The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
Peranan Sektor Perkayuan Berau Menuju Pembangunan Hijau
1. Peranan Sektor Perkayuan Berau
Menuju Pembangunan Hijau
Krystof Obidzinski, Agus Andrianto, Heru Komarudin, Ahmad
Dermawan dan Dody Hernawan
CIFOR Forests and Governance
2. Struktur Presentasi
0. Sekilas tentang CIFOR
1. Latar belakang
2. Dinamika sektor perkayuan
Berau
3. Status legalitas kayu dan
pengelolaan hutan lestari
4. Pasokan yang tersedia dan
kebutuhan kayu
5. Kebutuhan kayu lokal: legalitas
dan kelestarian
6. Usulan solusi
7. Peraturan daerah sebagai solusi?
3. C I F O R
Visi
Menempatkan isu hutan sebagai agenda penting
Pengakuan terhadap nilai hutan dan kepetingannya bagi masyarakat
dan ekosistem
Keputusan-keputusan terkait dengan hutan dan masyarakat sekitar
hutan didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dan tata kelola yang baik,
serta merefleksikan perspektif negara berkembang dan masyarakat
sekitar hutan
Sekilas tentang
4. Sejarah CIFOR
Dibentuk pada tahun 1993 sebagai bagian dari
CGIAR
Berorientasi kebijakan dan multi disiplin
Topik penelitian utama :
• Kriteria dan indikator
• Penyebab dasar deforetasi
• Desentralisasi
• Perbaikan praktik-praktik logging
• Hutan dan penghidupan masyarakat
• Keuangan dan tata kelola kehutanan
Strategi penelitian baru disetujui pada tahun
2008
6. Sebaran lokasi kegiatan
Burkina Faso Cameroon EthiopiaZambiaBrazil Indonesia
Kantor pusat: Bogor, Indonesia
8 kantor regional dan proyek
Lokasi penelitian di lebih dari 30 negara
Peru Kenya Vietnam
7. Penelitian komparatif
global
Sintesis pengetahuan
yang ada
Review sistematik
Pengembangan
metode baru
Kemitraan
Peningkatan
kapasitas
Outreach
Bagaimana kami
bekerja?
Pendekatan
9. Portfolio penelitian
Hutan & Lingkungan
Hutan & Penghidupan Masyarakat
Hutan & Tata Kelola
Kajian isu lintas bidang – Dampak
penelitian
10. 1. Latar Belakang
Masa depan dan kepentingan pembangunan Kab. Berau
• Pertumbuhan ekonomi
• Pertumbuhan penduduk
• Infrastruktur
Transisi menuju pembangunan hijau
• Tingat nasional (RAN-GRK)
• Kalimantan Timur (RAD-GRK)
• Kabupaten Berau (BFCP)
Menyeimbangkan antara kepentingan pembangunan
ekonomi dan kelestarian
Ketersediaan kayu legal dan lestari
11. • Sumber kayu dari
IUPHHK-HA masih
dominan,
• Perusahaan 14, tetapi
yang aktif 4-6
• Perusahaan yang aktif
realisasi produksi
rendah (<30%)
• Lebih dari 90% dari
produksi kayu keluar
Kab. Berau
• Kayu produksi
IUPHHK-HA tidak
tersedia untuk industri
lokal
2. Dinamika Sektor Perkayuan Berau
2.1 Pasokan kayu dari IUPHHK-HA
0
100
200
300
400
2009 2010 2011 2012 2013
Thousands
Produksi IUPHHK-HA
12. • Sumber kayu dari
IUPHHK-HT sangat
potensial untuk
memasok kebutuhan
kayu Kab. Berau
• Standing stock
banyak, tapi tidak
dimanfaatkan secara
maksimal
• Produksi IUPHHK-HT
pertukangan keluar
daerah
• Produksi IUPHHK-HT
pulp sangat potensial
tetapi realisasi
minimimal
2.2 Pasokan kayu dari IUPHHK-HT
Produksi dikirim keluar Berau
Produksi kayu minim ????
-
100
200
300
400
2009 2010 2011 2012 2013
Thousands
Produksi IUPHHK-HT
13. • Sumber kayu dari
IPK sangat penting
• Produksi berfluktuasi
setiap tahun
• Produk kayu IPK
keluar Kab. Berau
• Kayu IPK di konsesi
batubara banyak
tidak dimanfaatkan
• Angka resmi
produksi IPK jauh di
bawah potensi areal
IPK yang mencapai
250.000 ha
2.3 Pasokan kayu dari IPK dan ISL
0
100
200
300
400
2009 2010 2011 2012 2013
Thousands
Produksi IPK dan ISL
14. 2.4 Kebutuhan kayu IUIPHHK
Kelay,
12,020,
Teluk Bayur,
15,950,
Segah,
4,000.
Sambaliung,1,
100,000
Gn. Tabur,
216,450,
Talisayan,
24,100,
Jenis
demand
(juta m3)
log 0.55
Kbk 4.40
15. Persoalan terindikasi diatas
• IUPHHK-HA tidak aktif; produksi rendah,
diperuntukan keluar Berau
• IUPHHK-HT standing stock relatif tinggi,
produksi sedikit.
• ISL punya persoalan sama
Ada kebutuhan utk menerapkan sistem verifikasi
kayu legal,antara lain SVLK
SVLK, mandatori untuk seluruh usaha kayu di
Indonesia
Perkembangan status SVLK di tingkat nasional
(837 pada tahun 2013, sekitar 1050 pada tahun
2015)
Bagaimana status SVLK di Kabupaten Berau?
3. Perlunya Legalitas Kayu dan
Pengelolaan Hutan Lestari
0
20
40
60
80
100
120
Kaltim Berau Kaltim Berau Kaltim Berau
IUPHHK-HA IUPHHK-HT IUIPHHK
Perkembangan SVLK/PHPL
SVLK/PHPL
16. No. Perusahaan Luas (ha) Status PHPL/VLK
HPH (IUPHHK-HA)
1 PT. Amindo Wana Persada 43,680
2 PT. Aditya Kirana Mandiri 42,700
3 PT. Mardhika Insan Mulia Unit Kelay 46,080 VLK
4 PT. Karya Lestari 49,123 PHPL
5 PT. Wana Bakti Persada Utama 44,402
6 PT. Sumalindo Lestari Jaya IV 63,550 PHPL
7 PT. Utama Damai Indah Timber 49,250 PHPL
8 PT. Inhutani I Unit Sambarata 106,020 PHPL
9 PT. Inhutani I Unit Labanan 138,210 PHPL
10 PT. Inhutani I Unit Meraang 70,700 PHPL
11 PT. Widya Artha Perdana 14,800
12 PT. Rizki Kacida Reana (Unit II) 55,150 VLK
13 PT. Mardhika Insan Mulia Unit Tabalar 25,630 VLK
14 PT. Aquila Silva 55,300
HTI (IUPHHK-HT)
1 PT. Belantara Pusaka 14,010
2 PT. Sumalindo Alam Lestari I 32,550
3 PT. Tanjung Redeb Hutani 180,330 PHPL
4 PT. Swadaya Perkasa 17,925
Daftar perusahaan IUPHHK-HA/HT di Kabupaten Berau (2015)
Sumber: BP2HP Wilayah XIII Samarinda
17. No Nama Perusahaan (Kapasitas > 2,000 m3/tahun) Lokasi Pabrik Kapasitas, m3 (sawntimber) Keterangan
1 CV. Cahaya Bintang Ds Dumaring Kec. Talisayan 3,500 Tidak aktif
2 CV. Sungai Berlian Jaya Ds Labanan Kec. Teluk Bayur 6,000 Aktif, SLK
3 CV. Talisayan Gemilang Sei Dumaring Kec. Talisayan 5,800 Aktif
4 CV. Tanjung Prima Lestari Ds Labanan Kec. Teluk Bayur 5,950 Aktif
5 CV. Vina Rizky Lestari Ds Merapun Kec. Kelay 5,200 Aktif
6 Musmin Sawmill Suka Murya Kec. Talisayan 5,000 Tidak aktif
7 PT. Daisy Indah Wood Industries Tidak aktif
8 PT. Paribau Sentosa Ds. Maluang Kec. Gn. Tabur 10,000 Tidak aktif
9 Singkuang Jaya Kp Buyung-buyung Kec. Talisayan 5,800 Tidak aktif
10 UD. Kayu Abadi Ds. Maluang Kec. Gn. Tabur 5,950 Tidak aktif
11 UD. Maluang Raya Ds. Maluang Kec. Gn. Tabur 10,500 Tidak aktif
12 PT. Sumatra Timber Utama Damai Ds. Tasuk Kec. Gn. Tabur
(sawntimber 10,000, plywood
150,000 dan veneer 30,000)
Tidak aktif
13 PT. Kiani Kertas (PT. Kertas Nusantara) Desa Mangkajang Kec. Sambaliung (wood chip 1,091,475) Aktif, SLK
14 KSU Mitra Usaha Abadi Kampung Merapun Kec. Kelay (veneer 6,000) Tidak aktif
No Nama Perusahaan (Kapasitas < 2,000 m3/tahun) Lokasi Pabrik Kapasitas, m3 (sawntimber) Keterangan
1 Abdul Salam Ds. Tunggal Bumi Kec. Talisayan 2,000 Tidak aktif
2 Bumi Segah Subur Makmur Sawmill Ds Gn Sari Kec. Segah 2,000 Tidak aktif
3 KUD Tembudan Lestari Kampung Tembudan 2,000 Tidak aktif
4 Palarudin Sawmill Teluk Sumbang 2,000 Tidak aktif
5 Perdana Nusantara Ds Gurimbang 820 Tidak aktif
6 UD. Rizki Utama Jl Fatahillah RT 02 Labanan Makarti 2,000 Tidak aktif
7 UD. Ulin Jaya Kp. Labanan Jaya 2,000 Tidak aktif
Daftar izin usaha industri primer hasil hutan kayu di Kab. Berau
Sumber: BP2HP Wilayah XIII Samarinda (2015)
18. Berdasarkan data resmi,
potensi pasokan kayu cukup
besar
Pasokan kayu dari berbagai
sumber ditujukan untuk
memenuhi permintaan dari
luar
Kayu gergajian juga untuk
memenuhi permintaan dari
luar
Tidak ada angka resmi yang
dapat menggambarkan
kebutuhan kayu lokal Kab.
