Anúncio
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
Anúncio
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
Anúncio
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
Anúncio
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.
Próximos SlideShares
Tugas 1 manajemen risiko dan asuransiTugas 1 manajemen risiko dan asuransi
Carregando em ... 3
1 de 19
Anúncio

Mais conteúdo relacionado

Similar a SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.(20)

Anúncio
Anúncio

SIPI,5,Hajuini,Hapzi Ali, Cobit coso dan ERM,Universitas Mercu Buana,2018.Pdf.

  1. PENGERTIAN COBIT, COSO dan ERM Tugas Matakuliah Sistem Informasi dan Pengendalian Internal FORUM dan KUIS 5 Dibuat oleh Nama : Hajuini NIM : 55517120034 Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2018
  2. A. PENGERTIAN COBIT, COSO dan ERM I. PENGERTIAN COBIT Control Objective for Information & Related Technology (COBIT) adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis IT (Sasongko, 2009 dlm Gina Aulia). COBIT mendukung tata kelola TI dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengatur keselarasan TI dengan bisnis. Selain itu, kerangka kerja juga memastikan bahwa TI memungkinkan bisnis, memaksimalkan keuntungan, resiko TI dikelola secara tepat, dan sumber daya TI digunakan secara bertanggung jawab (Tanuwijaya dan Sarno, 2010). COBIT merupakan standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework IT audit karena dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara. Dimana di setiap negara dibangun chapter yang dapat mengelola para profesional tersebut. Kerangka Kerja COBIT Kerangka kerja COBIT terdiri atas beberapa arahan/pedoman, yakni:  Control Objectives Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi (high-level control objectives) yang terbagi dalam 4 domain, yaitu : Planning & Organization , Acquisition & Implementation , Delivery & Support , dan Monitoring & Evaluation.  Audit Guidelines Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance dan/atau saran perbaikan.  Management Guidelines Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :  Sejauh mana TI harus bergerak atau digunakan, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.  Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus.
  3.  Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses (critical success factors ).  Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang ditentukan.  Bagaimana dengan perusahaan lainnya, apa yang mereka lakukan.  Bagaimana mengukur keberhasilan dan bagaimana pula membandingkannya. Manfaat dan Pengguna COBIT Secara manajerial target pengguna COBIT dan manfaatnya adalah :  Direktur dan Eksekutif Untuk memastikan manajemen mengikuti dan mengimplementasikan strategi searah dan sejalan dengan TI.  Manajemen  Untuk mengambil keputusan investasi TI.  Untuk keseimbangan resiko dan kontrol investasi.  Untuk benchmark lingkungan TI sekarang dan masa depan.  Pengguna Untuk memperoleh jaminan keamanan dan control produk dan jasa yang dibutuhkan secara internal maupun eksternal.  Auditors  Untuk memperkuat opini untuk manajemen dalam control internal.  Untuk memberikan saran pada control minimum yang diperlukan. II. PENGERTIAN COSO Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission, atau disingkat COSO, adalah suatu inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan dan membuat rekomendasi untuk mengurangi kejadian tersebut. COSO telah menyusun suatu definisi umum untuk pengendalian, standar, dan kriteria internal yang dapat digunakan perusahaan untuk menilai sistem pengendalian mereka.
