Pendekatan kualitatif mengambil sampel berdasarkan tujuan penelitian bukan secara acak. Teknik pengambilan sampel kualitatif meliputi sampel homogen, heterogen, populasi total, rujukan berantai, dan teoritis. Jumlah sampel bergantung pada tujuan penelitian, sumber daya, dan waktu.
2. Pendekatan kualitatif menuntut teknik-
teknik penarikan sampel yang berbeda
dengan penarikan sampel dalam riset
kuantitatif. Jarang sekali sampel kualitatif
berupa probabilitas atau acak
(random). Sebagai gantinya,
pendekatan kualitatif memiliki sampel
yang bertujuan (purposeful), artinya
sampel yang ditarik atau diambil
berdasarkan tujuan penyelidikan.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
3. Dimensi-dimensi utama tempat
penarikan sampel berlangsung.
Jenis-jenis dan ukuran sampel
Penyebutan terhadap orang-orang
dalam riset Anda.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
4. Agaknya mustahil jika Anda sebagai peneliti mampu
mengumpulkan data dari semua orang yang
berhubungan dengan topik riset Anda.
Waktu dan sumber daya jelas-jelas tidak
memungkinkan bagi peneliti untuk melakukannya.
Keputusan penarikan sampel dimulai pada tahap-
tahap awal riset.
Ini bergantung pada fokus dan topik riset, juga
setting (latar atau lokasi pengambilan sampel),
waktu dan konteks (apa yang disampel) dan
kelompok orang yang menjadi sumber sampel Anda
(siapa yang disampel)
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
5. Pendekatan kualitatif menuntut teknik-teknik
penentuan sampel yang berbeda dari sampel yag
dipilih secara acak dan bersifat probabilitas, yang
lazim diggunakan oleh para peneliti kuantitatif.
Sampel kualitatif lebih fleksibel dan tidak dimulai
dengan penetapan bingkai sampling yang kaku,
seperti dalam riset kuantitatif.
Ini disebabkan sampling kualitatif berkembang
selama proses riset, saat peneliti menemukan tanda-
tanda dan petunjuk-petunjuk baru untuk
dikembangkan lebih lanjut.
Pada awal riset, peneliti tidak perlu menetapkan
secara spesifik jumlah informan dalam sampel, walau
diharapkan untuk mengindikasikan angka-angka
yang dilibatkan sebagai sampel awal.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
6. Terdapat sejumlah dimensi yag menjadi
landasan penarikan sampel, meliputi orang-
orang, setting (latar), peristiwa, proses,
aktivitas, dan waktu (Miles dan Huberman,
1994: Hammersley dan Atkinson, 1995).
Mereka dipilih berdasarkan pengalaman
terhadap fenomena yang diteliti.
Konteks mengacu pada kondisi dan situasi
tempat partisipan ditemukan.
Waktu mengacu pada tahapan, atau urutan,
atau irama yang berbeda dari waktu, atau
waktu spesifik dari hari atau kalender.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
7. Parameter Penarikan Sampel Contoh
Orang Orang-orang dengan peran tertentu,
semisal klien agen periklanan
Orang-orang yang memilki pengalaman
media relations (relasi media)
Orang-orang yang diterpa iklan di
Internet.
Setting (latar) Negara atau wilayah tempat praktik
iklan berlangsung secara khas atau
istimewa. Konsultan kehumasan dengan
praktik-praktik atau strategi-strategi baru
Peristiwa dan proses Pertemuan/rapat.
Iteraksi komunikasi antara manajer dan
staf.
Area bisnis baru.
Aktivitas Menonton iklan televisi.
Memproduksi kampanye publisitas.
Waktu Enam bulan sebelum dan sesudah
kampanye diputuskan.
Pagi dan sore.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
8. Prinsip dasar untuk memperoleh informasi yang
kaya dan mendalam menjadi pedoman
dalam strategi penarikan sampel riset kualitatif.
Siapa yang Anda pilih untuk riset Anda, di
mana, dan kapan, bergantung pada kriteria
tertentu yang ditentukan oleh tujuan riset
Anda.
Oleh karena itu, istilah sampel berorientasi
tujuan harus diterapkan.
Para partisipan bisa dipilih oleh Anda sendiri,
atau mereka yang mengajukan diri secara
sukarela (sesuai dengan topik penelitian)
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
9. Terdapat beberapa jenis sampel dan tata
cara penarikan atau pengambilan sampel.
Ikhtisar lengkap mengenai permasalahan
sampel dapat ditemukan dalam buku
Patton (1990), Miles dan Huberman (1994),
Marshall dan Rosman (1999).
