SlideShare a Scribd company logo
1 of 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepariwisataan Indonesia merupakan penggerak perekonomian nasional
yang potensial untuk memacu pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi di
masa yang akan datang. Pada Tahun 2011 perolehan devisa negara dari pariwisata
diperkirakan mencapai USD 8.5 miliar, naik 11.8% dibandingkan tahun
sebelumnya. Kenaikan ini melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
diproyeksikan ada di level 6.5% dan pertumbuhan pariwisata dunia yang hanya
berkisar 4.5%. Untuk kontribusi terhadap devisa, sektor pariwisata ada di
peringkat 5 setelah minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, batubara, dan
karet olahan (Sumber: BPS, 2012).
Berdasarkan data diatas dapat kita lihat begitu besarnya potensi pariwisata
bagi pendapatan negara. Dalam Renstra Kemenbudpar 2010 disebutkan bahwa
Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan berusaha, dan
memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa negara yang dihasilkan dari
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), serta berperan dalam
mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
rakyat (Renstra Kemenbudpar 2010). Karena itu maka tidaklah berlebihan jika
dikatakan bidang pariwisata ini nantinya akan dapat memberikan kontribusi
ekonomi yang mampu mendorong pemerataan Pembangunan Nasional.
Berbagai program pemerintah untuk meningkatkan kinerja kepariwisataan
Indonesia sebagai sektor andalan pembangunan nasional terus dilakukan , antara
2
lain dengan menyelenggarakan program “Wonderful Indonesia” yang telah
mendorong diselenggarakannya ratusan event nasional maupun internasional di
Indonesia setiap tahunnya (www.budpar.go.id). Selain bertujuan untuk
meningkatkan devisa, pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan jati
diri bangsa dan mendorong kesadaran serta kebanggaan masyarakat terhadap
kekayaaan alam dan budaya bangsa dengan memperkenalkannya lewat event
pariwisata. Khususnya di Sumatera Barat, salah satu event tersebut adalah Tour de
Singkarak.
Selama 5 tahun terakhir Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera
Barat beserta Pemerintah Kabupaten dan Kota wilayah Sumatera Barat
menyelenggarakan event Internasional Tour de Singkarak (TdS). Event ini telah
rutin dilaksanakan dari tahun 2009 hingga tahun 2013 dan telah menjadi agenda
tahunan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Tour de Singkarak merupakan sebuah perpaduan atraktif antara promosi
pariwisata dan olah raga (Sport Tourism) dalam bentuk lomba balap sepeda
bertaraf internasional yang diselenggarakan di Sumatera Barat. Kegiatan TdS
merupakan sebuah ajang internasional dalam upaya mempromosikan
kepariwisataan Indonesia, khususnya Sumatera Barat. Kegiatan ini menjadi
terobosan untuk mendorong partisipasi aktif pemerintah dan pihak swasta serta
diharapkan mampu menempatkan Sumatera Barat dalam Peta Destinasi Pariwisata
Dunia melalui event olahraga .
3
Event ini diikuti oleh peserta dari dalam dan luar negeri yang
memperebutkan hadiah total ratusan juta rupiah. Dari tahun ke tahun baik total
hadiah maupun jumlah negara peserta relatif meningkat, demikian juga dengan
lintasannya, jarak yang ditempuh oleh pebalap semakin jauh, karena semakin luas
daerah yang akan dilalui seiring semakin antusiasnya Kabupaten dan Kota di
wilayah Sumbar untuk ikut serta agar wilayahnya juga bisa dilewati oleh rute
TdS. Berikut ini adalah perkembangan TdS dari tahun 2009 s/d 2013.
Tabel 1
Perkembangan TdS dari tahun 2009-2013
Jumlah 2009 2010 2011 2012 2013
Peserta
(negara)
15 12 13 15 17
Jarak tempuh 462 Km
(4 Etape)
552 Km
(6 Etape)
794 Km
(7 Etape)
854 Km
(7 Etape)
1.173 Km
(7 Etape)
Hadiah 600 juta 600 juta 750 juta 1 M 1,2 M
Kab/ Kota
yang terlibat
4 10 12 14 17
Sumber: www.tourdesingkarak.com
Mengenai dampak dari event ini, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno
mengatakan:
“TdS mendorong kunjungan wisman ke Sumbar naik hingga 13,2%
atau di atas kenaikan pariwisata nasional 8,9%. Tahun 2010, wisman
yang menginap di hotel berbintang di Sumbar sebanyak 332.515
orang, tahun 2011 meningkat menjadi 413.180 orang atau naik 24,3%.
Kita berharap dengan diselenggarakannya TDS 2012, kenaikan
kunjungan wisman ke Sumbar naik sekitar 15%,” (pidato Gubernur
saat Rakor persiapan TdS di kantor Kemenparekraf, Jakarta Rabu
18/01/2012).
Berdasarkan data diatas memang terjadi peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan, namun data ini belum mampu menjelaskan apakah keuntungan
ekonomi dari event TdS ini sudah terdistribusi secara merata ke seluruh daerah
4
Kabupaten dan Kota. Dalam artian apakah setiap Kabupaten dan Kota yang
terlibat TdS juga mendapatkan manfaat yang sama seperti yang layaknya
diperoleh oleh pengusaha Hotel dan Restoran besar.
Dengan mengusung event ini, secara umum ada 3 manfaat utama yg
diharapkan dari pelaksanaan TdS (www.tourdesingkarak.com):
1. Terbangunnya Image Sumbar sebagai daerah tujuan wisata baik nasional
maupun internasional.
2. Manfaat ekonomis dengan kehadiran peserta yg akan mengeluarkan
uangnya selama beberapa hari di Sumatera Barat untuk berbagai
keperluan, akan menggairahkan kegiatan perhotelan, restoran, transportasi,
kerajinan dan lain-lain.
3. Pengalaman menyelenggarakan kegiatan berskala internasional bagi
semua stakeholder yg terlibat dalam kegiatan ini.
Terlepas dari manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan TdS ini, banyak
pihak yang menyangsikan efektifitas dan efisiensi dari penyelenggaraan iven ini.
Salah satunya adalah Anggota Komisi III Bidang Pembangunan DPRD Sumatra
Barat Jonimar Boer yang menyatakan secara pribadi menolak even tahunan balap
sepeda internasional Tour de Singkarak karena dianggapnya kurang bermanfaat
bagi daerah dalam rapat kerja dengan Komisi III Bidang Pembangunan DPRD
Sumbar, dengan Dinas Prasanara Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Sumbar,
antara lain membahas pembangunan atau peningkatan ruas jalan untuk
pelaksanaan Tour de Singkarak sebagai berikut:
"Saya menolak kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif tersebut karena kurang bermanfaat terhadap
5
peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Sumbar. Begitu besar
anggaran dialokasikan Pemprov Sumbar untuk mendukung
pelaksanaan Tour de Singkarak, termasuk untuk pembenahan rute
balapan. Begitu pula dana disediakan pemerintah pusat untuk
pelaksanaan Tour de Singakarak pada setiap tahun cukup besar. Akan
tetapi, hingga saat ini belum ada dampak positif yang nyata bagi
rakyat Sumbar dari pelaksaan Tour de Singkarak, karena kegiatannya
ini kurang menyentuh kegiatan ekonomi masyarakat. Keuntungan
terbesar justru diraih pihak-pihak dari pusat terutama panitia
penyelenggara, sementara rakyat Sumbar lebih berada pada posisi
penonton di daerah sendiri," (mediaindonesia.com, 20 Maret 2012)
Penulis sendiri sebagai bagian dari masyarakat luas pun melihat hal yang
serupa, dimana manfaat nyata dari event ini belum dapat dirasakan masyarakat
Sumbar terutama Kabupaten Solok. Sebagaimana dikatakan bahwa pelaksanaan
event TdS ini akan memberikan manfaat ekonomis dengan kehadiran peserta yg
akan mengeluarkan uangnya selama beberapa hari di Sumatera Barat untuk
berbagai kebutuhannya, akan menggairahkan kegiatan perhotelan, restoran,
transportasi, kerajinan dan lain-lain. Pada kenyataannya tidak semua daerah
Kabupaten/Kota yang memiliki fasilitas Hotel yang representatif untuk
menampung peserta, salah satunya Kabupaten Solok. Itu berarti tidak seluruh
daerah bisa mendapatkan “manfaat ekonomis” yang sama dari pelaksanaan event
ini. Kalaupun ada pihak yang mendapat manfaat atau keuntungan dari event ini,
itu hanya didapat oleh pengusaha perhotelan, restoran, dan transportasi dengan
standar tertentu.
Selain hal diatas, ada lagi masalah yang ditimbulkan oleh pelaksanaan TdS
ini yaitu masalah lalu lintas. Sejumlah ruas jalan utama maupun yang terhubung
dengan rute yang akan dilewati peserta TdS ditutup, dan karena event ini lalu
lintas bisa lumpuh hingga 6 jam. Tentunya hal ini setidaknya akan mengganggu
6
aktifitas masyarakat, menimbulkan kemacetan yang panjang dan bahkan dapat
mengakibatkan kerugian bagi masyarakat terutama bagi mereka yang tidak
mengetahui jadwal penutupan jalan, sehingga tidak ada persiapan dan antisipasi
sebelumnya.
Manfaat dari program ini dirasa belum menyentuh kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Solok terlebih dalam hal pariwisatanya,
seolah-olah nama Singkarak sebagai Brand Event TdS yang juga merupakan nama
sebuah Danau terbesar di Sumatera Barat yang terletak di wilayah Kabupaten
Solok ini belum mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan
kepariwisataan Kabupaten Solok itu sendiri. Hal ini perlu mendapat perhatian
serius dari dari kita semua, disebabkan oleh biaya penyelenggaraan yang
mencapai belasan Miliar rupiah, persiapan yang membutuhkan banyak waktu dan
tenaga, dikhawatirkan program ini hanya akan menjadi pemborosan jika tujuan
tidak tercapai secara efektif.
Berdasarkan uraian diatas menarik untuk ditelusuri melalui penelitian yang
penulis beri judul: Kontribusi Penyelenggaraan Tour de Singkarak bagi
Pembangunan Pariwisata Kabupaten Solok.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan dalam Latar Belakang diatas, maka dapatlah
diidentifikasikan masalah-masalah dari pelaksanaan TdS ini yaitu sebagai berikut:
1. Belum dapat terlihat atau dirasakannya manfaat dan kontribusi yang
berarti dari penyelenggaraan event TdS bagi masyarakat maupun
pariwisata Kabupaten Solok.
7
2. Manfaat Ekonomis dari TdS hingga saat ini baru dapat dirasakan oleh
segelintir pengusaha perhotelan, restoran dan transportasi tertentu saja, dan
itu berarti manfaat dari event ini belum terdistribusi secara merata ke
semua lapisan masyarakat.
3. Pengamanan jalan saat TdS menyebabkan kemacetan lalu lintas hingga 6
jam, dan itu dapat mengganggu aktifitas ekonomi dan mobilitas
masyarakat.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi permasalahan diatas pada satu
masalah utama yaitu belum terlihat atau dirasakannya manfaat dan kontribusi
penyelenggaraan TdS bagi masyarakat dan pariwisata Kabupaten Solok. Hal ini
dimaksudkan agar pembahasan bisa lebih fokus serta hasil penelitian yang didapat
akan lebih spesifik dan mendalam.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dipilih dalam Batasan Masalah diatas, maka
berikut ini akan dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan program Tour de Singkarak di Kabupaten Solok
selama 5 tahun terakhir?
2. Apa bentuk kontribusi dari pelaksanaan TdS bagi perkembangan
pariwisata dan masyarakat Kabupaten Solok?
3. Apa saja upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Solok dalam
memaksimalkan pemanfaatan event TdS untuk pengembangan pariwisata
Kab.Solok?
8
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Memperoleh gambaran dan informasi tentang pelaksanaan program Tour
de Singkarak yang telah dilaksanakan selama 5 tahun terakhir.
2. Mengetahui bentuk kontribusi dari pelaksanaan TdS bagi perkembangan
pariwisata dan masyarakat Kabupaten Solok.
3. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten dalam
memaksimalkan pemanfaatan event TdS untuk pengembangan pariwisata
Kabupaten Solok.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat berguna dan dimanfaatkan
secara teoritis dan juga secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi yang berguna
bagi siapa saja yang membutuhkannya dan semoga dapat memperkaya khazanah
ilmu pengetahuan sosial khususnya dibidang Pariwisata.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah pusat
maupun daerah dalam merumuskan dan memutuskan kebijakan selanjutnya, bagi
Para peneliti untuk jenis dan metode penelitian yang sama, dan Masyarakat
Sumbar secara umum dan Kabupaten Solok secara khusus agar bisa memahami
bagaimana sesungguhnya peran mereka dalam keberhasilan suatu daerah dengan
program-program pengembangannya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
Sebagai bahan analisis teoritik, penulis ingin menjelaskan tentang konsep
Pembangunan Kepariwisataan di Indonesia yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan
berpedoman pada PP No.50/2011 tentang RIPPARNAS (Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional). Salah satu program Kemenparekraf
dalam bidang Pemasaran Pawisata adalah Tour de Singkarak yang dilaksanakan di
Sumatera Barat. Maka dari itu berikut ini akan dijelaskan juga mengenai konsep
Tour de Singkarak sebagai sebuah kebijakan pemerintah di bidang Pemasaran
Pariwisata, untuk kemudian dievaluasi sehingga dapat diketahui kontribusi dari
penyelenggaraan event TdS ini bagi Pembangunan Pariwisata Kab.Solok
1. Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Sebelum penulis menjabarkan tentang pembangunan kepariwisataan
nasional, ada baiknya kita ulas sedikit mengenai konsep pariwisata secara umum,
meliputi pengertian pariwisata, daya tarik wisata, dan pelaku pariwisata.
a. Konsep Pariwisata
1) Pengertian Pariwisata
Secara etimologis pariwisata terdiri dari dua kata yakni “pari” dan
“wisata”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pari berarti banyak, berkali-kali,
atau berputar-putar. Sedangkan wisata berarti perjalanan, bepergian dalam waktu
singkat (KBBI, 2010). Jadi pariwisata dapat diartikan kepergian seseorang dari
tempat asalnya untuk jangka waktu yang relatif singkat dengan tujuan hanya
10
untuk rekreasi. Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
“Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah”.
Kodhyat (1996:45) mengatakan “pariwisata adalah fenomena yang
ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia yang disebut perjalanan
(travel). Sedangkan kegiatan pariwisata adalah kegiatan perjalanan untuk
memenuhi rasa ingin tahu, untuk keperluan yang bersifat rekreatif dan edukatif”.
Sementara itu A. J Burkart dan S. Medlik dalam Kodhyat (1996: 43) berpendapat
bahwa “pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dalam jangka
waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan
bekerja dan kegiatan-kegiatan meraka selama tinggal ditempat tersebut”.
Menurut Kurt Morgenroth dalam Bakaruddin (2009:16):
“Kepariwisataan dalam arti sempit ialah lalu lintas orang-orang yang
meninggalkan tempat tinggal untuk sementara waktu, untuk berpesiar
ditempat lain semata-mata sebagai konsumen dari sebuah hasil
perekonomian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan
budayanya atau keinginan yang beraneka ragam dari diri pribadinya”.
2) Daya Tarik Wisata
Dalam Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 1
poin 5 dijelaskan bahwa “Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan”.
11
Tidak jauh berbeda dengan apa yang dijelaskan dalam Undang-undang No.9
Tahun 1990 Pasal 4,
“...bahwa yang dimaksud dengan objek dan daya tarik wisata adalah:
(1) Segala ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, (2) Hasil karya dan budaya
manusia. Selanjutnya Undang-undang ini menjelaskan objek dan daya
tarik wisata itu dikelompokkan kedalam 3 bagian yaitu:
1. Objek wisata dan daya tarik wisata alam, seperti keindahan alam, flora
dan fauna
2. Objek wisata dan daya tarik wisata budaya, seperti museum dan
peninggalan sejarah
3. Objek wisata dan daya tarik wisata minat khusus, seperti wisata baru,
wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat-tempat hiburan”.
Nilai-nilai yang diperlukan dalam rangka menarik minat wisatawan
berkunjung ke suatu daerah atau lokasi-lokasi objek wisata adalah Sapta Pesona
yaitu (dalam Oka Yoeti,1996:80-82):
a) Aman
Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman,
tentram, tidak takut, terlindung dan bebas dari :
a. Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan,
penodongan, dan lain-lain.
b. Terserang penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya.
c. Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang
kurang baik, seperti kendaraan, peralatan untuk makan dan minum, lift,
alat perlengkapan atau rekreasi atau olahraga.
d. Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh pedang
asongan, tangan jahil, ucapan dan tindakan serta perilaku yang tidak
bersahabat dan lain-lain.
12
b) Tertib
Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap
orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur,
rapi dan lancar serta menunjukan disiplin yang tinggi dalam semua segi
kehidupan masyarakat seperti:
a. Lalu lintas tertib, teratur dan lancar. Alat angkutan datang dan berangkat
tepat pada waktunya.
b. Tidak nampak orang berdesakan atau berebutan untuk mendapatkan atau
berebutan untuk mendapatkan atau membeli sesuatu yang diperlukan.
c. Bangunan dan lingkungan ditata teratur dan rapi.
d. Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat.
e. Informasi yang benar dan tidak membinggungkan.
f. Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat-tempat
umum, seperti di hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekreasi, tempat
buang air kecil/besar dan lain-lain sebagainya. Bersih dari sampah,
kotoran, corat-coret dan lain-lannya.
c) Bersih
Bersih merupakan keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana
bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan
merasakan betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat
seperti :
13
a. Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat-tempat
minum, seperti dihotel-hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekrasi,
tempat buang air kecil/besar danlain-lain.
b. Sajian makanan dan minuman bersih dan sehat.
c. Penggunaan dan penyediaan alat perlengkapan yang bersih seperti sendok,
piring, tempat tidur, alat olahraga dan lain sebagainya.
d. Pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi serta tidak mengeluarkan
bau tidak dan lain-lain.
d) Sejuk
Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberikan suasana atau keadaan
sejuk, nyaman dan tentram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada
di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya
ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya.
e) Indah
Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap
dipandang disebut “Indah”. Indah dapat dilihat dari berbagai segi, seperti segi tata
warna, tata letak, tata ruang, bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan
selaras, sehingga memberikan kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah
yang selalu sejalan dengan bersih, tertib dan tidak terpisahkan dari lingkungan
hidup, baik berupa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia.
f) Ramah Tamah
Ramah tamah merupakan suatu sikap dan prilaku seseorang yang menunjukan
keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik. Ramah tamah
14
tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan kepribadian kita ataupun tidak tegas
dalam menentukan sesuatu keputusan atau sikap. Ramah Tamah merupakan watak
dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu menghormati tamunya
dan dapat menjadi tuan rumah yang aik. Sikap ramah tamah itu merupakan salah
satu daya tarik bagi wisatawan. Oleh karena itu harus kita pelihara trus menerus.
g) Kenangan
Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan
seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat
berupa yang indah dan menyenagkan, akan tetapi dapat pula yang tidak
menyenangkan. Kenangan yang diinginkan diwujudkan dalam ingatan dan
perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata, dengan sendirinya adalah
indah dan menyenangkan. Kenangan indah ini dapat pula diciptakan seperti :
a. Akomodasi yang nyaman, bersih dan sehat, pelayanan yang cepat, tepat
dan ramah, suasana yang mencerminkan ciri khas daerah dalam bentuk
dan gaya bangunan serta dekorasinya.
b. Atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik itu berupa seni
tari, seni suara, berbagai macam ucapan.
c. Makan dan minuman khas daerah yang lezat, dengan penampilan dan
penyajian yang menarik.
d. Cenderamata yang mungil yang mencerminkan ciri-ciri khas derah,
bermutu tinggi, mudah dibawa dan dengan harga yang terjangkau,
mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau kenangan dari
kunjungan seseorang ke suatu tempat/daerah/negara.
15
3) Pelaku Pariwisata
Dalam buku Pengantar Ilmu Pariwisata, Oka Yoeti (1996: 98)
mengemukakan pelaku pariwisata sebagai berikut:
“Pelaku pariwisata terdiri dari:
1. Wisatawan, konsumen atau penggguna produk dan layanan
perubahan-perubahan yang terjadi pada hidup mereka berdampak
langsung pada kebutuhan wisata yang dalam hal ini adalah
permintaan wisata.
2. Industri pariwisata adalah penyedia jasa dan atau sering disebut
industri pariwisata. Industri pariwisata artinya semua usaha yang
menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata.
3. Pendukung jasa pariwisata. Kelompok ini adalah usaha yang tidak
secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata, tetapiseringkali
bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk itu,
termasuk didalamnya penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olah
raga, usaha bangan pangan, penjualan BBM dan sebagainya.
4. Pemerintah, yang mempunyai otoritas dalam pengaturan berbagai
infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata.
5. Masyarakat lokal, menjadi salah satu pemain kunci dalam
pariwisata (penduduk asli), karena sesungguhnya merekalah yang
menyediaan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas
produk wisata.
6. Lembaga swadaya masyarakat. Banyak LSM, baik lokal, regional,
maupun internasional yang melakukan kegiatan dikawasan wisata,
bahkan jauh sebelum pariwisata berkembang, organisasi non
pemerintah ini sudah melakukan aktifitasnya baik secara partikuler
maupun kerjasama dengan masyarakat” Oka Yoeti (1996: 98).
b. Konsep Pembangunan Kepariwisataan
Pembangunan kepariwisataan Indonesia dituangkan dalam UU No.25
Tahun 2000 PROPENAS atau Program Pembangunan Nasional sebagai salah satu
bidang yang diharapkan dapat menopang pembangunan nasional, karena
potensinya yang besar bagi peningkatan PDB nasional. Penyelenggaraan
pembangunan kepariwisataan nasional dilakukan oleh Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif yang di bidang pariwisata berpedoman pada atau Rencana
Induk Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS). Di dalam PP No.50 tahun 2001
16
ini pada pasal 2 ayat (1) dijelaskan mengenai Pembangunan Kepariwisataan
Nasional yang meliputi pembangunan dibidang antara lain: (a) Destinasi
Pariwisata, (b) Pemasaran Pariwisata, (c) Industri Pariwisata, dan (d)
Kelembagaan Kepariwisataan.
Dari empat bidang Pembangunan Pariwisata Nasional yang tertera diatas,
pemasaran juga memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan
pariwisata, karena tanpa pemasaran potensi suatu kepariwisataan tidak akan dapat
dikenal oleh konsumennya, dan hanya dengan promosi suatu daerah tujuan wisata
dapat memberikan manfaat bagi destinasi wisata tersebut melalui kunjungan
wisatawan yang akan mengeluarkan uangnya untuk berbagai keperluan selama
kunjungan mereka. Salah satu program pemasaran wisata yang ditujukan untuk
meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke suatu destinasi wisata adalah Tour de
Singkarak yang dilaksanakan di Sumatera Barat.
Sementara itu program-program pembangunan kepariwisataan nasional
telah dirancang dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan
Ekomoni Kreatif, atau yang dikenal juga dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) yang penyusunannya berlandaskan pada UU No. 25 Tahun
2004 sebagai berikut:
“...bahwa setiap Kementerian/Lembaga harus menyusun Rencana
Strategis yang berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) yang memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan
tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga tersebut sebagai pedoman
dalam penyelenggaraan program dan kegiatan pembangunan” (UU
No.25 th 2004).
17
Penyelenggaraan Pembangunan Kepariwisataan Nasional dilakukan oleh
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagaimana yang tertera dalam
Renstra Kemenparekraf periode 2012-2014 sebagai berikut:
“Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif berperan sebagai penyelenggara pembangunan
kepariwisataan yang terintegrasi dalam pembangunan nasional yang
dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan
bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap
nilai-nilai agama, budaya yang hidup di dalam masyarakat, kelestarian
dan mutu lingkungan hidup, serta peningkatan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat” (Renstra Kemenparekraf 2012-2014)
Penyusunan Rencana Strategis kemenparekraf dibidang Pariwisata juga
berpedoman pada PP No.50/2001 tentang RIPPARNAS. Dalam PP No.50 tahun
2001 juga dijelaskan tentang Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional
sebagai berikut:
“Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional adalah:
a. meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata;
b. mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan
menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan
bertanggung jawab;
c. mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan
perekonomian nasional; dan
d. mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola
pariwisata yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi
Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara
profesional, efektif dan efisien”. (PP No.50/2001, Pasal 6)
Adapun sasaran dari pembangunan kepariwisataan nasional terdapat dalam
pasal 7 PP No.50 tahun 2001 sebagai berikut:
“Sasaran pembangunan kepariwisataan nasional adalah peningkatan:
a. jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;
b. jumlah pergerakan wisatawan nusantara;
c. jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara;
d. jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan
e. produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan”.
(PP No.50/2001, Pasal 7)
18
Dapat dilihat dari paparan tujuan pembangunan kepariwisataan Nasional
diatas, bahwa pemasaran destinasi pariwisata merupakan bagian dari sistem
pembangunan pariwisata dalam mencapai tujuan-tujuannya, dan tanpa adanya
pemasaran, pariwisata tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan untuk
menopang pembangunan nasional. Untuk wilayah Sumatera Barat salah satu
program pemasaran tersebut adalah Tour de Singkarak. Demikian juga dengan
sasaran pembangunan pariwisata nasional juga ssejalan dengan sasaran yang ingin
dicapai dengan penyelenggaraan Tour de Singkarak di Sumatera Barat.
c. Pemasaran Pariwisata melalui Event Pariwisata
Dalam PP No.50 tahun 2001, dijelaskan mengenai pengertian pemasaran
pariwisata yaitu “Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola
relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan Kepariwisataan dan seluruh
pemangku kepentingannya”. Demikian pula dengan event Tour de Singkarak,
program ini juga dirancang untuk mempromosikan, mengkomunikasikan, serta
menyampaikan produk wisata Sumatera Barat kepada para wisatawan nusantara
dan mancanegara yang pada akhirnya dapat mengembangkan pariwisata
pariwisata Sumatera Barat secara khusus dan mampu menopang pembangunan
Nasional secara umum.
Program TdS ini merupakan perpaduan pariwisata dan olah raga (Sport
Tourism) yang dikemas dalam bentuk event Balap sepeda internasional yang
diselenggarakan di Sumatera Barat dalam rentang waktu selama ± 1 minggu.
Event ini dilaksanakan satu kali dalam satu tahun, biasanya diselenggarakan pada
19
bulan Mei atau Juni. Berikut ini akan kita bahas lebih lanjut tentang event
pariwisata atau Pariwisata Event.
1) Event Pariwisata
Event is affair; effect; happening; notable occurance (Getz,1991:39).
Event dapat dikategorikan sebagai kegiatan, kejadian yang dapat dirancang
dengan tujuan positif maupun negatif serta kejadian yang tanpa diduga-duga yang
menjadi kenyataan. Kegiatan event, secara keseluruhan dapat dibedakan atas 2
(dua) hal yaitu :
1. Event yang dikemas, yang dapat dilihat dari 2 (sua) sisi, dikemas
dengan tujuan positif dan dikemas secara negatif. Contoh event
yang dikemas dengan tujuan positif adalah event yang selama ini
dikenal sebagai event wisata (festival, carnaval, special event,
event budaya, event sosial, event politik, event olahraga,
wedding event . Sedangkan event yang dikemas dengan tujuan
negatif dilihat dari perspektif kepariwisataan termasuk dalam hal
ini adalah demonstrasi, kerusuhan, peledakan bom.
2. Event yang tidak dikemas, adalah kejadian yang biasanya terjadi
secara tiba-tiba, mendadak, tanpa perencanaan, tidak diharapkan,
tanpa memerlukan ‘organizer’. Contoh event ini adalah tsunami,
banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain sebagainya.
3. Event yang terkait kepariwisataan dapat dilihat atas lingkup (a)
Festivals, Special Event, Mega Event (Getz:1991:41)
Tidak semua kegiatan bisa dikategorikan event wisata. Event dapat
dikategorikan sebagai event wisata, apabila event tersebut memiliki beberapa ciri-
ciri, yaitu :
1. Berbeda dengan atraksi dalam bentuk permanen (patung, pura,
gedung)
2. Mempunyai kepastian atau ketentuan kegiatan (fixed time)
3. Biasanya memiliki waktu yang pendek
4. Biasanya terlibat masyarakat atau kelompok tertentu
5. Dapat berdiri sendiri, tanpa harus terikat dengan atraksi permanen
Getz (1991:43)
20
Menurut Getz (1991:45), dalam bukunya “Festivals, Special Event and
Tourism”, memberikan gambaran event Pariwisata dilihat dari sisi penawaran.
Terdapat 7 (tujuh) elemen yang ada dalam sebuah daerah tujuan wisata untuk
dapat tidaknya sebuah daerah menyelenggarakan kegiatan event wisata. Adapun
ketujuh elemen tersebut (1) infrastruktur (2) akomodasi (3)transportasi (4) atraksi
(5) katering (6) pedagang pengecer (7) sarana rekreasi atau hiburan.
Karakteristik dari Pariwisata event adalah sebagai berikut :
1. Terbuka untuk umum
2. Tujuan utamanya untuk memperingati atau memamerkan tema tertentu
3. Diselenggarakan dalam jangka waktu setahun atau kurang
4. Ada acara pembukaan dan penutupan
5. Struktur organisasi yang dibentuk tidak permanen
6. Program acara terdiri dari beberapa aktivitas
7. Seluruh aktivitas diselenggarakan pada tempat dan lokasi yang sama
dalam satu wilayah.
2) Tahapan Pengembangan Event Pariwisata
Event dalam kaitannya dengan perencanaan destinasi wisata, Getz
(1991:5) menyebutkan Event mempunyai peranan penting dalam pembangunan
pariwisata. Terdapat 4 (empat) hal penting perlunya pariwisata event antara lain:
1. Event sebagai atraksi (attraction), sangat jelas dapat diungkapkan dimana
kegiatan Pariwisata event merupakan atraksi/daya tarik tersendiri bagi
sebuah destinasi. Atraksi adalah sesuatu yang menarik untuk
21
dilihat/dinikmati. Atraksi menunjukkan hal utama pilihan wisatawan
konvensi menilai Bali.
2. Event sebagai pemberi citra destinasi (image maker); melalui kegiatan
event sebuah destinasi dapat memasarkan dirinya untuk memberikan kesan
dan pandangan terhadap destinasi yang ditawarkan.
3. Event sebagai pendorong tumbuhnya atraksi wisata (animators of static
attractions). Melalui kegiatan event, dapat ditunjukkan segala bentuk
atraksi yang merupakan ajang aktivitas dan kreativitas pelaku event.
4. Event sebagai penggerak tumbuhnya pembangunan sektor lain (catalyst
for other development). Melalui event, pertumbuhan sektor lain secara
tidak langsung tumbuh untuk melengkapi kegiatan event yang
dilaksanakan.
Hal yang paling mendasar dan aspek penting dari event Pariwisata adalah
upaya mendatangkan wisatawan baik domestic maupun mancanegara (Getz,
1991:5). Getz juga menyampaikan, tidak semua event yang ditawarkan mampu
menarik bagi wisatawan. Adakalanya wisatawan datang bersamaan dengan
kegiatan event, hanya untuk melihat peluang apa yang bisa dilakukannya selama
event. Dalam hal ini wisatawan yang datang adalah untuk bisnis. Sehingga
batasan Pariwisata yang menyebutkan Pariwisata adalah kegiatan bersenang-
senang dan mengeluarkan uang, dalam hal event dapat terjadi menjadi kegiatan
untuk bisnis dan mendapatkan uang. Gunn (dalam Getz, 1991:6), menyebutkan
atraksi pada sebuah destinasi merupakan promosi paling efektif dalam mengemas
kegiatan event. Atraksi yang atraktif dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
22
menentukan sebuah event menjadi manarik atau tidak (Getz,1991:6). Getz
mengemukakan pendapatnya bahwa kegiatan event dapat menjadi katalis, image
maker, atraksi, animator dan sebagai bentuk pariwisata alternatif serta
pengembangan yang berkesinambungan.
“Event are an important part of any comprehensive community
recreation programme. They capture the imagination. Events can
involve the community; they can increase awareness; they can help
put an organization or an activity on the map.Event can bring top
class performers, entertainment, novelty, adventure, surprise and fun
to add height, width, depth and glamour to a
programme”(Torkildson,dalam Getz 1991:10).
“Event adalah adalah bagian penting dari keseluruhan kegiatan rekreasi
yang ditawarkan. Kegiatan event banyak melibatkan masyarakat dan dapat
memberikan kesejahteraan; melibatkan organisasi secara langsung dalam kegiatan
yang diselenggarakan. Penanganan yang profesional dalam kegiatan event, dapat
memberi nilai tambah bagi program wisata yang ditawarkan. Penanganan yang
buruk dalam menyelenggarakan kegiatan event dapat berakibat berkurangnya nilai
event yang ditawarkan” (Torkildson, dalam Getz 1991:10). Hal ini dapat
berakibat buruk bagi nama baik pihak penyelenggara yang menawarkannya. Yang
perlu mendapat perhatian adalah para Recreation Manager hendaknya dapat
mengontrol pelaksanaan kegiatan event dari awal perencanaan sampai event
berlangsung. Bagamanapun juga kegiatan event adalah kegiatan berwisata yang
tujuan utamanya adalah untuk bersenang-senang, to switch off and relax
(Krippendorf dalam France, 1997:39).
Untuk mengerti bagaimana sebuah kawasan dapat berkembang menjadi
kawasan event pariwisata, dengan mengadopsi Getz (1991:140,187) membagi
23
tahapan perencanaan pemasaran pariwisata event menjadi beberapa tahap. Tahap
pertama yaitu tahap perencanaan yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan
secara individu dan kolektif. Tahap ini pada awalnya dicirikan oleh adanya
kesadaran sebagian kecil penduduk lokal akan peluang pemanfaatan sumberdaya
lokal dalam perencanaan sosial ekonomi. Tahap ini merupakan evolusi awal
ketika atraksi dengan aktivitasnya mengintegrasikan konsep pariwisata dalam
proses pembangunan ekonominya. Proses dalam tahap ini berjalan lambat dimana
hanya sedikit wisatawan tiba untuk menyaksikan tetapi beberapa penduduk lokal
telah menyadari akan peluang yang ditawarkannya. Tahap ini lebih bersifat
inisiatif secara individual. Seiring diterimanya ide pariwisata maka akan diadopsi
secara kolektif yang dicirikan oleh diadopsi dan diimplementasikannya ide
pariwisata sebagai bagian dari pembangunan ekonomi secara kolektif oleh
komunitas tersebut. Tahap ini merupakan tahap perencanaan dan
pengimplementasian strategi untuk kepentingan bersama. Hal ini akan
diakomodasikan dalam kerangka perencanaan yang bersifat formal berdasarkan
kerjasama antara penduduk, organisasi, dan lembaga bisnis di kawasan tersebut.
Tidak tertutup kemungkinan untuk menjajaki kemitraan antar organisasi lokal,
regional, nasional dan pemerintah. Contohnya, diakomodasikannya festival dan
event budaya untuk menarik lebih banyak wisatawan masuk ke kawasan tersebut
oleh Pemerintah Daerah.
Tahap kedua merupakan tahap penguatan sistem sosial (network) yang
dicirikan oleh dibangunnya kemitraan antara komunitas lokal dengan lembaga
pariwisata formal untuk menjamin keberlanjutan atraksi pariwisata. Pada tahap ini
24
komponen pendukung pariwisata mulai dilembagakan untuk menjamin
pengelolaan pariwisata yang memberikan manfaat dan keuntungan dalam jangka
pendek dengan tidak melupakan konservasi sumber daya untuk kepentingan
jangka panjang. Termasuk dalam tahap ini berupa peningkatan efesiensi dan
efektifitas pengembangan sumberdaya yang ada. Organisasi pariwisata yang
dibangun untuk mengelola atraksi dengan aktivitasnya tersebut mengambil
kendali semua proses pengembangan untuk menjamin keterpaduan dan integrasi
pemasaran destinasi. Tour de Singkarak dalam hal ini sudah sampai pada tahap
ini, dimana sudah ada lembaga pariwisata formal untuk menjamin keberlanjutan
event dan hingga sekarang terus berupaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan event.
Tahap terakhir merupakan implementasi atau pelaksanaan event
pariwisata yang dicirikan oleh telah berjalannya event pariwisata melalui festival.
Ada pengembangan kerjasama pemasaran destinasi jangka panjang yang
sepenuhnya terpadu. Dalam tahap ini, perencanaan pengembangan harus
bertanggung jawab, berdasar kebutuhan lokal, dan dapat menjangkau dan
menjamin keuntungan komunitas lokal dalam jangka pendek dan jangka panjang
dengan tanpa melupakan isu konservasinya (Getz, 1991: 140).
3) Dampak Event Pariwisata
Kegiatan event dapat dikatakan kegiatan pariwisata karena para
pengunjung event melakukan suatu perjalanan yang meninggalkan tempat asal
mereka dengan menghabiskan uang dan waktu serta dilaksanakan dengan
bersenang-senang. Suatu destinasi wisata tempat penyelenggaraan event yang
25
dikunjungi wisatawan dapat dipandang sebagai konsumen sementara. Mereka
datang ke daerah tersebut dalam jangka waktu tertentu, menggunakan sumber
daya dan fasilitasnya, dan biasanya mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan,
tidak dapat dibantah bahwa hal itu akan berdampak pada kehidupan ekonomi
destinasi tersebut. Dampak ekonomi yang ditimbulkan, secara langsung maupun
tidak langsung serta dapat bersifat positif maupun negatif. Cohen dalam (Pitana,
2009) mengemukakan bahwa dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar, yaitu:
a. Dampak terhadap penerimaan devisa
b. Dampak terhadap pendapatan masyarakat
c. Dampak terhadap kesempatan kerja
d. Dampak terhadap harga-harga
e. Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan
f. Dampak terhadap kepemilikan dan control
g. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya, dan
h. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Ada banyak dampak positif pariwisata bagi perekonomian, diantaranya
sebagai berikut (Leiper, 1990 dalam Pitana, 2010).
a. Pendapatan dari penukaran valuta asing
b. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri
c. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata
d. Pendapatan pemerintah
e. Penyerapan tenaga kerja
f. Multiplier effects
g. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal
Di samping dampak positif bagi perekonomian di atas, Pitana mengutip WTO
(1980: 9-12) mengidentifikasi dampak positifnya sebagai berikut:
a. Meningkatnya permintaan akan produk pertanian lokal.
b. Memacu pengembangan lokasi atau lahan yang kurang produktif
c. Menstimulasi minat dan permintaan akan produk eksotik dan
tipikal bagi suatu daerah atau negara
26
d. Meningkatkan jumlah dan permintaan akan produk perikanan dan
laut
e. Mendorong pengembangan wilayah dan penciptaan kawasan
ekonomi baru
f. Menghindari konsentrasi penduduk dan penyebaran aktifitas
ekonomi
g. Penyebaran infrastruktur ke pelosok wilayah
h. Manajemen pengelolaan sumber daya sebagai sumber revenue
bagi otoritas lokal
Di samping dampak positif pariwisata terhadap ekonomi yang telah diuraikan
di atas, juga tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa dampak negatif dari
keberadaan pariwisata bagi ekonomi suatu daerah atau negara. Dampak negatif
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Mathieson dan Wall, 1982 dalam
Pitana, 1990: 233).
a. Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata
b. Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah
c. Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan
yang diperlukan dalam pariwisata sehingga tidak terserapnya
produk lokal
d. Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan
tepat sehingga pengembalian modal investasi juga tidak pasti
waktunya
e. Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat.
Menurut WTO (1980: 9-12) dampak negatif pariwisata lainnya bagi ekonomi
suatu daerah atau negara selain diantaranya sebagai berikut:
a. Kelangkaan akan sumber bahan makanan
b. Ketidakcocokan produk lokal dengan permintaan pasar pariwisata
c. Kelangkaan sumber energi dan bertambahnya biaya pengolahan
limbah
2. Konsep TdS sebagai sebuah Kebijakan
a. Kebijakan Publik
Secara umum kebijakan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya menyelesaikan permasalahan,
27
menciptakan peraturan dan ketetapan atau bisa juga dengan menggagas dan
melaksanakan suatu program yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.
Menurut Charles O. Jones (1977: 12) “Kebijakan terdiri dari komponen-
komponen, sebagai berikut: (1) Goal atau tujuan yang di inginkan, (2) plans atau
proposal yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan, (3) program yaitu
upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan, (4) Decision atau keputusan yaitu
tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan, (5) efek yaitu akibat-akibat yang
akan di timbulkan”.
Sedangkan Heinz Eulau dan Kenneth Previt (1973: 24) merumuskan
kebijakan publik sebagai “Keputusan yang tetap dan di tandai oleh kelakuan yang
berkesinambungan dan berulang-ulang pada mereka yang membuat kebijakan dan
yang melaksanakannya”. Senada dengan hal itu, Chandler & Plano (1998: 18)
berpendapat bahwa “Kebijakan publik dikatakan sebagai suatu bentuk intervensi
yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan
kelompok yang kurang beruntung dalam masyakat agar mereka dapat hidup dan
ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas”.
Dari beberapa pengertian mengenai kebijakan publik, dapat ditemukan
bebarapa ciri dari kebijakan publik diantaranya, adanya tujuan yang diinginkan,
adanya keputusan dan upaya untuk mencapai tujuan, dilakukan secara
berkesinambungan, adanya efek dan dampak yang ditimbulkan serta bertujuan
untuk mendistribusikan kesejahteraan secara merata. Membuat dan
memberlakukan suatu kebijakan merupakan tugas dan wewenang pemerintah.
Kebijakan dapat berupa peraturan perundang-undangan, ketetapan Presiden dan
28
Menteri, peraturan daerah, hingga perencanaan kegiatan dan program-program
yang tujuan akhirnya diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan kebijakan, Tour de Singkarak juga merupakan
bagian dari program pemerintah, event tahunan ini telah terlaksana sebanyak lima
kali dari tahun 2009 s/d 2013. Tour de Singkarak merupakan salah satu dari
rangkaian program pemasaran kepariwisataan nasional yang diselenggarakan oleh
Kemenparekraf bekerjasama dengan Pemprov Sumbar dan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Program TdS ini bertujuan untuk
pengembangan pariwisata daerah dan membangun Image Sumatera Barat sebagai
destinasi wisata bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara dengan
harapan bidang pariwisata ini nantinya akan mampu memberi kontribusi yang
berarti bagi pembangunan daerah Sumbar secara khusus dan Pembangunan
Nasional secara umum.
Untuk melihat sejauh mana kontribusi program TdS bagi pembangunan
pariwisata Kab.Solok, maka akan dilakukan sebuah proses peniaian hasil
pelaksanaan program TdS ini, atau dapat juga disebut dengan evaluasi program
Tour de Singkarak untuk melihat kontribusinya bagi pembangunan pariwisata
Kab.Solok
b. Evaluasi Kebijakan Publik
1) Pengertian evaluasi kebijakan publik
Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di dalam proses kebijakan publik,
evaluasi adalah suatu cara untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program itu
29
berjalan dengan baik atau tidak. Evaluasi mempunyai definisi yang beragam,
William N. Dunn, memberikan arti pada istilah evaluasi bahwa:
“Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran
(appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment),
kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan
dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi
berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat
hasil kebijakan” (Dunn, 2003:608).
Sedangkan dalam Tangkilisan (2003:25-26) menurut Bryant & White “Pada
hakekatnya suatu kebijakan publik mempunyai maksud untuk mencapai suatu
tujuan, oleh karena itu evaluasi kebijakan pada dasarnya harus dapat memperjelas
seberapa jauh kebijakan dan implementasinya telah dapat mendekati tujuan”.
Senada dengan hal itu, Firman & Sirait (1990:30) mengatakan:
“Di dalam proses manajemen, evaluasi merupakan usaha untuk
mengukur dan memberi nilai secara objektif mengenai pencapaian
hasil yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Melalui
proses evaluasi maka diharapkan setiap program dilaksanakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan dapat dibuktikan secara
objektif tingkat keberhasilannya, manfaat dan efisiensi
pelaksanaannya” (Firman & Sirait, 1990:30).
Dari teori-teori diatas, secara umum dapat kita katakan Evaluasi adalah upaya
yang berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil
kebijakan. Dapat dikatakan tujuan evaluasi adalah untuk menilai secara
keseluruhan pengaruh dan dampak pada akhir program, yang akan menjadi
landasan untuk meningkatkan atau menyempurnakan kebijakan berkenaan dengan
program atau kebijakan berikutnya.
2) Jenis dan tipe evaluasi publik
Health dalam Tangkilisan (2003:27) membedakan jenis atau tipe evaluasi
kebijakan publik sebagai berikut:
30
1. Tipe evaluasi proses (process evaluation), dimana evaluasi
dilakukan dengan memusatkan perhatian pada pertanyaan
bagaimana program dilaksanakan (how did the program operate)?
2. Tipe evaluasi dampak (impact evaluation), dimana evaluasi ini
dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah
dicapai oleh program (what did the program do)?
3. Tipe evaluasi strategi (strategic evaluation), dimana evaluasi ini
bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana
program dapat dilaksanakan secara efektif untuk memecahkan
persoalan-persoalan masyarakat dibanding program lain yang
telah ditujukan pada masalah yang sama sesuai dengan topik
mengenai kebijakan publik (Tangkilisan, 2003:27)
Menurut Kleman dalam buku Hessel Tangkilisan yang berjudul Evaluasi
Kebijakan Publik terdapat 4 jenis evaluasi sejalan dengan tujuan yang ingin
dicapai, sebagai berikut:
1. Evaluasi kecocokan (appropriatness), yakni menguji dan
mengevaluasi hasil kebijakan yang dilakukan apakah layak untuk
diteruskan, dan bagaimana prospek kebijakan alternatif yang
dibutuhkan untk mengganti kebijakan ini. Elemen yang penting
dari kebijakan ini adalah mengkaji aktor pelaksana kebijakan
antara pemerintah dan sektor privat.
2. Evaluasi efektifitas, yaitu menguji dan menilai apakah tindakan
kebijakan yang dilakukan menghasilkan dampak yang sesuai
dengan yang diinginkan, dan apakah yang ingin diraih dapat
terwujud dan apakah biaya dan manfaatnya sebanding.
3. Evaluasi efisiensi, yang menggunakan kriteria ekonomis dengan
melakukan perbandingan antara input yang dipergunakan dengan
output yang dihasilkan. Apakah sumberdaya yang digunakan
berjalan secara efisien dan mampu mencapai hasil yang optimal.
4. Meta evaluasi, yaitu menguji dan menilai proses evaluasi itu
sendiri yakni dengan menguji apakah evaluasi oleh lembaga yang
berkompeten dan bekerja secara profesional dan objektif, apakah
evaluasi yang dilakukan bersifat sensitif terhadap nilai sosial yang
dianut oleh masyarakat pada kelompok sasaran dan apakah
evaluasi tersebut menghasilkan laporan pada agenda kebijakan
yang akan datang” (Tangkilisan,2003:32)
31
3) Desain Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi kebijakan publik adalah menilai keberhasilan atau kegagalan
kebijakan berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan. Indikator-
indikator untuk mengevaluasi kebijakan biasanya menunjuk pada dua aspek yaitu
aspek proses dan hasil. Aspek proses menunjuk bahwa apakah selama
implementasi program, seluruh pedoman kebijakan telah dilakukan secara
konsisten oleh para implementor di lapangan? Aspek hasil menunjuk apakah
kebijakan yang dimplementasikan telah mencapai hasil seperti yang telah
ditetapkan (output dan outcomes). Meskipun demikian kajian evaluasi yang lebih
komprehensif sudah selayaknya dilakukan, yaitu mengevaluasi
(Tangkilisan,2003:41):
1. Apakah selama proses implementasi berlansung seluruh pedoman yang
telah dilakukan secara konsisten oleh para implementor?
2. Jika terjadi penyimpangan, apakah penyimpangan tersebut disebabkan
oleh ketidakrealistisan kebijakan terhadap lapangan kebijakan atau atas
inisiatif implementor?
3. Mengapa implementor melakukan diskresi (penyimpangan)?
4. Bagaimana hasil kebijakan (output atau outcomes) akibat diskresi dari
implementor? (gagal atau berhasilkah?)
5. Bagaimana hasil kebijakan lain yang tidak mengalami penyimpangan?
(gagal atau berhasilkah?)
4) Kriteria Evaluasi Kebijakan Publik
Mengevaluasi suatu program atau kebijakan publik diperlukan adanya
suatu kriteria untuk mengukur keberhasilan program atau kebijakan publik
32
tersebut. Mengenai kinerja kebijakan dalam menghasilkan informasi terdapat
kriteria evaluasi sebagai berikut:
Tabel 2
Kriteria Evaluasi
TIPE
KRITERIA
PERTANYAAN
Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?
Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan?
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan
memecahkan masalah?
Perataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata
kepada kelompok-kelompok tertentu?
Resposivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi
atau nilai kelompok-kelompok tertentu?
Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna
atau bernilai?
(Sumber: Dunn, 2003:610)
Kriteria-kriteria di atas merupakan tolak ukur atau indikator dari evaluasi
kebijakan publik. Untuk lebih jelasnya setiap indikator tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut.
Untuk menyatakan sebuah kebijakan publik berhasil atau tidak berhasil, dapat
dilihat dari berbagai banyak sisi atau sudut pandang. Oleh karena itu dalam
menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan, maka digunakan beberapa
kriteria yang berbeda untuk mengevaluasi hasil kebijakan. Terdapat enam kriteria
yang dapat digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau tidak berhasil
yaitu:
1. Efektivitas.
Efektivitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat)
yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas
selalu diukur dari kualitas hasil sebuah kebijakan.
33
2. Efisiensi.
Efisiensi yaitu berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi merupakan hubungan antara
efektivitas dan usaha, dan pada akhirnya diukur berdasarkan biaya yang
dikeluarkan per unit kebijakan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi
dengan biaya terkecil dinamakan efisien.
3. Adekuasi (kecukupan).
Kriteria ini lebih mempersoalkan hasil kebijakan dalam mengatasi masalah
kebijakan, atau seberapa jauh pencapaian hasil dapat memecahkan masalah
kebijakan.
4. Kesamaan atau ekuitas.
Kriteria ini menganalisis apakah biaya dan manfaat telah didistribusikan
secara merata kepada kelompok masyarakat, khususmya kelompok-kelompok
sasaran dan penerima manfaat. Kebijakan yang dirancang untuk mendistribusikan
pendapatan, kesejahteraan, kesempatan pendidikan, atau pelayanan publik
kadang-kadang direkomendasikan atas dasar kriteria ini.
5. Responsivitas.
Kriteria ini berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan
kebutuhan, preferensi, atau nilai masyarakat. Apakah hasil kebijakan yang dicapai
telah memuaskan kebutuhan dan pilihan masyarakat atau tidak.
34
6. Ketepatgunaan
Kriteria ketepatan ini menganalisis tentang hasil kebijakan, yakni apakah hasil
yang telah dicapai benar-benar berguna bagi masyarakat khususnya kelompok
sasaran.
3. Pembangunan Pariwisata Kabupaten Solok
Pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana
pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan,
dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata (UU
No.10 th 2009).
Event TdS diharapkan dapat meningkatkan perekonomian daerah Sumatera
Barat lewat kontribusi yang dihasilkannya. Demikian juga dengan Kabupaten
Solok yang tentunya juga berharap dengan diselenggarakannya event TdS dapat
menyokong pembangunan terutama di bidang pariwisata Kabupaten Solok.
Penelitian ini adalah tentang sejauh mana kontribusi pelaksanaan event TdS
bagi pembangunan pariwisata Kabupaten Solok. Untuk mengukur sejauh mana
kontribusi event ini bagi kemajuan pariwisata Kabupaten Solok, dalam hal ini
penulis menggunakan Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Solok tahun 2010-2015 sebagai acuannya. Jadi nanti akan dapat dilihat apakah
kontribusi yang diperoleh mampu mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
dalam Renstra yang dimaksud. Dalam Renstra tersebut dituangkan apa yang
menjadi Sasaran Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai
berikut:
35
1. Terwujudnya kawasan wisata terpadu sebagai icon kepariwisataan Kab.
Solok yang berkarakter dan berwawasan budaya dan mensejahterakan.
2. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan local, nusantara dan
mancanegara secara signifikan.
3. Meningkatnya kontribusi dari sector pariwisata terhadap perekonomian
daerah.
4. Meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat untuk membangun
pariwisata Kab.Solok yang berkarakter dan berbudaya.
5. Berkembangnya sanggar-sanggar budaya tradisional masyarakat
6. Terpeliharanya dokumen dan benda peninggalan budaya.
7. Tersusun kembali sejarah atau tambo nagari sebagai bahan pelajaran dan
pelestarian nilai-nilai budaya.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengukuran sejauh mana kontribusi
TdS mampu mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok.
36
B. Kerangka Konseptual
Pembangunan Kepariwisataan semakin giat dilakukan dengan harapan dapat
menyokong Pembangunan Nasional lewat potensi pendapatannya yang besar.
Selama 5 tahun terakhir pemerintah melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif selaku penyelenggara Pembangunan kepariwisataan Nasional
melaksanakan Event Tour de Singkarak di Sumatera barat sebagai salah satu
Program Pemasaran Pariwisata yang pada akhirnya bertujuan untuk menunjang
Pembangunan Daerah Sumatera Barat terutama di bidang pariwisata.
Penelitian ini ingin melihat sejauh mana manfaat dari penyelenggaraan event
Tour de Singkarak dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan Pariwisata
Kab. Solok. Penulis menggunakan sasaran RPJMD Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Solok 2010-2015 sebagai ukuran keberhasilan dan
peningkatan pembangunan pariwisata Kabupaten Solok. Sejauh mana kontribusi
TdS nanti akan terlihat dari jumlah sasaran dalam Renstra yang dapat dicapai oleh
kontribusi tersebut.
37
Kerangka Konseptual
Pembangunan
Kepariwisataan
Nasional
Event Tour de
Singkarak
Pelaksanaan TdS
di Kabupaten
Solok selama 5
tahun terakhir
dalam
pencapaian
tujuannya
Kontribusi
pelaksanaan TdS
bagi
pembangunan
pariwisata
Kabupaten Solok
Upaya
pemerintah Kab.
Solok dalam
memaksimalkan
pemanfaatan
event TdS
Sasaran RPJMD
Dinas Kebudayaan,
dan Pariwisata
Kabupaten Solok
2010-2015
Pemasaran
Pariwisata
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor, penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati (dalam Moleong, 2005:3). Penelitian kualitatif selalu bersifat
deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk diskriptif.
Menurut Sukardi (2009: 162) “Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang
berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa
adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik
objek yang diteliti secara tepat”.
Menurut Sugiono (2008: 205) “Masalah yang dibawa oleh peneliti dalam
penelitian kualitatif masih remang-remang bahkan gelap, kompleks dan dinamis”.
Jadi penelitian kualitatif lebih menekankan pada deskripsi suatu masalah yang
akan diteliti dimana masalah tersebut masih bersifat sementara dan akan
berkembang atau mungkin berganti setelah peneliti berada di lapangan. Penelitian
kualitatif digunakan untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk
memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan
kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif yang merupakan proses penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan secara tepat sifat sesuatu yang tengah terjadi dan
berlangsung pada saat penelitian dilakukan. Data yang terkumpul berbentuk kata-
39
kata atau gambar. Tulisan hasil penelitian berisi kutipan–kutipan dari kumpulan
data untuk memberikan ilustrasi dan mengisi materi laporan.
Berdasarkan pengertian penelitian deskriptif dan metode kualitatif
tersebut, maka yang dilakukan penulis disini adalah menggambarkan keadaan
dengan apa adanya atau mengungkapkan fakta apa adanya tentang suatu obyek,
gejala, keadaan dengan menggambarkan, menguraikan, menginterpretasikan dan
diambil suatu kesimpulan dalam bentuk tulisan yang sistematis. Dalam penelitian
ini penulis akan mendeskripsikan bagaimana manfaat dan kontribusi program
Tour de Singkarak bagi pariwisata Kabupaten Solok.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penulis melakukan penelitian untuk
memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian yang
telah ditetapkan. Penelitian ini akan dilakukan di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Solok dibawah , dan juga di beberapa daerah tujuan wisata
Kabupaten Solok yang dilewati route TdS. Pertimbangannya adalah karena Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok merupakan instansi yang bertindak
sebagai pelaksana sekaligus pihak yang paling banyak terlibat dalam
penyelenggaraan event Tour de Singkarak di Kabupaten Solok.
C. Informan Penelitian
Secara teknis sampel dilakukan dengan teori terbatas. Adapun teori yang
digunakan mencari sumber informasi pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan purposive sampling yaitu menentukan informan dengan
pertimbangan tertentu yaitu informan yang dipandang dapat memberikan data
40
secara maksimal, artinya orang yang betul-betul memahami permasalahan yang
akan diteliti (Moelong 2005: 224).
Jadi dasar pertimbangannya ditentukan tersendiri oleh peneliti dalam
pemilihan adalah sumber informasi yang mengetahui pengetahuan yang cukup
tentang masalah yang dikaji, dan juga menguasai beberapa materi penelitian
dengan segala permasalahan. Dengan kata lain informan dipilih dengan cermat
sehingga relevan dengan desain penelitian dan cukup repsentatif, informan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian
yang akan memberikan informasi atau jawaban mengenai apa yang menjadi objek
penelitian. Berdasarkan kritria informan diatas, maka informan dalam penelitian
ini terdiri dari:
Tabel 3
Informan Penelitian
No. Nama Informan Jabatan Informan
1 Drs. M.Alfajri Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Solok
2 Dra. Weni Oktiarni, MM Sekretaris Dinas kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Solok
3 H. Edmizal,SE Kepala bidang Promosi dan Kerjasama
Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Solok
4 Ibu Detty Pengelola objek wisata dan Villa Danau
Kembar
5 Ibu Desritetimed Pedagang tetap dikawasan Dermaga
Danau Singkarak
6 Ibu Suci Pedagang keliling yang berjualan saat
event TdS
7 Bapak Yono Pedagang keliling yang berjualan saat
event TdS
8 Bapak Alfian Tokoh masyarakat
41
D.Jenis, Sumber, Teknik dan Alat pengumpul Data
1. Jenis Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Menurut Ronny Hanitijo Soemitro (1990: 52), data primer yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat. Data primer dapat diperoleh dari
wawancara atau interview. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto,2002: 107).
Data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan informan dan
dari hasil pengamatan (observasi) yang penulis lakukan saat event TdS ini
berlangsung beberapa waktu yang lalu.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan oleh peneliti yaitu dokumen. Dokumen
adalah setiap bahan tertulis atau video (Moleong, 2004: 216). Data kepustakaan
yang digunakan untuk melengkapi bahan serta data yang diperlukan untuk
penyusunan laporan penelitian ini. Data ini diperoleh dengan cara studi
kepustakaan melalui karya-karya ilmiah, buku-buku, surat kabar, majalah, dan
sumber-sumber lain yang berhubungan dengan persoalan yang diteliti.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur, karena pewawancara yang menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan disusun terlebih dahulu sebelum diajukan. Pertanyaan
42
yang disusun berdasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian. Data yang
akan diungkap disini adalah bagaimana pelaksanaan TdS, apa kontribusinya dan
bagaimana upaya pemerintah daerah dalam memaksimalkan pemanfaatan event
ini untuk kemajuan pariwisata Kabupaten Solok.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan dengan cara mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
agenda rapat dan lain-lain sebagainya (Ningsih, 2009:72). Dokumentasi
digunakan untuk menunjang data-data hasil wawancara maupun observasi.
Dalam hal ini data sekunder yang berhasil penulis peroleh adalah antara
lain berupa foto dan segala bentuk dokumentasi yang berkaitan dengan TdS,
seperti agenda, laporan, pedoman pelaksanaan, pemberitaan baik media cetak
maupun online. Selanjutnya juga diperoleh data dan informasi yang bersifat lebih
umum seperti Rencana Strategis 2010-2015 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Solok, gambaran geografis, topografis, kondisi demografis, struktur
perekonomian, sarana dan prasarana jalan, sistem administrasi pemerintahan, serta
potensi kepariwisataan Kabupaten Solok yang juga berhubungan dengan
penelitian ini.
c. Pengamatan (Observasi)
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,
sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki disebut observasi
43
langsung. Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada
saat berlangsungnya sesuatu yang akan diselidiki (Maman Rachman, 1999:77).
Observasi langsung pada penelitian ini penulis lakukan pada saat event TdS
berlangsung pada 3 Juni 2013 lalu, namun observasi tidak langsung telah penulis
lakukan selama beberapa bulan sebelum event TdS diselenggarakan meliputi
pengamatan terhadap persiapan jelang pelaksanaan TdS oleh Pemerintah daerah
Kabupaten Solok.
3. Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam suatu penelitian ilmiah. Adapun yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Pedoman wawancara yaitu berupa daftar pertanyaan yang dibuat oleh
peneliti untuk mendapatkan berbagai keterangan dan informasi mengenai
objek yang diteliti.
b. Buku catatan dan alat tulis yang digunakan untuk mencatat data dan
informasi yang diperoleh di lokasi penelitian.
c. Alat-alat untuk keperluan dokumentasi seperti tape recorder dan camera.
E. Teknik Keabsahan Data
Suatu penelitian harus menggunakan data yang absah (sahih). Untuk
memeriksa keabsahan data digunakan teknik triangulasi yang memanfaatkan
metode (methodological triangulasi) yaitu metode yang menggunakan teknik
pengumpulan data (wawancara mendalam tak berstruktur, pengamatan, dan
dokumentasi) dari berbagai sumber (orang, waktu, dan tempat) yang berbeda
44
(Buangin, 2003: 141). Moleong (2005: 330) menyatakan bahwa triangulasi
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu.
Sugiyono (2010: 274) mengembangkan bahwa triangulasi dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu :
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui orang-orang (sumber) yang
berbeda. Dalam triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan
dideskripsikan mana yang sama, yang berbeda dan mana yang spesifik dari
sumber data tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi berbeda.
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Dalam hal ini, peneliti melakukannya
dengan cara:
45
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b. Membandingkan keadaan dan perspektif atau pendapat seseorang, dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
c. Membandingkan hasil suatu wawancara dengan dokumen yang terkait
dengan segala hal ihwal yang berkaitan dengan pelaksanan TdS di
Kabupaten Solok.
Hasil pembandingan tersebut tidak selalu merupakan kesamaan
pandangan, pendapat, atau pemikiran. Pembandingan ini ditujukan agar peneliti
mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.
F. Teknik Analisis data
Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan data, maka penulis mengadakan
suatu analisis data untuk mengolah data yang ada. Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan ditemukan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data (Moleong, 2005: 103).
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori, satuan, uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong,
2005: 103).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai penelitian di lapangan. Tetapi
dalam kenyataanya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses
pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data. Dalam penelitian
46
ini, peneliti menggunakan model analisis interaksi atau interactive analysis
models dengan langkah-langkah yang ditempuh yaitu sebagai berikut :
a. Pengumpulan data (Data Collection)
Dilaksanakan dengan cara pencarian data yang diperlukan terhadap berbagai
jenis data dan bentuk data yang ada di lapangan, kemudian melaksanakan
pencatatan data di lapangan.
b. Reduksi data (Data reduction)
Data yang diperoleh di lapangan perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu
diperlukan analisis data melalui reduksi data. Menurut Sugiyono (2010: 247)
mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak
perlu.
c. Penyajian data (Data display)
Setelah melakukan reduksi data, penulis menyajikan data. Menurut sugiyono
(2010: 249) dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penyajian
data dalam penelitian ini, dipaparkan peneliti dengan teks yang bersifat naratif.
d. Penarikan kesimpulan (Verification)
Penarikan kesimpulan (Verification) ini didasarkan pada reduksi data yang
merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
47
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan data yang ditemukan dalam penelitian serta
memuat pembahasan sebagai pemaknaan dari data yang diperoleh. Sistematikanya
terdiri dari temuan umum, temuan khusus dan pembahasan. Temuan umum berisi
tentang gambaran umum Kabupaten Solok, dan temuan khusus berupa informasi
dan data yang mampu menjawab pertanyaan dalam rumusan penelitian untuk
dimaknai dan dianalisis pada bagian pembahasan.
A. Temuan Umum
1. Gambaran Umum Kabupaten Solok
a. Kondisi Geografis
Secara geografis letak Kabupaten Solok berada antara 010 20’ 27’’ dan 010
21’39” Lintang Selatan dan 1000 25’ 00” dan 1000 33’ 43” Bujur Timur.
Pemekaran wilayah Kabupaten Solok pada akhir tahun 2003 telah melahirkan satu
kabupaten baru yaitu Kabupaten Solok Selatan. Dengan tejadinya pemekaran ini
berarti luas wilayah Kabupaten Solok mengalami pengurangan secara signifikan
dari semula 708.402 Ha (7.084,02 Km2) menjadi 373.800 Ha (3.738,00 Km2).
Dilihat dari sudut pandang letak Kabupeten Solok, posisinya sangat stategis
karena disamping dilewati jalur Jalan Lintas Sumatera juga daerahnya berbatasan
langsung dengan Kota Padang selaku ibukota Provinsi Sumatera Barat. Adapun
batas-batas wilayah Kabupaten Solok sebagai berikut :
49
Sebelah Barat : Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan
Sebelah Utara : Kabupaten Tanah Datar
Sebelah Timur : Kab.Dharmasraya, Kota Sawahlunto, dan Kab. Sijunjung
Sebelah Selatan : Kabupaten Solok Selatan
Kabupaten Solok Tahun 2008 terdiri dari 14 kecamatan, 74 nagari, dan 403
jorong Kecamatan terluas yaitu Kecamatan Tigo Lurah dengan luas 602,5 KM2
atau 16,12 % dari luas Kabupaten Solok secara keseluruhan. Sedangkan
kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Danau Kembar dengan
luas 70,1 KM2 atau sekitar 1,86 % dari luas Kabupaten Solok. Kabupaten Solok
disamping punya banyak sungai juga memiliki banyak danau yang terkenal
dengan pesona keindahan alamnya. Diantara danau-danau tersebut, yang terluas
adalah Danau Singkarak, dan diikuti oleh Danau Danau Diatas, Danau Dibawah
dan Danau Talang. Danau ini selain menjadi sumber mata pencaharian petani,
nelayan dan sumber irigasi persawahan juga merupakan aset wisata yang banyak
dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Disamping itu
Kabupaten Solok juga memiliki satu gunung api yaitu Gunung Talang.
b. Kondisi Topografis
Secara umum daerah ini beriklim tropis dengan temperatur bervariasi antara
12°C hingga 30°C dimana dapat ditemui daerah berhawa panas, sedang dan
dingin, dengan ketinggian antara 329 meter – 1.458 meter di atas permukaan laut.
Daerah dengan ketinggian antara 300 sampai 500 meter diatas permukaan laut
meliputi sekitar 37 %, kawasan yang berada pada ketinggian 500 sampai 1.000
50
meter meliputi 34 % dan kawasan yang berada pada ketinggian 1.000 sampai
1.700 meter meliputi sekitar 29 % dari luas keseluruhan Kabupaten Solok.
Perbedaan yang cukup tajam antara satu kawasan dengan kawasan yang lain
membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di kawasan utara yang
rata-rata lebih rendah, tanahnya tidak terlalu subur, bebatuan dan kering membuat
penduduknya lebih banyak merantau. Sementara di bagian tengah arah ke selatan
terletak pada dataran tinggi, bercurah hujan tinggi, dan tanahnya lebih subur,
karena itu bagian tengah ini merupakan daerah penghasil komoditas sayuran dan
buah markisa yang menjadi unggulan Kabupaten Solok. Sedangkan wilayah
selatan yang sebagian wilayahnya berada pada dataran sedang dan rendah cocok
untuk perkebunan.
c. Kondisi Demografis
Penduduk Kabupaten Solok berjumlah 368.177 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 88 jiwa/km². Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Solok rata-
rata sebesar 1,2% pertahun. Komposisi penduduk Kabupaten Solok terdiri dari
laki-laki sebanyak 178.373 jiwa (49,13%) dan perempuan sebanyak 189.804 jiwa
(50,87%). Kelompok umur 0-19 tahun merupakan jumlah penduduk terbanyak
yaitu 42,98%. Berikut adalah tabel jumlah penduduk Kabupaten Solok tahun 2012
menurut jenis kelamin.
51
Tabel 4
Jumlah Penduduk Kab.Solok Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012
No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
1 Laki-laki 178.373 Jiwa
2 Perempuan 189.804 Jiwa
Total 368.177 Jiwa
Sumber: BPS Kabupaten Solok tahun 2012
Penyebaran penduduk tidak merata karena pengaruh topografi Kabupaten
Solok yang sebagian besar adalah dataran tinggi atau perbukitan serta aspek-aspek
lain seperti potensi ekonomi dan kemudahan aksesibilitas. Konsentrasi penduduk
terbesar berada di Kecamatan Kubung yaitu sebesar 15,60%, disusul oleh
Kecamatan Lembah Gumanti (13,88%) dan Kecamatan Gunung Talang (12,82%).
d. Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian suatu daerah merupakan gambaran tentang komposisi
perekonomian yang diukur terhadap sembilan sektor ekonomi / lapangan usaha.
Struktur ekonomi sekaligus dapat menunjukkan tinggi rendahnya kontribusi atau
peran seluruh sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB pada daerah tertentu.
Apabila struktur ekonomi disajikan dari waktu ke waktu (time series), maka dapat
dilihat perubahan struktur perekonomian yang terjadi.
Indikator atau alat ukur yang selalu dipergunakan untuk mengetahui laju
pembangunan ekonomi di satu wilayah dalam satu periode tertentu adalah
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Regional Bruto
Perkapita, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB
52
adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada satu
wilayah. Sedangkan Pendapatan Regional Bruto Perkapita adalah nilai ekonomi
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat berdasarkan jumlah PDRB dibagi
jumlah penduduk dalam satu tahun tertentu.
Tabel 5
Kontribusi Kabupaten Solok Tahun 2008 – 2012
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
N
o
Lapangan Usaha Kontribusi (%)
2008 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian 42,76 42,71 42,58 42,41 42,21
2 Pertambangan 3,34 3,40 3,45 3,59 3,63
3 Industri Pengolahan 7,20 7,31 7,37 7,39 7,42
4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,38 0,38 0,39 0,40 0,40
5 Bangunan 5,42 5,49 5,58 5,62 5,65
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran
13,92 13,97 14,08 14,18 14,37
7 Pengangkutan & Komunikasi 9,69 9,77 9,85 9,93 9,98
8 Keuangan Persewaan & Jasa 2,03 2,00 2,00 2,03 2,07
9 Jasa - Jasa 15,25 14,96 14,72 14,47 14,28
P D R B 100,0
0
100,0
0
100,0
0
100,0
0
100,0
0
Sumber : RTRW Kabupaten Solok 2011-2030
Berdasarkan persentase sumbangan setiap sektor terhadap PDRB, diketahui
bahwa struktur ekonomi Kabupaten Solok didominasi oleh sektor pertanian.
Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap pembentukan PDRB.
Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2012 adalah sebesar 42,21% dan sedikit
menurun pada tahun 2011 yaitu sebesar 42,41%. Dengan komposisi tersebut
diketahui bahwa sektor pertanian dengan subsektor tanaman pangan dan
hortikultura merupakan sektor dominan perekonomian Kabupaten Solok.
Sementara sektor lainnya merupakan sektor yang tumbuh dan berkembang
sebagai sektor pendukung pertanian.
53
Sektor lainnya yang turut menyumbang cukup besar adalah sektor Jasa-jasa,
Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi
yang menyumbang di bawah 15%. Sektor ini juga sekaligus merupakan sektor
yang secara langsung dapat mendukung laju perkembangan pariwisata di suatu
daerah tertentu, karena kegiatan pariwisata tidak akan terlepas dari aktifitas
penggunaan barang dan jasa oleh wisatawan, seperti penyewaan Hotel, Restoran,
Transportasi, Komunikasi dan juga listrik, gas dan air bersih.
e. Sarana dan Prasarana Jalan
Aksesibilitas suatu wilayah dengan wilayah sekitarnya merupakan salah satu
hal yang sangat vital dalam menunjang perkembangan suatu wilayah. Suatu
perencanaan spasial tidak terlepas dari kondisi aksesibilitas yang mendukungnya.
Semakin baik dan mudah tingkat aksesibilitasnya, maka semakin besar pula
kemungkinan wilayah tersebut untuk berkembang. Namun demikian, tingginya
aksesibilitas yang tidak ditunjang dengan sarana dan prasarana transportasi yang
baik tidak akan mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Oleh karenanya,
transportasi merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan.
Kabupaten Solok, sebagai bagian dari Provinsi Sumatera Barat, dilalui oleh
Jalan Lintas Tengah Sumatera yang merupakan jalan nasional. Dari Padang,
ibukota provinsi Sumatera Barat, menuju ibukota Kabupaten Solok yaitu Arosuka
berjarak sekitar 32 km dan bisa dicapai dalam waktu sekitar 1 jam 30 menit
dengan menggunakan jalur transportasi darat. Jalur dari Kota Padang menuju
Kota Arosuka berada pada jalan regional (kolektor primer/jalan provinsi) menuju
Kawasan Wisata Singkarak yang berada di Kabupaten Solok dan Kabupaten
54
Tanah Datar. Sedangkan dari Kota Bukittinggi jaraknya sekitar 99 km dan bisa
dicapai lewat jalur jalan Lintas Tengah Sumatera dengan melewati Kota Solok,
dengan waktu tempuh ± 3 jam.
Gambar 1
JARAK ARO SUKA KE KOTA-KOTALAIN DI SUMATERA BARAT
Sumber: RIPPARDA Kab.Solok 2012-2021
Fungsi jaringan jalan di Kabupaten Solok terdiri dari jalan negara, jalan
provinsi dan jalan kabupaten. Secara garis besar struktur jaringan jalan utama di
Kabupaten Solok dapat dibagi atas :
55
1. Ruas jalan regional, merupakan ruas jalan penghubung kabupaten dengan
wilayah yang lebih luas di dalam provinsi dan diluar provinsi. Jalan tersebut
berupa jalan nasional dan jalan provinsi.
2. Ruas jalan utama kabupaten, yaitu ruas jalan penghubung antar pusat-pusat
kegiatan utama di Kabupaten dan ruas jalan dari pusat kecamatan menuju
pusat kegiatan utama di Kabupaten
3. Ruas jalan utama antar kecamatan (penghubung antara pusat kawasan
permukiman pedesaan dengan pusat kegiatan kecamatan)
4. Ruas jalan pendukung akses kegiatan ekonomi prioritas daerah terutama
sektor pertanian dan pariwisata yang dikembangkan untuk melayani akses
menuju sentra kegiatan ekonomi unggulan daerah.
Jalan merupakan salah satu sarana penunjang kegiatan pariwisata. Di
Kabupaten Solok terdapat objek wisata unggulan berupa danau yaitu Danau
Diateh, Danau Dibawah, Danau Talang dan Danau Singkarak. Ruas jalan yang
merupakan akses wisata atau ruas jalan jalur wisata di Kabupaten Solok yaitu ruas
jalan disekitar Danau Kembar, dan ruas jalan Kacang – Tikalak yang merupakan
akses jalan alternatif menuju Danau Singkarak. Selain jalur wisata juga terdapat
ruas jalan perkebunan yaitu perkebunan teh di Aie Batumbuk.
Keadaan jalan yang ada di Kabupaten Solok dari tahun ke tahun relatif sama
tidak mengalami peningkatan, baik panjang jalan maupun kondisi jalannya.
Kondisi jalan tersebut tidak semuanya baik, ada sebagian jalan di Kabupaten
Solok dalam keadaan rusak berat. Berdasarkan data tahun 2010, terdapat 443,24
56
KM (31,20%) kondisi jalan di Kabupaten Solok dalam keadaan rusak berat,
seperti dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6
Kondisi Jalan Di Kabupaten Solok Berdasarkan Status Tahun 2010
No Kondisi Status Pemerintahan yang
Berwenang (KM)
Jumlah
(KM)
Nasional Provinsi Kabupaten
1 Baik 10,00 4,70 517,28 531,98
2 Sedang 56,21 98,39 217,15 361,75
3 Rusak 0,00 15,00 69,66 84,66
4 Rusak
Berat
0,00 0,00 443,24 443,24
Jumlah 66,21 118,09 1.237,33 1.421,63
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010/2011
Kondisi jalan seperti ini tidak akan baik bagi perkembangan pariwisata,
karena adanya fasilitas jalan yang baik akan memudahkan aksesibilitas para
wisatawan untuk mencapai suatu objek wisata tertentu. Namun jika kondisi jalan
tidak layak maka akan menyulitkan dan bahkan bisa menurunkan minat
wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata sekalipun objek
tersebut sangat menarik untuk dikunjungi.
f. Administrasi Pemerintahan
Wilayah Administrasi Pemerintah Kabupaten Solok secara yuridis formal
dibentuk dengan Undang-Undang No.12 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah
Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Barat. Pada
awal pembentukannya, Kabupaten Solok semula terdiri 12 Kecamatan dan 83
Nagari. Perkembangan keadaan kemudian yang berupa beberapa perubahan
status Administrasi Pemerintahan dilakukan pada tahun 1970, 1983, 2000, 2001
dan 2003.
57
Semangat Reformasi mengantarkan Kabupaten Solok untuk memekarkan
daerahnya sehingga terbentuk Kabupaten Solok Selatan pada tanggal 7 Januari
2004 yang ditetapkan berdasarkan UU No.38 Tahun 2003 tentang Pemekaran
Wilayah Kabupaten dan Kota. Sebagai konsekwensi dari pemekaran
ini, jumlah kecamatan di Kabupaten Solok sekarang menjadi 14
kecamatan serta nagari dari 86 menjadi 74 nagari.
Tabel 7
Nama-Nama Kecamatan di Kabupaten Solok
No Nama Kecamatan No Nama Kecamatan
1 Pantai Cermin 8 Gunung Talang
2 Lembah Gumanti 9 Bukit Sundi
3 Hiliran Gumanti 10 IX Koto Sungai Lasi
4 Payung Sekaki 11 Kubung
5 Tigo Lurah 12 X Koto Singkarak
6 Lembang Jaya 13 Junjung Sirih
7 Danau Kembar 14 X Koto Diatas
Sumber: BPS Kabupaten Solok 2012
Secara organisatoris saat ini Kabipaten Solok memiliki 4 Badan yaitu Bappeda
(Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah), BKD (Badan Kepegawaian
Daerah), BPD (Badan Pengawasan Daerah) dan BPKD (Badan Pengelolaan
Keuangan Daerah) yang sekarang telah diganti dengan DPPKA (Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset), 10 buah Dinas yaitu PU
(Pekerjaan Umum), Kesehatan, Pendidikan, Pertanian, Perhubungan, Pariwisata,
Koperindag, Kehutanan dan Perkebunan, Pertambangan dan Lingkungan Hidup,
serta 3 Kantor yaitu Inforkom, Polisi Pamong Praja dan Pelayanan Perizinan
Terpadu. Setelah keluar SOTK baru tahun 2008, terjadi beberapa perubahan pada
Pemerintahan Kabupaten Solok, diantaranya Inforkom dihilangkan dan diganti
dengan Badan Kehumasan (Hubungan Kemasyarakatan) dan nama KPUP (Kantor
58
Pelayanan Umum dan Perizinan) diganti dengan KPPT (Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu)
2. Gambaran Potensi Kepariwisataan Kab.Solok
Kabupaten Solok mempunyai jumlah penduduk 368.177 jiwa dengan luas
wilayah 373.800 Ha, yang terletak membujur dari Utara ke Selatan dengan luas
3.878 km beriklim tropis dan sejuk mempunyai objek wisata alam yang indah,
objek wisata budaya yang menarik serta wisata minat khusus yang menantang.
Wisata alam yang indah didukung oleh 4 buah Danau yaitu, Danau Diatas, Danau
Dibawah, Danau Talang dan Danau Singkarak. Objek wisata alam di Kabupaten
Solok berjumlah 67 buah, objek wisata sejarah dan budaya berjumlah 57 buah
yang tersebar di 14 Kecamatan.
Pengembangan objek wisata, menggunakan pendekatan 3 kawasan, yaitu:
1) Kawasan Danau Singkarak terdapat :
a. Sebuah dermaga dan taman bermain serta pentas medan bapaneh yang
keadaannya sekarang belum didukung dengan fasilitas yang memadai,
status pengelolaan yang belum jelas antara Pemerintah Daerah dengan
Nagari. Belum memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah
secara optimal disebabkan oleh kegiatan di Dermaga tersebut hanya
dilaksanakan diwaktu Lebaran Idul Fitri saja.
b. Taluak Indah saat ini keadaan fasilitasnya belum memadai dimana
pelataran parkir perlu diperluas dan sepeda air yang ada sekarang perlu
direhab dan ditambah guna pemasukan terhadap pendapatan daerah.
59
c. Rest Area Biteh Kacang keadaanya sekarang juga belum memadai untuk
digunakan sebagai masukan terhadap retribusi pendaapatan daerah.
d. Lokasi Paralayang yang terletak di Nagari Tanjung Alai dan Tikalak
kawasannya belum dibebaskan keseluruhannya dan jalan yang menuju
arena masih sempit dan satu arah sehingga perlu dijadikan dua arah.
2) Kawasan Danau Kembar terdapat :
a. Di kawasan Convention Hall terdapat 2 villa yang masing-masing ada 3
kamar dan 2 vila kayu serta 5 cotage batu dengan 10 kamar yang dapat
menampung 36 pengunjung sedangkan saat ini rata-rata penginap sudah
melebihi kuota kamar yang ada.
b. Panorama Danau Kembar dengan luas + 2 Ha telah dibebaskan baru 4400
m2 dan yang belum dibebaskaan 8400 m2 dan adanya bangunan yang
menghalangi pandangan ke danau.
3) Kawasan Ibu Kota Kabupaten, Arosuka akan dikembangkan sebagai kota
wisata taman berdasarkan tata ruang pengembangan kawasan ibukota dan
membangun danau buatan.
Secara garis besar nama-nama obyek wisata tersebut diatas terlampir dalam
peta penyebaran obyek dan daya tarik wisata Kabupaten Solok sebagai berikut:
60
Kec. X Koto Diateh
1. Gunung Merah Putih /Janjang saribu
2. Batu Tagantuang/batu galeh
3. Guo Jangguik Raksasa
4. Bekas lobang tambang
5. Batu Tikuluak
6. Rumah gadang 20 ruang
7. Balairung sari
8. Tabuah Larangan
9. Guo Gantiang Sopan
10. Balairung Sari
11. Makam Syeh Batu Ampa
12. Makam Paderi
13. Makam Sultan Manang
14. Balai Adat
15. Balairung Sari
16. Balai Adat
17. Batu Tapak Nabi
18. Batu Alang
19. Batu Kutu Kutu
20. Makam Keramat
Kec. IX Koto Sungai Lasi
1. Aia Tajun Timbulun
2. Rmh Gadang Daulat Rj. Pagaruyung
3. Makam Keramat Abd Tuanku
4. Kolam Pancing Segar Aalam
5. Puncak Tambang
6. Makam Tuanku lareh
7. Guo Cikaram
Kec. Payuang Sakaki
1. Arena Buru Babi
2. Balerong Sari
3. Tabuah Larangan
4. Makam Syech Junjungan
5. Guo Ameh
6. Makam Syeh Supayang
7. Guo Batu
8. Batu Balenong
9. Batu Basurek
Kec. Tigo Lurah
1. Batu Bajolang jo Basangkak
Kec. X Koto Singkarak
1. Dermaga Singkarak
2. Balai Adat
3. Rest Area Biteh
4. Panaorama Tanjuang Sopan
5. Tapian Endah Permai
6. Taluak Indah
7. Katapiang Indah
8. Panorama Gunung Tampa Dado
9. Panorama Angin Berembus
10. Pincuran Ruyuang
11. Makam Keramat
12. Kuburan Gobah
13. Panorama Sitinjau Lauik
14. Panorama Koto Tingga
15. Gua Ngalau
16. Balai Adat
17. Danau Tuo Ujuang Ladang
18. Aia Tajun Uj. Ladang (Pcr Gadang)
19. Aia Angek Padang Balimbiang
20. Rumah Gadang Pusako Tuo
21. Area Camping Ground
22. Vila Terapung/Puruak
23. Makam dalam Mushalla
Kec. Jungjuang Siriah
1. Guo Barangin
2. Kapalo Aia
3. Guo Indah K Ngalau
4. Batu Basurek
5. Guo Barangin
Kec. Bukik Sundi
1. Kapalo banda
2. Batu Kudo Kudo
3. Kuburan sawah Liek
4. Kuburan Angku Ikue
Lubuak
5. Batu Pasidangan Angku
Lareh
Kec. Lembang Jaya
1. Makam Rajo
2. Istano rajo
3. Tabek Ilang Lanyek
4. Aia Angek Batu Bajanjang
5. Balai Tabek nan Baampang
Alam Duo
6. Aia Angek Sapan Tanah
Kec. Hiliran Gumanti
1. Balairung Sari
2. Kuburan Angku Badarah Putiah
3. Tambang Sapek
4. Padang Jinawi
Kec. Danau Kembar
1. Dermaga Danau Diateh
2. Panorama Danau Kembar
3. Danau Talang
4. Wisata Agro
Kec. Lembah Gumanti
1. Muaro Danau dan Panti Usak
2. Kebun Bunga
3. Convention Hall
5. Guo Bukik boleng
6. Panorama Bukik Cambai
7. Rumah Adat Lipek Pageh
8. Kuburan Supadeh Tingga
9. Guo Aia Dingin
Kec. Kubung
1. Kapalo Banda
2. Makam Dt.Parpatiah Nan
Sabatang
3. Aia Angek Bukik Kili
4. GOR Batu Tupang
5. Balai Adat
6. Tabuah Larangan
7. Aia Tajun
8. Nagari Tradisional
9. Masjid Tuo
10. Kapalo Banda
Kec. Pantai Cermin
1. Aia angek
2. Gunung Intan
3. Pincuran Tujuah
4. Panorama Bukik Naris
5. Guo Besar
6. Tempat Pemancingan Ikan
7. Tampek Bakaua
8. Makam Pahlawan
9. Panorama Bt Salimpat dan
Subarang
10. Tanam batu
Kec. Gunung Talang
1. Aia Angek Sonsang
2. Rumah Gadang
3. Pincuran Rajo
4. Aia Angek Bukik Gadang
5. Makam Syeh Talang
6. Tabek Panjang
7. Sari manggis Resort
8. Rumah Gadang Tigo Niniak
9. Kolam Ikan Sungai janiah
10. Kolam Pancing tabek
Panjang
11. Rest Area Bukik Subang
12. Kebun Teh Kayu Jao
(PTPN. VI)
13. Masjid Tuo Kayu jao (Atok
Ijuak)
61
Dari berbagai objek wisata alam dan budaya yang ada diatas keadaannya
sekarang sarana dan prasarana belum memadai, begitu juga objek pariwisata
minat khusus tersebut diatas pada umumnya telah mendapatkan perhatian
masyarakat/wisatawan baik lokal maupun nusantara, namun karena keterbatasan
dana dan kurangnya partisipasi swasta (sponsor) sehingga beberapa event tersebut
tidak dapat terlaksana secara kontiniu dan berkala.
62
B. Temuan Khusus
1. Pelaksanaan Tour de Singkarak di Kabupaten Solok
Pada bagian ini penulis ingin memaparkan informasi mengenai bagaimana
pelaksanaan event Tour de Singkarak di Kabupaten Solok, namun terlebih dahulu
penulis akan sajikan beberapa data yang berhasil dikumpulkan pada proses
penelitian diantaranya tentang sejarah singkat Tour de Singkarak, bagaimana
perkembangannya, pembiayaannya dan juga kritikan terhadap pelaksanaan TdS di
Kabupaten Solok.
a. Sejarah Tour de Singkarak
Dari hasil temuan penelitian dan dokumentasi yang diperoleh dari
lapangan, didapatkan beberapa informasi umum mengenai Tour de Singkarak
(TdS). Salah satunya adalah sejarah terbentuknya Tour de Singkarak dan kenapa
dinamai demikian. Untuk mengetahui hal itu berikut ini akan penulis paparkan
hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Solok,
beliau menerangkan secara singkat bagaimana awal mula terbentuknya event TdS
di Sumatera Barat, beliau menyatakan bahwa:
“TdS ini berawal dari konsultasi Pemprov Sumbar dengan
Kemenbudpar (sekarang diganti Kemenparekraf) dalam sebuah
pertemuan untuk membahas program-program pengembangan
kepariwisataan Sumbar, dan saat itu Kab.Solok menarik perhatian
pihak Kemenbudpar dimana daerah ini sangat istimewa, 1 Kabupaten
memiliki 4 buah Danau sekaligus. Maka terbentuklah ide untuk
menyelenggarakan program promosi pariwisata yang dipadukan
dengan balap sepeda internasional layaknya Tour de France yang
sudah sangat terkenal di dunia dan juga banyak negara lain telah
membuat Event yang serupa. Program ini akhirnya dinamakan Tour
de Singkarak, dimana Singkarak yang merupakan Danau terbesar di
Sumbar dijadikan sebagai daya tarik event ini” (wawancara, Jumat 27
Desember 2013)
63
Kemudian daripada itu, seiring semakin bagusnya pamor TdS, sekarang
ini banyak pula terdengar mengenai isu-isu penggantian nama Tour de Singkarak
menjadi Tour de Minangkabau atau tour de Indonesia. Menanggapi hal ini Bapak
H.Edmizal,SE selaku Kepala Bidang Promosi dan Kerjasama Kepariwisataan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Solok menyatakan bahwa:
“Tour de Singkarak ini tidak bisa dengan mudah diganti-ganti
namanya sebagaimana isu-isu yang beredar saat ini, melihat
bagaimana perjuangan dan proses panjang yang dilewati oleh
Pemprov Sumbar beserta Kab.Solok agar program TdS ini dapat
terlaksana hingga saat ini telah menjadi agenda tahunan
Kemenparekraf. Disamping itu, TdS sudah sangat dikenal, jika diganti
dikhawatirkan akan menurunkan pamor dari TdS itu sendiri Melihat
potensi TdS yang besar ini, bahkan banyak daerah lain seperti Sumut,
Sumsel dan beberapa daerah lain di Indonesia yang juga ingin
menggunakan Ikon wisata mereka sebagai brand untuk Event yang
serupa dengan TdS” (wawancara, Selasa 31 Desember 2013)
Dari paparan diatas dapat kita lihat bagaimana sejarah penggunaan nama
Singkarak sebagai Brand Event Tour de Singkarak, bahwa Singkarak diambil
sebagai nama (Brand) dari event TdS karena Singkarak merupakan Danau
terbesar di Sumbar maka itu dijadikan daya tarik tersendiri dari event akbar ini.
Pemerintah melihat potensi kepariwisataan yang sangat besar di Sumbar dan
belum berkembang dengan baik, maka pemerintah merancang berbagai program
pengembangan salah satunya program promosi yang dikemas dalam bentuk balap
sepeda internasional yang diberi nama Tour de Singkarak.
Tour de Singkarak ini diharapkan dapat dijadikan media promosi yang efektif
bagi kepariwisataan Sumbar secara umum dan juga merangsang pertumbuhan
pariwisata Kabupaten dan Kota di wilayah Sumbar tak terkecuali Kabupaten
Solok. Apalagi Brand Event dari TdS diambil dari nama Danau yang terdapat di
64
Kab.Solok itu sendiri. Ini adalah suatu keuntungan tersendiri bagi Kab.Solok yang
tidak dimiliki daerah lain di Sumbar.
b. Perkembangan TdS
Tour de Singkarak adalah sebuah program yang memadukan pariwisata
dan olahraga (Sport Tourism) secara atraktif dalam bentuk Balap sepeda berskala
internasional yang dilaksanakan di Sumatera Barat sebagai ajang untuk
mempromosikan kepariwisataan Sumatera Barat. Sedangkan Singkarak sendiri
adalah nama sebuah Danau terbesar yang terdapat di Sumatera Barat ini dijadikan
Ikon dari event TdS.
Tour de Singkarak merupakan hasil kerja sama Kemenparekraf dengan PB
ISSI (Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia), Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten Sumatera Barat, dengan
menggandeng Amaury Sport Organization (ASO) yaitu penyelenggara Tour de
France. Tour de Singkarak telah menjadi agenda resmi tahunan Persatuan Balap
Sepeda Dunia (Union Cycliste Internationale) untuk wilayah Asia. Dengan
parameter yang sama digunakan untuk mengukur Tour de France di Perancis.
Tour de Singkarak tercatat sebagai ajang balap sepeda dengan jumlah penonton
terbanyak kelima di dunia.
Penyelenggaraan Tour de Singkarak diikuti oleh belasan tim internasional.
Beberapa diantaranya yang rutin menjadi peserta adalah: Jepang, Iran, Singapura,
Australia, Uzbekistan, Ukraina, Kirgiztan, Rusia, Taipe, Amerika Serikat, Jerman,
Belanda, Brunei, Selandia Baru, Perancis, Vietnam, Malaysia, dan tentunya
Indonesia.
65
Tour de Singkarak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2009 dengan
lama penyelenggaraan lima hari. Pada edisi pertama, Tour de Singkarak dibagi
atas empat etape sejauh 459 Km dengan melewati 4 kabupaten dan kota di
Sumatera Barat. Jumlah ini terus bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan
meningkatnya pembangunan infrastruktur penunjang balapan, terutama jalan raya.
Pada edisi kedua, jumlah etape dan jarak tempuh Tour de Singkarak meningkat
menjadi enam etape dengan jarak tempuh 552 Km dan melibatkan 10 kabupaten
dan kota. Sejak edisi ketiga, lama penyelenggaraan Tour de Singkarak terus
berlangsung selama tujuh hari dengan melombakan tujuh etape. Panjang lintasan
atau jarak tempuh dan jumlah peserta juga relatif meningkat setiap tahun. Berikut
ini perkembangan Tour de Singkarak dari tahun 2009 s/d 2013.
Tabel 1
Perkembangan TdS dari tahun 2009-2013
Jumlah 2009 2010 2011 2012 2013
Waktu
Pelaksanaan
29 April-3
Mei
1-6 Juni 6-12 Juni 4-10 Juni 2-9 Juni
Peserta
(negara)
15 12 13 15 17
Jarak tempuh 462 Km
(4 Etape)
552 Km
(6 Etape)
794 Km
(7 Etape)
854 Km
(7 Etape)
1.173 Km
(7 Etape)
Hadiah 600 juta 600 juta 750 juta 1 M 1,2 M
Kab/ Kota
yang terlibat
4 10 12 14 17
Sumber: www.tourdesingkarak.com
Pada tiga edisi terawal, Tour de Singkarak selalu diawali dengan etape
pertama di Kota Padang dan mengambil tempat di dermaga Danau Singkarak,
Kabupaten Solok sebagai tempat penutupan. Namun, pada edisi keempat dan
kelima terdapat perbedaan, dimana etape pembukaan tidak lagi dilangsungkan di
66
Padang melainkan dipindahkan ke kota lain. Sawahlunto terpilih sebagai tuan
rumah pembukaan TdS 2012 dan pada TdS 2013 giliran Bukittinggi yang ditunjuk
menjadi tuan rumah pembukaan. Sementara itu penutupan TdS selama 2 tahun
terakhir dilaksanakan kota Padang bukan lagi di dermaga Danau Singkarak.
c. Pembiayaan Tour de Singkarak
Mengenai bagaimana program ini dilaksanakan dan dari mana sumber
dananya didapatlah sejumlah informasi sebagai berikut, berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Drs.M.Alfajri selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kab.Solok yang menyatakan bahwa:
“Program TdS ini dikonsepkan serta dibiayai sebagian besar oleh
Kemenparekraf yang bekerjasama dengan Pemprov Sumbar dan juga
berkoordinasi dengan Kab/Kota yang wilayahnya dilewati rute TdS.
Pembiayaan juga berasal dari Pemprov dan masing-masing Kab/Kota
yang terlibat juga mengeluarkan dana untuk memfasilitasi
penyelenggaraan TdS di daerahnya masing-masing. Bantuan dari
pihak sponsor juga ada dalam berbagai bentuk seperti pencetakan
baju, pemasangan baliho promosi dan juga produk mereka”
(wawancara, 27 Desember 2013)
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Bapak H.Edmizal,SE selaku Kepala
Bidang Promosi dan Kerjasama Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kab.Solok, ditanyai mengenai sumber dana penyelenggaraan TdS,
beliau menyatakan bahwa:
“Pembiayaan TdS melibatkan banyak pihak, selain dana dari
Kemenparekraf dan Pemprov Sumbar, juga dukungan dari Dinas PU
dan Perhubungan dalam bentuk perbaikan infrastruktur jalan yang
sangat menentukan kelayakan wilayah kita untuk dapat melaksanakan
event balap sepeda internasional. Semua Kabupaten dan Kota juga
memberikan dukungan dana untuk pembiayaan di tingkat pusat
dengan nominal sekitar ± Rp 50 juta dan untuk fasilitasi TdS di daerah
masing-masing dianggarkan lewat APBD sekitar Rp 600 juta atau
lebih. Jumlah ini tidak tetap dan cenderung meningkat setiap
tahunnya” (wawancara, 31 Desember 2013)
67
Selain hasil wawancara diatas, juga penulis temukan dokumen berupa hasil
wawancara dengan Bapak Suprapto, Kepala Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang
dan Pemukiman (Prasjal Tarkim) Sumatra Barat mengenai perbaikan sarana dan
prasarana jalan untuk rute perlombaan TdS yang diterbitkan dalam Kompas, edisi
Jumat 4 Mei 2012, beliau mengatakan:
“Pengerjaan perbaikan sudah dilakukan sejak 6 bulan lalu. Untuk
biaya perbaikannya menelan biaya hingga Rp50 miliar, di beberapa
lokasi, justru dikebut pengerjaannya antara lain pada 3 titik
berkategori rehab berat. Lokasi tersebut terletak di Jalan arah Lubuk
Begalung - Teluk Bayur Kota Padang, Jalan lingkar Danau Singkarak,
dan Jalan di Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung. Saat ini sudah
mendekati rampung, dan ditargetkan tuntas pada 30 Mei
ini”(Kompas,Jumat 4 Mei 2012)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui sumber sekaligus nominal
dana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan TdS. Seperti yang dijelaskan diatas
bahwa Kab.Solok memperoleh dana dari penganggaran APBD dan juga dukungan
dari sponsor dalam berbagai bentuk bantuan. Untuk perbaikan prasarana jalan
dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jumlah dana yang dibutuhkan setiap
tahunnya berbeda-beda tergantung kondisi dan kebutuhan kita saat itu.
d. Pelaksanaan Tour de Singkarak di Kabupaten Solok
Penyelenggaraan TdS di Kab.Solok sudah terlaksana sebanyak 5 kali mulai
dari tahun 2009 hingga yang terakhir tahun 2013 lalu. Pemerintah Kabupaten
Solok sebagai fasilitator TdS berperan dan bertanggung jawab dalam
mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyambut event
TdS sebagaimana yang telah dituangkan dalam MOU yang ditandatangani oleh
Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kemenparekraf beserta Kadisbudpar
68
Provinsi Sumbar dan juga Kadisbudpar Kabupaten Solok dalam bentuk
“Kesepakatan Tugas dan Tanggung Jawab Kabupaten Solok dalam
Penyelenggaraan TdS”.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kab.Solok Bapak Drs.M.Alfajri, beliau mengatakan bahwa:
“Dalam penyelenggaraan TdS ini, kami bertanggung jawab sebagai
fasilitator yaitu menyediakan segala hal ikhwal sarana dan prasarana
yang diperlukan agar event ini dapat dilaksanakan di Kab.Solok
seperti perbaikan dan pembersihan pada jalan-jalan yang kurang
layak, pengurusan areal start dan finish stage, pengamanan route
perlombaan oleh aparat keamanan, dan penyediaan konsumsi”
(wawancara, 27 Desember 2013)
Hal yang senada juga disampaikan oleh Bapak H.Edmizal,SE selaku Kepala
Bidang Promosi dan Kerjasama Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, bahwa dalam penyelenggaraan TdS Pemkab.Solok juga menampilkan
kesenian khas daerah, menyediakan panggung, tenda, dan tenaga kesehatan
sebagai berikut:
“Selain bertanggungjawab dalam pengamanan rute oleh ratusan aparat
keamanan, perbaikan jalan, penyediaan konsumsi, kami juga
menampilkan kesenian daerah Kabupaten Solok pada saat event
berlangsung, pengadaan panggung hiburan kesenian, pangguang
penyerahan hadiah, tenda, kursi untuk para tamu, selain itu juga
penyediaan mobil ambulance dan tenaga medis” (wawancara, 31
Desember 2013)
Berikut ini masih mengenai teknis penyelenggaraan TdS di Kab.Solok, Ibu
Dra.Weni Oktiarni,MM selaku sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kab.Solok mengatakan bahwa selain menyediakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan, Pemkab.Solok juga melakukan sosialisasi dan promosi event TdS ini
kepada seluruh lapisan masyarakat agar turut memeriahkan TdS, sebagai berikut:
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx
BAB I ega.docx

More Related Content

Similar to BAB I ega.docx

Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian IndonesiaDampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian IndonesiaLestari Moerdijat
 
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi Daerah
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi DaerahPembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi Daerah
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi DaerahHanin Pradita
 
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 nttPresentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 nttDadang Solihin
 
Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice
 Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice
Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_miceNitaMewaKameliaSiman
 
3. PPT Info Aspiring Geopark Tulangagung
3. PPT Info Aspiring Geopark Tulangagung3. PPT Info Aspiring Geopark Tulangagung
3. PPT Info Aspiring Geopark TulangagungGeoparkIndonesia
 
Kalteng Branding no cv
Kalteng Branding no cvKalteng Branding no cv
Kalteng Branding no cvPriya Husada
 
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.pptBahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.pptmachin4
 
Sekilas Lombok Sumbawa
Sekilas Lombok SumbawaSekilas Lombok Sumbawa
Sekilas Lombok SumbawaMingMuslimin1
 
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptxArah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptxDungtji
 
Koridor ekonomi bali nusa tenggara
Koridor ekonomi bali nusa tenggaraKoridor ekonomi bali nusa tenggara
Koridor ekonomi bali nusa tenggaraArif Budiman
 
Update BAB 1-6 29 Sept 2023 Kajian Pariwisata.docx
Update BAB 1-6 29 Sept 2023 Kajian Pariwisata.docxUpdate BAB 1-6 29 Sept 2023 Kajian Pariwisata.docx
Update BAB 1-6 29 Sept 2023 Kajian Pariwisata.docxEdwinTampubolon1
 
Kebijakan pada destinasi pariwisata homestay dan desa wisata jawa tengah
Kebijakan pada destinasi pariwisata homestay dan desa wisata jawa tengahKebijakan pada destinasi pariwisata homestay dan desa wisata jawa tengah
Kebijakan pada destinasi pariwisata homestay dan desa wisata jawa tengahawan putih
 
KAK sayembara final
KAK sayembara final KAK sayembara final
KAK sayembara final Vita Fatimah
 
Analisis Pemintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo Sebagai Temp...
Analisis Pemintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo Sebagai Temp...Analisis Pemintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo Sebagai Temp...
Analisis Pemintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo Sebagai Temp...Repository Ipb
 
Rumusan pelancongan
Rumusan pelanconganRumusan pelancongan
Rumusan pelanconganilma_ismail
 

Similar to BAB I ega.docx (20)

Menginklusifkan pariwisata sumut
Menginklusifkan pariwisata sumutMenginklusifkan pariwisata sumut
Menginklusifkan pariwisata sumut
 
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian IndonesiaDampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
 
Pajak Hotel
Pajak HotelPajak Hotel
Pajak Hotel
 
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi Daerah
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi DaerahPembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi Daerah
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi Daerah
 
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 nttPresentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
 
Bappenas
BappenasBappenas
Bappenas
 
Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice
 Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice
Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice
 
3. PPT Info Aspiring Geopark Tulangagung
3. PPT Info Aspiring Geopark Tulangagung3. PPT Info Aspiring Geopark Tulangagung
3. PPT Info Aspiring Geopark Tulangagung
 
Bab III proptek edit
Bab III proptek editBab III proptek edit
Bab III proptek edit
 
Kalteng Branding no cv
Kalteng Branding no cvKalteng Branding no cv
Kalteng Branding no cv
 
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.pptBahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
 
Sekilas Lombok Sumbawa
Sekilas Lombok SumbawaSekilas Lombok Sumbawa
Sekilas Lombok Sumbawa
 
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptxArah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
 
Koridor ekonomi bali nusa tenggara
Koridor ekonomi bali nusa tenggaraKoridor ekonomi bali nusa tenggara
Koridor ekonomi bali nusa tenggara
 
Update BAB 1-6 29 Sept 2023 Kajian Pariwisata.docx
Update BAB 1-6 29 Sept 2023 Kajian Pariwisata.docxUpdate BAB 1-6 29 Sept 2023 Kajian Pariwisata.docx
Update BAB 1-6 29 Sept 2023 Kajian Pariwisata.docx
 
Kebijakan pada destinasi pariwisata homestay dan desa wisata jawa tengah
Kebijakan pada destinasi pariwisata homestay dan desa wisata jawa tengahKebijakan pada destinasi pariwisata homestay dan desa wisata jawa tengah
Kebijakan pada destinasi pariwisata homestay dan desa wisata jawa tengah
 
Kua2012
Kua2012Kua2012
Kua2012
 
KAK sayembara final
KAK sayembara final KAK sayembara final
KAK sayembara final
 
Analisis Pemintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo Sebagai Temp...
Analisis Pemintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo Sebagai Temp...Analisis Pemintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo Sebagai Temp...
Analisis Pemintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo Sebagai Temp...
 
Rumusan pelancongan
Rumusan pelanconganRumusan pelancongan
Rumusan pelancongan
 

Recently uploaded

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 

Recently uploaded (20)

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 

BAB I ega.docx

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan Indonesia merupakan penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk memacu pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Pada Tahun 2011 perolehan devisa negara dari pariwisata diperkirakan mencapai USD 8.5 miliar, naik 11.8% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan ada di level 6.5% dan pertumbuhan pariwisata dunia yang hanya berkisar 4.5%. Untuk kontribusi terhadap devisa, sektor pariwisata ada di peringkat 5 setelah minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, batubara, dan karet olahan (Sumber: BPS, 2012). Berdasarkan data diatas dapat kita lihat begitu besarnya potensi pariwisata bagi pendapatan negara. Dalam Renstra Kemenbudpar 2010 disebutkan bahwa Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan berusaha, dan memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa negara yang dihasilkan dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), serta berperan dalam mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat (Renstra Kemenbudpar 2010). Karena itu maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bidang pariwisata ini nantinya akan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang mampu mendorong pemerataan Pembangunan Nasional. Berbagai program pemerintah untuk meningkatkan kinerja kepariwisataan Indonesia sebagai sektor andalan pembangunan nasional terus dilakukan , antara
  • 2. 2 lain dengan menyelenggarakan program “Wonderful Indonesia” yang telah mendorong diselenggarakannya ratusan event nasional maupun internasional di Indonesia setiap tahunnya (www.budpar.go.id). Selain bertujuan untuk meningkatkan devisa, pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran serta kebanggaan masyarakat terhadap kekayaaan alam dan budaya bangsa dengan memperkenalkannya lewat event pariwisata. Khususnya di Sumatera Barat, salah satu event tersebut adalah Tour de Singkarak. Selama 5 tahun terakhir Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat beserta Pemerintah Kabupaten dan Kota wilayah Sumatera Barat menyelenggarakan event Internasional Tour de Singkarak (TdS). Event ini telah rutin dilaksanakan dari tahun 2009 hingga tahun 2013 dan telah menjadi agenda tahunan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tour de Singkarak merupakan sebuah perpaduan atraktif antara promosi pariwisata dan olah raga (Sport Tourism) dalam bentuk lomba balap sepeda bertaraf internasional yang diselenggarakan di Sumatera Barat. Kegiatan TdS merupakan sebuah ajang internasional dalam upaya mempromosikan kepariwisataan Indonesia, khususnya Sumatera Barat. Kegiatan ini menjadi terobosan untuk mendorong partisipasi aktif pemerintah dan pihak swasta serta diharapkan mampu menempatkan Sumatera Barat dalam Peta Destinasi Pariwisata Dunia melalui event olahraga .
  • 3. 3 Event ini diikuti oleh peserta dari dalam dan luar negeri yang memperebutkan hadiah total ratusan juta rupiah. Dari tahun ke tahun baik total hadiah maupun jumlah negara peserta relatif meningkat, demikian juga dengan lintasannya, jarak yang ditempuh oleh pebalap semakin jauh, karena semakin luas daerah yang akan dilalui seiring semakin antusiasnya Kabupaten dan Kota di wilayah Sumbar untuk ikut serta agar wilayahnya juga bisa dilewati oleh rute TdS. Berikut ini adalah perkembangan TdS dari tahun 2009 s/d 2013. Tabel 1 Perkembangan TdS dari tahun 2009-2013 Jumlah 2009 2010 2011 2012 2013 Peserta (negara) 15 12 13 15 17 Jarak tempuh 462 Km (4 Etape) 552 Km (6 Etape) 794 Km (7 Etape) 854 Km (7 Etape) 1.173 Km (7 Etape) Hadiah 600 juta 600 juta 750 juta 1 M 1,2 M Kab/ Kota yang terlibat 4 10 12 14 17 Sumber: www.tourdesingkarak.com Mengenai dampak dari event ini, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan: “TdS mendorong kunjungan wisman ke Sumbar naik hingga 13,2% atau di atas kenaikan pariwisata nasional 8,9%. Tahun 2010, wisman yang menginap di hotel berbintang di Sumbar sebanyak 332.515 orang, tahun 2011 meningkat menjadi 413.180 orang atau naik 24,3%. Kita berharap dengan diselenggarakannya TDS 2012, kenaikan kunjungan wisman ke Sumbar naik sekitar 15%,” (pidato Gubernur saat Rakor persiapan TdS di kantor Kemenparekraf, Jakarta Rabu 18/01/2012). Berdasarkan data diatas memang terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, namun data ini belum mampu menjelaskan apakah keuntungan ekonomi dari event TdS ini sudah terdistribusi secara merata ke seluruh daerah
  • 4. 4 Kabupaten dan Kota. Dalam artian apakah setiap Kabupaten dan Kota yang terlibat TdS juga mendapatkan manfaat yang sama seperti yang layaknya diperoleh oleh pengusaha Hotel dan Restoran besar. Dengan mengusung event ini, secara umum ada 3 manfaat utama yg diharapkan dari pelaksanaan TdS (www.tourdesingkarak.com): 1. Terbangunnya Image Sumbar sebagai daerah tujuan wisata baik nasional maupun internasional. 2. Manfaat ekonomis dengan kehadiran peserta yg akan mengeluarkan uangnya selama beberapa hari di Sumatera Barat untuk berbagai keperluan, akan menggairahkan kegiatan perhotelan, restoran, transportasi, kerajinan dan lain-lain. 3. Pengalaman menyelenggarakan kegiatan berskala internasional bagi semua stakeholder yg terlibat dalam kegiatan ini. Terlepas dari manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan TdS ini, banyak pihak yang menyangsikan efektifitas dan efisiensi dari penyelenggaraan iven ini. Salah satunya adalah Anggota Komisi III Bidang Pembangunan DPRD Sumatra Barat Jonimar Boer yang menyatakan secara pribadi menolak even tahunan balap sepeda internasional Tour de Singkarak karena dianggapnya kurang bermanfaat bagi daerah dalam rapat kerja dengan Komisi III Bidang Pembangunan DPRD Sumbar, dengan Dinas Prasanara Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Sumbar, antara lain membahas pembangunan atau peningkatan ruas jalan untuk pelaksanaan Tour de Singkarak sebagai berikut: "Saya menolak kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut karena kurang bermanfaat terhadap
  • 5. 5 peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Sumbar. Begitu besar anggaran dialokasikan Pemprov Sumbar untuk mendukung pelaksanaan Tour de Singkarak, termasuk untuk pembenahan rute balapan. Begitu pula dana disediakan pemerintah pusat untuk pelaksanaan Tour de Singakarak pada setiap tahun cukup besar. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada dampak positif yang nyata bagi rakyat Sumbar dari pelaksaan Tour de Singkarak, karena kegiatannya ini kurang menyentuh kegiatan ekonomi masyarakat. Keuntungan terbesar justru diraih pihak-pihak dari pusat terutama panitia penyelenggara, sementara rakyat Sumbar lebih berada pada posisi penonton di daerah sendiri," (mediaindonesia.com, 20 Maret 2012) Penulis sendiri sebagai bagian dari masyarakat luas pun melihat hal yang serupa, dimana manfaat nyata dari event ini belum dapat dirasakan masyarakat Sumbar terutama Kabupaten Solok. Sebagaimana dikatakan bahwa pelaksanaan event TdS ini akan memberikan manfaat ekonomis dengan kehadiran peserta yg akan mengeluarkan uangnya selama beberapa hari di Sumatera Barat untuk berbagai kebutuhannya, akan menggairahkan kegiatan perhotelan, restoran, transportasi, kerajinan dan lain-lain. Pada kenyataannya tidak semua daerah Kabupaten/Kota yang memiliki fasilitas Hotel yang representatif untuk menampung peserta, salah satunya Kabupaten Solok. Itu berarti tidak seluruh daerah bisa mendapatkan “manfaat ekonomis” yang sama dari pelaksanaan event ini. Kalaupun ada pihak yang mendapat manfaat atau keuntungan dari event ini, itu hanya didapat oleh pengusaha perhotelan, restoran, dan transportasi dengan standar tertentu. Selain hal diatas, ada lagi masalah yang ditimbulkan oleh pelaksanaan TdS ini yaitu masalah lalu lintas. Sejumlah ruas jalan utama maupun yang terhubung dengan rute yang akan dilewati peserta TdS ditutup, dan karena event ini lalu lintas bisa lumpuh hingga 6 jam. Tentunya hal ini setidaknya akan mengganggu
  • 6. 6 aktifitas masyarakat, menimbulkan kemacetan yang panjang dan bahkan dapat mengakibatkan kerugian bagi masyarakat terutama bagi mereka yang tidak mengetahui jadwal penutupan jalan, sehingga tidak ada persiapan dan antisipasi sebelumnya. Manfaat dari program ini dirasa belum menyentuh kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Solok terlebih dalam hal pariwisatanya, seolah-olah nama Singkarak sebagai Brand Event TdS yang juga merupakan nama sebuah Danau terbesar di Sumatera Barat yang terletak di wilayah Kabupaten Solok ini belum mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan kepariwisataan Kabupaten Solok itu sendiri. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari dari kita semua, disebabkan oleh biaya penyelenggaraan yang mencapai belasan Miliar rupiah, persiapan yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga, dikhawatirkan program ini hanya akan menjadi pemborosan jika tujuan tidak tercapai secara efektif. Berdasarkan uraian diatas menarik untuk ditelusuri melalui penelitian yang penulis beri judul: Kontribusi Penyelenggaraan Tour de Singkarak bagi Pembangunan Pariwisata Kabupaten Solok. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan paparan dalam Latar Belakang diatas, maka dapatlah diidentifikasikan masalah-masalah dari pelaksanaan TdS ini yaitu sebagai berikut: 1. Belum dapat terlihat atau dirasakannya manfaat dan kontribusi yang berarti dari penyelenggaraan event TdS bagi masyarakat maupun pariwisata Kabupaten Solok.
  • 7. 7 2. Manfaat Ekonomis dari TdS hingga saat ini baru dapat dirasakan oleh segelintir pengusaha perhotelan, restoran dan transportasi tertentu saja, dan itu berarti manfaat dari event ini belum terdistribusi secara merata ke semua lapisan masyarakat. 3. Pengamanan jalan saat TdS menyebabkan kemacetan lalu lintas hingga 6 jam, dan itu dapat mengganggu aktifitas ekonomi dan mobilitas masyarakat. C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi permasalahan diatas pada satu masalah utama yaitu belum terlihat atau dirasakannya manfaat dan kontribusi penyelenggaraan TdS bagi masyarakat dan pariwisata Kabupaten Solok. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan bisa lebih fokus serta hasil penelitian yang didapat akan lebih spesifik dan mendalam. D. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah dipilih dalam Batasan Masalah diatas, maka berikut ini akan dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan program Tour de Singkarak di Kabupaten Solok selama 5 tahun terakhir? 2. Apa bentuk kontribusi dari pelaksanaan TdS bagi perkembangan pariwisata dan masyarakat Kabupaten Solok? 3. Apa saja upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Solok dalam memaksimalkan pemanfaatan event TdS untuk pengembangan pariwisata Kab.Solok?
  • 8. 8 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Memperoleh gambaran dan informasi tentang pelaksanaan program Tour de Singkarak yang telah dilaksanakan selama 5 tahun terakhir. 2. Mengetahui bentuk kontribusi dari pelaksanaan TdS bagi perkembangan pariwisata dan masyarakat Kabupaten Solok. 3. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten dalam memaksimalkan pemanfaatan event TdS untuk pengembangan pariwisata Kabupaten Solok. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat berguna dan dimanfaatkan secara teoritis dan juga secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi yang berguna bagi siapa saja yang membutuhkannya dan semoga dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan sosial khususnya dibidang Pariwisata. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah pusat maupun daerah dalam merumuskan dan memutuskan kebijakan selanjutnya, bagi Para peneliti untuk jenis dan metode penelitian yang sama, dan Masyarakat Sumbar secara umum dan Kabupaten Solok secara khusus agar bisa memahami bagaimana sesungguhnya peran mereka dalam keberhasilan suatu daerah dengan program-program pengembangannya.
  • 9. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis Sebagai bahan analisis teoritik, penulis ingin menjelaskan tentang konsep Pembangunan Kepariwisataan di Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan berpedoman pada PP No.50/2011 tentang RIPPARNAS (Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional). Salah satu program Kemenparekraf dalam bidang Pemasaran Pawisata adalah Tour de Singkarak yang dilaksanakan di Sumatera Barat. Maka dari itu berikut ini akan dijelaskan juga mengenai konsep Tour de Singkarak sebagai sebuah kebijakan pemerintah di bidang Pemasaran Pariwisata, untuk kemudian dievaluasi sehingga dapat diketahui kontribusi dari penyelenggaraan event TdS ini bagi Pembangunan Pariwisata Kab.Solok 1. Pembangunan Kepariwisataan Nasional Sebelum penulis menjabarkan tentang pembangunan kepariwisataan nasional, ada baiknya kita ulas sedikit mengenai konsep pariwisata secara umum, meliputi pengertian pariwisata, daya tarik wisata, dan pelaku pariwisata. a. Konsep Pariwisata 1) Pengertian Pariwisata Secara etimologis pariwisata terdiri dari dua kata yakni “pari” dan “wisata”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pari berarti banyak, berkali-kali, atau berputar-putar. Sedangkan wisata berarti perjalanan, bepergian dalam waktu singkat (KBBI, 2010). Jadi pariwisata dapat diartikan kepergian seseorang dari tempat asalnya untuk jangka waktu yang relatif singkat dengan tujuan hanya
  • 10. 10 untuk rekreasi. Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, “Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah”. Kodhyat (1996:45) mengatakan “pariwisata adalah fenomena yang ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia yang disebut perjalanan (travel). Sedangkan kegiatan pariwisata adalah kegiatan perjalanan untuk memenuhi rasa ingin tahu, untuk keperluan yang bersifat rekreatif dan edukatif”. Sementara itu A. J Burkart dan S. Medlik dalam Kodhyat (1996: 43) berpendapat bahwa “pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan meraka selama tinggal ditempat tersebut”. Menurut Kurt Morgenroth dalam Bakaruddin (2009:16): “Kepariwisataan dalam arti sempit ialah lalu lintas orang-orang yang meninggalkan tempat tinggal untuk sementara waktu, untuk berpesiar ditempat lain semata-mata sebagai konsumen dari sebuah hasil perekonomian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam dari diri pribadinya”. 2) Daya Tarik Wisata Dalam Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 1 poin 5 dijelaskan bahwa “Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan”.
  • 11. 11 Tidak jauh berbeda dengan apa yang dijelaskan dalam Undang-undang No.9 Tahun 1990 Pasal 4, “...bahwa yang dimaksud dengan objek dan daya tarik wisata adalah: (1) Segala ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, (2) Hasil karya dan budaya manusia. Selanjutnya Undang-undang ini menjelaskan objek dan daya tarik wisata itu dikelompokkan kedalam 3 bagian yaitu: 1. Objek wisata dan daya tarik wisata alam, seperti keindahan alam, flora dan fauna 2. Objek wisata dan daya tarik wisata budaya, seperti museum dan peninggalan sejarah 3. Objek wisata dan daya tarik wisata minat khusus, seperti wisata baru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat-tempat hiburan”. Nilai-nilai yang diperlukan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau lokasi-lokasi objek wisata adalah Sapta Pesona yaitu (dalam Oka Yoeti,1996:80-82): a) Aman Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman, tentram, tidak takut, terlindung dan bebas dari : a. Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan, penodongan, dan lain-lain. b. Terserang penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya. c. Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang kurang baik, seperti kendaraan, peralatan untuk makan dan minum, lift, alat perlengkapan atau rekreasi atau olahraga. d. Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh pedang asongan, tangan jahil, ucapan dan tindakan serta perilaku yang tidak bersahabat dan lain-lain.
  • 12. 12 b) Tertib Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat seperti: a. Lalu lintas tertib, teratur dan lancar. Alat angkutan datang dan berangkat tepat pada waktunya. b. Tidak nampak orang berdesakan atau berebutan untuk mendapatkan atau berebutan untuk mendapatkan atau membeli sesuatu yang diperlukan. c. Bangunan dan lingkungan ditata teratur dan rapi. d. Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat. e. Informasi yang benar dan tidak membinggungkan. f. Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat-tempat umum, seperti di hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekreasi, tempat buang air kecil/besar dan lain-lain sebagainya. Bersih dari sampah, kotoran, corat-coret dan lain-lannya. c) Bersih Bersih merupakan keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan merasakan betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat seperti :
  • 13. 13 a. Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat-tempat minum, seperti dihotel-hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekrasi, tempat buang air kecil/besar danlain-lain. b. Sajian makanan dan minuman bersih dan sehat. c. Penggunaan dan penyediaan alat perlengkapan yang bersih seperti sendok, piring, tempat tidur, alat olahraga dan lain sebagainya. d. Pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi serta tidak mengeluarkan bau tidak dan lain-lain. d) Sejuk Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberikan suasana atau keadaan sejuk, nyaman dan tentram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya. e) Indah Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap dipandang disebut “Indah”. Indah dapat dilihat dari berbagai segi, seperti segi tata warna, tata letak, tata ruang, bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberikan kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah yang selalu sejalan dengan bersih, tertib dan tidak terpisahkan dari lingkungan hidup, baik berupa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia. f) Ramah Tamah Ramah tamah merupakan suatu sikap dan prilaku seseorang yang menunjukan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik. Ramah tamah
  • 14. 14 tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan atau sikap. Ramah Tamah merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang aik. Sikap ramah tamah itu merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan. Oleh karena itu harus kita pelihara trus menerus. g) Kenangan Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat berupa yang indah dan menyenagkan, akan tetapi dapat pula yang tidak menyenangkan. Kenangan yang diinginkan diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata, dengan sendirinya adalah indah dan menyenangkan. Kenangan indah ini dapat pula diciptakan seperti : a. Akomodasi yang nyaman, bersih dan sehat, pelayanan yang cepat, tepat dan ramah, suasana yang mencerminkan ciri khas daerah dalam bentuk dan gaya bangunan serta dekorasinya. b. Atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik itu berupa seni tari, seni suara, berbagai macam ucapan. c. Makan dan minuman khas daerah yang lezat, dengan penampilan dan penyajian yang menarik. d. Cenderamata yang mungil yang mencerminkan ciri-ciri khas derah, bermutu tinggi, mudah dibawa dan dengan harga yang terjangkau, mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau kenangan dari kunjungan seseorang ke suatu tempat/daerah/negara.
  • 15. 15 3) Pelaku Pariwisata Dalam buku Pengantar Ilmu Pariwisata, Oka Yoeti (1996: 98) mengemukakan pelaku pariwisata sebagai berikut: “Pelaku pariwisata terdiri dari: 1. Wisatawan, konsumen atau penggguna produk dan layanan perubahan-perubahan yang terjadi pada hidup mereka berdampak langsung pada kebutuhan wisata yang dalam hal ini adalah permintaan wisata. 2. Industri pariwisata adalah penyedia jasa dan atau sering disebut industri pariwisata. Industri pariwisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. 3. Pendukung jasa pariwisata. Kelompok ini adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata, tetapiseringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk itu, termasuk didalamnya penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olah raga, usaha bangan pangan, penjualan BBM dan sebagainya. 4. Pemerintah, yang mempunyai otoritas dalam pengaturan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. 5. Masyarakat lokal, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata (penduduk asli), karena sesungguhnya merekalah yang menyediaan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. 6. Lembaga swadaya masyarakat. Banyak LSM, baik lokal, regional, maupun internasional yang melakukan kegiatan dikawasan wisata, bahkan jauh sebelum pariwisata berkembang, organisasi non pemerintah ini sudah melakukan aktifitasnya baik secara partikuler maupun kerjasama dengan masyarakat” Oka Yoeti (1996: 98). b. Konsep Pembangunan Kepariwisataan Pembangunan kepariwisataan Indonesia dituangkan dalam UU No.25 Tahun 2000 PROPENAS atau Program Pembangunan Nasional sebagai salah satu bidang yang diharapkan dapat menopang pembangunan nasional, karena potensinya yang besar bagi peningkatan PDB nasional. Penyelenggaraan pembangunan kepariwisataan nasional dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang di bidang pariwisata berpedoman pada atau Rencana Induk Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS). Di dalam PP No.50 tahun 2001
  • 16. 16 ini pada pasal 2 ayat (1) dijelaskan mengenai Pembangunan Kepariwisataan Nasional yang meliputi pembangunan dibidang antara lain: (a) Destinasi Pariwisata, (b) Pemasaran Pariwisata, (c) Industri Pariwisata, dan (d) Kelembagaan Kepariwisataan. Dari empat bidang Pembangunan Pariwisata Nasional yang tertera diatas, pemasaran juga memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan pariwisata, karena tanpa pemasaran potensi suatu kepariwisataan tidak akan dapat dikenal oleh konsumennya, dan hanya dengan promosi suatu daerah tujuan wisata dapat memberikan manfaat bagi destinasi wisata tersebut melalui kunjungan wisatawan yang akan mengeluarkan uangnya untuk berbagai keperluan selama kunjungan mereka. Salah satu program pemasaran wisata yang ditujukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke suatu destinasi wisata adalah Tour de Singkarak yang dilaksanakan di Sumatera Barat. Sementara itu program-program pembangunan kepariwisataan nasional telah dirancang dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekomoni Kreatif, atau yang dikenal juga dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang penyusunannya berlandaskan pada UU No. 25 Tahun 2004 sebagai berikut: “...bahwa setiap Kementerian/Lembaga harus menyusun Rencana Strategis yang berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga tersebut sebagai pedoman dalam penyelenggaraan program dan kegiatan pembangunan” (UU No.25 th 2004).
  • 17. 17 Penyelenggaraan Pembangunan Kepariwisataan Nasional dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagaimana yang tertera dalam Renstra Kemenparekraf periode 2012-2014 sebagai berikut: “Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berperan sebagai penyelenggara pembangunan kepariwisataan yang terintegrasi dalam pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup di dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat” (Renstra Kemenparekraf 2012-2014) Penyusunan Rencana Strategis kemenparekraf dibidang Pariwisata juga berpedoman pada PP No.50/2001 tentang RIPPARNAS. Dalam PP No.50 tahun 2001 juga dijelaskan tentang Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional sebagai berikut: “Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional adalah: a. meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata; b. mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab; c. mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional; dan d. mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien”. (PP No.50/2001, Pasal 6) Adapun sasaran dari pembangunan kepariwisataan nasional terdapat dalam pasal 7 PP No.50 tahun 2001 sebagai berikut: “Sasaran pembangunan kepariwisataan nasional adalah peningkatan: a. jumlah kunjungan wisatawan mancanegara; b. jumlah pergerakan wisatawan nusantara; c. jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara; d. jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan e. produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan”. (PP No.50/2001, Pasal 7)
  • 18. 18 Dapat dilihat dari paparan tujuan pembangunan kepariwisataan Nasional diatas, bahwa pemasaran destinasi pariwisata merupakan bagian dari sistem pembangunan pariwisata dalam mencapai tujuan-tujuannya, dan tanpa adanya pemasaran, pariwisata tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan untuk menopang pembangunan nasional. Untuk wilayah Sumatera Barat salah satu program pemasaran tersebut adalah Tour de Singkarak. Demikian juga dengan sasaran pembangunan pariwisata nasional juga ssejalan dengan sasaran yang ingin dicapai dengan penyelenggaraan Tour de Singkarak di Sumatera Barat. c. Pemasaran Pariwisata melalui Event Pariwisata Dalam PP No.50 tahun 2001, dijelaskan mengenai pengertian pemasaran pariwisata yaitu “Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan Kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya”. Demikian pula dengan event Tour de Singkarak, program ini juga dirancang untuk mempromosikan, mengkomunikasikan, serta menyampaikan produk wisata Sumatera Barat kepada para wisatawan nusantara dan mancanegara yang pada akhirnya dapat mengembangkan pariwisata pariwisata Sumatera Barat secara khusus dan mampu menopang pembangunan Nasional secara umum. Program TdS ini merupakan perpaduan pariwisata dan olah raga (Sport Tourism) yang dikemas dalam bentuk event Balap sepeda internasional yang diselenggarakan di Sumatera Barat dalam rentang waktu selama ± 1 minggu. Event ini dilaksanakan satu kali dalam satu tahun, biasanya diselenggarakan pada
  • 19. 19 bulan Mei atau Juni. Berikut ini akan kita bahas lebih lanjut tentang event pariwisata atau Pariwisata Event. 1) Event Pariwisata Event is affair; effect; happening; notable occurance (Getz,1991:39). Event dapat dikategorikan sebagai kegiatan, kejadian yang dapat dirancang dengan tujuan positif maupun negatif serta kejadian yang tanpa diduga-duga yang menjadi kenyataan. Kegiatan event, secara keseluruhan dapat dibedakan atas 2 (dua) hal yaitu : 1. Event yang dikemas, yang dapat dilihat dari 2 (sua) sisi, dikemas dengan tujuan positif dan dikemas secara negatif. Contoh event yang dikemas dengan tujuan positif adalah event yang selama ini dikenal sebagai event wisata (festival, carnaval, special event, event budaya, event sosial, event politik, event olahraga, wedding event . Sedangkan event yang dikemas dengan tujuan negatif dilihat dari perspektif kepariwisataan termasuk dalam hal ini adalah demonstrasi, kerusuhan, peledakan bom. 2. Event yang tidak dikemas, adalah kejadian yang biasanya terjadi secara tiba-tiba, mendadak, tanpa perencanaan, tidak diharapkan, tanpa memerlukan ‘organizer’. Contoh event ini adalah tsunami, banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain sebagainya. 3. Event yang terkait kepariwisataan dapat dilihat atas lingkup (a) Festivals, Special Event, Mega Event (Getz:1991:41) Tidak semua kegiatan bisa dikategorikan event wisata. Event dapat dikategorikan sebagai event wisata, apabila event tersebut memiliki beberapa ciri- ciri, yaitu : 1. Berbeda dengan atraksi dalam bentuk permanen (patung, pura, gedung) 2. Mempunyai kepastian atau ketentuan kegiatan (fixed time) 3. Biasanya memiliki waktu yang pendek 4. Biasanya terlibat masyarakat atau kelompok tertentu 5. Dapat berdiri sendiri, tanpa harus terikat dengan atraksi permanen Getz (1991:43)
  • 20. 20 Menurut Getz (1991:45), dalam bukunya “Festivals, Special Event and Tourism”, memberikan gambaran event Pariwisata dilihat dari sisi penawaran. Terdapat 7 (tujuh) elemen yang ada dalam sebuah daerah tujuan wisata untuk dapat tidaknya sebuah daerah menyelenggarakan kegiatan event wisata. Adapun ketujuh elemen tersebut (1) infrastruktur (2) akomodasi (3)transportasi (4) atraksi (5) katering (6) pedagang pengecer (7) sarana rekreasi atau hiburan. Karakteristik dari Pariwisata event adalah sebagai berikut : 1. Terbuka untuk umum 2. Tujuan utamanya untuk memperingati atau memamerkan tema tertentu 3. Diselenggarakan dalam jangka waktu setahun atau kurang 4. Ada acara pembukaan dan penutupan 5. Struktur organisasi yang dibentuk tidak permanen 6. Program acara terdiri dari beberapa aktivitas 7. Seluruh aktivitas diselenggarakan pada tempat dan lokasi yang sama dalam satu wilayah. 2) Tahapan Pengembangan Event Pariwisata Event dalam kaitannya dengan perencanaan destinasi wisata, Getz (1991:5) menyebutkan Event mempunyai peranan penting dalam pembangunan pariwisata. Terdapat 4 (empat) hal penting perlunya pariwisata event antara lain: 1. Event sebagai atraksi (attraction), sangat jelas dapat diungkapkan dimana kegiatan Pariwisata event merupakan atraksi/daya tarik tersendiri bagi sebuah destinasi. Atraksi adalah sesuatu yang menarik untuk
  • 21. 21 dilihat/dinikmati. Atraksi menunjukkan hal utama pilihan wisatawan konvensi menilai Bali. 2. Event sebagai pemberi citra destinasi (image maker); melalui kegiatan event sebuah destinasi dapat memasarkan dirinya untuk memberikan kesan dan pandangan terhadap destinasi yang ditawarkan. 3. Event sebagai pendorong tumbuhnya atraksi wisata (animators of static attractions). Melalui kegiatan event, dapat ditunjukkan segala bentuk atraksi yang merupakan ajang aktivitas dan kreativitas pelaku event. 4. Event sebagai penggerak tumbuhnya pembangunan sektor lain (catalyst for other development). Melalui event, pertumbuhan sektor lain secara tidak langsung tumbuh untuk melengkapi kegiatan event yang dilaksanakan. Hal yang paling mendasar dan aspek penting dari event Pariwisata adalah upaya mendatangkan wisatawan baik domestic maupun mancanegara (Getz, 1991:5). Getz juga menyampaikan, tidak semua event yang ditawarkan mampu menarik bagi wisatawan. Adakalanya wisatawan datang bersamaan dengan kegiatan event, hanya untuk melihat peluang apa yang bisa dilakukannya selama event. Dalam hal ini wisatawan yang datang adalah untuk bisnis. Sehingga batasan Pariwisata yang menyebutkan Pariwisata adalah kegiatan bersenang- senang dan mengeluarkan uang, dalam hal event dapat terjadi menjadi kegiatan untuk bisnis dan mendapatkan uang. Gunn (dalam Getz, 1991:6), menyebutkan atraksi pada sebuah destinasi merupakan promosi paling efektif dalam mengemas kegiatan event. Atraksi yang atraktif dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
  • 22. 22 menentukan sebuah event menjadi manarik atau tidak (Getz,1991:6). Getz mengemukakan pendapatnya bahwa kegiatan event dapat menjadi katalis, image maker, atraksi, animator dan sebagai bentuk pariwisata alternatif serta pengembangan yang berkesinambungan. “Event are an important part of any comprehensive community recreation programme. They capture the imagination. Events can involve the community; they can increase awareness; they can help put an organization or an activity on the map.Event can bring top class performers, entertainment, novelty, adventure, surprise and fun to add height, width, depth and glamour to a programme”(Torkildson,dalam Getz 1991:10). “Event adalah adalah bagian penting dari keseluruhan kegiatan rekreasi yang ditawarkan. Kegiatan event banyak melibatkan masyarakat dan dapat memberikan kesejahteraan; melibatkan organisasi secara langsung dalam kegiatan yang diselenggarakan. Penanganan yang profesional dalam kegiatan event, dapat memberi nilai tambah bagi program wisata yang ditawarkan. Penanganan yang buruk dalam menyelenggarakan kegiatan event dapat berakibat berkurangnya nilai event yang ditawarkan” (Torkildson, dalam Getz 1991:10). Hal ini dapat berakibat buruk bagi nama baik pihak penyelenggara yang menawarkannya. Yang perlu mendapat perhatian adalah para Recreation Manager hendaknya dapat mengontrol pelaksanaan kegiatan event dari awal perencanaan sampai event berlangsung. Bagamanapun juga kegiatan event adalah kegiatan berwisata yang tujuan utamanya adalah untuk bersenang-senang, to switch off and relax (Krippendorf dalam France, 1997:39). Untuk mengerti bagaimana sebuah kawasan dapat berkembang menjadi kawasan event pariwisata, dengan mengadopsi Getz (1991:140,187) membagi
  • 23. 23 tahapan perencanaan pemasaran pariwisata event menjadi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu tahap perencanaan yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan secara individu dan kolektif. Tahap ini pada awalnya dicirikan oleh adanya kesadaran sebagian kecil penduduk lokal akan peluang pemanfaatan sumberdaya lokal dalam perencanaan sosial ekonomi. Tahap ini merupakan evolusi awal ketika atraksi dengan aktivitasnya mengintegrasikan konsep pariwisata dalam proses pembangunan ekonominya. Proses dalam tahap ini berjalan lambat dimana hanya sedikit wisatawan tiba untuk menyaksikan tetapi beberapa penduduk lokal telah menyadari akan peluang yang ditawarkannya. Tahap ini lebih bersifat inisiatif secara individual. Seiring diterimanya ide pariwisata maka akan diadopsi secara kolektif yang dicirikan oleh diadopsi dan diimplementasikannya ide pariwisata sebagai bagian dari pembangunan ekonomi secara kolektif oleh komunitas tersebut. Tahap ini merupakan tahap perencanaan dan pengimplementasian strategi untuk kepentingan bersama. Hal ini akan diakomodasikan dalam kerangka perencanaan yang bersifat formal berdasarkan kerjasama antara penduduk, organisasi, dan lembaga bisnis di kawasan tersebut. Tidak tertutup kemungkinan untuk menjajaki kemitraan antar organisasi lokal, regional, nasional dan pemerintah. Contohnya, diakomodasikannya festival dan event budaya untuk menarik lebih banyak wisatawan masuk ke kawasan tersebut oleh Pemerintah Daerah. Tahap kedua merupakan tahap penguatan sistem sosial (network) yang dicirikan oleh dibangunnya kemitraan antara komunitas lokal dengan lembaga pariwisata formal untuk menjamin keberlanjutan atraksi pariwisata. Pada tahap ini
  • 24. 24 komponen pendukung pariwisata mulai dilembagakan untuk menjamin pengelolaan pariwisata yang memberikan manfaat dan keuntungan dalam jangka pendek dengan tidak melupakan konservasi sumber daya untuk kepentingan jangka panjang. Termasuk dalam tahap ini berupa peningkatan efesiensi dan efektifitas pengembangan sumberdaya yang ada. Organisasi pariwisata yang dibangun untuk mengelola atraksi dengan aktivitasnya tersebut mengambil kendali semua proses pengembangan untuk menjamin keterpaduan dan integrasi pemasaran destinasi. Tour de Singkarak dalam hal ini sudah sampai pada tahap ini, dimana sudah ada lembaga pariwisata formal untuk menjamin keberlanjutan event dan hingga sekarang terus berupaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan event. Tahap terakhir merupakan implementasi atau pelaksanaan event pariwisata yang dicirikan oleh telah berjalannya event pariwisata melalui festival. Ada pengembangan kerjasama pemasaran destinasi jangka panjang yang sepenuhnya terpadu. Dalam tahap ini, perencanaan pengembangan harus bertanggung jawab, berdasar kebutuhan lokal, dan dapat menjangkau dan menjamin keuntungan komunitas lokal dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan tanpa melupakan isu konservasinya (Getz, 1991: 140). 3) Dampak Event Pariwisata Kegiatan event dapat dikatakan kegiatan pariwisata karena para pengunjung event melakukan suatu perjalanan yang meninggalkan tempat asal mereka dengan menghabiskan uang dan waktu serta dilaksanakan dengan bersenang-senang. Suatu destinasi wisata tempat penyelenggaraan event yang
  • 25. 25 dikunjungi wisatawan dapat dipandang sebagai konsumen sementara. Mereka datang ke daerah tersebut dalam jangka waktu tertentu, menggunakan sumber daya dan fasilitasnya, dan biasanya mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan, tidak dapat dibantah bahwa hal itu akan berdampak pada kehidupan ekonomi destinasi tersebut. Dampak ekonomi yang ditimbulkan, secara langsung maupun tidak langsung serta dapat bersifat positif maupun negatif. Cohen dalam (Pitana, 2009) mengemukakan bahwa dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar, yaitu: a. Dampak terhadap penerimaan devisa b. Dampak terhadap pendapatan masyarakat c. Dampak terhadap kesempatan kerja d. Dampak terhadap harga-harga e. Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan f. Dampak terhadap kepemilikan dan control g. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya, dan h. Dampak terhadap pendapatan pemerintah. Ada banyak dampak positif pariwisata bagi perekonomian, diantaranya sebagai berikut (Leiper, 1990 dalam Pitana, 2010). a. Pendapatan dari penukaran valuta asing b. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri c. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata d. Pendapatan pemerintah e. Penyerapan tenaga kerja f. Multiplier effects g. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal Di samping dampak positif bagi perekonomian di atas, Pitana mengutip WTO (1980: 9-12) mengidentifikasi dampak positifnya sebagai berikut: a. Meningkatnya permintaan akan produk pertanian lokal. b. Memacu pengembangan lokasi atau lahan yang kurang produktif c. Menstimulasi minat dan permintaan akan produk eksotik dan tipikal bagi suatu daerah atau negara
  • 26. 26 d. Meningkatkan jumlah dan permintaan akan produk perikanan dan laut e. Mendorong pengembangan wilayah dan penciptaan kawasan ekonomi baru f. Menghindari konsentrasi penduduk dan penyebaran aktifitas ekonomi g. Penyebaran infrastruktur ke pelosok wilayah h. Manajemen pengelolaan sumber daya sebagai sumber revenue bagi otoritas lokal Di samping dampak positif pariwisata terhadap ekonomi yang telah diuraikan di atas, juga tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa dampak negatif dari keberadaan pariwisata bagi ekonomi suatu daerah atau negara. Dampak negatif tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Mathieson dan Wall, 1982 dalam Pitana, 1990: 233). a. Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata b. Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah c. Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan yang diperlukan dalam pariwisata sehingga tidak terserapnya produk lokal d. Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat sehingga pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya e. Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat. Menurut WTO (1980: 9-12) dampak negatif pariwisata lainnya bagi ekonomi suatu daerah atau negara selain diantaranya sebagai berikut: a. Kelangkaan akan sumber bahan makanan b. Ketidakcocokan produk lokal dengan permintaan pasar pariwisata c. Kelangkaan sumber energi dan bertambahnya biaya pengolahan limbah 2. Konsep TdS sebagai sebuah Kebijakan a. Kebijakan Publik Secara umum kebijakan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya menyelesaikan permasalahan,
  • 27. 27 menciptakan peraturan dan ketetapan atau bisa juga dengan menggagas dan melaksanakan suatu program yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Menurut Charles O. Jones (1977: 12) “Kebijakan terdiri dari komponen- komponen, sebagai berikut: (1) Goal atau tujuan yang di inginkan, (2) plans atau proposal yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan, (3) program yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan, (4) Decision atau keputusan yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan, (5) efek yaitu akibat-akibat yang akan di timbulkan”. Sedangkan Heinz Eulau dan Kenneth Previt (1973: 24) merumuskan kebijakan publik sebagai “Keputusan yang tetap dan di tandai oleh kelakuan yang berkesinambungan dan berulang-ulang pada mereka yang membuat kebijakan dan yang melaksanakannya”. Senada dengan hal itu, Chandler & Plano (1998: 18) berpendapat bahwa “Kebijakan publik dikatakan sebagai suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyakat agar mereka dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas”. Dari beberapa pengertian mengenai kebijakan publik, dapat ditemukan bebarapa ciri dari kebijakan publik diantaranya, adanya tujuan yang diinginkan, adanya keputusan dan upaya untuk mencapai tujuan, dilakukan secara berkesinambungan, adanya efek dan dampak yang ditimbulkan serta bertujuan untuk mendistribusikan kesejahteraan secara merata. Membuat dan memberlakukan suatu kebijakan merupakan tugas dan wewenang pemerintah. Kebijakan dapat berupa peraturan perundang-undangan, ketetapan Presiden dan
  • 28. 28 Menteri, peraturan daerah, hingga perencanaan kegiatan dan program-program yang tujuan akhirnya diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitannya dengan kebijakan, Tour de Singkarak juga merupakan bagian dari program pemerintah, event tahunan ini telah terlaksana sebanyak lima kali dari tahun 2009 s/d 2013. Tour de Singkarak merupakan salah satu dari rangkaian program pemasaran kepariwisataan nasional yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf bekerjasama dengan Pemprov Sumbar dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Program TdS ini bertujuan untuk pengembangan pariwisata daerah dan membangun Image Sumatera Barat sebagai destinasi wisata bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara dengan harapan bidang pariwisata ini nantinya akan mampu memberi kontribusi yang berarti bagi pembangunan daerah Sumbar secara khusus dan Pembangunan Nasional secara umum. Untuk melihat sejauh mana kontribusi program TdS bagi pembangunan pariwisata Kab.Solok, maka akan dilakukan sebuah proses peniaian hasil pelaksanaan program TdS ini, atau dapat juga disebut dengan evaluasi program Tour de Singkarak untuk melihat kontribusinya bagi pembangunan pariwisata Kab.Solok b. Evaluasi Kebijakan Publik 1) Pengertian evaluasi kebijakan publik Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di dalam proses kebijakan publik, evaluasi adalah suatu cara untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program itu
  • 29. 29 berjalan dengan baik atau tidak. Evaluasi mempunyai definisi yang beragam, William N. Dunn, memberikan arti pada istilah evaluasi bahwa: “Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan” (Dunn, 2003:608). Sedangkan dalam Tangkilisan (2003:25-26) menurut Bryant & White “Pada hakekatnya suatu kebijakan publik mempunyai maksud untuk mencapai suatu tujuan, oleh karena itu evaluasi kebijakan pada dasarnya harus dapat memperjelas seberapa jauh kebijakan dan implementasinya telah dapat mendekati tujuan”. Senada dengan hal itu, Firman & Sirait (1990:30) mengatakan: “Di dalam proses manajemen, evaluasi merupakan usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif mengenai pencapaian hasil yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Melalui proses evaluasi maka diharapkan setiap program dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan dapat dibuktikan secara objektif tingkat keberhasilannya, manfaat dan efisiensi pelaksanaannya” (Firman & Sirait, 1990:30). Dari teori-teori diatas, secara umum dapat kita katakan Evaluasi adalah upaya yang berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Dapat dikatakan tujuan evaluasi adalah untuk menilai secara keseluruhan pengaruh dan dampak pada akhir program, yang akan menjadi landasan untuk meningkatkan atau menyempurnakan kebijakan berkenaan dengan program atau kebijakan berikutnya. 2) Jenis dan tipe evaluasi publik Health dalam Tangkilisan (2003:27) membedakan jenis atau tipe evaluasi kebijakan publik sebagai berikut:
  • 30. 30 1. Tipe evaluasi proses (process evaluation), dimana evaluasi dilakukan dengan memusatkan perhatian pada pertanyaan bagaimana program dilaksanakan (how did the program operate)? 2. Tipe evaluasi dampak (impact evaluation), dimana evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah dicapai oleh program (what did the program do)? 3. Tipe evaluasi strategi (strategic evaluation), dimana evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana program dapat dilaksanakan secara efektif untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat dibanding program lain yang telah ditujukan pada masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai kebijakan publik (Tangkilisan, 2003:27) Menurut Kleman dalam buku Hessel Tangkilisan yang berjudul Evaluasi Kebijakan Publik terdapat 4 jenis evaluasi sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai, sebagai berikut: 1. Evaluasi kecocokan (appropriatness), yakni menguji dan mengevaluasi hasil kebijakan yang dilakukan apakah layak untuk diteruskan, dan bagaimana prospek kebijakan alternatif yang dibutuhkan untk mengganti kebijakan ini. Elemen yang penting dari kebijakan ini adalah mengkaji aktor pelaksana kebijakan antara pemerintah dan sektor privat. 2. Evaluasi efektifitas, yaitu menguji dan menilai apakah tindakan kebijakan yang dilakukan menghasilkan dampak yang sesuai dengan yang diinginkan, dan apakah yang ingin diraih dapat terwujud dan apakah biaya dan manfaatnya sebanding. 3. Evaluasi efisiensi, yang menggunakan kriteria ekonomis dengan melakukan perbandingan antara input yang dipergunakan dengan output yang dihasilkan. Apakah sumberdaya yang digunakan berjalan secara efisien dan mampu mencapai hasil yang optimal. 4. Meta evaluasi, yaitu menguji dan menilai proses evaluasi itu sendiri yakni dengan menguji apakah evaluasi oleh lembaga yang berkompeten dan bekerja secara profesional dan objektif, apakah evaluasi yang dilakukan bersifat sensitif terhadap nilai sosial yang dianut oleh masyarakat pada kelompok sasaran dan apakah evaluasi tersebut menghasilkan laporan pada agenda kebijakan yang akan datang” (Tangkilisan,2003:32)
  • 31. 31 3) Desain Evaluasi Kebijakan Publik Evaluasi kebijakan publik adalah menilai keberhasilan atau kegagalan kebijakan berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan. Indikator- indikator untuk mengevaluasi kebijakan biasanya menunjuk pada dua aspek yaitu aspek proses dan hasil. Aspek proses menunjuk bahwa apakah selama implementasi program, seluruh pedoman kebijakan telah dilakukan secara konsisten oleh para implementor di lapangan? Aspek hasil menunjuk apakah kebijakan yang dimplementasikan telah mencapai hasil seperti yang telah ditetapkan (output dan outcomes). Meskipun demikian kajian evaluasi yang lebih komprehensif sudah selayaknya dilakukan, yaitu mengevaluasi (Tangkilisan,2003:41): 1. Apakah selama proses implementasi berlansung seluruh pedoman yang telah dilakukan secara konsisten oleh para implementor? 2. Jika terjadi penyimpangan, apakah penyimpangan tersebut disebabkan oleh ketidakrealistisan kebijakan terhadap lapangan kebijakan atau atas inisiatif implementor? 3. Mengapa implementor melakukan diskresi (penyimpangan)? 4. Bagaimana hasil kebijakan (output atau outcomes) akibat diskresi dari implementor? (gagal atau berhasilkah?) 5. Bagaimana hasil kebijakan lain yang tidak mengalami penyimpangan? (gagal atau berhasilkah?) 4) Kriteria Evaluasi Kebijakan Publik Mengevaluasi suatu program atau kebijakan publik diperlukan adanya suatu kriteria untuk mengukur keberhasilan program atau kebijakan publik
  • 32. 32 tersebut. Mengenai kinerja kebijakan dalam menghasilkan informasi terdapat kriteria evaluasi sebagai berikut: Tabel 2 Kriteria Evaluasi TIPE KRITERIA PERTANYAAN Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan? Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah? Perataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok tertentu? Resposivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu? Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai? (Sumber: Dunn, 2003:610) Kriteria-kriteria di atas merupakan tolak ukur atau indikator dari evaluasi kebijakan publik. Untuk lebih jelasnya setiap indikator tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Untuk menyatakan sebuah kebijakan publik berhasil atau tidak berhasil, dapat dilihat dari berbagai banyak sisi atau sudut pandang. Oleh karena itu dalam menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan, maka digunakan beberapa kriteria yang berbeda untuk mengevaluasi hasil kebijakan. Terdapat enam kriteria yang dapat digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau tidak berhasil yaitu: 1. Efektivitas. Efektivitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas selalu diukur dari kualitas hasil sebuah kebijakan.
  • 33. 33 2. Efisiensi. Efisiensi yaitu berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, dan pada akhirnya diukur berdasarkan biaya yang dikeluarkan per unit kebijakan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisien. 3. Adekuasi (kecukupan). Kriteria ini lebih mempersoalkan hasil kebijakan dalam mengatasi masalah kebijakan, atau seberapa jauh pencapaian hasil dapat memecahkan masalah kebijakan. 4. Kesamaan atau ekuitas. Kriteria ini menganalisis apakah biaya dan manfaat telah didistribusikan secara merata kepada kelompok masyarakat, khususmya kelompok-kelompok sasaran dan penerima manfaat. Kebijakan yang dirancang untuk mendistribusikan pendapatan, kesejahteraan, kesempatan pendidikan, atau pelayanan publik kadang-kadang direkomendasikan atas dasar kriteria ini. 5. Responsivitas. Kriteria ini berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai masyarakat. Apakah hasil kebijakan yang dicapai telah memuaskan kebutuhan dan pilihan masyarakat atau tidak.
  • 34. 34 6. Ketepatgunaan Kriteria ketepatan ini menganalisis tentang hasil kebijakan, yakni apakah hasil yang telah dicapai benar-benar berguna bagi masyarakat khususnya kelompok sasaran. 3. Pembangunan Pariwisata Kabupaten Solok Pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata (UU No.10 th 2009). Event TdS diharapkan dapat meningkatkan perekonomian daerah Sumatera Barat lewat kontribusi yang dihasilkannya. Demikian juga dengan Kabupaten Solok yang tentunya juga berharap dengan diselenggarakannya event TdS dapat menyokong pembangunan terutama di bidang pariwisata Kabupaten Solok. Penelitian ini adalah tentang sejauh mana kontribusi pelaksanaan event TdS bagi pembangunan pariwisata Kabupaten Solok. Untuk mengukur sejauh mana kontribusi event ini bagi kemajuan pariwisata Kabupaten Solok, dalam hal ini penulis menggunakan Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok tahun 2010-2015 sebagai acuannya. Jadi nanti akan dapat dilihat apakah kontribusi yang diperoleh mampu mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra yang dimaksud. Dalam Renstra tersebut dituangkan apa yang menjadi Sasaran Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai berikut:
  • 35. 35 1. Terwujudnya kawasan wisata terpadu sebagai icon kepariwisataan Kab. Solok yang berkarakter dan berwawasan budaya dan mensejahterakan. 2. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan local, nusantara dan mancanegara secara signifikan. 3. Meningkatnya kontribusi dari sector pariwisata terhadap perekonomian daerah. 4. Meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat untuk membangun pariwisata Kab.Solok yang berkarakter dan berbudaya. 5. Berkembangnya sanggar-sanggar budaya tradisional masyarakat 6. Terpeliharanya dokumen dan benda peninggalan budaya. 7. Tersusun kembali sejarah atau tambo nagari sebagai bahan pelajaran dan pelestarian nilai-nilai budaya. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengukuran sejauh mana kontribusi TdS mampu mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok.
  • 36. 36 B. Kerangka Konseptual Pembangunan Kepariwisataan semakin giat dilakukan dengan harapan dapat menyokong Pembangunan Nasional lewat potensi pendapatannya yang besar. Selama 5 tahun terakhir pemerintah melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selaku penyelenggara Pembangunan kepariwisataan Nasional melaksanakan Event Tour de Singkarak di Sumatera barat sebagai salah satu Program Pemasaran Pariwisata yang pada akhirnya bertujuan untuk menunjang Pembangunan Daerah Sumatera Barat terutama di bidang pariwisata. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana manfaat dari penyelenggaraan event Tour de Singkarak dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan Pariwisata Kab. Solok. Penulis menggunakan sasaran RPJMD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok 2010-2015 sebagai ukuran keberhasilan dan peningkatan pembangunan pariwisata Kabupaten Solok. Sejauh mana kontribusi TdS nanti akan terlihat dari jumlah sasaran dalam Renstra yang dapat dicapai oleh kontribusi tersebut.
  • 37. 37 Kerangka Konseptual Pembangunan Kepariwisataan Nasional Event Tour de Singkarak Pelaksanaan TdS di Kabupaten Solok selama 5 tahun terakhir dalam pencapaian tujuannya Kontribusi pelaksanaan TdS bagi pembangunan pariwisata Kabupaten Solok Upaya pemerintah Kab. Solok dalam memaksimalkan pemanfaatan event TdS Sasaran RPJMD Dinas Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Solok 2010-2015 Pemasaran Pariwisata
  • 38. 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (dalam Moleong, 2005:3). Penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk diskriptif. Menurut Sukardi (2009: 162) “Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat”. Menurut Sugiono (2008: 205) “Masalah yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian kualitatif masih remang-remang bahkan gelap, kompleks dan dinamis”. Jadi penelitian kualitatif lebih menekankan pada deskripsi suatu masalah yang akan diteliti dimana masalah tersebut masih bersifat sementara dan akan berkembang atau mungkin berganti setelah peneliti berada di lapangan. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang merupakan proses penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara tepat sifat sesuatu yang tengah terjadi dan berlangsung pada saat penelitian dilakukan. Data yang terkumpul berbentuk kata-
  • 39. 39 kata atau gambar. Tulisan hasil penelitian berisi kutipan–kutipan dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi dan mengisi materi laporan. Berdasarkan pengertian penelitian deskriptif dan metode kualitatif tersebut, maka yang dilakukan penulis disini adalah menggambarkan keadaan dengan apa adanya atau mengungkapkan fakta apa adanya tentang suatu obyek, gejala, keadaan dengan menggambarkan, menguraikan, menginterpretasikan dan diambil suatu kesimpulan dalam bentuk tulisan yang sistematis. Dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan bagaimana manfaat dan kontribusi program Tour de Singkarak bagi pariwisata Kabupaten Solok. B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penulis melakukan penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Penelitian ini akan dilakukan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok dibawah , dan juga di beberapa daerah tujuan wisata Kabupaten Solok yang dilewati route TdS. Pertimbangannya adalah karena Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok merupakan instansi yang bertindak sebagai pelaksana sekaligus pihak yang paling banyak terlibat dalam penyelenggaraan event Tour de Singkarak di Kabupaten Solok. C. Informan Penelitian Secara teknis sampel dilakukan dengan teori terbatas. Adapun teori yang digunakan mencari sumber informasi pada penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu menentukan informan dengan pertimbangan tertentu yaitu informan yang dipandang dapat memberikan data
  • 40. 40 secara maksimal, artinya orang yang betul-betul memahami permasalahan yang akan diteliti (Moelong 2005: 224). Jadi dasar pertimbangannya ditentukan tersendiri oleh peneliti dalam pemilihan adalah sumber informasi yang mengetahui pengetahuan yang cukup tentang masalah yang dikaji, dan juga menguasai beberapa materi penelitian dengan segala permasalahan. Dengan kata lain informan dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan desain penelitian dan cukup repsentatif, informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian yang akan memberikan informasi atau jawaban mengenai apa yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan kritria informan diatas, maka informan dalam penelitian ini terdiri dari: Tabel 3 Informan Penelitian No. Nama Informan Jabatan Informan 1 Drs. M.Alfajri Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok 2 Dra. Weni Oktiarni, MM Sekretaris Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok 3 H. Edmizal,SE Kepala bidang Promosi dan Kerjasama Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok 4 Ibu Detty Pengelola objek wisata dan Villa Danau Kembar 5 Ibu Desritetimed Pedagang tetap dikawasan Dermaga Danau Singkarak 6 Ibu Suci Pedagang keliling yang berjualan saat event TdS 7 Bapak Yono Pedagang keliling yang berjualan saat event TdS 8 Bapak Alfian Tokoh masyarakat
  • 41. 41 D.Jenis, Sumber, Teknik dan Alat pengumpul Data 1. Jenis Data dan Sumber Data a. Data Primer Menurut Ronny Hanitijo Soemitro (1990: 52), data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat. Data primer dapat diperoleh dari wawancara atau interview. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto,2002: 107). Data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan informan dan dari hasil pengamatan (observasi) yang penulis lakukan saat event TdS ini berlangsung beberapa waktu yang lalu. b. Data Sekunder Data sekunder yang digunakan oleh peneliti yaitu dokumen. Dokumen adalah setiap bahan tertulis atau video (Moleong, 2004: 216). Data kepustakaan yang digunakan untuk melengkapi bahan serta data yang diperlukan untuk penyusunan laporan penelitian ini. Data ini diperoleh dengan cara studi kepustakaan melalui karya-karya ilmiah, buku-buku, surat kabar, majalah, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan persoalan yang diteliti. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, karena pewawancara yang menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan disusun terlebih dahulu sebelum diajukan. Pertanyaan
  • 42. 42 yang disusun berdasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian. Data yang akan diungkap disini adalah bagaimana pelaksanaan TdS, apa kontribusinya dan bagaimana upaya pemerintah daerah dalam memaksimalkan pemanfaatan event ini untuk kemajuan pariwisata Kabupaten Solok. b. Dokumentasi Dokumentasi adalah metode yang digunakan dengan cara mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda rapat dan lain-lain sebagainya (Ningsih, 2009:72). Dokumentasi digunakan untuk menunjang data-data hasil wawancara maupun observasi. Dalam hal ini data sekunder yang berhasil penulis peroleh adalah antara lain berupa foto dan segala bentuk dokumentasi yang berkaitan dengan TdS, seperti agenda, laporan, pedoman pelaksanaan, pemberitaan baik media cetak maupun online. Selanjutnya juga diperoleh data dan informasi yang bersifat lebih umum seperti Rencana Strategis 2010-2015 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok, gambaran geografis, topografis, kondisi demografis, struktur perekonomian, sarana dan prasarana jalan, sistem administrasi pemerintahan, serta potensi kepariwisataan Kabupaten Solok yang juga berhubungan dengan penelitian ini. c. Pengamatan (Observasi) Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki disebut observasi
  • 43. 43 langsung. Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya sesuatu yang akan diselidiki (Maman Rachman, 1999:77). Observasi langsung pada penelitian ini penulis lakukan pada saat event TdS berlangsung pada 3 Juni 2013 lalu, namun observasi tidak langsung telah penulis lakukan selama beberapa bulan sebelum event TdS diselenggarakan meliputi pengamatan terhadap persiapan jelang pelaksanaan TdS oleh Pemerintah daerah Kabupaten Solok. 3. Alat Pengumpul Data Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian ilmiah. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Pedoman wawancara yaitu berupa daftar pertanyaan yang dibuat oleh peneliti untuk mendapatkan berbagai keterangan dan informasi mengenai objek yang diteliti. b. Buku catatan dan alat tulis yang digunakan untuk mencatat data dan informasi yang diperoleh di lokasi penelitian. c. Alat-alat untuk keperluan dokumentasi seperti tape recorder dan camera. E. Teknik Keabsahan Data Suatu penelitian harus menggunakan data yang absah (sahih). Untuk memeriksa keabsahan data digunakan teknik triangulasi yang memanfaatkan metode (methodological triangulasi) yaitu metode yang menggunakan teknik pengumpulan data (wawancara mendalam tak berstruktur, pengamatan, dan dokumentasi) dari berbagai sumber (orang, waktu, dan tempat) yang berbeda
  • 44. 44 (Buangin, 2003: 141). Moleong (2005: 330) menyatakan bahwa triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Sugiyono (2010: 274) mengembangkan bahwa triangulasi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : 1. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui orang-orang (sumber) yang berbeda. Dalam triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan dideskripsikan mana yang sama, yang berbeda dan mana yang spesifik dari sumber data tersebut. 2. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 3. Triangulasi waktu Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi berbeda. Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Dalam hal ini, peneliti melakukannya dengan cara:
  • 45. 45 a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. b. Membandingkan keadaan dan perspektif atau pendapat seseorang, dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain. c. Membandingkan hasil suatu wawancara dengan dokumen yang terkait dengan segala hal ihwal yang berkaitan dengan pelaksanan TdS di Kabupaten Solok. Hasil pembandingan tersebut tidak selalu merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran. Pembandingan ini ditujukan agar peneliti mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut. F. Teknik Analisis data Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan data, maka penulis mengadakan suatu analisis data untuk mengolah data yang ada. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2005: 103). Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, satuan, uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2005: 103). Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai penelitian di lapangan. Tetapi dalam kenyataanya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data. Dalam penelitian
  • 46. 46 ini, peneliti menggunakan model analisis interaksi atau interactive analysis models dengan langkah-langkah yang ditempuh yaitu sebagai berikut : a. Pengumpulan data (Data Collection) Dilaksanakan dengan cara pencarian data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan bentuk data yang ada di lapangan, kemudian melaksanakan pencatatan data di lapangan. b. Reduksi data (Data reduction) Data yang diperoleh di lapangan perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu diperlukan analisis data melalui reduksi data. Menurut Sugiyono (2010: 247) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. c. Penyajian data (Data display) Setelah melakukan reduksi data, penulis menyajikan data. Menurut sugiyono (2010: 249) dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penyajian data dalam penelitian ini, dipaparkan peneliti dengan teks yang bersifat naratif. d. Penarikan kesimpulan (Verification) Penarikan kesimpulan (Verification) ini didasarkan pada reduksi data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
  • 47. 47 didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
  • 48. 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan data yang ditemukan dalam penelitian serta memuat pembahasan sebagai pemaknaan dari data yang diperoleh. Sistematikanya terdiri dari temuan umum, temuan khusus dan pembahasan. Temuan umum berisi tentang gambaran umum Kabupaten Solok, dan temuan khusus berupa informasi dan data yang mampu menjawab pertanyaan dalam rumusan penelitian untuk dimaknai dan dianalisis pada bagian pembahasan. A. Temuan Umum 1. Gambaran Umum Kabupaten Solok a. Kondisi Geografis Secara geografis letak Kabupaten Solok berada antara 010 20’ 27’’ dan 010 21’39” Lintang Selatan dan 1000 25’ 00” dan 1000 33’ 43” Bujur Timur. Pemekaran wilayah Kabupaten Solok pada akhir tahun 2003 telah melahirkan satu kabupaten baru yaitu Kabupaten Solok Selatan. Dengan tejadinya pemekaran ini berarti luas wilayah Kabupaten Solok mengalami pengurangan secara signifikan dari semula 708.402 Ha (7.084,02 Km2) menjadi 373.800 Ha (3.738,00 Km2). Dilihat dari sudut pandang letak Kabupeten Solok, posisinya sangat stategis karena disamping dilewati jalur Jalan Lintas Sumatera juga daerahnya berbatasan langsung dengan Kota Padang selaku ibukota Provinsi Sumatera Barat. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Solok sebagai berikut :
  • 49. 49 Sebelah Barat : Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan Sebelah Utara : Kabupaten Tanah Datar Sebelah Timur : Kab.Dharmasraya, Kota Sawahlunto, dan Kab. Sijunjung Sebelah Selatan : Kabupaten Solok Selatan Kabupaten Solok Tahun 2008 terdiri dari 14 kecamatan, 74 nagari, dan 403 jorong Kecamatan terluas yaitu Kecamatan Tigo Lurah dengan luas 602,5 KM2 atau 16,12 % dari luas Kabupaten Solok secara keseluruhan. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Danau Kembar dengan luas 70,1 KM2 atau sekitar 1,86 % dari luas Kabupaten Solok. Kabupaten Solok disamping punya banyak sungai juga memiliki banyak danau yang terkenal dengan pesona keindahan alamnya. Diantara danau-danau tersebut, yang terluas adalah Danau Singkarak, dan diikuti oleh Danau Danau Diatas, Danau Dibawah dan Danau Talang. Danau ini selain menjadi sumber mata pencaharian petani, nelayan dan sumber irigasi persawahan juga merupakan aset wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Disamping itu Kabupaten Solok juga memiliki satu gunung api yaitu Gunung Talang. b. Kondisi Topografis Secara umum daerah ini beriklim tropis dengan temperatur bervariasi antara 12°C hingga 30°C dimana dapat ditemui daerah berhawa panas, sedang dan dingin, dengan ketinggian antara 329 meter – 1.458 meter di atas permukaan laut. Daerah dengan ketinggian antara 300 sampai 500 meter diatas permukaan laut meliputi sekitar 37 %, kawasan yang berada pada ketinggian 500 sampai 1.000
  • 50. 50 meter meliputi 34 % dan kawasan yang berada pada ketinggian 1.000 sampai 1.700 meter meliputi sekitar 29 % dari luas keseluruhan Kabupaten Solok. Perbedaan yang cukup tajam antara satu kawasan dengan kawasan yang lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di kawasan utara yang rata-rata lebih rendah, tanahnya tidak terlalu subur, bebatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau. Sementara di bagian tengah arah ke selatan terletak pada dataran tinggi, bercurah hujan tinggi, dan tanahnya lebih subur, karena itu bagian tengah ini merupakan daerah penghasil komoditas sayuran dan buah markisa yang menjadi unggulan Kabupaten Solok. Sedangkan wilayah selatan yang sebagian wilayahnya berada pada dataran sedang dan rendah cocok untuk perkebunan. c. Kondisi Demografis Penduduk Kabupaten Solok berjumlah 368.177 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 88 jiwa/km². Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Solok rata- rata sebesar 1,2% pertahun. Komposisi penduduk Kabupaten Solok terdiri dari laki-laki sebanyak 178.373 jiwa (49,13%) dan perempuan sebanyak 189.804 jiwa (50,87%). Kelompok umur 0-19 tahun merupakan jumlah penduduk terbanyak yaitu 42,98%. Berikut adalah tabel jumlah penduduk Kabupaten Solok tahun 2012 menurut jenis kelamin.
  • 51. 51 Tabel 4 Jumlah Penduduk Kab.Solok Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk 1 Laki-laki 178.373 Jiwa 2 Perempuan 189.804 Jiwa Total 368.177 Jiwa Sumber: BPS Kabupaten Solok tahun 2012 Penyebaran penduduk tidak merata karena pengaruh topografi Kabupaten Solok yang sebagian besar adalah dataran tinggi atau perbukitan serta aspek-aspek lain seperti potensi ekonomi dan kemudahan aksesibilitas. Konsentrasi penduduk terbesar berada di Kecamatan Kubung yaitu sebesar 15,60%, disusul oleh Kecamatan Lembah Gumanti (13,88%) dan Kecamatan Gunung Talang (12,82%). d. Struktur Perekonomian Struktur perekonomian suatu daerah merupakan gambaran tentang komposisi perekonomian yang diukur terhadap sembilan sektor ekonomi / lapangan usaha. Struktur ekonomi sekaligus dapat menunjukkan tinggi rendahnya kontribusi atau peran seluruh sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB pada daerah tertentu. Apabila struktur ekonomi disajikan dari waktu ke waktu (time series), maka dapat dilihat perubahan struktur perekonomian yang terjadi. Indikator atau alat ukur yang selalu dipergunakan untuk mengetahui laju pembangunan ekonomi di satu wilayah dalam satu periode tertentu adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Regional Bruto Perkapita, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB
  • 52. 52 adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada satu wilayah. Sedangkan Pendapatan Regional Bruto Perkapita adalah nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat berdasarkan jumlah PDRB dibagi jumlah penduduk dalam satu tahun tertentu. Tabel 5 Kontribusi Kabupaten Solok Tahun 2008 – 2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 N o Lapangan Usaha Kontribusi (%) 2008 2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 42,76 42,71 42,58 42,41 42,21 2 Pertambangan 3,34 3,40 3,45 3,59 3,63 3 Industri Pengolahan 7,20 7,31 7,37 7,39 7,42 4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,38 0,38 0,39 0,40 0,40 5 Bangunan 5,42 5,49 5,58 5,62 5,65 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,92 13,97 14,08 14,18 14,37 7 Pengangkutan & Komunikasi 9,69 9,77 9,85 9,93 9,98 8 Keuangan Persewaan & Jasa 2,03 2,00 2,00 2,03 2,07 9 Jasa - Jasa 15,25 14,96 14,72 14,47 14,28 P D R B 100,0 0 100,0 0 100,0 0 100,0 0 100,0 0 Sumber : RTRW Kabupaten Solok 2011-2030 Berdasarkan persentase sumbangan setiap sektor terhadap PDRB, diketahui bahwa struktur ekonomi Kabupaten Solok didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap pembentukan PDRB. Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2012 adalah sebesar 42,21% dan sedikit menurun pada tahun 2011 yaitu sebesar 42,41%. Dengan komposisi tersebut diketahui bahwa sektor pertanian dengan subsektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan sektor dominan perekonomian Kabupaten Solok. Sementara sektor lainnya merupakan sektor yang tumbuh dan berkembang sebagai sektor pendukung pertanian.
  • 53. 53 Sektor lainnya yang turut menyumbang cukup besar adalah sektor Jasa-jasa, Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang menyumbang di bawah 15%. Sektor ini juga sekaligus merupakan sektor yang secara langsung dapat mendukung laju perkembangan pariwisata di suatu daerah tertentu, karena kegiatan pariwisata tidak akan terlepas dari aktifitas penggunaan barang dan jasa oleh wisatawan, seperti penyewaan Hotel, Restoran, Transportasi, Komunikasi dan juga listrik, gas dan air bersih. e. Sarana dan Prasarana Jalan Aksesibilitas suatu wilayah dengan wilayah sekitarnya merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam menunjang perkembangan suatu wilayah. Suatu perencanaan spasial tidak terlepas dari kondisi aksesibilitas yang mendukungnya. Semakin baik dan mudah tingkat aksesibilitasnya, maka semakin besar pula kemungkinan wilayah tersebut untuk berkembang. Namun demikian, tingginya aksesibilitas yang tidak ditunjang dengan sarana dan prasarana transportasi yang baik tidak akan mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Oleh karenanya, transportasi merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Kabupaten Solok, sebagai bagian dari Provinsi Sumatera Barat, dilalui oleh Jalan Lintas Tengah Sumatera yang merupakan jalan nasional. Dari Padang, ibukota provinsi Sumatera Barat, menuju ibukota Kabupaten Solok yaitu Arosuka berjarak sekitar 32 km dan bisa dicapai dalam waktu sekitar 1 jam 30 menit dengan menggunakan jalur transportasi darat. Jalur dari Kota Padang menuju Kota Arosuka berada pada jalan regional (kolektor primer/jalan provinsi) menuju Kawasan Wisata Singkarak yang berada di Kabupaten Solok dan Kabupaten
  • 54. 54 Tanah Datar. Sedangkan dari Kota Bukittinggi jaraknya sekitar 99 km dan bisa dicapai lewat jalur jalan Lintas Tengah Sumatera dengan melewati Kota Solok, dengan waktu tempuh ± 3 jam. Gambar 1 JARAK ARO SUKA KE KOTA-KOTALAIN DI SUMATERA BARAT Sumber: RIPPARDA Kab.Solok 2012-2021 Fungsi jaringan jalan di Kabupaten Solok terdiri dari jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Secara garis besar struktur jaringan jalan utama di Kabupaten Solok dapat dibagi atas :
  • 55. 55 1. Ruas jalan regional, merupakan ruas jalan penghubung kabupaten dengan wilayah yang lebih luas di dalam provinsi dan diluar provinsi. Jalan tersebut berupa jalan nasional dan jalan provinsi. 2. Ruas jalan utama kabupaten, yaitu ruas jalan penghubung antar pusat-pusat kegiatan utama di Kabupaten dan ruas jalan dari pusat kecamatan menuju pusat kegiatan utama di Kabupaten 3. Ruas jalan utama antar kecamatan (penghubung antara pusat kawasan permukiman pedesaan dengan pusat kegiatan kecamatan) 4. Ruas jalan pendukung akses kegiatan ekonomi prioritas daerah terutama sektor pertanian dan pariwisata yang dikembangkan untuk melayani akses menuju sentra kegiatan ekonomi unggulan daerah. Jalan merupakan salah satu sarana penunjang kegiatan pariwisata. Di Kabupaten Solok terdapat objek wisata unggulan berupa danau yaitu Danau Diateh, Danau Dibawah, Danau Talang dan Danau Singkarak. Ruas jalan yang merupakan akses wisata atau ruas jalan jalur wisata di Kabupaten Solok yaitu ruas jalan disekitar Danau Kembar, dan ruas jalan Kacang – Tikalak yang merupakan akses jalan alternatif menuju Danau Singkarak. Selain jalur wisata juga terdapat ruas jalan perkebunan yaitu perkebunan teh di Aie Batumbuk. Keadaan jalan yang ada di Kabupaten Solok dari tahun ke tahun relatif sama tidak mengalami peningkatan, baik panjang jalan maupun kondisi jalannya. Kondisi jalan tersebut tidak semuanya baik, ada sebagian jalan di Kabupaten Solok dalam keadaan rusak berat. Berdasarkan data tahun 2010, terdapat 443,24
  • 56. 56 KM (31,20%) kondisi jalan di Kabupaten Solok dalam keadaan rusak berat, seperti dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6 Kondisi Jalan Di Kabupaten Solok Berdasarkan Status Tahun 2010 No Kondisi Status Pemerintahan yang Berwenang (KM) Jumlah (KM) Nasional Provinsi Kabupaten 1 Baik 10,00 4,70 517,28 531,98 2 Sedang 56,21 98,39 217,15 361,75 3 Rusak 0,00 15,00 69,66 84,66 4 Rusak Berat 0,00 0,00 443,24 443,24 Jumlah 66,21 118,09 1.237,33 1.421,63 Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010/2011 Kondisi jalan seperti ini tidak akan baik bagi perkembangan pariwisata, karena adanya fasilitas jalan yang baik akan memudahkan aksesibilitas para wisatawan untuk mencapai suatu objek wisata tertentu. Namun jika kondisi jalan tidak layak maka akan menyulitkan dan bahkan bisa menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata sekalipun objek tersebut sangat menarik untuk dikunjungi. f. Administrasi Pemerintahan Wilayah Administrasi Pemerintah Kabupaten Solok secara yuridis formal dibentuk dengan Undang-Undang No.12 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Barat. Pada awal pembentukannya, Kabupaten Solok semula terdiri 12 Kecamatan dan 83 Nagari. Perkembangan keadaan kemudian yang berupa beberapa perubahan status Administrasi Pemerintahan dilakukan pada tahun 1970, 1983, 2000, 2001 dan 2003.
  • 57. 57 Semangat Reformasi mengantarkan Kabupaten Solok untuk memekarkan daerahnya sehingga terbentuk Kabupaten Solok Selatan pada tanggal 7 Januari 2004 yang ditetapkan berdasarkan UU No.38 Tahun 2003 tentang Pemekaran Wilayah Kabupaten dan Kota. Sebagai konsekwensi dari pemekaran ini, jumlah kecamatan di Kabupaten Solok sekarang menjadi 14 kecamatan serta nagari dari 86 menjadi 74 nagari. Tabel 7 Nama-Nama Kecamatan di Kabupaten Solok No Nama Kecamatan No Nama Kecamatan 1 Pantai Cermin 8 Gunung Talang 2 Lembah Gumanti 9 Bukit Sundi 3 Hiliran Gumanti 10 IX Koto Sungai Lasi 4 Payung Sekaki 11 Kubung 5 Tigo Lurah 12 X Koto Singkarak 6 Lembang Jaya 13 Junjung Sirih 7 Danau Kembar 14 X Koto Diatas Sumber: BPS Kabupaten Solok 2012 Secara organisatoris saat ini Kabipaten Solok memiliki 4 Badan yaitu Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah), BKD (Badan Kepegawaian Daerah), BPD (Badan Pengawasan Daerah) dan BPKD (Badan Pengelolaan Keuangan Daerah) yang sekarang telah diganti dengan DPPKA (Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset), 10 buah Dinas yaitu PU (Pekerjaan Umum), Kesehatan, Pendidikan, Pertanian, Perhubungan, Pariwisata, Koperindag, Kehutanan dan Perkebunan, Pertambangan dan Lingkungan Hidup, serta 3 Kantor yaitu Inforkom, Polisi Pamong Praja dan Pelayanan Perizinan Terpadu. Setelah keluar SOTK baru tahun 2008, terjadi beberapa perubahan pada Pemerintahan Kabupaten Solok, diantaranya Inforkom dihilangkan dan diganti dengan Badan Kehumasan (Hubungan Kemasyarakatan) dan nama KPUP (Kantor
  • 58. 58 Pelayanan Umum dan Perizinan) diganti dengan KPPT (Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu) 2. Gambaran Potensi Kepariwisataan Kab.Solok Kabupaten Solok mempunyai jumlah penduduk 368.177 jiwa dengan luas wilayah 373.800 Ha, yang terletak membujur dari Utara ke Selatan dengan luas 3.878 km beriklim tropis dan sejuk mempunyai objek wisata alam yang indah, objek wisata budaya yang menarik serta wisata minat khusus yang menantang. Wisata alam yang indah didukung oleh 4 buah Danau yaitu, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Talang dan Danau Singkarak. Objek wisata alam di Kabupaten Solok berjumlah 67 buah, objek wisata sejarah dan budaya berjumlah 57 buah yang tersebar di 14 Kecamatan. Pengembangan objek wisata, menggunakan pendekatan 3 kawasan, yaitu: 1) Kawasan Danau Singkarak terdapat : a. Sebuah dermaga dan taman bermain serta pentas medan bapaneh yang keadaannya sekarang belum didukung dengan fasilitas yang memadai, status pengelolaan yang belum jelas antara Pemerintah Daerah dengan Nagari. Belum memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah secara optimal disebabkan oleh kegiatan di Dermaga tersebut hanya dilaksanakan diwaktu Lebaran Idul Fitri saja. b. Taluak Indah saat ini keadaan fasilitasnya belum memadai dimana pelataran parkir perlu diperluas dan sepeda air yang ada sekarang perlu direhab dan ditambah guna pemasukan terhadap pendapatan daerah.
  • 59. 59 c. Rest Area Biteh Kacang keadaanya sekarang juga belum memadai untuk digunakan sebagai masukan terhadap retribusi pendaapatan daerah. d. Lokasi Paralayang yang terletak di Nagari Tanjung Alai dan Tikalak kawasannya belum dibebaskan keseluruhannya dan jalan yang menuju arena masih sempit dan satu arah sehingga perlu dijadikan dua arah. 2) Kawasan Danau Kembar terdapat : a. Di kawasan Convention Hall terdapat 2 villa yang masing-masing ada 3 kamar dan 2 vila kayu serta 5 cotage batu dengan 10 kamar yang dapat menampung 36 pengunjung sedangkan saat ini rata-rata penginap sudah melebihi kuota kamar yang ada. b. Panorama Danau Kembar dengan luas + 2 Ha telah dibebaskan baru 4400 m2 dan yang belum dibebaskaan 8400 m2 dan adanya bangunan yang menghalangi pandangan ke danau. 3) Kawasan Ibu Kota Kabupaten, Arosuka akan dikembangkan sebagai kota wisata taman berdasarkan tata ruang pengembangan kawasan ibukota dan membangun danau buatan. Secara garis besar nama-nama obyek wisata tersebut diatas terlampir dalam peta penyebaran obyek dan daya tarik wisata Kabupaten Solok sebagai berikut:
  • 60. 60 Kec. X Koto Diateh 1. Gunung Merah Putih /Janjang saribu 2. Batu Tagantuang/batu galeh 3. Guo Jangguik Raksasa 4. Bekas lobang tambang 5. Batu Tikuluak 6. Rumah gadang 20 ruang 7. Balairung sari 8. Tabuah Larangan 9. Guo Gantiang Sopan 10. Balairung Sari 11. Makam Syeh Batu Ampa 12. Makam Paderi 13. Makam Sultan Manang 14. Balai Adat 15. Balairung Sari 16. Balai Adat 17. Batu Tapak Nabi 18. Batu Alang 19. Batu Kutu Kutu 20. Makam Keramat Kec. IX Koto Sungai Lasi 1. Aia Tajun Timbulun 2. Rmh Gadang Daulat Rj. Pagaruyung 3. Makam Keramat Abd Tuanku 4. Kolam Pancing Segar Aalam 5. Puncak Tambang 6. Makam Tuanku lareh 7. Guo Cikaram Kec. Payuang Sakaki 1. Arena Buru Babi 2. Balerong Sari 3. Tabuah Larangan 4. Makam Syech Junjungan 5. Guo Ameh 6. Makam Syeh Supayang 7. Guo Batu 8. Batu Balenong 9. Batu Basurek Kec. Tigo Lurah 1. Batu Bajolang jo Basangkak Kec. X Koto Singkarak 1. Dermaga Singkarak 2. Balai Adat 3. Rest Area Biteh 4. Panaorama Tanjuang Sopan 5. Tapian Endah Permai 6. Taluak Indah 7. Katapiang Indah 8. Panorama Gunung Tampa Dado 9. Panorama Angin Berembus 10. Pincuran Ruyuang 11. Makam Keramat 12. Kuburan Gobah 13. Panorama Sitinjau Lauik 14. Panorama Koto Tingga 15. Gua Ngalau 16. Balai Adat 17. Danau Tuo Ujuang Ladang 18. Aia Tajun Uj. Ladang (Pcr Gadang) 19. Aia Angek Padang Balimbiang 20. Rumah Gadang Pusako Tuo 21. Area Camping Ground 22. Vila Terapung/Puruak 23. Makam dalam Mushalla Kec. Jungjuang Siriah 1. Guo Barangin 2. Kapalo Aia 3. Guo Indah K Ngalau 4. Batu Basurek 5. Guo Barangin Kec. Bukik Sundi 1. Kapalo banda 2. Batu Kudo Kudo 3. Kuburan sawah Liek 4. Kuburan Angku Ikue Lubuak 5. Batu Pasidangan Angku Lareh Kec. Lembang Jaya 1. Makam Rajo 2. Istano rajo 3. Tabek Ilang Lanyek 4. Aia Angek Batu Bajanjang 5. Balai Tabek nan Baampang Alam Duo 6. Aia Angek Sapan Tanah Kec. Hiliran Gumanti 1. Balairung Sari 2. Kuburan Angku Badarah Putiah 3. Tambang Sapek 4. Padang Jinawi Kec. Danau Kembar 1. Dermaga Danau Diateh 2. Panorama Danau Kembar 3. Danau Talang 4. Wisata Agro Kec. Lembah Gumanti 1. Muaro Danau dan Panti Usak 2. Kebun Bunga 3. Convention Hall 5. Guo Bukik boleng 6. Panorama Bukik Cambai 7. Rumah Adat Lipek Pageh 8. Kuburan Supadeh Tingga 9. Guo Aia Dingin Kec. Kubung 1. Kapalo Banda 2. Makam Dt.Parpatiah Nan Sabatang 3. Aia Angek Bukik Kili 4. GOR Batu Tupang 5. Balai Adat 6. Tabuah Larangan 7. Aia Tajun 8. Nagari Tradisional 9. Masjid Tuo 10. Kapalo Banda Kec. Pantai Cermin 1. Aia angek 2. Gunung Intan 3. Pincuran Tujuah 4. Panorama Bukik Naris 5. Guo Besar 6. Tempat Pemancingan Ikan 7. Tampek Bakaua 8. Makam Pahlawan 9. Panorama Bt Salimpat dan Subarang 10. Tanam batu Kec. Gunung Talang 1. Aia Angek Sonsang 2. Rumah Gadang 3. Pincuran Rajo 4. Aia Angek Bukik Gadang 5. Makam Syeh Talang 6. Tabek Panjang 7. Sari manggis Resort 8. Rumah Gadang Tigo Niniak 9. Kolam Ikan Sungai janiah 10. Kolam Pancing tabek Panjang 11. Rest Area Bukik Subang 12. Kebun Teh Kayu Jao (PTPN. VI) 13. Masjid Tuo Kayu jao (Atok Ijuak)
  • 61. 61 Dari berbagai objek wisata alam dan budaya yang ada diatas keadaannya sekarang sarana dan prasarana belum memadai, begitu juga objek pariwisata minat khusus tersebut diatas pada umumnya telah mendapatkan perhatian masyarakat/wisatawan baik lokal maupun nusantara, namun karena keterbatasan dana dan kurangnya partisipasi swasta (sponsor) sehingga beberapa event tersebut tidak dapat terlaksana secara kontiniu dan berkala.
  • 62. 62 B. Temuan Khusus 1. Pelaksanaan Tour de Singkarak di Kabupaten Solok Pada bagian ini penulis ingin memaparkan informasi mengenai bagaimana pelaksanaan event Tour de Singkarak di Kabupaten Solok, namun terlebih dahulu penulis akan sajikan beberapa data yang berhasil dikumpulkan pada proses penelitian diantaranya tentang sejarah singkat Tour de Singkarak, bagaimana perkembangannya, pembiayaannya dan juga kritikan terhadap pelaksanaan TdS di Kabupaten Solok. a. Sejarah Tour de Singkarak Dari hasil temuan penelitian dan dokumentasi yang diperoleh dari lapangan, didapatkan beberapa informasi umum mengenai Tour de Singkarak (TdS). Salah satunya adalah sejarah terbentuknya Tour de Singkarak dan kenapa dinamai demikian. Untuk mengetahui hal itu berikut ini akan penulis paparkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Solok, beliau menerangkan secara singkat bagaimana awal mula terbentuknya event TdS di Sumatera Barat, beliau menyatakan bahwa: “TdS ini berawal dari konsultasi Pemprov Sumbar dengan Kemenbudpar (sekarang diganti Kemenparekraf) dalam sebuah pertemuan untuk membahas program-program pengembangan kepariwisataan Sumbar, dan saat itu Kab.Solok menarik perhatian pihak Kemenbudpar dimana daerah ini sangat istimewa, 1 Kabupaten memiliki 4 buah Danau sekaligus. Maka terbentuklah ide untuk menyelenggarakan program promosi pariwisata yang dipadukan dengan balap sepeda internasional layaknya Tour de France yang sudah sangat terkenal di dunia dan juga banyak negara lain telah membuat Event yang serupa. Program ini akhirnya dinamakan Tour de Singkarak, dimana Singkarak yang merupakan Danau terbesar di Sumbar dijadikan sebagai daya tarik event ini” (wawancara, Jumat 27 Desember 2013)
  • 63. 63 Kemudian daripada itu, seiring semakin bagusnya pamor TdS, sekarang ini banyak pula terdengar mengenai isu-isu penggantian nama Tour de Singkarak menjadi Tour de Minangkabau atau tour de Indonesia. Menanggapi hal ini Bapak H.Edmizal,SE selaku Kepala Bidang Promosi dan Kerjasama Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Solok menyatakan bahwa: “Tour de Singkarak ini tidak bisa dengan mudah diganti-ganti namanya sebagaimana isu-isu yang beredar saat ini, melihat bagaimana perjuangan dan proses panjang yang dilewati oleh Pemprov Sumbar beserta Kab.Solok agar program TdS ini dapat terlaksana hingga saat ini telah menjadi agenda tahunan Kemenparekraf. Disamping itu, TdS sudah sangat dikenal, jika diganti dikhawatirkan akan menurunkan pamor dari TdS itu sendiri Melihat potensi TdS yang besar ini, bahkan banyak daerah lain seperti Sumut, Sumsel dan beberapa daerah lain di Indonesia yang juga ingin menggunakan Ikon wisata mereka sebagai brand untuk Event yang serupa dengan TdS” (wawancara, Selasa 31 Desember 2013) Dari paparan diatas dapat kita lihat bagaimana sejarah penggunaan nama Singkarak sebagai Brand Event Tour de Singkarak, bahwa Singkarak diambil sebagai nama (Brand) dari event TdS karena Singkarak merupakan Danau terbesar di Sumbar maka itu dijadikan daya tarik tersendiri dari event akbar ini. Pemerintah melihat potensi kepariwisataan yang sangat besar di Sumbar dan belum berkembang dengan baik, maka pemerintah merancang berbagai program pengembangan salah satunya program promosi yang dikemas dalam bentuk balap sepeda internasional yang diberi nama Tour de Singkarak. Tour de Singkarak ini diharapkan dapat dijadikan media promosi yang efektif bagi kepariwisataan Sumbar secara umum dan juga merangsang pertumbuhan pariwisata Kabupaten dan Kota di wilayah Sumbar tak terkecuali Kabupaten Solok. Apalagi Brand Event dari TdS diambil dari nama Danau yang terdapat di
  • 64. 64 Kab.Solok itu sendiri. Ini adalah suatu keuntungan tersendiri bagi Kab.Solok yang tidak dimiliki daerah lain di Sumbar. b. Perkembangan TdS Tour de Singkarak adalah sebuah program yang memadukan pariwisata dan olahraga (Sport Tourism) secara atraktif dalam bentuk Balap sepeda berskala internasional yang dilaksanakan di Sumatera Barat sebagai ajang untuk mempromosikan kepariwisataan Sumatera Barat. Sedangkan Singkarak sendiri adalah nama sebuah Danau terbesar yang terdapat di Sumatera Barat ini dijadikan Ikon dari event TdS. Tour de Singkarak merupakan hasil kerja sama Kemenparekraf dengan PB ISSI (Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia), Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten Sumatera Barat, dengan menggandeng Amaury Sport Organization (ASO) yaitu penyelenggara Tour de France. Tour de Singkarak telah menjadi agenda resmi tahunan Persatuan Balap Sepeda Dunia (Union Cycliste Internationale) untuk wilayah Asia. Dengan parameter yang sama digunakan untuk mengukur Tour de France di Perancis. Tour de Singkarak tercatat sebagai ajang balap sepeda dengan jumlah penonton terbanyak kelima di dunia. Penyelenggaraan Tour de Singkarak diikuti oleh belasan tim internasional. Beberapa diantaranya yang rutin menjadi peserta adalah: Jepang, Iran, Singapura, Australia, Uzbekistan, Ukraina, Kirgiztan, Rusia, Taipe, Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Brunei, Selandia Baru, Perancis, Vietnam, Malaysia, dan tentunya Indonesia.
  • 65. 65 Tour de Singkarak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2009 dengan lama penyelenggaraan lima hari. Pada edisi pertama, Tour de Singkarak dibagi atas empat etape sejauh 459 Km dengan melewati 4 kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Jumlah ini terus bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur penunjang balapan, terutama jalan raya. Pada edisi kedua, jumlah etape dan jarak tempuh Tour de Singkarak meningkat menjadi enam etape dengan jarak tempuh 552 Km dan melibatkan 10 kabupaten dan kota. Sejak edisi ketiga, lama penyelenggaraan Tour de Singkarak terus berlangsung selama tujuh hari dengan melombakan tujuh etape. Panjang lintasan atau jarak tempuh dan jumlah peserta juga relatif meningkat setiap tahun. Berikut ini perkembangan Tour de Singkarak dari tahun 2009 s/d 2013. Tabel 1 Perkembangan TdS dari tahun 2009-2013 Jumlah 2009 2010 2011 2012 2013 Waktu Pelaksanaan 29 April-3 Mei 1-6 Juni 6-12 Juni 4-10 Juni 2-9 Juni Peserta (negara) 15 12 13 15 17 Jarak tempuh 462 Km (4 Etape) 552 Km (6 Etape) 794 Km (7 Etape) 854 Km (7 Etape) 1.173 Km (7 Etape) Hadiah 600 juta 600 juta 750 juta 1 M 1,2 M Kab/ Kota yang terlibat 4 10 12 14 17 Sumber: www.tourdesingkarak.com Pada tiga edisi terawal, Tour de Singkarak selalu diawali dengan etape pertama di Kota Padang dan mengambil tempat di dermaga Danau Singkarak, Kabupaten Solok sebagai tempat penutupan. Namun, pada edisi keempat dan kelima terdapat perbedaan, dimana etape pembukaan tidak lagi dilangsungkan di
  • 66. 66 Padang melainkan dipindahkan ke kota lain. Sawahlunto terpilih sebagai tuan rumah pembukaan TdS 2012 dan pada TdS 2013 giliran Bukittinggi yang ditunjuk menjadi tuan rumah pembukaan. Sementara itu penutupan TdS selama 2 tahun terakhir dilaksanakan kota Padang bukan lagi di dermaga Danau Singkarak. c. Pembiayaan Tour de Singkarak Mengenai bagaimana program ini dilaksanakan dan dari mana sumber dananya didapatlah sejumlah informasi sebagai berikut, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs.M.Alfajri selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Solok yang menyatakan bahwa: “Program TdS ini dikonsepkan serta dibiayai sebagian besar oleh Kemenparekraf yang bekerjasama dengan Pemprov Sumbar dan juga berkoordinasi dengan Kab/Kota yang wilayahnya dilewati rute TdS. Pembiayaan juga berasal dari Pemprov dan masing-masing Kab/Kota yang terlibat juga mengeluarkan dana untuk memfasilitasi penyelenggaraan TdS di daerahnya masing-masing. Bantuan dari pihak sponsor juga ada dalam berbagai bentuk seperti pencetakan baju, pemasangan baliho promosi dan juga produk mereka” (wawancara, 27 Desember 2013) Hal yang serupa juga disampaikan oleh Bapak H.Edmizal,SE selaku Kepala Bidang Promosi dan Kerjasama Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Solok, ditanyai mengenai sumber dana penyelenggaraan TdS, beliau menyatakan bahwa: “Pembiayaan TdS melibatkan banyak pihak, selain dana dari Kemenparekraf dan Pemprov Sumbar, juga dukungan dari Dinas PU dan Perhubungan dalam bentuk perbaikan infrastruktur jalan yang sangat menentukan kelayakan wilayah kita untuk dapat melaksanakan event balap sepeda internasional. Semua Kabupaten dan Kota juga memberikan dukungan dana untuk pembiayaan di tingkat pusat dengan nominal sekitar ± Rp 50 juta dan untuk fasilitasi TdS di daerah masing-masing dianggarkan lewat APBD sekitar Rp 600 juta atau lebih. Jumlah ini tidak tetap dan cenderung meningkat setiap tahunnya” (wawancara, 31 Desember 2013)
  • 67. 67 Selain hasil wawancara diatas, juga penulis temukan dokumen berupa hasil wawancara dengan Bapak Suprapto, Kepala Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman (Prasjal Tarkim) Sumatra Barat mengenai perbaikan sarana dan prasarana jalan untuk rute perlombaan TdS yang diterbitkan dalam Kompas, edisi Jumat 4 Mei 2012, beliau mengatakan: “Pengerjaan perbaikan sudah dilakukan sejak 6 bulan lalu. Untuk biaya perbaikannya menelan biaya hingga Rp50 miliar, di beberapa lokasi, justru dikebut pengerjaannya antara lain pada 3 titik berkategori rehab berat. Lokasi tersebut terletak di Jalan arah Lubuk Begalung - Teluk Bayur Kota Padang, Jalan lingkar Danau Singkarak, dan Jalan di Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung. Saat ini sudah mendekati rampung, dan ditargetkan tuntas pada 30 Mei ini”(Kompas,Jumat 4 Mei 2012) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui sumber sekaligus nominal dana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan TdS. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa Kab.Solok memperoleh dana dari penganggaran APBD dan juga dukungan dari sponsor dalam berbagai bentuk bantuan. Untuk perbaikan prasarana jalan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jumlah dana yang dibutuhkan setiap tahunnya berbeda-beda tergantung kondisi dan kebutuhan kita saat itu. d. Pelaksanaan Tour de Singkarak di Kabupaten Solok Penyelenggaraan TdS di Kab.Solok sudah terlaksana sebanyak 5 kali mulai dari tahun 2009 hingga yang terakhir tahun 2013 lalu. Pemerintah Kabupaten Solok sebagai fasilitator TdS berperan dan bertanggung jawab dalam mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyambut event TdS sebagaimana yang telah dituangkan dalam MOU yang ditandatangani oleh Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kemenparekraf beserta Kadisbudpar
  • 68. 68 Provinsi Sumbar dan juga Kadisbudpar Kabupaten Solok dalam bentuk “Kesepakatan Tugas dan Tanggung Jawab Kabupaten Solok dalam Penyelenggaraan TdS”. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Solok Bapak Drs.M.Alfajri, beliau mengatakan bahwa: “Dalam penyelenggaraan TdS ini, kami bertanggung jawab sebagai fasilitator yaitu menyediakan segala hal ikhwal sarana dan prasarana yang diperlukan agar event ini dapat dilaksanakan di Kab.Solok seperti perbaikan dan pembersihan pada jalan-jalan yang kurang layak, pengurusan areal start dan finish stage, pengamanan route perlombaan oleh aparat keamanan, dan penyediaan konsumsi” (wawancara, 27 Desember 2013) Hal yang senada juga disampaikan oleh Bapak H.Edmizal,SE selaku Kepala Bidang Promosi dan Kerjasama Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, bahwa dalam penyelenggaraan TdS Pemkab.Solok juga menampilkan kesenian khas daerah, menyediakan panggung, tenda, dan tenaga kesehatan sebagai berikut: “Selain bertanggungjawab dalam pengamanan rute oleh ratusan aparat keamanan, perbaikan jalan, penyediaan konsumsi, kami juga menampilkan kesenian daerah Kabupaten Solok pada saat event berlangsung, pengadaan panggung hiburan kesenian, pangguang penyerahan hadiah, tenda, kursi untuk para tamu, selain itu juga penyediaan mobil ambulance dan tenaga medis” (wawancara, 31 Desember 2013) Berikut ini masih mengenai teknis penyelenggaraan TdS di Kab.Solok, Ibu Dra.Weni Oktiarni,MM selaku sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Solok mengatakan bahwa selain menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, Pemkab.Solok juga melakukan sosialisasi dan promosi event TdS ini kepada seluruh lapisan masyarakat agar turut memeriahkan TdS, sebagai berikut: