SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 42
Baixar para ler offline
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
616.979 2
Ind
p
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Ibu dan Anak
Kesehatan RI. 2015
ISBN 978-602-235-869-5
1. Judul
PREVENTION AND CONTROL II. SYPHILIS CONGENITAL
PREVENTION AND CONTROL III. SPREADING FACTOR
Pedoman manajemen program pencegahan penularan
HIV dan Sifilis dari ibu ke Anak . Jakarta : Kementerian
I. HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
Pedoman Manajemen
Program Pencegahan
Penularan HIV dan Sifilis dari
Ibu ke Anak
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
616.979 2
Ind
p
ii
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
iii
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Kata Pengantar
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) serta Undang Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan bahwa kesejahteraan merupakan
urusan pemerintahan yang didaerahkan. Sementara itu, Penyakit menular masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kematian dan kecacatan yang tinggi sehingga
perlu dilakukan upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan yang efektif dan efisien,
secara komperehensif berkesinambungan sejak tingkat fasilitas pelayanan kesehatan primer
(puskesmas) ke atas. HIV dan Sifilis merupakan penyakit menular langsung yang dapat menginfeksi
ibu dan ditularkan ke bayi sejak dalam kandungan, persalinan maupun menyusui.
SetiapPuskesmas,baikdikawasanperkotaan,kawasanperdesaanmaupunkawasanterpencil/sangat
terpencil, sebagai penanggung jawab kesehatan wilayah setempat berkewajiban melaksanakan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) essensial berupa promosi kesehatan atau penyuluhan
peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dan
IMS serta pencegahan dan pengendalian penyakit menular melalui deteksi atau penemuan dini
HIV/AIDS dan IMS. Dengan demikian pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi memiliki
peran dan tanggung jawab penting untuk pelaksanaan operasionalnya sebagai standar pelayanan
minimal kesehatan dasar masyarakat. Buku Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan
HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak ini merupakan panduan standar dan kriteria penilaian akreditasi
fasyankes primer maupun lanjutan disamping untuk menentukan situasi epidemi dan intervensinya
di masing-masing wilayah kabupaten/kota atau provinsi.
Tujuannya dari penyusunan buku Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan
Sifilis dari Ibu ke Anak adalah untuk memenuhi hak rakyat di seluruh Indonesia dalam bidang
kesehatan dan kebutuhan kesehatan masyarakat yang merata serta menjamin generasi masa depan
yang berkualitas serta bebas dari penyakit menular langsung, khususnya HIV dan Sifilis dan membuka
akses kesehatan yang layak dalam pembangunan kesehatan secara menyeluruh yang mantap,
memiliki keunggulan kompetitif sesuai struktur budaya dan sosial serta dilayani oleh sumber daya
manusia (SDM) kesehatan yang berkualitas. Oleh karena itu buku ini dilaksanakan terintegrasi dalam
kegiatan Anternal Care terpadu yang lengkap dan berkualitas.
Buku Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak ini
diharapkan dapat mewujudkan pemerataan akses layanan kesehatan seluruh masyakarat, khususnya
ibu hamil dan pemerataan pemahaman bagi penyelenggara dan pelaksana dalam memenuhi hak
dan kewajiban rakyat di bidang kesehatan dengan baik dan benar maupun pihak pihak yang terkait
lainnya.
penghargaan dan terima kasih kami sampaikan pada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
buku ini dan bila mana perlu dapat di sempurnakan atau di revisi di kemudian hari, sesuai dinamika
managemen program dan pelayanan menurut situasi dan kondisi di layanan serta perubahan
kebijakan dan regulasi kesehatan yang berlaku.
iv
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iii
Sambutan
Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pelayanan antenatal yang baik dan berkualitas merupakan pelayanan yang dapat memberikan
perlindungan kesehatan selama ibu menjalankan kehamilannya. Saat ini cakupan pelayanan
antenatal kunjungan pertama (akses K1) sudah cukup tinggi, yaitu 81,6% (Riskesdas 2013).
Namun cakupan pelayanan antenatal K4 (kualitas) baru mencapai 70,4%.
Tujuan pelayanan antenatal berkualitas diantaranya adalah mencegah dan mendeteksi dini masalah
atau penyakit yang diderita ibu hamil dan janinnya. Keadaan yang dapat berdampak negatif tersebut
antara lain dapat disebabkan oleh infeksi HIV dan sifilis pada ibu hamil. Lebih dari 90% kasus anak
yang terinfeksi HIV tertular penyakit melalui proses penularan dari ibu ke anak.
Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat
persalianan dan saat menyusui. Sifilis, seperti infeksi menular seksual lainnya, meningkatkan risiko
penularan HIV sebesar 3-5 kali. Bila ibu hamil yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat,
maka 67% kehamilan akan berakhir dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital. Kajian WHO
di beberapa negara Asia Pasifik menunjukkan bahwa skrining HIV dan sifilis pada ibu hamil yang
dilaksanakan bersamaan dalam pelayanan antenatal sangat cost-effective untuk mencegah
penularan HIV dari ibu ke anak dan upaya eliminasi sifilis kongenital.
Dalam upaya meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak, Kementerian Kesehatan telah menyusun Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak. Dengan diintegrasikannya pemeriksaan tes sifilis pada ibu hamil dalam upaya tersebut,
maka pedoman itu disesuaikan menjadi Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan
HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak. Pedoman yang telah direvisi ini ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan manajemen bagi pengelola program di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota
sampai ke Puskesmas. Untuk peningkatan kemampuan klinis petugas kesehatan telah disusun
pula Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak Bagi Petugas
Kesehatan.
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak ini
diharapkan dapat menjadi acuan penyelenggaraan pelayanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu
ke Anak (PPIA) dan sifilis untuk ibu hamil. Pedoman ini selain ditujukan untuk para pengelola
program juga dapat digunakan sebagai acuan bagi pemberi pelayanan kesehatan di tingkat
provinsi, kabupaten/kota dan fasilitas kesehatan tingkat pertama serta rujukan tingkat lanjutan.
Kesamaan persepsi antara pengelola program dan pelaksana pelayanan diperlukan dalam
mendukung upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak serta upaya eliminasi sifilis
kongenital.
Jakarta, Januari 2015
Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA
Dr Anung Sugihantono, MKes
R
E
P
UBLIK INDON
E
S
I
A
K
E
M
E
N
TERIAN KESE
H
A
T
A
N
Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak
v
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Isi
Kata Pengantar iii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iv
Daftar Isi v
Daftar Singkatan vi
Definisi viii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
vi
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
vii
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
vi
Pustu : Puskesmas Pembantu
SIHA : Sistem Informasi HIV dan AIDS
SKPDKB : Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana
STBP : Survei Terpadu Biologi dan Perilaku
TB : Tuberkulosis
TIPK : Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Layanan Kesehatan dan Konseling
UNAIDS : United Nations Programme on HIV and AIDS
UPF : Unit Pelayanan Fungsional
WPS : Wanita Pekerja Seks
viii
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
vii
Definisi
Pusat Informasi dan Konseling
Remaja (PIK Remaja)
: Suatu wadah kegiatan program PKBR yang dikelola dari, oleh dan
untuk remaja guna memberikan pelayanan
Ekspansi : Perluasan
Epidemi : Mewabahnya penyakit dalam komunitas/daerah tertentu dalam
jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa
Epidemiologi : Ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa
kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan
kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat dan
menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah
tersebut
Infeksi oportunistik : Penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi menyebab-
kan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu,
termasuk infeksi HIV
Inflamasi : Proses peradangan karena cedera fisik, kimiawi, infeksi, atau
reaksi alergi yang ditandai oleh bengkak kemerahan, panas, dan
nyeri pada jaringan
Morbiditas : Derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi
Mortalitas : Angka rata-rata kematian penduduk di suatu daerah atau
wilayah; proporsi kematian akibat penyakit tertentu
Prevalensi : Jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu
tertentu di suatu wilayah
Ulserasi : Luka pada lapisan mukosa
1
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Laporan Epidemi HIV Global UNAIDS 2012 menunjukkan bahwa jumlah penderita HIVdi dunia mencapai
34 juta orang. Sekitar 50% di antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun.
Di wilayah Asia Selatan dan Tenggara terdapat sekitar 4 juta orang dengan HIV dan AIDS. Menurut Laporan
Kemajuan Program HIV dan AIDS WHO/SEARO 2011, di wilayah Asia Tenggara terdapat sekitar 1,3 juta
orang (37%) perempuan terinfeksi HIV. Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin
meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman,
yang selanjutnya mereka menularkan pada pasangan seksualnya yang lain. Data estimasi UNAIDS/WHO
(2009) juga memperkirakan 22.000 anak di wilayah Asia-Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan,
setengah dari anak yang terinfeksi tersebut meninggal sebelum ulang tahun kedua.
Sampai dengan tahun 2013, kasus HIV dan AIDS di Indonesia telah tersebar di 368 dari 497 kabupa-
ten/kota (72 %) di seluruh propinsi. Jumlah kasus HIV baru setiap tahunnya mencapai sekitar 20.000
kasus. Pada tahun 2013 tercatat 29.037 kasus baru, dengan 26.527 (90,9%) berada pada usia
reproduksi (15-49 tahun) dan 12.279 orang di antaranya adalah perempuan. Kasus AIDS baru pada
kelompok ibu rumah tangga sebesar 429 (15%), yang bila hamil berpotensi menularkan infeksi HIV ke
bayinya.
Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif. Penularan tersebut dapat terjadi pada
masa kehamilan, saat persalinan dan selama menyusui. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
(PPIA) atau Prevention of Mother-to-Child HIV Transmission (PMTCT) merupakan intervensi yang
sangat efektif untuk mencegah penularan tersebut. Upaya ini diintegrasikan dengan upaya eliminasi
sifilis kongenital, karena sifilis meningkatkan risiko penularan HIV di samping mengakibatkan
berbagai gangguan kesehatan pada ibu dan juga ditularkan kepada bayi seperti pada infeksi HIV.
Dalam upaya pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak, layanan PPIA dan pencegahan
sifilis kongenital diintegrasikan dengan layanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Hal ini dilakukan
melalui pelayanan antenatal terpadu baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun rujukan.
Untuk meningkatkan cakupan dan pelayanan PPIA, Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa
kegiatan, antara lain: i) pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
PPIA; ii) penigkatan kemampuan klinis melalui TOT fasilitator dan pelatihan bagi petugas kesehatan; dan iii)
penyusunan buku pedoman petunjuk pelaksanaan pencegahan penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
bagi petugas kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah dan non-pemerintah.
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen bagi pengelola program PPA telah disusun Pedoman
Nasional PPIA. Dengan adanya berbagai perubahan kebijakan dan perlunya pemutakhiran data
program PPIA, maka dilakukan revisi terhadap Pedoman tersebut. Dengan diintegrasikannya
pemeriksaan tes sifilis pada ibu hamil dalam upaya PPIA, maka pedoman itu disesuaikan menjadi
Pedoman Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak. Pedoman yang telah direvisi ini
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan manajemen bagi pengelola program di tingkat Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota sampai ke Puskesmas.
1.2 Kebijakan dan Strategi
Kebijakan dan strategi Program PPIA pada dasarnya mengacu kepada Sistem Kesehatan Nasional,
kebijakan Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual, kebijakan Program
Kesehatan Ibu serta kebijakan nasional yang terkait lainnya.
2
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2
1.2.1 Kebijakan
Kebijakan Program PPIA sebagai berikut.
1. PPIA merupakan bagian dari Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan IMS dan upaya
kesehatan ibu dan anak.
2. Pelaksanaan kegiatan PPIA diintegrasikan pada layanan KIA, Keluarga Berencana (KB) dan
Konseling Remaja di setiap jenjang pelayanan kesehatan dengan ekspansi secara bertahap dan
melibatkan peran non-pemerintah, LSM dan komunitas.
3. Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA-KB dan remaja yang mendapat layanan kesehatan
diberi informasi tentang PPIA.
4. Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan wajib melakukan tes HIV dan sifilis kepada semua ibu hamil sebagai bagian dari
pemeriksaan laboratorium rutin pada waktu pemeriksaan antenatal sampai menjelang
persalinan.
5. Di daerah epidemi HIV rendah, tes HIV dan sifilis diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS,
berisiko tertulari HIV, IMS dan TB. Pemeriksaan dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan
laboratorium rutin pada waktu pemeriksaan antenatal sampai menjelang persalinan.
6. Daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu/berwenang memberikan
pelayanan PPIA, pelayanan tersebut tetap dilakukan dengan cara:
a. merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan HIV yang memadai;
b. pelimpahan wewenang kepada tenaga kesehatan lain yang terlatih dengan Surat Keputusan
Kepala Dinas Kesehatan setempat berdasarkan rekomendasi dari Kepala Laboratorium
Rujukan Provinsi. Penetapan daerah yang memerlukan pelimpahan wewenang petugas
ditetapkan oleh Kepala Dinkes setempat.
7. Setiap ibu hamil yang positif HIV:
a. wajib diberi obat ARV dan mendapatkan pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan
lebih lanjut (PDP). Demikian pula halnya dengan ibu hamil yang positif sifilis wajib diberi
terapi sifilis yang memadai;
b. pertologan persalinannya, baik pervaginam atau melalui bedah sesar, dilakukan berdasarkan
indikasi medis ibu/bayinya dan dengan menerapkan kewaspadaan standar untuk pencegahan
infeksi;
c. diberi konseling menyusui secara khusus sejak perawatan antenatal pertama dengan
menyam-paikan pilihan yang ada sesuai dengan pedoman pelayanan, yaitu ASI eksklusif atau
susu formula eksklusif. Bila ibu memilih susu formula, maka ibu, pasangannya serta keluarga
perlu mendapat konseling cara penyiapan dan pemberian susu formula yang memenuhi
persyaratan;
d. diberi konseling KB secara khusus dan penjelasan tentang risiko penularan infeksi HIV dan
sifilis dari ibu kepada bayi, sejak perawatan antenatal, dengan menyampaikan pilihan metoda
kontrasepsi yang sesuai dengan pedoman pelayanan.
8. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten merencanakan ketersediaan logistik (obat dan reagen/tes
HIV) melalui koordinasi dengan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kemenkes.
1.2.2 Strategi
Strategi Program PPIA sebagai berikut.
1. PPIA dilaksanakan di seluruh Indonesia dengan ekspansi bertahap.
2. Semua fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan PPIA sesuai dengan
pendekatan ekspansi bertahap.
3. Perlu adanya jejaring pelayanan PPIA sebagai bagian dari Layanan Komprehensif
Berkesinambungan (LKB) yang melibatkan peran swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM)
maupun komunitas secara keseluruhan.
4. Daerah menetapkan wilayah yang memerlukan pelimpahan wewenang petugas.
3
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
3
5. Ketersediaan logistik (obat dan reagen) dan menentukan petugas yang diberi wewenang
melakukan tes HIV.
1.3 Tujuan
Tujuan umum Program PPIA adalah mencegah penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak dan
meningkatkan kualitas hidup ibu dan anak yang terinfeksi HIV dan sifilis dalam rangka menurunkan
kejadian kasus baru HIV pada bayi dan kejadian sifilis kongenital.
Tujuan khususnya sebagai berikut.
a. Mencegah terjadinya kasus baru HIV pada bayi dan terjadinya sifilis kongenital melalui
pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak.
b. Meningkatkan kelangsungan hidup ibu dan anak akibat HIV/AIDS dan/atau sifilis serendah
mungkin, khususnya di daerah dengan epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi.
c. Meningkatkan kualitas hidup ibu hamil dan anak dengan HIV dan sifilis.
1.4 Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah sebagai berikut.
a. Pengelola program Kesehatan di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
b. Pemangku kepentingan, baik Pemerintah maupun non-pemerintah, yang terkait dengan penyediaan
layanan HIV-AIDS dan IMS.
c. Tenaga kesehatan, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan, perawat dan tenaga terkait lainnya yang
bertugas di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan rujukan tingkat lanjutan, termasuk fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah dan non-pemerintah.
4
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
4
BAB II. UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN HIV DAN SIFILIS
DARI IBU KE ANAK
Seperti telah dikemukakan dalam Bab I, upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
diintegrasi-kan dengan upaya eliminasi sifilis kongenital. Namun demikian, istilah PPIA tetap
digunakan untuk menyebut upaya integratif tersebut.
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan beban
morbiditas bahkan mortalitas di negara berkembang. Mencegah dan mengobati IMS dapat
mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan seksual. Keberadaan IMS dalam bentuk inflamasi
atau ulserasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV saat melakukan hubungan seksual
tanpa pelindung antara seseorang yang telah terinfeksi IMS dengan pasangannya yang sehat.
Pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA), sifilis meningkatkan daya penularan HIV. Berbagai penelitian
di banyak negara melaporkan bahwa infeksi sifilis dapat meningkatkan risiko penularan HIV sebesar
3-5 kali. Saat ini prevalensi HIV dan sifilis di antara ibu hamil di Indonesia belum diketahui secara luas.
Namun telah diketahui bahwa semakin banyak ditemukan bayi yang tertular HIV atau sifilis dari
ibunya. Keberadaan kedua infeksi tersebut secara bersamaan menurunkan kualitas dan umur
harapan hidup.
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS
Sejak pertama kali ditemukan kasus HIV di Indonesia pada tahun 1987 di Bali sampai dengan Juni
2014, kasus HIV/AIDS telah tersebar di 381 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh propinsi
Indonesia. Estimasi prevalensi HIV secara nasional diperkirakan mencapai 0.41% (2013) dan variasi
antar-propinsi berkisar antara 0.1%-3%. Propinsi Papua dan Papua Barat mempunyai situasi khusus,
karena epidemi HIV sudah menyebar di populasi umum sejak tahun 2006 dan pada tahun 2013
mencapai prevalensi 2.3%. Dengan demikian Tanah Papua telah berada dalam tingkat epidemi HIV
meluas, sedangkan sejumlah propinsi lainnya berada dalam tingkat epidemi HIV terkonsentrasi.
Dalam 10 tahun terakhir, penularan HIV telah bergeser dari penularan melalui penggunaan alat
suntik tidak steril di kalangan pengguna napza suntik (penasun) menjadi transmisi melalui hubungan
seksual. Berdasarkan estimasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2012, di Indonesia
terdapat sekitar 9 juta penduduk yang berisiko tinggi tertular atau menularkan HIV. Dari jumlah
tersebut, terdapat kurang lebih 75.000 penasun, 250.000 wanita pekerja seks langsung dan tidak
langsung (WPSL dan WPSTL), 1,15 juta laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) dan
waria; serta 7 juta laki-laki pembeli seks (laki-laki berisiko tinggi/LBT). Selain itu terdapat sekitar 5