Berikut ini disajikan teknik-teknik pengambilan
sampel yang paling utama, dan paling
sering digunakan, walau banyak di
antaranya saling tumpang tindih.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
10. Sampel homogen
Sampel heterogen
Sampel populasi total
Sampel rujukan berantai
Sampel oportunistik
Sampel teoritis
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
11. Sampel homogen terdiri dari individu-
individu yang tergolong dalam subkultur
atau kelompok yang sama, dan
mempunyai karakteristik serupa. Unit-unit
sampel homogen bermanfaat ketika Anda
ingin mengamati atau mewawancarai
kelompok tertentu.
Sampel heterogen terdiri dari individu-
individu atau kelompok-kelompok yang
berbeda satu sama lain dalam satu aspek
utama.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
12. Variasi lain dari sampel purposif adalah sampling
rujukan berantai atau salju/snowball (Biernacki dan
Waldorf, 1981). Dalam teknik sampling ini Anda
mendapatkan satu partisipasi melalui partisipan lain.
Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel
bola salju (snowball sampling) dalam kondisi ketika
mereka tidak bisa mengidentifikasi informan-informan
yang bermanfaat bagi risetnya, atau saat
informannya tidak mudah diakses, atau ketika
anonimitas (keadaan tanpa nama) menjadi syarat
penelitian.
Misalnya, dalam riset yang berkenaan dengan isu-isu
komunikasi yang peka atau bersifat rahasia.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
13. Dalam sampel populasi total, semua
partisipan yang terpilih berasal dari suatu
kelompok tertentu.
Metode lain dalam penarikan sampel
purposif atau sampel-berdasarkan-
kriteria adalah:
Pemilihan kasus ekstrem atau kasus tidak
lazim
Pemilihan kasus khas/tipikal
Pemilihan kasus unik
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
14. 1) Dalam pemilihan kasus ekstrem, karakteristik tertentu
dari setting atau populasi diidentifikasi terlebih dahulu.
Kemudian, hal-hal ekstrem dari karakteristik ini dicari dan
diatur dalam sebuah kontinuum. Kasus-kasus yang terletak
di pangkal dan ujung kontinum menjadi kasus yang
ekstrem.
2) Dalam pemilihan kasus khas, Anda membuat suatu profil
karakteristik dari rata-rata kasus, dan menemukan contoh-
contohnya. Sampel jenis ini bermanfaat untuk
menemukan kekhasan suatu riset.
3) Ketika memilih kasus unik, fokus Anda terletak pada orang-
orang tertentu yang berbeda dengan yang lain terkait
dengan suatu dimensi atau karakteristik tertentu.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
15. Istilah sampling oportunistik sudah cukup
jelas.
Di sini, Anda menggunakan dengan
baik kesempatan-kesempatan (yang
kadang-kadang muncul secara tak
terduga) untuk meminta para informan
potensial guna ambil bagian dalam riset
Anda. Kadang-kadang ini terjadi ketika
orang-orang sulit direkrut, dan hanya
sedikit informan yang tersedia.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
16. Glaser dan Strauss (1967) mempertahankan sampling
teoritis sebagai perangkat pengumpulan data. Sampling
teoritis berkembang seiring dengan jalannya proses riset,
tidak bisa direncanakan terlebih dahulu.
Singkatnya, sampling atau penarikan sampel dalam riset
kuantitatif adalah:
Fleksibel : sampling berkembang selama riset berlangsung
Berurutan : pemilihan unit-unit sampling tidak dibuat
sebelum kerja lapangan dimulai, namun berkembang
ketika temuan-temuan diperoleh.
Dipandu oleh perkembangan teoritis : sampel menjadi kin
terfokus, seiring dengan perkembangan riset.
Sinambung (berkelanjutan) : berlangsung sepanjang
proses riset, hingga tidak ada lagi data baru yang
relevan.
Terlibat dalam pelacakan kasus-kasus negatif atau
menyimpang (Kuzel, 1999)
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
17. Jumlah setepatnya partisipan yang
dipilih untuk keperluan riset akan
bergantung pada jenis pertanyaan
riset, jenis pendekatan riset, sumberdaya
material, juga waktu dan jumlah peneliti
yang terlibat dalam riset.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
18. Sulit bagi peneliti untuk mengetahui istilah apa
yang setepatnya mesti digunakan untuk
menyebut orang-orang yang diamati dan
diwawancarai. Sebutan ini penting, karena
mengeksplisitkan posisi peneliti, sekaligus
menentukan hubungan mereka dengan orang
yang dipelajari. Kebanyakan, peneliti kualitatif
memilih terminologi “partisian” atau “informan”
untuk menyebut sampel mereka.
