Pengolahan Data Gempabumi Untuk Penentuan Nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA) Di Daerah Nabire & Paniai
1. Oleh :
Demianus Nawipa
200742033
Program Studi Teknik Geologi
Jurusan Teknik
F-MIPA UNIPA Manokwari 2012
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
2. I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kepulauan Indonesia ======- rawan bencana alam geologi
salah satunya bencana gempabumi karena posisinya ujung
pertemuan antara 3 (Tiga) lempeng utama dunia yaitu :
1. lempeng Indo-Australia,
2. Lempeng Eurasia dan
3. Lempeng pasifik.
Kerak bumi yakni lempeng Indo-Australia dan Papua yang
bergerak relatif ke utara dengan kecepatan rata-rata 71
mm/tahun dan lempeng Pasifik yang bergerak relatif ke barat
dengan kecepatan rata-rata 110 mm/tahun (Dow dkk, 1985).
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
3. Penelitian mengenai percepatan tanah
maksimum biasa dilakukan dengan berbagai
metode salah satunya memakai metode
pendekatan empiris McGuire (1977), dimana
metode tersebut hanya berdasarkan data-data
dari parameter gempabumi. Berdasarkan latar
belakang tersebut, penulis menggunakan
metode McGuirre (1977) untuk menghitung nilai
percepatan tanah maksimum, dengan diberi
judul ”PENGOLAHAN DATA GEMPABUMI UNTUK
PENENTUAN NILAI PERCEPATAN TANAH
MAKSIMUM (PGA) DI DAERAH NABIRE DAN
PANIAI”
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
4. 1.2 Perumusan Masalah
• Dampak yang ditimbulkan pada suatu daerah apabila terjadi
gempabumi adalah gerakan percepatanan tanah pada
permukaan. Besar gerakan percepatan tanah pada permukaan
tergantung pada :
• Besar kekuatan gempa,
• Jarak episenter,
• Kedalam sumber gempa,
• Kondisi batuan dan
• Kondisi tanah setempat.
maka untuk menghitung nilai percepatan gerakan tanah
maksimum pada permukaan digunakan metode empiris
McGuirre (1977) berdasarkan data gempabumi dari tahun
1900-2009 di atas 6 SR dengan kedalaman antara 9 km – 70
km.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
5. 1.3 Tujuan penelitian
• Untuk menghitung dan menentukan berapa nilai
percepatan tanah maksimum (PGA) di daerah Nabire
dan Paniai.
• Mengetahui tingkat resiko gempabumi daerah Nabire
dan Paniai.
• Memetakan nilai percepatan tanah maksimum (PGA)
daerah Nabire dan Paniai berdasarkan formula
empiris gempabumi.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
6. 1.4 Manfaat Penelitian
• Menjadikan sumber data yang menggambarkan nilai
percepatan tanah maksimum daerah Nabire dan
Paniai
• Untuk menjadi data acuan yang membicarakan
tingkat resiko gempabumi di Nabire dan Paniai secara
umum
• Sebagai masukan bagi masyarakat umumnya, dan
pemerintah daerah khususnya tentang akibat dari
gempabumi terhadap struktur bangunan terutama
bangunan fisik yang tahan akan getaran gempabumi.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
7. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
• Penentuan nilai percepatan tanah maksimum di
daerah penelitian ini dibatasi pada koordinat
2º30’00” – 4º30’00” LS dan 134º30’00” –
1360
30’00” BT, dengan menggunakan data historis
atau data sekunder gempabumi hasil kompilasi
Stasiun Geofisika Wilayah V Entrop Jayapura (BMKG)
periode kurang lebih seratus tahun (1900-2009).
• Dikhususkan untuk data gempabumi yang pernah
terjadi di Nabire dan Paniai dalam periode waktu
tersebut, dan diolah dengan menggunakan formula
pendekatan empiris gempabumi.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
8. 1.6 Metode Penelitian
• Dalam penelitian ini menggunakan metode
kajian pustaka dan metode deskriptif yaitu
pengolahan data histori atau data sekunder
gempabumi menggunakan formula pendekatan
(Empiris) gempabumi, yaitu metode empiris
McGuire (1977).
9. 1.6.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih
2 tahun terhitung sejak tanggal 4 Juli s/d 1
Agustus 2010,dan pengambilan data dilakukan
di Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Wilayah V Jl.Raya Abepura Entrop Jayapura
Papua dan pengolahan datanya dilakukan di
kampus UNIPA Manokwari.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
10. 1.6.1 Pengambilan Data
• Data-data yang dikumpulkan adalah data
historis gempabumi dari tahun 1900-2009,
dengan parameter-parameter yang diambil
adalah waktu kejadian gempabumi, posisi
lintang-bujur, magnitude gempabumi (M)
dengan kekuatan ≥ 6 SR, dan pusat kedalaman
gempabumi (gempa dangkal 9 – 70 km)
seperti yang disajikan di lampiran padaTabel
1.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
11. 1.6.3 Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh, diolah dengan
menggunakan sebuah formula pendekatan
gempabumi yaitu :
• Percepatan tanah maksimum (PGA)
Percepatan tanah maksimum diolah dengan
menggunakan formula pendekatan empiris
gempabumi (persamaan 2.3.3a). Pada
pengolahan data perlu menghitung jarak
pusat gempa ke lokasi atau daerah yang
menjadi sasaran penelitian, dapat dihitung
dengan menggunakan teorema pytagoras
(persamaan 2.3.3b)
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
12. •Pemetaan Percepatan
tanah maksimum (PGA)
Pemetaan nilai percepatan
tanah maksimum dilakukan
dengan menggunakan
Software Arc GIS 3.3
(Geographyc Information
System), Surfer 8 dan Surfer
10. Dengan metode
interpolasi yang digunakan
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
Gambar 1.6.2 Diagram Alir
Penelitian
13. 1.7 Sistematika Penulisan
• Pendahuluan
• Tinjauan Pustaka
• Hasil dan Pembahasan
• Penutup
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
14. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gempabumi
Gempa : guncangan, gerakan (bumi), peristiwa
alam berupa getaran atau gerakan
bergelombang kulit bumi yang ditimbulkan oleh
tenaga yang berasal dari dalam bumi.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
15. 2.1.2 Penyebab Terjadinya Gempabumi
• Penyebab utama terjadinya gempabumi
adalah karena adaya pergerakan lempeng
tektonik.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
2.1.3 Tipe Gempabumi
Ditinjau dari segi penyebab terjadinya
gempabumi dapat dibagi dalam empat tipe,
yaitu :
Tipe Gempabumi Tektonik
Tipe Gempabumi Vulkanik
Tipe Gempabumi Buatan
Tipe Gempabumi Runtuhan
16. • Berdasarkan magnitudo surface
(permukaan), gempabumi dapat
diklasifikasikan menurut Hagiwara
(1964) yang terdiri atas :
1. Gempa sangat besar ====== Magnitudo > 8 SR
2. Gempa besar ======= Magnitudo 7 - 8 SR
3. Gempa menengah ====== Magnitudo 5 - 6 SR
4. Gempa sedang ======= Magnitudo 4 – 5 SR
5. Gempa kecil ====== Magnitudo 3 – 4 SR dst-
nya
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
17. Sedangkan berdasarkan kedalaman sumber
(H) gempabumi di Indonesia para ahli
seismologi diklasifikasikan yaitu :
• Deep Earthquake: h > 300 Km
• Intermediate Earthquake: h = 80 - 300 Km
• Shallow Earthquake: h < 80 Km
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
18. Parameter gempabumi tersebut meliputi :
• Waktu Kejadian Gempabumi
• Lokasi Episenter
• Kedalaman Sumber Gempabumi
• Kekuatan Gempabumi
• Intensitas Gempabumi
.............. (2.1.4)
• Dimana :
I = Intensitas pada jarak pengamatan ∆ (km)
I0 = Intensitas pada sumber
-b = Nilai pelemahan
∆ = Jarak episenter
• Intensitas berbeda dengan magnitudo karena intensitas adalah hasil
pengamatan langsung pada suatu tempat tertentu, sedangkan
magnitudo adalah hasil pengamatan instrumental menggunakan
seismograf.
2.1.4 Parameter Gempabumi
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
19. • Magnitudo : besarnya energi yang dikeluarkan
di pusat gempa secara relatif yang merupakan
fungsi dari amplitudo dan periode gelombang
seismic, jarak epsisenter, kedalaman gempa
serta faktor-faktor koreksi.
• Hiposenter/fokus =====di dalam bumi
• Episenter====pusat gempabumi di
permukaan bumi
2.2 Magnitudo Gelombang
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
20. Magnitudo Gelombang Gempabumi terdiri
dari :
Magnitudo gempa lokal (Ml)=====gempa
lokal
Magnitugo Gelombang Body
(Mb)====Gelombang primer (PW) &
Gelombang Sekunder (SW)
Magnitudo Gelombang Permukaan (Ms)
Rumus empiris Guterberg adlh sbb :
Mb = 0,56Ms + 2,9
21. 2.3 Percepatan Gerakan Tanah
• Gerakan tanah adalah perpindahan material berupa
batuan, bahan timbunan, tanah atau material
campuran yang bergerak ke segala arah yang
diakibatkan oleh tenaga eksogen dan endogen
( Varnes, D.J, 1978).
• Gerakan tanah dikelompokkan beberapa jenis
berdasarkan kecepatan gerakan tanah, yaitu;
longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan aliran bahan/material dll
22. 2.3.3 Faktor penyebab gerakan tanah
• Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah
adalah bertambahnya tegangan geser dan
berkurangnya tahanan geser.
• Gerakan tanah secara geologi dapat dijelaskan
berdasarkan; struktur geologi, sifat bawaan
batuan, hilangnya perekat tanah.
23. 2.3.4 Metode Empiris
Tabel 2.3.5 Tingkat Resiko Gempabumi
No. Tingkat Resiko Nilai Percepatan (gal) Intensitas (MMI) Kode
1. Resiko Sangat Kecil < 25 < VI 0
2. Resiko Kecil 25 – 50 VI – VII 1
3. Resiko Sedang Satu 50 – 75 VII – VIII 2
4. Resiko Sedang Dua 75 – 100 VII – VIII 3
5. Resiko Sedang Tiga 100 – 125 VII – VIII 4
6. Resiko Besar Satu 125 – 150 VIII – IX 5
7. Resiko Besar Dua 150 – 200 VIII – IX 6
8. Resiko Besar Tiga 200 – 300 VIII – IX 7
9. Resiko Sangat Besar Satu 300 – 600 IX – X 8
Sumber : Aplikasi sistem informasi geografi untuk peta bencana alam di
indonesia
24. • Metode empiris yang saya gunakan adalah
Formula Empiris McGuirre (1977) ; yaitu :
................(2.3.5a)
• Dimana :
E = Menyatakan Nilai yang diharapkan Indikasi terhadap v
v = Satuan dalam gal (cm/s2
),
Maka Nilai a = 472, b = 0.278, c = 1.301
M = Magnitudo gempa (SR)
R = Jarak antar titik amat dan pusat gempa (Km)
25. • Jarak hiposenter dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
........ (2.3.3b)
• Dimana :
∆ = Jarak episenter (Km)
h = Jarak hiposenter atau Kedalaman (Km)
26. • Untuk jarak episenter (∆) dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
......... (2.3.3.c)
• Dimana :
x1 =Posisi bujur titik amat (UTM), x2 = Posisi bujur titik Episenter
gempa (UTM)
y1 = Posisi lintang titik amat (UTM), y2 = Posisi lintang hiposenter
gempa (UTM)
• Kedalaman pusat gempa yang digunakan untuk formula
pendekatan empiris McGuirre (1977) adalah berkisar antara 9
km sampai dengan 70 km, magnitudo gempa yang digunakan
berkisar 6,5 SR.
27. 2.3 Teori Tektonik Lempeng
2.4.1 Tinjauan Tektonik Dunia
• Tektonik lempeng adalah Suatu teori yang
menerangkan proses dinamika Bumi tentang
pembentukan jalur pegunungan, jalur gunungapi,
jalur Gempabumi dan cekungan endapan di muka
bumi yang diakibatkan oleh pergerakan Lempeng.
28. Lanjut Tektonik..........>
• Ada tujuh lempeng besar utama yaitu lempeng
Pasifik, lempeng Antartika, lempeng Amerika
selatan, lempeng Amerika utara, lempeng Eurasia,
lempeng Afrika dan lempeng Indo-Australia.
• Lempeng-lempeng besar tetapi masih terdapat
lempeng-lempeng kecil yang terbentuk di antara
lempeng-lempeng besar tersebut, antara lain lempeng
Juan De Fuca yang terjepit di antara lempeng Pasifik
dengan lempeng Amerika Utara. Lempeng Cocos,
lempeng Caribbean dan lempeng Nazca yang terjepit
di antara lempeng Pasifik, lempeng Amerika Utara
dan lempeng Amerika Selatan.
29. 2.4.2 Jenis-Jenis Pertemuan Tektonik Lempeng
Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga tipe yaitu pergerakan
lempeng Divergen, konvergen dan transform.
• Pergerakan Lempeng Divergen
Lempeng divergen yaitu area pertemuan antar lempeng yang
bergerak saling menjauhi. Contohnya : terdapat pada
pertemuan antara lempeng Amerika Utara dan lempeng
Eurasia di Samuera Antartika.
• Pergerakan Lempeng Konvergen
Pergerakan Lempeng kovergen yaitu daerah pertemuan
lempeng yang bergerak saling mendekati.
• Pergerakan Lempeng Transform
Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak
secara horisontal dan berlawanan arah.
30. Geologi Papua merupakan periode
endapan sedimentasi dengan masa
yang panjang pada tepi Utara Kraton
Australia yang pasif yang berawal
pada Zaman Karbon sampai Tersier
Akhir. Lingkungan pengendapan
berfluktuasi dari lingkungan air
tawar, laut dangkal sampai laut
dalam dan mengendapkan
batuan klastik kuarsa, termasuk
lapisan batuan merah
karbonan, dan berbagai batuan
karbonat yang ditutupi oleh
Kelompok Batugamping New
Guinea yang berumur Miosen.
Ketebalan urutan sedimentasi
ini mencapai ± 12.000 meter.
2.5 Kondisi Tektonik Geologi Papua
2.5.1 Sejarah Tektonik Central Papua
Gambar 6.2.1a Tektonik Lempeng Pegunungan Tengah
(Davies,1990)
31. •
Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang
merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan
berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan
metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisi benua
membentuk Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai Metamorf
Degeuwo” Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan)
Lempeng Pasifik ke atas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
• Dari pertengahan Miosen sampai
Plistosen, cekungan molase
berkembang baik ke Utara maupun
Selatan. Erosi yang kuat dalam
pembentukan pegunungan
menghasilkan detritus yang
diendapkan di cekungan-cekungan
sehingga mencapai ketebalan 3.000
– 12.000 meter.
Gambar 6.2.1b Daerah Subduksi Pegunungan
Tengah Zaman Miocene (Davies,1990)
32. • Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport,
menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di
daerah Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme
diperkirakan berkurang ke arah selatan dan utara dengan pola
yang dikenali oleh (Davies,1990) di Papua Nugini. Fase
magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik,
diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan
Metamorfik Derewo (Degeuwo).
