Teks tersebut membahas penerapan model pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap sosial siswa kelas X SMA. Model ini diharapkan dapat mengatasi masalah pembelajaran konvensional dan meningkatkan interaksi sosial siswa. Group Investigation melibatkan pengelompokan siswa, perencanaan, penyelidikan kelompok, presentasi hasil, dan evaluasi."
Semelhante a Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan sikap sosial siswa kelas x sma (20)
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan sikap sosial siswa kelas x sma
1. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Dan Sikap Sosial Siswa Kelas X SMA
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendikbud, 2013).
Proses pembelajaran yang demikian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa.
Observasi
Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang membuat siswa masih
menunggu guru untuk memberikan informasi. Tugas guru hanya sebagai fasilitator bukan
satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Hal tersebut tentu membuat siswa hanya terpaku pada
apa yang diajarkan guru. Pemahaman yang diperoleh dari proses pembelajaran yang demikian
tidak bisa dipertahankan untuk jangka panjang. Pemahaman yang diperoleh siswa hanya
sebatas apa yang dijelaskan oleh guru.
Interaksi siswa di kelas juga mempengaruhi pemahaman konsep saat proses
pembelajaran. Siswa yang duduk berdua dengan tingkat kognitif yang berbeda tentu akan
sangat membantu dalam proses saling bertukar pikiran. Namun yang terjadi di lapangan,
siswa masih malu bertanya dengan teman sebaya dan takut untuk mengajukan pertanyaan
kepada guru. Hal demikian tentu menghambat siswa untuk mengembangkan sikap sosialnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penerapan model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa kelas X SMA?
2. Apakah penerapan model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan sikap
sosial siswa kelas X SMA?
C. Tujuan Tindakan
2. 1. Meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas X SMA dengan penerapan model
pembelajaran group investigation.
2. Meningkatkan sikap sosial siswa kelas X SMA dengan penerapan model pembelajaran
group investigation.
D. Manfaat Tindakan
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
b. Bagi Guru
c. Bagi Sekolah
d. Bagi IPTEKS
E. Kerangka Konseptual
F. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran kooperatif adalah model mengajar dengan kelompok-kelompok kecil 4-6
orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, dimana siswa saling membantu serta terlibat aktif
dalam proses berfikir dan kegiatan belajar (Trianto, 2007). Pembelajaran kooperatif dapat
membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk bekerja dengan orang lain sebagai sebuah
tim, di mana setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan,
tetapi juga untuk membantu rekannya untuk belajar, sehingga menciptakan iklim belajar yang
kondusif (Araban et al., 2012). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan bekerja sama dalam
kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu pelajaran, memeriksa dan
3. memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya untuk tujuan membantu siswa satu dengan
lainnya agar dapat mencapai kesuksesan bersama dalam bidang akademik.
Menurut Slavin (1995) terdapat unsur-unsur penting dalam pembelajaran kooperatif,
yaitu: (a) positive interdependence, yakni seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua
anggota kelompoknya sukses, (b) promotive interaction, yakni mengutamakan interaksi dengan
saling membantu, saling tukar informasi, dan tukar pendapat mengenai masalah yang sedang
dipelajari bersama, (c) individual accountability, yakni tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok, (d) interpersonal and small group skills, yakni siswa dituntut untuk belajar
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya, (e) group processing, yakni proses
kelompok di mana siswa harus terlibat dalam tugas dan kerja sama tim untuk mencapai tujuan
bersama.
Menurut Slavin (1995), terdapat tiga konsep utama yang menjadi karakteristik
pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) penghargaan kelompok, yakni penghargaan kelompok
diperoleh jika kelompok mencapai skor sesuai dengan karakteristik yang ditemukan, (2)
tanggung jawab individu, yakni keberhasilan kelompok tergantung pada pertanggungjawaban
individu semua anggota kelompok, (3) kesempatan yang sama untuk berhasil, yakni baik siswa
berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan yang sama untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompok.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-
konsep yang sulit, dan membantu siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis
(Trianto, 2007). Menurut Ibrahim et al (2000), siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan
tingkat berfikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif,
4. sehingga materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk jangka waktu yang lebih lama. Jadi
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif maka akan tercipta sebuah lingkungan belajar
yang dapat mengembangkan prestasi belajar dan keterampilan kognitif siswa.
