SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ontology atau metafisika merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang
paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memilki pandangan yang
bersifat ontologis adalah Thales, Plato, dan Ariestoteles. Pada masanya
kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan
kenyataaan.
Awal mula alam pemikiran Yunani telah menunjukkan munculnya
perenungan di bidang ontology. Dalam persoalan ontology seseorang akan
menghadapi permasalahan bagaimana menerangkan hakikat dari segala yang
ada. Pertama, seseorang akan berhadapan dengan dua kenyataan yaitu berupa
materi dan rohani. Kedua, pembicaraan mengenai hakikat sangatlah luas
meliputi segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat yang ada adalah
kenyataan sebenarnya bukan sementara atau berubah-ubah.
Secara ringkas ontology adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang
sesuatu yang ada.1
Pembahasan mengenai ontology berarti membahas
kebenaran atau fakta. Ontology juga merupaka salah satu dari obyek garapan
filsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas
yang ada, baik berupa wujud fisik maupun metafisik.
1 Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hal 118.
1
B. Fokus Pembahasan
1. Apa definisi dari metafisika atau ontology ilmu?
2. Apa saja pokok-pokok pemikiran ontology ilmu?
3. Apa yang dimaksud dengan asumsi ontology ilmu?
4. Apa saja metode yang diterapkan di dalam ontology ilmu?
5. Apa yang dimaksud dengan pencarian abadi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari metafisika atau ontology ilmu.
2. Untuk mengetahui pokok-pokok pemikiran ontology ilmu.
3. Untuk mengetahui definisi dari asumsi ontology ilmu.
4. Untuk mengetahui metode yang diterapkan di dalam ontology lmu.
5. Untuk mengetahui definisi dari pencarian abadi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Bidang Kajian Metafisika atau Ontology Ilmu
a. Pengertian ontology
Pembahasan tentang ontology sebagai dasar ilmu berusaha untuk
menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy
dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontology berasal dari
bahasa Yunani, yaitu ta onta artinya “yang berada” atau on/ontos yang
artinya “ada atau segala sesuatu yang ada (Being)”, dan logos berari ilmu
pengetahuan. Jadi, ontology adalah The Theory of Being Qua Being (teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan).
Ontology merupakan cabang teori dari ilmu filsafat yang
membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Hakikat ialah relitas, realitas
adalah kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan yang
sebenarnya, kedaan sebenarnya sesuatu, bukan kedaan sementara atau
keadaan yang menipu (berubah-ubah).2
2 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung: PT Remaja Rosdakaria, 2013), hal 28.
3
Dapat disimpulkan bahwa:
a. Menurut bahasa, ontology berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
on/ontos=ada, dan logos=ilmu. Ontology adalah ilmu tentang hakikat
yang ada.
b. Menurut istilah, ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
yang ada, yang merupakan kenyataan yang asas, baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Menurut Ensiklopedia Britanica yang juga diangkat dari konsepsi
Ariestoteles. Ontology yaitu teori atau studi tentang “being” atau wujud
seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontology sinonim dari
metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real
nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda
tersebut.
Di dalam ontology hakikat kenyataan atau realitas dibagi menjadi
dua macam sudut pandang, yaitu :
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu
tunggal atau jamak?
2. Kualitatif, dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu atau apakah yang merupakan
kenyataan itu?3
Seperti misalnya daun yang memilki warna kehijauan
dan bunga mawar yang berbau harum.
Diantara istilah-istilah terpenting yang terdapat dalam bidang
ontology ilmu adalah yang ada (being), kenyataan (reality), eksistensi
(exsistence), perubahan (change), tungaal (one), dan jamak (many).
a) Yang Ada (Being) dan Yang Tiada (Non-Being)
3 louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), hal 186.
4
Penerapan pengertian ada seakan-akan mempersatukan segala
sesuatu yang ada dengan jalan menunjukkan suatu ciri yang sepenuhnya
sama yang dipunyai oleh segala sesuatu tadi. Tanpa sifat ada, tidak
mungkin ada sesuatu yang bereksistensi. Bahkan tidak mungkin ada
sesuatu yang dipikirka. Karena “ada” merupakan sifat yang paling
mendalam dan yang paling bersahaja. Karena itu, salah satu cara untuk
dapat mengenal maknanya ialah dengan jalan menghubungkannya dengan
ciri-ciri khas yang lain atau menetapkan ukuran tersebut bagi
penerapannya.
b) Kenyataan dan Kenampakan
Kenampakan adalah bersifat nyata, sedangkan barangnya sendiri
tampak demikian itulah yang tidak nyata. Misalnya sebuah contoh yang
menggambarkan ada seseorang yang mengira bahwa ia melihat gajah
berwarna jingga. Ilusinya bersifat nyata, karena membawa pengaruh
tertentu terhadap pola tingkah laku orang yang bersangkutan, tetapi
barangnya sendiri, yaitu gajah yang berwarna jingga itulah yang tidak
nyata.
c) Eksistensi dan Non-Eksistensi
Seperti telah dinyatakan di atas, “ada” berarti mempunyai
hubungan. “Nyata ada” berarti mempunyai hubungan keserasian dengan
segi-segi lain dari kenyataan. Jadi, dalam hal “ada” dan “kenyataan”
senantiasa terdapat suatu hubungan tertentu yang menonjol. Misalnya
adalah seseorang mungkin merupakan ahli ekonomi yang pandai yang
dapat mengetahui secara cermat esensi $500, meskipun ia tidak memilki
uang tersebut. Sementara itu ada orang lain yang mungkin memilki uang
tersebut, namun tidak mampu mengetahui esensinya. Oleh karena itu,
kiranya kita perlu secara hati-hati mengadakan pemilihan antara esensi
barang dengan eksistensinya.
b. Objek Formal Ontology
5