Peneliti eksperimental mengacu pada
“subjek”, sebuah kata yang menandakan pasif
tidaknya orang-orang yang dipelajari.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
19. Terdapat beragam cara untuk menarik
sampel, semuanya memiliki tujuan: sampel
dipilih secara khusus untuk riset dan didasarkan
pada kriteria tertentu.
Sampel individu dalam riset kualitatif biasanya
kecil, meski ini bukanlah aturan baku.
Unit-unit sampel terdiri atas orang-orang,
waktu, latar atau setting, peristiwa, proses,
aktivitas atau konsep (yang terakhir ini disebut
juga sampling teoritis).
Pengambilan sampel tidak selalu ditentukan
sebelum riset berlangsung, tetapi bisa
berproses ketika riset dilakukan.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
20. Peneliti
Mengajukan Membagun
mengumpulkan
pertanyaan kategori-kategori
informasi
Pemahaman Mengembangkan
baru, teori baru, teori atau Mencari pola-pola
atau hipotesis mengembangkan (teori-teori)
baru pola dengan teori
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
21. Melalui kunjungan pendahuluan atau
orientasi ke lapangan, Anda sebagai
peneliti bakal menemukan siapa yang
layak diinterviu. Dari responden pertama
biasanya akan diketahui responden
berikutnya yang layak diinterviu.
Demikianlah mekanisme, sehingga jumlah
responden semakin besar, dan dari
semuanya itu Anda mencapai titik jenuh
(saturated).
Anda sebagai peneliti memerlukan
responden. Karena itu Anda harus mampu
membangun hubungan baik dengan para
responden.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
22. 1. Kepribadian dan keterampilan
penginterviu
2. Sikap dan orientasi yang diinterviu
3. Definisi kedua orang tersebut ihwal
situasi. (realitas dan konteks penelitian)
Berikut adalah beberapa penjabarannya
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
23. Penginterviu harus objektif, netral, dan tidak sok
menghakimi ihwal jawaban responden sekalipun
bertetangan dengan keyakinan penginterviu.
Penginterviu harus sensitif terhadap simbol-simbol
verbal dan non-verbal dari responden, dan harus
menjadi pendengar yang reflektif.
Penginterviu harus memahami beban psikologisdari
setiap pertanyaan yang diajukan.
Penginterviu harus menghindari pertanyaan yang
terlalu luas atau terlalu teoritis sehingga responden
sulit menjawab.
Penginterviu harus merencanakan urutan
pertanyaan dari basa-basi , pertanyaan
umum,pertanyaan khusus, pertanyaan sensitif,
pertanyaan penutup, dan sebagainya.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
24. Berapa lama dan berapa kali interviu
tergantung pada :
• Lama interviu
• Minat responden pada pembicaraan
• Kefasihan berbicara
• Keterampilan peneliti menginterviu
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
25. Penuh antisipasi artinya kesiapan menghadapi responden
Melakukan basa-basi atau kulo nuwun, dilakukan demi
mendapat kepercayaan dari responden
Naif, ciri seorang pembelajar yang rendah hati
Analitis,diterapkan sejak Anda mempersiapkan proposal
dan dalam setiap tahap penelitian.
Paradoks : mendominasi tetapi juga menyerah, Andalah
sebagai pengendali interviu.
Tidak reaktif, tidak direktif, dan terapetik : memahami apa
yang dirasakan, dipikirkan, dikeluhkan, dan dikatakan
kepada Anda.
Sabar mengejar data, penting terutama saat
menginterviu responden yang pemalu, enggan bicara,
atau kurang ekspresif.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
26. • Adalah salah satu teknik pengumpulan data.
• Kelompok terarah melibatkan sekelompok orang –acap
dilengkapi dengan pengalaman atau karakteristik serupa-
yang diwawancarai oleh seorang peneliti (disebut
moderator/fasilitator).
• Tujuannya adalah memunculkan gagasan, persepsi, dan
pemikiran mengenai suatu topik yang spesifik atau
permasalahan tertentu terkait dengan wilayah
kepentingan tertentu.
