SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
HUKUM ACARA
PERDATA
Aulia R. Hakim Hasibuan, SH., MH
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
PANCA BUDI
SITA JAMINAN (BESLAG)
 Menempatkan barang dalam pengawasan pengadilan selama proses
perkara berlangsung;
 Alasan untuk menjamin pemenuhan putusan yang mengabulkan
gugatan Penggugat, serta mencegah agar barang sengketa tidak
dipindahtangankan selama proses perkara masih berlangsung;
 Macam sita (perbedaan berdasarkan obyek sita) :
 Conservatoir Beslag Pasal 227 (1) HIR, 261 RBG;
 Revindicatoir Beslag Pasal 226 HIR;
 Marital Beslag Pasal 190 BW, Pasal 24 (2) huruf c PP 9
Tahun 1975
A. Pengertian dan tujuan penyitaan
1. Sita merupakan tindakan eksepsional
a. Penyitaan memaksakan kebenaran gugatan
b. Penyitaan membenarkan putusan yang belum dijatuhkan
2. Sita merupakan tindakan perampasan
3. Penytaan berdampak psikologis
4. Tujuan penyitaan
a. Agar gugatan tidak illusoir
b. Obyek eksekusi sudah pasti
B. Beberapa prinsip pokok sita
1. Sita berdasarkan permohonan
1) Lisan
2) Tertulis
Disatukan dengan gugatan
Diajukan tersendiri
2. Permohonan berdasarkan alasan
a. Alasan sita
1) Ada kekhawatiran atau persangkaan tentang tergugat
2) Kekhawatiran atau persangkaan itu harus nyata dan beralasan secara obyektif
3) Sedemikian rupa eratnya isi gugatan dengan penyitaan
b. Yang berwenang menilai alasan
c. Tanpa alasan sita ditolak
3. Penggugt wajib menunjukkan barang objek sita
a. Tidak dibenarkan menyebut secara umum
b. Menyebut rinci identitas yang melekat pada barang
4. Permintaan dapat diajukan sepanjang pemeriksaan sidang
a. Selama belum dijatuhkan putusan pada tingkat peradilan pertama
b. Dapat dijatuhkan selama putusan belum dieksekusi
c. Instansi yang berwenang memerintahkan sita
1) Mutlak menjadi kewenangan PN
a) Apabila pada tingkat pertama tidak diajukan, tetapi baru diajukan pada tingkat
banding atau kasasi
b) Apabila permintaan ditolak oleh PN sehngga sejak semula tidak pernah diletakkan
sita, PT atau MA tidak berwenang memerintahkan sita
c) Semula PN mengabulkan sita, tetapi pada proses persidangan maupun dalam
putusan akhir sita diangkat oleh PN
2) PT berwenang memerintahkan sita
a) PN menolak permohonan sita
b) Penggugat tidak meminta sita pada tingkat pertama
5. Pengabulan berdasarkan pertimbangan objektif
a. Argumentasi mengenai alasan
b. Cara memperoleh fakta yang lebih objektif
1) Melalui proses pemeriksaan insidentil
2) Melalui proses pemeriksaan pokok perkara
6. Larangan menyita milik pihak ketiga
a. Derden verzet
b. Penetapan pengangkatan sita
7. Penyitaan berdasarkan perkiraan nilai objektif dan proporsional dengan jumlah
tuntutan
a. Dalam sengketa milik, penyitaan terbatas pada barang yang disengketakan
b. Dalam sengketa utang yang dijamin dengan barang tertentu
c. Sita terhadap seluruh harta kekyaan Tergugat
d. Bila melampaui, maka dikeluarkan penetapan pengangkatan sita
8. Mendahulukan penyitaan barang bergerak
a. Tidak dijumpai barang bergerak
b. Perjanjian kredit dijamin agunan tertentu
9. Dilarang menyita barang tertentu Ps. 197 (8) HIR atau Ps. 211 RBG
10.Penjagaan sita tidak boleh diberikan kepada Penggugat
a. Penjagaan sita atas barang bergerak
b. Penjagaan uang yang diblokir di bank
