai mengeksplorasi maksud dan tujuan-tujuan dalam kehidupan/lingkungan mereka. Orangtua (pengasuh/lingkungan sosial) pada tahap ini perlu membuka banyak kesempatan pada anak untuk mengambil inisiatif. Jika tidak demikian atau respon yang diberikan orangtua (pengasuh/lingkungan sosial) atas laku anak tidak hati-hati maka yang tumbuh pada anak adalah rasa bersalah. 4. Tahap 4 (Usia 5-12 tahun) Pada periode ini anak menumbuhkan rasa kompeten atau kebanggaan atas pencapaian dan kemampuan mereka. Untuk itu, orangtua (pengasuh/lingkungan sosial) mereka harus menyediakan pengalaman bagi anak untuk menumbuhkembangkan produktivitas mereka dalam belajar. Jika tidak, dalam diri mereka akan tumbuh rasa inferior, merasa kecil dan tidak berarti. 5. Tahap 5 (Usia 12-18 tahun) Periode ini terjadi pada masa remaja. Karakteristik anak pada usia ini adalah labil dan galau, karena mereka memang sedang mencari dan mencoba-coba untuk menebalkan identitas diri mereka. Pengalaman ini akan mempengaruhi perilaku mereka di masa- masa berikutnya. Mereka mencari pegangan untuk menambatkan loyalitas mereka. Maka orangtua (pengasuh/lingkungan sosial) perlu menuntun proses penguatan
  • 31. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 19 identitas agar mereka tidak mengalami kebingungan peran. 6. Tahap 6 (Usia 18-40 tahun) Di periode usia ini, seseorang mulai mengeksplorasi hubungan relasi yang sifatnya pribadi. Ini adalah masa dewasa muda dimana mereka mulai mencari dan mendalami perasaan cinta. Seseorang di tahap ini mulai membangun rasa dan kedekatan intim dengan orang lain dan keluarga. Jika kesempatan untuk menumbuhkan itu semua tidak tersedia untuknya, maka akan berujung pada lemahnya dukungan sosial bagi dirinya. Dirinya merasa terisolasi dari lingkungan sosialnya. [sumber: https://www.verywellmind.com/] Tugas A. Setelah menyimak video dan bacaan pada bagian ini: ● Bagaimana Bapak/Ibu memahami cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar manusia, tahap tumbuh-kembang anak berserta pengaruhnya pada pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia? Mengapa demikian? ● Menurut Bapak/Ibu nilai-nilai apa yang perlu dikuatkan sebagai guru penggerak? Mengapa demikian? B. BAGAIMANA MANUSIA MERDEKA BERGERAK Pertanyaan pemandu: Apa makna dari pernyataan: manusia merdeka adalah manusia yang berdaya dalam memilih dan mereka termotivasi dari dalam? B.1. Manusia Merdeka: Berdaya dalam Memilih (Teori Pilihan) Ki Hadjar Dewantara pernah mengingatkan pada kita tentang konsep manusia merdeka, yaitu: mereka tidak terperintah, mereka dapat menegakkan dirinya, tertib mengatur perikehidupannya, sekaligus tertib mengatur perhubungan mereka dengan kemerdekaan orang lain. Dengan begitu, pendidikan seyogyanya adalah upaya sadar untuk menumbuhkan manusia-manusia yang merdeka. Dalam pernyataannya yang lain,
  • 32. 20 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Ki Hadjar Dewantara (Dasar-dasar Pendidikan, 1936), menyampaikan bahwa: “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.” Gambar 9. Interpretasi atas Maksud Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Jika kita maknai sedikit mendalam pernyataan tersebut, maka pendidikan harus mampu menuntun anak untuk memilih jalan kodrat yang menguatkan mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat. Kita kemudian dapat juga melihat bahwa “sebagai manusia”, kita perlu memperhatikan hubungan kita dengan Tuhan, diri kita sendiri, sesama, dan semesta. Sebagai manusia ber-Tuhan, sebagai makhluk dengan otak paling canggih, kita harus menyadari peran penting kita dalam harmonisasi antara individu manusia dengan manusia lain, makhluk lain, dan ibu bumi. Semakin harmonis hubungan kita, maka makin besar kesempatan kita mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Kita juga dapat melihat bahwa “sebagai anggota masyarakat”, kita adalah bagian dari berbagai lingkungan sekaligus. Kita adalah anggota dari suatu keluarga, kita juga anggota dari masyarakat di lingkungan rumah tinggal, kita juga anggota masyarakat di kelas-sekolah dan lingkungan sekitar sekolah, kita juga anggota masyarakat lokal
  • 33. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 21 (kabupaten/kota/provinsi), kita pun adalah anggota masyarakat di tingkat nasional, regional, dan global. Ketika kita paham bahwa sebagai individu kita adalah anggota masyarakat yang lebih luas, maka kita juga harus paham bahwa secara individu, kita berkontribusi, serta membawa potensi diri kita (baik potensi kebaikan maupun keburukan) ke dalam semua lingkungan tersebut. Dengan demikian, kita perlu secara sadar, sepenuh hati dan pikiran, menjadi seseorang yang makin berdaya dalam memilih sehingga semakin bijaksana dalam menjalani kemerdekaan kita itu. William Glasser (1998) pernah menyatakan dalam “teori pilihan”, bahwa perilaku seorang manusia adalah buah dari pilihan yang dibuat oleh manusia itu sendiri (baca Bacaan 1. Aksioma terkait pilihan). Setiap hari, manusia selalu berada dalam situasi untuk memilih. Apakah harus bangun pagi atau tidur lagi, apakah harus bereaksi keras atas berita yang menyinggung perasaan walaupun belum pasti kebenarannya atau mengecek dahulu kebenarannya dahulu, dan lain sebagainya. Untuk itu, kita perlu terus berlatih untuk: (1) fokus pada apa yang terjadi saat ini bukan masa lalu; (2) menghindari 7-kebiasaan buruk yang secara eksternal “mengganggu” relasi dengan orang lain: mengkritik, menyalahkan, mengeluh, menjengkelkan, mengancam, menghukum, menyuap (memberi reward) untuk mengendalikan orang lain; (3) menjalankan 7-kebiasaan mempedulikan orang lain: mendukung, mendorong, mendengarkan, menerima, mempercayai, menghormati, dan menegosiasikan perbedaan; (4) menghindari membuat dalih dan alasan karena menghalangi kita membangun relasi; (5) bersabar. [sumber: Glasser, 2011]
  • 34. 22 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Bacaan 2. Aksioma1 terkait “pilihan” (Glasser, 1998) Untuk membantu mendefinisikan kembali apa yang dimaksud dengan “diri kita yang merdeka”. 1. Satu-satunya orang yang perilakunya dapat kita kendalikan adalah diri kita sendiri. 2. Yang bisa kita berikan kepada orang lain hanyalah informasi. 3. Semua masalah psikologis yang bertahan lama adalah masalah relasi (hubungan). 4. Masalah relasi selalu menjadi bagian dari kehidupan kita saat ini. 5. Apa yang terjadi di masa lalu berkaitan dengan keadaan kita sekarang ini, tetapi kita hanya dapat memenuhi kebutuhan dasar kita saat ini dan berencana untuk terus mengejar pemenuhannya di masa depan. 6. Kita hanya dapat memenuhi kebutuhan kita dengan cara memuaskan gambaran yang kita anggap sebagai realitas di benak kita sendiri (disebut juga sebagai: Dunia Berkualitas). Setiap manusia memiliki gambaran realitas yang berbeda dalam memandang dunia mereka, biasanya gambaran itu lahir dari pengalaman hidup mereka dan biasanya terkait: (1) orang-orang yang paling kita inginkan ada bersama kita, (2) hal-hal yang paling ingin kita miliki atau alami, dan (3) gagasan atau sistem keyakinan yang kemudian mengatur sebagian besar respon perilaku kita. 7. Yang kita lakukan hanyalah berperilaku. 8. Setiap perilaku terdiri dari empat komponen: (1) tindakan, (2) pemikiran, (3) perasaan, dan (4) fisiologis. 9. Setiap perilaku adalah buah dari pilihan. Kita memiliki kontrol langsung atas komponen tindakan dan pemikiran. Kita dapat mengontrol komponen perasaan dan fisiologis secara tidak langsung lewat cara kita memilih komponen tindakan dan pemikiran tadi. 10. Karena setiap perilaku ada dalam kendali kita sendiri, maka kita perlu fokus pada apa yang dapat dilakukan (fokus pada kata-kerja) untuk mengambil kendali atas perilaku dalam suatu keadaan bukan berperilaku sebagai korban dari suatu keadaan. Keterangan: aksioma1 = menurut KBBI, adalah “pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian” B.2. Manusia Merdeka: Termotivasi dari Dalam (Motivasi Intrinsik)