  4. Kerangka kerja pengendalian internal Pengendalian Internal menurut COSO adalah : “suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya dari sebuah entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan/jaminan yang wajar berkaitan dengan pencapaian tujuan dalam beberapa kategori”. Kategori-kategori dalam pencapaian tujuan Pengendalian Internal 1. Efektivitas dan efisiensi operasi 2. Keandalan laporan keuangan 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Laporan ini menekankan bahwa sistem pengendalian internal merupakan alat/perangkat dari manajemen dan bukan pengganti manajemen. Jadi manajemen dan sistem pengendalian seharusnya dibentuk didalam kegiatan operasi. COSO menekankan Pengendalian Internal sebagai suatu “proses” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari aktivitas bisnis entitas yang berkelanjutan (on going business activities). Untuk tujuan pelaporan manajemen kepada publik. Pengendalian Internal terkait penjagaan asset dari pengambilan, penggunaan, atau penghilangan yang tidak terotorisasi adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya dari sebuah entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan/jaminan yang wajar berkaitan dengan pencegahan atau deteksi dini terhadap pengambilan, penggunaan, atau penghilangan yang tidak terotorisasi terhadap asset entitas sehingga dapat memberikan pengaruh/efek yang material terhadap lapran keuangan. Didalam dokumen COSO dikatakan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam Pengendalian Internal adalah dewan komisaris, manajemen, dan pihak-pihak lainnya yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Serta menyatakan bahwa tanggung jawab atas penetapan, penjagaan, dan pengawasan sistem Pengendalian Internal adalah tanggung jawab Manajemen. Tujuan Pengendalian Internal Bagi Organisasi. Asumsi COSO, bahwa entitas telah menetapkan sendiri tujuan dari aktivitas operasinya. Namun COSO mengidentifikasikan tiga tujuan utama dari entitas, antara lain : - Efektifitas dan efesiaensi opererasi.
  5. - Keandalan Laporan Keuangan. - Kepatuhan terhadapat hokum dan peraturan yang berlaku. III. PENGERTIAN ERM Enterprise Risk Management (Manajemen Resiko Perusahaan) adalah sebuah pendekatan yang komprehensif untuk mengelola resiko-resiko perusahaan secara menyeluruh, meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengelola ketidakpastian, meminimalisir ancaman, dan memaksimalkan peluang. Enterprise Risk Management (ERM) juga merupakan proses pengelolaan yang mengidentifikasi, mengukur, dan memonitor resiko secara sistematis serta didukung oleh kerangka kerja manajemen yang memungkinkan adanya proses perbaikan yang berkesinambungan atas kegiatan manajemen itu sendiri. Tujuan ERM adalah untuk menciptakan sistem atau mekanisme dalam perusahaan sehingga resiko bisa diantisipasi dan dikelola untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. ERM sangat diperlukan terutama ketika ingin ekspansi pasar atau bahkan ekspansi bisnis. Ketika membuka lini bisnis baru tentunya sistem, alat, SDM, dan hal penunjang lainnya bersifat baru yang di setiap aspeknya. Penentuan, pengukuran, dan pertimbangan yang tepat tentunya sangat diperlukan, pada titik inilah ERM sangat dibutuhkan agar di setiap aspeknya diperhitungkan dan dipertimbangkan segala resikonya sehingga tidak akan berdampak pada perusahaan untuk kedepannya.
  6. Dibandingkan dengan manajemen resiko tradisional, Enterprise Risk Management (ERM) lebih mampu mengelola resiko dengan terintegrasi, proaktif, berkesinambungan, value added, dan process driven. Adapun bagan dari ERM dapat dilihat dibawah ini: Dalam penerapannya, proses manajemen resiko dapat dilihat dibawah ini:  Identifikasi resiko -> pengidentifikasian resiko untuk menjawab pertanyaan sebab-akibat dan pemilik resiko, hasilnya adalah risk profile.  