c. Penjagaan sita atas barang tidak bergerak
d. Penjagaan tidak boleh pada pihak ketiga
e. Penyitaan tidak mengurangi penguasaan dan kegiatan usaha
11.Terhadap barang yang disita dalam perkara perdata, tetap dapat disita dalam
perkara pidana (Ps. 39 ay. (2) KUHAP)
ASAS-ASAS SITA JAMINAN
 Berdasarkan permohonan pihak berperkara;
 Proporsionalitas antara besarnya tuntutan Penggugat dengan nilai
barang yang dimohonkan sita;
 Pengadilan mempertimbangkan dengan cermat alasan dan urgensi
permohonan sita;
 Penyitaan mendahulukan barang bergerak.
PROSEDUR PERMOHONAN SITA JAMINAN
 Diajukan oleh Penggugat (bersama pengajuan gugatan atau selama
persidangan berlangsung) dengan memperinci secara jelas obyek
yang dimohonkan sita, agar tidak terjadi error in objecto;
 Sita Jaminan dapat ditingkatkan menjadi sita eksekusi;
 Terdapat kemungkinan Sita Penyesuaian (Vergelijkende Beslag)
AKIBAT HUKUM PENYITAAN
 Barang yang telah disita jamin dilarang dijadikan obyek transaksi jual
beli, dijaminkan, diwariskan, dihibahkan, atau dipindahtangankan
dengan cara apapun;
 Transaksi atas obyek barang yang disita ialah batal demi hukum
(Pasal 199 HIR), dan pelakunya dapat dipidana berdasarkan
ketentuan Pasal 231 KUHP;
MASUKNYA PIHAK KETIGA
 Perbedaan ditinjau dari inisiatif masuknya pihak ketiga;
 Voeging (ikut serta) : menempatkan diri pada salah satu pihak yang
bersengketa;
 Tusschenkomst (mencampuri) : menempatkan diri di tengah-tengah
pihak yang bersengketa;
 Vrijwaring (ditarik masuk dalam perkara) : salah satu pihak menarik
pihak ketiga untuk masuk berdampingan dengannya dalam sengketa;
PUTUSAN SERTA MERTA
 Merupakan putusan yang dapat dijalankan (eksekusi) terlebih dahulu, meskipun
putusan tersebut belum berkekuatan hukum tetap;
 Dasar : Pasal 180 HIR, 191 RBG, Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4
Tahun 2001 jo. SEMA Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Putusan Serta Merta dan
Provisionil, mensyaratkan terhadap pemohon putusan serta merta harus
memberikan uang jaminan sebesar objek yang disengketakan;
 Merupakan ketentuan eksepsional terhadap prinsip “putusan baru dapat dijalankan
setelah berkekuatan hukum tetap”;
 Memenuhi syarat-syarat alternatif :
 Didasarkan alas hak yang berbentuk akta authentik atau akta di bawah
tangan yang diakui isi dan tandatangannya oleh Tergugat;
 Terdapat putusan bht yang menguntungkan Penggugat dan berkaitan
dengan gugatan tersebut;
 Terdapat gugatan provisionil yang dikabulkan;
 Menyangkut sengketa hak milik
 Prosedur dijatuhkannya :
 Berdasarkan permohonan Penggugat;
 Berdasarkan alasan dan bukti yang memenuhi ketentuan Undang-undang;
 Pengadilan wajib mempertimbangkan urgensinya, karena resiko kesulitan
pemulihan obyek eksekusi pada keadaan semula apabila putusan/ eksekusi
dibaalkan oleh Pengadilan yang lebih tinggi;
 Bermanfaat bagi Penggugat, karena dapat segera mohon eksekusi tanpa
menunggu sampai putusan bht, sebaliknya merugikan Tergugat karena proses
perkara masih belum bht dan terbuka kemungkinan putusan a quo dibatalkan oleh
Pengadilan yang lebih tinggi;
 Prosedur eksekusi putusan serta, pelaksanaan (eksekusinya) atas izin Ketua
Pengadilan Tiggi atau Ketua Mahkamah Agung.
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA - 15.ppt

More Related Content

Similar to PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA - 15.ppt

eksekusi putusan Hakim perdata .ppt
eksekusi putusan Hakim perdata .ppteksekusi putusan Hakim perdata .ppt
eksekusi putusan Hakim perdata .pptAZIS50
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA MENURUT PERMA NO 2 TAHUN 2015
PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA MENURUT PERMA NO 2 TAHUN 2015PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA MENURUT PERMA NO 2 TAHUN 2015
PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA MENURUT PERMA NO 2 TAHUN 2015ilmu ilmu
 
2.2-GUGATAN-DAN-PERMOHONAN-Tindakan-Sebelum-Sidang-HAPER.pptx
2.2-GUGATAN-DAN-PERMOHONAN-Tindakan-Sebelum-Sidang-HAPER.pptx2.2-GUGATAN-DAN-PERMOHONAN-Tindakan-Sebelum-Sidang-HAPER.pptx
2.2-GUGATAN-DAN-PERMOHONAN-Tindakan-Sebelum-Sidang-HAPER.pptxssuser698e0f
 
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...Idik Saeful Bahri
 
GUGATAN-REKONVENSI.pdf
GUGATAN-REKONVENSI.pdfGUGATAN-REKONVENSI.pdf
GUGATAN-REKONVENSI.pdfRiskiAnanda28
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agamantii_meiian
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agamantii_meiian
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaDaniel_Alfaruqi
 
Upaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidanaUpaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidanaIca Diennissa
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tunMoel Ryadhie
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptasifsardari
 
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)Fenti Anita Sari
 

Similar to PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA - 15.ppt (20)

eksekusi putusan Hakim perdata .ppt
eksekusi putusan Hakim perdata .ppteksekusi putusan Hakim perdata .ppt
eksekusi putusan Hakim perdata .ppt
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
 
PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA MENURUT PERMA NO 2 TAHUN 2015
PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA MENURUT PERMA NO 2 TAHUN 2015PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA MENURUT PERMA NO 2 TAHUN 2015
PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA MENURUT PERMA NO 2 TAHUN 2015
 
2.2-GUGATAN-DAN-PERMOHONAN-Tindakan-Sebelum-Sidang-HAPER.pptx
2.2-GUGATAN-DAN-PERMOHONAN-Tindakan-Sebelum-Sidang-HAPER.pptx2.2-GUGATAN-DAN-PERMOHONAN-Tindakan-Sebelum-Sidang-HAPER.pptx
2.2-GUGATAN-DAN-PERMOHONAN-Tindakan-Sebelum-Sidang-HAPER.pptx
 
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...
 
Pelaksanaan putusan
Pelaksanaan putusanPelaksanaan putusan
Pelaksanaan putusan
 
GUGATAN-REKONVENSI.pdf
GUGATAN-REKONVENSI.pdfGUGATAN-REKONVENSI.pdf
GUGATAN-REKONVENSI.pdf
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
ptun
ptunptun
ptun
 
Upaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidanaUpaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidana
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
 
Gugatan Sederhana.pptx
Gugatan Sederhana.pptxGugatan Sederhana.pptx
Gugatan Sederhana.pptx
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Bab ii perihal
Bab ii perihalBab ii perihal
Bab ii perihal
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
 

Recently uploaded

aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaastrinovianti699
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxmuhammadrezza14
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumekahariansyah96
 
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanPotensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanDIVISIPENCEGAHAN
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfSumardi Arahbani
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Sumardi Arahbani
 
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBDPermendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBDSumardi Arahbani
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahayunitahatmayantihafi
 

Recently uploaded (9)

aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanPotensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
 
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBDPermendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 

PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA - 15.ppt

  • 1. HUKUM ACARA PERDATA Aulia R. Hakim Hasibuan, SH., MH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
  • 2. SITA JAMINAN (BESLAG)  Menempatkan barang dalam pengawasan pengadilan selama proses perkara berlangsung;  Alasan untuk menjamin pemenuhan putusan yang mengabulkan gugatan Penggugat, serta mencegah agar barang sengketa tidak dipindahtangankan selama proses perkara masih berlangsung;  Macam sita (perbedaan berdasarkan obyek sita) :  Conservatoir Beslag Pasal 227 (1) HIR, 261 RBG;  Revindicatoir Beslag Pasal 226 HIR;  Marital Beslag Pasal 190 BW, Pasal 24 (2) huruf c PP 9 Tahun 1975
  • 3. A. Pengertian dan tujuan penyitaan 1. Sita merupakan tindakan eksepsional a. Penyitaan memaksakan kebenaran gugatan b. Penyitaan membenarkan putusan yang belum dijatuhkan 2. Sita merupakan tindakan perampasan 3. Penytaan berdampak psikologis 4. Tujuan penyitaan a. Agar gugatan tidak illusoir b. Obyek eksekusi sudah pasti B. Beberapa prinsip pokok sita 1. Sita berdasarkan permohonan 1) Lisan 2) Tertulis Disatukan dengan gugatan Diajukan tersendiri 2. Permohonan berdasarkan alasan
  • 4. a. Alasan sita 1) Ada kekhawatiran atau persangkaan tentang tergugat 2) Kekhawatiran atau persangkaan itu harus nyata dan beralasan secara obyektif 3) Sedemikian rupa eratnya isi gugatan dengan penyitaan b. Yang berwenang menilai alasan c. Tanpa alasan sita ditolak 3. Penggugt wajib menunjukkan barang objek sita a. Tidak dibenarkan menyebut secara umum b. Menyebut rinci identitas yang melekat pada barang 4. Permintaan dapat diajukan sepanjang pemeriksaan sidang a. Selama belum dijatuhkan putusan pada tingkat peradilan pertama b. Dapat dijatuhkan selama putusan belum dieksekusi c. Instansi yang berwenang memerintahkan sita
  • 5. 1) Mutlak menjadi kewenangan PN a) Apabila pada tingkat pertama tidak diajukan, tetapi baru diajukan pada tingkat banding atau kasasi b) Apabila permintaan ditolak oleh PN sehngga sejak semula tidak pernah diletakkan sita, PT atau MA tidak berwenang memerintahkan sita c) Semula PN mengabulkan sita, tetapi pada proses persidangan maupun dalam putusan akhir sita diangkat oleh PN 2) PT berwenang memerintahkan sita a) PN menolak permohonan sita b) Penggugat tidak meminta sita pada tingkat pertama 5. Pengabulan berdasarkan pertimbangan objektif a. Argumentasi mengenai alasan b. Cara memperoleh fakta yang lebih objektif 1) Melalui proses pemeriksaan insidentil 2) Melalui proses pemeriksaan pokok perkara
  • 6. 6. Larangan menyita milik pihak ketiga a. Derden verzet b. Penetapan pengangkatan sita 7. Penyitaan berdasarkan perkiraan nilai objektif dan proporsional dengan jumlah tuntutan a. Dalam sengketa milik, penyitaan terbatas pada barang yang disengketakan b. Dalam sengketa utang yang dijamin dengan barang tertentu c. Sita terhadap seluruh harta kekyaan Tergugat d. Bila melampaui, maka dikeluarkan penetapan pengangkatan sita 8. Mendahulukan penyitaan barang bergerak a. Tidak dijumpai barang bergerak b. Perjanjian kredit dijamin agunan tertentu 9. Dilarang menyita barang tertentu Ps. 197 (8) HIR atau Ps. 211 RBG
  • 7. 10.Penjagaan sita tidak boleh diberikan kepada Penggugat a. Penjagaan sita atas barang bergerak b. Penjagaan uang yang diblokir di bank c. Penjagaan sita atas barang tidak bergerak d. Penjagaan tidak boleh pada pihak ketiga e. Penyitaan tidak mengurangi penguasaan dan kegiatan usaha 11.Terhadap barang yang disita dalam perkara perdata, tetap dapat disita dalam perkara pidana (Ps. 39 ay. (2) KUHAP)
  • 8. ASAS-ASAS SITA JAMINAN  Berdasarkan permohonan pihak berperkara;  Proporsionalitas antara besarnya tuntutan Penggugat dengan nilai barang yang dimohonkan sita;  Pengadilan mempertimbangkan dengan cermat alasan dan urgensi permohonan sita;  Penyitaan mendahulukan barang bergerak.
  • 9. PROSEDUR PERMOHONAN SITA JAMINAN  Diajukan oleh Penggugat (bersama pengajuan gugatan atau selama persidangan berlangsung) dengan memperinci secara jelas obyek yang dimohonkan sita, agar tidak terjadi error in objecto;  Sita Jaminan dapat ditingkatkan menjadi sita eksekusi;  Terdapat kemungkinan Sita Penyesuaian (Vergelijkende Beslag)
  • 10. AKIBAT HUKUM PENYITAAN  Barang yang telah disita jamin dilarang dijadikan obyek transaksi jual beli, dijaminkan, diwariskan, dihibahkan, atau dipindahtangankan dengan cara apapun;  Transaksi atas obyek barang yang disita ialah batal demi hukum (Pasal 199 HIR), dan pelakunya dapat dipidana berdasarkan ketentuan Pasal 231 KUHP;
  • 11. MASUKNYA PIHAK KETIGA  Perbedaan ditinjau dari inisiatif masuknya pihak ketiga;  Voeging (ikut serta) : menempatkan diri pada salah satu pihak yang bersengketa;  Tusschenkomst (mencampuri) : menempatkan diri di tengah-tengah pihak yang bersengketa;  Vrijwaring (ditarik masuk dalam perkara) : salah satu pihak menarik pihak ketiga untuk masuk berdampingan dengannya dalam sengketa;
  • 12. PUTUSAN SERTA MERTA  Merupakan putusan yang dapat dijalankan (eksekusi) terlebih dahulu, meskipun putusan tersebut belum berkekuatan hukum tetap;  Dasar : Pasal 180 HIR, 191 RBG, Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2001 jo. SEMA Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Putusan Serta Merta dan Provisionil, mensyaratkan terhadap pemohon putusan serta merta harus memberikan uang jaminan sebesar objek yang disengketakan;  Merupakan ketentuan eksepsional terhadap prinsip “putusan baru dapat dijalankan setelah berkekuatan hukum tetap”;  Memenuhi syarat-syarat alternatif :  Didasarkan alas hak yang berbentuk akta authentik atau akta di bawah tangan yang diakui isi dan tandatangannya oleh Tergugat;  Terdapat putusan bht yang menguntungkan Penggugat dan berkaitan dengan gugatan tersebut;  Terdapat gugatan provisionil yang dikabulkan;  Menyangkut sengketa hak milik
  • 13.  Prosedur dijatuhkannya :  Berdasarkan permohonan Penggugat;  Berdasarkan alasan dan bukti yang memenuhi ketentuan Undang-undang;  Pengadilan wajib mempertimbangkan urgensinya, karena resiko kesulitan pemulihan obyek eksekusi pada keadaan semula apabila putusan/ eksekusi dibaalkan oleh Pengadilan yang lebih tinggi;  Bermanfaat bagi Penggugat, karena dapat segera mohon eksekusi tanpa menunggu sampai putusan bht, sebaliknya merugikan Tergugat karena proses perkara masih belum bht dan terbuka kemungkinan putusan a quo dibatalkan oleh Pengadilan yang lebih tinggi;  Prosedur eksekusi putusan serta, pelaksanaan (eksekusinya) atas izin Ketua Pengadilan Tiggi atau Ketua Mahkamah Agung.