  • 35. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 23 UU RI No. 20/2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Ketentuan Umum Pasal 1, No.1, menyatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Pernyataan tersebut merupakan penguatan bahwa pendidik harus menuntun segala kekuatan kodrat anak dari dalam. Ryan dan Deci (2000) melalui teori determinasi diri (self-determination theory), mengisyaratkan bahwa pendidik perlu fokus dalam menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan anak menguatkan dan menumbuh- kembangkan motivasi intrinsik mereka. Dalam penerapannya, suasana belajar dan proses pembelajaran yang disediakan harus dapat membuat anak senantiasa: merasa kompeten (mampu, dapat, cakap), merasa saling-terhubung (kebutuhan sosial yang diusahakan oleh individu untuk membangun hubungan dengan sesamanya), dan merasa otonom (mandiri, merdeka). Jadi, jika kita mengharapkan anak memiliki determinasi atau ketetapan hati, dalam menentukan jalan kodrat mereka, maka anakharus mampu menghayati perasaan akan kompetensi, otonomi, dan relasi mereka dan mengambil makna positifnya. Kata "merasa" menjadi kata yang penting untuk diperhatikan karena menunjukkan bahwa suasana dan proses pembelajaran harus mampu menguatkan anak di tingkat “perasaan” sehingga bersifat pribadi dan mendalam bagi masing-masing anak. Dengan demikian, para pendidik harus mulai dan terus menguatkan dirinya untuk menumbuh- kembangkan motivasi intrinsik. B.3. Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila Dunia pendidikan Indonesia kini telah memiliki acuan Profil Pelajar Pancasila (Bacaan 3) sebagai gambaran, proyeksi, dan harapan yang bangsa kita upayakan agar mewujud pada murid Indonesia di masa depannya kelak. Jadi masuk akal rasanya jika
  • 36. 24 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Profil Pelajar Pancasila tersebut pun dihidupi oleh para pendidik sebagai model mental mereka. Profil Pelajar Pancasila mengandung enam dimensi yang kesemuanya berakar pada falsafah Pancasila: (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; (2) Mandiri; (3) Bergotong-royong; (4) Berkebinekaan global; (5) Bernalar kritis; (6) Kreatif. Bersamaan dengan itu, diharapkan Bapak/Ibu juga mulai mengenali dan memaknai nilai-nilai Guru Penggerak. Nilai-nilai ini diharapkan dapat menguat pada diri Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak untuk menjalankan peran terutama dalam persoalan strategis, melampaui persoalan teknis atau operasional. Bacaan 3. Profil Pelajar Pancasila Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, pada modul sebelumnya kita sudah mempelajari bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Ki Hadjar Dewantara mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, diri anak perlu merdeka dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya. Semangat agar anak dapat bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, Merdeka Belajar. Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia.
  • 37. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 25 Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020). Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya yang harus dilihat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil tersebut menjadi tidak bermakna. Keenam dimensi itu adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Gambar 10. Profil Pelajar Pancasila
  • 38. 26 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia Murid dengan dimensi profil ini berarti murid tersebut mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya sebagai bentuk religiusitasnya, percaya dan menghayati keberadaan Tuhan serta memperdalam ajaran agamanya yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari sebagai bentuk penerapan pemahaman terhadap ajaran agamanya. Dalam usahanya memperkuat iman dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, murid dengan profil ini juga menghargai segala bentuk ciptaan Nya, baik itu alam tempat ia tinggal, manusia lain, dan yang juga tidak boleh dilupakan, dirinya sendiri. Dengan menghargai hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sendiri, orang lain, serta alam, maka seorang murid dapat memenuhi dimensi ini. Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. ● Akhlak Beragama. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu ataupun memiliki: - Mengenal dan mencintai Tuhan Yang Maha Esa - Pemahaman agama/kepercayaan - Pelaksanaan ajaran agama/kepercayaan ● Akhlak Pribadi. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan ataupun memiliki: - Integritas (sebagai bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dalam relasi dengan orang lain) - Merawat diri secara fisik, mental, dan spiritual ● Akhlak kepada manusia. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan: ● Mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan ● Berempati kepada orang lain
  • 39. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 27 ● Akhlak kepada alam. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan: - Menjaga lingkungan - Memahami keterhubungan ekosistem bumi ● Akhlak bernegara. Dalam elemen ini seorang murid mampu menunjukkan: - Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara 2) Berkebinekaan Global Murid dengan dimensi profil ini merupakan seorang murid yang berbudaya, memiliki identitas diri yang matang, mampu menunjukkan dirinya sebagai representasi budaya luhur bangsanya, serta terbuka terhadap keberagaman budaya daerah, nasional, global. Hal ini dapat diwujudkan dengan kemampuan berinteraksi secara positif antar sesama, memiliki kemampuan komunikasi interkultural, serta mampu memaknai pengalamannya di lingkungan majemuk sebagai kesempatan pegembangan dirinya. Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Berkebinekaan Global: ● Mengenal dan menghargai budaya. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu: - Mendalami budaya dan identitas budaya - Mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan, serta praktiknya - Menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya ● Komunikasi dan interaksi antar budaya. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan: - Berkomunikasi antar budaya - Mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif ● Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan: ● Melakukan refleksi terhadap pengalaman kebinekaan