juta pasangan risiko tinggi, termasuk ibu rumah tangga yang sangat rentan tertular HIV.
Pada tahun 2007, 2009, 2011 dan 2013, Kementerian Kesehatan melakukan Survei Terpadu Biologi
dan Perilaku (STBP). Lokasi STBP 2007 sama dengan STBP 2011m sedangkan STBP 2009 sama dengan
STBP 2013, yang dijadikan acuan dalam melakukan perbandingan. Dari hasil STBP, dapat disimpulkan
bahwa prevalensi HIV menurun atau stabil pada penasun dan WPS namun meningkat di kalangan
waria dan LSL.
Dengan adanya peningkatan prevalensi HIV pada kelompok populasi kunci (Lihat Tabel 1) dan
besarnya jumlah populasi LBT (pelanggan), diproyeksikan akan terjadi peningkatan infeksi baru HIV
pada perempuan risiko rendah dan LSL, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
5
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
5
Tabel 1. Kecenderungan Prevalensi HIV
POPULASI KUNCI IBBS 2007 IBBS 2011 TREND IBBS 2009 IBBS 2013 TREND
Penasun 29.8 19.5 ↓ 8.8 14.4 ↑
WPS Tak Langsung 5.3 3.1 ↓ 3.5 1.5 ↓
WPS Langsung 8.4 9.0 ↑ 5.7 6.1 ↔
Waria 9.8 11.9 ↑ 5.8 8.2 ↑
LSL 1.9 6.5 ↑ 2.5 7.4 ↑
Sumber: STBP 2007, 2009, 2011 dan 2013, Kementerian Kesehatan
Gambar 1. Estimasi infeksi baru berdasarkan populasi kunci 2000-2030
Sumber: ICA Report 2014
Sejak beberapa tahun terakhir, penularan HIV pada pasangan pelanggan WPS meningkat. Ini terlihat
pada jumlah ibu rumah tangga yang dilaporkan tertular AIDS, menempati posisi pertama. Dari tahun
1987 sampai bulan Juni 2014, secara kumulatif, jumlah ibu rumah tangga yang menderita AIDS
sebanyak 6.516 orang. Persentase penderita AIDS yang dilaporkan pada kurun waktu tersebut
menurut faktor risiko terbanyak ditemukan pada kalangan heteroseksual (61,5%), diikuti dengan
kelompok IDU (17,1%) dan perinatal (2,7%).
Jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, jumlah ibu
hamil dengan HIV sebanyak 534 orang yang kemudian meningkat menjadi 1.182 orang pada bulan
Januari-Juni 2014. Sementara itu jumlah bayi dengan HIV juga meningkat, yaitu sebanyak 71 bayi
pada tahun 2011 menjadi 86 bayi pada bulan Januari-Juni 2014.
2.1.2 Epidemiologi Sifilis
IMS merupakan faktor yang mempermudah penularan HIV atau berperan sebagai kofaktor terhadap
infeksi HIV1
. Penanggulangan HIV tanpa penanggulangan IMS akan menyebabkan upaya yang
dilakukan menjadi tidak efektif. IMS tidak hanya mengancam populasi dengan perilaku berganti-ganti
pasangan, tetapi juga dapat ditularkan pada populasi umum, yaitu pasangan penderita IMS dan
janin/bayi dari ibu hamil dengan IMS.
1
Regional strategy for the prevention and control of STIs 2007-2015, WHO SEARO.
6
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
6
Bila ibu hamil yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat, maka 67% kehamilan akan berakhir
dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital pada neonatus. Pencegahan penularan sifilis dari ibu
ke bayi dapat dilakukan dengan deteksi dini melalui skrining pada ibu hamil dan mengobati ibu yang
terinfeksi sifilis dan pasangannya. Pada tahun 2007 dilakukan skrining sifilis dengan menggunakan
rapid test di tiga propinsi yang mencakup empat kabupaten/kota di DKI Jakarta, Kalimantan Barat
dan Jawa Barat. Skrining tersebut dilakukan terhadap 2.332 ibu hamil yang datang pada kunjungan
pertama antenatal. Hasilnya menunjukkan bahwa 24 orang (1,45%) di antara ibu hamil tersebut
terinfeksi sifilis.
Prevalensi dan kejadian komplikasi IMS pada saat ini masih cukup tinggi. Meskipun upaya
pengendalian IMS telah dilakukan, prevalensi IMS di Indonesia belum menunjukkan penurunan yang
berarti. Hasil STBP 2011 menunjukkan prevalensi sifilis yang cukup tinggi di kalangan populasi kunci,
yaitu 10% pada WPSL, 9% pada LSL, 25% pada waria dan 2% pada penasun. Prevalensi gonorea juga
cukup tinggi, yaitu 38% pada WPSL, 21% pada LSL, dan 29% pada waria. Prevalensi tersebut masih
jauh lebih tinggi dari target pengendalian IMS, yaitu sifilis kurang dari 1% dan gonorea kurang dari
10% pada populasi kunci2
.
Data pelaporan rutin layanan kesehatan pada Subdirektorat AIDS dan PMS melalui Sistem Informasi
HIV dan AIDS (SIHA) tahun 2012-2014 juga memperlihatkan tingginya angka positif pemeriksaan sifilis
di kalangan populasi kunci. Untuk semua populasi kunci, angka tersebut masih terlalu tinggi (Gambar
2).
Gambar 2. Persentase tes sifilis positif pada populasi kunci yang mendapat layanan kesehatan
Sumber: SIHA 2012-2014 (Laporan tahun 2014 hanya mencakup pelaporan Januari-Juni 2014)3
Demikian pula pada populasi antara, angka kejadian IMS masih cukup tinggi. Data SIHA 2012-2014
menunjukkan tingginya kejadian duh tubuh uretra dan ulkus genital pada kelompok pelanggan
pekerja seks (Gambar 3). Angka kejadian duh uretra yang tinggi pada populasi antara ini dapat
menggambarkan besarnya peluang penularan IMS dari populasi antara ke populasi umum. Pada
populasi umum, tahun 2013 tercatat sebanyak 52.032 kunjungan ibu hamil ke layanan IMS. Hampir
setengahnya (25.506) mendapat tes sifilis dan ditemukan hasil positif pada 572 ibu hamil. Angka
kejadian sifilis pada ibu hamil dengan demikian adalah 2% di antara mereka yang mendapat tes sifilis
atau 1.1% di antara mereka yang mengunjungi layanan IMS. Ibu hamil yang menerima pengobatan
sifilis tercatat sebanyak 676 orang4
.
Angka ini masih terlalu tinggi bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk populasi umum
yakni 0,1%5
.
2 Kemenkes RI. Rencana aksi pengendalian IMS-ISR sebagai strategi nasional 2008-2012.
3 Angka positif pemeriksaan tes sifilis adalah jumlah hasil tes positif di antara mereka yang dites sifilis. Data SIHA berasal
dari laporan lebih dari 800 fasyankes, sementara terdapat lebih dari 9000 fasyankes di Indonesia.
4
Data GF/SubDit PMS dan AIDS
5
Rencana aksi pengendalian IMS-ISR sebagai strategi nasional 2008-2012.
7
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
7
Gambar 3. Persentase Duh Tubuh Uretra dan Ulkus Genital pada pelanggan WPS yang mengunjungi
fasyankes
Pada tahun 2013 diperkirakan ter-
dapat 5,3 juta ibu hamil di Indone-
sia6
. Dengan perkiraan rentang
prevalensi sifilis pada ibu hamil
antara 0,5-3,0% diperkirakan ter-
dapat 26.500-159.000 kehamilan
dengan sifilis di Indonesia setiap
tahunnya. Janin dari ibu hamil de-
ngan sifilis yang tidak diobati
dapat mengakibatkan kematian
perinatal hingga 40%, yaitu lahir
mati 25% dan kematian neonatal
15%7
.
Sumber: SIHA 2012-2014
Sampai bulan Juni tahun 2014 penapisan dengan tes sifilis pada kunjungan antenatal baru dilakukan
pada 24.022 ibu hamil. Beban tersebut belum memperhitungkan kom-plikasi IMS lainnya, seperti
gonorhea dan klamidia yang dapat menyebabkan abortus, kelahiran prematur dan kematian
neonatal. Agar penapisan IMS pada ibu hamil efektif dalam mencegah kesakitan dan kematian
janin/neonatus tersebut, maka diperlukan peningkatan cakupan penapisan, baik melalui tes sifilis
maupun tes untuk IMS lainnya.
Semua data IMS pada populasi kunci, antara dan umum di atas menunjukkan bahwa IMS belum
terkendali dengan baik di Indonesia. Dengan pengendalian yang baik, prevalensi IMS pada ketiga
populasi tersebut akan menurun. Penurunan prevalensi IMS akan berkontribusi terhadap penurunan
penularan HIV, penurunan tingkat komplikasi, kesakitan dan kematian yang terkait dengan IMS.
2.2 Perkembangan Program PPIA
Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004,
khususnya di daerah dengan tingkat epidemi HIV tinggi. PPIA merupakan bagian dari upaya pengendalian
HIV-AIDS dan IMS lainnya melalui pelayanan KIA. Pada saat itu, upaya yang dilakukan terfokus pada
penyusunan pedoman nasional, penyusunan modul pelatihan, pelatihan PPIA, pembentukan jejaring
pelayanan dan memulai pembenahan sistem pencatatan dan pelaporan. Pada waktu itu pemeriksaan
HIV pada ibu hamil hanya dilakukan pada ibu dengan perilaku berisiko.
Sebagai akibat dari adanya stigma dan perilaku diskriminatif di lingkungan kesehatan pada awal upaya
PPIA, serta kurangnya perhatian dan dukungan dari pengelola program, maka pengembangan program
berjalan lambat. Hingga akhir tahun 2011 baru terdapat 94 layanan PPIA (Kemenkes, 2011), yang baru
menjangkau sekitar 7% dari perkiraan jumlah ibu hamil yang memerlukan layanan PPIA. Untuk perluasan
jangkauan dan akses layanan bagi masyarakat, Program PPIA juga dilaksanakan oleh beberapa
lembaga masyarakat.
Peningkatan akses program dan pelayanan PPIA selanjutnya ditingkatkan untuk mengendalikan penularan
HIV dari ibu ke anak, seiring dengan semakin banyak ditemukan ibu hamil dengan HIV. pada tahun 2013
Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan No 001/GK/2013 tentang Layanan
PPIA yang disertai dengan Rencana Aksi Nasional (RAN) PPIA 2013-2017. Dengan terbitnya surat edaran
6 Kemenkes RI. Subdirektorat Bina Kesehatan Ibu Hamil
7
Regional strategy for the prevention and control of STIs 2007-2015, WHO SEARO.
8
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
8
tersebut,kegiatan PPIA diintegrasikan ke dalam pelayanan KIA, KB dan konseling remaja.
Surat edaran tersebut selanjutnya diperkuat oleh Peraturan Menteri Kesehatan No 51/2013 tentang
Pedoman PPIA dan Peraturan Menteri Kesehatan No 21/2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.
Berdasarkan surat edaran tersebut, semua ibu hamil di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi dalam
pelayanan antenatal wajib mendapatkan tes HIV yang inklusif dalam pemeriksaan laboratorium rutin,
bersama tes lainnya, sejak kunjungan pertama sampai menjelang persalinan. Untuk daerah epidemi
rendah, tes HIV diprioritaskan untuk ibu hamil dengan IMS dan tuberkulosis (TB).
Selain perubahan kebijakan tersebut, terdapat juga perubahan di tingkat global dalam cara pengobatan ARV
pada ibu hamil yang menetapkan bahwa semua ibu hamil dengan HIV diberi pengobatan ARV segera
tanpa memperhitungkan jumlah CD4 dan umur kehamilan, serta pengobatan ARV diberikan seumur
hidup. Persalinan pada ibu dengan HIV dapat dilakukan secara pervaginam dan pemberian ASI eksklusif
dengan mengikuti syarat-syarat tertentu. Semua ibu hamil dengan HIV diberi konseling dan pelayanan KB
postpartum. Semua metoda kontrasepsi dapat digunakan oleh perempuan dengan HIV, kecuali
kontrasepsi hormonal tertentu yang mengurangi efektivitas ARV. Untuk pencegahan penularan infeksi HIV
tetap dianjurkan penggunaan kondom pada setiap hubungan seksual.
Untuk meningkatkan kemampuan pengelola program dan petugas kesehatan, pada tahun 2013 diadakan
pelatihan PPIA di 12 propinsi dengan kasus HIV-AIDS tinggi (Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Jawa
Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Bali, Papua dan Papua
Barat), yang mencakup 65 kabupaten/kota dan 166 puskesmas. Pada tahun 2013 fasilitas yang
memberikan pelayanan PPIA meningkat sebanyak 108 rumah sakit dan 370 puskesmas. Jumlah ibu hamil
yang dites HIV juga meningkat dari sebanyak 21.103 ibu hamil (2011) menjadi 137.000 ibu hamil (Januari-
Juni 2014).
Selanjutnya upaya PPIA berkembang dengan mengintegrasikan pencegahan sifilis kongenital ke
dalamnya. Hal ini mengacu kepada hasil kajian WHO di beberapa negara Asia-Pasifik yang
menunjukkan bahwa skrining sifilis pada ibu hamil yang dilaksanakan bersamaan dengan PPIA sangat
cost-effective untuk mencapai tujuan target eliminasi ganda (eliminasi HIV pada neonatus dan sifilis
kongenital). Untuk melihat kelayakan dan efektivitas pendekatan ini dalam konteks Indonesia serta
mencari model layanan yang bisa diterapkan, maka pada tahun 2013 Kementerian Kesehatan
melakukan ujicoba dengan membuat wilayah percontohan untuk penerapan tes HIV dan sifilis pada
ibu hamil dalam pelayanan antenatal di 4 kota (Bandung, Jakarta Barat, Surabaya dan Sorong) di
fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Hasil ujicoba ini nantinya akan menjadi model layanan yang
akan diterapkan di Indonesia.
Boks 1. Tes HIV pada ibu hamil
• Di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi: semua ibu hamil wajib mendapatkan tes HIV
• Di daerah epidemi rendah: tes HIV diprioritaskan untuk ibu hamil dengan IMS dan tuberkulosis
Boks 2. Ibu hamil dengan HIV: pengobatan, cara persalinan, KB dan pemberian ASI
• Pengobatan ARV diberikan kepada ibu hamil segera setelah diketahui bahwa hasil tes HIV-nya positif tanpa
memperhitungkan jumlah CD4 dan umur kehamilan
• Persalinan pada ibu dengan HIV dapat dilakukan secara pervaginam, kecuali bila ada indikasi medis
• Semua ibu hamil dengan HIV diberi konseling dan pelayanan KB postpartum. Semua metoda kontrasepsi
dapat digunakan oleh perempuan dengan HIV, kecuali kontrasepsi hormonal tertentu yang mengurangi
efektivitas ARV
• ASI ekslusif dapat diberikan dengan mengikuti syarat-syarat tertentu
• Untuk pencegahan penularan infeksi HIV tetap dianjurkan penggunaan kondom pada setiap hubungan
seksual
9
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
9
2.3 Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Upaya PPIA dilaksanakan melalui kegiatan pencegahan dan penanganan HIV secara komprehensif
dan berkesinambungan dalam empat komponen (prong) sebagai berikut.
1. Prong 1: pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi.
2. Prong 2: pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV.
3. Prong 3: pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu hamil (dengan HIV dan sifilis) kepada
janin/bayi yang dikandungnya.
4. Prong 4: dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan
keluarganya.
2.3.1 Prong 1: Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi
Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada bayi adalah dengan
mencegah perempuan usia reproduksi tertular HIV. Komponen ini dapat juga dinamakan pencegahan
primer. Pendekatan pencegahan primer bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi
secara dini, bahkan sebelum terjadinya hubungan seksual. Hal ini berarti mencegah perempuan
muda pada usia reproduksi, ibu hamil dan pasangannya untuk tidak terinfeksi HIV. Dengan demikian,
penularan HIV dari ibu ke bayi dijamin bisa dicegah.
Untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut.
1. A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum
menikah.
2. B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti
pasangan).
3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan
kondom.
4. D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
5. E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara
penularan, pencegahan dan pengobatannya.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer antara lain sebagai berikut.
1. KIE tentang HIV-AIDS dan kesehatan reproduksi, baik secara individu atau kelompok dengan
sasaran khusus perempuan usia reproduksi dan pasangannya.
2. Dukungan psikologis kepada perempuan usia reproduksi yang mempunyai perilaku atau
pekerjaan berisiko dan rentan untuk tertular HIV (misalnya penerima donor darah, pasangan
dengan perilaku/pekerjaan berisiko) agar bersedia melakukan tes HIV.
3. Dukungan sosial dan perawatan bila hasil tes positif.
2.3.2 Prong 2: Mencegah Kehamilan Tidak Direncanakan pada Perempuan dengan HIV
Perempuan dengan HIV dan pasangannya perlu merencanakan dengan seksama sebelum
memutuskan untuk ingin punya anak. Perempuan dengan HIV memerlukan kondisi khusus yang
aman untuk hamil, bersalin, nifas dan menyusui, yaitu aman untuk ibu terhadap komplikasi
kehamilan akibat keadaan daya tahan tubuh yang rendah; dan aman untuk bayi terhadap penularan
HIV selama kehamilan, proses persalinan dan masa laktasi. Perempuan dengan HIV masih dapat
melanjutkan kehidupannya, bersosialisasi dan bekerja seperti biasa bila mendapatkan pengobatan
dan perawatan yang teratur. Mereka juga bisa memiliki anak yang bebas dari HIV bila kehamilannya
direncanakan dengan baik. Untuk itu, perempuan dengan HIV dan pasangannya perlu
memanfaatkan layanan yang menyediakan informasi dan sarana kontrasepsi guna mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan.
10
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
10
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
1. Meningkatkan akses ODHA ke layanan KB yang menyediakan informasi dan sarana pelayanan
kontrasepsi yang aman dan efektif.
2. Memberikan konseling dan pelayanan KB berkualitas tentang perencanaan kehamilan dan
pemilihan metoda kontrasepsi yang sesuai, kehidupan seksual yang aman dan penanganan efek
samping KB.
3. Menyediakan alat dan obat kontrasepsi yang sesuai untuk perempuan dengan HIV.
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial, medis dan keperawatan.
2.3.3 Prong 3: Mencegah Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Bayi
Pada ibu hamil dengan HIV yang tidak mendapatkan upaya pencegahan penularan kepada janin atau
bayinya, maka risiko penularan berkisar antara 20-50%. Bila dilakukan upaya pencegahan, maka
risiko penularan dapat diturunkan menjadi kurang dari 2%. Dengan pengobatan ARV yang teratur
dan perawatan yang baik, ibu hamil dengan HIV dapat melahirkan anak yang terbebas dari HIV
melalui persalinan pervaginam dan menyusui bayinya. Pada ibu hamil dengan sifilis, pemberian
terapi yang adekuat untuk sifilis pada ibu dapat mencegah terjadinya sifilis kongenital pada bayinya.
Pencegahan penularan HIV dan sifilis pada ibu hamil yang terinfeksi HIV dan sifilis ke janin/bayi yang
dikandungnya mencakup langkah-langkah sebagai berikut.
1. Layanan antenatal terpadu termasuk tes HIV dan sifilis.
2. Menegakkan diagnosis HIV dan/atau sifilis.
3. Pemberian terapi antiretroviral (untuk HIV) dan Benzatin Penisilin (untuk sifilis) bagi ibu.
4. Konseling persalianan dan KB pasca persalianan.
5. Konseling menyusui dan pemberian makanan bagi bayi dan anak, serta KB.
6. Konseling pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak.
7. Persalinan yang aman dan pelayanan KB pasca persalinan.
8. Pemberian profilaksis ARV pada bayi.
9. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan keperawatan bagi ibu selama hamil, bersalin dan bayinya.
Semua kegiatan di atas akan efektif jika dijalankan secara berkesinambungan. Kombinasi kegiatan
tersebut merupakan strategi yang paling efektif untuk mengidentifikasi perempuan yang terinfeksi
HIV dan sifilis serta mengurangi risiko penularan dari ibu ke anak pada masa kehamilan, persalinan dan
pasca kelahiran.
2.3.4 Prong 4: Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan
Ibu dengan HIV memerlukan dukungan psikososial agar dapat bergaul dan bekerja mencari nafkah
seperti biasa. Dukungan medis dan perawatan diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
akibat penurunan daya tahan tubuh. Dukungan tersebut juga perlu diberikan kepada anak dan
keluarganya.
Dukungan Psikososial
Pemberian dukungan psikologis dan sosial kepada ibu dengan HIV dan keluarganya cukup penting,
mengingat ibu dengan HIV maupun ODHA lainnya menghadapi masalah psikososial, seperti stigma
dan diskriminasi, depresi, pengucilan dari lingkungan sosial dan keluarga, masalah dalam pekerjaan,
ekonomi dan pengasuhan anak. Dukungan psikososial dapat diberikan oleh pasangan dan keluarga,
kelompok dukungan sebaya, kader kesehatan, tokoh agama dan masyarakat, tenaga kesehatan dan
Pemerintah. Bentuk dukungan psikososial dapat berupa empat macam, yaitu:
• dukungan emosional, berupa empati dan kasih sayang;
• dukungan penghargaan, berupa sikap dan dukungan positif;
• dukungan instrumental, berupa dukungan untuk ekonomi keluarga;
• dukungan informasi, berupa semua informasi terkait HIV-AIDS dan seluruh layanan pendukung,
termasuk informasi tentang kontak petugas kesehatan/LSM/kelompok dukungan sebaya.
11
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
11
Dukungan Medis dan Perawatan
Tujuan dari dukungan ini untuk menjaga ibu dan bayi tetap sehat dengan peningkatkan pola hidup
sehat, kepatuhan pengobatan, pencegahan penyakit oportunis dan pengamatan status kesehatan.
Dukungan bagi ibu meliputi:
• pemeriksaan dan pemantauan kondisi kesehatan;
• pengobatan dan pemantauan terapi ARV;
• pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik;
• konseling dan dukungan kontrasepsi dan pengaturan kehamilan;
• konseling dan dukungan asupan gizi;
• layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat;
• kunjungan rumah.
Dukungan bagi bayi/anak meliputi:
• diagnosis HIV pada bayi dan anak;
• pemberian kotrimoksazol profilaksis;
• pemberian ARV pada bayi dengan HIV;
• informasi dan edukasi pemberian makanan bayi/anak;
• pemeliharaan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak;
