1. Unggul Abinowo Sang Presiden Republik Telo
Rabu, 12 Agustus 2009
(Berita Daerah - Jawa) - Selepas lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang,
pada tahun 1984, Unggul Abinowo lebih memilih menjadi petani daripada menjadi pegawai
negeri sipil.
Tanamannya yang dipilihnya pun cukup "telo", ubi, atau ketela rambat.
Menurut Unggul, dia sengaja memilih ubi karena bahan makanan yang sebenarnya kaya vitamin
A itu selama ini dikesankan sebagai makanan yang tidak bermutu dan hanya dikonsumsi
masyarakat kelas bawah.
"Selama ini nasib "telo" dimarginalkan. Seolah jika makan "telo" tidak akan bisa cerdas,"
katanya.
Namun Unggul punya fakta lainsoal ubi. "Telo" adalah sumber vitamin A, bahkan kandungan
vitamin itu di ubi empat kali melebihi wortel. "Telo" juga mengandung zat antioksidan,
kandungan kolesterolnya rendah, serta mengandung serat yang baik bagi pencernaan.
Di tangan Unggul, "telo" menjadi aneka makanan dan minuman berkualitas tinggi. Setidaknya,
dia kini telah membuat 40 jenis makanan dan minuman yang dibuat dari bahan baku "telo".
Makanan hasil olahan Unggul itu, antara lain, bakpao telo, bakpia telo, mie telo, onde-onde telo,
kue mangkok telo, kue kukus telo, hotdog telo, burger telo, brownies telo, pizza telo, kripik telo,
aneka nuget telo, es krim telo, serta es jus telo.
Kini Unggul bisa disebut telah berhasil mengangkat citra "telo" menjadi makanan dan minuman
berkelas. Nilai ekonominya juga meningkat berlipat-lipat. Para konsumennya juga berkembang,
mulai dari masyarakat kelas bawah hingga kelas atas.
Kenyataan itu bisa dilihat setiap saat, terutama pada Minggu atau hari libur lainnya. Gerainya
yang sekaligus sebagai Sentra Pengembangan Agrobisnis Terpadu (SPAT) di tepi jalan raya
perbatasan Malang-Purwodadi, Pasuruan, itu selalu dipadati pengunjung, mulai dari yang
menggunakan kendaraan pribadi maupun bus wisata.
Cinta
Tentang pilihannya menjadi petani, ayah berputra dua itu mengaku terlanjur mencintai dan
mendedikasikan dirinya pada dunia pertanian, serta kehidupan petani.
Bahkan, sejak kelas dua sekolah menengah atas, Unggul sudah mencoba terjun menjadi petani
yang sebenarnya. Ketika itu, dia menyewa sebidang lahan yang ditanaminya beberapa jenis
tanaman pangan dan perkebunan.
Modalnya berawal hanya dari uang saku serta sedikit dana pinjaman. Usahanya bertani terus
berkembang hingga saat ia kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
2. Putra keempat dari pasangan Prof Dr Ir Moeljadi Banoewidjojo dan Soemarni Kartamihardja, itu
sejak kecil sudah dekat dengan dunia pertanian, karena ayahnya juga seorang profesor di bidang
pertanian.
Berangkat dari kecintaan serta keprihatinannya terhadap nasib para petani, pria kelahiran 6 Mei
1960 itu mencoba mewujudkan tekadnya dengan mendirikan Sentra Pengembangan Agrobisnis
Terpadu (SPAT) pada tahun 1999.
Pusat pengembangan ubi yang berada di Desa Sentul, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Pasuruan itu rutin melakukan kegiatan, seperti pendidikan dan pelatihan terpadu, pusat data dan
informasi, pusat kajian dan strategi gerakan pembangunan desa, pusat pengembangan teknologi
tepat guna, hingga pusat kajian investasi dan pembiayaan.
Kemudian di atas lahan seluas 8.000 meter persegi di perbatasan Kabupaten Pasuruan dan
Malang itu dia bangun menjadi terminal agribisnis, termasuk ruang pamer produk tanaman hias,
hidroponik, dan pupuk.
Bangunan yang menjadi inti di kawasan itu adalah ruang pamer hasil olahan produk pertanian
dan hasil kerajinan dari Kabupaten Pasuruan dan beberapa daerah lain.
Terminal agribisnis itu juga memiliki fungsi untuk media berpromosi, pusat data, sekaligus
tempat pengolahan produk pertanian untuk mendapatkan nilai tambah yang tinggi.
Ada sekitar 350 petani dari berbagai daerah yang memasarkan produk mentah sampai olahan di
sana.
Ada sekitar 300 jenis produk dijual di lokasi itu.
Saat ini, setidaknya gerai "telo" itu membutuhkan hingga 4 ton telo untuk memproduksi 7.000
bakpao setiap minggunya.
Presiden Republik Telo
Unggul yang kini memiliki dua tempat usaha yang menjual 40 jenis aneka makanan dan
minuman berbahan baku telo itu sangat bangga disebut sebagai "Presiden Republik Telo".
"Saya bangga dengan usaha yang saya bangun ini, karena petani dan warga telah bisa merasakan
manfaatnya," kata pengusaha dengan 317 pegawai itu.
Sebutan "Presiden Republik Telo" bagi Unggul adalah sebuah kebanggan, sebab usaha yang
dirintisnya telah mampu memberdayakan para petani maupun warga di sekitar tempat bisnisnya.
Nama Republik Telo sengaja dipilihannya untuk menunjukkan keberadaan makanan kaya
vitamin A yang selama ini dikesankan sebagai makanan yang tidak bermutu dan hanya untuk
masyarakat kelas bawah.
3. Kini, "Republik Telo" telah berhasil menunjukan bahwa telo bisa mandiri dan memiliki martabat.
Keinginan Unggul selanjutnya, terus mengembangkan "Republik Telo" yang didirikannya di
Desa Sentul, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan agar mampu memberdayakan petani
"telo" dalam jumlah besar lagi di tanah air.
Unggul mempunyai gagasan lanjutan, yakni ingin mendirikan "Dewan Telo". Dia
membandingkan idenya itu dengan Dewan Gula yang telah ada.
Dengan adanya dewan telo, menurut dia, potensi "telo" di Indonesia, serta tingkat konsumsi
"telo" akan bisa dihitung dan diketahui secara terukur dengan pasti.