  • 40. 28 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak ● Menghilangkan stereotip dan prasangka ● Menyelaraskan perbedaan budaya ● Berkeadilan Sosial. Dalam elemen ini seorang murid mampu: - Turut serta aktif, membangun masyarakat yang adil, inklusif dan berkelanjutan - Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan bersama - Memahami peran individu dalam demokrasi 3) Gotong Royong Seorang murid yang memiliki dimensi Gotong Royong berarti murid tersebut mampu berkolaborasi dengan orang lain dan secara proaktif mengupayakan pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang yang ada dalam masyarakatnya. Murid tersebut juga sadar bahwa Ia tidak hidup sendiri, memiliki kesadaran diri sebagai bagian dari kelompok, sehingga perlu ada usaha dari dirinya untuk membantu pencapaian kebahagiaan kelompoknya. Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Gotong Royong: ● Kolaborasi. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan: - Kerjasama - Berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama - Menumbuhkan rasa saling ketergantungan positif (menyadari peran dirinya dan peran orang lain dalam kontribusinya dalam pencapaian tujuan kelompok) - Koordinasi Sosial (melakukan koordinasi demi pencapaian tujuan bersama) ● Kepedulian. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu menunjukkan atau memiliki: - Tanggap terhadap lingkungan
  • 41. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 29 - Persepsi sosial (memahami dan menghargai lingkungan sosialnya, untuk memunculkan situasi yang sejalan dengan kesejahteraan lingkungan sosialnya) ● Berbagi. Memberi dan menerima segala hal yang penting bagi kehidupan pribadi dan bersama. 4) Mandiri Seorang murid yang memiliki dimensi mandiri berarti murid tersebut mempunyai prakarsa atas pengembangan diri dan prestasinya dan didasari pada pengenalan kekuatan serta keterbatasan dirinya serta situasi yang dihadapi, dan bertanggung jawab atas proses dan hasilnya. Murid yang memiliki dimensi ini juga mampu mengelola dirinya sendiri (pikiran, perasaan, tindakan) untuk mencapai tujuan pribadinya ataupun tujuan bersama. Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Mandiri: ● Pemahaman diri dan situasi. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu: - Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi - Mengembangkan refleksi diri ● Regulasi diri. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu: - Regulasi emosi - Menetapkan tujuan dan rencana strategis pengembangan diri dan prestasi - Memiliki inisiatif bekerja secara mandiri - Mengembangkan kendali dan disiplin diri - Percaya diri, resilien dan adaptif 5) Bernalar Kritis Seorang murid yang memiliki dimensi Bernalar Kritis berarti murid tersebut mampu menggunakan kemampuan nalar dirinya untuk memproses informasi, mengevaluasinya, hingga menghasilkan keputusan yang tepat untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya. Murid tersebut mampu
  • 42. 30 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak menyaring informasi, mengolahnya, mencari keterkaitan berbagai informasi, menganalisa serta membuat kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Dimensi ini juga berarti keterbukaan terhadap berbagai macam perspektif ataupun pembuktian baru (termasuk pada pendapatnya semula yang digugurkan oleh pembuktian baru ini). Keterbukaan ini pun mampu bermanfaat dalam kehidupan murid di masa mendatang karena menumbuhkan murid yang terbuka, mau mengubah pendapatnya, serta menghargai pendapat orang lain. Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Bernalar Kritis: ● Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan. Dalam elemen ini berarti seorang murid mampu: - Mengajukan pertanyaan (untuk mengumpulkan data yang akurat) - Mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengolah informasi dan gagasan ● Menganalisa dan mengevaluasi penalaran. ● Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri. 6) Kreatif Seorang murid yang memiliki dimensi kreatif berarti mampu memodifikasi, menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak untuk mengatasi berbagai persoalan baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk lingkungan di sekitarnya. Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari dimensi Kreatif: ● Menghasilkan gagasan yang orisinal. ● Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal. ● Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.
  • 43. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 31 Profil Pelajar Pancasila ini juga tidak harus diajarkan dalam mata pelajaran khusus, namun memang harus diajarkan secara eksplisit, juga terintegrasi dalam muatan pembelajaran. Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini, tentunya perlu peran pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan profil yang dijabarkan. Peran pendidik yang pertama terkait dengan Profil Pelajar Pancasila ini adalah mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu. Ketika seorang pendidik menghidupi profil ini, maka akan lebih mudah bagi murid untuk mengikutinya. Keteladanan seorang guru dalam menjalankan profil ini pasti akan dilihat dan dipelajari oleh para muridnya. Oleh karena itu, Program Guru Penggerak ini ada untuk melengkapi Bapak/Ibu sekalian agar menjadi Guru Penggerak yang berfokus pada pembentukan Profil Pelajar Pancasila. B.4. Nilai-nilai Guru Penggerak Rokeach (dalam Abdul H., 2015), menyatakan bahwa nilai merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan tolok ukur pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai-nilai positif dalam diri seseorang akan membantu mereka mengambil posisi ketika berhadapan dengan situasi atau masalah, sebagai bahan evaluasi ketika membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak. Guru Penggerak diharapkan untuk memimpin dan mengelola perubahan. Sebagai pemimpin perubahan, Guru Penggerak diharapkan mulai berlatih dan mengadopsi kebiasaan “berpikir sistem” sebagai pendekatan holistik yang berfokus pada bagaimana bagian-bagian penyusun sebuah ekosistem pendidikan saling terkait dan bagaimana bagian-bagian tersebut dari waktu ke waktu bekerja secara simultan dalam konteks lain atau sistem lain yang lebih besar. Dengan begitu, Guru
  • 44. 32 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Penggerak dapat lebih mendalam dan jernih dalam “memahami perubahan” yang sedang berjalan (atau dibawakan) terutama pada tataran strategis untuk menjawab pertanyaan “mengapa” yang menjadi alasan moral dan rasional, dan memiliki mentalitas untuk mewujudkan inisiatif perubahan menjadi nyata (make it happen mentality). Guru Penggerak yang paham akan perubahan berarti paham bahwa bersama perubahan, datang pula gangguan atau kekacauan. Akan ada perbedaan pendapat yang harus dipahami, didamaikan. Guru Penggerak perlu “membangun keselarasan atau koherensi” secara efektif untuk menuntun yang lain melampaui perbedaan dan menerima perbedaan yang muncul ke permukaan. Dengan demikian, Guru Penggerak juga akan mengadopsi mentalitas “berpikir berbasis aset” yang mengapresiasi dan memanfaatkan kekuatan atau sumberdaya yang telah dimiliki, bukan berkutat pada apa yang tidak dimiliki. Dengan demikian, dalam membawakan perubahan Bapak/Ibu diharapkan dapat beranjak dari keadaan diri yang kurang berkesadaran menuju ke diri yang berkesadaran penuh. Kesadaran penuh bersama lima keterampilan sosial-emosional (kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan beretika) yang memungkinkan bertumbuhnya pola pikir dan nilai-nilai yang diharapkan menubuh pada Guru Penggerak akan dipelajari lebih dalam di paket modul berikutnya (Modul 2.2 . Gambar 10 di bawah ini berupaya mengilustrasikan kata-kata kunci yang terkait dengan nilai-nilai guru penggerak: (1) berpihak pada murid, (2) reflektif, (3) mandiri, (4) kolaboratif, serta (5) inovatif.