• pemberian imunisasi.
Penyuluhan yang diberikan kepada anggota keluarga meliputi:
• cara penularan HIV dan pencegahannya;
• penggerakan dukungan masyarakat bagi keluarga.
Penjelasan Kegiatan PPIA komprehensif dan berkesinambungan dapat digambarkan dalam alur
seperti pada Bagan 1.
Bagan 1. Alur Kegiatan PPIA Komprehensif dan Berkesinambungan dengan Pendekatan Prong 1-4
Perempuan usia reproduksi
Perempuan dengan HIV
Perempuan dengan HIV hamil
Cegah tertular HIV
Cegah kehamilan tak direncanakan
Cegah penularan ke anak
Tidak terinfeksi HIV
Tidak hamil
Anak tidak terinfeksi
Terinfeksi HIV
Hamil
Anak terinfeksi HIV
Dukungan psikologis, sosial, medis dan perawatan
12
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
12
BAB III. PENGELOLAAN PROGRAM PPIA
Pengelolaan Program PPIA meliputi proses pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi, serta pencatatan dan pelaporan program. Semua proses tersebut
dilakukan pada semua tingkatan sesuai dengan kewenangan di tiap tingkatan.
3.1 Perencanaan
Perencanaan program dilakukan di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan ruang lingkup kerja masing-masing. Di bawah ini diuraikan aspek pokok
perencanaan program di setiap tingkat yang perlu dijabarkan lebih lanjut.
Tingkat Pusat
1. Merencanakan pengembangan program PPIA.
2. Merencanakan kebutuhan pengelola program PPIA di tingkat Pusat dan pengadaan logistik
program di tingkat nasional, yang meliputi antara lain buku pedoman, bahan KIE, obat ARV dan
obat sifilis, reagen HIV dan reagen sifilis serta alat dan obat kontrasepsi.
3. Merencanakan sistem pelatihan PPIA secara nasional serta merencanakan pelatihan, orientasi
dan sosialisasi pengelola program dan pelaksana pelayanan PPIA di tingkat nasional.
4. Merencanakan kebutuhan dan sumber pembiayaan untuk kegiatan PPIA secara nasional.
5. Merencanakan sistem pemantauan dan evaluasi program PPIA secara nasional.
6. Merencanakan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor dan pihak terkait.
Tingkat Propinsi
1. Merencanakan perluasan program PPIA secara bertahap bagi kabupaten/kota.
2. Merencanakan kebutuhan logistik program tingkat propinsi antara lain buku pedoman, bahan
KIE, obat ARV dan obat sifilis, reagen HIV dan reagen sifilis serta alat dan obat kontrasepsi.
3. Merencanakan kebutuhan tenaga pengelola di tingkat propinsi dan pelatihannya di tingkat
propinsi dan kabupaten/kota.
4. Merencanakan anggaran APBD Propinsi dan sumber lain untuk kegiatan PPIA.
5. Merencanakan pelatihan, orientasi dan sosialisasi pengelola program PPIA dan tenaga kesehatan
PPIA di tingkat propinsi.
6. Merencanakan implementasi, pemantauan dan evaluasi program PPIA tingkat propinsi.
7. Merencanakan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor dan pihak terkait.
8. Merencanakan pembentukan jejaring rujukan antar-layanan, serta jejaring dengan Dinas
Kesehatan, KPAP, LSM dan Komunitas terkait PPIA
Tingkat Kabupaten/Kota
1. Merencanakan perluasan layanan PPIA secara bertahap bagi puskesmas, fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP) terkait lainnya dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL).
2. Merencanakan alokasi kebutuhan anggaran melalui dana APBD dan sumber dana lain untuk
kebutuhan logistik, penyiapan sumberdaya manusia, operasional dan sistim rujukan.
3. Merencanakan kebutuhan logistik program antara lain buku pedoman, bahan KIE dan obat sifilis,
reagen HIV, reagen sifilis, alat dan obat kontrasepsi serta bahan logistik lainnya.
4. Merencanakan pelatihan, orientasi dan sosialisasi pengelola program PPIA dan tenaga kesehatan
PPIA serta pelatihannya di tingkat kabupaten/kota.
5. Merencanakan implementasi, pemantauan dan evaluasi program terkait PPIA tingkat layanan.
6. Merencanakan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor dan pihak terkait.
7. Merencanakan pembentukan jejaring rujukan antar-layanan serta jejaring dengan KPAK, LSM dan
komunitas terkait PPIA.
13
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
13
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut terkait lainnya
1. Merencanakan pengembangan program PPIA dalam sistem pelayanan RS.
2. Merencanakan kebutuhan logistik, antara lain obat ARV dan sifilis, reagen HIV dan sifilis.
3. Menyiapkan tenaga kesehatan sebagai penanggung-jawab dan pelaksana pelayanan PPIA.
4. Merencanakan pelatihan, orientasi dan sosialisasi PPIA internal RS.
5. Merencanakan kegiatan dan pembinaan jejaring rujukan dengan puskesmas, LSM/KDS/kader
PPIA.
6. Merencanakan sistem jejaring rujukan kasus antar RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dalam Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB).
7. Merencanakan anggaran RS untuk kegiatan PPIA.
8. Merencanakan pemantauan dan evaluasi program PPIA di dalam RS.
Puskesmas
1. Merencanakan pengembangan layanan PPIA di Puskesmas dan jaringannya (Pustu, bidan di desa
dan Puskesmas keliling) untuk menjangkau ibu hamil yang belum terjangkau.
2. Merencanakan pembahasan PPIA dalam mini lokakarya Puskesmas serta anggaran BOK dan
sumber lainnya untuk kegiatan PPIA.
3. Merencanakan kebutuhan logistik, antara lain: alat, reagen HIV, reagen sifilis, ARV, obat sifilis
dan bahan habis pakai.
4. Merencanakan jejaring dengan LSM/KDS/kaderterkait PPIA.
5. Merencanakan jejaring rujukan antara puskesmas dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dalam LKB.
6. Merencanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi upaya PPIA di Puskesmas dan jaringannya.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terkait
1. Merencanakan pengembangan layanan PPIA.
2. Merencanakan anggaran untuk kegiatan PPIA.
3. Menyiapkan tenaga kesehatan sebagai penanggung-jawab dan pelaksana pelayanan PPIA.
4. Merencanakan kebutuhan logistik antara lain obat ARV dan sifilis, reagen HIV dan sifilis dengan
berkoordinasi dengan Puskesmas.
5. Merencanakan kegiatan layanan bergerak menjangkau ibu hamil, berkoordinasi dengan
Puskesmas.
6. Merencanakan jejaring dengan LSM/KDS/kader terkait PPIA.
3.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan memerlukan koordinasi dan kerjasama horisontal dan vertikal di antara para
pemangku program terkait, mitra kerja, pelaksana di lapangan dan masyarakat. Di bawah ini aspek
pokok dari pelaksanaan program menurut tingkatan dan kewenangan masing-masing.
Tingkat Pusat
1. Melakukan pemetaan situasi epidemi HIV Propinsi: epidemi rendah, terkonsentrasi atau meluas
(generalized) berdasarkan data laporan, estimasi dan proyeksi.
2. Membuat dan menyebar-luaskan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) terkait dengan
PPIA.
3. Menjamin ketersediaan dan distribusi obat ARV dan obat sifilis, reagen HIV dan sifilis, serta alat
dan obat kontrasepsi logistik lainnya.
4. Melakukan training of trainer (TOT) PPIA tingkat Pusat dan Propinsi.
5. Melakukan pertemuan berkala PPIA lintas program/sektor terkait di tingkat Pusat, termasuk
pertemuan koordinasi.
6. Mengembangan metoda, teknologi dan media promosi kesehatan terkait PPIA, termasuk metoda
dan strategi KIE untuk remaja, PUS dan ODHA.
14
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
14
7. Melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis kegiatan PPIA.
8. Mengembangkan dan memberikan acuan kegiatan pencatatan dan pelaporan, termasuk
rekapitulasi pencatatan dan pelaporan dari propinsi serta memberikan umpan balik kepada
semua propinsi untuk melakukan upaya perbaikan.
9. Melakukan penelitian yang terkait dengan PPIA.
10. Mengupayakan pembiayaan kegiatan PPIA.
11. Membuat dan melaksanakan sistem pemantapan mutu laboratorium.
12. Melakukan akreditasi rumah sakit dan puskesmas.
Tingkat Propinsi
1. Melakukan pemetaan situasi epidemi HIV kabupaten/kota.
2. Mengadakan dan/atau mengusulkan ke tingkat pusat kebutuhan dan distribusi obat ARV dan
sifilis, reagen HIV dan sifilis dan logistik lainnya, termasuk alat dan obat kontrasepsi untuk
penderita HIV positif, serta mendistribusikannya ke kabupaten/kota.
3. Melakukan dan fasilitasi pelatihan PPIA di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
4. Mengembangkan metoda dan teknologi promosi kesehatan terkait PPIA, termasuk metoda dan
strategi KIE untuk remaja, PUS dan ODHA.
5. Melakukan pertemuan koordinasi lintas program dan lintas sektor berkala PPIA, termasuk untuk
ketersediaan dan distribusi alat kontrasepsi, di tingkat propinsi.
6. Melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis kegiatan PPIA ke kabupaten/kota.
7. Melakukan rekapitulasi pencatatan dan pelaporan dari kabupaten/kota di wilayah serta
memberikan umpan balik kepada semua kabupaten/kota untuk melakukan upaya perbaikan.
8. Melakukan penelitian yang terkait dengan PPIA.
9. Mengupayakan pembiayaan kegiatan PPIA.
10. Melaksanakan sistem pemantapan mutu laboratorium.
Tingkat Kabupaten/Kota
1. Inventarisasi fasilitas kesehatan dan tenaga yang terkait dengan pengelolaan upaya PPIA,
misalnya:
• RS dalam wilayah kabupaten/kota yang sudah dilatih dan melaksanakan pelayanan PPIA;
• Puskesmas dan FKTP terkait lainnya yang sudah dilatih dan melaksanakan PPIA;
• jumlah tenaga kesehatan, kader peduli HIV-AIDS, KDS ODHA dan LSM HIV yang ada, terlatih
dan belum terlatih dalam PPIA serta masyarakat peduli HIV dan AIDS;
• sumber pembiayaan untuk kegiatan PPIA.
2. Pemetaan sasaran program, yaitu:
• perempuan usia reproduksi (15-49 tahun), termasuk remaja, PUS dan populasi kunci;
• ibu hamil.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan bidan atau perawat terlatih yang dapat
melakukan tes HIV bila di daerah tersebut tidak ada tenaga medis dan atau teknisi laboratorium
terlatih.
4. Melaksanakan dan fasilitasi pelatihan PPIA bagi tenaga kesehatan di puskesmas, RS dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya serta orientasi PPIA bagi pengelola upaya PPIA di kabupaten/kota.
5. Mengembangan metoda dan teknologi promosi kesehatan terkait PPIA, termasuk metoda dan
strategi KIE untuk remaja, PUS dan ODHA.
6. Mengadakan reagen HIV dan ARV serta mengusulkan permintaan reagen dan obat sifilis serta
bahan logistik lainnya ke tingkat Propinsi, termasuk alat dan obat kontrasepsi, dan
mendistribusikannya ke faskes di wilayah kabupaten/kota.
7. Melakukan pertemuan koordinasi berkala PPIA di tingkat kabupaten/kota dan RS, termasuk
untuk ketersediaan dan distribusi alat kontrasepsi.
8. Membentuk dan membina jejaring kerjasama dengan LSM dan KDS terkait PPIA serta jejaring
rujukan kasus antara RS, Puskesmas, KDS/LSM dan kader kesehatan.
9. Melaksanakan pemantapan mutu laboratorium.
15
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
15
10. Melakukan rekapitulasi pencatatan dan pelaporan dari faskes di wilayah kabupaten/kota dan
umpan baliknya.
Rumah Sakit
1. Melakukan peningkatan kapasitas staf di RS melalui orientasi, sosialisasi dan pelatihan PPIA .
2. Mengajukan permintaan obat ARV kepada Dinas Kesehatan Provinsi atau Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, serta mengadakan obat sifilis, reagen HIV dan sifilis, bahan logistik terkait
lainnya dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Menyusun alur pelayanan dan SPO, termasuk sistem rujukan PPIA internal dan antar RS.
4. Menyusun alur pencatatan dan pelaporan pelayanan PPIA internal RS serta melakukan
pencatatan dan pelaporan kegiatan PPIA.
5. Melaksanakan kerjasama dengan LSM dan komunitas terkait PPIA dalam jejaring LKB.
6. Melaksanakan rujukan kasus antar RS dan memberikan jawaban rujukan ke Puskesmas dan FKTP
terkait lainnya.
7. Memberikan pelayanan/konseling sesuai dengan standar:
• KB dalam upaya PPIA
• tes HIV dan sifilis pada ibu hamil di layanan antenatal
• konseling menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil HIV
• pengobatan bagi ibu hamil dengan HIV dan sifilis
• persalinan pada ibu dengan HIV
• pengobatan dan perawatan bagi bayi lahir dari ibu dengan HIV
• pemeriksaan HIV pada bayi lahir dari ibu dengan HIV
• pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita lahir dari ibu HIV
• KIE dan konseling terkait kesehatan reproduksi termasuk kontrasepsi, HIV dan IMS kepada
masyarakat yang berkunjung ke RS
8. Melakukan bimbingan teknis terkait PPIA ke Puskesmas.
9. Melaksanakan pemantapan mutu laboratorium untuk tes HIV dan sifilis.
Puskesmas
1. Menghitung/memperkirakan jumlah:
• sasaran ibu hamil yang akan di-tes HIV dan sifilis;
• perempuan usia reproduksi (15-49 tahun), termasuk remaja, PUS dan populasi kunci.
2. Menginventarisasi:
• kader kesehatan yang terlatih HIV;
• KDS ODHA;
• LSM;
• kelompok masyarakat peduli HIV dan AIDS lainnya.
3. Menghitung kebutuhan reagen HIV dan sifilis untuk ibu hamil serta mengajukan permintaan
reagen tersebut kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Melaksanakan kerjasama dengan kader peduli HIV, KDS ODHA, LSM terkait PPIA dalam jejaring
LKB.
5. Melaksanakan rujukan kasus ke RS dan antar Puskesmas, serta melakukan kerjasama dengan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di wilayah kerja.
6. Memasukkan pembahasan tentang PPIA dalam kegiatan mini lokakarya Puskesmas.
7. Melakukan peningkatan kapasitas staf (orientasi, sosialisasi, pelatihan di Puskesmas) tentang
PPIA:
• petugas terkait di Puskesmas (petugas KIA, KB, BP, konselor, konseling remaja dan Promkes);
• petugas kesehatan di Pustu/Polindes/Poskesdes/BPM;
• kader kesehatan, PLKB dan pihak terkait lainnya.
8. Memberikan pelayanan/konseling:
• KB dalam konteks PPIA, di samping pelayanan KB rutin
16
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
BAB IV Penutup 26
Daftar Pustaka 27
Lampiran
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
16
• tes HIV dan sifilis pada ibu hamil pada layanan antenatal
• menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil dengan HIV
• pengobatan bagi ibu hamil dengan HIV bagi puskesmas yang memiliki layanan ARV dan
rujukan ke RS bila layanan pengobatan ARV tidak tersedia
• pengobatan bagi ibu hamil dengan sifilis
• persalinan pervaginam pada ibu hamil dengan HIV yang telah mendapatkan pengobatan ARV
sesuai dengan standar
• pemeriksaan HIV dan pemberian ARV profilaksis pada bayi dari ibu HIV atau merujuk jika
layanan tidak tersedia
• pemantauan pengobatan bagi bayi, serta tumbuh kembang bayi dan balita yang lahir dari ibu
dengan HIV
• rujukan balik ke puskesmas atau Pustu/Polindes/Poskesdes/BPM
9. Melakukan KIE terkait kesehatan reproduksi, termasuk HIV dan AIDS, di layanan KIA, KB,
konseling remaja dan di masyarakat.
10. Melakukan sinkronisasi pencatatan dan pelaporan pelayanan PPIA di tingkat Puskesmas dengan
fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja.
11. Bekerjasama dengan LSM/kader/KDS untuk mendapatkan dukungan psikologis kepada pasien
dan keluarganya.
12. Melaksanakan pemantapan mutu laboratorium dan membuat jejaring dengan perawat dan bidan
di Pustu, Polindes/Poskesdes dan petugas di FKTP terkait lainnya untuk pemantauan mutu
pemeriksaan laboratorium HIV.
Perawat dan bidan di Pustu, Polindes/Poskesdes dan petugas di FKTP terkait lainnya
1. Menganjurkan tes skrining HIV dan sifilis pada saat pelayanan antenatal dan merujuk ibu hamil
ke Puskesmas yang telah mampu melakukannya.
2. Melaksanakan kerjasama dengan kader peduli HIV-AIDS, KDS ODHA dan LSM HIV yang ada, serta
kelompok masyarakat peduli HIV-AIDS lainnya dalam jejaring LKB.
3. Melaksanakan rujukan kasus ke Puskesmas pengampu atau rumah sakit, berjejaring dan
memantau mutu pemeriksaan laboratorium HIV.
4. Memberikan konseling menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil dengan HIV.
5. Memantau kepatuhan minum obat ARV pada ibu hamil dengan HIV dan mencegah atau memberi
perawatan dasar infeksi oportunistik bila terjangkit.
6. Melakukan pemantauan pengobatan dan tumbuh kembang bagi bayi lahir dari ibu dengan HIV .
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan alur yang disetujui.
8. Melaksanakan pemantapan mutu internal untuk pemeriksaan laboratorium HIV danberjejaring
dengan Puskesmas pengampu untuk rujukan dan/atau pemantauan mutu pemeriksaan
laboratorium HIV
Boks 3. Rujukan untuk tes HIV dan sifilis bagi puskesmas
Bagi Puskesmas dan FKTP terkait lainnya yang petugas kesehatannya belum mampu melakukan tes HIV
dan sifilis perlu merujuk ibu hamil untuk menjalani tes HIV dan sifilis ke layanan yang telah mampu.
Boks 4. Rujukan untuk tes HIV dan sifilis bagi bidan di daerah epidemi terkonsentrasi
( Permenkes No. 25 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil,
Bersalin dan Nifas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaringan Pelayanannya )
• Di daerah epidemi terkonsentrasi, perawat dan bidan di Pustu, Polindes/Poskesdes dan petugas di FKTP terkait
lainnya yang mampu melakukan tes HIV dan sifilis dapat melakukan tes skrining HIV strategi I dan rapid tes
sifilis pada ibu hamil di layanan antenatal. Jika hasil tes skrining HIV dan/atau rapid tes sifilis adalah reaktif
(positif), maka ibu hamil dirujuk ke Puskesmas yang mampu memberikan layanan lanjutan.
• Pelatihan tes HIV dan sifilis untuk bidan dan perawat di daerah epidemi terkonsentrasi dilaksanakan oleh
petugas laboratorium yang sudah memiliki sertifikat sebagai pelatih pemeriksaan laboratorium HIV.
17
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
v
Daftar Singkatan
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
17
3.3 Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan adalah pengawasan kegiatan secara rutin untuk menilai pencapaian program terhadap
target melalui pengumpulan data mengenai input, proses dan output secara regular dan terus-
menerus. Untuk itu digunakan sejumlah indikator yang dapat mengukur perkembangan dan
pencapaian suatu kegiatan/upaya terhadap tujuan yang ditetapkan.
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematik, untuk keperluan pemangku
kepentingan, mengenai suatu kebijakan, program, proyek, upaya atau kegiatan berdasarkan
informasi dan hasil analisis yang dibandingkan dengan relevansi, efektifitas biaya dan keberhasilan.
Data pemantauan yang baik sering menjadi titik awal bagi suatu evaluasi. Secara ringkas, evaluasi
adalah piranti untuk menjawab “Apakah tujuan tercapai atau tidak dan mengapa?”. Evaluasi
pencapaian kegiatan dilakukan secara berkala (tahunan, tiga- atau lima-tahunan) yang dibandingkan
dengan target, serta identifikasi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan untuk perbaikan untuk
perioda berikutnya.
3.3.1 Kegiatan
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Pusat, Propinsi,
Kabupaten/Kota, Puskesmas hingga ke tingkat unit pelayanan kesehatan yang meliputi:
a. ketersediaan logistik (misalnya: reagen dan obat);
b. ketenagaan;
c. pembiayaan;
d. pencapaian upaya PPIA;
e. kendala yang dihadapi terkait dengan upaya PPIA;
f. pertemuan secara berkala untuk membahas dan menindak-lanjuti hasil pemantauan dan
evaluasi.
Di bawah ini diuraikan aspek pokok pemantauan dan evaluasi upaya PPIA di setiap tingkat, yang
masih perlu dijabarkan lebih lanjut.
Tingkat Pusat
1. Melakukan pemantauan dan evaluasi serta bimbingan teknis PPIA dalam pelayanan antenatal
terpadu.
2. Melakukan pembahasan PPIA dalam rapat koordinasi pengendalian operasional program dan
rapat konsolidasi teknis program kesehatan ibu.
3. Menggunakan hasil pemantauan dan evaluasi untuk memberikan advokasi, asistensi dan fasilitasi
kepada Pemerintah Daerah.
4. Mengadakan pertemuan berkala:
• evaluasi tahunan dalam pelayanan antenatal terpadu;
• kelompok kerja HIV (Pokja HIV) untuk membahas capaian hasil kegiatan dibandingkan
dengan target yang direncanakan dan menyusun rencana tindak lanjut;
• Panel Ahli HIV (Panli HIV) untuk membahas hasil pemantauan dan isu terkini HIV.
Boks 5. Rujukan untuk tes HIV dan sifilis bagi bidan di daerah epidemi meluas
( Permenkes No. 25 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil,
Bersalin dan Nifas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaringan Pelayanannya )
• Di daerah epidemi meluas, bidan dan perawat terlatih dapat melakukan tes diagnosis HIV (mengunakan
strategi III) pada ibu hamil. Diagnosis ditegakkan oleh dokter.
• Pelatihan tes HIV dan sifilis untuk bidan dan perawat di daerah epidemi meluas dilaksanakan oleh
laboratorium rujukan Provinsi.
• Bidan/ Perawat terlatih dimaksud harus mendapat SK Penunjukan dari Kepala Dinas Kesehatan dengan
rekomendasi dari Kepala Laboratorium Rujukan Provinsi
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf

Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Pemberdayaan preempuan tugas kia
Pemberdayaan preempuan tugas kiaPemberdayaan preempuan tugas kia
Pemberdayaan preempuan tugas kiafeniforev
 
MI 3.29-30 agustus Kebijakan ILP_ Workshop PTM.pptx
MI 3.29-30 agustus Kebijakan ILP_ Workshop PTM.pptxMI 3.29-30 agustus Kebijakan ILP_ Workshop PTM.pptx
MI 3.29-30 agustus Kebijakan ILP_ Workshop PTM.pptxEarlyOktaPratama
 
Materi Dir Surkarkes Rakerkesnas.pptx
Materi Dir Surkarkes Rakerkesnas.pptxMateri Dir Surkarkes Rakerkesnas.pptx
Materi Dir Surkarkes Rakerkesnas.pptxErnawaty12
 
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxSEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxdennisetiawan022
 
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptx
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptxHPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptx
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptxsyahronmaskat1
 
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptxKEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptxssuser9c651e2
 
Makalah HIV Aids pada Anak.pdf
Makalah HIV Aids pada Anak.pdfMakalah HIV Aids pada Anak.pdf
Makalah HIV Aids pada Anak.pdfINyomanMurjana
 
PPT LOKMIN JUNI 2021.pptx
PPT LOKMIN JUNI 2021.pptxPPT LOKMIN JUNI 2021.pptx
PPT LOKMIN JUNI 2021.pptxMirtha93
 
Imunisasi Masyarakat contoh materii ppt
Imunisasi Masyarakat  contoh materii pptImunisasi Masyarakat  contoh materii ppt
Imunisasi Masyarakat contoh materii pptAZIZATUZZAHRA2
 
TIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPK
TIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPKTIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPK
TIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPKNursariAbdulSyukur
 
396382410-strategi-pengendalian-HIV-AIDS.pptx
396382410-strategi-pengendalian-HIV-AIDS.pptx396382410-strategi-pengendalian-HIV-AIDS.pptx
396382410-strategi-pengendalian-HIV-AIDS.pptxSitiNurAsiahmuminin
 
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdfPPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdfAkunAlissa
 
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdflennynuraeny
 
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akbFirman Dariyansyah
 

Semelhante a Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf (20)

Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
 
Pemberdayaan preempuan tugas kia
Pemberdayaan preempuan tugas kiaPemberdayaan preempuan tugas kia
Pemberdayaan preempuan tugas kia
 
MI 3.29-30 agustus Kebijakan ILP_ Workshop PTM.pptx
MI 3.29-30 agustus Kebijakan ILP_ Workshop PTM.pptxMI 3.29-30 agustus Kebijakan ILP_ Workshop PTM.pptx
MI 3.29-30 agustus Kebijakan ILP_ Workshop PTM.pptx
 
KAK KESGA.docx
KAK KESGA.docxKAK KESGA.docx
KAK KESGA.docx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Materi Dir Surkarkes Rakerkesnas.pptx
Materi Dir Surkarkes Rakerkesnas.pptxMateri Dir Surkarkes Rakerkesnas.pptx
Materi Dir Surkarkes Rakerkesnas.pptx
 
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxSEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
 
Wooow
WooowWooow
Wooow
 
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptx
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptxHPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptx
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptx
 
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptxKEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
 
Makalah HIV Aids pada Anak.pdf
Makalah HIV Aids pada Anak.pdfMakalah HIV Aids pada Anak.pdf
Makalah HIV Aids pada Anak.pdf
 
PPT LOKMIN JUNI 2021.pptx
PPT LOKMIN JUNI 2021.pptxPPT LOKMIN JUNI 2021.pptx
PPT LOKMIN JUNI 2021.pptx
 
Pedoman yankes usekrem pandemi
Pedoman yankes usekrem pandemiPedoman yankes usekrem pandemi
Pedoman yankes usekrem pandemi
 
Imunisasi Masyarakat contoh materii ppt
Imunisasi Masyarakat  contoh materii pptImunisasi Masyarakat  contoh materii ppt
Imunisasi Masyarakat contoh materii ppt
 
TIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPK
TIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPKTIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPK
TIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPK
 
396382410-strategi-pengendalian-HIV-AIDS.pptx
396382410-strategi-pengendalian-HIV-AIDS.pptx396382410-strategi-pengendalian-HIV-AIDS.pptx
396382410-strategi-pengendalian-HIV-AIDS.pptx
 
LBM 2 .pptx
LBM 2 .pptxLBM 2 .pptx
LBM 2 .pptx
 
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdfPPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
 
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
 
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb
 

Último

MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnyaMANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnyaLidia941960
 
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Robertus Arian Datusanantyo
 
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfMateri tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfUlimarthaManurung
 
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptPROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptdodiharyanto42
 
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptxPPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptxMadeSuardana20
 
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxAsuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxdhykz1
 
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberianIndikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberianhaslinahaslina3
 
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDFMSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDFSUDIRO11
 

Último (8)

MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnyaMANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
 
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
 
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfMateri tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
 
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptPROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
 
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptxPPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
 
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxAsuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
 
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberianIndikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
 
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDFMSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
 

Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf

  • 2. Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 616.979 2 Ind p Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Ibu dan Anak Kesehatan RI. 2015 ISBN 978-602-235-869-5 1. Judul PREVENTION AND CONTROL II. SYPHILIS CONGENITAL PREVENTION AND CONTROL III. SPREADING FACTOR Pedoman manajemen program pencegahan penularan HIV dan Sifilis dari ibu ke Anak . Jakarta : Kementerian I. HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
  • 3. Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 616.979 2 Ind p
  • 4. ii Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran
  • 5. iii Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) serta Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan bahwa kesejahteraan merupakan urusan pemerintahan yang didaerahkan. Sementara itu, Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kematian dan kecacatan yang tinggi sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan yang efektif dan efisien, secara komperehensif berkesinambungan sejak tingkat fasilitas pelayanan kesehatan primer (puskesmas) ke atas. HIV dan Sifilis merupakan penyakit menular langsung yang dapat menginfeksi ibu dan ditularkan ke bayi sejak dalam kandungan, persalinan maupun menyusui. SetiapPuskesmas,baikdikawasanperkotaan,kawasanperdesaanmaupunkawasanterpencil/sangat terpencil, sebagai penanggung jawab kesehatan wilayah setempat berkewajiban melaksanakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) essensial berupa promosi kesehatan atau penyuluhan peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dan IMS serta pencegahan dan pengendalian penyakit menular melalui deteksi atau penemuan dini HIV/AIDS dan IMS. Dengan demikian pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi memiliki peran dan tanggung jawab penting untuk pelaksanaan operasionalnya sebagai standar pelayanan minimal kesehatan dasar masyarakat. Buku Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak ini merupakan panduan standar dan kriteria penilaian akreditasi fasyankes primer maupun lanjutan disamping untuk menentukan situasi epidemi dan intervensinya di masing-masing wilayah kabupaten/kota atau provinsi. Tujuannya dari penyusunan buku Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak adalah untuk memenuhi hak rakyat di seluruh Indonesia dalam bidang kesehatan dan kebutuhan kesehatan masyarakat yang merata serta menjamin generasi masa depan yang berkualitas serta bebas dari penyakit menular langsung, khususnya HIV dan Sifilis dan membuka akses kesehatan yang layak dalam pembangunan kesehatan secara menyeluruh yang mantap, memiliki keunggulan kompetitif sesuai struktur budaya dan sosial serta dilayani oleh sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang berkualitas. Oleh karena itu buku ini dilaksanakan terintegrasi dalam kegiatan Anternal Care terpadu yang lengkap dan berkualitas. Buku Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak ini diharapkan dapat mewujudkan pemerataan akses layanan kesehatan seluruh masyakarat, khususnya ibu hamil dan pemerataan pemahaman bagi penyelenggara dan pelaksana dalam memenuhi hak dan kewajiban rakyat di bidang kesehatan dengan baik dan benar maupun pihak pihak yang terkait lainnya. penghargaan dan terima kasih kami sampaikan pada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini dan bila mana perlu dapat di sempurnakan atau di revisi di kemudian hari, sesuai dinamika managemen program dan pelayanan menurut situasi dan kondisi di layanan serta perubahan kebijakan dan regulasi kesehatan yang berlaku.
  • 6. iv Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Pelayanan antenatal yang baik dan berkualitas merupakan pelayanan yang dapat memberikan perlindungan kesehatan selama ibu menjalankan kehamilannya. Saat ini cakupan pelayanan antenatal kunjungan pertama (akses K1) sudah cukup tinggi, yaitu 81,6% (Riskesdas 2013). Namun cakupan pelayanan antenatal K4 (kualitas) baru mencapai 70,4%. Tujuan pelayanan antenatal berkualitas diantaranya adalah mencegah dan mendeteksi dini masalah atau penyakit yang diderita ibu hamil dan janinnya. Keadaan yang dapat berdampak negatif tersebut antara lain dapat disebabkan oleh infeksi HIV dan sifilis pada ibu hamil. Lebih dari 90% kasus anak yang terinfeksi HIV tertular penyakit melalui proses penularan dari ibu ke anak. Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat persalianan dan saat menyusui. Sifilis, seperti infeksi menular seksual lainnya, meningkatkan risiko penularan HIV sebesar 3-5 kali. Bila ibu hamil yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat, maka 67% kehamilan akan berakhir dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital. Kajian WHO di beberapa negara Asia Pasifik menunjukkan bahwa skrining HIV dan sifilis pada ibu hamil yang dilaksanakan bersamaan dalam pelayanan antenatal sangat cost-effective untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak dan upaya eliminasi sifilis kongenital. Dalam upaya meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, Kementerian Kesehatan telah menyusun Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak. Dengan diintegrasikannya pemeriksaan tes sifilis pada ibu hamil dalam upaya tersebut, maka pedoman itu disesuaikan menjadi Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak. Pedoman yang telah direvisi ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan manajemen bagi pengelola program di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota sampai ke Puskesmas. Untuk peningkatan kemampuan klinis petugas kesehatan telah disusun pula Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak Bagi Petugas Kesehatan. Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak ini diharapkan dapat menjadi acuan penyelenggaraan pelayanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) dan sifilis untuk ibu hamil. Pedoman ini selain ditujukan untuk para pengelola program juga dapat digunakan sebagai acuan bagi pemberi pelayanan kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan fasilitas kesehatan tingkat pertama serta rujukan tingkat lanjutan. Kesamaan persepsi antara pengelola program dan pelaksana pelayanan diperlukan dalam mendukung upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak serta upaya eliminasi sifilis kongenital. Jakarta, Januari 2015 Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Dr Anung Sugihantono, MKes R E P UBLIK INDON E S I A K E M E N TERIAN KESE H A T A N Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
  • 7. v Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Isi Kata Pengantar iii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iv Daftar Isi v Daftar Singkatan vi Definisi viii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran
  • 8. vi Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling
  • 9. vii Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 vi Pustu : Puskesmas Pembantu SIHA : Sistem Informasi HIV dan AIDS SKPDKB : Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana STBP : Survei Terpadu Biologi dan Perilaku TB : Tuberkulosis TIPK : Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Layanan Kesehatan dan Konseling UNAIDS : United Nations Programme on HIV and AIDS UPF : Unit Pelayanan Fungsional WPS : Wanita Pekerja Seks
  • 10. viii Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 vii Definisi Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) : Suatu wadah kegiatan program PKBR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan Ekspansi : Perluasan Epidemi : Mewabahnya penyakit dalam komunitas/daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa Epidemiologi : Ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah tersebut Infeksi oportunistik : Penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi menyebab- kan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk infeksi HIV Inflamasi : Proses peradangan karena cedera fisik, kimiawi, infeksi, atau reaksi alergi yang ditandai oleh bengkak kemerahan, panas, dan nyeri pada jaringan Morbiditas : Derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi Mortalitas : Angka rata-rata kematian penduduk di suatu daerah atau wilayah; proporsi kematian akibat penyakit tertentu Prevalensi : Jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah Ulserasi : Luka pada lapisan mukosa
  • 11. 1 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Laporan Epidemi HIV Global UNAIDS 2012 menunjukkan bahwa jumlah penderita HIVdi dunia mencapai 34 juta orang. Sekitar 50% di antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di wilayah Asia Selatan dan Tenggara terdapat sekitar 4 juta orang dengan HIV dan AIDS. Menurut Laporan Kemajuan Program HIV dan AIDS WHO/SEARO 2011, di wilayah Asia Tenggara terdapat sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi HIV. Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman, yang selanjutnya mereka menularkan pada pasangan seksualnya yang lain. Data estimasi UNAIDS/WHO (2009) juga memperkirakan 22.000 anak di wilayah Asia-Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan, setengah dari anak yang terinfeksi tersebut meninggal sebelum ulang tahun kedua. Sampai dengan tahun 2013, kasus HIV dan AIDS di Indonesia telah tersebar di 368 dari 497 kabupa- ten/kota (72 %) di seluruh propinsi. Jumlah kasus HIV baru setiap tahunnya mencapai sekitar 20.000 kasus. Pada tahun 2013 tercatat 29.037 kasus baru, dengan 26.527 (90,9%) berada pada usia reproduksi (15-49 tahun) dan 12.279 orang di antaranya adalah perempuan. Kasus AIDS baru pada kelompok ibu rumah tangga sebesar 429 (15%), yang bila hamil berpotensi menularkan infeksi HIV ke bayinya. Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif. Penularan tersebut dapat terjadi pada masa kehamilan, saat persalinan dan selama menyusui. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) atau Prevention of Mother-to-Child HIV Transmission (PMTCT) merupakan intervensi yang sangat efektif untuk mencegah penularan tersebut. Upaya ini diintegrasikan dengan upaya eliminasi sifilis kongenital, karena sifilis meningkatkan risiko penularan HIV di samping mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan pada ibu dan juga ditularkan kepada bayi seperti pada infeksi HIV. Dalam upaya pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak, layanan PPIA dan pencegahan sifilis kongenital diintegrasikan dengan layanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Hal ini dilakukan melalui pelayanan antenatal terpadu baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun rujukan. Untuk meningkatkan cakupan dan pelayanan PPIA, Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa kegiatan, antara lain: i) pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat memberikan pelayanan PPIA; ii) penigkatan kemampuan klinis melalui TOT fasilitator dan pelatihan bagi petugas kesehatan; dan iii) penyusunan buku pedoman petunjuk pelaksanaan pencegahan penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak bagi petugas kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah dan non-pemerintah. Untuk meningkatkan kemampuan manajemen bagi pengelola program PPA telah disusun Pedoman Nasional PPIA. Dengan adanya berbagai perubahan kebijakan dan perlunya pemutakhiran data program PPIA, maka dilakukan revisi terhadap Pedoman tersebut. Dengan diintegrasikannya pemeriksaan tes sifilis pada ibu hamil dalam upaya PPIA, maka pedoman itu disesuaikan menjadi Pedoman Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak. Pedoman yang telah direvisi ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan manajemen bagi pengelola program di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota sampai ke Puskesmas. 1.2 Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan strategi Program PPIA pada dasarnya mengacu kepada Sistem Kesehatan Nasional, kebijakan Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual, kebijakan Program Kesehatan Ibu serta kebijakan nasional yang terkait lainnya.
  • 12. 2 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 2 1.2.1 Kebijakan Kebijakan Program PPIA sebagai berikut. 1. PPIA merupakan bagian dari Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan IMS dan upaya kesehatan ibu dan anak. 2. Pelaksanaan kegiatan PPIA diintegrasikan pada layanan KIA, Keluarga Berencana (KB) dan Konseling Remaja di setiap jenjang pelayanan kesehatan dengan ekspansi secara bertahap dan melibatkan peran non-pemerintah, LSM dan komunitas. 3. Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA-KB dan remaja yang mendapat layanan kesehatan diberi informasi tentang PPIA. 4. Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan tes HIV dan sifilis kepada semua ibu hamil sebagai bagian dari pemeriksaan laboratorium rutin pada waktu pemeriksaan antenatal sampai menjelang persalinan. 5. Di daerah epidemi HIV rendah, tes HIV dan sifilis diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS, berisiko tertulari HIV, IMS dan TB. Pemeriksaan dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan laboratorium rutin pada waktu pemeriksaan antenatal sampai menjelang persalinan. 6. Daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu/berwenang memberikan pelayanan PPIA, pelayanan tersebut tetap dilakukan dengan cara: a. merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan HIV yang memadai; b. pelimpahan wewenang kepada tenaga kesehatan lain yang terlatih dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan setempat berdasarkan rekomendasi dari Kepala Laboratorium Rujukan Provinsi. Penetapan daerah yang memerlukan pelimpahan wewenang petugas ditetapkan oleh Kepala Dinkes setempat. 7. Setiap ibu hamil yang positif HIV: a. wajib diberi obat ARV dan mendapatkan pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan lebih lanjut (PDP). Demikian pula halnya dengan ibu hamil yang positif sifilis wajib diberi terapi sifilis yang memadai; b. pertologan persalinannya, baik pervaginam atau melalui bedah sesar, dilakukan berdasarkan indikasi medis ibu/bayinya dan dengan menerapkan kewaspadaan standar untuk pencegahan infeksi; c. diberi konseling menyusui secara khusus sejak perawatan antenatal pertama dengan menyam-paikan pilihan yang ada sesuai dengan pedoman pelayanan, yaitu ASI eksklusif atau susu formula eksklusif. Bila ibu memilih susu formula, maka ibu, pasangannya serta keluarga perlu mendapat konseling cara penyiapan dan pemberian susu formula yang memenuhi persyaratan; d. diberi konseling KB secara khusus dan penjelasan tentang risiko penularan infeksi HIV dan sifilis dari ibu kepada bayi, sejak perawatan antenatal, dengan menyampaikan pilihan metoda kontrasepsi yang sesuai dengan pedoman pelayanan. 8. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten merencanakan ketersediaan logistik (obat dan reagen/tes HIV) melalui koordinasi dengan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes. 1.2.2 Strategi Strategi Program PPIA sebagai berikut. 1. PPIA dilaksanakan di seluruh Indonesia dengan ekspansi bertahap. 2. Semua fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan PPIA sesuai dengan pendekatan ekspansi bertahap. 3. Perlu adanya jejaring pelayanan PPIA sebagai bagian dari Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) yang melibatkan peran swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun komunitas secara keseluruhan. 4. Daerah menetapkan wilayah yang memerlukan pelimpahan wewenang petugas.
  • 13. 3 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 3 5. Ketersediaan logistik (obat dan reagen) dan menentukan petugas yang diberi wewenang melakukan tes HIV. 1.3 Tujuan Tujuan umum Program PPIA adalah mencegah penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak dan meningkatkan kualitas hidup ibu dan anak yang terinfeksi HIV dan sifilis dalam rangka menurunkan kejadian kasus baru HIV pada bayi dan kejadian sifilis kongenital. Tujuan khususnya sebagai berikut. a. Mencegah terjadinya kasus baru HIV pada bayi dan terjadinya sifilis kongenital melalui pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak. b. Meningkatkan kelangsungan hidup ibu dan anak akibat HIV/AIDS dan/atau sifilis serendah mungkin, khususnya di daerah dengan epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi. c. Meningkatkan kualitas hidup ibu hamil dan anak dengan HIV dan sifilis. 1.4 Sasaran Sasaran dari pedoman ini adalah sebagai berikut. a. Pengelola program Kesehatan di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas. b. Pemangku kepentingan, baik Pemerintah maupun non-pemerintah, yang terkait dengan penyediaan layanan HIV-AIDS dan IMS. c. Tenaga kesehatan, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan, perawat dan tenaga terkait lainnya yang bertugas di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan rujukan tingkat lanjutan, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan non-pemerintah.
  • 14. 4 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 4 BAB II. UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN HIV DAN SIFILIS DARI IBU KE ANAK Seperti telah dikemukakan dalam Bab I, upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak diintegrasi-kan dengan upaya eliminasi sifilis kongenital. Namun demikian, istilah PPIA tetap digunakan untuk menyebut upaya integratif tersebut. 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan beban morbiditas bahkan mortalitas di negara berkembang. Mencegah dan mengobati IMS dapat mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan seksual. Keberadaan IMS dalam bentuk inflamasi atau ulserasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV saat melakukan hubungan seksual tanpa pelindung antara seseorang yang telah terinfeksi IMS dengan pasangannya yang sehat. Pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA), sifilis meningkatkan daya penularan HIV. Berbagai penelitian di banyak negara melaporkan bahwa infeksi sifilis dapat meningkatkan risiko penularan HIV sebesar 3-5 kali. Saat ini prevalensi HIV dan sifilis di antara ibu hamil di Indonesia belum diketahui secara luas. Namun telah diketahui bahwa semakin banyak ditemukan bayi yang tertular HIV atau sifilis dari ibunya. Keberadaan kedua infeksi tersebut secara bersamaan menurunkan kualitas dan umur harapan hidup. 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS Sejak pertama kali ditemukan kasus HIV di Indonesia pada tahun 1987 di Bali sampai dengan Juni 2014, kasus HIV/AIDS telah tersebar di 381 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh propinsi Indonesia. Estimasi prevalensi HIV secara nasional diperkirakan mencapai 0.41% (2013) dan variasi antar-propinsi berkisar antara 0.1%-3%. Propinsi Papua dan Papua Barat mempunyai situasi khusus, karena epidemi HIV sudah menyebar di populasi umum sejak tahun 2006 dan pada tahun 2013 mencapai prevalensi 2.3%. Dengan demikian Tanah Papua telah berada dalam tingkat epidemi HIV meluas, sedangkan sejumlah propinsi lainnya berada dalam tingkat epidemi HIV terkonsentrasi. Dalam 10 tahun terakhir, penularan HIV telah bergeser dari penularan melalui penggunaan alat suntik tidak steril di kalangan pengguna napza suntik (penasun) menjadi transmisi melalui hubungan seksual. Berdasarkan estimasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2012, di Indonesia terdapat sekitar 9 juta penduduk yang berisiko tinggi tertular atau menularkan HIV. Dari jumlah tersebut, terdapat kurang lebih 75.000 penasun, 250.000 wanita pekerja seks langsung dan tidak langsung (WPSL dan WPSTL), 1,15 juta laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) dan waria; serta 7 juta laki-laki pembeli seks (laki-laki berisiko tinggi/LBT). Selain itu terdapat sekitar 5 juta pasangan risiko tinggi, termasuk ibu rumah tangga yang sangat rentan tertular HIV. Pada tahun 2007, 2009, 2011 dan 2013, Kementerian Kesehatan melakukan Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP). Lokasi STBP 2007 sama dengan STBP 2011m sedangkan STBP 2009 sama dengan STBP 2013, yang dijadikan acuan dalam melakukan perbandingan. Dari hasil STBP, dapat disimpulkan bahwa prevalensi HIV menurun atau stabil pada penasun dan WPS namun meningkat di kalangan waria dan LSL. Dengan adanya peningkatan prevalensi HIV pada kelompok populasi kunci (Lihat Tabel 1) dan besarnya jumlah populasi LBT (pelanggan), diproyeksikan akan terjadi peningkatan infeksi baru HIV pada perempuan risiko rendah dan LSL, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
  • 15. 5 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 5 Tabel 1. Kecenderungan Prevalensi HIV POPULASI KUNCI IBBS 2007 IBBS 2011 TREND IBBS 2009 IBBS 2013 TREND Penasun 29.8 19.5 ↓ 8.8 14.4 ↑ WPS Tak Langsung 5.3 3.1 ↓ 3.5 1.5 ↓ WPS Langsung 8.4 9.0 ↑ 5.7 6.1 ↔ Waria 9.8 11.9 ↑ 5.8 8.2 ↑ LSL 1.9 6.5 ↑ 2.5 7.4 ↑ Sumber: STBP 2007, 2009, 2011 dan 2013, Kementerian Kesehatan Gambar 1. Estimasi infeksi baru berdasarkan populasi kunci 2000-2030 Sumber: ICA Report 2014 Sejak beberapa tahun terakhir, penularan HIV pada pasangan pelanggan WPS meningkat. Ini terlihat pada jumlah ibu rumah tangga yang dilaporkan tertular AIDS, menempati posisi pertama. Dari tahun 1987 sampai bulan Juni 2014, secara kumulatif, jumlah ibu rumah tangga yang menderita AIDS sebanyak 6.516 orang. Persentase penderita AIDS yang dilaporkan pada kurun waktu tersebut menurut faktor risiko terbanyak ditemukan pada kalangan heteroseksual (61,5%), diikuti dengan kelompok IDU (17,1%) dan perinatal (2,7%). Jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, jumlah ibu hamil dengan HIV sebanyak 534 orang yang kemudian meningkat menjadi 1.182 orang pada bulan Januari-Juni 2014. Sementara itu jumlah bayi dengan HIV juga meningkat, yaitu sebanyak 71 bayi pada tahun 2011 menjadi 86 bayi pada bulan Januari-Juni 2014. 2.1.2 Epidemiologi Sifilis IMS merupakan faktor yang mempermudah penularan HIV atau berperan sebagai kofaktor terhadap infeksi HIV1 . Penanggulangan HIV tanpa penanggulangan IMS akan menyebabkan upaya yang dilakukan menjadi tidak efektif. IMS tidak hanya mengancam populasi dengan perilaku berganti-ganti pasangan, tetapi juga dapat ditularkan pada populasi umum, yaitu pasangan penderita IMS dan janin/bayi dari ibu hamil dengan IMS. 1 Regional strategy for the prevention and control of STIs 2007-2015, WHO SEARO.
  • 16. 6 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 6 Bila ibu hamil yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat, maka 67% kehamilan akan berakhir dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital pada neonatus. Pencegahan penularan sifilis dari ibu ke bayi dapat dilakukan dengan deteksi dini melalui skrining pada ibu hamil dan mengobati ibu yang terinfeksi sifilis dan pasangannya. Pada tahun 2007 dilakukan skrining sifilis dengan menggunakan rapid test di tiga propinsi yang mencakup empat kabupaten/kota di DKI Jakarta, Kalimantan Barat dan Jawa Barat. Skrining tersebut dilakukan terhadap 2.332 ibu hamil yang datang pada kunjungan pertama antenatal. Hasilnya menunjukkan bahwa 24 orang (1,45%) di antara ibu hamil tersebut terinfeksi sifilis. Prevalensi dan kejadian komplikasi IMS pada saat ini masih cukup tinggi. Meskipun upaya pengendalian IMS telah dilakukan, prevalensi IMS di Indonesia belum menunjukkan penurunan yang berarti. Hasil STBP 2011 menunjukkan prevalensi sifilis yang cukup tinggi di kalangan populasi kunci, yaitu 10% pada WPSL, 9% pada LSL, 25% pada waria dan 2% pada penasun. Prevalensi gonorea juga cukup tinggi, yaitu 38% pada WPSL, 21% pada LSL, dan 29% pada waria. Prevalensi tersebut masih jauh lebih tinggi dari target pengendalian IMS, yaitu sifilis kurang dari 1% dan gonorea kurang dari 10% pada populasi kunci2 . Data pelaporan rutin layanan kesehatan pada Subdirektorat AIDS dan PMS melalui Sistem Informasi HIV dan AIDS (SIHA) tahun 2012-2014 juga memperlihatkan tingginya angka positif pemeriksaan sifilis di kalangan populasi kunci. Untuk semua populasi kunci, angka tersebut masih terlalu tinggi (Gambar 2). Gambar 2. Persentase tes sifilis positif pada populasi kunci yang mendapat layanan kesehatan Sumber: SIHA 2012-2014 (Laporan tahun 2014 hanya mencakup pelaporan Januari-Juni 2014)3 Demikian pula pada populasi antara, angka kejadian IMS masih cukup tinggi. Data SIHA 2012-2014 menunjukkan tingginya kejadian duh tubuh uretra dan ulkus genital pada kelompok pelanggan pekerja seks (Gambar 3). Angka kejadian duh uretra yang tinggi pada populasi antara ini dapat menggambarkan besarnya peluang penularan IMS dari populasi antara ke populasi umum. Pada populasi umum, tahun 2013 tercatat sebanyak 52.032 kunjungan ibu hamil ke layanan IMS. Hampir setengahnya (25.506) mendapat tes sifilis dan ditemukan hasil positif pada 572 ibu hamil. Angka kejadian sifilis pada ibu hamil dengan demikian adalah 2% di antara mereka yang mendapat tes sifilis atau 1.1% di antara mereka yang mengunjungi layanan IMS. Ibu hamil yang menerima pengobatan sifilis tercatat sebanyak 676 orang4 . Angka ini masih terlalu tinggi bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk populasi umum yakni 0,1%5 . 2 Kemenkes RI. Rencana aksi pengendalian IMS-ISR sebagai strategi nasional 2008-2012. 3 Angka positif pemeriksaan tes sifilis adalah jumlah hasil tes positif di antara mereka yang dites sifilis. Data SIHA berasal dari laporan lebih dari 800 fasyankes, sementara terdapat lebih dari 9000 fasyankes di Indonesia. 4 Data GF/SubDit PMS dan AIDS 5 Rencana aksi pengendalian IMS-ISR sebagai strategi nasional 2008-2012.
  • 17. 7 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 7 Gambar 3. Persentase Duh Tubuh Uretra dan Ulkus Genital pada pelanggan WPS yang mengunjungi fasyankes Pada tahun 2013 diperkirakan ter- dapat 5,3 juta ibu hamil di Indone- sia6 . Dengan perkiraan rentang prevalensi sifilis pada ibu hamil antara 0,5-3,0% diperkirakan ter- dapat 26.500-159.000 kehamilan dengan sifilis di Indonesia setiap tahunnya. Janin dari ibu hamil de- ngan sifilis yang tidak diobati dapat mengakibatkan kematian perinatal hingga 40%, yaitu lahir mati 25% dan kematian neonatal 15%7 . Sumber: SIHA 2012-2014 Sampai bulan Juni tahun 2014 penapisan dengan tes sifilis pada kunjungan antenatal baru dilakukan pada 24.022 ibu hamil. Beban tersebut belum memperhitungkan kom-plikasi IMS lainnya, seperti gonorhea dan klamidia yang dapat menyebabkan abortus, kelahiran prematur dan kematian neonatal. Agar penapisan IMS pada ibu hamil efektif dalam mencegah kesakitan dan kematian janin/neonatus tersebut, maka diperlukan peningkatan cakupan penapisan, baik melalui tes sifilis maupun tes untuk IMS lainnya. Semua data IMS pada populasi kunci, antara dan umum di atas menunjukkan bahwa IMS belum terkendali dengan baik di Indonesia. Dengan pengendalian yang baik, prevalensi IMS pada ketiga populasi tersebut akan menurun. Penurunan prevalensi IMS akan berkontribusi terhadap penurunan penularan HIV, penurunan tingkat komplikasi, kesakitan dan kematian yang terkait dengan IMS. 2.2 Perkembangan Program PPIA Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004, khususnya di daerah dengan tingkat epidemi HIV tinggi. PPIA merupakan bagian dari upaya pengendalian HIV-AIDS dan IMS lainnya melalui pelayanan KIA. Pada saat itu, upaya yang dilakukan terfokus pada penyusunan pedoman nasional, penyusunan modul pelatihan, pelatihan PPIA, pembentukan jejaring pelayanan dan memulai pembenahan sistem pencatatan dan pelaporan. Pada waktu itu pemeriksaan HIV pada ibu hamil hanya dilakukan pada ibu dengan perilaku berisiko. Sebagai akibat dari adanya stigma dan perilaku diskriminatif di lingkungan kesehatan pada awal upaya PPIA, serta kurangnya perhatian dan dukungan dari pengelola program, maka pengembangan program berjalan lambat. Hingga akhir tahun 2011 baru terdapat 94 layanan PPIA (Kemenkes, 2011), yang baru menjangkau sekitar 7% dari perkiraan jumlah ibu hamil yang memerlukan layanan PPIA. Untuk perluasan jangkauan dan akses layanan bagi masyarakat, Program PPIA juga dilaksanakan oleh beberapa lembaga masyarakat. Peningkatan akses program dan pelayanan PPIA selanjutnya ditingkatkan untuk mengendalikan penularan HIV dari ibu ke anak, seiring dengan semakin banyak ditemukan ibu hamil dengan HIV. pada tahun 2013 Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan No 001/GK/2013 tentang Layanan PPIA yang disertai dengan Rencana Aksi Nasional (RAN) PPIA 2013-2017. Dengan terbitnya surat edaran 6 Kemenkes RI. Subdirektorat Bina Kesehatan Ibu Hamil 7 Regional strategy for the prevention and control of STIs 2007-2015, WHO SEARO.
  • 18. 8 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 8 tersebut,kegiatan PPIA diintegrasikan ke dalam pelayanan KIA, KB dan konseling remaja. Surat edaran tersebut selanjutnya diperkuat oleh Peraturan Menteri Kesehatan No 51/2013 tentang Pedoman PPIA dan Peraturan Menteri Kesehatan No 21/2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Berdasarkan surat edaran tersebut, semua ibu hamil di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi dalam pelayanan antenatal wajib mendapatkan tes HIV yang inklusif dalam pemeriksaan laboratorium rutin, bersama tes lainnya, sejak kunjungan pertama sampai menjelang persalinan. Untuk daerah epidemi rendah, tes HIV diprioritaskan untuk ibu hamil dengan IMS dan tuberkulosis (TB). Selain perubahan kebijakan tersebut, terdapat juga perubahan di tingkat global dalam cara pengobatan ARV pada ibu hamil yang menetapkan bahwa semua ibu hamil dengan HIV diberi pengobatan ARV segera tanpa memperhitungkan jumlah CD4 dan umur kehamilan, serta pengobatan ARV diberikan seumur hidup. Persalinan pada ibu dengan HIV dapat dilakukan secara pervaginam dan pemberian ASI eksklusif dengan mengikuti syarat-syarat tertentu. Semua ibu hamil dengan HIV diberi konseling dan pelayanan KB postpartum. Semua metoda kontrasepsi dapat digunakan oleh perempuan dengan HIV, kecuali kontrasepsi hormonal tertentu yang mengurangi efektivitas ARV. Untuk pencegahan penularan infeksi HIV tetap dianjurkan penggunaan kondom pada setiap hubungan seksual. Untuk meningkatkan kemampuan pengelola program dan petugas kesehatan, pada tahun 2013 diadakan pelatihan PPIA di 12 propinsi dengan kasus HIV-AIDS tinggi (Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Bali, Papua dan Papua Barat), yang mencakup 65 kabupaten/kota dan 166 puskesmas. Pada tahun 2013 fasilitas yang memberikan pelayanan PPIA meningkat sebanyak 108 rumah sakit dan 370 puskesmas. Jumlah ibu hamil yang dites HIV juga meningkat dari sebanyak 21.103 ibu hamil (2011) menjadi 137.000 ibu hamil (Januari- Juni 2014). Selanjutnya upaya PPIA berkembang dengan mengintegrasikan pencegahan sifilis kongenital ke dalamnya. Hal ini mengacu kepada hasil kajian WHO di beberapa negara Asia-Pasifik yang menunjukkan bahwa skrining sifilis pada ibu hamil yang dilaksanakan bersamaan dengan PPIA sangat cost-effective untuk mencapai tujuan target eliminasi ganda (eliminasi HIV pada neonatus dan sifilis kongenital). Untuk melihat kelayakan dan efektivitas pendekatan ini dalam konteks Indonesia serta mencari model layanan yang bisa diterapkan, maka pada tahun 2013 Kementerian Kesehatan melakukan ujicoba dengan membuat wilayah percontohan untuk penerapan tes HIV dan sifilis pada ibu hamil dalam pelayanan antenatal di 4 kota (Bandung, Jakarta Barat, Surabaya dan Sorong) di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Hasil ujicoba ini nantinya akan menjadi model layanan yang akan diterapkan di Indonesia. Boks 1. Tes HIV pada ibu hamil • Di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi: semua ibu hamil wajib mendapatkan tes HIV • Di daerah epidemi rendah: tes HIV diprioritaskan untuk ibu hamil dengan IMS dan tuberkulosis Boks 2. Ibu hamil dengan HIV: pengobatan, cara persalinan, KB dan pemberian ASI • Pengobatan ARV diberikan kepada ibu hamil segera setelah diketahui bahwa hasil tes HIV-nya positif tanpa memperhitungkan jumlah CD4 dan umur kehamilan • Persalinan pada ibu dengan HIV dapat dilakukan secara pervaginam, kecuali bila ada indikasi medis • Semua ibu hamil dengan HIV diberi konseling dan pelayanan KB postpartum. Semua metoda kontrasepsi dapat digunakan oleh perempuan dengan HIV, kecuali kontrasepsi hormonal tertentu yang mengurangi efektivitas ARV • ASI ekslusif dapat diberikan dengan mengikuti syarat-syarat tertentu • Untuk pencegahan penularan infeksi HIV tetap dianjurkan penggunaan kondom pada setiap hubungan seksual
  • 19. 9 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 9 2.3 Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak Upaya PPIA dilaksanakan melalui kegiatan pencegahan dan penanganan HIV secara komprehensif dan berkesinambungan dalam empat komponen (prong) sebagai berikut. 1. Prong 1: pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi. 2. Prong 2: pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV. 3. Prong 3: pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu hamil (dengan HIV dan sifilis) kepada janin/bayi yang dikandungnya. 4. Prong 4: dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya. 2.3.1 Prong 1: Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada bayi adalah dengan mencegah perempuan usia reproduksi tertular HIV. Komponen ini dapat juga dinamakan pencegahan primer. Pendekatan pencegahan primer bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi secara dini, bahkan sebelum terjadinya hubungan seksual. Hal ini berarti mencegah perempuan muda pada usia reproduksi, ibu hamil dan pasangannya untuk tidak terinfeksi HIV. Dengan demikian, penularan HIV dari ibu ke bayi dijamin bisa dicegah. Untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut. 1. A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah. 2. B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan). 3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom. 4. D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba. 5. E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer antara lain sebagai berikut. 1. KIE tentang HIV-AIDS dan kesehatan reproduksi, baik secara individu atau kelompok dengan sasaran khusus perempuan usia reproduksi dan pasangannya. 2. Dukungan psikologis kepada perempuan usia reproduksi yang mempunyai perilaku atau pekerjaan berisiko dan rentan untuk tertular HIV (misalnya penerima donor darah, pasangan dengan perilaku/pekerjaan berisiko) agar bersedia melakukan tes HIV. 3. Dukungan sosial dan perawatan bila hasil tes positif. 2.3.2 Prong 2: Mencegah Kehamilan Tidak Direncanakan pada Perempuan dengan HIV Perempuan dengan HIV dan pasangannya perlu merencanakan dengan seksama sebelum memutuskan untuk ingin punya anak. Perempuan dengan HIV memerlukan kondisi khusus yang aman untuk hamil, bersalin, nifas dan menyusui, yaitu aman untuk ibu terhadap komplikasi kehamilan akibat keadaan daya tahan tubuh yang rendah; dan aman untuk bayi terhadap penularan HIV selama kehamilan, proses persalinan dan masa laktasi. Perempuan dengan HIV masih dapat melanjutkan kehidupannya, bersosialisasi dan bekerja seperti biasa bila mendapatkan pengobatan dan perawatan yang teratur. Mereka juga bisa memiliki anak yang bebas dari HIV bila kehamilannya direncanakan dengan baik. Untuk itu, perempuan dengan HIV dan pasangannya perlu memanfaatkan layanan yang menyediakan informasi dan sarana kontrasepsi guna mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.
  • 20. 10 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 10 Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut. 1. Meningkatkan akses ODHA ke layanan KB yang menyediakan informasi dan sarana pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif. 2. Memberikan konseling dan pelayanan KB berkualitas tentang perencanaan kehamilan dan pemilihan metoda kontrasepsi yang sesuai, kehidupan seksual yang aman dan penanganan efek samping KB. 3. Menyediakan alat dan obat kontrasepsi yang sesuai untuk perempuan dengan HIV. 4. Memberikan dukungan psikologis, sosial, medis dan keperawatan. 2.3.3 Prong 3: Mencegah Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Bayi Pada ibu hamil dengan HIV yang tidak mendapatkan upaya pencegahan penularan kepada janin atau bayinya, maka risiko penularan berkisar antara 20-50%. Bila dilakukan upaya pencegahan, maka risiko penularan dapat diturunkan menjadi kurang dari 2%. Dengan pengobatan ARV yang teratur dan perawatan yang baik, ibu hamil dengan HIV dapat melahirkan anak yang terbebas dari HIV melalui persalinan pervaginam dan menyusui bayinya. Pada ibu hamil dengan sifilis, pemberian terapi yang adekuat untuk sifilis pada ibu dapat mencegah terjadinya sifilis kongenital pada bayinya. Pencegahan penularan HIV dan sifilis pada ibu hamil yang terinfeksi HIV dan sifilis ke janin/bayi yang dikandungnya mencakup langkah-langkah sebagai berikut. 1. Layanan antenatal terpadu termasuk tes HIV dan sifilis. 2. Menegakkan diagnosis HIV dan/atau sifilis. 3. Pemberian terapi antiretroviral (untuk HIV) dan Benzatin Penisilin (untuk sifilis) bagi ibu. 4. Konseling persalianan dan KB pasca persalianan. 5. Konseling menyusui dan pemberian makanan bagi bayi dan anak, serta KB. 6. Konseling pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak. 7. Persalinan yang aman dan pelayanan KB pasca persalinan. 8. Pemberian profilaksis ARV pada bayi. 9. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan keperawatan bagi ibu selama hamil, bersalin dan bayinya. Semua kegiatan di atas akan efektif jika dijalankan secara berkesinambungan. Kombinasi kegiatan tersebut merupakan strategi yang paling efektif untuk mengidentifikasi perempuan yang terinfeksi HIV dan sifilis serta mengurangi risiko penularan dari ibu ke anak pada masa kehamilan, persalinan dan pasca kelahiran. 2.3.4 Prong 4: Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan Ibu dengan HIV memerlukan dukungan psikososial agar dapat bergaul dan bekerja mencari nafkah seperti biasa. Dukungan medis dan perawatan diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penurunan daya tahan tubuh. Dukungan tersebut juga perlu diberikan kepada anak dan keluarganya. Dukungan Psikososial Pemberian dukungan psikologis dan sosial kepada ibu dengan HIV dan keluarganya cukup penting, mengingat ibu dengan HIV maupun ODHA lainnya menghadapi masalah psikososial, seperti stigma dan diskriminasi, depresi, pengucilan dari lingkungan sosial dan keluarga, masalah dalam pekerjaan, ekonomi dan pengasuhan anak. Dukungan psikososial dapat diberikan oleh pasangan dan keluarga, kelompok dukungan sebaya, kader kesehatan, tokoh agama dan masyarakat, tenaga kesehatan dan Pemerintah. Bentuk dukungan psikososial dapat berupa empat macam, yaitu: • dukungan emosional, berupa empati dan kasih sayang; • dukungan penghargaan, berupa sikap dan dukungan positif; • dukungan instrumental, berupa dukungan untuk ekonomi keluarga; • dukungan informasi, berupa semua informasi terkait HIV-AIDS dan seluruh layanan pendukung, termasuk informasi tentang kontak petugas kesehatan/LSM/kelompok dukungan sebaya.
  • 21. 11 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 11 Dukungan Medis dan Perawatan Tujuan dari dukungan ini untuk menjaga ibu dan bayi tetap sehat dengan peningkatkan pola hidup sehat, kepatuhan pengobatan, pencegahan penyakit oportunis dan pengamatan status kesehatan. Dukungan bagi ibu meliputi: • pemeriksaan dan pemantauan kondisi kesehatan; • pengobatan dan pemantauan terapi ARV; • pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik; • konseling dan dukungan kontrasepsi dan pengaturan kehamilan; • konseling dan dukungan asupan gizi; • layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat; • kunjungan rumah. Dukungan bagi bayi/anak meliputi: • diagnosis HIV pada bayi dan anak; • pemberian kotrimoksazol profilaksis; • pemberian ARV pada bayi dengan HIV; • informasi dan edukasi pemberian makanan bayi/anak; • pemeliharaan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak; • pemberian imunisasi. Penyuluhan yang diberikan kepada anggota keluarga meliputi: • cara penularan HIV dan pencegahannya; • penggerakan dukungan masyarakat bagi keluarga. Penjelasan Kegiatan PPIA komprehensif dan berkesinambungan dapat digambarkan dalam alur seperti pada Bagan 1. Bagan 1. Alur Kegiatan PPIA Komprehensif dan Berkesinambungan dengan Pendekatan Prong 1-4 Perempuan usia reproduksi Perempuan dengan HIV Perempuan dengan HIV hamil Cegah tertular HIV Cegah kehamilan tak direncanakan Cegah penularan ke anak Tidak terinfeksi HIV Tidak hamil Anak tidak terinfeksi Terinfeksi HIV Hamil Anak terinfeksi HIV Dukungan psikologis, sosial, medis dan perawatan
  • 22. 12 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 12 BAB III. PENGELOLAAN PROGRAM PPIA Pengelolaan Program PPIA meliputi proses pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pencatatan dan pelaporan program. Semua proses tersebut dilakukan pada semua tingkatan sesuai dengan kewenangan di tiap tingkatan. 3.1 Perencanaan Perencanaan program dilakukan di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan ruang lingkup kerja masing-masing. Di bawah ini diuraikan aspek pokok perencanaan program di setiap tingkat yang perlu dijabarkan lebih lanjut. Tingkat Pusat 1. Merencanakan pengembangan program PPIA. 2. Merencanakan kebutuhan pengelola program PPIA di tingkat Pusat dan pengadaan logistik program di tingkat nasional, yang meliputi antara lain buku pedoman, bahan KIE, obat ARV dan obat sifilis, reagen HIV dan reagen sifilis serta alat dan obat kontrasepsi. 3. Merencanakan sistem pelatihan PPIA secara nasional serta merencanakan pelatihan, orientasi dan sosialisasi pengelola program dan pelaksana pelayanan PPIA di tingkat nasional. 4. Merencanakan kebutuhan dan sumber pembiayaan untuk kegiatan PPIA secara nasional. 5. Merencanakan sistem pemantauan dan evaluasi program PPIA secara nasional. 6. Merencanakan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor dan pihak terkait. Tingkat Propinsi 1. Merencanakan perluasan program PPIA secara bertahap bagi kabupaten/kota. 2. Merencanakan kebutuhan logistik program tingkat propinsi antara lain buku pedoman, bahan KIE, obat ARV dan obat sifilis, reagen HIV dan reagen sifilis serta alat dan obat kontrasepsi. 3. Merencanakan kebutuhan tenaga pengelola di tingkat propinsi dan pelatihannya di tingkat propinsi dan kabupaten/kota. 4. Merencanakan anggaran APBD Propinsi dan sumber lain untuk kegiatan PPIA. 5. Merencanakan pelatihan, orientasi dan sosialisasi pengelola program PPIA dan tenaga kesehatan PPIA di tingkat propinsi. 6. Merencanakan implementasi, pemantauan dan evaluasi program PPIA tingkat propinsi. 7. Merencanakan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor dan pihak terkait. 8. Merencanakan pembentukan jejaring rujukan antar-layanan, serta jejaring dengan Dinas Kesehatan, KPAP, LSM dan Komunitas terkait PPIA Tingkat Kabupaten/Kota 1. Merencanakan perluasan layanan PPIA secara bertahap bagi puskesmas, fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) terkait lainnya dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). 2. Merencanakan alokasi kebutuhan anggaran melalui dana APBD dan sumber dana lain untuk kebutuhan logistik, penyiapan sumberdaya manusia, operasional dan sistim rujukan. 3. Merencanakan kebutuhan logistik program antara lain buku pedoman, bahan KIE dan obat sifilis, reagen HIV, reagen sifilis, alat dan obat kontrasepsi serta bahan logistik lainnya. 4. Merencanakan pelatihan, orientasi dan sosialisasi pengelola program PPIA dan tenaga kesehatan PPIA serta pelatihannya di tingkat kabupaten/kota. 5. Merencanakan implementasi, pemantauan dan evaluasi program terkait PPIA tingkat layanan. 6. Merencanakan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor dan pihak terkait. 7. Merencanakan pembentukan jejaring rujukan antar-layanan serta jejaring dengan KPAK, LSM dan komunitas terkait PPIA.
  • 23. 13 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 13 Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut terkait lainnya 1. Merencanakan pengembangan program PPIA dalam sistem pelayanan RS. 2. Merencanakan kebutuhan logistik, antara lain obat ARV dan sifilis, reagen HIV dan sifilis. 3. Menyiapkan tenaga kesehatan sebagai penanggung-jawab dan pelaksana pelayanan PPIA. 4. Merencanakan pelatihan, orientasi dan sosialisasi PPIA internal RS. 5. Merencanakan kegiatan dan pembinaan jejaring rujukan dengan puskesmas, LSM/KDS/kader PPIA. 6. Merencanakan sistem jejaring rujukan kasus antar RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB). 7. Merencanakan anggaran RS untuk kegiatan PPIA. 8. Merencanakan pemantauan dan evaluasi program PPIA di dalam RS. Puskesmas 1. Merencanakan pengembangan layanan PPIA di Puskesmas dan jaringannya (Pustu, bidan di desa dan Puskesmas keliling) untuk menjangkau ibu hamil yang belum terjangkau. 2. Merencanakan pembahasan PPIA dalam mini lokakarya Puskesmas serta anggaran BOK dan sumber lainnya untuk kegiatan PPIA. 3. Merencanakan kebutuhan logistik, antara lain: alat, reagen HIV, reagen sifilis, ARV, obat sifilis dan bahan habis pakai. 4. Merencanakan jejaring dengan LSM/KDS/kaderterkait PPIA. 5. Merencanakan jejaring rujukan antara puskesmas dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam LKB. 6. Merencanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi upaya PPIA di Puskesmas dan jaringannya. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terkait 1. Merencanakan pengembangan layanan PPIA. 2. Merencanakan anggaran untuk kegiatan PPIA. 3. Menyiapkan tenaga kesehatan sebagai penanggung-jawab dan pelaksana pelayanan PPIA. 4. Merencanakan kebutuhan logistik antara lain obat ARV dan sifilis, reagen HIV dan sifilis dengan berkoordinasi dengan Puskesmas. 5. Merencanakan kegiatan layanan bergerak menjangkau ibu hamil, berkoordinasi dengan Puskesmas. 6. Merencanakan jejaring dengan LSM/KDS/kader terkait PPIA. 3.2 Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan memerlukan koordinasi dan kerjasama horisontal dan vertikal di antara para pemangku program terkait, mitra kerja, pelaksana di lapangan dan masyarakat. Di bawah ini aspek pokok dari pelaksanaan program menurut tingkatan dan kewenangan masing-masing. Tingkat Pusat 1. Melakukan pemetaan situasi epidemi HIV Propinsi: epidemi rendah, terkonsentrasi atau meluas (generalized) berdasarkan data laporan, estimasi dan proyeksi. 2. Membuat dan menyebar-luaskan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) terkait dengan PPIA. 3. Menjamin ketersediaan dan distribusi obat ARV dan obat sifilis, reagen HIV dan sifilis, serta alat dan obat kontrasepsi logistik lainnya. 4. Melakukan training of trainer (TOT) PPIA tingkat Pusat dan Propinsi. 5. Melakukan pertemuan berkala PPIA lintas program/sektor terkait di tingkat Pusat, termasuk pertemuan koordinasi. 6. Mengembangan metoda, teknologi dan media promosi kesehatan terkait PPIA, termasuk metoda dan strategi KIE untuk remaja, PUS dan ODHA.
  • 24. 14 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 14 7. Melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis kegiatan PPIA. 8. Mengembangkan dan memberikan acuan kegiatan pencatatan dan pelaporan, termasuk rekapitulasi pencatatan dan pelaporan dari propinsi serta memberikan umpan balik kepada semua propinsi untuk melakukan upaya perbaikan. 9. Melakukan penelitian yang terkait dengan PPIA. 10. Mengupayakan pembiayaan kegiatan PPIA. 11. Membuat dan melaksanakan sistem pemantapan mutu laboratorium. 12. Melakukan akreditasi rumah sakit dan puskesmas. Tingkat Propinsi 1. Melakukan pemetaan situasi epidemi HIV kabupaten/kota. 2. Mengadakan dan/atau mengusulkan ke tingkat pusat kebutuhan dan distribusi obat ARV dan sifilis, reagen HIV dan sifilis dan logistik lainnya, termasuk alat dan obat kontrasepsi untuk penderita HIV positif, serta mendistribusikannya ke kabupaten/kota. 3. Melakukan dan fasilitasi pelatihan PPIA di tingkat propinsi dan kabupaten/kota. 4. Mengembangkan metoda dan teknologi promosi kesehatan terkait PPIA, termasuk metoda dan strategi KIE untuk remaja, PUS dan ODHA. 5. Melakukan pertemuan koordinasi lintas program dan lintas sektor berkala PPIA, termasuk untuk ketersediaan dan distribusi alat kontrasepsi, di tingkat propinsi. 6. Melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis kegiatan PPIA ke kabupaten/kota. 7. Melakukan rekapitulasi pencatatan dan pelaporan dari kabupaten/kota di wilayah serta memberikan umpan balik kepada semua kabupaten/kota untuk melakukan upaya perbaikan. 8. Melakukan penelitian yang terkait dengan PPIA. 9. Mengupayakan pembiayaan kegiatan PPIA. 10. Melaksanakan sistem pemantapan mutu laboratorium. Tingkat Kabupaten/Kota 1. Inventarisasi fasilitas kesehatan dan tenaga yang terkait dengan pengelolaan upaya PPIA, misalnya: • RS dalam wilayah kabupaten/kota yang sudah dilatih dan melaksanakan pelayanan PPIA; • Puskesmas dan FKTP terkait lainnya yang sudah dilatih dan melaksanakan PPIA; • jumlah tenaga kesehatan, kader peduli HIV-AIDS, KDS ODHA dan LSM HIV yang ada, terlatih dan belum terlatih dalam PPIA serta masyarakat peduli HIV dan AIDS; • sumber pembiayaan untuk kegiatan PPIA. 2. Pemetaan sasaran program, yaitu: • perempuan usia reproduksi (15-49 tahun), termasuk remaja, PUS dan populasi kunci; • ibu hamil. 3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan bidan atau perawat terlatih yang dapat melakukan tes HIV bila di daerah tersebut tidak ada tenaga medis dan atau teknisi laboratorium terlatih. 4. Melaksanakan dan fasilitasi pelatihan PPIA bagi tenaga kesehatan di puskesmas, RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya serta orientasi PPIA bagi pengelola upaya PPIA di kabupaten/kota. 5. Mengembangan metoda dan teknologi promosi kesehatan terkait PPIA, termasuk metoda dan strategi KIE untuk remaja, PUS dan ODHA. 6. Mengadakan reagen HIV dan ARV serta mengusulkan permintaan reagen dan obat sifilis serta bahan logistik lainnya ke tingkat Propinsi, termasuk alat dan obat kontrasepsi, dan mendistribusikannya ke faskes di wilayah kabupaten/kota. 7. Melakukan pertemuan koordinasi berkala PPIA di tingkat kabupaten/kota dan RS, termasuk untuk ketersediaan dan distribusi alat kontrasepsi. 8. Membentuk dan membina jejaring kerjasama dengan LSM dan KDS terkait PPIA serta jejaring rujukan kasus antara RS, Puskesmas, KDS/LSM dan kader kesehatan. 9. Melaksanakan pemantapan mutu laboratorium.
  • 25. 15 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 15 10. Melakukan rekapitulasi pencatatan dan pelaporan dari faskes di wilayah kabupaten/kota dan umpan baliknya. Rumah Sakit 1. Melakukan peningkatan kapasitas staf di RS melalui orientasi, sosialisasi dan pelatihan PPIA . 2. Mengajukan permintaan obat ARV kepada Dinas Kesehatan Provinsi atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta mengadakan obat sifilis, reagen HIV dan sifilis, bahan logistik terkait lainnya dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 3. Menyusun alur pelayanan dan SPO, termasuk sistem rujukan PPIA internal dan antar RS. 4. Menyusun alur pencatatan dan pelaporan pelayanan PPIA internal RS serta melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan PPIA. 5. Melaksanakan kerjasama dengan LSM dan komunitas terkait PPIA dalam jejaring LKB. 6. Melaksanakan rujukan kasus antar RS dan memberikan jawaban rujukan ke Puskesmas dan FKTP terkait lainnya. 7. Memberikan pelayanan/konseling sesuai dengan standar: • KB dalam upaya PPIA • tes HIV dan sifilis pada ibu hamil di layanan antenatal • konseling menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil HIV • pengobatan bagi ibu hamil dengan HIV dan sifilis • persalinan pada ibu dengan HIV • pengobatan dan perawatan bagi bayi lahir dari ibu dengan HIV • pemeriksaan HIV pada bayi lahir dari ibu dengan HIV • pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita lahir dari ibu HIV • KIE dan konseling terkait kesehatan reproduksi termasuk kontrasepsi, HIV dan IMS kepada masyarakat yang berkunjung ke RS 8. Melakukan bimbingan teknis terkait PPIA ke Puskesmas. 9. Melaksanakan pemantapan mutu laboratorium untuk tes HIV dan sifilis. Puskesmas 1. Menghitung/memperkirakan jumlah: • sasaran ibu hamil yang akan di-tes HIV dan sifilis; • perempuan usia reproduksi (15-49 tahun), termasuk remaja, PUS dan populasi kunci. 2. Menginventarisasi: • kader kesehatan yang terlatih HIV; • KDS ODHA; • LSM; • kelompok masyarakat peduli HIV dan AIDS lainnya. 3. Menghitung kebutuhan reagen HIV dan sifilis untuk ibu hamil serta mengajukan permintaan reagen tersebut kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 4. Melaksanakan kerjasama dengan kader peduli HIV, KDS ODHA, LSM terkait PPIA dalam jejaring LKB. 5. Melaksanakan rujukan kasus ke RS dan antar Puskesmas, serta melakukan kerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di wilayah kerja. 6. Memasukkan pembahasan tentang PPIA dalam kegiatan mini lokakarya Puskesmas. 7. Melakukan peningkatan kapasitas staf (orientasi, sosialisasi, pelatihan di Puskesmas) tentang PPIA: • petugas terkait di Puskesmas (petugas KIA, KB, BP, konselor, konseling remaja dan Promkes); • petugas kesehatan di Pustu/Polindes/Poskesdes/BPM; • kader kesehatan, PLKB dan pihak terkait lainnya. 8. Memberikan pelayanan/konseling: • KB dalam konteks PPIA, di samping pelayanan KB rutin
  • 26. 16 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 iv Daftar Isi Kata Pengantar ii Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii Daftar Isi iv Daftar Singkatan v Definisi vii BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Kebijakan dan Strategi 1 1.2.1 Kebijakan 2 1.2.2 Strategi 2 1.3 Tujuan 3 1.4 Sasaran 3 BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4 2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4 2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5 2.2 Perkembangan Program PPIA 7 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan dengan HIV 9 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10 2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10 BAB III Pengelolaan Program PPIA 12 3.1 Perencanaan 12 3.2 Pelaksanaan 13 3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17 3.3.1 Kegiatan 17 3.3.2 Indikator 19 3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20 3.4.1 Pencatatan 20 3.4.2 Pelaporan 20 3.5 Pengorganisasian 21 3.5.1 Pihak yang Terkait 22 3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24 BAB IV Penutup 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 16 • tes HIV dan sifilis pada ibu hamil pada layanan antenatal • menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil dengan HIV • pengobatan bagi ibu hamil dengan HIV bagi puskesmas yang memiliki layanan ARV dan rujukan ke RS bila layanan pengobatan ARV tidak tersedia • pengobatan bagi ibu hamil dengan sifilis • persalinan pervaginam pada ibu hamil dengan HIV yang telah mendapatkan pengobatan ARV sesuai dengan standar • pemeriksaan HIV dan pemberian ARV profilaksis pada bayi dari ibu HIV atau merujuk jika layanan tidak tersedia • pemantauan pengobatan bagi bayi, serta tumbuh kembang bayi dan balita yang lahir dari ibu dengan HIV • rujukan balik ke puskesmas atau Pustu/Polindes/Poskesdes/BPM 9. Melakukan KIE terkait kesehatan reproduksi, termasuk HIV dan AIDS, di layanan KIA, KB, konseling remaja dan di masyarakat. 10. Melakukan sinkronisasi pencatatan dan pelaporan pelayanan PPIA di tingkat Puskesmas dengan fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja. 11. Bekerjasama dengan LSM/kader/KDS untuk mendapatkan dukungan psikologis kepada pasien dan keluarganya. 12. Melaksanakan pemantapan mutu laboratorium dan membuat jejaring dengan perawat dan bidan di Pustu, Polindes/Poskesdes dan petugas di FKTP terkait lainnya untuk pemantauan mutu pemeriksaan laboratorium HIV. Perawat dan bidan di Pustu, Polindes/Poskesdes dan petugas di FKTP terkait lainnya 1. Menganjurkan tes skrining HIV dan sifilis pada saat pelayanan antenatal dan merujuk ibu hamil ke Puskesmas yang telah mampu melakukannya. 2. Melaksanakan kerjasama dengan kader peduli HIV-AIDS, KDS ODHA dan LSM HIV yang ada, serta kelompok masyarakat peduli HIV-AIDS lainnya dalam jejaring LKB. 3. Melaksanakan rujukan kasus ke Puskesmas pengampu atau rumah sakit, berjejaring dan memantau mutu pemeriksaan laboratorium HIV. 4. Memberikan konseling menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil dengan HIV. 5. Memantau kepatuhan minum obat ARV pada ibu hamil dengan HIV dan mencegah atau memberi perawatan dasar infeksi oportunistik bila terjangkit. 6. Melakukan pemantauan pengobatan dan tumbuh kembang bagi bayi lahir dari ibu dengan HIV . 7. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan alur yang disetujui. 8. Melaksanakan pemantapan mutu internal untuk pemeriksaan laboratorium HIV danberjejaring dengan Puskesmas pengampu untuk rujukan dan/atau pemantauan mutu pemeriksaan laboratorium HIV Boks 3. Rujukan untuk tes HIV dan sifilis bagi puskesmas Bagi Puskesmas dan FKTP terkait lainnya yang petugas kesehatannya belum mampu melakukan tes HIV dan sifilis perlu merujuk ibu hamil untuk menjalani tes HIV dan sifilis ke layanan yang telah mampu. Boks 4. Rujukan untuk tes HIV dan sifilis bagi bidan di daerah epidemi terkonsentrasi ( Permenkes No. 25 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaringan Pelayanannya ) • Di daerah epidemi terkonsentrasi, perawat dan bidan di Pustu, Polindes/Poskesdes dan petugas di FKTP terkait lainnya yang mampu melakukan tes HIV dan sifilis dapat melakukan tes skrining HIV strategi I dan rapid tes sifilis pada ibu hamil di layanan antenatal. Jika hasil tes skrining HIV dan/atau rapid tes sifilis adalah reaktif (positif), maka ibu hamil dirujuk ke Puskesmas yang mampu memberikan layanan lanjutan. • Pelatihan tes HIV dan sifilis untuk bidan dan perawat di daerah epidemi terkonsentrasi dilaksanakan oleh petugas laboratorium yang sudah memiliki sertifikat sebagai pelatih pemeriksaan laboratorium HIV.
  • 27. 17 Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 v Daftar Singkatan AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome ARV : Anti retroviral drugs BOK : Bantuan Operasional Puskesmas BPM : Bidan Praktek Mandiri FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HIV : Human immunodeficiency virus IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance IBI : Ikatan Bidan Indonesia IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia IDU : Injecting drug use IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi KDS : Kelompok Dukungan Sebaya KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KTS : Konseling dan Tes Sukarela LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Polindes : Pondok Bersalin Desa Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia PUS : Pasangan Usia Subur Pusling : Puskesmas Keliling Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015 17 3.3 Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan adalah pengawasan kegiatan secara rutin untuk menilai pencapaian program terhadap target melalui pengumpulan data mengenai input, proses dan output secara regular dan terus- menerus. Untuk itu digunakan sejumlah indikator yang dapat mengukur perkembangan dan pencapaian suatu kegiatan/upaya terhadap tujuan yang ditetapkan. Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematik, untuk keperluan pemangku kepentingan, mengenai suatu kebijakan, program, proyek, upaya atau kegiatan berdasarkan informasi dan hasil analisis yang dibandingkan dengan relevansi, efektifitas biaya dan keberhasilan. Data pemantauan yang baik sering menjadi titik awal bagi suatu evaluasi. Secara ringkas, evaluasi adalah piranti untuk menjawab “Apakah tujuan tercapai atau tidak dan mengapa?”. Evaluasi pencapaian kegiatan dilakukan secara berkala (tahunan, tiga- atau lima-tahunan) yang dibandingkan dengan target, serta identifikasi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan untuk perbaikan untuk perioda berikutnya. 3.3.1 Kegiatan Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas hingga ke tingkat unit pelayanan kesehatan yang meliputi: a. ketersediaan logistik (misalnya: reagen dan obat); b. ketenagaan; c. pembiayaan; d. pencapaian upaya PPIA; e. kendala yang dihadapi terkait dengan upaya PPIA; f. pertemuan secara berkala untuk membahas dan menindak-lanjuti hasil pemantauan dan evaluasi. Di bawah ini diuraikan aspek pokok pemantauan dan evaluasi upaya PPIA di setiap tingkat, yang masih perlu dijabarkan lebih lanjut. Tingkat Pusat 1. Melakukan pemantauan dan evaluasi serta bimbingan teknis PPIA dalam pelayanan antenatal terpadu. 2. Melakukan pembahasan PPIA dalam rapat koordinasi pengendalian operasional program dan rapat konsolidasi teknis program kesehatan ibu. 3. Menggunakan hasil pemantauan dan evaluasi untuk memberikan advokasi, asistensi dan fasilitasi kepada Pemerintah Daerah. 4. Mengadakan pertemuan berkala: • evaluasi tahunan dalam pelayanan antenatal terpadu; • kelompok kerja HIV (Pokja HIV) untuk membahas capaian hasil kegiatan dibandingkan dengan target yang direncanakan dan menyusun rencana tindak lanjut; • Panel Ahli HIV (Panli HIV) untuk membahas hasil pemantauan dan isu terkini HIV. Boks 5. Rujukan untuk tes HIV dan sifilis bagi bidan di daerah epidemi meluas ( Permenkes No. 25 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaringan Pelayanannya ) • Di daerah epidemi meluas, bidan dan perawat terlatih dapat melakukan tes diagnosis HIV (mengunakan strategi III) pada ibu hamil. Diagnosis ditegakkan oleh dokter. • Pelatihan tes HIV dan sifilis untuk bidan dan perawat di daerah epidemi meluas dilaksanakan oleh laboratorium rujukan Provinsi. • Bidan/ Perawat terlatih dimaksud harus mendapat SK Penunjukan dari Kepala Dinas Kesehatan dengan rekomendasi dari Kepala Laboratorium Rujukan Provinsi