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe. Salah satu model pembelajaran
kooperatif yang menganut pandangan konstruktivisme adalah group investigation (Suastra,
2009). Model pembelajaran ini menganut pandangan konstruktivisme di mana belajar adalah
proses konstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh siswa berdasarkan pengetahuan awal yang
telah dimiliki sebelumnya (Suastra, 2009). Pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran
investigasi kelompok bertolak dari suatu asumsi bahwa siswa lebih mudah mengkonstruksi
pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah jika mereka melakukan sharing dalam belajar
(Slavin, 1995). Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation merupakan salah satu model pembelajaran yang beraliran kontruktivistik, di mana
dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation siswa akan saling berinteraksi
dengan teman sekelompoknya untuk saling membantu dalam belajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pertama kali dikembangkan oleh
Thelan, kemudian diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv (Trianto,
2007). Group investigation merupakan yang paling kompleks dan sulit untuk diterapkan
dibandingkan model pembelajaran kooperatif jenis lain. Menurut Ibrahim et al (2000), dalam
model pembelajaran kooperatif tipe group investigation siswa akan bekerja sama dalam
kelompok untuk melalukan inkuiri kompleks, sehingga nantinya akan memperoleh informasi
akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation siswa akan menerapkan keterampilan kooperatif dalam melakukan
investigasi yang sesuai dengan prinsip pembelajaran berbasis konstruktivisme.
5. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation akan lebih memotivasi siswa
untuk berperan aktif dalam menentukan apa yang mereka pelajari dan bagaimana cara mereka
belajar (Sharan, 2009). Menurut Suastra (2009), pelaksanakan model pembelajaran kooperatif
tipe group investigation memberikan memberikan dampak langsung, yaitu: (1) meningkatkan
efektivitas kelompok, (2) efektif untuk mengkontruksi pengetahuan akademik yang identik
dengan proses sosial, (3) meningkatkan disiplin siswa dalam melakukan penyelidikan
kolaboratif, sedangkan dampak pengiringnya, yaitu: (1) kehangatan interpersonal dan afiliasi, (2)
respek terhadap martabat semuanya, (3) melatih inkuiri sosial siswa, dan (4) mengurangi
ketergantungan siswa terhadap guru. Jadi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
group investigation, dapat mengarahkan kemampuan siswa dalam menganalisis konsep-konsep
pembelajaran dengan cara penyelidikan secara mendalam, sehingga siswa dapat memadukan
berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi, dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok
bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation memiliki enam langkah
pembelajaran (Slavin, 1995) yang disajikan pada Gambar 2.1.
6. Gambar 2.1 Tahap-Tahap Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group-Investigation
Tahap pertama dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah
pengelompokan (grouping). Pada kegiatan awal siswa diorganisasikan menjadi beberapa
kelompok dengan masing-masing beranggotakan 5-6 orang. Komposisi kelompok heterogen
secara etnis, jenis kelamin, dan akademis. Guru membagikan lembaran tugas yang harus
dikerjakan siswa serta materi penunjang. Selanjutnya, siswa memilih topik khusus yang masih
berhubungan dengan masalah umum yang ditetapkan oleh guru.
Tahap kedua dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah
perencanaan (planning). Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan
khusus yang konsisten dengan topik yang telah dipilih. Pada tahap ini siswa merencanakan
berbagai cara-cara untuk menyelesaikan masalah serta mencari berbagai sumber yang relevan.
Tahap ketiga dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah
penyelidikan (investigation). Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan dalam
tahap kedua. Masing-masing kelompok mulai mengerjakan topik-topik yang telah dipilih secara
Planning
Investigation
Organizing
Grouping
Presenting
Evaluating
7. berdiskusi. Siswa saling bertukar ide dalam mengumpulkan informasi dan membuat referensi
yang dilanjutkan dengan menganalisis data. Kegiatan pembelajaran melibatkan ragam aktivitas,
keterampilan yang luas, dan mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda
baik di dalam atau di luar sekolah.
Tahap keempat dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah
pengorganisasian (organizing). Siswa menganalisis dan mensintesis informasi pada tahap ketiga,
kemudian anggota kelompok menulis hasil diskusi. Selanjutnya, siswa merencanakan presentasi
hasil diskusi, bagaimana informasi tersebut diringkas, dan disajikan dengan cara yang menarik
sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas. Setelah itu, setiap kelompok
menentukan penyaji, moderator, dan notulen yang bertugas ketika persentasi.
Tahap kelima dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah
presentasi (presenting). Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya
dengan cara yang menarik pada seluruh kelas. Kelompok lain mengamati, menyimak, dan
mengajukan pertanyaan maupun tanggapan mengenai hasil kerja kelompok yang presentasi.
Kelompok penyaji akan menjawab pertanyaan dan mengklarifikasi tanggapan dari siswa lain.
Hal ini bertujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam diskusi kelas dan
memperoleh perspektif luas pada topik yang dipresentasikan.
Tahap keenam dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah evaluasi
(evaluating). Di akhir kegiatan presentasi dan diskusi, guru memberikan ulasan penyempurnaan
atau kesimpulan untuk menguatkan temuan siswa dalam kelompok ataupun memperbaiki
kesalahan-kesalahan konsep yang terjadi. Siswa melakukan koreksi terhadap hasil diskusi
kelompoknya berdasarkan hasil diskusi kelas. Guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Siswa dan guru berkolaborasi
mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
8. yang dilakukan berupa penilaian individual atau kelompok yang difokuskan pada pencapaian
pemahaman.
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
KEGIATAN PENDAHULUAN (± 10 menit)
Fase Grouping (Pengelompokkan)
a) Guru memusatkan perhatian siswa
dengan mengucapkan salam
pembuka, mengabsen siswa,
mengecek kesiapan ruangan belajar
termasuk sarana dan prasarana
pembelajaran serta persiapan siswa
dalam mengikuti pelajaran.
b) Guru menyampaikan topik yang
akan dibahas yaitu getaran, standar
kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai selama kegiatan
pembelajaran.
c) Guru meminta siswa agar
membentuk kelompok-kelompok
investigasi dengan jumlah anggota
5-6 orang secara heterogen.
d) Guru memberikan fenomena terkait
dengan materi getaran yang mampu
menggali pengetahuan awal siswa.
Fenomena:
Pernahkan kalian main ayunan?
Ketika kalian sudah duduk di atas
kursi ayunan tersebut, lalu kalian
gerakkan ayunan tersebut,
bagaimana gerakan ayunan
tersebut?
a) Siswa menjawab salam guru dan
memperhatikan guru saat
mengabsen.
b) Siswa mendengarkan informasi
guru.
c) Siswa membentuk kelompok-
kelompok investigasi dengan
jumlah anggota 5-6 orang secara
heterogen.
d) Siswa mendengarkan dan
menjawab pertanyaan guru terkait
dengan fenomena pada materi
getaran.
KEGIATAN INTI (± 60 MENIT)
Fase Planning (Perencanaan)
a) Guru membagikan LKS kepada
masing-masing kelompok, dalam
LKS tersebut berisi permasalahan-
permasalahan tentang getaran yang
nantinya pemecahan terhadap
permasalahan tersebut akan
dipandu dalam kegiatan praktikum.
Permasalahan:
Edi sedang bermain ayunan
kemudian bagaimana cara Edi agar
a) Siswa menerima LKS yang
diberikan oleh guru dan
mendiskusikan permasalahan
mengenai getaran yang terdapat di
LKS bersama kelompoknya
masing-masing.
b) Siswa bersama anggota
kelompoknya mengajukan
hipotesis awal atau jawaban
sementara dari permasalahan yang
9. kecepatan ayunannya bertambah?
b) Guru meminta siswa untuk
mengajukan hipotesis awal atau
jawaban sementara dari
permasalahan yang akan di uji
kebenarannya dalam kegiatan
praktikum mengenai getaran.
akan di uji kebenarannya dalam
kegiatan praktikum mengenai
getaran.
c) Siswa bersama anggota
kelompoknya merencanakan
tentang cara memecahkan
permasalahan-permasalahan yang
akan terdapat di dalam LKS,
menentukan teknik atau cara yang
akan ditempuh dalam memahami
dan menjawab permasalahan, dan
menentukan pembagian tugas-
tugas melakukan kegiatan
praktikum getaran.
Fase Investigation (investigasi)
a) Guru meminta siswa mulai
melakukan kegiatan praktikum
getaran.
b) Guru memfasilitasi proses
investigasi yang dilakukan dengan
membimbing siswa jika
mengalami kesulitan saat
melakukan praktikum getaran.
a) Dari perencanaan yang telah
disusun dalam kelompoknya, siswa
mulai melakukan kegiatan
praktikum getaran.
b) Siswa bertanya kepada guru jika
mengalami kesulitan dalam
melakukan praktikum getaran.
Fase Organizing (organisasi)
a) Guru meminta siswa untuk
menganalisis data yang diperoleh
dari praktikum mengenai getaran
yang telah mereka lakukan.
b) Guru memediasi proses organisasi
yang dilakukan masing-masing
kelompok, jika anggota kelompok
mengalami kesulitan dalam
mengerjakan LKS getaran.
a) Siswa bersama kelompoknya
menganalisis data yang diperoleh
dari praktikum mengenai getaran
yang telah mereka lakukan.
b) Siswa bertanya kepada guru jika
mengalami kesulitan dalam
menganalisis data hasil praktikum
getaran.
c) Siswa menggunakan konsep yang
telah mereka miliki maupun dari
percobaan yang mereka lakukan
untuk menyelesaikan permasalahan
tentang getaran tersebut.
Fase Presenting (presentasi)
a) Guru meminta salah satu kelompok
untuk menyampaikan hasil
pengamatannya yang diperoleh.
b) Guru membuka kesempatan
kepada yang lain untuk
menanggapi hasil yang
disampaikan oleh kelompok
penyaji melalui diskusi kelas.
a) Salah satu kelompok
menyampaikan hasil
pengamatannya yang diperoleh.
b) Kelompok lain menanggapi hasil
yang disampaikan oleh kelompok
penyaji melalui diskusi kelas.
c) Setiap kelompok membandingkan
hasil yang mereka peroleh.
10. c) Guru menuntun agar, setiap
kelompok membandingkan hasil
yang mereka peroleh.
Fase Evaluating (evaluasi)
a) Guru dan siswa berkolaborasi
mengevaluasi tentang proses
pembelajaran yang telah
dilaksanakan (diskusi tanya
jawab).
b) Guru meminta siswa merefleksikan
dan melakukan perbaikan terhadap
hasil kegiatan kelompok.
c) Guru meminta siswa untuk
menggabungkan masukan-
masukan tentang pemecahan
masalah yang dibahas.
d) Guru mengevaluasi pemahaman
siswa dengan memberikan kuis
mengenai getaran untuk
mengetahui ketercapaian indikator
pembelajaran
a) Semua informasi yang telah
dikumpul dievaluasi bersama-sama
dengan guru agar tidak terjadi
miskonsepsi.
b) Setiap siswa merefleksikan dan
melakukan perbaikan terhadap
hasil kegiatan kelompok
berdasarkan apa yang mereka
peroleh dari hasil diskusi kelas.
c) Siswa menggabungkan masukan-
masukan tentang pemecahan
masalah yang dibahas.
d) Siswa menjawab soal kuis
mengenai getaran yang diberikan
guru.
KEGIATAN PENUTUP (± 10 menit)
a) Guru meminta siswa
mengumpulkan hasil diskusi
kelompoknya.
b) Guru memfasilitasi siswa dalam
menyimpulkan pembelajaran
mengenai getaran yang dilakukan.
c) Guru memfasilitasi siswa dengan
pemberian tugas rumah.
d) Guru menyampaikan materi yang
akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya yaitu mengenai
gelombang.
e) Guru menyampaikan salam
penutup untuk mengakhiri proses
pembelajaran.
a) Siswa mengumpulkan hasil diskusi
kelompoknya.
b) Siswa menyimpulkan
pembelajaran mengenai getaran
yang dilakukan.
c) Siswa mendengarkan informasi
guru mengenai tugas rumah yang
harus dikerjakan.
d) Mendengarkan informasi guru
mengenai materi yang akan
dibahas pada pertemuan
selanjutnya yaitu mengenai
gelombang.
e) Siswa membalas salam dari guru.