  • 45. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 33 Gambar 11. Roda Nilai Guru Penggerak Nilai 1. Berpihak pada Murid Berpihak pada murid adalah nilai yang telah dibahas khusus sebelumnya di Modul 1.1. sebagai filosofi utama dari Ki Hadjar Dewantara. Nilai ini mensyaratkan Guru Penggerak untuk selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan murid. Sebagai bentuk keberpihakan tersebut, kita juga perlu menilik sejenak dokumen yang disetujui dan berlaku secara universal di dunia yang terkait dengan pendidikan anak, yaitu: Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak atau United Nations Convention on the Rights of the Child (UN CRC) yang juga telah disetujui/diratifikasi oleh hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia melalui Keppres No. 36 Tahun 1990. Tujuan pendidikan anak secara universal cukup jelas dituliskan dalam pasal 29 ayat 1 UN CRC sebagai berikut:
  • 46. 34 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak 1. Negara-negara Pihak setuju bahwa pendidikan anak harus diarahkan untuk: (a) pengembangan kepribadian, bakat dan kemampuan mental dan fisik anak secara maksimal; (b) Pengembangan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan fundamental, dan untuk prinsip-prinsip yang diabadikan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa; (c) Pengembangan rasa hormat terhadap orang tua anak, identitas budaya, bahasa dan nilai-nilainya anak itu sendiri, untuk nilai-nilai nasional dari negara tempat anak itu tinggal, negara dari mana ia mungkin berasal, dan untuk peradaban yang berbeda dengan milik mereka; (d) Penyiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam masyarakat yang bebas, dalam semangat saling memahami, perdamaian, toleransi, kesetaraan jenis kelamin, dan persahabatan di antara semua orang, kelompok etnis, bangsa, dan agama, serta orang-orang asli; (e) Pengembangan rasa hormat terhadap lingkungan alam. Makna dari tujuan pendidikan pada pasal 29 ayat 1 UN CRC ini sangat dalam dan luas, melampaui teksualnya karena kesepakatan ini dihasilkan oleh seluruh ahli anak di dunia dengan latar-belakang ilmu yang beragam. Kesepakatan ini telah melingkupi 4 poin utama yakni perkembangan diri sendiri, penguatan identitas yang melingkupi anak, penghormatan HAM, dan penghormatan atas lingkungan. Poin penghormatan kepada HAM itu intrinsik dengan nilai universal manusia dan selaras dengan Sila 2 Pancasila. Penghormatan terhadap lingkungan alam, merupakan bentuk tanggung-jawab dan perwujudan filosofi Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan anak yang selaras dengan kodrat alam dan kodrat zaman, mengingat persoalan lingkungan alam, perubahan iklim, perusakan lingkungan dan lain sebagainya akan semakin nyata di hari- hari depan anak-anak kita. Segala keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak harus didasari oleh semangat untuk memberdayakan dirinya serta memanfaatkan aset/kekuatan yang ada
  • 47. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 35 untuk menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang positif serta berkualitas bagi muridnya. Segala hal yang Guru Penggerak lakukan, harus bergeser dari pemuasan kepentingan diri sendiri, maupun pihak lain, menuju kepentingan pembelajaran murid. Guru Penggerak yang memiliki nilai ini, akan selalu berpikir mengenai pertanyaan utama yang mendahulukan muridnya, seperti: “apa yang murid butuhkan?”, “apa yang bisa saya lakukan agar suasana belajar dan proses pembelajaran ini lebih baik?”, “bagaimana saya dapat membuka lebih banyak kesempatan bagi anak untuk mewujudkan dunia yang mereka idamkan?”, dan lain-lain. Nilai 2. Mandiri Nilai Mandiri ini, secara sederhana menggambarkan semangat Guru Penggerak untuk terus belajar sepanjang hayat. Ini juga berarti seorang Guru Penggerak harus senantiasa memampukan dirinya sendiri dalam melakukan aksi serta berkenan mengambil tanggung jawab dan turun tangan untuk memulai perubahan. Guru Penggerak yang mandiri termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah, dinas, atau pihak lain. Seyogyanya, dalam membawakan perubahan yang positif, pendidik perlu memahami psikis-fisik-etis-estetis manusia dan pedagogis (pendidikan anak). Hal itu selaras dengan Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa seorang guru harus menguasai lima ilmu yaitu: ilmu hidup batin (psikologis), ilmu hidup jasmani (fisiologis), ilmu kesopanan (etika), ilmu keindahan (estetika), dan ilmu pendidikan (pedagogis). Dengan demikian, Guru Penggerak harus secara sengaja merencanakan dan melakukan perbaikan diri sehingga makin menguasai dan makin ahli dalam apapun yang dianggap perlu untuk membawakan perubahan yang berpihak pada murid. Guru Penggerak yang mandiri memiliki daya lenting dan terpacu untuk memperhatikan kualitas kinerja dan hasil kerja mereka. Mereka beranjak dari “kekaburan dan ketidaktepatan” menuju “keelokan dan ketepatan” kualitas kinerja dan hasil kerja mereka.
  • 48. 36 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Nilai 3. Reflektif Nilai Reflektif layaknya adalah model mental yang diharapkan menubuh pada Guru Penggerak dimana mereka senantiasa memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun pihak lain secara positif- apresiatif-produktif. Proses mewujudkan Profil Pelajar Pancasila pada diri sendiri sebagai Guru Penggerak dan menuntun perwujudannya pada murid-murid merupakan perjalanan yang penuh dengan variasi pengalaman-pengalaman. Pengalaman- pengalaman ini boleh jadi akan menimbulkan kesan positif maupun negatif. Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak memanfaatkan pengalaman-pengalaman tersebut sebagai pembelajaran untuk menuntun dirinya, murid, dan sesama dalam menangkap pembelajaran positif, sehingga mampu menjalankan perannya dari waktu ke waktu. Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif, memiliki daya saing yang tinggi karena mereka sadar akan hakikat persaingan. Mereka akan bersaing dengan potensi dan upaya diri mereka sendiri. Dengan begitu, mereka terus mengupayakan peningkatan efikasi dirinya, bagaimana mendorong dirinya untuk membuat pilihan- pilihan masuk akal dan bertanggung jawab untuk memperbaiki kualitas kinerja dan hasil kerjanya, serta bergeser dari dorongan perubahan diri yang sifatnya eksternal menuju penguatan dorongan diri yang bersifat internal. Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai rencana tindakan saja, mereka juga mengejawantahkannya lewat tindakan nyata sebagai perbaikan yang perlu dilakukan. Dalam konteks Pendidikan Guru Penggerak, Bapak/Ibu CGP harus menjadikan refleksi sebagai kebiasaan bukan sekedar sebagai tugas menyelesaikan tagihan materi. Refleksi yang baik dapat membantu mengubah pengalaman menjadi proses pembelajaran yang memberdayakan baik individu maupun kelompok dalam meningkatkan dan mengungkap potensi mereka. Sehingga refleksi harus menjadi kebutuhan. Guru Penggerak yang reflektif memperlakukan kegiatan refleksi ini secara pribadi, menuliskan kata demi kata yang memang bermakna dan membuat dirinya sendiri tulus bergerak, bukan sekedar untuk terlihat indah dan enak dibaca saja. Bacaan
  • 49. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 37 di bawah ini adalah dua model refleksi yang dapat diadopsi dan mulai dibiasakan untuk dilakukan. Bacaan 4. Model Refleksi Model refleksi 4P Merupakan model pertanyaan yang bisa kita gunakan untuk memaknai pengalaman yang sudah pernah kita rasakan sebelumnya. Keempat langkah ini merupakan terjemahan dari 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway (1991), yaitu: ● Peristiwa (Facts): paparan objektif berdasarkan pengalaman nyata atas apa yang sejauh ini telah dialami. Contoh pertanyaan: apa kendala yang saya hadapi? apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? apakah tindakan tersebut berhasil? ● Perasaan (Feelings): apa yang dirasakan kini setelah mengikuti proses tersebut. Contoh pertanyaan: Apa yang saya rasakan ketika menghadapi kendala tersebut? ketika saya mencoba mengatasi kendala tersebut bagaimana perasaan saya? ● Pembelajaran (Findings): apa hal paling konkrit yang dapat diambil sebagai pembelajaran dan mungkin telah membawa makna baru. Contoh pertanyaan: apa yang saya pelajari dari proses ini? apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini? ● Penerapan ke depan (Future): apa hal yang dapat segera diterapkan baik sebagai individu. Contoh pertanyaan: apa yang bisa saya lakukan ke depannya dari pembelajaran dalam proses ini? pada aspek apa? Model refleksi 5M Model refleksi ini diadaptasi dari model 5R (Bain dkk. (2002) dalam Ryan & Ryan
  • 50. 38 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak (2013)). 5M terdiri dari langkah-langkah berikut: ● Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi ● Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung. ● Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki. ● Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut. ● Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang. Nilai 4. Kolaboratif Nilai Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun daya sanding. Mereka memperhatikan pentingnya kesalingtergantungan yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu mengomunikasikan kepada semua pihak mengenai pentingnya keberpihakan pada murid. Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa saling percaya dan saling menghargai, serta mengakui dan mengelola kekuatan serta perbedaan peran tiap pemangku kepentingan di sekolah, sehingga tumbuh semangat saling mengisi, saling melengkapi. Semangat pembelajaran tim. Mereka beranjak dari
  • 51. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 39 laku yang terisolasi dan saling terpisah menuju laku yang terhubung oleh perhatian dan urgensitas yang sama dalam komunitasnya, dalam hal ini adalah kepentingan pembelajaran murid. Nilai 5. Inovatif Makna dari nilai Inovatif adalah seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan segar dan tepat guna. Dengan demikian, nilai inovatif ini juga mengisyaratkan penguatan semangat ko-kreasi (gotong-royong) dan pemberdayaan aset/kekuatan yang ada di sekolah untuk mewujudkan visi bersama. Di tengah perkembangan zaman, realitas situasi yang dihadapi pendidik pun semakin volatil (tidak dapat ditebak), tidak pasti, kompleks, ambigu (meragukan, kurang jelas, sehingga dalam menghadapinya cenderung kurang awas). Agar nilai inovatif muncul, maka diperlukan fleksibilitas (daya lentur) dari seorang Guru Penggerak. Mereka berkenan mengadopsi multiperspektif, mencari dan membuat alternatif, mengubahsuaikan gaya dan kecenderungan lama, untuk mewujudkan perubahan dan bergeser dari pandangan yang ego-sentris serta sempit menuju pandangan-pandangan alternatif dan luas. Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif juga pantang menyerah (daya lenting) serta jeli melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pembelajaran murid. Tugas B. 1. Manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan setelah Bapak/Ibu memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik? 2. Tindakan spesifik apa yang dapat dilakukan untuk menguatkan diri Bapak/Ibu sendiri untuk memberdayakan murid dalam memilih jalan kodratnya sekaligus menguatkan tumbuhnya motivasi intrinsik mereka dalam mengejawantahkan Profil Pelajar Pancasila?
  • 52. 40 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak C. BAGAIMANA MENGGERAKKAN MANUSIA: MENUNTUN KEKUATAN KODRAT MANUSIA Pertanyaan pemandu: Bagaimana struktur sistemik lingkungan dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang? C.1. Berpikir strategis dan menguatkan lingkaran pengaruh Sebagai guru penggerak, Bapak/Ibu tentu memahami bahwa perubahan yang sifatnya transformatif demi menjangkau kepentingan lebih banyak murid tidak akan mampu dilakukan sendirian, perlu menggerakkan lebih banyak guru, lebih banyak pihak. Agar mampu menggerakkan orang lain agar berdampak pada murid, Bapak/Ibu perlu memahami konsep lingkaran pengaruh. Secara sederhana, lingkaran pengaruh adalah gambaran sejauh mana pengaruh Bapak/Ibu efektif dalam membawakan perubahan, atau dalam menggerakkan orang lain. Dalam lingkaran pengaruh, Bapak/Ibu dapat diumpamakan sebagai supir, dimana Bapak/Ibu yang memegang kendali arah kendaraan, serta mengatur kecepatannya. Jadi dalam lingkaran pengaruh, Bapak/Ibu punya “kuasa” dan kepercayaan diri untuk menjalankan inisiatif perubahan pada dimensi: diri, orang lain, institusi, dan lingkungan-masyarakat. Dalam masing-masing dimensi, Bapak/Ibu perlu menguatkan relasi (saling percaya, saling menghormati, saling bebas berekspresi), agar terbukalah komunikasi (dialog, terhubung hati dengan hati), lalu memungkinkan kolaborasi, hingga menghadirkan kontribusi (Lingkaran Ungu pada Gambar 11). Perubahan yang Bapak/Ibu bawakan pasti terjadi di dalam lingkaran pengaruh. Dari waktu ke waktu, seiring dengan makin kuat dan mampu-nya Bapak/Ibu maka lingkaran pengaruh Bapak/Ibu pun makin meluas. Lingkaran kuning pada Gambar 11, berusaha menggambarkan pada Bapak/Ibu dua lingkaran lain, yaitu lingkaran kepedulian dan lingkaran perhatian. Lingkaran kepedulian itu bagaikan kita di kursi penumpang, tidak punya kuasa langsung atau kuasa cukup untuk menjalankan dan mempengaruhi perubahan. Dalam perumpamaan supir,
  • 53. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 41 penumpang dan kendaraan tadi, lingkaran perhatian itu berada di luar kendaraan. Bapak/Ibu masih punya perhatian, tapi sebatas itu saja, perhatian. Contoh misalnya kita gemar memperhatikan berita politik, sepakbola, dan lainnya, namun tidak punya kuasa apa-apa untuk mempengaruhinya langsung. Untuk itu, Bapak/Ibu tidak perlu menghabiskan terlalu banyak energi dan pikiran untuk stress ketika tidak mampu melakukan perubahan di lingkaran kepedulian atau lingkaran perhatian. Nikmati proses menguatkan dan memperluas pengaruh Bapak/Ibu sedikit demi sedikit, orang demi orang. Mulailah dengan menguatkan lingkaran pengaruh dari dimensi diri sendiri. Gambar 12. Dimensi pada lingkaran pengaruh Dengan demikian, Bapak/Ibu dapat menempatkan diri untuk berpikir sebagai pemimpin di tataran individu, maupun mengadopsi pemikiran strategis di tataran ekosistem pendidikan, sesuai lingkaran pengaruh Bapak/Ibu, dalam hal ini yang sudah pasti adalah murid di kelas dan rekan lain di sekolah, sehingga mampu memfasilitasi gotong-royong dalam mencari jawaban sebagai penyelaras konteks (context setter), bukan sekedar sebagai penyedia jawaban. C.2. Diagram identitas gunung es Suka atau tidak, di luar kelebihan dan kelemahannya, baik atau tidak karakternya, guru sudah terlanjur dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah masyarakat kita. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan
  • 54. 42 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak kesadaran penuh atau membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Menjadi teladan harus diupayakan secara sadar. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka. Pada bagian ini, Bapak/Ibu akan menonton sebuah video pendek berjudul “Diagram Identitas Gunung Es” yang berusaha menggambarkan bagaimana karakter seseorang ditumbuhkan. Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilai- nilai kebajikan di dalam diri murid-muridnya. Guru berkesempatan untuk mengembangkan lingkungan yang dapat mempengaruhi identitas murid agar berproses menumbuhkan nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu, guru harus terus mengembangkan diri menjadi teladan nilai-nilai kebajikan dan memanfaatkan ekosistem lingkungan sadar-bawah sadar, fisik-psikis, maupun ekstrinsik-intrinsik untuk menumbuhkan nilai- nilai kebajikan dengan konsisten melalui gotong-royong bersama segenap anggota komunitas di sekolahnya.
  • 55. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 43 Gambar 13. Tangkapan gambar video Diagram Identitas Gunung Es C.3. Peran Guru Penggerak Di masa mendatang, Guru Penggerak diharapkan dapat memainkan peran-peran memimpin perubahan dalam ekosistem pendidikannya masing-masing. Kepemimpinan seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Bapak/Ibu diajak untuk membaca dan memahami 4 kategori kompetensi sebagai kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Seorang Guru Penggerak diharapkan mempunyai kesemua kompetensi itu. Guru Penggerak juga berfokus sebagai pemimpin yang menggerakkan diri, sesama, serta lingkungan-masyarakat untuk mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid. Peran Guru Penggerak muncul sebagai respon atas 4 kompetensi kepemimpinan sekolah tersebut. Gambar 11 berusaha menggambarkan Peran Guru Penggerak yang dimulai dengan pendalaman Nilai-nilai Guru Penggerak dalam diri Guru Penggerak. Terdapat 5 peran Guru Penggerak yang akan diuraikan secara singkat di bagian ini.
