Anúncio

BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf

20 de Mar de 2023
Anúncio

Mais conteúdo relacionado

Apresentações para você(20)

Anúncio

BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf

  1. Produk Kreatif & Kewirausahaan Tria Budi Setiani, S.Pd. NIP. 19951211 201902 2 007
  2. Analisis Biaya Produksi Prototipe 3.7. Menganalisis biaya produksi prototipe produk barang/jasa 4.7. Menghitungbiaya produksi prototipe produk barang/jasa
  3. Tujuan Pembelajaran 1. Menyusun komponen-komponen biaya produksi suatu produk barang dan jasa. 2. Menganalisis biaya produksi suatu produk barang dan jasa. 3. Menghitung biaya produksi suatu produk. 4. Mempresentasikan hasil penyusunan biaya produksi suatu produk barang dan jasa.
  4. Pengertian Biaya Biaya adalah semua pengeluaran yang dapat diukur dengan uang untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor- faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan tersebut.
  5. Unsur-Unsur Biaya Produksi 1. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi. 2. Bahan-bahan pembantu atau penolong. 3. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur. 4. Penyusutan peralatan produksi. 5. Uang modal, sewa. 6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi. 7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan. 8. Pajak.
  6. Jenis-jenis Biaya Produksi Adalah pembayaran langsung yang dilakukan oleh pihak perusahaan atas keperluan-keperluan yang bisa membuat perusahaan tersebut tetap berjalan, misalnya gaji karyawan, sewa gedung, dan pengadaan material. Adalah biaya yang sebenarnya sudah ada, namun masih belum dimasukkan ke dalam catatan beban. Biaya implisit adalah potensi adanya biaya tambahan dalam proses produksi suatu produk. Contoh: penyusutan mesin produksi. Biaya implisit biasanya tidak dimasukkan ke dalam catatan akuntansi karena biaya tersebut seringkali memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap perusahaan. Biaya implisit juga sulit dilacak. Biaya Eksplisit Biaya Implisit
  7. Jenis-jenis Biaya Produksi Berdasarkan Jangka Waktunya Jangka Pendek Biaya jangka pendek adalah jangka waktu di mana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Meliputi : (1)biaya total, (2)biaya variabel total, (3)biaya tetap, (4)biaya total rata-rata, (5)biaya variabel rata-rata, (6)biaya tetap rata-rata, (7)biaya marginal. Jangka Panjang Biaya jangka panjang merupakan segala faktor produksi yang masih dapat berubah-ubah. Meliputi : (1)biaya marginal jangka panjang, (2)biaya rata-rata.
  8. Biaya Jangka Pendek Biaya Total (Total Cost/ TC) Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. TC=TVC+TFC Biaya Variabel Total (Total Variabel Cost/TVC) Keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat variabel/ dapat berubah-ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan. Contoh: biaya bahan baku, upah tenaga kerja, bahan bakar, dll. TVC=TC-TFC Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost/TFC) Biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi. Biaya ini besarnya tidak dipengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan. Contoh: biaya telepon, biaya pemeliharaan bangunan biaya penyusutan, dll. TFC=TC-TVC
  9. Biaya Jangka Pendek Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost/ATC) Biaya Total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu oleh perusahaan tersebut (Q). ATC=TC/Q atau ATC=AVC+AFC Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost/AFC) Biaya tetap total (TFC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu (Q). AFC=TFC/Qatau AFC=ATC-AVC Biaya variabel total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu (Q). AVC=TVC/Qatau AVC=ATC-AFC Biaya Marginal (Marginal Cost/MC) Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah satu satuan output. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost/AVC)
