Pendahuluan
Total padatan tersuspensi (TSS)
didefinisikan sebagai padatan dalam
air yang dapat terperangkap oleh filter.
Untuk mengukur TSS, sampel air
disaring melalui filter yang telah
ditimbang sebelumnya. Residu yang
tertahan pada filter dikeringkan dalam
oven pada suhu 103-105 °C sampai
berat filter tidak lagi berubah.
Peningkatan berat filter mewakili TSS.
REVERSE OSMOSIS
(2019)
• Pengukuran TSS sangat bergantung pada spesifikasi
kertas saring yang digunakan (diameter pori), misalnya
kertas saring whatman -> Whatman Grade 934 AH,
dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,5 μm (Standar
for TSS in water analysis).
• TSS berpengaruh terhadap turbidity (kekeruhan),
semakin banyak padatan tersuspensi, maka airnya
akan semakin keruh
SNI 06-6989.3-2004
ISO (International Organization for
Standardization) 19923-1997
Untuk tujuan ISO, definisi berikut berlaku:
3.1 padatan tersuspensi: Padatan dihilangkan dengan
penyaringan atau sentrifugasi pada kondisi tertentu [ISO 6107-
2:1989, 4.24.31.
3.2 padatan terlarut: Zat yang tersisa, setelah penyaringan dan
penguapan hingga sampel kering, di bawah kondisi tertentu [ISO
6107-2: 1989, 4.24.11.
Prinsip Kerja:
Menggunakan alat filtrasi vakum atau tekanan, sampel disaring
melalui filter serat kaca. Filternya kemudian dikeringkan pada suhu
105°C dan massa residu yang tertahan pada filter ditentukan
dengan menimbang.
1. Suspensi referensi selulosa mikrokristalin, p = 500
mg/l. Timbang 0,500 g (dasar kering oven)
2. -selulosa mikrokristalin dilarutkan dalam akuades
3. Suspensi selulosa referensi kerja, p = 50 mg/l.
Reagen
ISO (International Organization for
Standardization) 19923-1997
PERHITUNGAN
Perhitungan kandungan padatan tersuspensi p, dalam miligram
per liter, dari persamaan
P = I 000 (b - a) / V
Dimana:
b : massa filter setelah penyaringan, dalam miligram;
a : massa filter sebelum penyaringan, dalam miligram;
V : volume sampel, dalam mililiter. Jika sampel telah ditimbang,
pertimbangkan 1 g massa sebagai: setara dengan volume 1 ml.
EPA (Environmental Protection
Agency)
• Gravimetri dengan pengeringan pada 103-105 °C
• Ambang batas : 10 mg/L
• Teknik : 7 hari dari waktu pengumpulan
• Contract : 5 hari dari percobaan di lab
• Preservation : pendinginan sampai temperatur 4 ± 2 °C
iNTERNAL QUALITY CONTROL
• Elemet QC : Analisis keseimbangan terkait massa; Blanko ; Duplikat sampel
(DUP); dan Satu set sampel referensi terkait mineral.
• Metode berlaku untuk air minum, air permukaan, dan saline waters, serta
limbah domestik dan industri.
• Prinsipnya sampel disaring melalui glass fiber filter lalu residu yang tertahan
pada filter dengan berat konstan dikeringkan pada 103-105 °C.
160.2 Tahun 1999
SNI (Standar Nasional
Indonesia)
• Standar Nasional Indonesia dibuat untuk menyeragamkan teknik
pengujian kualitas air dan air limbah.
• SNI 06-6989.3-2004 ini terkait dengan air dan air limbah, pada
bagian 3 terdapat cara uji padatan tersuspensi total (Total
Suspended Solid, TSS) secara gravimetri.
• SNI ini diterapkan untuk pengujian parameter-parameter kualitas
air dan air limbah sebagaimana yang tercantum didalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
1988 tentang Baku Mutu Air dan Nomor 37 Tahun 2003 tentang
Metode Analisis Pengujian Kualitas air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan.
• SNI 06-6989.3-2004 merupakan revisi dari SNI sebelumnya yang
dinyatakan tidak berlaku lagi karena SNI yang digunakan dalam
metode pengujian adalah SNI yang terbaru.
SNI 06-6989.3-2004
1. Metode : Gravimetri
2. Cara uji
a. Prinsip : contoh uji yang homogen disaring dengan kertas saring. Residu
yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan
pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili
padatan tersuspensi total (TSS). Estimasi TSS dapat diperoleh melalui
perhitungan perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
b. Bahan: Kertas saring (glass-fiber filter) dan air limbah
c. Alat : desikator, oven, timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg; cawan
porselen/cawan Gooch, pompa vakum, kertas saring whatman -> Whatman
Grade 934 AH, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,5 μm, pengaduk
magnet, dan kaca arloji.
d. Persiapan dan pengawetan contoh uji
Persiapan : wadah gelas atau botol plastik polietilen
Pengawetan: diawetkan pada suhu 4ºC dan disimpan tidak lebih dari 24 jam
SNI 06-6989.3-2004
e. Persiapan kertas saring atau cawan Gooch
f. Prosedur
Filtrasi sempurna lebih dari 10 menit, maka perbesar diameter
kertas saring/ volume uji dikurangi. Volume yang disaring tidak
memenuhi hasil minimum (berat kering residu 2,5 mg sampai 200
mg), maka perbesar volume contoh uji sampai 1000 mL.
g. Perhitungan
3. Jaminan mutu dan pengendalian mutu
a. Pengendalian mutu
-Gunakan alat gelas bebas kontaminasi dan alat ukur yang terkalibrasi.
-Dikerjakan oleh analis yang kompeten
-Analisis dilakukan dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu simpan
maksimum 24 jam
b. Pengendalian mutu
-Analisis blanko untuk control kontaminasi
-Analisis duplo untuk control ketelitian analisis
Dilakukan perhitungan RPD atau perbedaan persen relative terhadap dua
penentuan (replikasi) melalui persamaan berikut
Jika nilai RPD lebih besar dari 5%, maka penetuan ini harus diulang.
SNI 06-6989.3-2004
Penelitian tentang TSS berdasarkan ISO 14001 dilakukan oleh Zaenuri (2012).
Penelitian tersebut betujuan untuk menganalisis efektivitas pengoperasian Instalasi Pengolah
Air Limbah (IPAL). Penelitian dilakukan di perusahaan galvanis dan perusahaan farmasi yang
berada di Simongan Kota Semarang Jawa Tengah.
Penelitian difokuskan pada efektivitas pengoperasian IPAL yang dilakukan oleh kedua
perusahaan. Data dikumpulkan dengan mengkaji berbagai dokumen pengujian air limbah
periode 1989-1998 dan 2005-2008 yang teresimpan di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
Semarang dan industri terkait, serta dilakukan wawancara dengan pimpinan perusahaan.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif-komparatif dengan menggunakan tabel dan
dilakukan pengujian statistik inferensial menggunakan uji-t.
CONTOH PENELITIAN
Dengan mengimplimentasikan ISO 14001, perusahaan
farmasi dan galvanis secara terus menerus melakukan
perbaikan secara berkelanjutan berbagai kebijakan,
prosedur dan instruksi kerja yang telah digunakan,
sehingga kinerja pengelolaan lingkungannya semakin
membaik.
Berdasarkan penelitian, IPAL industri farmasi dan
perusahaan galvanis telah dioperasikan secara optimal.
Menurut laporan Prokasih XIX Tahun 2007,
pengoperasian IPAL industri farmasi memperoleh
kategori biru dan perusahaan galvanis memperoleh
kategori hijau.