  • 56. 44 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Gambar 14. Peran Guru Penggerak di lingkup kelas-sekolah dan lingkungan masyarakat 1. Menjadi Pemimpin Pembelajaran Sambil menginternalisasikan nilai-nilai, Guru Penggerak akan meresonansikan semangat-harapan-antusiasme yang dirasakan oleh mereka yang berinteraksi dalam lingkaran pengaruh sang Guru Penggerak baik di kelas, sekolah, maupun lingkungan- masyarakat. Diisyaratkan juga, bahwa Guru Penggerak itu menjalankan filosofi among Ki Hadjar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulada (menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain perbuatan-kelakuan- sifat dan lain-lainnya), Ing Madya Mangun Karsa (memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka), serta Tut Wuri Handayani (mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju). Guru Penggerak pun mengadopsi kerangka berpikir inkuiri- apresiatif dalam memimpin perubahan sehingga mereka lugas dalam mengemas
  • 57. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 45 pertanyaan-pertanyaan pemantik dialog yang mengungkap potensi, kekuatan atau aset individu maupun sekolah demi pencapaian visi bersama. Inkuiri-apresiatif juga dapat menjadi alat bantu dalam proses mengelola perubahan yang secara lebih mendetail akan dibahas tahapan-tahapannya (BAGJA) di modul selanjutnya (Modul 1.3.). Dengan menjalankan prinsip among Ki Hadjar Dewantara dan pola pikir inkuiri- apresiatif diharapkan Guru Penggerak mampu menjalankan peran-perannya. Guru Penggerak akan mendorong adopsi pemikiran dan tindakan strategis di tengah komunitasnya, jadi mereka akan lebih banyak membangun percakapan dan kapabilitas strategis komunitasnya tidak cuma soal operasional dan teknis saja. Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh secara sengaja pada komponen pembelajaran, seperti kurikulum (intra, ekstra, dan ko -kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan pelibatan komunitas yang kesemuanya mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah. Yang dimaksud dengan wellbeing disini adalah semua yang terkait dengan kondisi yang berpihak pada murid. Apakah kondisi tersebut sudah membuat murid nyaman untuk belajar? Apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid? Apakah lingkungan belajar di sekolah sudah memungkinkan anak untuk mendapatkan manfaat maksimal dari belajar? Guru Penggerak berperan besar dalam membuat lingkungan sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan, namun tetap menantang, dan relevan untuk para muridnya. Mereka diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada sebesar-besarnya kepentingan tumbuh, kembang, dan mekarnya murid (flourish). 2. Menjadi Coach Bagi Guru Lain Dalam menjalankan peran menjadi coach bagi guru lain, terutama yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran bagi murid di sekolah, Guru Penggerak dituntut untuk berdaya dalam menemani dan menuntun rekan sejawatnya itu untuk menelaah proses belajar mereka sendiri. Hal ini sekaligus mengisyaratkan bahwa selain
  • 58. 46 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak belajar keterampilan coaching, Guru Penggerak juga harus memberdayakan dirinya melalui refleksi atas hasil pengalaman praktik-praktik profesionalnya sendiri. Mereka harus dapat mengambil pembelajaran, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendalam untuk mengakses keterampilan metakognitifnya ketika melihat dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri terkait belajar, pencapaian tujuan, dan pemecahan masalah. Sebagai coach Guru Penggerak juga harus lincah berpindah-pindah dari pemikiran pengembangan rekan sejawat pada level individu dan level anggota komunitas pendidik di sekolah. 3. Mendorong kolaborasi Secara sederhana, kolaborasi berarti bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan atau menghasilkan sesuatu. Di sana tersirat makna bahwa setiap pihak yang terlibat memiliki kekuatan yang saat dipersatukan menjadi saling melengkapi dan produktif. Oleh karena itu, agar suatu inisiatif kolaborasi menjadi produktif, maka tiap anggota yang terlibat di dalamnya membawa “sesuatu” yang berkontribusi pada proses dan hasilnya nanti. Guru Penggerak harus punya pandangan apresiatif yang memungkinkan pengungkapan potensi positif rekan yang lain. Mereka membuka lebih banyak ruang dialog positif antar guru, antara guru dan pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar sekolah demi meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid. Lewat peran ini, seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mengomunikasikan urgensi dari inisiatif perubahan yang sedang dibawakannya pada lebih banyak pemangku kepentingan, terutama mereka yang kiranya dapat membawa dampak positif pada murid. 4. Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency) Guru Penggerak diharapkan mengambil peran untuk mewujudkan kepemimpinan murid. Untuk itu, Guru Penggerak perlu memahami bagaimana meramu pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga murid merasa kompeten, mandiri,
  • 59. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 47 dicintai, dan memiliki kepercayaan diri serta determinasi untuk mencapai segala yang mereka impikan. Guru Penggerak senantiasa memampukan diri untuk menuntun murid di sekolahnya agar murid mereka sadar bahwa sebagai murid di saat ini, mereka juga adalah wajah Indonesia di masa depan, sehingga mereka berdaya dan turut aktif berkontribusi pada makin indahnya dunia di masa depan sejak sekarang. Dalam mewujudkan kepemimpinan murid, Guru Penggerak mengerti betul esensi dari Tut Wuri Handayani, sehingga mereka menempatkan murid pada kursi pemegang kendali proses pembelajaran mereka sendiri. Guru Penggerak menuntun murid mereka belajar merdeka untuk merdeka belajar. 5. Menggerakkan Komunitas Praktisi Guru Penggerak diharapkan dapat mengambil peran untuk menggerakkan komunitas praktisi di sekolah dan di wilayahnya. Agar komunitas praktisi dapat berjalan secara berkesinambungan, Guru Penggerak pun perlu menumbuhkan budaya belajar kolaboratif atau komunitas belajar profesional bersama para rekan guru di sekolah maupun wilayahnya. Komunitas belajar inilah yang menjadi wahana perjumpaan profesional para guru. Komunitas belajar ini memungkinkan terjadinya dialog akademik, percakapan profesional, perencanaan strategis, diskusi teknis secara kolaboratif, terkait dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran sekaligus membuahkan inovasi pembelajaran (cara baru atau cara pandang baru) yang berdampak positif bagi murid. Kerangka kerja Lesson Study: Merencanakan (Plan), Mengerjakan (Do), Melihat kembali (See) adalah satu dari banyak contoh kerangka kerja kolaboratif yang dapat digunakan untuk menggerakkan sebuah komunitas belajar profesional dan menghasilkan praktik-praktik baik. Banyaknya praktik baik yang dibagikan dalam komunitas tersebut akan menjadi bahan belajar bersama sehingga terus mendorong agar praktik yang dilakukan menjadi semakin baik. Dalam Program Guru Penggerak, Bapak/Ibu sebagai Calon Guru Penggerak akan diperlengkapi (di kegiatan lokakarya) dengan pengetahuan dan keterampilan untuk
  • 60. 48 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak mengidentifikasi dan menggerakkan komunitas praktisi dalam ekosistem pendidikan di wilayah masing-masing. Tugas C. ● Apa kaitan antara diagram identitas gunung es dengan penumbuhan Profil Pelajar Pancasila pada murid dan transformasi pendidikan? ● Apa konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es pada peran saya sebagai Guru Penggerak dalam transformasi pendidikan? FORUM DISKUSI TERTULIS (1 JP) Setelah mempelajari paparan materi dalam tahap eksplorasi konsep ini, diharapkan Bapak/Ibu secara individu dapat menguatkan pemahaman dan mempersiapkan diri untuk berkolaborasi dalam kelompok dengan menjawab pertanyaan: 1. Apa yang dapat saya ceritakan mengenai salah SATU dari nilai-nilai GP (berpihak pada murid, inovatif, kolaboratif, reflektif, dan mandiri) yang telah membantu saya dalam melayani murid saya dengan lebih baik? Tuliskan dalam bentuk narasi singkat untuk berbagi dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi. 2. Apa saja 10 kegiatan di sekolah yang saya anggap masuk sebagai contoh penerapan dari peran GP yang saya pahami saat ini (pemimpin pembelajaran, pendorong kolaborasi, penggerak komunitas praktisi, mewujudkan kepemimpinan murid, menjadi coach bagi rekan guru)? Buatlah daftarnya untuk digunakan saat berbagi ide dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi. Pada segmen ini, selain diminta untuk merespon kedua pertanyaan di atas, Bapak/Ibu juga diminta memberikan komentar dan umpan balik atas respon rekan CGP lainnya pada 2 pertanyaan di atas (paling tidak untuk 2 rekan CGP lain). Gunakan kesempatan ini untuk menangkap atau memikirkan bagaimana ide dan wawasan rekan lain dapat bekerja dalam konteks Bapak/Ibu masing-masing.