Gambar 6.2.1b Magmatisme Pegunungan Tengah
Zaman Pliocene (Davies,1990)
33. 2.5.2 Tahapan Pembentukan Tektonik Papua
a. Periode Oligosen sampai Pertengahan
Miosen (35-5 JT)
Gambar 6.2.2a Keadaan Tektonik Geologi Papua pada periode oligosen tengah
sampai Miosen Tengah (Hamilton, 1998)
34. Periode Miosen Akhir Sampai Plistosen (15 – 2 JTL)
Gambar 6.2.2b Keadaan Tektonik Pulau Papua periode Miosen sampai
Pliosen awal (Hamilton 1998)
35. 2.6.1 Iklim
Di daerah Penelitian terdiri dari dua Iklim yaitu:
• Wilayah Paniai
Wilayah Paniai berdasarkan klasifikasi (Schmid dan Ferguson, 1998)
termasuk iklim type A yang sangat basah dengan curah hujan antara 2500
s/d 4000 MM per tahun. Suhu udara antara 270
C sampai dengan 340
C pada
daerah-daerah dataran rendah dan lembah. Sedangkan pada daerah
pegunungan suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian, di mana setiap
kenaikan 100 meter dari permukaan laut suhu udara mengalami penurunan
rata-rata 0,600
C. Untuk daerah sekitar Danau Paniai, Danau Tigi dan Danau
Tage, suhu udaranya bervariasi antara 100
C – 300
C.
• Wilayah Nabire
Di daerah Nabire bagian pesisir tergolong iklim panas dan
Basah sampai perbatasan kabupaten serui.Curah hujan sangat
tinggi sepanjang tahun.
36. 2.6.2 Fisiografi
1. Tubuh burung: didominasi struktur berarah barat-baratlaut sepanjang Central Range.
Diakhiri sesar mendatar berarah Barat-Timur. Didominasi oleh pegunungan tengah masif dan
central range. Daratan di sebelah utara berupa cekungan intramountain yang dinamakan
Meervlakte yang dibatasi di bagian utara oleh pegunungan yang dibentuk oleh metamorfisme
dengan relief yang sedang.
• Central range: berupa plateau dengan lebar sampai dengan 100 km yang memanjang dari
danau Paniai di barat sampai daerah perbatasan Papua Nugini. Dilihat dari peta geologi,
terlihat bahwa sebagian besar terdiri dari batuan yang terlipat dan Grup Batuganping Nugini.
• Glasiasi: gejala erosi glasiasi berupa cirques dan lembah berbentuk U. Banyak ditemui
moraines di bagian utara main range dan mungkin juga diendapkan di sayap selatan tetapi
sudah terpindahkan oleh erosi yang intensif di daerah yang terjal.
• Danau Paniai: dibentuk oleh sesar dan berasosiasi dengan bidang perlengkungan yang
membendung air dari sungai Yawei.
• Pegunungan Ofiolit: terletak di antara Central Range dan Meervlakte berkomposisi batuan
plutonik basa dan ultra basa sepanjang lebih dari 300 km.
• Meervlakte: merupakan cekungan intramountain dan dataran aluvial sepanjang 300 km dan
lebar 50 km yang mengalami subsiden aktif sejak Miosen Tengah sampai sekarang, dengan
kecepatan subsiden lebih cepat daripada sedimentasi Umumnya berupa swamp yang
disalurkan oleh sungai Idenburg dan meander Ruffaer.
37. 2. Leher burung: ditandai dengan perubahan arah
struktur dari barat timur (tubuh) menjadi N-NW
(leher).
• Lengguru Fold Belt: punggungan membentuk sabuk yang umumnya
tersesarkan dan berupa antiklin.
• Semenanjung Wandamen: adalah bagian utara dekat punggungan batuan
metamorf. Punggungan memiliki sistem drainase tertutup mengikuti sayap
punggungan.
• Weyland Range: berupa pegunungan masif yang menghubungkan bagian
leher dengan tubuh burung.
38. 2.6.3 Stratigrafi
Stratigrafi umum daerah Enarotali menurut B.H. Harahap
dkk, 1990 terdiri atas beberapa formasi batuan yang berumur
mulai dari Paleozoikum (Silur) yaitu Batuan Paleozoikum tak
terpisahkan sampai Kuarter (Holosen) berupa endapan
Aluvium.
Di daerah yang menjadi target penyelidikan terdapat 6
formasi batuan dengan urutan dari tua ke muda adalah
sebagai berikut : Batuan Amfibolit, Batuan Gunungapi Nabire,
Konglomerat Karado, Anggota Batugamping Legare,
Batulumpur Bumi, Endapan Aluvium.
• Batuan Amfibolit
Batuan Amfibolit berumur Kapur Akhir A-Paleosen. Secara
deskriptif batuan yang termasuk satuan Amfibolit ini terdiri
atas Amfibolit, sedikit sekis serisit kuarsa karbonan, sekis
klorit dan sekis biotit.
39. • Batuan Gunungapi Nabire
• Terdiri atas Basal alkali, andesit, aglomerat, tufa, konglomerat gunungapi, batupasir
tufaan, batulumpur gampingan.
• Konglomerat Karado
• Sebagian besar terdiri atas Konglomerat polimik, Batupasir berkerakal, batulumpur dan
lapisan tipis tufa. Di daerah inventarisasi sebarannya berada di bagian Barat dan sedikit
di bagian Barat lembar peta. Konglomerat Korado berumur Pliosen
• Batulumpur Bumi
• Terdiri atas Batulumpur pasiran, lanauan, dengan perselingan batunapal, batupasir dan
batulanau, biasanya karbonan, pada bagian bawah terdapat lapisan konglomerat.
• Batulumpur pasiran berwarna abu-abu sampai abu-abu tua, lunak-keras, mikaan,
setempat gampingan, terdapat kayu terkarbonkan, sisipan tipis batubara, lensa koquina
dan bongkah batugamping. Formasi batulumpur Bumi merupakan formasi pembawa
batubara. Sebarannya tidak terlalu luas, dibagian Barat dan timur
• Anggota Batugamping Legare
• Terdiri atas Biokalkarenit, kalsirudit dan Mikrit berwarna abu abu-coklat muda,
umumnya berongga. Berdasarkan kandungan fosilnya, Anggota Batugamping Legare
diperkirakan berumur Plio Plistosen dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
• Endapan Aluvium
• Endapan aluvium tersebar di bagian Utara-Timurlaut daerah inventarisasi, terutama di
daerah dataran pantai dan dataran rendah lainnya.
40. 2.6.4 Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Paniai adalah jenis
tanah Histosol, Inceptisol dan Ultisol yang dapat dirinci
menurut tinggi rendahnya dataran seperti :
• Daerah rawa jenis tanah Histosol yang berwarna kelabu coklat
terdapat di sekitar aliran sungai dengan kemiringan wilayah 0-
3%.
• Dataran rendah kering jenis tanahnya Histosol, jenis tanah ini
terbentuk dari bahan organik dan selalu berair, serta jenis
tanah inceptisol.
• Daerah lereng dan bukit terdapat tanah alfisol dan ultisol, yang
didominasi oleh ultisol, terdapat di lereng bukit sampai ke
daerah pegunungan di pedalaman.
Daerah pegunungan secara umum jenis tanahnya ultisol,
terdapat di sebagian besar pegunungan daerah pedalaman.
41. 2.6.5 Struktur Geologi
• Beberapa ahli geologi yang pernah melakukan
penelitian di Papua berpendapat bahwa secara
regional genesa Pulau Papua diperkirakan terbentuk
sebagai akibat tumbuhan dari lempeng Benua
Australia dan Timurlaut. Akibat tumbukan tersebut
batuan penyusun Pulau. Papua juga berkomposisi
batuan yang berasal dari kedua lempeng tersebut.
Kemudian Rusmana E. dkk, 1995 membagi Papua
menjadi 6 bagian berdasarkan pada Mandala
Geologinya yaitu Kerak Benua, Kerak Samudra, Jalur
sesar naik Pegunungan Tengah, Jalur Ofiolit Papua,
Cekungan Papua Utara dan Cekungan Wapoga.
42. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil perhitungan nilai percepatan tanah maksimum pada
magnitudo gempabumi ≥ 6 SR dengan menggunakan formula
pendekatan McGuire (1977) dapat dilihat pada lampiran Tabel
1. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai percepatan tanah
maksimum tertinggi dengan formula pendekatan empiris
McGuire (1977) adalah 448.150 gal ( 9600000 Northing dan
5400000 Easting), dengan tingkat resiko sangat besar satu (IX
- X MMI), sedangkan nilai percepatan tanah maksimum
terendah adalah 87,276 gal (9500000 Northing dan 680000
Easting) dengan tingkat resiko sedang dua (VII – VIII).
43. Untuk memperoleh nilai percepatan tanah maksimum
tersebut parameter-parameter yang digunakan adalah
jarak hiposenter (UTM), jarak episenter (UTM) dan
Magnitudo gempa. Setiap lintang dan bujur
diskalakan sebesar 20 km dengan tujuan memperkecil
jarak antara setiap lokasi. Dari hasil perhitungan
terhadap parameter-parameter tersebut digunakan
untuk menghitung nilai percepatan tanah maksimum
yang kemudian dapat dipetakan dengan
menggunakan Software Arcview GIS 3.3 dan surfer
10. Hasil pemetaan penyebaran kekuatan serta
kedalaman gempabumi dapat dilihat pada Gambar 3.1
dan nilai percepatan tanah maksimum (PGA) dapat
dilihat pada Gambar 3.2.
44. Kemudian sesuai hasil perhitungan nilai
percepatan tanah maksimum (PGA) dengan
formula empiris McGuirre (1977) di daerah
penelitian diperoleh tingkat resiko sedang tiga
sampai resiko sangat besar satu sebanyak 361
data, dan nilai PGA yang diperoleh secara
mendetail dilihat pada lampiran Tabel 2.
45. Peta Penyebaran Gempa dengan Magnitudo 6 SR˃
Gambar 3.1 Peta penyebaran kekuatan dan Kedalaman Gempabumi Daerah Nabire dan Paniai
46. Peta Nilai Percepatan Tanah Maksimum
Gambar 3.2 Percepatan Tanah Maksimum pada Magnitudo ≥ 6 SR dengan Formula Pendekatan McGuirre
47. 3.2 Pembahasan
• Berdasarkan hasil pemetaan terhadap
nilai Percepatan Tanah Maksimum
(PGA) dengan menggunakan formula
pendekatan empiris McGuirre diperoleh
daerah-daerah di Nabire dan Paniai
berdasarkan peta geologi Nederland New
Guinea lembar Enagotadi yang
mempunyai nilai percepatan tanah
maksimum.
48. • Daerah tersebut secara umum dapat dibagi menjadi 3
(tiga) bagian mandala geologi (Geological
Propvinces) yaitu: daerah yang menjuluki bagian
kerak samudra (Oceanic Crust) seperti Nabire,
Wanggar dan Legare (Lagari), 448.150 gal ( 9600000
Northing dan 5400000 Easting) yaitu daerah Derewo
bagian utara, daerah Mapia, Sukikai dan daerah
Kwaktisore yang terbentuk satu jajaran pegunungan
yang sering disebut dengan Sesar Aiduna, Sesar
Weyland, dan tersambung dengan Sesar Derewo
(Degeuwo), dan Ajungan New Guinea (New Guinea
Platform) yaitu seperti daerah Paniai, Moanemani,
Wakeitei dan daerah Yamur.
49. • Daerah yang menjuluki mandala geologi kerak
samudra dan jalur peralihan adalah daerah yang
mempunyai nilai percepatan tanah maksimum tinggi
yaitu, resiko sangat besar satu (330 gal s/d.600 gal /
IX - X MMI). Sedangkan untuk daerah yang
menjuluki Ajungan New Guinea (New Guinea
Platform) mempunyai nilai percepatan tanah
maksimum sedang yaitu, resiko sedang dua sampai
dengan sedikit resiko besar tiga (80 gal s/d.280 gal /
VII – VIII s/d.VIII – IX MMI), lihat pada (gambar
3.2).
50. • Dari pemetaan nilai percepatan tanah
maksimum tersebut Daerah Nabire dan Paniai
dapat digolongkan ke dalam delapan tingkat
resiko gempabumi dapat dilihat pada (tabel 3),
tingkat resiko tersebut mulai dari tingkat
resiko sedang sampai tingkat resiko sangat
besar. Setiap tingkatan resiko percepatan tanah
maksimum dapat dibedakan dengan adanya
variasi warna pada peta kontur percepatan
tanah. Kontur percepatan tanah tersebut
mempunyai interval nilai 80 gal, 130 gal, 180
gal, 230 gal, 280 gal, 330 gal, 380 gal sampai ˃
400 gal.
51. • Nilai percepatan tanah maksimum ini tinggi
karena, dipengaruhi oleh banyaknya distribusi
gempa dengan magnitudo gempa yang cukup
besar (≥ 6 SR) yang mana titik gempanya
berada pada kedalaman gempa yang dangkal
sehingga hal ini mempengaruhi percepatan
tanah maksimum khususnya daerah yang
menjuluki mandala geologi kerak samudra dan
mandala geologi jalur peralihan.
52. • Hal ini dipengaruhi juga oleh adanya tarikan
antara pegunungan tengah dan Sesar Weyland,
Aiduna dan Sesar Wandamen, serta
terletaknya kontak bantuan geologi tektonik
New Guinea dan Kepala Burung.
• Kemudian dilihat pula pada Gambar 3.2,
bahwa nilai percepatan tanah lebih tinggi
terjadi pada daerah Nabire, dibanding dengan
daerah Paniai. Hal tersebut diakibatkan oleh
kebanyak gempa yang terjadi, dilihat pada
Gambar 3.1
53. IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengolahan data gempabumi
daerah Nabire dan Paniai pada magnitudo lebih dari
sama dengan 6 SR menggunakan formula pendekatan
empiris McGuirre (1977) diperoleh nilai percepatan
tanah maksimum tertinggi adalah 448.150 gal
( 9600000 Northing dan 5400000 Easting) tingkat
resiko sangat besar satu (IX – X MMI). Sedangkan
nilai percepatan tanah maksimum terendah adalah
87,276 gal (9500000 Northing dan 680000 Easting)
dengan tingkat resiko sedang dua (VII – VIII MMI).
54. 2. Berdasarkan pemetaan terhadap nilai percepatan
tanah maksimum yang dihasilkan dari formula
pendekatan McGuirre (1977) pada magnitudo
gempabumi lebih dari 6 SR, daerah-daerah yang
mempunyai percepatan tanah maksimum tinggi
terdapat pada bagian mandala geologi kerak samudra
(Oceanic Crust) 448.150 gal (9600000 Northing dan
5400000 Easting) dan sedangkan daerah yang
tergolong bagian ajungan New Guinea (New Guinea
Platform) mempunyai nilai percepatan tanah
maksimum sedang.
55. 4. 2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
formula pendekatan empiris gempabumi yang sesuai
dengan kondisi geologi dan gempa yang terjadi di
daerah Nabire dan Paniai (bagian leher pulau Papua)
khususnya dan Papua pada umumnya.
2. Untuk perencanaan bangunan tahan gempa, dan
untuk mendapatkan nilai percepatan tanah yang
sesungguhnya, perlu dihadirkan jaringan
accelerograph di daerah bagian tengah pulau Papua.