  10. Biaya Jangka Panjang Biaya Marginal Jangka Panjang Adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak 1 unit. Perubahan biaya total sama dengan perubahan biaya variabel. LMC=∆LTC/∆Q LMC=biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost) ∆LTC=perubahan biaya total jangka panjang ∆Q=perubahan output Biaya Rata-Rata Jangka Panjang Biaya total dibagi jumlah output. LRAC=LTC/Q LRAC=biaya rata-rata jangka panjang (long run average cost) Q=jumlah output
  11. Biaya Tetap 01 Adalah beban biaya yang tidak tergantung atas volume produksi yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Biaya tetap biasanya dipengaruhi oleh waktu, seperti gaji karyawan atau sewa gedung. Bisa juga disebut biaya tambahan. Berbeda dengan biaya variabel, karena biaya variabel lebih tergantung pada volume produksi suatu perusahaan. Biaya tetap bukan biaya yang bersifat permanen. Biaya tersebut bisa berubah-ubah seiring waktu. Namun, tidak bisa diubah oleh volume produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Jenis-jenis Biaya Produksi jika Dilihat dari Volume Kegiatannya
  12. Biaya Variabel 02 Adalah biaya yang berubah sesuai dengan volume barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Biaya variabel adalah jumlah seluruh biaya marginal. Bisa juga disebut biaya normal. Bersama biaya tetap, biaya variabel adalah komponen yang membentuk biaya keseluruhan. Tidak semua biaya variabel termasuk ke dalam biaya langsung. Biaya variabel juga bisa disebut dengan biaya unit karena setiap unit produksi memiliki biaya yang berbeda- beda. Jumlah biaya variabel dapat memengaruhi banyak faktor, di antaranya biaya tetap, lamanya suatu proyek yang dilakukan perusahaan, ketidakpastian, dan rentang potongan harga atas suatu produk. Jenis-jenis Biaya Produksi jika Dilihat dari Volume Kegiatannya
  13. 1. Biaya Variabel Total atau Total Variable Cost (TVC) Merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi untuk memperoleh hasil produksi yang diinginkan. Jumlah biaya variabel total berubah-ubah sesuai dengan proses produksi dan hasil produksi. 2. Biaya Variabel Rata-Rata atau Average Variable Cost (AVC) Merupakan biaya yang diperoleh dari perhitungan biaya variabel dibagi dengan jumlah produksi. Berikut adalah tabel yang menunjukkan perhitungan biaya variabel rata-rata: Jenis-jenis Biaya Variabel JumlahProduksi (Q) (Unit) BiayaVariabel (TVC) (Rp) BiayaVariabel Rata-Rata (AVC=TVC:Q) (Rp) 10 550 55 20 650 32,5 30 750 25 40 850 21,25 50 950 19
  14. Karakteristik Biaya Variabel 3. Biaya variabel adalah biaya yang mudah dilacak. 2. Biaya variabel biasanya bersifat konstan jika dibandingkan dengan volume produksi suatu perusahaan. 4. Setiap manager bisa membuat siasat dalam mengontrol besar kecilnya biaya variabel. 1. Jumlahnya bisa berbeda-beda, tergantung dari volume produksi di dalam suatu perusahaan.
  15. Biaya Semi Variabel 03 Atau biaya campuran adalah biaya yang merupakan campuran dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya semi variabel bersifat tetap dalam tingkatan produksi atau konsumsi tertentu, namun berubah menjadi biaya variabel ketika tingkat konsumsi atau produksi melebihi standar yang ditentukan. Contoh: lemburproduksi. Gaji karyawan adalah biaya tetap yang digabung dengan biaya variabel, yang berupa upah lembur. Selain itu, biaya penggunaan internet juga dapat menjadi contoh dari biaya semi variabel, jika penggunaan internet melebihi standar yang ditentukan, akan terdapat biaya tambahan atas penggunaan yang melampaui batas yang ditentukan. Kendaraan juga dapat termasuk ke dalam biaya semi variabel. Kendaraan memiliki biaya tetap seperti asuransi dan penyusutan. Namun, beban seperti bahan bakar dan perawatan kendaraan bisa termasuk ke dalam biaya variabel. Jenis-jenis Biaya Produksi jika Dilihat dari Volume Kegiatannya
