3. HAKIKAT WACANA
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Menurut
Alwi, dkk (2003:42), wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna
yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.
Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan bahasa
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi
tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.
Lebih lanjut, Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian
ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara
teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur segmental maupun
nonsegmental bahasa.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian wacana adalah
suatu pernyataan atau rangkaian pernyataan yag dinyatakan secara lisan ataupun tulisan yang
memiliki makna dan konteks di dalamnya.
4. Hakikat Analisis Wacana
Kartomihardjo (1993 : 21) menyatakan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa
yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat
dan lazim disebut wacana.
Jadi analisis wacana lebih pada suatu pengkajian suatu unit bahasa yang lebih besar daripada
kalimat yang juga melibatkan aspek-aspek di luar aspek linguistik yang turut memberi makna
terhadap suatu bahasa yang digunakan tersebut. Unit bahasa yang dimaksud bisa berupa para
graf, teks bacaan, undangan, percakapan, cerita pendek, dan sebagainya.
5. Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari segi bentuk bahasa yang dipakai wacana
terbagi dua, yakni :
1. wacana lisan
2. wacana tulis
Bentuk Wacana
6. Ciri – ciri Wacana
Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah wacana sebagai berikut.
1. Wacana dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian tindak
tutur
2. Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
3. Penyajian teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya
4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
5. Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental.
7. CONTOH ANALISIS WACANA LISAN
contoh berikut :
wati : “Nunung, ke mana?”
Nunung : “Biasa”.
Pada wacana diatas wati dapat mengetahui bahwa nunung akan pergi,misalnya kewa
rung untuk makan roti panggang ,karena pada saat seperti ini kebiasaan nunung mak
an roti panggang diwarung x . Bagi orang lain yang belum mengenal kebiasaan nunun
g,wacana diatas tidak dapat dimengerti .
Ia tidak dapat menarik kesimpulan yang tepat .Pertama,Karena ia mengetahui bahwa
tidak ada lokasi yang bernama “Biasa”tidak mengacu kepada suatu tempat yang pasti
dan kedua,ia belum mengenal kebiasaan atau
memiliki “Pengetahuan yang telah diketahui bersama “ ( Common ground )
dengan nunung.
8. CONTOH ANALISIS WACANA TULIS
Contoh:
1. Pintu keluar
2. Semua kopi hitam sama,soal rasa ayam merak
3. Awas! tegangan tinggi !
4. Kocok dulu sebelum diminum
Wacana tulis yang pendek, seperti diatas sangat mirip dengan wacana
lisan,seperti penghilangan bagian tertentu dari wacana itu,penyatuan saa
t dan tempat yang sama bagi
penulis dan pembaca,dan penggunaan bentuk – bentuk informal.