1. 1.1. Mengidentifikasi Ketidakpastian dan Risiko ?
Identifikasi ketidakpastian dan risiko dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang
berkaitan dengan kegiatan untuk kemudian dianalisa mengenai potensi paparan ketidakpastian dan
risiko dan dampak yang ditimbulkan. Informasi yang dibutuhkan untuk melakukan analisa dapat
bersumber dari rencana bisnis perusahaan, laporan operasional, laporan keuangan, laporan kejadian
risiko di masa lampau, studi banding dengan usaha sejenis, serta melakukan perhitungan statistik
dari kejadian risiko di masa lalu. Dalam mengidentifikasikan ketidakpastian dan risiko bisnis, terdapat
beberapa metode yang bisa digunakan, antara lain Fault Tree Analysis, Failure Mode and Effect
Analysis, serta Fishbone Diagram. Dari hasil identifikasi awal, risiko-risiko yang teridentifikasi
kemudian dibagi dalam beberapa kategori, antara lain risiko finansial, risiko operasional, risiko legal
dan kepatuhan, serta risiko sumber daya manusia.
Hasil dari mengidentifikasikan ketidakpastian dan risiko kemudian digunakan untuk menetapkan
cara-cara mengatasi ketidapastian dan risiko serta biaya yang dibutuhkan untuk mengendalikan
risiko. Di antara cara-cara tersebut antara lain adalah menghindari terjadinya risiko, mengurangi
penyebab risiko, mengalihkan atau membagi risiko tersebut dengan pihak lain (misalnya dengan
asuransi), atau dengan sadar menerima risiko tersebut. Dengan mengendalikan risiko, diharapkan
bisnis tidak akan mengalami kejadian risiko yang dapat menimbulkan kerugian, dan bahkan dapat
meraih peluang mendapatkan pendapatan dan keuntungan sesuai dengan target yang ditetapkan.
1.2. Ketidakpastian dan risiko yang paling relevan dan penting
a) Risk Avoidance (Menghindari Risiko)
Sikap berikut sering kali tidak efektif karena dengan menghindari risiko ini berarti Anda tidak
berani mengambil kesempatan untuk berusaha dan mengatasi risiko, Anda bahkan tidak
belajar akan apapun. Tindakan ini berarti Anda tidak melakukan tindakan yang dapat
menyebabkan risiko tersebut terjadi, termasuk tidak jadi melakukan suatu strategi usaha yang
telah disusun.
b) Risk Reduction (Mengurangi Resiko).
Hal ini berarti mencari sebuah tindakan untuk mengurangi kerugian dari sebuah risiko yang
dapat terjadi. Kemungkinan risiko terjadi tetap ada, namun dampaknya sebisa mungkin
diminimalisasi. Misalnya, sistem alarm pendeteksi kebakaran, kebakaran tetap dapat terjadi
namun risiko kerugian dapat dikurangi dengan sistem ini.
c) Risk Transfer (Memindahkan Risiko)
Selain menghindari dan mengurangi risiko, Anda juga bisa mengalihkan risiko. Anda bisa
mengalihkan tanggung jawab kepada pihak lain dengan membayar jasa tersebut. Contoh jika
Anda memiliki perusahaan barang pecah belah dan harus mengirimkannya ke tempat yang
cukup jauh dan jalan yang kurang memadai, daripada Anda sendiri atau karyawan sendiri
yang mengantar lebih baik Anda memilih membayar jasa pengantar yang memiliki asuransi
barang pecah belah. Tentu risikonya akan Anda pindahkan ke pihak pengantar ini.
d) Risk Retention (Menerima Risiko)
Menerima artinya Anda hanya bisa merelakan kerugian tersebut terjadi. Sikap ini tentunya
diambil jika tidak ada cara lain untuk menghadapinya. Contohnya jika Anda salah menghitung
uang atau salah mengirim barang tentunya kerugian mau tidak mau harus Anda terima. Perlu
diingat pula jika dampak kerugiannya terlalu besar maka lebih baik menghindari daripada
menerimanya.
2. 2. Jelaskan Prasarana apa saja yang diperlukan untuk mendukung kesuksesan manajemen
risiko ?