  16. Menghitung Biaya Produksi Prototipe
  17. Biaya yang harus dihitung dalam produk fungsional adalah biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead. Berikut ini beberapa biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan produk fungsional. 1. Bahan baku dapat terdiri atas bahan baku utama dan bahan baku tambahan. Pada produk fungsional kebutuhan bahan baku tambahan dapat lebih banyak daripada produk hiasan. Bahan baku dari produk fungsional yang akan dibuat adalah limbah. Limbah dapat diperoleh dengan gratis dari rumah dan tetangga di sekitar kita atau dari pabrik. Meskipun tidak ada biaya bahan baku namun, ada biaya overhead yang harus dikeluarkan untuk membawa limbah ke tempat produksi. 2. Biaya produksi juga termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja. Biaya produksi ini akan menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. 3. Pada pembuatan produk fungsional dibutuhkan alat-alat kerja seperti alat potong, catok (penjepit), solder, lem tembak, dan lain-lain. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas (Break Even Point) adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mendapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. 1. Perhitungan Biaya Produksi dalam Produk Fungsional
  18. Contoh kasus
  19. PT Adi Jaya Makmur merupakan perusahaan yang bergerak di dalam bisnis ritel. PT Adi Jaya Makmur menjual 2 (dua) macam barang, yaitu barang A dan B. Dari anggaran produksi, diperoleh data tentang rencana produksi sebagai berikut: Terdapat 2 (dua) bagian produksi, yaitu bagian produksi I dan II, serta 1 (satu) bagian jasa/pembantu, yaitu bagian reparasi. Bagian produksi I hanya dilalui oleh barang A, sedangkan bagian produksi II dilalui oleh kedua macam barang (A dan B). Satuan kegiatan masing-masing bagian adalah sebagai berikut: * DMH = Direct Machine Hour DRH = Direct Reparation Hour Angka standar pada bagian produksi II adalah sebagai berikut: Barang UnitProduksi A 7.000 B 4.000 Bagian SatuanKegiatan Produksi I Unit Barang A Produksi II Jam Mesin Langsung (DMH) Reparasi Jam Reparasi Langsung (DRH) Barang DMH A 4 B 3
  20. Angka standar pada bagian reparasi: Biaya Overhead (pengeluaran tambahan) yang akan timbul pada masing-masing bagian diperkirakan sebagai berikut: Dari anggaran bahan mentah diperoleh data tentang rencana biaya bahan mentah untuk masing-masing jenis barang sebagai berikut: Sedangkan dari anggaran biaya tenaga kerja diperoleh data tertentu rencana biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing jenis barang sebagai berikut: Dengandata-datayangtersediadi atas, hitunglahhargapokokproduksi (cost of goods manufactured) masing-masingbarang! BagianyangMenggunakanJasa DRH Produksi I 0,20 DRH per unit A Produksi II 0,07 DRH per DMH Bagian BiayaOverhead Produksi I Rp 26.000,00 Produksi II Rp 16.000,00 Reparasi Rp 6.000,00 Barang BiayaBahanMentah A Rp 70.000,00 B Rp 60.000,00 Barang BiayaTenaga Kerja Langsung A Rp 35.000,00 B Rp 14.000,00
  21. Jawaban kasus