Penilaian dan pengukuran resiko -> pada proses pengukuran resiko terlebih dahulu ditentukan risk criteria (kriteria resiko) yang disusun berdasarkan impact criteria (kriteria dampak) dan kemungkinan kejadian. Tahap ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar dan sering resiko terjadi, menyusun if-scenarios, dan mengukur tingkat resiko. Berdasarkan hasil penentuan resiko tersebut, dikembangkan sebuah model pemetaan resiko (risk mapping) yang digunakan sebagai pedoman action plan pada manajemen resiko. Pada tahap ini juga dilakukan pengukuran resiko-resiko yang dianggap signifikan dengan menggunakan kriteria-kriteria resiko yang telah ditetapkan  Pengelolaan resiko -> pada proses ini dilakukan upaya untuk meminimasi besarnya resiko yang timbul agar setiap resiko dapat diterima oleh risk owners. Untuk mengantisipasi terjadinya resiko, seorang risk owners harus
  7. memiliki action plan yang merupakan hasil improvisasi dari strategi, pengendalian, dan proses bisnis.  Pemantauan dan pelaporan resiko -> proses pemantauan dan pelaporan dilakukan secara periodik untuk memberikan early warnings (peringatan dini), melaporkan implementasi manajemen resiko, dan memberikan rekomendasi kepada bagian manajemen menuju continuous improvement (perbaikan yang berkelanjutan) Untuk mencapai keberhasilan dalam implementasi ERM, diperlukan faktor-faktor utama pencapaian keberhasilan yang mencakup:  Keahlian, pengetahuan, dan komitmen para stakeholder yang berdampak pada manfaat internal dan eksternal perusahaan  Proses pengidentifikasian dan penentuan yang tepat atas resiko-resiko signifikan yang sedang dihadapi perusahaan  Praktik manajemen resiko yang terintegrasi dalam setiap proses bisnis dan aktivitas di perusahaan  Komunikasi yang efektif antar divisi/bagian serta pengawasan yang dilakukan secara terus menerus.  Pemeriksaan berkala yang dilakukan oleh internal audit  Lingkungan kerja dan kemampuan dari internal perusahaan Kesimpulan, Enterprise Risk Management (ERM) merupakan konsep manajemen untuk menghadapi segala resiko yang mungkin terjadi pada perusahaan dalam waktu dekat ataupun waktu mendatang. Untuk itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan pengawasan secara berkelanjutan untuk memastikan tidak ada hal yang berpotensi menjadi resiko. Selain itu, ERM merupakan konsep yang terintegrasi, maka diperluka kerjasama dan komitmen dari seluruh bagian/divisi yang ada dalam perusahaan karena seringkali penyebab awal justru lebih sulit ditemukan.
  8. B. IMPLEMENTASI COBIT, COSO dan ERM PADA BANK BNI I. PENERAPAN COBIT (Control Objective for Information & Related Technology) Metode Pengembangan Sistem Metode pengembangan sistem yang dilakukan pada Bank BNI adalah dengan melalui implementasi bertahap. Penerapan sistem baru pada organisasi dilakukan dengan mengkoordinir aktivitaas pengembangan pelayanan. Perusahaan senantiasa berkomunikasi langsung dengan pengembang dalam penerapan sistem tersebut serta menerbitkan semacam cetak biru untuk merancang pelayanan yang dibangun dengan pendekatan SOA (Serviced oriented Architecture), serta mendorong penggunaan common resources berisi pelayanan - pelayanan yang sudah dikembangkan. Tujuannya adalah agar pengembangan pelayanan yang tengah berjalan bisa berlangsung konsisten. Tata kelola SOA yang baik juga akan mengurangi risiko ketidakserasian pelayanan dan upaya pengembangan yang terlalu berlebihan, dan para pelaksana tetap harus memiliki big picture ketika mereka memulai proyek pengembangan sistem. Pemanfaatan Project Management Penerapan BNI ICONS didukung dengan pembentukan tim yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan penerapan sistem tersebut. Dalam implementasi sistem tersebut, BNI membentuk suatu tim yang disebut tim New Core Banking. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung keberhasilan penerapan sistem baru dan sebagai tanda adanya dukungan penuh dari manajemen. Selain itu perusahaan menggunakan tenaga konsultan, yang terdiri dari konsultan teknis, proyek, dan bisnis. Dalam implementasinya perusahaan juga menggunakan vendor seperti IBM untuk hardwarenya, Hewlett-packard untuk switching mesin, Lintas Artha dan Citra Sari Makmur (CSM) untuk provider komunikasi, dan juga PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). BNI icons Dengan sistem yang baru tersebut akan mempermudah nasabah untuk mengakses berbagai layanan perusahaan yang berimplikasi pada peningkatan
