PENGARUH MOTIVASI DAN PENILAIAN PRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN
Bab i
1. JUDUL : PENGARUH STRESOR TERHADAP STRES KERJA DAN
KINERJA KARYAWAN PADA PT. BANK TABUNGAN
PENSIUNAN NASIONAL Tbk. (BTPN) CABANG KEDIRI
A. LATAR BELAKANG
Di era modernisasi dan perkembangan iptek yang sangatlah cepat, menuntut
perkembangan SDM yang cepat pula, dan hal ini mengakibatkan semakin
kompleknya permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh manusia baik
menyangkut permasalahan politik, ekonomi maupun social, hal ini mencakup juga
permasalahan – permasalahan dalam lingkungan pekerjaan. Sumber daya manusia
sebagai aktor yang berperan penting dalam menggerakan suatu perusahaan atau
organisasi dalam mencapai sebuah tujuan tertentu. Tercapainya sebuah tujuan
perusahaan hanya akan tercapai karena adanya suatu upaya dari para pelaku yang
terdapat dalam suatu perusahaan, yakni untuk selalu berkinerja dengan baik dan
memberikan kontribusi positif terhadap perusahaan sehingga dapat mencapai suatu
tujuan yang diharapkan serta memajukan perusahaan tersebut.
Dengan adanya kenyataan tersebut menunjukkan bahwa aset organisasi yang
paling penting yang harus dimiliki oleh perusahaan dan sangat diperhatikan oleh
manajemen adalah aset manusia dari perusahaan tersebut. Tanpa adanya faktor
manusia sebuah organisasi atau perusahaan tidak akan ada, dengan demikian pada
intinya tantangan-tantangan maupun peluang-peluang dalam pembentukan dan
pengelolaan suatu organisasi sering bersumber dari masalah-masalah yang berkaitan
dengan masalah sumber daya manusia.
Ditengah maraknya tuntutan ekonomi yang semakin tinggi, pengembangan
karier yang semakin ketat, gejala timbulnya stres dikalangan karyawan dari waktu
kewaktu semakin meluas. Tidak semua stres yang dialami karyawan berdampak
negatif terhadap prestasi kerjanya, dalam tingkatan tertentu dan bagi orang tertentu
timbulnya stres merupakan tantangan yang memacu untuk lebih meningkatkan
prestasi kerjanya. Stres yang dialami oleh karyawan dapat dilihat dari gejala - gejala
1
2. yang timbul, baik gejala fisik maupun mental. Untuk menghindari dampak negatif
dari stres, kepekaan pimpinan terhadap perilaku bawahan merupakan salah satu
modal dalam rangka lebih memberdayakan karyawan. Berbagai macam keinginan
dan kebutuhan diharapkan dapat terpenuhi dengan bekerja dalam suatu organisasi
oleh karyawan. Namun tidak semua keinginan maupun karyawan tersebut dapat
terpenuhi oleh perusahaan. Keterlibatan karyawan dalam konflik serta ketidak
mampuan memenuhi kebutuhan maupun keinginan karyawan merupakan salah satu
faktor yang menimbulkan stres dikalangan karyawan. Stres adalah suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi karyawan.
Adanya beragam permasalahan maupun tekanan yang dialami oleh
karyawan, baik yang berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat
maupun lingkungan kerja yang dapat timbulnya stres dikalangan karyawan.
Perbedaan permasalahan, tekanan yang dialami serta perbedaan karakter maupun
gaya seorang karyawan menyebabkan variasi dampak stres yang dialami terhadap
kinerja atau prestasi kerja. Dalam tingkatan tertentu, stres dapat meningkatkan
prestasi, sebaliknya bagi orang lain tingkat stres yang sama dapat menyebabkan
turunnya prestasi kerja. Namun apabila stres kerja yang terlalu berat pada umumnya
cenderung mengganggu kinerja karyawan. Untuk mengurangi dampak negatif dari
stres terhadap kinerja karyawan, usaha – usaha preventif untuk mencegah stres yang
berlebihan serta adanya konseling dari pimpinan maupun dari teman sejawat
maupun unit yang melayani konsultasi karyawan merupakan kebutuhan yang tidak
bisa diabaikan. (www.search-engine-journal/ stressor-kerja-terhadap-kinerja)
Dampak dari stressor atau sumber stres akan nampak dan mempengaruhi
gejala psikologis, gejala fisik atau semuanya sehingga secara langsung stres
berpengaruh terhadap seluruh individu. Secara individu reaksi karyawan terhadap
stres selain berdampak negatif, ternyata juga bisa berdampak yang positif yakni
membuat kebalikan dari gejala-gejala stress kerja yang bersifat negatif. Hal ini
terjadi tergantung tingkat stres dan ketahanan individu terhadap stres. Secara umum
bagi karyawan yang sulit melakukan penyesuaian diri dari stres akan menganggu
2
3. keseimbangan kejiwaan dan fisik karyawan. Hal ini bila dibiarkan akan berdampak
pada penurunan prestasi kerja karyawan dan jika sudah demikian stres yang dialami
karyawan tergolong tinggi. Sedangkan bagi karyawan lain stres justru menjadi daya
dorong prestasi kerjanya, stres yang demikian tergolong rendah.
Secara nyata stress fisiologis seorang karyawan dengan seringnya karyawan
merasakan sakit kepala, meningkatnya detak jantung dan pernapasan serta
perubahan dalam sistem metabolisme. Mengenai stress psikologis karyawan sering
merasakan kebosanan dalam bekerja, mudah marah, tersinggung, mengalami
kecemasan, dan lain-lain. Sedangkan stress perilaku dapat diketahui dari adanya
perubahan produktivitas, meningkatnya absensi kerja, adanya perubahan dalam
kebiasaan makan dan lain-lain. Adanya tanda-tanda tersebut maka mengindikasikan
bahwa karyawan mengalami tingkat stress yang terlalu tinggi sehingga
mempengaruhi prestasi kerja yang dihasilkan seorang karyawan.
Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungan. Stress sering muncul dan terjadi pada perusahaan
khususnya pada karyawan. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu
penyebab, namun biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi dari
penyebab stress tersebut. Ada dua kategori penyebab stress, yaitu on the job dan off
the job. Penyebab stress on the job merupakan penyebab stress yang terjadi dari
dalam perusahaan, sedangkan penyebab stress off the job adalah penyebab stress
yang terjadi dari luar perusahaan. Masalah –masalah yang terjadi di perusahaan
yang berkaitan dengan pekerjaan secara otomatis akan menyebabkan karyawan
mengalami stress dalam bekerja dan secara otomatis akan berpengaruh terhadap
prestasi kerjanya.
Sumber stress kerja yang terjadi pada suatu perusahaan yang memproduksi
barang maupun jasa akan berpengaruh pada kecemasan kegiatan perusahaan,
dimana karyawan mereka merupakan sumber daya utama dalam suatu perusahaan.
Oleh karena itu mereka harus diberi perhatian khusus guna tercapainya tujuan
perusahaan.
3
4. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) adalah instansi yang
bergerak dalam bidang jasa, dalam hal ini adalah melayani pinjaman dan tabungan
para pensiunan dan karyawan sipil. Seperti yang terjadi pada sumber stres yang
terjadi dalam obyek tersebut yang di dapat informasi dari Kepala Bagian Umum
pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), dilihat dari dalam
pekerjaan atau yang disebut dengan on the job yaitu beban pekerjaan yang tidak
stabil karena tuntutan dari pimpinan, selain itu adanya kurang harmonisnya
hubungan antar karyawan sehingga menyebabkan stress dalam bekerja. Sumber
stres kerja dapat juga dilihat dari luar pekerjaan atau yang biasa disebut dengan off
the job seperti permasalahan individu, baik permasalahan ekonomi maupun
permasalahan keluarga sehingga dapat mengganggu kelancaran dalam bekerja.
Fenomena yang terjadi secara terus menerus pada beberapa karyawan maka
karyawan atau pegawai merasakan beban psikologis dan fisik yang berlebihan
sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres kerja pada karyawan yang berlebihan,
oleh karena itu organisasi ini dituntut untuk menjaga karyawan agar tidak
mengalami stres kerja yang berlebihan, sehingga mereka dapat bekerja lebik baik
dan dapat meningkatkan kinerja yang baik.
Dengan melihat permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Stresor Terhadap Stres Kerja dan
Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN)
Cabang Kediri”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sumber-sumber stres pada karyawan PT. Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) Cabang Kediri ?
2. Bagaimanakah stress kerja pada karyawan PT. Bank Tabungan Pensiunan
Nasiaonal Tbk. (BTPN) Cabang Kediri ?
3. Bagaimanakah kinerja pada karyawan PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Tbk. (BTPN) Cabang Kediri ?
4
5. 4. Apakah sumber-sumber stres kerja yang terdiri dari on the job dan off the job
berpengaruh signifikan terhadap stres kerja karyawan PT. Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) Cabang Kediri ?
5. Apakah stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) Cabang Kediri ?
C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan masalah diatas maka penulis membatasi masalah yang dilihat
dari variable stresor yaitu : on the job dan off the job yang mengakibatkan stress
ditinjau dari gejala psikologis, fisiologis dan perilaku seluruh karyawan di PT. Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) Cabang Kediri.
D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sumber-sumber stres pada karyawan PT. Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) Cabang Kediri.
b. Untuk mengetahui kinerja pada karyawan PT. Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Tbk. (BTPN) Cabang Kediri.
c. Untuk mengetahui apakah sumber-sumber stres kerja yang terdiri dari on
the job dan off the job berpengaruh signifikan terhadap stres kerja
karyawan PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) Cabang
Kediri.
d. Untuk mengetahui apakah stres kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN)
Cabang Kediri.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) Cabang
Kediri.
5
6. Memberi masukan pada instansi dalam usaha meningkatkan
kinerja karyawan yang diwujudkan dengan upaya pencegahan timbulnya
kondisi stresor kerja yang mengganggu karyawan.
b. Bagi Peneliti
Sebagai dasar penelitian berikutnya dibidang manajemen sumber
daya manusia khususnya pada permasalahan stresor kerja.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
Berdasarkan penelitian terdahulu yang disusun oleh Handoko (2003) dengan
judul “ Pengaruh Stressor Terhadap Produktifitas Kerja Karyawan Bagian Produksi
Pada PT. Saritanam PRatama Ponorogo”. Adapun variable yang digunakan adalah :
variable terikat produktifitas kerja, variable bebas stressor kerja yang ditinjau dari
karakteristik peran, karakteristik tugas, Hubungan antar pribadi, karakteristik iklim
organisasi. Alata yang digunakan regresi berganda, uji t, uji f. tehnik pengambilan
sampel menggunakan proposional random sampling. Hasil penelitian menunjukan
bahwa nilai koefisien r sebesar 0,539 yang berarti variable – variable stressor kerja
mempengaruhi stress kerja sebesar 53,9%. Ada pengaruh antara stress kerja dengan
produktifitas kerja sebesar 7,8 %.
6
7. Tabel 1.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang.
No. Judul Variable Tehnik analisis
1 Pengaruh stressor terhadap Variabel Bebas : Analisis regresi
produktifitas kerja Stressor
linier berganda,
karyawan bagian produksi - Karakteristik peran
pada PT. Sari Tanam - Karakteristik tugas Uji t dan uji f
Pratama Ponorogo. - Hubungan antar
pribadi
- Karakteristik iklim
organisasi
Variabel Terikat :
Produktifitas Kerja
2. Pengaruh stressor tehadap Variable bebas :
stress kerja dan kinerja Stressor Regresi linear
pada karyawan PT. Bank on the job. berganda dan
Tabungan Pensiunan off the job.
Nasional Tbk. (BTPN) sedherhana, Uji
Cabang Kediri. Variabel terikat : t dan Uji f
Stres Kerja
Kinerja Karyawan.
2. Kajian Teori
a. Pengertian Stressor
Stressor menimbulkan berbagai macam tanggapan dari orang yang
berbeda-beda. Beberapa orang lebih mampu menanggulangi suatu penekanan
dari pada orang lain dan mereka dapat menyesuaikan perilaku mereka
sehingga dapat menguasi tekanan tersebut. Sebaliknya banyak orang lebih
dipengaruhi oleh tekanan, artinya mereka tidak mampu menyesuaikan diri
terhadap penekanan.
Menurut Gibson (1996:339), menyatakan stressor adalah keadaan
lingkungan khusus sebagai sumber potensial stress. Sedangkan menurut
Kreitner, R & Kinicki, A (2005:353), stressor adalah faktor-faktor
lingkungan yang menimbulkan stress.Dengan demikian dapat disimpulkan
7
8. bahwa stressor merupakan sumber potensial atau penyebab terjadinya stress
pada diri seorang karyawan.
b. Sumber Potensial Stress
Gibson (1996;343) membedakan penyebab stres menjadi dua yaitu:
stres ditempat kerja dan stress yang berkaitan dengan kerja. Stres ditempat
kerja dan stres yang bukan ditempat kerja sering saling berhubungan. Gibson
(1996;343) membagi stresor ditempat kerja menjadi empat kategori yaitu :
lingkungan fisik, individu, kelompok dan organisasional.
- Yang termasuk stresor lingkungan fisik : cahaya, suara, suhu dan udara
terpolusi.
- Yang termasuk stresor individu adalah konflik peran, peran ganda, beban
kerja berlebihan, tidak ada control, tanggung jawab dan kondisi kerja.
- Yang termsuk stresor kelompok adalah termasuk hubungan yang buruk
dengan kawan, bawahan dan atasan.
- Yang termasuk stresor organisasi adalah desain struktur yang jelek, politik
jelek dan tidak ada kebijakan khusus.
Menurut Handoko (2000:200) bahwa kondisi kondisi yang cenderung
menyebabkan stress disebut stresor . biasanya karyawan mengalami stress
karena kombinasi stressor. Ada dua kategori penyebab stress yaitu on-the job
dan off-tehe job.
a. On-the job terdiri dari :
1. Beban kerja yang berlebihan
2. Tekanan atau desakan waktu
3. Kualitas supervise yang jelek
4. Iklim politis yang tidak aman
5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
6. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab
8
9. 7. Kemenduaan peranan
8. Frustasi
9. Konflik antar pribadi dan antar kelompok
10. Perbedaan antara nilai nilai perusahaan dan karyawan
11. Berbagai bentuk perubahan
b. Off-the job terdiri dari :
1. Kekuatiran financial
2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
3. Masalah masalah fisik
4. Masalah perkawinan
5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada tempat tinggal
6. Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara.
Tidak terhitung banyaknya peristiwa yang mengakibatkan masalah
stress. Sebagian darinya adalah perubahan besar yang mempengarui banyak
orang. Peristiwa seperti perang, kecelakaan nuklir, dan gempa bumi. Peristiwa
lain adalah perubahan besar dari kehidupan seseorang sebagai contoh pindah
ketempat baru, pindah pekerjaan, kehilangan kawan, menderita penyakit
serius. Percekcokan sehari-hari dapat juga dirasakan sebagai stresor, seperti
kehilangan dompet, terjebak dalam kemacetan dan perbedaan pendapat
(Atkinson, 1991;338).
c. Pengertian Stress
Menurut Gibson (1996;339) stress adalah suatu tanggapan
penyesuaian yang diperantarai oleh perbedaan perbedaan individual dan
proses proses psikologis akibat dari setiap tindakan lingkungan situasi, atau
peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan fisik yang berlebihan
kepada seseorang.
Menurut Robbin (2002:304) Stress merupakan suatu kondisi dinamik
dimana seorang individu dikonfrontasikan dengan satu peluang, kendala atau
9
10. tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya
dipersepsikan sehingga tidak pasti dan penting.
Menurut Munandar (2001;374) stress adalah hasil dari tidak/kurang
adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadian, bakatnya, dan
kecakapan) dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya
untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif. Pada
umumnya kita merasakan bahwa stress merupakan suatu kondisi yang negatif,
kesuatu kondisi yang mengarah pada timbulnya penyakit fisik maupun
mental, atau mengarah keperilaku yang tak wajar.
Menurut Handoko (1995;200) menyatakan bahwa stress adalah suatu
kondisi ketegangan yang mempengarui emosi, proses berfikir dan kondisi
seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya pada diri karyawan
berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksaan
kerja mereka.
Dengan demikian secara umum dapat disimpiulkan bahwa stres
merupakan bentuk interaksi individu terhadap lingkungan fisik serta situasi
kerja yang dirasakan tidak menyenangkan. Sehingga mengakibatkan individu
merasa tertekan dalam bekerja yang mengakibatkan gangguan pada
keseimbangan diri mereka.
d. Langkah – Langkah Mengatasi Stress
Mendeteksi stress kerja dan bentuk reaksinya maka terdapat beberapa
langkah yang dapat dilakukan perusahaan dalam rangka mengatasi stress kerja
yang dihadapi para karyawan. Langkah-langkah yang dilakukan perusahaan
dalam mengatasi stress kerja menurut Siagian (2002:302) meliputi :
a. Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan
menghadapi berbagai stress.
10
11. b. Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga
mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan dalam
bentuk apa jika mereka menghadapi stress.
c. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya
gejala stress dikalangan para bawahannya dan dapat mengambil langkah-
langkah tertentu sebelum stress berdampak negatif terhadap prestasi kerja para
bawahannya.
d. Melatih para karyawan mengenali dan menghilangakan sumber-sumber stress.
e. Membuka jalur komunikasi dengan para karyawan.
f. Memantau terus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat menjadi
sumber stress dapat diidentifikasikan dan dihilangkan secara dini.
g. Menyempurnakan rancang bangun tugas dan ruang kerja sedemikian rupa
sehingga berbagai sumber stress yang berasal dari kondisi kerja yang dapat
dielakkan.
h. Menyediakan jasa bantuan bagi karyawan apabila mereka sempat menghadapi
stress.
e. Gejala – Gejala Stres
Menurut Umar (2003;24) bahwa gejala-gejala stres dapat dilihat dari tiga sisi
yaitu :
a) Gejala fisik. Dari sisi ini gejala – gejalanya adalah nafas memburu, mulut dan
kerongkongan kering, tangan lembab, badan terasa panas, otot otot tegang,
pencernaan tegangan, sakit kepala dan gelisah.
b) Tingkah laku (secara umum). Dari sisi ini, gejala stress dapat dilihat dari tiga
sisi yaitu :
1) Perasaan, misalnya rasa bingung, camas, sedih, jengkel, salah paham,
tak berdaya, gelisah, merasa gagal, merasa diacuhkan dan kehilangan
semangat kerja.
11
12. 2) Kesulitan misalnya : dalam berkonsetrasi, berfikir jernih dan membuat
keputusan.
3) Kehilangan misalnya : dalam kreativitas, gairah dalam berpenampilan
dan minat terhadap orang lain.
c) Gejala ditempat kerja : hal ini dapat dilihat dari misalnya : kepuasan kerja
rendah, kinerja yang menurun, semangat dan energy menurun, komunikasi tak
lancar, pengambilan keputusan yang buruk, kreativitas dan inovasi berkurang
dan berkutat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Adapun menurut Robbin (2002:309) gejala yang ditimbulkan stress adalah
sebagai berikut :
a. Gejala subyektif, dimana gejala yang ditimbulkan berupa kegelisahan,
ketakutan dan apatis.
b. Gejala perilaku, dimana gejala yang ditimbulkan adalah mudah terkena
kecelakaan, alkoholik, dan ketergantungan pada obat.
c. Gejala kognitif, dimana gejala yang ditimbulkan adalah tidak mampu
mengambil keputusan yang sehat, konsentrasi rendah dan letih.
d. Gejala fisiologis, dimana gejala yang ditimbulkan adalah penyakit jantung dan
tekanan darah.
e. Gejala organisasi, dimana gejala yang ditimbulkan berupa produktifitas kerja
rendah, tingkat absensi dan tindakan hukum.
f. Dampak Stress
Menurut Gibson (1996: 365) ada lima kategori dampak stress dan
variabel moderator. Lima dampak stress adalah subyektif (ketakutan dan apatis),
perilaku (alkoholisme, ketergantungan pada obat dan mudah kecelakaan),
kognitif (kosentrasi rendah, hambatan dan letih), fisiologis (naiknya tekanan
darah, dan gangguan jantung naik), dan organisasional (produktivitas rendah,
12
13. absensi dan tindakan hokum). Adapun yang termasuk variabel moderator ada dua
yaitu kognitif dan biologis. Yang termasuk kognitif adalah tipe A/B, daya tahan,
dukungan social dan efektivitas negative. Adapun yang termasuk
biologis/demograpis adalah umur, jenis kelamin/seks pekerjaan dan ras.
Menurut Rini (2002 :4) dampak stress dibagi menjadi dua kelompok
perusahaan dan dampak terhadap individu. Dampak terhadap perusahaan yaitu
apabila banyak karyawan di dalam organisasi menagalami stress kerja, maka
produktivitas dan kesehatan organisasiitu akan terganggu. Secara singkat
beberapa dampak negative yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa :
a. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun oprasional
kerja.
b. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja.
c. Menurunkan tingkat produktivitas.
Sehingga hal ini dapat menurunkan pemasukan dan keuntungan
perusahaan. Kerugian financial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya
antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji,
tunjangan dan fasilitas lainnya. Sedangkan dampak individu munculnya masalah
masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi
interpersonal yaitu kesehatan dan psikologis.
Menurut Robbins (2002:309) stress kerja dapat dilihat dari tiga kategori
umum yang bisa dijadikan variabel stress kerja, yaitu meliputi:
a. Stress Fisiologis adalah stress yang dapat menciptakan perubahan dalam
metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan pernafasan,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan
serangan jantung.
13
14. b. Stress Psikologis adalah Stress yang dapat menyebabkan ketidakpuasan
dalam bekerja.
c. Stress Perilaku adalah stress yang berpengaruh terhadap perubahan
produktifitas, absensi juga perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya
merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur.
g. Pengertian Kinerja
Menurut Mangkunegara (2000:67) mengatakan pengertian kinerja adalah:
“Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya”.
Sedangkan menurut Dharma (1993:212) “Kinerja adalah sesuatu yang
dikerjakan atau produk atau jasa yang dihasilkan atau diberikan seseorang atau
kelompok orang”.
Dari kedua pendapat di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa
kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas
yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kinerja dapat
digunakan sebagai ukuran hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang telah
dicapai oleh seorang karyawan atau pegawai dalam rangka melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.
h. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja, menurut Mangkunegara
(2000:67) adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor kepuasan kerja
(motivation).
14
15. 1. Faktor kemampuan
Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill ). Artinya pegawai
yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-
hari maka ia akan lebih mudah untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
2. Factor Motivasi
Motivasi kerja terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Kepuasan kerja merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi
(tujuan kerja).
i. Pengukuran Kinerja
Secara umum pengukuran kinerja berarti perbandingan yang dapat
dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda. Seperti yang dikemukakan
oleh Sinungan (2000:23) yaitu:
1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan secara historis yang tidak
menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya
mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan, tugas, seksi, proses)
dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian relatif
3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik
sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.