  22. Menilik kasus tersebut, maka penyelesaiannya diperoleh menurut langkah-langkah berikut: LANGKAH1. Menghitung Tingkat Kegiatan Terlebih dahulu dihitung tingkat kegiatan masing-masing bagian (baik bagian produksi maupun bagian jasa/pembantu) sebagai berikut: Tingkat kegiatan masing-masing bagian adalah: • Bagian Produksi I = 7.000 unit barang A • Bagian Produksi II = 40.000 DMH • Bagian Reparasi = 4.200 DRH Dengan demikian dapat ditabulasikan sebagai berikut: Bagian Perhitungan SatuanKegiatan TingkatKegiatan Produksi I (dari anggaran produksi) Unit A 7.000 Produksi II Barang A = 7.000 x 4 DMH = 28.000 Barang B = 4.000 x 3 DMH = 12.000 DMH 40.000 Reparasi Bagian I = 7.000 x 0,20 = 1.400 Bagian II = 40.000 x 0,07 = 2.800 DRH 4.200
  23. LANGKAH2. Menghitung Tarif BOP Diadakan perhitungan tarif biaya overhead (overhead rate) bagi masing-masing bagian produksi sebagai berikut: Keterangan: 1) Rp 28.000,-/ 7.000 unit = Rp 4,00 per unit 2) Rp 20.000,-/ 40.000 DMH = Rp 0,50 per DMH Keterangan BagianProduksi I II Biaya overhead bagian produksi Rp 26.000,- Rp 16.000,- Alokasi biaya overhead bagian reparasi (dengan dasar DRH) 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐼 = 1.400 4.200 × 𝑅𝑝 6.000 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐼𝐼 = 2.800 4.200 × 𝑅𝑝 6.000 Rp 2.000,- Rp 4.000,- Jumlah biaya overhead yang akan dialokasikan ke barang A dan B Rp 28.000,- Rp 20.000,- Tingkat Kegiatan Bagian Produksi I (dalam unit A) Bagian Produksi II (dalam DMH) 7.000 unit 40.000 DMH Tarif biaya overhead (overhead rate) Bagian Produksi I (per unit A) Bagian Produksi II (per DMH) Rp 4,00 1) Rp 0,50 2)
  24. LANGKAH3. Menghitung Harga PokokProduksi Masing-Masing Produk Setelah diketahui tarif biaya overhead bagi masing-masing bagian produksi, maka dapat dihitung harga pokok produksi barang A dan B sebagai berikut: Keterangan BarangA (7.000unit) BarangB (4.000 unit) Total (Rp) Per unit(Rp) Total (Rp) Per unit(Rp) Biaya Bahan Mentah/ Bahan Baku 70.000 10 60.000 15 Biaya Tenaga Kerja Langsung 35.000 5 14.000 3,5 Biaya Overhead Barang A Bagian I = 7.000 x Rp 4,00 = Rp 28.000 Bagian II = 7.000 x 4 DMH x Rp 0,50 = Rp 14.000 42.000 6 Biaya Overhead Barang B Bagian II = 4.000 x 3 DMH x Rp 0,50 6.000 1,5 Jumlah 147.000 21 80.000 20
  25. Mark-up dapat didefinisikan sebagai selisih antara ongkos memproduksi barang dan harga jual, yang juga dipengaruhi oleh potongan harga/diskon, profit serta omzet/pendapatan dari penjualan. Berikut adalah contoh menentukan besarnya persentase mark up: 1. Tambahkan biaya operasional/ biaya produksi, potongan harga/diskon, profit. Misal, bisnis ritel pada Toko ABC adalah bisnis yang bergerak pada jual beli boneka dengan biaya produksi sebesar Rp500.000 lalu potongan harga yang di tentukan sebesar Rp250.000. Dengan profit yang ingin diraih sebesar Rp500.000 maka penghitungannya sebagai berikut: 500.000 + 250.000 + 500.000 = 1.250.000. 2. Tambahkan proyeksi total penjualan yaitu seberapa besar omzet yang diinginkan dengan potongan harga. Misalkan proyeksi omzet sebesar 750.000, jadi penghitungannya sebagai berikut: 750.000 + 250.000 = 1.000.000. 3. Bagi hasil dari langkah pertama dangan langkah kedua lalu hasilnya kalikan dengan 100, jadi penghitungannya sebagai berikut: (1.250.000/1.000.000) x 100 = 125% Setelah memperoleh besarnya persentase mark-up, kita bisa menghitung harga jual dengan rumus penghitungan sebagai berikut: total biaya produksi dikali dengan hasil dari 1 ditambah dengan persentase mark-up yang telah dikonversikan ke bentuk desimal dengan cara membaginya dengan 100. Sesuai contoh di atas, besarnya mark-up yang diperoleh sebesar 125 persen dan biaya produksi sebesar Rp500.000 maka harga jualnya = 500.000 x (1+1,25) = 1.125.000. 2. Analisa Biaya Produksi dengan Strategi Mark-Up
  26. Latihan Soal Hitunglah biaya variabel rata-rata (AVC) dibawah ini! JumlahProduksi (Q) (Unit) BiayaVariabel (TVC) (Rp) BiayaVariabel Rata-Rata (AVC=TVC:Q) (Rp) 60 1055 70 1150 80 1250 90 1350 100 1450
  27. Terima Kasih
Anúncio