• Tujuan utamanya melihat topik (yang berkaitan dengan
masalah penelitian) dari sudut pandang partisipan
• Telah diterapkan sejak tahun 1920-an, namun buku
pertama baru diterbitkan tahun 1946 oleh Merton dan
kawan-kawan.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
27. Merupakan salah satu bentuk
wawancara mendalam, yang ditujukan
untuk meneliti pelbagai isu dalam satu
kajian, tetapi berkonsentrasi pada satu
atau dua isu atau objek yang pasti, dan
mendiskusikannya secara mendalam
Pertanyaan, jawaban dan
gagasandihasilkan oleh anggota-
anggota kelompok itu sendiri, diilhami
oleh dinamika (latar) kelompok
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
28. Menyediakan bukti dari banyak pihak
terhadap topik yang sama
Bersifat interaktif
Membuka forum yang mendukung
terungkapnya pandangan-pandangan
tersembunyi (atau yang ditekan)
Memungkinkan peneliti mengumpulkan
sejumlah besar data dengan cepat
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
29. Membantu mengidentifikasi perilaku dan
sikap tertentu.
Sifatnya yang interaktif memotivasi
anggota kelompok untuk memperluas dan
mendefinisikan kembali persepsi serta
gagasannya mengenai topik
Membantu mengeksplorasi pembentukan
konsensus terhadap sebuah topik yang
cenderung dibangun secara kolektif
Memungkinkan peneliti mengumpulkan
sejumlah besar data dalam waktu yang
relatif singkat
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
30. Merangsang pemikiran responden yang
lain
Menyebabkan responden lain
memandang persoalan dengan cara
berbeda
Merangsang munculnya diskusi yang lebih
mendalam
Mengingatkan individu-individu akan hal-
hal yang mungkin sudah terlupakan
Membantu partisipan lain untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikiran
mereka secara lebih baik
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
31. Kelompok prakonstitusi (preconstituted group)
bisa terdiri dari rekan-rekan kerja dengan spesialisasi
yang sama, atau anggota departemen atau tim
tertentu atau anggota perkumpulan sosial/asosiasi
yang sama
Kelompok yang ditetapkan oleh peneliti (researcher-
constituted group)
kelompok ini membuat peneliti memiliki kendali lebih
besar atas komposisi individu dalam sampel, namun
para anggota tidak saling mengenal satu sama lain,
sehingga interaksi kelompok membutuhkan waktu
untuk pemanasan
Catatan : kedua kelompok tersebut bisa dibentuk
secara homogen atau heterogen tergantung tujuan
penelitian
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
32. Komposisi dan ukuran kelompok tergantung pada tujuan penelitian.
Jika topik bersifat kontroversial atau kompleks maka kelompok kecil
memungkinkan membahas topik secara lebih sensitif. Jika topik tidak
begitu intens, dapat dibahas lebih efektif dalam kelompok besar.
Rata-rata anggota FGD: 6-10 partisipan (secara tradisional atau minimal
3 partisipan)
Wawancara FGD juga bisa dilakukan secara online
Lingkungan atau lokasi sebaiknya dipilih yang netral, nyaman dan
familier bagi partisipan dengan ruangan yang cukup untuk
menampung anggota.
Panduan diskusi perlu digunakan, meskipun FGD lebih menyerupai
curah gagasan (brain storming). Panduan diskusi berfungsi sebagai
daftar yang memastikan bahw semua topik penting telah tercakup dan
berada pada urutan yang sesuai.
Prosedur untuk menetapkan aturan-aturan dasar disampaikan sejak
awal sehingga semua anggota kelompok mengetahui bagaimana
diskusi akan berlangsung
Peneliti mengajukan pertanyaan mulai dari hal-hal umum menuju hal-
hal spesifik.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
33. Studi kasus
Grounded theory
Etnografi
Analisis wacana
Fenomenologi
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
34. Mata pengumpulan data
A
REDUKSI DATA N
Antisipasi Selama Pasca A
PENYAJIAN DATA L
Selama Pasca I
PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI
S
Selama Pasca I
S
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
35. Pengumpulan
data
Reduksi Penyajian
data data
Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
36. Bila respondennnya banyak sekali seperti dalam survei dan
ada hipotesis yang akan diuji secara kuantitatif, maka
peneliti akan mengembangkan pertanyaan interviu yang
dibakukan atau schedule-standardized interview
(Denzin,1970).
• Para responden memiliki kosakata yang sama. Artinya
bahwa pertanyaan yang diajukan mesti dapat dimengerti
oleh responden yang sangat heterogen itu.
• Pertanyaan dapat dibuat sedemikian rupa sehingga
bermakna sama oleh setiap responden. Karena itu
pertanyaan harus didesain sedemikian rupa sehingga
tidak ada ambigu dalam pertanyaan itu.
• Bukan hanya pertanyaannya yang seyogyanya dimaknai
sama oleh setiap reponden, tetapi konteks
pertanyaannya pun harus sama bagi setiap responden.
• Ketiga asumsi tersebut di atas hanya mungkin dipenuhi
bilamana terlebih dahulu ada penelitian pendahuluan
atau pilot investigation
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
37. Bagi penelitian kualitatif interviu yang terstruktur mungkin saja
diperlukan, terutama untuk mendapatkan informasi
demografis dari semua responden yang dilibatkan.
Namun, dalam kebanyakan studi kualitatif, interviu lebih
bersifat terbuka atau kurang terstruktur, karena beberapa
alasan sebagai berikut:
• Tujuan interviu dalam studi kualitatif bukan untuk
menuangkan gagasan peneliti ke dalam otak responden,
melainkan justru untuk megakses persepsi responden.
Untuk itu, interviu harus terbuka.
• Format interviu terbuka didasarkan pada asumsi bahwa
setiap responden sebagai individu adalah makhluk unik
yang sulit untuk digeneralisasi lewat penyeragaman
instrumen.
• Peneliti kualitatif tidak berangkat dari hipotesis yang telah
ditentukan tapi senantiasa mengeksplorasi banyak hal
dan situasi lewat tahapan-tahapan. Karena itu format
interviu berbeda untuk setiap kasus.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
38. Bagi penelitian kualitatif interviu yang terstruktur mungkin saja
diperlukan, terutama untuk mendapatkan informasi
demografis dari semua responden yang dilibatkan.
Namun, dalam kebanyakan studi kualitatif, interviu lebih
bersifat terbuka atau kurang terstruktur, karena beberapa
alasan sebagai berikut:
• Tujuan interviu dalam studi kualitatif bukan untuk
menuangkan gagasan peneliti ke dalam otak responden,
melainkan justru untuk megakses persepsi responden.
Untuk itu, interviu harus terbuka.
• Format interviu terbuka didasarkan pada asumsi bahwa
setiap responden sebagai individu adalah makhluk unik
yang sulit untuk digeneralisasi lewat penyeragaman
instrumen.
• Peneliti kualitatif tidak berangkat dari hipotesis yang telah
ditentukan tapi senantiasa mengeksplorasi banyak hal
dan situasi lewat tahapan-tahapan. Karena itu format
interviu berbeda untuk setiap kasus.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
39. 1. Konteks natural, yaitu konteks kebulatan
menyeluruh
2. Instrumen human, menuntut agar diri
sendiri atau manusia lain menjadi instrumen
pengumpul data, atau kemampuan
menyesuaikan diri dengan beragam
realitas
3. Pemanfaatan pengetahuan tak
terkatakan, sifat naturalistik memungkinkan
kita mengangkat hal-hal tak terkatakan
yang memperkaya hal-hal yang
diekspresikan
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
40. 4. Metode kualitatif, lebih mampu
mengungkap realitas ganda,
dibandingkan metode kuantitatif
5. Pengambilan sampel secara purposive,
menghindari pengambilan sampel acak
yang memungkinkan terjadinya
penyimpangan
6. Analisis data induktif, konteks lebih
mudah dideskripsikan dibandingkan
dengan analisis data deduktif
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
41. 7. Grounded theory, penyusunan teori diangkat
dari empiri, bukan dibangun secara apriori
8. Desain sementara, digunakan karena peneliti
sulit mempolakan lebih dahulu apa yang ada
di lapangan, dan karena banyak sistem nilai
yang terkait dengan interaksinya tak terduga
9. Hasil yang disepakati, sebaiknya hipotesis kerja
diuji dan dicari kepastiannya pada responden
10. Modus laporan studi kasus, deskripsi realitas
ganda yang tampil dari interaksi peneliti
dengan responden dapat terhindar dari bias
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
42. 11. Penafsiran idiographik, penafsiran yang berbeda
nampaknya lebih memberi makna untuk realitas
yang berbeda konteksnya
12. Aplikasi tentatif, realitas itu ganda dan berbeda
karena interaksi antara peneliti dengan responden
bersifat khusus dan tak dapat dipublikasikan
13. Ikatan konteks terfokus, mengaksentuasikan pada
fokus sesuai dengan masalahnya, evaluasinya, atau
tugas yang hendak dicapainya.
14. Kriteria kepercayaan, terbagi menjadi validitas
internal, validitas eksternal, realiabilitas, dan
obyektivitas.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian