Dokumen tersebut membahas mengenai evaluasi proses dan hasil belajar matematika. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang prinsip-prinsip evaluasi, alat evaluasi seperti tes dan non-tes, serta sasaran penilaian dalam evaluasi pembelajaran matematika.
3. Subyek Evaluasi
Subyek evaluasi adalah orang yang melakukan
pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut
sebagai subyek evaluasi untuk setiap tes,
ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas
atau ketentuan yang berlaku
CONTOH
BACK TO MENU
4. Contoh:
Untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau
pencapaian maka sebagai subyek evaluasi adalah guru.
Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan
sebuah skala maka sebagai subyeknya dapat meminta
petugas yang ditunjuk, dengan didahului oleh suatu latihan
melaksanakn evaluasi tersebut.
Untuk melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian
dimana menggunakan sebuah alat ukur yang sudah
distandarisasikan maka subyeknya adalah ahli-ahli
psikologi. Di samping alatnya yang harus bersifat rahasia
maka subyek evaluasi haruslah seorang yang betul-betul
ahli karena jawaban dan tingkah laku orang yang dites
harus diinterpretasikan dengan cara-cara tertentu.
BACK
5. Prinsip-prinsip Evaluasi
Menurut Anas Sudijono ada tiga prinsip yaitu:
Prinsip Keseluruhan
Prinsip Kesinambungan
Prinsip Obyektivitas
Menurut Ahmad Hamid, prinsip-prinsip evaluasi di bagi menjadi
enam yaitu:
Sesuaikan Dengan Tujuan Penggunaan
Materinya Sesuaikan Dengan Cakupan Kurikulum
Sesuaikan Dengan Tujuan Pengukuran (Taksonomi)
Sesuaikan Dengan Tujuan Pembelajaran (SK, KD, I)
Harus Dapat Memotivasi Siswa Agar Mau Belajar
Memiliki Kriteria Tes yang Baik
BACK TO MENU
6. Sesuaikan Dengan Tujuan
Penggunaan
Di Sekolah ada tahapan-tahapan
pelaksanaan evaluasi, yaitu:
Evaluasi Penempatan
Evaluasi Formatif
Evaluasi Diagnostic
Evaluasi Sumatif
BACK
7. Materinya Sesuaikan Dengan
Cakupan Kurikulum
Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi,
maka alat ukur (soal-soal ujian) yang
digunakan harus mencakup atau mewakili
seluruh materi sesuai dengan tuntutan
kurikulum dan tingkatan kelas serta
periodenya. Sehingga kesimpulan yang
diperoleh tidak salah dan sekaligus dalam
mengambil keputusan.
BACK
8. Sesuaikan Dengan Tujuan
Pengukuran (Taksonomi)
Taksonomi merupakan jenjang (tingkatan) kemampuan
yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mengikuti
proses pembelajarn. Jenis taksonomi yang dikenal yaitu
Taksonomi Bloom,
Blom membagi jenjang kemampuan siswa atas 6 macam
yaitu:
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Evaluasi
BACK
9. Sesuaikan Dengan Tujuan
Pembelajaran (SK, KD, I)
Dalam kurikulum 2004 (KBK) sudah disebutkan standar
kompetensi dari setiap mata pelajaran. Kemudian standar
kompetensi dijabarkan menjadi beberapa buah kompetensi
dasar ini dijabarkan lagi menjadi beberapa buah indikator.
“Oleh karena itu, dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
dikenal beberapa istilah Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar dan Indikator yang menunjukkan seberapa kompeten
peserta didik mencapai materi yang dituntut kurikulum”. Di
sini diperlukan pengetahuan dan pemahaman guru dalam
menyusun soal untuk mengukur apa yang terkandung pada
setiap indikator dan menemukan, tujuan-tujuan itu
diharapkan dapat memberi bentuk dan arah kepada metode
mengajar, bahan pelajaran, dan prosedur evaluasi yang akan
dilaksanakan guru.
BACK
10. Harus Dapat Memotivasi Siswa
Agar Mau Belajar
Pelaksanaan evaluasi harus dilaksanakan
dengan objektif, agar siswa termotivasi untuk
giat belajar. Kalau sekiranya siswa
beranggapan bahwa tanpa belajar keras pun
aku akan naik kelas, akan lulus akan dapat
nilai baik, akan diterima di sekolah itu, dan
sebagaianya, maka hal ini merupakan
semacam mala petaka bagi dunia pendidikan
kita.
BACK
11. Memiliki Kriteria Tes yang Baik
Sebagai alat ukur, suatu tes baru dapat
dikatakan berhasil menjalankan fungsi ukurnya
apabila ia mampu memberikan hasil ukur yang
cermat dan akurat. Tes yang hasil ukurnya tidak
cermat atau tidak dapat menunjukkan perbedaan-
perbedaan kecil yang ada pada objek ukurnya
tidaklah banyak memberikan informasi yang
berguna. Oleh karena itu sebelum perangkat soal
(tes) digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa, maka tes itu harus diadakan uji-coba untuk
dianalisis.
BACK
12. Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga
dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Dengan prinsip
komprehensif dimaksud di sini bahwa evaluasi hasil belajar
dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi
tersebut dilaksanakan secara bulat utuh atau menyeluruh.
Evaluasi hasil belajar dapat mengungkapkan aspek proses
berpikir jug adapat mengungkap aspek kejiwaan yaitu aspek
nilai atau sikap dan aspek keterampilan yang melekat pada
diri masing-masing individu peserta didik.
Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat,
utuh menyeruh akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan
informasi yang lengkap mengenai keadaan dan
perkembangan subyek diidk yang sedanga dijadikan sasaran
evaluasi.
BACK
13. Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan juga dikenal dengan istilah
prinsip kontinuitas. Dengan prinsip kesinambungan
dimaksudkan di sini bahwa evaluasi belajar yang
dilaksanakan secara teratur dan sambung-menyambung dari
waktu ke waktu.
Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara
berkesinambungan juga dimaksud agar pihak evaluator
(guru, dosen dan lain-lain) dapat memperoleh kepastian dan
kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau
merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu
diambil untuk masa-mas selanjutnya, gar tujuan pengajaran
sebangaimana telah dirumuskan pada Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
BACK
14. Prinsip Obyektivitas
Prinsip obyektivitas mengandung makna,
bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas
dari faktor-faktor yang sifatnya subyektif.
Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanana
evaluasi hasil belajar, seorang evaluator harus
senantiasa berpikir dan bertindak wajar, menurut
keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh
kepentingan-kepentingan yang bersifat subyektif.
BACK
15. Sasaran atau Objek Penilaian
Pada umumnya ada tiga sasaran pokok penilaian
1. Segi tingkah laku, artinya yang menyangkut sikap,
minat, perhatian, keterampilan siswa sebagai akibat
dari proses mengajar dan belajar
2. Segi isi pendidikan, artinya penguasaan bahan
pelajaran yang diberikan guru dalam proses mengajar-
belajar.
3. Segi yang menyangkut proses mengajar dan belajar
itu sendiri. Prose mengajar dan belajar perlu diadakan
penilaian secara objektif dari guru, sebab baik
tidaknya proses mengajar dan belajar akan
menentukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai
siswa.
BACK TO MENU
16. Alat Evaluasi
Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu
yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang untuk melaksanakan tugas atau
mencapai tujuan yang lebih efektif dan efesien.
Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah
“instrument” evaluasi.
Pada umumnya alat evaluasi dibedakan
menjadi dua jenis, yakni
*Tes
*Non Tes
BACK TO MENU
17. TES
Tes ada yang sudah distandarisasi, artinya tes tersebut
telah mengalami proses validasi (ketepatan) dan reliabitisasi
(ketetapan) untuk suatu tujuan tertentu dan untuk
sekelompok siswa tertentu. Sebagai contoh, penyusunan
THB (Tes Hasil Belajar) merupakan usaha penyusunan tes
yang sudah distandarisasi. Di samping itu yang banyak kita
temukan ialah tes buatan guru sendiri. Tes ini belum
distandarisasi, sebab dibuat oleh guru untuk tujuan tertentu
dan untuk siswa tertentu pula.
Tes ini terdiri dari tiga bentuk yakni:
o Tes tulisan
o Tes lisan
o Tes tindakan
BACK
18. NON TES
Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non-tes lebih
sesuai digunakan sebagai alat evaluas. Seperti menilai aspek
sikap, minat, perhatian, karakteristik, dan lain-lain yang
sejenis.
Alat evaluasi jenis non-tes ini antara lain adalah:
Observasi
Wawancara
Angket
Studi kasus
Rating scale (skala penilaian)
Check list
Inventory
BACK
19. Observasi
Observasi, yakni pengamatan kepada tingkah
laku pada suatu situasi tertentu. Observasi bisa
dalam situasi sebenarnya atau observasi langsung
dan bisa pula dalam situasi buatan atau observasi
tidak langsung. Kedua jenis observasi ini dapat
dilaksanakan secara sistematik, yakni dengan
menggunakan pedoman observasi dan bisa pula
tidak (tanpa pedoman)
BACK
20. Wawancara
Wawancara ialah komunikasi langsung antara
yang mewawancarai dengan yang diwawancarai.
Untuk memudahkan pelaksanaannya perlu disediakan
pedoman wawancara berupa pokok-pokok yang akan
ditanyakan.
Ada dua jenis wawancara yang dapat
dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
Wawancara terpimpin yang juga sering dikenal
dengan istilah wawancara berstruktur atau wawancara
sistematis
Wawancara terpimpin yang sering dikenal dengan
istilah wawancara sederhana atau wawancara tidak
sistematis atau wawancara bebas.
BACK
21. Angket
Dengan menggunakan angket, pengumpulan
data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh
lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga.
Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan
setiapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya, apalagi jika pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan dalam angket itu kurang tajam,
sehingga menungkinkan bagi reponden untuk
memberikan jawaban yang diperkirakan akan
melegakan atau memberikan kepuasan kepada
pihak penilai.
BACK
22. Studi kasus
Mempelajari individu dalam periode
tertentu secara terus menerus untuk melihat
perkembangannya. Misalnya untuk melihat
sikap siswa terhadap pelajaran yang diberikan
guru di sekolah selama satu semester.
BACK
23. Rating scale (skala penilaian)
Rating scale merupakan salah satu alat
penilaian yang menggunakan skala yang telah
disusun dari ujung yang negative sampai
kepada ujung yang positif, sehingga pada
skala tersebut si penilai tinggal membubuhi
tanda cek saja.
BACK
24. Check list
Hampir menyerupai rating scale, hanya
pada check list tidak perlu disusun criteria atau
skala dari yang negative sampai kepada yang
positif. Cukup dengan kemungkinan-
kemungkinan jawaban yang akan kita minta
dari yang dievaluasi.
BACK