Menurut aspek-aspek yang diselidiki, obyek-obyek material dapat
dikhususkan lagi menjadi obyek formal. Misalnya manusia saja dapat
dipandang secara, fisik, biotik, psikis, dan sebagainya.4
Obyek formal
bersifat menyeluruh dalam memandangnya sehingga dapat mencapai
hakikat (mendalam).
c. Bidang Kajian Ontology
Ontology mengkaji segala sesuatu yang ada yaitu ada individu, ada
umum (universal), ada terbatas, ada tidak terbatas, dan ada yang bersifat
mutlak. Yang nantinya obyek ini melahirkan pandangan-pandangan (point
of view) atau aliran-aliran seperti monoisme, dualisme, pluralisme,
nihilisme, dan agnotisisme, dan lain sebagainya.
d. Manfaat Kajian Ontology
Mempelajari ontology akan dapat mengetahui nilai-nilai penting
yang terdalam dari yang ada dan membantu untuk mengembangkan serta
mengkritisi berbagai macam sesuatu. Jika dilihat dari mamfaat mempelajari
filsafat itu sendiri maka filsafat akan mengajarkan tentang hakikat alam
semesta.
B. Pandangan Pokok-Pokok Pemikiran Ontology
a. Keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas)
Artinya berapa banyak kenyataan yang paling banyak itu.
Pandangan ini melahirkann beberapa aliran filsafat sebagai jawabannya,
yaitu:
1. Monoisme
Aliran yang menyatakan bahwa hanya satu kenyataan fundamental.
Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi
4 Anton Bakker, Ontology Metafisika Umum Filsafat Pengada dan Dasar-Dasar Kenyataan
(Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal 13.
6
lainnya yang tidak dapat diketahui. Tokohnya adalah Thales yang
berpendapat bahwa kenyataan yang terdalam adalah satu substansii yaitu
air.
2. Dualisme
Aliran yang mencoba untuk memamdukan dua paham yang saling
bertentangan yaitu materialisme dan idealisme. Aliran dualisme
memandang paham yang serba dua yaitu materi dan bentuk. Tiap benda
yang dapat diamati tersusun dari materi dan bentuk. Materi dan bentuk
tidak dapat dipisahkan. Materi tidak dapat berwujud tanpa bentuk dan
sebaliknya. Rene Descartes adalah contoh filosof Dualis.
3. Pluralisme (serba banyak)
Aliran yang tidak mengakui adanya satu substansi atau dua
substansi melainkan banyak substansi. Para filsuf yang termasuk
penganut aliran ini adalah Empedokles (490-430 SM) yang menyatakan
bahwa hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu api, air, udara,
dan tanah. Anaxagoras (500-428 SM) menyatakan bahwa hakikat
kenyataan terdiri atas unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya.5
b. Keberadan dipandang dari segi sifat (kualitas)
Keberadaan dipandang dari segi sifat (kualitas) menimbulkan
beberapa aliran sebagai betrikut:
1. Spiritualisme atau Idealisme
Spiritualisme mengandung beberapa arti yaitu; 1) Ajaran yang
menyatakan bahwa kenyataan terdalam adalah ruh atau ide. 2) Kadang-
kadang dikenakan pada pandangan idealistis yang menyatakan adanya
5 Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hal 118-119.
7
roh mutlak. 3) Dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan
pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama. 4) Kepercayaan
bahwa roh orang mati bisa berkomunikasi dengan orang yang masih
hidup. Tokoh dari aliran ini adalah Plato6
dengan ajarannya tentang idea
(cita) dan jiwa.
2. Materialisme atau Naturalisme
Materialisme menolak hal-hal yang tidak kelihatan. Bagi
materiaalisme, “ada” yang sesungguhnya adalah yang keberadaannya
semata-mata bersifat material atau sama sekali bergantung pada material.
Jadi, realitas yang sesungguhnya adalah alam kebendaan, dan segala
sesuatu yang mengatasi alam kebendaan itu haruslah di kesampingkan.
Oleh sebab itu, seluruh realitas hanya mungkin di jelaskan secara
materialistis.
Ludwig Andreas Feuerbach (1804-1872) menekankan bahwa
materi haruslah menjadi titik pangkal dari segala sesuatu. Bagi
Feuerbach, alam material adalah realitas yang sesungguhnya. Adapun
karena manusia adalah bagian dari alam material itu, manusia adalah satu
realitas yang konkret. Menurut Feuerbach, agama dan Tuhan hanyalah
mimpi manusia yang begitu egoistis demi meraih kebahagiaan bagi
dirinya sendiri.7
c. Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian, dan perubahan
1. Mekanisme
Menyatakan bahwa semua gejala dapat djelaskan berdasarkan asas-
asas mekanik (mesin). Aliran ini juga menerangkan semua peristiwa
6 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010), hal 8.
7 Rapar Jan Hendrik, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Kanisus, 1996), hal 45
8
berdasarkan pada sebab kerja, yang dilawankan dengan sebab tujuan.
Alam dianggap seperti sebuah mesin yang keseluruhan fungsinya
ditentukan secara otomatis oleh bagian-bagiannya. Pandangan ini dianut
oleh Galilie Galilei.
2. Teologi (serba tujuan)
Teologi berpendirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam
bukanlah kaidah sebab akibat, akan tetapi sejak semula memang ada
sesuatu kemauan atau kekuatan yang mengarahkan alam ke suatu tujuan.
Menurut Aristoteles untuk melihat kenyataan yang sesungguhnya kita
harus memahami empat sebab, yaitu sebab bahan, sebab bentuk, sebab
kerja, dan sebab tujuan.
3. Vitalisme
Vitalisme memandang bahwa kehidupan tidak dapat sepenuhnya
dijelaskan secara fisika kimiawi karena hakikatnya berbeda dengan yang
tidak hidup. Filsuf dari aliran ini adalah Henry Bergson.8
d. Aliran lain dalam ontology
1. Nihilisme
Aliran yang meyakini bahwa dunia ini terbuka untuk kebebasan
dan kreativitas manusia. Dalam paham ini manusia bebas berkehendak
dan berkreativitas. Di dalam dunia Islam aliran ini biasa disebut dengan
Qadariyyah yang dipelopori oleh Ma’bad Al-Juhaini Al-Basri.9
2. Agnosticisme/Agnostisisme/Agnotisme
Aliran ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat seperti yang dikehendaki. Manusia tidak mungkin mengetahui
hakika batu, air, api, dan lain sebagainya. Sebab menurut aliran ini
8 Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hal 120-121.
9 Asmoro Achmad, Filsafat Umum (Jakarta:Rajawali Pers, 2013), hal 101.
9
kemampuan manusia sangat terbatas. Contoh paham ini adalah para
filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre, Karl Jaspers, Gabriel
Marcel, dan lain-lain.10
C. Asumsi Ontology Ilmu
Ilmu bertujuan untuk mengerti mengapa hal itu terjadi, dengan
membatasi diri pada hal-hal yang asasi. Atau dengan perkataan lain, proses
keilmuan bertujuan untuk memeras hakikat objek empiris tertentu, untuk
mendapatkan sari yang berupa pengetahuan mengenai objek tersebut. Untuk
mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian (asumsi)
mengenai objek-objek empiris. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumtif
inilah yang member arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan bagi kita.
Sebuah pengetahuan baru di anggap benar selama kita bisa menerima asumsi
yang di kemukakannya. Semua teori keilmuan mempunyai asumsi-asumsi ini,
baik yang di nyatakan secara tersurat maupun yang tersirat.
Ilmu menganggap bahwa objek empiris yang menjadi bidang
penelaahanya mempunyai ifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan
semuanya jalin-menjalin secara teratur. Suatu peristiwa tidaklah terjadi secara
kebetulan namun tiap peristiwa mempunyai pola tetap yang teratur.
Secara lebih terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai objek empiris :
1. Asumsi pertama menganggap obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan
satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya.
2. Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu tertentu. Tercakup dalam pengertian ini
adalah pengakuan bahwa benda-benda dalam jangka panjag akan
mengalami perubahan dan jangka waktu ini berbeda-beda untuk tiap benda.
10 Ibid, hal 128.
10
3. Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga, determinisme dalam
pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistic).11
D. Metode Ontology
Abstraksi dalam ontology terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu
abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik
menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu obyek. Sedangkan abstraksi
bentuk adalah mendiskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu
yang sejenis. Dan abstraksi metafisik mendeskripsikan mngenai dasar dari
semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontology adalah abstraksi
metafisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontology dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Pembuktian Apriori
Pembukitian apriori disusun dengan meletakkan term tengah berada
lebih dahulu dari predikat. Dan pada kesimpulan term tengah menjadi
sebab dari kebenaran kesimpulan.
Contoh: Term Awal : Sesuatu yang bersifat lahiriah itu fana
Term Tengah : Badan itu sesuatu yang lahiriah
Kesimpulan : Jadi, badan itu fana.
2. Pembuktian Posteriori
Pembuktian posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah
realitas kesimpulan. Dan term tengah menunjukkan akibat realitas
yang dinyatakan dalam kesimpulan.
11 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), hal 6-
9.
11
Contoh: Term Awal :Tumbuhan yang tumbuh di gurun itu kaktus
Term Tengah :Tumbuhan yang tumbuh di gurun itu
berduri
Kesimpulan : Jadi, kaktus itu berduri.
E. Pencarian Abadi
Setiap filsafat seluruhnya semua bagiannya pada filsuf siapapun
pada dasarnya berangkat pada suatu ontology (meskipun belum di
tematisasikan). Mereka bersumber pada suatu ide sentral yang menguasai
seluruh pemikirannya. Secara konkret inti itu dapat ditunjukkan pada
setiap filsuf. Setiap filsuf mulai berpikir dengan berdiri dalam situasi
tertentu dan pada titik historis tertentu dan itu akan membentuk
pertanyaannya.
Oleh karena itu, meskipun berciri mutlak dan ultima ontology
senantiasa ditengah-tengah jalan yang sudah berkembang. Ontology
merupakan pelaksanaan dorongan manusia paling mendalam yang tetap
mendesak. Usaha untuk mencari inti misteri itu tidak dapat dimatikan. Dan
semakin bagian-bagian filsafat lainnya berkembang, semakin pula
ontology menampakkan diri didalamnnya.12
12 Anton Bakker, Ontology Metafisika Umum Filsafat Pengada dan Dasar-Dasar Kenyataan
(Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal 23.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ontology adalah cabang teori dari ilmu filsafat yang
membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Hakikat ialah relitas, realitas
adalah kenyataan yang sebenarnya. Ontology juga dikaitkan sebagai
salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari yunani.
Dengan mempelajari ontology kita akan dapat mengetahui
nilai-nilai penting yang terdalam dari yang ada dan membantu untuk
mengembangkan serta mengkritisi berbagai macam sesuatu.
13
Di dalam ontology terdapat berbagai macam pokok pemikiran
diantaranya, yaitu Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Spiritualisme,
Materialisme, Mekanisme, Vitalisme, Teologi, Nihilsme, dan
Agnosticisme.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca bahwa kami dari
penulis menerima dengan lapang dada segala kritikan dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah kami ini.
Kami menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna
dibandinkan Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu, apabila terdapat
suatu hal dalam makalah yang kami susun ini menyinggung ataupun
tidak berkenan, kami meminta maaf sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Asmoro. 2013. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
14
Bakker, Anton. 1992. Ontology Metafisika Umum Filsafat Pengada dan Dasar-
Dasar Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
Gie, The Liang. 2010. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta, Liberty Yogyakarta.
Hendrik, Rapar Jan. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisus.
Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Surajiyo. 2014. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 2009. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakaria.
15

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

ontologi
ontologiontologi
ontologi
 
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi IlmuMakalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
 
Ppt. filsafat ontologi
Ppt. filsafat ontologiPpt. filsafat ontologi
Ppt. filsafat ontologi
 
Dimensi Ontologi
Dimensi OntologiDimensi Ontologi
Dimensi Ontologi
 
Metafisika
MetafisikaMetafisika
Metafisika
 
Dasar dasar ilmu
Dasar dasar ilmuDasar dasar ilmu
Dasar dasar ilmu
 
Ontologi pengertian pengertian pokok
Ontologi pengertian pengertian pokokOntologi pengertian pengertian pokok
Ontologi pengertian pengertian pokok
 
Ontologi Metafisika Keilmuan
Ontologi Metafisika KeilmuanOntologi Metafisika Keilmuan
Ontologi Metafisika Keilmuan
 
Makalah metafisika
Makalah metafisikaMakalah metafisika
Makalah metafisika
 
Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)
Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)
Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)
 
Metafisika 3.a
Metafisika 3.aMetafisika 3.a
Metafisika 3.a
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Tugas ontologi
Tugas ontologiTugas ontologi
Tugas ontologi
 
Dasar dasar filsafat filsafat ontologi-group 3_april,2014
Dasar dasar filsafat filsafat ontologi-group 3_april,2014Dasar dasar filsafat filsafat ontologi-group 3_april,2014
Dasar dasar filsafat filsafat ontologi-group 3_april,2014
 
Nadya kisrina filsafat(ikor 2017 a 012)
Nadya kisrina filsafat(ikor 2017 a 012)Nadya kisrina filsafat(ikor 2017 a 012)
Nadya kisrina filsafat(ikor 2017 a 012)
 
Ontologi Filsafat Ilmu
Ontologi Filsafat IlmuOntologi Filsafat Ilmu
Ontologi Filsafat Ilmu
 
asrangeofisika
asrangeofisikaasrangeofisika
asrangeofisika
 
Macam-macam Kebenaran Logika
Macam-macam Kebenaran LogikaMacam-macam Kebenaran Logika
Macam-macam Kebenaran Logika
 
Flisafatilmu
FlisafatilmuFlisafatilmu
Flisafatilmu
 

Similar to Bab i ontologi 5

Tugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatTugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatwindarti aja
 
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docxLAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docxAkulailihidayatturro
 
FKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docx
FKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docxFKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docx
FKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docxMuhamad Zaki Ainul Yakin
 
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptxFILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptxBagusDS2
 
Jurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuJurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuIbnu Fajar
 
Ontologi keilmuan - Panggalih L. A.pptx
Ontologi keilmuan - Panggalih L. A.pptxOntologi keilmuan - Panggalih L. A.pptx
Ontologi keilmuan - Panggalih L. A.pptxPanggalihLA
 
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptxontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptxmnuzurulump
 
ONTOLOGI METAFISIKA KEILMUAN.pptx
ONTOLOGI METAFISIKA KEILMUAN.pptxONTOLOGI METAFISIKA KEILMUAN.pptx
ONTOLOGI METAFISIKA KEILMUAN.pptxAdnanIskandar2
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmusayid bukhari
 
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptxOBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptxRahmandaArif
 
Annisa kusumaningrum dkk
Annisa kusumaningrum dkkAnnisa kusumaningrum dkk
Annisa kusumaningrum dkkDinda Tugas
 
Presentasi ontologi
Presentasi ontologiPresentasi ontologi
Presentasi ontologiIbnu Fajar
 
Ontology non reg matraman
Ontology  non reg matramanOntology  non reg matraman
Ontology non reg matramangadisghumi
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiLtfltf
 
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiCabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiIntelektual Aceh
 
Makalah aspek2 ontologis ilmu pengetahuaan
Makalah aspek2 ontologis ilmu pengetahuaanMakalah aspek2 ontologis ilmu pengetahuaan
Makalah aspek2 ontologis ilmu pengetahuaantrysnokoe
 

Similar to Bab i ontologi 5 (20)

Tugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatTugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafat
 
ONTOLOGI.pptx
ONTOLOGI.pptxONTOLOGI.pptx
ONTOLOGI.pptx
 
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docxLAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
 
FKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docx
FKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docxFKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docx
FKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docx
 
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptxFILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
 
Jurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuJurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmu
 
Ontologi keilmuan - Panggalih L. A.pptx
Ontologi keilmuan - Panggalih L. A.pptxOntologi keilmuan - Panggalih L. A.pptx
Ontologi keilmuan - Panggalih L. A.pptx
 
Tugas 2 filsafat ilmu
Tugas 2 filsafat ilmuTugas 2 filsafat ilmu
Tugas 2 filsafat ilmu
 
Ontologi Keilmuan.pptx
Ontologi Keilmuan.pptxOntologi Keilmuan.pptx
Ontologi Keilmuan.pptx
 
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptxontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
 
ONTOLOGI METAFISIKA KEILMUAN.pptx
ONTOLOGI METAFISIKA KEILMUAN.pptxONTOLOGI METAFISIKA KEILMUAN.pptx
ONTOLOGI METAFISIKA KEILMUAN.pptx
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
 
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptxOBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
 
Annisa kusumaningrum dkk
Annisa kusumaningrum dkkAnnisa kusumaningrum dkk
Annisa kusumaningrum dkk
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
 
Presentasi ontologi
Presentasi ontologiPresentasi ontologi
Presentasi ontologi
 
Ontology non reg matraman
Ontology  non reg matramanOntology  non reg matraman
Ontology non reg matraman
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
 
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiCabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
 
Makalah aspek2 ontologis ilmu pengetahuaan
Makalah aspek2 ontologis ilmu pengetahuaanMakalah aspek2 ontologis ilmu pengetahuaan
Makalah aspek2 ontologis ilmu pengetahuaan
 

More from FENY DYAH

Bab ii baru spi
Bab ii baru spiBab ii baru spi
Bab ii baru spiFENY DYAH
 
Makalah kelompok 4 pusat pusat pendidikan
Makalah kelompok 4 pusat pusat pendidikanMakalah kelompok 4 pusat pusat pendidikan
Makalah kelompok 4 pusat pusat pendidikanFENY DYAH
 
Makalah ilmu pendidikan klmpok 3
Makalah ilmu pendidikan klmpok 3Makalah ilmu pendidikan klmpok 3
Makalah ilmu pendidikan klmpok 3FENY DYAH
 
Ilmu pendidikan 5
Ilmu pendidikan 5Ilmu pendidikan 5
Ilmu pendidikan 5FENY DYAH
 
Review book filsafat feny
Review book filsafat fenyReview book filsafat feny
Review book filsafat fenyFENY DYAH
 

More from FENY DYAH (13)

Bab i uq
Bab i uq Bab i uq
Bab i uq
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab ii baru spi
Bab ii baru spiBab ii baru spi
Bab ii baru spi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah kelompok 4 pusat pusat pendidikan
Makalah kelompok 4 pusat pusat pendidikanMakalah kelompok 4 pusat pusat pendidikan
Makalah kelompok 4 pusat pusat pendidikan
 
Makalah ilmu pendidikan klmpok 3
Makalah ilmu pendidikan klmpok 3Makalah ilmu pendidikan klmpok 3
Makalah ilmu pendidikan klmpok 3
 
Ilmu pendidikan 5
Ilmu pendidikan 5Ilmu pendidikan 5
Ilmu pendidikan 5
 
Bab i ip
Bab i ipBab i ip
Bab i ip
 
Review book filsafat feny
Review book filsafat fenyReview book filsafat feny
Review book filsafat feny
 
Bab 1,2,3
Bab 1,2,3Bab 1,2,3
Bab 1,2,3
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Bab i .2.
Bab i .2.Bab i .2.
Bab i .2.
 

Recently uploaded

Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 

Recently uploaded (20)

Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 

Bab i ontologi 5

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ontology atau metafisika merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memilki pandangan yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato, dan Ariestoteles. Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataaan. Awal mula alam pemikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontology. Dalam persoalan ontology seseorang akan menghadapi permasalahan bagaimana menerangkan hakikat dari segala yang ada. Pertama, seseorang akan berhadapan dengan dua kenyataan yaitu berupa materi dan rohani. Kedua, pembicaraan mengenai hakikat sangatlah luas meliputi segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat yang ada adalah kenyataan sebenarnya bukan sementara atau berubah-ubah. Secara ringkas ontology adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang sesuatu yang ada.1 Pembahasan mengenai ontology berarti membahas kebenaran atau fakta. Ontology juga merupaka salah satu dari obyek garapan filsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada, baik berupa wujud fisik maupun metafisik. 1 Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hal 118. 1
  • 2. B. Fokus Pembahasan 1. Apa definisi dari metafisika atau ontology ilmu? 2. Apa saja pokok-pokok pemikiran ontology ilmu? 3. Apa yang dimaksud dengan asumsi ontology ilmu? 4. Apa saja metode yang diterapkan di dalam ontology ilmu? 5. Apa yang dimaksud dengan pencarian abadi? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari metafisika atau ontology ilmu. 2. Untuk mengetahui pokok-pokok pemikiran ontology ilmu. 3. Untuk mengetahui definisi dari asumsi ontology ilmu. 4. Untuk mengetahui metode yang diterapkan di dalam ontology lmu. 5. Untuk mengetahui definisi dari pencarian abadi. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi dan Bidang Kajian Metafisika atau Ontology Ilmu a. Pengertian ontology Pembahasan tentang ontology sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontology berasal dari bahasa Yunani, yaitu ta onta artinya “yang berada” atau on/ontos yang artinya “ada atau segala sesuatu yang ada (Being)”, dan logos berari ilmu pengetahuan. Jadi, ontology adalah The Theory of Being Qua Being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Ontology merupakan cabang teori dari ilmu filsafat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Hakikat ialah relitas, realitas adalah kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, kedaan sebenarnya sesuatu, bukan kedaan sementara atau keadaan yang menipu (berubah-ubah).2 2 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung: PT Remaja Rosdakaria, 2013), hal 28. 3
  • 4. Dapat disimpulkan bahwa: a. Menurut bahasa, ontology berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on/ontos=ada, dan logos=ilmu. Ontology adalah ilmu tentang hakikat yang ada. b. Menurut istilah, ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan kenyataan yang asas, baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Menurut Ensiklopedia Britanica yang juga diangkat dari konsepsi Ariestoteles. Ontology yaitu teori atau studi tentang “being” atau wujud seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontology sinonim dari metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda tersebut. Di dalam ontology hakikat kenyataan atau realitas dibagi menjadi dua macam sudut pandang, yaitu : 1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak? 2. Kualitatif, dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu atau apakah yang merupakan kenyataan itu?3 Seperti misalnya daun yang memilki warna kehijauan dan bunga mawar yang berbau harum. Diantara istilah-istilah terpenting yang terdapat dalam bidang ontology ilmu adalah yang ada (being), kenyataan (reality), eksistensi (exsistence), perubahan (change), tungaal (one), dan jamak (many). a) Yang Ada (Being) dan Yang Tiada (Non-Being) 3 louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), hal 186. 4
  • 5. Penerapan pengertian ada seakan-akan mempersatukan segala sesuatu yang ada dengan jalan menunjukkan suatu ciri yang sepenuhnya sama yang dipunyai oleh segala sesuatu tadi. Tanpa sifat ada, tidak mungkin ada sesuatu yang bereksistensi. Bahkan tidak mungkin ada sesuatu yang dipikirka. Karena “ada” merupakan sifat yang paling mendalam dan yang paling bersahaja. Karena itu, salah satu cara untuk dapat mengenal maknanya ialah dengan jalan menghubungkannya dengan ciri-ciri khas yang lain atau menetapkan ukuran tersebut bagi penerapannya. b) Kenyataan dan Kenampakan Kenampakan adalah bersifat nyata, sedangkan barangnya sendiri tampak demikian itulah yang tidak nyata. Misalnya sebuah contoh yang menggambarkan ada seseorang yang mengira bahwa ia melihat gajah berwarna jingga. Ilusinya bersifat nyata, karena membawa pengaruh tertentu terhadap pola tingkah laku orang yang bersangkutan, tetapi barangnya sendiri, yaitu gajah yang berwarna jingga itulah yang tidak nyata. c) Eksistensi dan Non-Eksistensi Seperti telah dinyatakan di atas, “ada” berarti mempunyai hubungan. “Nyata ada” berarti mempunyai hubungan keserasian dengan segi-segi lain dari kenyataan. Jadi, dalam hal “ada” dan “kenyataan” senantiasa terdapat suatu hubungan tertentu yang menonjol. Misalnya adalah seseorang mungkin merupakan ahli ekonomi yang pandai yang dapat mengetahui secara cermat esensi $500, meskipun ia tidak memilki uang tersebut. Sementara itu ada orang lain yang mungkin memilki uang tersebut, namun tidak mampu mengetahui esensinya. Oleh karena itu, kiranya kita perlu secara hati-hati mengadakan pemilihan antara esensi barang dengan eksistensinya. b. Objek Formal Ontology 5
  • 6. Menurut aspek-aspek yang diselidiki, obyek-obyek material dapat dikhususkan lagi menjadi obyek formal. Misalnya manusia saja dapat dipandang secara, fisik, biotik, psikis, dan sebagainya.4 Obyek formal bersifat menyeluruh dalam memandangnya sehingga dapat mencapai hakikat (mendalam). c. Bidang Kajian Ontology Ontology mengkaji segala sesuatu yang ada yaitu ada individu, ada umum (universal), ada terbatas, ada tidak terbatas, dan ada yang bersifat mutlak. Yang nantinya obyek ini melahirkan pandangan-pandangan (point of view) atau aliran-aliran seperti monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnotisisme, dan lain sebagainya. d. Manfaat Kajian Ontology Mempelajari ontology akan dapat mengetahui nilai-nilai penting yang terdalam dari yang ada dan membantu untuk mengembangkan serta mengkritisi berbagai macam sesuatu. Jika dilihat dari mamfaat mempelajari filsafat itu sendiri maka filsafat akan mengajarkan tentang hakikat alam semesta. B. Pandangan Pokok-Pokok Pemikiran Ontology a. Keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas) Artinya berapa banyak kenyataan yang paling banyak itu. Pandangan ini melahirkann beberapa aliran filsafat sebagai jawabannya, yaitu: 1. Monoisme Aliran yang menyatakan bahwa hanya satu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi 4 Anton Bakker, Ontology Metafisika Umum Filsafat Pengada dan Dasar-Dasar Kenyataan (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal 13. 6
  • 7. lainnya yang tidak dapat diketahui. Tokohnya adalah Thales yang berpendapat bahwa kenyataan yang terdalam adalah satu substansii yaitu air. 2. Dualisme Aliran yang mencoba untuk memamdukan dua paham yang saling bertentangan yaitu materialisme dan idealisme. Aliran dualisme memandang paham yang serba dua yaitu materi dan bentuk. Tiap benda yang dapat diamati tersusun dari materi dan bentuk. Materi dan bentuk tidak dapat dipisahkan. Materi tidak dapat berwujud tanpa bentuk dan sebaliknya. Rene Descartes adalah contoh filosof Dualis. 3. Pluralisme (serba banyak) Aliran yang tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi melainkan banyak substansi. Para filsuf yang termasuk penganut aliran ini adalah Empedokles (490-430 SM) yang menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu api, air, udara, dan tanah. Anaxagoras (500-428 SM) menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri atas unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya.5 b. Keberadan dipandang dari segi sifat (kualitas) Keberadaan dipandang dari segi sifat (kualitas) menimbulkan beberapa aliran sebagai betrikut: 1. Spiritualisme atau Idealisme Spiritualisme mengandung beberapa arti yaitu; 1) Ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan terdalam adalah ruh atau ide. 2) Kadang- kadang dikenakan pada pandangan idealistis yang menyatakan adanya 5 Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hal 118-119. 7
  • 8. roh mutlak. 3) Dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama. 4) Kepercayaan bahwa roh orang mati bisa berkomunikasi dengan orang yang masih hidup. Tokoh dari aliran ini adalah Plato6 dengan ajarannya tentang idea (cita) dan jiwa. 2. Materialisme atau Naturalisme Materialisme menolak hal-hal yang tidak kelihatan. Bagi materiaalisme, “ada” yang sesungguhnya adalah yang keberadaannya semata-mata bersifat material atau sama sekali bergantung pada material. Jadi, realitas yang sesungguhnya adalah alam kebendaan, dan segala sesuatu yang mengatasi alam kebendaan itu haruslah di kesampingkan. Oleh sebab itu, seluruh realitas hanya mungkin di jelaskan secara materialistis. Ludwig Andreas Feuerbach (1804-1872) menekankan bahwa materi haruslah menjadi titik pangkal dari segala sesuatu. Bagi Feuerbach, alam material adalah realitas yang sesungguhnya. Adapun karena manusia adalah bagian dari alam material itu, manusia adalah satu realitas yang konkret. Menurut Feuerbach, agama dan Tuhan hanyalah mimpi manusia yang begitu egoistis demi meraih kebahagiaan bagi dirinya sendiri.7 c. Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian, dan perubahan 1. Mekanisme Menyatakan bahwa semua gejala dapat djelaskan berdasarkan asas- asas mekanik (mesin). Aliran ini juga menerangkan semua peristiwa 6 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010), hal 8. 7 Rapar Jan Hendrik, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Kanisus, 1996), hal 45 8
  • 9. berdasarkan pada sebab kerja, yang dilawankan dengan sebab tujuan. Alam dianggap seperti sebuah mesin yang keseluruhan fungsinya ditentukan secara otomatis oleh bagian-bagiannya. Pandangan ini dianut oleh Galilie Galilei. 2. Teologi (serba tujuan) Teologi berpendirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah kaidah sebab akibat, akan tetapi sejak semula memang ada sesuatu kemauan atau kekuatan yang mengarahkan alam ke suatu tujuan. Menurut Aristoteles untuk melihat kenyataan yang sesungguhnya kita harus memahami empat sebab, yaitu sebab bahan, sebab bentuk, sebab kerja, dan sebab tujuan. 3. Vitalisme Vitalisme memandang bahwa kehidupan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara fisika kimiawi karena hakikatnya berbeda dengan yang tidak hidup. Filsuf dari aliran ini adalah Henry Bergson.8 d. Aliran lain dalam ontology 1. Nihilisme Aliran yang meyakini bahwa dunia ini terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Dalam paham ini manusia bebas berkehendak dan berkreativitas. Di dalam dunia Islam aliran ini biasa disebut dengan Qadariyyah yang dipelopori oleh Ma’bad Al-Juhaini Al-Basri.9 2. Agnosticisme/Agnostisisme/Agnotisme Aliran ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat seperti yang dikehendaki. Manusia tidak mungkin mengetahui hakika batu, air, api, dan lain sebagainya. Sebab menurut aliran ini 8 Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hal 120-121. 9 Asmoro Achmad, Filsafat Umum (Jakarta:Rajawali Pers, 2013), hal 101. 9
  • 10. kemampuan manusia sangat terbatas. Contoh paham ini adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel, dan lain-lain.10 C. Asumsi Ontology Ilmu Ilmu bertujuan untuk mengerti mengapa hal itu terjadi, dengan membatasi diri pada hal-hal yang asasi. Atau dengan perkataan lain, proses keilmuan bertujuan untuk memeras hakikat objek empiris tertentu, untuk mendapatkan sari yang berupa pengetahuan mengenai objek tersebut. Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian (asumsi) mengenai objek-objek empiris. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumtif inilah yang member arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan bagi kita. Sebuah pengetahuan baru di anggap benar selama kita bisa menerima asumsi yang di kemukakannya. Semua teori keilmuan mempunyai asumsi-asumsi ini, baik yang di nyatakan secara tersurat maupun yang tersirat. Ilmu menganggap bahwa objek empiris yang menjadi bidang penelaahanya mempunyai ifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin-menjalin secara teratur. Suatu peristiwa tidaklah terjadi secara kebetulan namun tiap peristiwa mempunyai pola tetap yang teratur. Secara lebih terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai objek empiris : 1. Asumsi pertama menganggap obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. 2. Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Tercakup dalam pengertian ini adalah pengakuan bahwa benda-benda dalam jangka panjag akan mengalami perubahan dan jangka waktu ini berbeda-beda untuk tiap benda. 10 Ibid, hal 128. 10
  • 11. 3. Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga, determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistic).11 D. Metode Ontology Abstraksi dalam ontology terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu obyek. Sedangkan abstraksi bentuk adalah mendiskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Dan abstraksi metafisik mendeskripsikan mngenai dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontology adalah abstraksi metafisik. Sedangkan metode pembuktian dalam ontology dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Pembuktian Apriori Pembukitian apriori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat. Dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan. Contoh: Term Awal : Sesuatu yang bersifat lahiriah itu fana Term Tengah : Badan itu sesuatu yang lahiriah Kesimpulan : Jadi, badan itu fana. 2. Pembuktian Posteriori Pembuktian posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan. Dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan. 11 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), hal 6- 9. 11
  • 12. Contoh: Term Awal :Tumbuhan yang tumbuh di gurun itu kaktus Term Tengah :Tumbuhan yang tumbuh di gurun itu berduri Kesimpulan : Jadi, kaktus itu berduri. E. Pencarian Abadi Setiap filsafat seluruhnya semua bagiannya pada filsuf siapapun pada dasarnya berangkat pada suatu ontology (meskipun belum di tematisasikan). Mereka bersumber pada suatu ide sentral yang menguasai seluruh pemikirannya. Secara konkret inti itu dapat ditunjukkan pada setiap filsuf. Setiap filsuf mulai berpikir dengan berdiri dalam situasi tertentu dan pada titik historis tertentu dan itu akan membentuk pertanyaannya. Oleh karena itu, meskipun berciri mutlak dan ultima ontology senantiasa ditengah-tengah jalan yang sudah berkembang. Ontology merupakan pelaksanaan dorongan manusia paling mendalam yang tetap mendesak. Usaha untuk mencari inti misteri itu tidak dapat dimatikan. Dan semakin bagian-bagian filsafat lainnya berkembang, semakin pula ontology menampakkan diri didalamnnya.12 12 Anton Bakker, Ontology Metafisika Umum Filsafat Pengada dan Dasar-Dasar Kenyataan (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal 23. 12
  • 13. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ontology adalah cabang teori dari ilmu filsafat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Hakikat ialah relitas, realitas adalah kenyataan yang sebenarnya. Ontology juga dikaitkan sebagai salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari yunani. Dengan mempelajari ontology kita akan dapat mengetahui nilai-nilai penting yang terdalam dari yang ada dan membantu untuk mengembangkan serta mengkritisi berbagai macam sesuatu. 13
  • 14. Di dalam ontology terdapat berbagai macam pokok pemikiran diantaranya, yaitu Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Spiritualisme, Materialisme, Mekanisme, Vitalisme, Teologi, Nihilsme, dan Agnosticisme. B. Saran Penulis menyarankan kepada para pembaca bahwa kami dari penulis menerima dengan lapang dada segala kritikan dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah kami ini. Kami menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna dibandinkan Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu, apabila terdapat suatu hal dalam makalah yang kami susun ini menyinggung ataupun tidak berkenan, kami meminta maaf sebesar-besarnya. DAFTAR PUSTAKA Achmad, Asmoro. 2013. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers. 14
  • 15. Bakker, Anton. 1992. Ontology Metafisika Umum Filsafat Pengada dan Dasar- Dasar Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius. Gie, The Liang. 2010. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta, Liberty Yogyakarta. Hendrik, Rapar Jan. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisus. Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Surajiyo. 2014. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suriasumantri, Jujun S. 2009. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakaria. 15