Sedangkan menurut Atmosoeprapto (2001: 6) menyatakan bahwa
“Kinerja tidak dapat diukur secara kuantitatif semata-mata, sehingga mempunyai
nilai mutlak, melainkan menggambarkan keragaman dari suatu kegiatan”. Ada
dua titik kunci untuk mengukur keragaman pada setiap situasi atau kegiatan, yaitu
meliputi:
15
16. 1. Lebih memusatkan pada hasil akhir daripada kegiatan-kegiatan. Sebagai
contoh, bagi bisnis yang berorientasi pada keuntungan, sasaran nilai dolar
penjualan lebih berarti daripada jumlah penjualan yang tercapai.
2. Berfikir pada perbandingan dari “kenyataan” terhadap “yang seharusnya”.
Meskipun pada output yang “tangible” dan dapat diukur secara kuantitatif,
hasil bagi output terhadap input saja kurang berarti apabila tidak
diperbandingkan dengan hasil bagi atau sasaran yang diharapkan.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2000:67) terdapat tiga metode yang
digunakan dalam rangka pengukuran kinerja para karyawan atau pegawai pada
perusahaan, yaitu:
1. Mutu atau kualitas produk.
Pada pengukuran ini perusahaan lebih mendasarkan pada tingkat
kualitas produk yang telah dihasilkan para pegawai atau karyawannya.
Pengukuran melalui kualitas ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
seorang karyawan perusahaan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
yang telah diberikan kepadanya.
2. Kuantitas atau jumlah produk.
Pengukuran melalui kuantitas atau jumlah produk yang dihasilkan ini
erat kaitannya dengan kemampuan seorang karyawan dalam menghasilkan
produk dalam jumlah tertentu. Kuantitas ini secara langsung juga
berhubungan dengan tingkat kecepatan yang dimiliki oleh seorang karyawan
dalam menghasilkan produk.
3. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu dalam menghasilkan suatu produk menjadi salah satu
sarana untuk mengukur tingkat kinerja yang telah dicapai oleh seorang
pegawai. Dalam pengukuran ini anggaran perusahaan dapat dijadikan ukuran
16
17. atau barometer untuk mengetahui tingkat kinerja yang telah dicapai seorang
karyawan.
j. Hubungan Stressor, Stres Kerja Dan Kinerja
Menurut Gibson (1996: 348) mengatakan bahwa sumber stres atau
stressor kerja yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tingkat stres kerja
tinggi, karyawan berprestasi rendah, sukar tidur, lekas marah, kesalahan
meingkat, keraguan dalam bekerja yang akhirnya mengakibatkan kinerja
karyawan menurun. Model hubungan stressor, stress dan kinerja karyawan
dapat disajikan pada gambar berikut:
Gambar. 1
Hubungan Stress Dengan Kinerja Karyawan
Tinggi
Kinerja
Rendah Stres kerja Tinggi
Sumber: Robin (1996:228-229)
Rendah Stress Kerja Tinggi
17
18. Sedangkan menurut Robin (1996:228-229) menyatakan logika yang
mendasari U terbalik itu adalah bahwa tingkat rendah sampai sedang dari stres
merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuan untuk bereaksi. Pada saat
itulah individu sering melakukan tugasnya dengan lebih baik, lebih intensif
atau lebih cepat. Tetapi terlalu banyak stres menaruh tuntutan yang tidak dapat
dicapai atau kendala pada seseorang, yang mengakibatiakn kinerja karyawan
menjadi lebih rendah. Pola U terbalik ini juga memberikan reaksi terhadap
stres sepanjang waktu, dan terhadap perubahan intensitas. Artinya stres
tingkat sedang malahan dapat mempunyai pengaruh yang negatif pada kinerja
jangka panjang karena intensitas stres yang berkelanjutan itu meruntuhkan
individu itu dan melemahkan sumber daya energinya.
Stress dapat sangat membantu atau fungsional, tetapi juga dapat
berperan salah atau merusak kinerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa
stress mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan
kerja, tergantung seberapa besar tingkat stress. Bila tidak ada stress,
tantangan-tantangan kerja juga tidak ada dan kinerja karyawan cenderung
rendah. Sejalan dengan meningkatnya stress maka prestasi kerja cenderung
naik karena stress membantu karyawan untuk mengarahkan segala sumber
daya dalam memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Bila
stress sudah mencapai puncak yang dicerminkan dengan kemampuan
pelaksanaan kerja harian karyawan, maka stress tambahan akan cenderung
tidak menghasilkan perbaikan kinerja karyawan. Akhirnya bila stress menjadi
terlalu besar, kinerja akan mulai menurun karena stress mengganggu
pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan untuk
mengendalikannya dan menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan-
keputusan dan perilakunya menjadi tidak teratur.
18
19. 3. Kerangka Pikir
Kerangka pikir digunakan untuk mempermudah alur pemikiran yang
akan dilakukan dalam penelitian. Pada kerangka pikir tersebut menunjukkan
bahwa stressor meliputi on the job dan off the job.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
digambarkan kerangka pemikiran yang menghubungkan keterkaitan hubungan
stressor, stress kerja dan prestasi kinerja karyawan yaitu sebagai berikut :
Gambar. 2
Kerangka penelitian
Stresor (X)
Stresor On the job (X1)
Beban kerja yang
terlalu berlebihan Kinerja (Z)
Umpan balik tentang Stres Kerja (Y) - KUALITAS
pelaksanaan kerja yang - KUANTITAS
- FISIOLOGIS
tidak memadai - PSIKOLOGIS - KETEPATAN
Kualitas supervise - PERILAKU WAKTU
Hubungan karyawan
Stresor of the job (X2)
Masalah keluarga - -
Masalah ekonomi
Masalah fisik
Kepribadian
Kerangka diatas didasarkan pada teori Handoko (2000:200)
mengemukakan bahwa stresor kerja yang yang terdiri dari stressor on the job
dan stressor off the job menyebabkan individu merasa tertekan dapat
mempengaruhi stress kerja yang terjadi pada karyawan yang meliputi stress
fisiologis, psikologis dan perilaku Robbins (2002:309), sehingga
19
20. mempengaruhi kinerja karyawan. Adapun mengenai kinerja para karyawan
dengan menggunakan indikator meliputi kulitas, kuantitas dan ketepatan
waktu Mangkunegara (2000:67).
4. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang dihadapi
dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan menunjang.
Berdasarkan perumusan masalah dan tinjauan pustaka di atas maka dapat
diajukan suatu hipotesis yakni :
1. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara stressor terhadap
stress kerja karyawan pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Tbk. (BTPN) Cabang Kediri.
2. Diduga stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) Cabang
Kediri.
3. Diduga variabel on the job mempunyai pengaruh kuat terhadap stres
kerja karyawan pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
(BTPN) Cabang Kediri.
F. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada PT BTPN CABANG KEDIRI Jln
Brigjen Katamso No. 36 Kota Kediri.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey, dimana
peneliti melakukan observasi dalam pengumpulan data, peneliti hanya
mencatat data seperti apa adanya, menganalisa dan menafsirkan data tersebut.
Menurut Singarimbun (1995:3), penelitian survey adalah penelitian yang
20
21. mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan yang pokok.
3. Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari perusahaan / sumber,
diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam penelitian ini
peneliti mengambil data mengenai stressor, stress kerja dan prestasi
kerja karyawan yang diperoleh dengan membagi kuesioner kepada
responden.
b. Data Sekunder
Sumber data tambahan yaitu sumber data yang diperoleh dari
sumber lain dengan cara bertanya guna mencari tambahan data. Data
ini meliputi data tentang kondisi perusahaan mengenai masalah
struktur organisasi, bentuk hukum perusahaan, dan lain-lain.
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Widayat dan Amirullah (2002: 58) yang dimaksud populasi
adalah: “Merupakan keseluruhan dari kumpulan elemen yang memiliki
sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang yang akan
diteliti”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi yaitu seluruh
pegawai yang terdapat di PT BTPN CABANG KEDIRI yang berjumlah
55 pegawai.
b. Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (1994:57) adalah sebagian dari
seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Selain itu adanya
pengambilan sampel dimaksudkan untuk memperoleh keterangan
mengenai obyek-obyek penelitian dengan cara mengamati sebagian
populasi. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
21
22. dimiliki oleh populasi tersebut, dalam penelitian ini jumlah sampel yang
diambil yaitu sebanyak 55 responden.
c. Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel menurut Arikunto (1998:107) menyatakan bahwa apabila
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika obyeknya
besar dapat diambil beberapa persen diantaranya 5%, 10%, 15%, 20% atau
lebih. Maka dengan penjelasan di atas dalam penelitian ini adalah
penelitian sensus atau populasi dengan teknik sampling yaitu total
sampling.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dikumpulkan dengan cara mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Dalam proses
penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan
cara wawancara langsung dan mengadakan tanya jawab dengan pimpinan
maupun karyawan dalam rangka memperoleh data atau mendapatkan
informasi.
b. Kuesioner
Yaitu suatu teknik dengan mengajukan seperangkat pertanyaan dan
pernyataan yang disusun oleh peneliti yang diajukan kepada para
responden.
c. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung penelitian
terhadap obyek (karyawan yang sedang bekerja).
22
23. 6. Definisi Operasional Variable dan Pengukuran Variable
a. Definisi Operasional Variable
1. Variable bebas (independent) (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat, variabel
bebas dalam penelitian ini adalah stressor, yaitu suatu kondisi yang
cenderung menyebabkan stres yang terdiri dari:
a). Stressor on the job (X1)
Adalah stressor yang dapat terjadi kepada para karyawan
berhubungan dengan pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan di
perusahaan. Indikatornya adalah:
1. Beban kerja yang terlalu berlebihan
Adalah suatu beban yang terlalu berat yang harus ditanggung
karyawan dalam menyelesaikan tugas.
2. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
Adalah suatu pelaksanaan dalam melancarkan proses kerja dalam
suatu organisasi yang tidak memadai sehingga mengganggu dalam
proses melaksanakan suatu pekerjaan.
3. Kualitas supervisi yang kurang
Adalah kualitas supervisi yang tidak sesuai dengan standart kerja
sehingga karyawan tidak dapat mencapai target yang ditentukan
oleh organisasi.
4. Hubungan karyawan
Adalah hubungan kerja baik antar sesama karyawan maupun
karyawan dengan atasan, dalam hal ini mengenai proses
komunikasi yang terjadi.
23
24. b). Stressor of the job (X2)
Adalah stressor yang dapat terjadi pada karyawan dan tidak
berhubungan dengan pekerjaan atau diluar pekerjaan. Indikatornya
adalah:
1. Masalah Keluarga
Masalah-masalah yang timbul akibat kurang harmonisnya
hubungan keluarga.
2. Masalah Ekonomi
Adalah masalah yang timbul dari kondisi ekonomi atau
pengelolaan ekonomi pada seorang karyawan.
3. Masalah Fisik
Adalah masalah yang timbul dari kondisi fisik atau badan
karyawan.
4. Kepribadian
Adalah kodrat kecenderungan dasar dari seorang karyawan dan
biasanya berkaitan dengan watak seseorang.
2. Variabel Intervening (Y)
Variable intervening atau variable sela merupakan variable
yang dipengaruhi oleh variable bebas, yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap variable terikat. Dalam penelitian ini variabel
intervening adalah stress kerja. Stress kerja adalah suatu keadaan atau
situasi kerja yang menekan individu dilihat dari gejala fisiologis,
psikologis dan perilaku. Adapun indikatornya yaitu :
a. Secara Fisiologis
Jika stres secara fisiologis tinggi maka dapat menciptakan perubahan
dalam metabolisme, yang dapat mengakibatkan :
1) Meningkatnya laju detak jantung dan pernafasan
2) Meningkatnya tekanan darah dan menimbulkan sakit kepala
24
25. Jika stres secara fisiologis rendah, maka tidak mengakibatkan
gangguan metabolisme.
b. Secara Psikologis
Jika stres secara psikologis tinggi maka dapat menyebabkan karyawan
mengalami kecemasan dalam bekerja. Dan sebaliknya jika stres
secara fisiologis rendah, maka karyawan dapat bekerja tanpa
mengalami kecemasan.
c. Stres Perilaku
Jika stres perilaku tinggi, maka dapat mempengaruhi perilaku seorang
karyawan yang mengakibatkan hilangnya minat dalam aktivitas
bekerja. Dan sebaliknya jika stres perilaku rendah, maka dapat
menumbuhkan minat karyawan dalam melakukan aktivitas bekerja.
3. Variabel Terikat (Z)
Variabel terikat adalah variabel yang akan diduga, diukur untuk
mengetahui dampak variabel bebasnya. Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah kinerja (Z). kinerja adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Adapun
indikatornya adalah sebagai berikut:
a) Kualitas
Kualitas pekerjaan yang dihasilkan, yaitu jaminan kualitas pekerjaan
yang telah dihasilkan oleh seorang pegawai sesuai dengan ketentuan
yang telah berlaku.
b) Kuantitas
Jumlah pekerjaan yang diselesaikan, merupakan hasil nyata jumlah
pekerjaan yang telah dihasilkan seorang pegawai dalam aktivitasnya di
perusahaan.
25
26. c) Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan,
merupakan jangka waktu yang digunakan oleh seorang karyawan
dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang telah dibebankan
kepadanya yang berhubungan dengan kegiatan operasional instansi.
b. Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini setiap jawaban atas variabel digunakan sistem
skor/nilai dengan dasar Likerts, untuk mengukur variabel stressor dan stres
kerja yaitu sebagai berikut:
Jawaban A (Sangat Sering) dengan kategori sangat tinggi diberi skor 4
Jawaban B (Sering) dengan kategori tinggi diberi skor 3
Jawaban C (Jarang) dengan kategori rendah diberi skor 2
Jawaban D (Tidak Pernah) dengan kategori sangat rendah diberi skor 1
Jika responden menjawab sangat sering (a), berarti stressor dan stress
kerja yang terjadi sangat tinggi. Jika responden menjawab sering (b),
berarti stressor dan stress kerja yang terjadi tinggi. Jika responden
menjawab jarang (c), berarti stressor dan stress kerja yang terjadi rendah.
Jika responden menjawab tidak pernah (d), berarti stressor dan stress kerja
yang terjadi sangat rendah.
Untuk mengukur variabel kinerja karyawan yaitu sebagai berikut:
Jawaban A (Sangat Sering) dengan kategori sangat tinggi diberi skor 4
Jawaban B (Sering) dengan kategori tinggi diberi skor 3
Jawaban C (Jarang) dengan kategori rendah diberi skor 2
Jawaban D (Tidak Pernah) dengan kategori sangat rendah diberi skor 1
Jika responden menjawab sangat sering (a), berarti kinerja sangat
tinggi. Jika responden menjawab sering (b), berarti kinerja tinggi. Jika
26
27. responden menjawab jarang (c), berarti kinerja rendah. Jika responden
menjawab tidak pernah (d), berarti kinerja sangat rendah.Dari penilaian
masing-masing jawaban di atas dapat diketahui bahwa stress kerja yang
diukur adalah stress fisiologis, stress psikologis dan stress perilaku.
7. Uji Instrumen
Adapun Tehnik pengujiannya adalah sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Menurut Widayat (2004:87) validitas adalah suatu pengukuran yang
mengacu pada proses dimana pengukuran benar-benar bebas dari kesalahan
sistimatis dan kesalahan random. Pengukuran yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk menguji validitas angket maka digunakan teknik
korelasi product moment. Rumusnya adalah :
n XY ( X )( Y)
r xy =
(n X2 ( X ) 2 )( n Y2 ( Y )2 )
Dimana :
r xy = Korelasi produk moment
∑XY = Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total
∑X 2 = Jumlah skor kuadrat skor item
∑Y 2 = Jumlah skor kuadrat skor total
n = Jumlah sampel
27
28. Untuk menguji validitas instrument maka dilakukan dengan cara
mengkorelasikan antara skala yang diperoleh pada masing – masing item
dengan skor totalnya. Skor total ini merupakan hasil penjumlahan semua
skor item dan semua di atas angka kritis. Adapun nilai kritisnya adalah
pada tingkat signifikan 5%, jika koefisien korelasi lebih besar dari nilai
kritis maka alat ukur tersebut dikatakan valid.
b. Uji Reabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya pula.
Pada penelitian ini menggunakan reliabilitas dengan rumus spearman-
Brown atau teknik belah dua. Dengan teknik belah dua ganjil-genap
peneliti mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan
pertama dan kelompok skor butir bernomor genap sebagai belahan kedua.
Langkah selanjutnya adalah mengkorelasikan skor belahan pertama dengan
skor belahan kedua, dan akan diperoleh korelasi antar belah. Sedangkan
indeks reliabilitas dapat dicari dengan rumus Spearman-Brown sebagai
berikut: (Singarimbun dan Effendi, 1995:139)
2(r.antar belah)
a. rtt=
(1 r.antar belah)
Dimana:
rtt = reliabilitas instrumen
r antar belah = Angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua.