  • 61. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 49 Pembelajaran 3 – Ruang Kolaborasi Diskusi Pembuatan Karya Durasi: 6 JP Moda: Pertemuan tatap maya (Diskusi pembuatan karya (3 JP), sesi Presentasi (2 JP), sesi Refleksi-surat terimakasih (1 JP)) Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP merancang kegiatan yang memanfaatkan kekuatan nilai para pihak secara kolaboratif Setelah mempelajari paparan materi pada bagian ini, Bapak/Ibu telah menjawab pertanyaan pada forum diskusi tertulis secara individu. Gunakan pemahaman dan refleksi pribadi Bapak/Ibu pada forum diskusi tertulis itu untuk berkolaborasi dalam kelompok dan merespon tugas berikut: Tugas RK1. Membuat karya poster/peta pikiran/powerpoint/video (3 JP) Dalam kelompok, bagaimana saya dapat berkontribusi dalam merancang SATU kegiatan yang sesuai dengan SATU peran GP yang kelompok pilih dalam upaya mengkolaborasikan kekuatan nilai yang telah dimiliki oleh masing-masing rekan dalam kelompok saya? Susunlah gambaran (rancangan) singkat kegiatan yang berbasis kekuatan nilai setiap anggota kelompok. Usai kerja kelompok, Bapak/Ibu diajak untuk melakukan refleksi dengan merespon tugas berikut: Tugas RK2. Refleksi (1 JP) Siapa (1 orang) rekan dalam kelompok saya di Ruang Kolaborasi yang menurut saya sudah memiliki satu nilai yang saya masih perlu kembangkan? Apakah nilai itu? Dan mengapa itu penting untuk saya dan proses kolaborasi kelompok? Tuliskan dalam
  • 62. 50 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak bentuk surat terimakasih dan apresiatif pada rekan tersebut (untuk nantinya dikirimkan melalui aplikasi pesan singkat). Tenggat waktu pengumpulan tugas sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya Bapak/Ibu akan mengikuti sesi pertemuan tatap maya bersama kelompok untuk mempresentasikan hasil kolaborasi (2JP) Anda di depan kelompok lain dan fasilitator. Karya yang Anda buat akan dinilai berdasarkan rubrik di bawah ini. Selamat berkolaborasi! Peran Fasilitator: 1. Menentukan anggota kelompok 2. Memastikan CGP mengakses bagian Ruang Kolaborasi 3. Memastikan setiap CGP sudah mendapatkan kelompok kerja 4. Memandu diskusi virtual 5. Menilai hasil karya CGP berdasarkan rubrik Ruang Kolaborasi
  • 63. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 51 Rubrik 1. Penilaian Ruang Kolaborasi Aspek Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 Konten (40%) Konten mampu ● menunjukkan nilai- nilai yang dimiliki semua anggota kelompok ● memberi gambaran singkat kegiatan yang jelas dan fokus untuk menguatkan satu nilai yang dipilih kelompok (40%) Konten mampu ● menunjukkan nilai- nilai yang dimiliki beberapa anggota kelompok ● memberi gambaran panjang-lebar atas kegiatan yang jelas dan fokus untuk menguatkan satu nilai yang dipilih kelompok (30%) Konten mampu ● menunjukkan nilai- nilai yang dimiliki satu anggota kelompok ● memberi gambaran singkat kegiatan walaupun tidak fokus pada penguatan satu nilai yang dipilih kelompok (20%) Konten tidak mampu ● menunjukkan nilai- nilai yang dimiliki anggota kelompok ● memberi gambaran panjang-lebar atas kegiatan dan tidak fokus pada penguatan satu nilai yang dipilih kelompok (10%) Penyam- paian (40%) ● Bahasa yang digunakan mudah dipahami ● teks pada presentasi singkat, namun padat dengan informasi ● Bahasa yang digunakan mudah dipahami ● teks pada presentasi panjang namun padat informasi (30%) ● Bahasa yang digunakan mudah dipahami ● teks pada presentasi cukup panjang dan sedikit informasi (20%) ● Bahasa yang digunakan sulit untuk dipahami ● teks cukup panjang dan sedikit informasi (10%) Desain (20%) ● Menggunakan 2-3 warna dominan dalam desain ● Menggunakan gambar yang berguna sebagai penyampai pesan ● Menggunakan 1 warna dominan dalam desain ● Menggunakan gambar namun kurang mendukung penyampaian pesan ● Menggunakan warna yang terlalu banyak dalam desain ● Tidak menggunakan gambar dalam desain ● Tidak menggunakan variasi warna dalam desain ● Tidak menggunakan gambar dalam desain
  • 64. 52 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Pembelajaran 4 – Demonstrasi Kontekstual Tugas DK. Membuat gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan Durasi: 3 JP Moda: Mandiri Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat menciptakan gambaran dirinya di masa depan, setelah mengikuti rangkaian program pendidikan Guru Penggerak Tanpa terasa, Bapak/Ibu telah memasuki sesi pembelajaran Pembelajaran 5 Demonstrasi Kontekstual! Sebagaimana judul unitnya, maka setelah merefleksikan pembelajaran sebelumnya, kini Bapak/Ibu diminta untuk berbagi dengan menyajikannya dalam bentuk sebuah karya. Bayangkan diri Bapak/Ibu sudah lulus program ini dan telah menjalani peran sebagai Guru Penggerak selama 3 tahun. Pada saat itu, tentunya Bapak/Ibu sudah memiliki kepercayaan diri dan telah membawakan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan nilai dan peran sebagai Guru Penggerak. Buatlah kisah narasi tertulis/presentasi PowerPoint/poster/peta pikiran/video/audio sederhana yang dapat menggambarkan kira-kira apa saja aktivitas Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak baik dalam keseharian, atau yang terprogram rutin berkesinambungan, maupun yang sifatnya ad-hoc (khusus). Buatlah sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan nilai-nilai Guru Penggerak (berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif) yang Bapak/Ibu telah dihidupi selama 3 tahun tersebut. Poin utama tugas kisah narasi ini adalah pada kedalaman substansi serta penggambaran detail kegiatan yang mewujudkan tiap nilai Guru Penggerak. Jangan terjebak pada hiasan, sajian, dan tampilan saja. Terlampir di bawah adalah rubrik yang dapat
  • 65. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 53 membantu Bapak/Ibu dalam membuat kisah narasi tersebut, juga sebagai petunjuk untuk penilaian. Peran Fasilitator: 1. Fasilitator memastikan CGP memahami tugas yang diberikan 2. Fasilitator menilai tugas CGP berdasarkan rubrik Demonstrasi Kontekstual Rubrik Penilaian Demonstrasi Kontekstual Aspek Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 Konten Kisah Narasi (80%) Mampu menjelaskan bagaimana kegiatan-kegiatan yang digambarkan mewujudkan 5 nilai Guru Penggerak. (80%) Mampu menjelaskan bagaimana kegiatan-kegiatan yang digambarkan mewujudkan paling banyak 3-4 nilai Guru Penggerak. (60%) Mampu menjelaskan bagaimana kegiatan-kegiatan yang digambarkan mewujudkan paling banyak 1-2 nilai Guru Penggerak. (40%) Tidak mampu menjelaskan bagaimana kegiatan-kegiatan yang digambarkan mewujudkan nilai Guru Penggerak. (20%) Kesatuan penyajian (20%) Perpaduan unsur yang digunakan saling mendukung dan nyaman untuk dilihat. (20%) Salah satu unsur yang ditampilkan mengurangi kenyamanan saat dilihat. (15%) Salah satu unsur yang ditampilkan merusak keterpaduan. (10%) Semua unsur yang digunakan tidak saling mendukung. (5%)