Jawab :
1. Prasarana Manajemen risiko
Dalam pelaksanaan Manajemen risiko hal utama yang harus dilakukan adalah mempersiapakan
segala prasarana, yaitu prasarana lunak dan keras.
A. Prasarana Lunak
Ada beberapa isu yang berkaiatan dengan penyiapan prasarana lunak untuk manajemen risiko
yaitu :
a) Mengembangkan budaya sadar risiko.
Tujuan dari mengembangkan budaya sadar risiko adalah untuk menumbuhkan kepekaan
anggota organisasi terhadap adanya risiko, sehinga mereka lebih berhati-hati dalam
mengambil setiap keputusan. Setiap manajer selalu mempertimbangkan tiga aspek dalam
mengambil setiap keputusan yaitu : aspek Strategis, aspek Operasi dan aspek Risiko,
dengan melontarkan beberapa pertanyaan seperti berikut ini :
Aspek Strategis : Apakah produk ini bisa memenuhi kebutuhan konsumen?
Apakah produk ini bisa membantu pencapaian tujuan perusahaan?
Aspek Operasi : Bagaimana memproduksi produk ini?, Apakah perusahaan mempunyai
kemampuan memproduksi produk ini?, Bagaimana memasarkan dan mengembangkan
jaringan distribusi untuk produk ini?.
Aspek Risiko : Risiko apa yang bisa timpul berkaitan dengan adanya peluncuran produk
ini?, Bagaimana perusahaan dapat mengendalikan risiko-risiko tersebut?
b) Dukungan Manajemen.
Dukungan manajemen sangat penting dan sangat di butuhkan untuk sebuah organisasi
dalam melaksanakan setiap operasi khususnya dukungan dari manajemen puncak. Bentuk
dukungan bisa eksplisit maupun implisit. Dukungan manajemen puncak dapat dituangkan
dalam bentuk tulisan, misal manajemen puncak mendukung dan ikut
merumuskan/menyetujui misi dan visi, prosedur dan kebijakan, yang berkaitan dengan
manajemen risiko. Dukungan manajemen juga dapat ditunjukkan melalui partisipasi
manajemen pada program-program manajemen risiko.
B. Prasarana keras
Prasarana keras meliputi peralatan fisik seperti : Gedung perkantoran, Komputer, dan sarana
sarana fisik lainnya yang mendukung proses manajemen risiko.
2. Proses Manajemen Risiko.
Proses manajemen risiko sering diterjemahkan kedalam tiga langkah yaitu : Perencanaan,
Pelaksanaan, dan pengendalian.
Perencanaan Perencanaan manajemen risiko bisa dimulai dengan menetapkan visi, misi, dan tujuan
yang berkaitan dengan manajemen risiko. Kemudian perencanaan manajemen risiko bisa
diteruskan dengan penetapan Target, Kebijakan, dan Prosedur yang berkaitan dengan manajemen
risiko. Akan lebihbaik lagi jika visi, Misi, kebijakan dan prosedur tersebut di rancang secara tertulis,
sehinga memiliki dokumentasi, dokumen tertulis semacam itu akan memudahkan dalam
pengarahan serta menegaskan dukungan manajemen terhadap program manajemen risiko.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan manajemen risiko meliputi aktivitas operasional yang berkaitan dengan manajemen
risiko yaitu Proses identifikasi dan pengukuran risiko, kemudian dilanjutkan dengan manajemen
(pengelolaan) risiko. Ketiga hal diatas merupakan aktivitas operasional utama dalam proses
manajemen risiko. Dalam pelaksanaan pekerjaan manajemen risiko, dibutuhkan adanya organisasi
(Struktur Organisasi) dan staffing (Personel), strurktur organisasi sangat bervariasi dari satu
organisasi ke organisasi lainnya.
Pengendalian
Tahap berikutnya adalah pengendalian yang meliputi evaluasi secara periodik pelaksanaan
menajemen risiko, output pelaporan yang dihasilkan oleh manajemen risiko, dan umpan balik.
Format pelaporan manajemen risiko bervariasi dari satu organisasi dengan organisasi lainnya , dari
satu kegiatan kekegiatan lainnya. Contoh format pelaporan kegiatan manajemen risiko.