28
29. Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila nilai reliabilitas
instrumen lebih besar daripada koefisien korelasi antar belah, berarti data
tersebut dikatakan reliabel. Sebaliknya jika nilai reliabilitas lebih kecil dari
pada koefisien korelasi antar belah, berarti data tersebut dikatakan tidak
reliabel.
8. Tehnik Analisis Data
a. Rentang Skala
Rentang skala adalah alat yang digunakan untuk mengetahui sumber-
sumber stres, stres kerja dan kinerja karyawan PT BTPN Tbk. CABANG
KEDIRI, dengan menggunkan rumus rentang skala (Umar,2004:225) :
n( m 1)
Rs =
m
Dimana :
Rs = Rentang skala
n = Jumlah sampel
m = Jumlah alternatif tiap item
Berdasarkan perhitungan rentang skala diperoleh sebesar 41 dengan
demikian skala penilaian tiap kriteria adalah
29
30. Tabel
Skala Penilaian Stressor, Stres Kerja Dan Kinerja Karyawan
No Rentang Skala Stresor Stres kerja Kinerja karyawan
1 55-95 Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah
2 96-136 Rendah Rendah Rendah
3 137-177 Tinggi Tinggi Tinggi
4 178-218 Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan teknik analisis
data dengan statistik yang berupa analisis linier berganda. Analisa
berganda adalah digunakan untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh
variabel X (Bebas) terhadap variabel Y (Terikat). Analisis ini digunakan
mengukur seberapa besar pengaruh variabel stressor terhadap stress kerja.
Rumus yang digunakan :
Y1 = a + b1.x1 + b2.x2 +E
Di mana :
Y1 = Stres kerja
a = konstanta
b1 dan b2 = koefisien regresi
X1 = Stressor On Te Job
30
31. X2 = Stressor Off The Job
E = Standart error
c. Regresi Linear Sedherhana
Untuk mengetahui pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan
pada PT BTPN CABANG KEDIRI, analisis regresi sederhana
diformulasikan sebagai berikut :
y2 a b Y1
Dimana: Y2 = Kinerja karyawan
a = Konstanta
b = Koefisien variabel bebas
Y1 = Stres kerja
d. Pengujian Hipotesis
1. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji signifikasi pengaruh variabel
sumber-sumber stres yang terdiri dari on the job dan off the job
terhadap variabel terikat stres kerja dan kinerja karyawan secara
simultan, dan F hitungan dapat dikaitkan dengan rumus :
R2 / k
F=
(1 R 2 ) / (n k 1)
Dimana :
R = Koefisien determinasi
31
32. k = Jumlah variabel
n = Jumlah sampel
F = F hitung
Uji F dirumuskan sebagai berikut :
Ho : b 1 = b 2 = 0 (Tidak ada pengaruh signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat).
Ha : b 1 ≠ b 2 ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat).
Adapun kriteria pengujianya :
Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Kriteria pengujian dapat dilihat pada kurva Uji F sebagai berikut :
Gambar. 3
Uji F
Ho ditolak
Ho diterima
Ha diterima
Ha ditolak
F-tabel F-hitung
32
33. 2. Uji T
Uji t adalah uji hipotesis yang digunakan untuk menguji pengaruh
signifikan dari masing – masing variabel bebas terhadap variabel
terikat secara parsial dapat dihitung dengan rumus:
b
T=
sb
Dimana:
b = koefisien regresi
Sb = standart deviasi dari variabel bebas
Sedangkan pada uji t mempunyai kriteria sebagai berikut:
Kriteria Pengujian :
1) Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas terhadap variabel terikat.
2) Jika t hitung > t tabel atau t hitung <- t tabel ,maka Ho ditolak dan
Ha diterima, yang berarti ada pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujian hipotesis :
Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima
Jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel maka Ho ditolak
33
34. Dari kriteria pengujian diatas dapat digambarkan pada kurva Uji t
sebagai berikut :
Gambar. 4
Uji T
Ho diterima
Ho ditolak Ha ditolak Ho ditolak
Ha diterima Ha diterima
3. Pengujian Hipotesis II
Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa variabel
stressor on the job dan variabel stressor off the job yang paling besar
pengaruhnya terhadap stres kerja karyawan PT BTPN CABANG
KEDIRI, dengan menggunakan rumus R parsial (korelasi parsial)
yang terbesar dari masing-masing variabel bebas, dengan rumus
(Sugiono 2002:193) :
ryX 1 r y X 2 . r X 1 X 2
R y X 1X 2 =
2
1 r X 1 X 2 . 1 r 2 yX 2
Kriteria pengujian dapat dilakukan sebagai berikut :
R y . x1 x 2 > R yx 2 x1 = Maka sumber –sumber stres on the job lebih
kuat berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.
34
35. R y . x1 x 2 < R yx 2 x1 = Maka sumber-sumber stres off the job tidak
berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.
35
36. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Dharma, Agus, 1991, Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber
Daya Manusia, Edisi Keempat, Penerbit Erlanggan, Jakarta.
Gibson, Ivancevich, Donnelly, 1996. Organisasi, Jild Pertama, Penerbit Binarupa
Aksara, Jakarta.
Handoko, Hani, 2001. Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia, Edisi
Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Handoko, 2003,Pengaruh Stressor Terhadap Produktifitas Kerja Karyawan
Bagian Produksi Pada PT. Saritanam Pratama Ponorogo, 2003.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Cetakan Kedua, PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
Robbins, Stephen, 1996. Perilaku Organisasi Konsep Kontoversi Aplikasi,
Terjemahan Hadyana Pujaatmaka, Jilid 2, Prenhalindo, Jakarta.
Siagian, S.P, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kesembilan,
Penerbit Bumi Aksara: Jakarta.
Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Widayat dan Amrullah, 2002, Riset Bisnis, Edisi Pertama, Malang: CV. Cahaya
Press.
36