  • 66. 54 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Pembelajaran 5 – Elaborasi Pemahaman Diskusi virtual bersama Instruktur Durasi: 2 JP Moda: Forum diskusi virtual bersama Instruktur Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP percaya diri untuk mulai menumbuhkan nilai dan peran Guru Penggerak pada dirinya Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, setelah kita mengikuti rangkaian pembelajaran mengenai pembentukan nilai diri serta nilai dan peran Guru Penggerak, sekarang mari kita berdiskusi dengan instruktur mengenai ragam praktik baik yang bisa dilakukan terkait penumbuhan nilai dalam diri seseorang. Diharapkan Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak dapat mendorong rasa keingintahuannya dalam bentuk pertanyaan mendalam untuk dibahas bersama Instruktur. Jadi, bukan soal seberapa banyak pertanyaan yang disampaikan, namun seberapa pentingkah pertanyaan tersebut bagi Bapak/Ibu dalam menguatkan pemahaman pada Modul 1.2 ini. Berikan respon dengan membuat pertanyaan pada kolom berikut ini: Setelah memaknai konsep dalam materi di modul 1.2 ini, pertanyaan yang masih muncul di benak saya adalah: ● … ● … Peran Fasilitator: 1. Fasilitator mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari peserta Calon Guru Penggerak kemudian menyampaikannya kepada instruktur
  • 67. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 55 Pembelajaran 6 – Koneksi Antarmateri Penugasan Mandiri Durasi : 1 JP Moda : Mandiri Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP mampu menghasilkan kesimpulan berdasarkan materi modul 1.2. Nilai & Peran Guru Penggerak serta kaitannya dengan modul 1.1. Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara “Jika kita gagal merencanakan, berarti sama saja kita sedang merencanakan kegagalan.” ~ Benjamin Franklin Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, ini adalah fase terakhir sebelum fase eksekusi atau Aksi Nyata. Fase ini berisi tantangan tugas individu. Sebagai CGP, Bapak/Ibu ditantang untuk melakukan refleksi menggunakan Model 4P yang sudah dipaparkan dalam Eksplorasi Konsep. Pada kesempatan Koneksi Antar Materi ini, Bapak/Ibu diajak untuk menelaah kembali rangkaian pembelajaran mulai dari Modul 1.1 hingga akhir Modul 1.2 ini. Silakan berikan respon pada kolom berikut ini. Tugas Koneksi Antar Materi: Refleksi Model 4P (tulisan-naratif/poster/peta- pikiran/powerpoint/video/audio sederhana) Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya (model refleksi 4 P):
  • 68. 56 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak 1. Peristiwa: Momen yang paling penting/menantang/mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah …… Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya pahami adalah ……….. 2. Perasaan: Saat momen itu terjadi saya merasa seperti bagaikan ……. 3. Pembelajaran: Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa …………...… sekarang saya berpikir bahwa …………...… 4. Penerapan ke depan (Rencana): Apa pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak? Peran Fasilitator: 1. Memastikan CGP memahami tugas yang diberikan 2. Mengingatkan CGP mengumpulkan tugas di LMS
  • 69. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 57 Pembelajaran 7 – Aksi Nyata Tugas Aksi Nyata Moda : Mandiri Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. CGP melakukan proses pengembangan diri untuk menguatkan nilai-nilai dan peran mereka sebagai Guru Penggerak “Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia.” Ki Hajar Dewantara Sebagai tahapan terakhir dari siklus pembelajaran MERDEKA, Aksi Nyata merupakan ruang bagi Bapak/Ibu CGP menerapkan apa yang telah diperoleh dalam satu rangkaian modul. Bagian ini diharapkan dapat menjadi awalan proses implementasi dari konsep- konsep yang sudah didapatkan. Di modul ini, Bapak/Ibu diajak untuk melaksanakan rencana yang telah dituliskan pada refleksi 4P di bagian Koneksi Antar Materi mengenai “pengembangan DIRI yang sederhana, konkret dan rutin serta dapat dilakukan sendiri dari sekarang”. Kumpulkan dalam bentuk dokumentasi dengan format tulisan naratif bergambar/poster bergambar/ powerpoint/video sederhana yang dapat menceritakan saat diri Bapak/Ibu menjalankan rencana. Jangan lupa sertakan refleksi sepanjang proses menjalankannya, seperti apa perasaan Bapak/Ibu, apa ide atau gagasan yang timbul, pembelajaran apa saja yang dapat diambil, dan apa dampak (perubahan positif) yang paling dirasakan oleh diri Bapak/Ibu.
  • 70. 58 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Peran Fasilitator: 1. membangun komunikasi dengan pengajar praktik dalam memantau pelaksanaan rencana aksi CGP 2. mengingatkan CGP untuk secara rutin menuliskan jurnal refleksi pada portofolio digitalnya.
  • 71. Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 59 Surat Penutup Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak sekalian. Selamat. Bapak/Ibu telah menyelesaikan Modul 1.2 ini. Terima kasih atas semangat dan upaya yang maksimal dalam menyelesaikan semua tantangan yang diberikan. Semoga segala proses yang dijalani dalam Modul 1.2 ini dapat membawa manfaat bagi murid-murid Bapak/Ibu sekalian. Bapak/Ibu tetap harus memperhatikan bahwa status penyelesaian modul ini sangat bergantung pada bagaimana menyelesaikan Fase Aksi Nyata masing-masing. Semoga modul ini berhasil membuat Bapak/Ibu tergerak hingga kemudian mengambil keputusan untuk bergerak dan akhirnya memberanikan diri untuk menggerakkan lebih banyak pihak di lingkungan dimana Bapak/Ibu berkarya demi meningkatkan kualitas layanan dan lingkungan belajar bagi murid-murid. Modul 1.2 ini melanjutkan Modul 1.1 - Filosofi Pendidikan Indonesia yang kemudian akan dilanjutkan dengan Modul 1.3 - Visi Guru Penggerak dan Modul 1.4 - Membangun Budaya Positif di Sekolah. Selamat menikmati tahapan materi berikutnya, tetaplah terbuka dan bersemangat dalam menjalani prosesnya. Selamat menemukan, menumbuhkan dan menguatkan jati diri Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak. Salam dan bahagia!