Berau
Perlu dasar untuk
mengetahui/mengukur angka
kebutuhan kayu lokal
4. Pasokan yang Tersedia dan
Kebutuhan Kayu
-
100
200
300
400
2009 2010 2011 2012 2013
Thousands
Produksi Log Kab. Berau
IUPHHK-HA
IUPHHK-HT
ISL
-
100
200
300
400
500
2009 2010 2011 2012 2013
Thousands
Konsumsi log Industri
19. 5.1 Gap legalitas (survey CIFOR sektor informal skala kecil)
5. Kebutuhan Kayu Lokal:
Legalitas dan Kelestarian
Kebutuhan Kayu Lokal di Kab. Berau = Kehutanan Informal di Kab. Berau
Jenis
(jumlah terdaftar)
Unit Pekerja langsung
Kebutuhan kayu
bulat/Log (m3)
Nilai ekonomi
(Rp./tahun)
Moulding (23) 56 280
98,400 150 milyarMebel (24) 45 135
Kios kayu (17) 24 96
Produksi kayu
bulat/log
Penggesek 275 1100 110,000 55 milyar
Sumber: Survey CIFOR, 2012
20. Sebab-sebab terjadinya gap:
o Kayu resmi tidak tersedia, dan kalaupun ada harganya mahal
o Terbatasnya skema untuk memasok kayu legal dan dengan harga
terjangkau
o Lemahnya pengendalian pengangkutan kayu dan industri
o Adanya pungutan liar
o Keengganan untuk membayar pajak
o Terbatasnya informasi tentang perlunya memenuhi standar SVLK
o Lemahnya kemampuan kelembagaan (e.g. ISWA)
o Dll.
21. Implikasi dari gap:
o Kebutuhan kayu Kab. Berau (misal tahun 2012) terpenuhi dari
pasokan kayu sektor informal
o Produksi kayu sektor informal 110,000 m3 yang berarti memenuhi
kebutuhan 191.576 jiwa (2012)
o Kabupaten terus membangun (e.g kebutuhan infrastuktur dalam
RPJMD) akan mendatangkan banyak orang (migrasi) dan
meningkatkan kebutuhan kayu
o Tekanan untuk membenahi kondisi sektor perkayuan informal
semaking meningkat
o Rencana pembangunan hijau atau rendah karbon (e.g. BFCP, RAD
GRK, SRAP/K REED+)
22. 5.2 Gap kelestarian
• Ada potensi kayu yang besar (legal dan lestari) dari berbagai sumber,
• Potensi kayu besar menjadi modal pembangunan hijau (biomass, bioenergi)
• Mengapa sumberdaya kayu tersebut tidak dimanfaatkan?
• Perlunya pembenahan tata kelola perkayuan (i.e. review, masterplan)
• Berdasarkan Peta Tutupan Lahan, Kementerian Kehutanan (2011)
• IUPHHK-HA Daur 45 th; IHMB IUPHHK-HA, PUP BFMP, CIFOR, FORDA,
• IUPHHK-HT Areal konsesi IUPHHK-HT yang sudah ditanami; potensi Acacia sp, Gmelina sp rerata 100 m3/ha
• IPK potensi +/- 40 m3/ha
Unit
Areal konsesi yang
berhutan (000 ha)
ETAT
(Annual allowable
cutting)
Luas
(000 ha)
Volume
(juta m3)
IUPHHK-HA 15 955 21,2 0,64
IUPHHK-HT 5 154,7 15,5 1,55
Tambang
(IPK)
20 125,7
50,3 2,51
Kebun (IPK) 29 125,6
24. 6. Usulan Solusi
Sektor kehutanan skala kecil
• Perlunya memformalkan informal sektor, dengan
membedakan kondisi di bagian hulu dan hilir.
Sektor kehutanan skala besar
• Perlu upaya untuk revitalisasi sektor kehutanan
dan industri, mengingat potensi kayu yang besar.
25. Memformalkan informal sektor di
bagian hulu dan hilir
Hulu
o Skema pengusahaan kayu di
kabupaten?
o Menyediakan skema legal untuk
usaha kayu (e.g. KR,IPHHK)
dan menbuat “rasional” izin
usaha kayu yang sudah ada
o Tertib tata usaha kayu skala
kecil
o Merealisasikan HTR?
Hilir
o Memfasilitasi pendaftaran
usaha kecil
o Menyedikan pembiayaan bagi
yang mau menjadi formal
o Menyediakan depot kayu dari
IUPHHK-HA dan IPK (sebagai
bagian dari kewajiban 5%) yang
dapat dimanfaatkan industri
kecil
o Menetapkan harga patokan
kayu IUPHHK-HA untuk industri
kecil
26. Revitalisasi sektor kehutanan dan
industri
Hulu
o Perlunya review izin IUPHHK-
HA/HT tidak aktif dan analisis
penyebabnya, dan tindak lanjut
o Perlunya analisis mengapa
produksi minimal padahal
potensi besar
o KPH perlu didukung utk
perencanaan kehutanan yang
lebih handal (e.g. penetapan
etat dan realisasi produksi) &
utk mengamankan kawasan
hutan produksi
Hilir
o Perlunya review IUIPHHK
(industri) tidak aktif dan analisis
penyebabnya, dan tindak lanjut
o Meningkatkan efisiensi
produktivitas industri
o Mendorong investasi ke arah
pemanfataan biomasa untuk
energi yang dapat diperbaharui
27. o Tujuan penyusunan Perda?
o Apa saja cakupan dalam Peraturan
Daerah?
o Apakah Perda dapat mendorong
pemenuhan aspek legalitas dan
kelestarian sektor kehutanan dan
perkayuan di Kabupaten Berau?
o Tatawaktu penyusunan peraturan
daerah?
o Penyusunan naskah akademik?
o Dukungan para pihak untuk
memastikan produk Perda yang
baik
7. Peraturan Daerah Sebagai
Solusi ?
*Sumber: Foto diunduh dari www.google.com
Ass wr wb Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadiran Tuhan YME yang telah melimpahkan karunia dan hidayahNya sehiangga kita bisa bersama-sama berkumpul pada pagi hari ini di ruang rapat ini. Yth Bapak Ketua Komisi II DPRD Kabupten Berau dan yang terhomat Bapak/Ibu Anggota DRPD yang kami mulyakan. Atas nama CIFOR, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pimpinan DPRD dan khususnya kepada ketua Komisi II yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk ikut memberikan masukan terhadap inisiatif dewan dalam rangka menata sektor perkayuan di Kabupaten Berau. Sebelumnya kami ingin memperkenalkan tim CIFOR dll. Materi yang akan kami sampaikan adalah terkait dengan penelitian kami yang berlangsung antara tahun 2011-2013 yang lalu (SVLK dukungan EU) serta beberapa analisis pada beberapa tahun terakhir. Sebelum melangkah lebih lanjut, izinkan kami untuk terlebih dahulu menyampaikan sekilas tentang CIFOR (lembaga penelitian).
Some of our most important partnerships are with the host governments of the countries where we work. So most important of all is the Government of Indonesia, which has been our host ever since CIFOR was founded in 1993.
Host Country Agreement with Ministry of Foreign Affairs
Technical cooperation with Ministry of Forestry (MOU with FORDA)
“No surprises” policy
Indonesia forestry roundtables
Seconded researchers
Global comparative research
Global comparative study on REDD+: project funded by NORAD
Synthesizing existing knowledge
Example
Developing new methods
Example
Capacity building
Research on capacity-building needs – e.g., analysis of Indonesia’s Reforestation Fund
Capacity-building for research – integration into research agendas of forestry research institutes
67 graduate students currently associated with CIFOR
Number of international & regional recruited staff : 66
With 45 in HQ Indonesia and 21 outside Indonesia
Number of national recruited staff : 127
With 108 in HQ Indonesia, and 19 outside Indonesia
National Staff
Indonesian : 108
Burkinabe : 4
Cameroonian : 14
Peru : 1