  9. jumlah transaksi nasabah, sehingga diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Keamanan Informasi  BNI e-Secure adalah alat pengaman tambahan untuk transaksi finansial di BNI Internet Banking.  BNI e-Secure berfungsi menghasilkan PIN yang selalu berganti (Dynamic PIN) setiap kali nasabah melakukan transaksi finansial, tanpa BNI e-Secure Anda masih bisa mengakses Layanan BNI Internet Banking untuk melakukan transaksi non finansial antara lain melihat Informasi Saldo dan mutasi transaksi.  Rekening yang dapat diakses adalah Tabungan (BNI Taplus, BNI Taplus Utama, BNI Taplus Mahasiswa, BNI Taplus Pegawai, BNI Tapenas), BNI Giro Perorangan (rupiah ataupun valas), BNI Deposito (rupiah ataupun valas) dan Rekening Pinjaman Perorangan dengan syarat memiliki Customer Information File yang sama.  Aman, layanan BNI Internet Banking mengutamakan kemudahan dan keamanan informasi serta transaksi finansial anda.  Menggunakan Internasional Internet Standard Security SSL 3.0 dengan sistim enkripsi 128-bit, suatu sistem pengacak informasi yang tercanggih saat ini, sehingga informasi pribadi & keuangan anda lebih terjamin keamanannya.  Anda juga akan membuat sendiri User ID & Password BNI Internet Banking yang unik, sehingga tidak ada duplikasi dan hanya anda yang mengetahuinya. Setiap kali Login, anda hanya diperkenankan mengulang Password BNI Internet Banking yang salah sebanyak tiga kali sebelum akses tersebut diblokir untuk mencegah penyalahgunaan yang tidak bertanggung jawab. Setiap transaksi finansial harus menggunakan alat pengaman tambahan yang disebut BNI e-Secure dimana setiap transaksi akan diberikan nomor referensi yang digunakan apabila ada pertanyaan atau terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan transaksi tersebut. Jika tidak terdapat aktivitas selama beberapa menit, sistem secara otomatis akan mengakhiri (log-out) akses anda untuk mencegah penyalahgunaan yang tidak berwenang.
  10. BNI Internet Banking mempunyai sistem pengamanan sebagai berikut : 1. Menggunakan sistem keamanan standar internasional dengan enskripsi SSL128 bit oleh Verisign. SSL 128 bit (Secure Socket Layer), yaitu lapisan pertama sistem pengamanan BNI Internet Banking yang lazim digunakan dalam dunia perbankan. Dengan menggunakan SSL ini, semua data yang dikirimkan dari server BNI Internet Banking ke komputer nasabah dan sebaliknya selalu melalui proses enkripsi (acak secara sistem) dengan menggunakan sandi 128-bit yang hanya diketahui oleh komputer nasabah dan server BNI Internet Banking. Dengan demikian, pihak-pihak lain tidak akan dapat mengartikan transmisi data tersebut apabila menerimanya. 2. Pengamanan pintu akses BNI Internet Banking dengan firewall. 3. Proses registrasi Layanan BNI Internet Banking dilakukan melalui BNI ATM menggunakan PIN BNI Card. 4. Proses aktivasi melalui www.bni.co.id atau langsung ke https://ibank.bni.co.id menggunakan PIN registrasi dan nomor BNI Card yang digunakan untuk registrasi di BNI ATM. 5. User ID dan Password dibuat oleh Pengguna saat aktivasi BNI Internet Banking, berupa kombinasi alphabet dan numeric (alphanumeric). 6. Password BNI Internet Banking dapat diubah kapan saja oleh Pengguna BNI Internet Banking. 7. Sistem BNI Internet Banking dilengkapi dengan session time out dimana akan otomatis Log Off. 8. Alat tambahan untuk transaksi finansial menggunakan BNI e-Secure yang akan menghasilkan kombinasi angka yang berubah-ubah (dynamic PIN) setiap kali Pengguna melakukan transaksi. 9. PIN BNI e-Secure dibuat oleh Pengguna dan digunakan setiap kali mengaktifkan/ menyalakan BNI e-Secure 10.BNI e-Secure akan otomatis mati apabila tidak digunakan dalam waktu 45 (empat puluh lima) detik 11.Pemblokiran layanan BNI Internet Banking dilakukan oleh Pengguna melalui permintaan kepada BNI PhonePlus melalui BNI Call. 12.Limit transaksi finansial per hari dibatasi. 13.Bukti transaksi BNI Internet Banking dapat dicetak dan atau disimpan sesuai keperluan pengguna.
  11. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support Sistem (DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management Decision Sistem. Menurut Scott Morton “Sistem Pendukung Keputusan merupakan penggabungan sumber – sumber kecerdasan individu dengan kemampuan komponen untuk memperbaiki kualitas keputusan. Sistem Pendukung Keputusan juga merupakan sistem informasi berbasis komputer untuk manajemen pengambilan keputusan yang menangani masalah – masalah semi struktur“. Dengan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung keputusan bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam proses pembuatan keputusan. Sehingga keputusan dalam pemanfaatan teknologi informasi (TI), di industri jasa keuangan khususnya Bank BNI dewasa ini membutuhkan TI sebagai driver untuk mendukung proses bisnis, kegiatan operasi, dan customer servicenya. Penerapan teknologi informasi di lingkungan perbankan berjalan sangat intensif dan membutuhkan investasi yang tidak kecil. Tujuannya adalah memudahkan dan memuaskan nasabah melalui layanan yang convenience. Dalam perjalanan sejarahnya BNI beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus. Dalam pemanfaatan teknologi informasi dan mengembangkan kualitas BNI membutuhkan TI sebagai driver untuk mendukung proses bisnis, kegiatan operasi, dan customer service. Penerapan TI sekarang ini lebih dimaksudkan untuk mendekati customer yaitu untuk memenuhi tuntutan nasabah, yang umumnya sangat membutuhkan layanan yang convenience, yakni tersedianya channel access yang banyak, aman, nyaman dan layanan 24 jam sehari, ini dilakukan dengan menambah
  12. jumlah channel access yang bisa berupa cabang maupun ATM (automated teller machine), internet banking dan phone banking yang semuanya memanjakan customer, sehingga dapat melakukan transaksi perbankan di mana saja dan kapan saja. Salah satu Keputusan Bank BNI dalam pemanfaatan teknologi informasi (TI), adalah dengan membuka layanan aplikasi nirkabel bersifat mobile (bergerak) seperti BNI Internet Banking yang merupakan fasilitas layanan yang diberikan kepada nasabah BNI untuk melakukan transaksi perbankan melalui jaringan Internet, kapan saja, dimana saja, yang mempermudah penggunanya dari cek saldo, mutasi rekening sampai transfer, pembayaran tagihan dan pembelian voucher prabayar. Dan untuk menambah keamanan BNI menambahkan BNI e-Secure yaitu alat pengaman tambahan untuk transaksi finansial di BNI Internet Banking. BNI e-Secure berfungsi menghasilkan PIN yang selalu berganti (Dynamic PIN) setiap kali nasabah melakukan transaksi finansial, tanpa BNI e-Secure Anda masih bisa mengakses Layanan BNI Internet Banking untuk melakukan transaksi non finansial antara lain melihat Informasi Saldo dan mutasi transaksi. II. PENERAPAN COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) 1. Lingkungan Pengendalian. Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen dan gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau yang
  13. Konservatif), stuktur organisasi (terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern yang lain. Pembentukan Sruktur Organisasi pada Bank Negara Indonesia sebagai Lingkungan pengendalian, dimana dalam organisasi tersebut dibentuk divisi dan satuan-satuan unit yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Pembagian tugas dan wewenang pada Bank BNI ini sudah baik. Pembagian tugas tersebut adalah baik untuk menyakinkan bahwa masing-masing staf atau bagian mengetahui dan menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga dapat terjalinnya kerjasama yang baik antar bagian-bagian di dalam kegiatan operasional demi tercapainya tujuan perusahaan. Serta penempatan SDM yang kompeten sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Untuk pelaksanaan tugas dan tanggung jawab setiap unit atau bagian telah ditetapkan Standard Operasional (SOP) yang dibakukan dalam Buku Pedoman Pegawai (BPP). BPP ini berisikan petunjuk dan pedoman bagi setiap pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. 2. Penaksiran Resiko. Resiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu. Resiko dianggap sebagai kendala pencapaiana suatu tujuan, atau kemungkinan yang berpotensi memberikan dampak kepada sasaran yang akan dicapai. Bank BNI sebagai lembaga keuangan dalam operasionalnya melekat berbagai macam resiko yang akan dihadapi, untuk itu diperlukan penerapan manajemen resiko. Sesuai dengan PBI No.5/8/PBI/2003 dan perubahan PBI No.PBI/11/25/PBI/2009, terdapat 8 jenis resiko yang harus dikelola Bank, yaitu; Risiko Kredit, Resiko Pasar, Resiko Likuiditas, Resiko Operasional, Risiko hukum, Risiko Reputasi, Risiko Stratejik, dan Risiko Kepatuhan. Untuk mengelola berbagai jenis risiko tersebut, Bank BNI membangun Budaya Risiko bagi setiap pegawainya untuk selalu waspada pada setiap tindakan yang dilakukan. Budaya Risiko (Risk Culture) merupakan bentuk kolektif tata nilai, sikap dan perilaku dari setiap individu atau kelompok di perusahaan terhadap risiko dan pengelolaannya. Penaksiran resiko mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang timbul dari setiap aspek kegiatan yang dilakukan oleh Bank BNI, baik dari aktivitas pendanaan,
  14. kredit dan operasional lainnya. Disamping keharusan oleh setiap pegawai untuk dapat mengelola dan memitigasi resiko, dalam pelaksanaannya pada setiap unit organisasi ditempatkan pegawai yang bertugas dan berwenang untuk mengwal dan memitigasi resiko yang kemungkinan terjadi pada setiap aktivitas dan operasional perbankan. 3. Aktivitas Pengendalian. Dalam operasional perbankan, Bank BNI telah menetapkan kebijaka kebijakan dan prosedur-prosedur yang membantu dan memastikan bahwa arahan manajemen untuk mengurangi risiko terhadap pencapaian tujuan dilakukan dengan baik. Pemisahan tugas dan fungsi dari setiap bagian merupakan suatu keharusan dalam aktivitas pengendalian, agar fungsi kontroling dari aktivitas dapat berjalan dengan baik. Bank BNI menempatkan pegawai yang berbeda-beda untuk setiap langkah dan prosedur operasional, dimana setiap pegawai memiliki wewenang dan tanggung jawab terpisah. III. PENERAPAN ERM (Enterprise Risk Managemen) Dalam mengelola risiko secara komprehensif dan efektif diperlukan infrastruktur manjemen risiko yang mencakup Tata Kelola dan Organisasi termasuk SDM, Kebijakan dan Prosedur, Proses Manajemen Risiko, Perangkat dan Metode Pengukuran termasuk Kuantifikasi Model Risiko, dan didukung oleh Teknologi Informasi dan Budaya Risiko yang kuat. Infrastruktur masing-masing risiko yang telah dikembangkan dan diimplementasikan adalah sebagai berikut: Tata Kelola dan Organisasi Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kredit, proses analisa kredit memisahkan fungsi antara unit bisnis/fungsi pemasaran, yang dilakukan oleh Relationship Manager, dengan unit risiko/fungsi analisa kredit yang dilakukan oleh Credit Analyst. Proses persetujuan kredit dilakukan dalam Komite Kredit yaitu forum bersama pejabat pemutus kredit yang berwenang memutus kredit sesuai dengan limit yang ditetapkan, yang terdiri dari pejabat dari unit bisnis dan unit risiko bisnis. Unit bisnis dan unit risiko bisnis berperan sebagai first line of defence atau risk owner yang
  15. mengelola dan mengendalikan risiko kredit pada kegiatan operasional harian unit tersebut. Sesuai dengan pendekatan Customer Centric, organisasi risiko kredit dikembangkan sesuai dengan segmennya. Unit risiko bisnis di BNI terdiri dari Divisi Risiko Bisnis Korporasi, Divisi Risiko Bisnis Komersial & Usaha Kecil, dan Divisi Risiko Bisnis Konsumer & Ritel yang bertanggung jawab kepada Direktur Risiko Bisnis. Menurut fungsinya, organisasi risiko kredit pada dasarnya terbagi atas 3 (tiga) jenis aktivitas, yaitu: a. Credit Risk Operation Merupakan partner dari unit bisnis dalam proses kredit baik dari analisa, persetujuan, pemantauan serta remedial dan recovery. Fungsi ini dijalankan oleh Divisi BNR, CMR, CNR, RRC dan RRM. b. Credit Policy Bertugas menyiapkan kebijakan dan prosedur perkreditan yang diperlukan dalam proses kredit, seperti limit kewenangan, persyaratan-persyaratan perkreditan dan sebagainya. Fungsi ini dijalankan oleh Divisi Tata Kelola Kebijakan sebagai second line of defence. c. Credit Risk Management Mencakup portfolio planning, credit risk measurement, internal rating system, pricing dan sebagainya. Fungsi ini dijalankan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank sebagai second line of defence. Kebijakan dan Prosedur Dalam rangka mendukung target bisnis dengan tetap menjaga kualitas portofolio, BNI telah memiliki Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) yang diputus oleh Forum Komite Kebijakan Perkreditan (KKP) dan disetujui oleh Dewan Komisaris. KPB ini diterjemahkan ke dalam pedoman perusahaan perkreditan yang diputus oleh Forum Komite
  16. Prosedur Perkreditan (KPP) untuk selanjutnya dilakukan pembakuan kedalam Pedoman Perusahaan Perkreditan Business Banking seluruh segmen dan Pedoman Perusahaan Perkreditan Konsumer & Ritel yang merupakan pedoman kerja aktivitas perkreditan di BNI. Saat ini BNI telah memiliki pedoman perusahaan dalam bentuk online yaitu BNI ePP (elektronik Pedoman Perusahaan). Proses Proses manajemen risiko kredit berlangsung secara berkesinambungan dalam suatu value chain activity, diawali dengan customer insight, portfolio planning, product development, loan origination/monitoring, loan administration & portfolio optimization. Pada tataran eksposur individu, proses manajemen risiko kredit dilaksanakan oleh Unit Bisnis dan Unit Risiko Bisnis melalui identifikasi (antara lain verifikasi kebenaran data), pengukuran (menggunakan perangkat analisa kredit), proses persetujuan kredit, pemantauan (melalui kunjungan berkala kepada nasabah dan review rating nasabah), dan pengendalian (antara lain melalui penetapan limit-limit, covenant, dan faktor mitigant). Pada tataran eksposur portofolio, eksposur kredit senantiasa dipantau dan dilaporkan secara berkala kepada Manajemen antara lain melalui Laporan Portofolio Pinjaman dan Forum Risiko dan Kapital Bidang Manajemen Risiko. Pada Forum Risiko dan Kapital Bidang Manajemen Risiko dilakukan evaluasi atas pencapaian target, penetapan langkah-langkah dan koordinasi tindaklanjut perbaikan, serta evaluasi atas efektivitas langkah-langkah perbaikan yang telah dilakukan. Secara umum governance dan alur proses perkreditan di BNI digambarkan sebagai berikut : Perangkat dan Metode Untuk mendukung proses bisnis dan pengelolaan risiko kredit, BNI telah mengembangkan beberapa perangkat manajemen risiko kredit baik pada tataran eksposur portofolio maupun individu. Pada tataran eksposur individu, BNI telah membangun dan mengembangkan model rating debitur yang mencakup seluruh segmen (Corporate, Commercial, Small, Retail dan Consumer ) untuk menetapkan kualitas debitur dalam proses analisa kredit dan penetapan parameter Risiko Kredit mencakup Probability of Default (PD), Loss Given Default (LGD), Exposure at Default
  17. (EAD) sesuai dengan ketentuan Basel II. Model-model kuantitatif tersebut direview dan divalidasi secara berkala. Pada tataran eksposur portofolio, Loan Exposure Limit merupakan batas maksimum pinjaman dalam negeri di akhir tahun untuk setiap sektor ekonomi pada masing-masing segmen, yang digunakan sebagai pedoman ekspansi pinjaman dan sebagai salah satu upaya mengurangi risiko konsentrasi pinjaman. Selain itu, ditetapkan pula Industry Risk Rating (IRR) yang merupakan penilaian tingkat risiko industri, serta referensi rasio keuangan untuk masing-masing segmen. Sebagai bagian dari pengukuran risiko kredit, telah dilakukan stress testing risiko kredit untuk menilai ketahanan bank dalam menghadapi kondisi terburuk. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana nilai tercatat dari suatu aset melebihi dari nilai yang dapat dipulihkan dari aset yang bersangkutan. BNI melakukan evaluasi penurunan nilai atas seluruh aset keuangan kecuali aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok yang nilai wajarnya diukur melalui Laporan Laba Rugi (Fair Value Through Profit and Loss). Pada setiap tanggal neraca (setiap akhir bulan), BNI mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa Aset Keuangan atau kelompok Aset Keuangan mengalami penurunan nilai. Bukti objektif tersebut adalah bukti terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Adapun bukti objektif aset keuangan terjadi penurunan nilai adalah sebagai berikut : a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau debitur. b. Pelanggaran kontrak, yaitu terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran kewajiban debitur baik pokok, bunga dan denda. c. BNI dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan (konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan keuangan tersebut. d. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan ainnya. e. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan, atau
  18. f. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset keuangan tersebut, meskipun penurunan belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset keuangan tersebut. Penerapan Teknik Mitigasi Risiko Kredit dengan Pendekatan Standar Jenis agunan utama yang diterima dalam rangka mitigasi risiko kredit adalah objek yang dibiayai oleh bank. Sedangkan sebagai pelengkap, bank dapat menerima agunan tambahan. Jenis agunan utama dan tambahan pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi: 1. Agunan, yang dapat berupa aset fisik (tanah, bangunan, mesin, peralatan, dan sebagainya) maupun asset keuangan (cash collateral, marginal deposit, emas, piutang, surat hutang maupun surat berharga lainnya). Dalam teknik mitigasi risko kredit, aset fisik tidak diperhitungkan sebagai teknik mitigasi risiko kredit. 2. Garansi, yang diterima dari Pemerintah Republik Indonesia, Bank koresponden, maupun perusahaan Asuransi. Dalam teknik mitigasi risiko kredit, garansi yang diperhitungkan hanya garansi yang diterbitkan oleh pihak yang termasuk dalam cakupan kategori Tagihan Kepada Pemerintah Indonesia, Tagihan Kepada Pemerintah Negara Lain, Tagihan Kepada Bank serta lembaga penjaminan/asuransi dengan memperhatikan pemenuhan persyaratan garansi dan penerbit garansi. 3. Asuransi Kredit, yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi dengan memperhatikan pemenuhan persyaratan polis asuransi, penerbit asuransi dan kategori portofolio penerima asuransi. BNI mengatur kebijakan, prosedur dan proses untuk menilai dan mengelola agunan berdasarkan jenis eksposur dan skim pembiayaan yang diberikan. Saat ini penetapan besarnya maksimum kredit untuk kredit produktif segmen kecil ditetapkan sebesar 110% dari nilai taksasi jaminan fixed asset yang diserahkan. Sementara untuk kredit produktif korporasi dan menengah penilaian kecukupan agunan yang diterima tetap memperhitungkan adanya cash equivalent value. Untuk eksposur kredit (loan),
  19. penilaian agunan harus dilakukan minimum setiap 24 bulan. Penerbit jaminan/garansi yang diakui dalam perhitungan teknik mitigasi risiko kredit pada umumnya adalah bank koresponden yang memenuhi persyaratan sebagai prime bank ataupun berstatus Badan Usaha Milik Negara. Daftar Pustaka; - Ghina Aulia, 2014,http://ghinaaulias.blogspot.co.id/2014/pengertian-coso.html - Haendra,2017. https://haendra.wordpress.com/2012/06/08/pengertian-cobit/ - Eko Faiqurridho, 2016 http://www.eko-faiqurridho.com/2016/12/enterprise-risk- management-erm.html - Eza Pahlevi, 2014. http://ezaapahlevi.blogspot.co.id/2014/06/teknologi-yang- digunakan-pada-bank-bni.html - Anonim,2014 http://drbankers.blogspot.co.id/2014/07/penerapan-manajemen- risiko-kredit-bank.html ( 20 Juli 2014)
Anúncio